Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH DAN FIKSI DALAM “LEGENDA KAMPUNG JAGALAN”

DAN “LEGENDA KAMPUNG SEWU” SURAKARTA

HISTORY AND FICTION IN “KAMPUNG JAGALAN LEGEND”


AND “KAMPUNG SEWU LEGEND” SURAKARTA

Nugraheni Eko Wardani


FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jalan Ir. Sutami 36A, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Telepon (0271) 648939, Faksimile (0271) 648939
Pos-el: nugraheniekowardani_99@staff.uns.ac.id

Naskah diterima: 1 Maret 2019; direvisi: 31 Juli 2019; disetujui: 17 Desember 2019

Permalink/DOI: 10.29255/aksara.v31i2.371.207-222

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk cerita rakyat “Legenda Kampung Jagalan” dan
“Legenda Kampung Sewu” Surakarta, aspek sejarah dalam kedua cerita rakyat, unsur fiksi
dalam kedua cerita rakyat, serta hubungan antara cerita rakyat dengan babad. Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini buku Cerita Rakyat Surakarta
dan Yogyakarta dan informan. Teknik pengumpulan data melalui analisis kedua legenda
dan analisis catatan hasil wawancara informan. Analisis data menggunakan analisis model
interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk cerita rakyat Surakarta adalah legenda
asal-usul nama Kampung Jagalan dan Kampung Sewu Surakarta. Cerita rakyat “Legenda
Kampung Jagalan” berhubungan dengan tokoh sejarah Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X
dan “Legenda Kampung Sewu” berhubungan dengan tokoh Kanjeng Susuhunan Pakubuwono
II. Fiksi dalam cerita rakyat berkaitan dengan penceritaan tokoh dari kalangan rakyat jelata,
latar tempat yang menunjukkan kehidupan rakyat jelata, dan dialog-dialog yang terjadi
antartokoh di kalangan rakyat. Cerita rakyat dan babad bertujuan untuk melegitimasi nama
raja. Hal ini menunjukkan bahwa kedua legenda mengandung sejarah yang berhubungan
dengan raja-raja Kerajaan Surakarta. Legenda mengandung unsur fiksi pada struktur cerita.

Kata Kunci: sejarah, fiksi, cerita rakyat, Surakarta

Abstract
This study aims to describe the form of Surakarta folktale through “Kampung Jagalan
Legend” and “Kampung Sewu Legend”, historical aspects and roles in both folktales, the
fiction contained in both folktale, the relationship between folktales and babad. This research
is qualitative descriptive research. The data in this study are book Cerita Rakyat Surakarta
dan Yogyakarta and informants. The technique of collecting data through analysis of the two
legends and informant interview records. Data analysis using interactive model analysis.
The results of the research indicate that Surakarta folktales are the legend of the origin of
the name Kampung Jagalan and Kampung Sewu Surakarta. “Kampung Jagalan Legend”
relates to the historical figure of Pakubuwono X and “Kampung Sewu Legend” related the
character of Pakubuwono II. Fiction in legends is related to the telling of figures from the
common people, backgrounds that show the lives of ordinary people, and dialogues that
occur between group, folktales and babad aim to legitimize the name of the king. The two

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 207
Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222
(Nugraheni Eko Wardani)

legends contain history related to king of the kingdom Surakarta. Legends contain elements
of fiction in the structure of stories.

Keywords: history, fiction, folktales, Surakarta

How to cite: Wardani, N.E. (2019). Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda
Kampung Sewu” Surakarta. Aksara, 31(2), (DOI: 10.29255/aksara.v31i2.371.207-222).

PENDAHULUAN Di Indonesia, seluruh wilayahnya


Tradisi lisan sudah berkembang di wilayah memiliki dan berkembang adanya cerita
nusantara selama berabad-abad lamanya. rakyat. Cerita rakyat sebagai cerita lisan
Indonesia merupakan salahsatu negara di Asia sering mengalami adanya varian cerita artinya
yang memiliki tradisi lisan terlebih dahulu bisa saja cerita rakyat di daerah satu dengan
baru kemudian disusul munculnya tradisi daerah lain memiliki kesamaan cerita karena
tulis. UNESCO mencanangkan bahwa tradisi perkembangannya yang bersifat komunal dan
lisan adalah those tradition which have been dari mulut ke mulut. Namun, adanya varian
transmitted in time and space by the word and cerita ini tidak bisa disebut sebagai plagiasi
act atau tradisi-tradisi yang diwariskan dalam karena cerita rakyat bersifat komunal dan
ruang dan waktu dengan ujaran dan tindakan tidak ada pemiliknya (anonim). Ada beberapa
(Hutomo, 2000, hlm. 11). jenis cerita rakyat antara lain (1) mithe, yaitu
Salah satu jenis tradisi lisan adalah cerita cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar
rakyat. Cerita rakyat merupakan bentuk tradisi terjadi serta dianggap suci oleh empunya
lisan yang murni lisan artinya tidak ada sumber cerita;(2) legenda, yaitu cerita prosa rakyat
asli berbentuk tertulis (Danandjaja, 2007, hlm. yang dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak
21). Cerita rakyat disampaikan secara lisan dianggap suci; (3) dongeng, yaitu cerita prosa
dan turun-temurun diwariskan dari generasi ke rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi
generasi. Baru ketika orang mengenal tradisi oleh empunya cerita, dan dongeng tidak terikat
tulis, beberapa cerita rakyat dibukukan sebagai oleh waktu maupun tempat (Bascom, 1965,
dokumen untuk menyimpan sastra dan budaya hlm. 279) .
Indonesia yang adiluhung. Beberapa jenis cerita rakyat, yaitu (1)
Dalam sejarah tradisi lisan Indonesia, cerita asal-usul, yaitu cerita yang menampilkan
disebutkan bahwa di Indonesia pernah asal-usul nama binatang, asal-usul nama
berkembang istilah pawang. Pawang adalah tumbuhan, dan asal-usul nama suatu tempat; (2)
tukang cerita yang tugasnya menyampaikan cerita binatang, yaitu cerita yang menampilkan
cerita secara lisan kepada masyarakat untuk tokoh binatang dengan peran dan diberi sifat
didengarkan kisahnya sekaligus dicerna seperti halnya manusia; (3) cerita pelipur lara,
nasihat-nasihat moral yang ada di dalamnya yaitu cerita yang bersifat menghibur, penuh
(Wardani, 2018, hlm. 7). Tidak sembarang fantasi, dan memiliki tokoh putri cantik dan
orang bisa menjadi pawang. Hanya orang-orang pangeran tampan, serta istana yang indah; (4)
khusus dan terpilih saja yang bisa menjadi cerita jenaka, yaitu cerita yang isinya lucu
pawang dan bertugas menyampaikan cerita dan memiliki tokoh yang sering dilukiskan
secara lisan kepada masyarakat. berperilaku konyol (Danandjaja, 2007, hlm.

208 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta
(Nugraheni Eko Wardani)

56). Berdasarkan jenis-jenis cerita rakyat yang sejarah. Cerita rakyat Surakarta berjudul
disampaikan Danandjaja di atas, maka cerita “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda
rakyat mithe, legenda, dan dongeng dapat Kampung Sewu” melibatkan adanya tokoh-
berupa cerita rakyat asal-usul, cerita binatang, tokoh cerita. Tokoh cerita dalam kedua
cerita pelipur lara, dan cerita jenaka. legenda ini adalah raja dari Keraton Kasunanan
Cerita rakyat mengandung unsur sejarah dan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi
dan mengambil latar serta tokoh sejarah di pada zaman kedua raja ini berkuasa. Namun,
dalamnya. Cerita rakyat sering diapresiasi dari sisi fiksi tentu ada unsur-unsur yang di
masyarakat sebagai sejarah karena banyak dalamnya menunjukkan adanya imajinasi
mengandung unsur tokoh dan latar yang penciptanya.
memang ada dalam sejarah. Padahal, kalau “Legenda Kampung Jagalan” dan
dicermati sebetulnya cerita rakyat merupakan “Legenda Kampung Sewu” merupakan
percampuran fiksi dan sejarah sehingga disebut dua jenis legenda yang mengisahkan nama
fiksi sejarah (historical fiction). Fiksi sejarah kampung yang ada di Surakarta. Surakarta
adalah fiction that is set in the past (Johnson, merupakan pusat budaya Jawa di mana di kota
2002, hlm. 13). Hal tersebut dapat dicermati ini berdiri Kerajaan Kasunanan. Pada zaman
melalui cerita rakyat berbentuk legenda dan dahulu, Kerajaan Kasunanan di Surakarta dan
dongeng. Menurut Lindblad (2018, hlm. 147), Kerajaan Kasultanan di Yogyakarta menjadi
historical fiction uses an actual historical satu dan disebut sebagai Kerajaan Mataram.
past as the setting of the story, but it remains Namun, sejak perjanjian Giyanti, Kerajaan
subject to the same conventions of applying Mataram pecah menjadi dua, yaitu Kerajaan
to works of literature in general, including Kasunanan Surakarta dan Kerajaan Kasultanan
an internal logic, suspense and revelations. Yogyakarta. Masing-masing kerajaan me­
Dengan kata lain, fiksi sejarah menggunakan miliki raja yang merupakan pewaris
masa lalu sejarah aktual sebagai latar cerita, keturunan Kerajaan Mataram. Surakarta se­
tetapi ia tetap tunduk pada konvensi yang sama bagai satu wilayah pusat kebudayaan Jawa
tentang penerapan karya sastra pada umumnya juga berkembang berbagai cerita rakyat yang
termasuk logika internal, dari ketegangan, dan terkait dengan kebesaran kerajaan Mataram,
konvensi. khususnya kebesaran raja-raja Kasunanan.
Fiksi sejarah membawa pembaca atau Penelitian mengenai cerita rakyat pernah
pendengar memperoleh wawasan yang dilakukan peneliti lain sebelumnya. Terdapat
luas. Fiksi sejarah juga membawa pembaca penelitian mengenai unsur sejarah dalam cerita
memperoleh informasi tentang realitas masa rakyat Bontang yang berhubungan dengan
lalu beserta perinciannya (Lindblad, 2018, adaptasi lingkungan masyarakat pendatang di
hlm. 148). Namun, karena ada tuntutan fiksi Bontang dan terlukis dalam cerita rakyatnya.
di dalam fiksi sejarah, maka fiksi sejarah juga Hasil penelitian menunjukkan adanya aspek
mengambil kebebasan dengan realitas sejarah adaptasi lingkungan pendatang dengan
yang telah ada. Fiksi sejarah mengalami menggunakan teknologi sederhana untuk
ketegangan antara keaslian sejarah dan fiksi. pembukaan daerah baru. Hal ini meupakan
Cerita rakyat merupakan bentuk karya bagian unsur sejarah cerita rakyat masyarakat
sastra yang mengandung unsur fiksi dan unsur pendatang di Bontang. Pola adaptasi ling­

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 209
Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222
(Nugraheni Eko Wardani)

kungan mereka lakukan secara sosial dan adanya 10 prinsip hidup yang belum banyak
religi. Hal ini diakibatkan perkembangan diketahui masyarakat Madura, antara lain
budaya masyarakat seiring munculnya per­ penghargaan terhadap air, pohon, harga diri,
niagaan dan ritual religi memberi sesaji ke laut kepemilikan bekal hidup, penghormatan
(Mustikawati, 2018). kepada perempuan, sikap yang hati-hati, ke­
Penelitian lain dilakukan oleh Riana percayaan kepada penyucian batin, me­nuntut
(2017) yang meneliti 4 cerita rakyat berbentuk ilmu agama, keta’dziman kepada kyai, dan
legenda, yaitu “Legenda Patung Batu kepatuhan kepada atasan.
Desa Pantun”, “Legenda Gua Kombeng”, Penelitian-penelitian yang ada sebe­
“Legenda Kutukan Sang Kudungga”, dan lumnya belum membahas mengenai sejarah
“Legenda Kisah Baung Putih”. Keempat dan fiksi dalam cerita rakyat, khu­susnya
legenda tersebut berkembang di wilayah “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda
Kerajaan Mulawarman. Berdasar keempat Kampung Sewu” Surakarta. Ber­dasar be­
legenda tersebut ditemukan bahwa terdapat berapa hasil penelitian mengenai cerita
fakta historis Kerajaan Mulawarman. Fakta rakyat tersebut, maka peneliti akan me­
historis ditunjukkan melalui beragam motif nganalisis mengenai cerita rakyat Surakarta,
tabu yang berlaku di wilayah bekas Kerajaan yaitu “Legenda Kampung Jagalan” dan
Mulawarman yang masih berlangsung sampai “Legenda Kampung Sewu” melalui aspek
saat ini. Motif tabu itu, yaitu tuhing jika sejarah dan fiksi dalam kedua cerita rakyat.
melakukan perbuatan yang merugikan orang Analisis ini akan ditekankan pada (1)
lain pada saat pesta Erau dengan cara mengusir mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk
orang tersebut dari pesta Erau, mengambil harta cerita rakyat Surakarta melalui “Legenda
kekayaan kerajaan, memperkaya diri sendiri Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung
dengan merampas kekayaan kerajaan dan Sewu”; (2) mendeskripsikan dan menjelaskan
melakukan pungutan liar kepada masyarakat, aspek sejarah dan peran Kanjeng Susuhunan
serta memakan ikan baung putih. Pelanggaran Pakubuwono II dan Kanjeng Susuhunan
terhadap tabu berakibat munculnya bencana Pakubuwono X dalam cerita rakyat tersebut;
bagi yang melanggarnya. (3) mendeskripsikan dan menjelaskan fiksi
Penelitian lain juga dilakukan Supra­ yang terdapat dalam cerita rakyat “Legenda
yitno, Rois, Harmanto, & Iman (2018) Kampung Jagalan”dan “Legenda Kampung
mengenai representasi falsafah Jawa dalam Sewu Surakarta”; (4) mendeskripsikan dan
cerita rakyat terjadinya Terowongan Air menjelaskan hubungan antara cerita rakyat
Mangge. Hasil penelitian menunjukkan dengan babad.
adanya tiga representasi falsafah hidup Jawa,
yaitu ketuhanan, sosial bermasyarakat dan METODE
kemanusiaan, serta alam sekitar. Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
sejenis mengenai cerita rakyat dilakukan yang mengaplikasikan penelitian deskriptif.
oleh Azhar (2017). Azhar meneliti mengenai Penelitian ini berfokus pada tujuan penelitian
prinsip hidup masyarakat Madura dalam tiga sesuai dengan metode penelitian yang digunakan
puluh dua cerita rakyat berbentuk legenda J.W. Creswell (2013, hlm. 22). Sumber data
yang ada di Madura. Hasilnya diketemukan dalam penelitian ini (1) Buku Cerita Rakyat

210 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta
(Nugraheni Eko Wardani)

Surakarta dan Yogyakarta yang ditulis oleh Tokoh dalam cerita rakyat ini merupakan tokoh-
N.E. Wardani (2018) dan diterbitkan oleh tokoh yang dianggap memiliki pengaruh pada
Diomedia. Dalam buku cerita rakyat tersebut masanya. Jika dilihat dari teori Danandjaja,
terdapat dua legenda, yaitu “Legenda Kampung maka cerita rakyat Kampung Jagalan ini
Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” termasuk dalam jenis legenda asal-usul nama
Surakarta; (2) dokumen berupa catatan hasil Kampung Jagalan.
wawancara informan dari Keraton Surakarta Legenda ini memiliki tiga tokoh utama,
dan pakar sastra lisan untuk dianalisis. yaitu Raden Ngabehi Mahesa Prawiro,
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui Tumenggung Harjonagoro, dan Kanjeng
(1) Analisis dokumen terhadap “Legenda Susuhunan Pakubuwono X (Wardani, 2018,
Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung hlm. 18). Raden Ngabehi Mahesa Prawiro
Sewu” Surakarta; (2) wawancara informan adalah seorang panewu (camat), Tumenggung
dilakukan dengan kerabat Keraton Surakarta Harjonagoro adalah seorang tumenggung
terkait aspek sejarah legenda. Wawancara juga (bupati), sedangkan Kanjeng Susuhunan
dilakukan dengan pakar sastra lisan terkait Pakubuwono X merupakan raja Kerajaan
dengan aspek fiksi legenda. Validitas data Surakarta (Kasunanan). Ketiga tokoh ini selalu
menggunakan triangulasi metode. Triangulasi berupaya menyejahterakan rakyatnya. Kanjeng
metode dilakukan dengan membandingkan data Susuhunan Pakubuwono X selalu mengajak
teks cerita rakyat dengan wawancara informan. kedua bawahannya tersebut berdiskusi dan
Analisis data menggunakan analisis model mencari solusi masalah masyarakatnya.
interaktif (Miles and Hubermann, 2014, hlm. Pada saat ada acara di Keraton Surakarta
20). Analisis model interaktif terdiri atas (1) (Kasunanan), Raden Ngabehi Mahesa Prawiro
pengumpulan data berupa dokumen kedua dan Tumenggung Harjonagoro juga diundang
legenda dan wawancara informan; (2) reduksi oleh raja. Mereka menyampaikan aspirasi
data. Berdasarkan pengumpulan data, data-data dari masyarakat, terutama berkaitan dengan
tersebut kemudian dicatat dalam kartu data dan kesejahteraan masyarakat. Raden Ngabehi
direduksi. Data-data yang sesuai dengan tujuan Maheso Prawiro menyampaikan kepada raja
penelitian akan disimpan untuk tahap analisis; bahwa masyarakat membutuhkan abbatoir
(3) penyajian data merupakan tahap analisis (tempat penyembelihan hewan) yang lebih
data yang dilakukan secara interaktif dan terus sehat dan lebih baik. Selama ini masyarakat
menerus sampai tercapainya tujuan penelitian; melakukan penyembelihan di sembarang
(4) penarikan kesimpulan merupakan tahap tempat dengan kualitas daging yang diragukan
akhir penelitian. kebersihan dan kesehatannya. Sementara,
Tumenggung Harjonagoro menyampaikan
HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa masyarakatnya sebagian besar berprofesi
Bentuk Cerita Rakyat “Legenda Kampung sebagai pedagang. Namun, mereka sering ber­
Jagalan” jualan di pinggir jalan secara liar. Masyarakat
Cerita rakyat “Legenda Kampung Jagalan” sangat membutuhkan pasar sebagai tempat
ini termasuk dalam bentuk legenda karena kegiatan jual beli. Kanjeng Paku Buwono X
merupakan cerita prosa rakyat yang dianggap menerima aspirasi dari kedua abdinya tersebut.
benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Beliaupun berjanji akan memenuhi keinginan

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 211
Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222
(Nugraheni Eko Wardani)

masyarakat untuk memiliki abbatoir yang sehat dijual di pesisir. Beras, kelapa, gula merah,
dan pasar. bawang, dan lain-lain merupakan produk
Aspirasi Raden Ngabehi Maheso Prawiro daerah pedalaman yang kemudian dinaikkan ke
dan Tumenggung Harjonagoro tersebut kapal untuk dibawa dan dijual ke daerah pesisir.
tidak lama kemudian dipenuhi oleh Kanjeng Pelabuhan besar ini mampu mendatangkan
Susuhunan Pakubuwono X. Raja mendirikan kekuatan ekonomi bagi Kerajaan Surakarta
abbatoir dan pasar. Perekonomian masyarakat yang saat itu berada di dalam pemerintahan
meningkat dengan pesat. Banyak peternak Pakubuwono II. Perekonomian rakyat
datang ke abbatoir untuk menyembelih mengalami kemajuan pesat. Seiring dengan
hewan ternaknya dan kemudian dijual ke kemajuan pesat masyarakat, Pakubuwono
pasar. Laju perekonomian yang baik tersebut II banyak mengalami permasalahan dalam
tentu meningkatkan taraf hidup masyarakat. pemerintahannya. Pertentangan yang dilakukan
Kampung yang menjadi tempat penyembelihan dengan saudara-saudaranya sering terjadi.
itu kemudian disebut Kampung Jagalan (dari Pemberontakan dilakukan pula oleh Pangeran
kata jagal yang dalam bahasa Jawa artinya Kuning yang berusaha merebut kekuasaannya.
orang yang pekerjaannya menyembelih hewan Pada saat terjadi pemberontakan,
ternak). Pakubuwono II selalu meminta bantuan Be­
landa. Dalam menjalankan roda pemerintahan
Bentuk Cerita Rakyat “Legenda Kampung ia berhubungan dekat dengan Belanda. Sering
Sewu” keputusan raja harus meminta pertimbangan
Cerita rakyat “Legenda Kampung Sewu” Belanda. Belanda terlalu jauh mencampuri
merupakan bentuk cerita rakyat legenda asal- urusan kerajaan. Kondisi ini makin mengundang
usul nama Kampung Sewu. “Legenda Kampung ketidakpuasan di lingkungan istana dan
Sewu” berlatar masa kerajaan Kasunanan masyarakat karena kebijakan yang diambil
Surakarta di bawah kepemimpinan Kanjeng sering menguntungkan kepentingan Belanda.
Susuhunan Pakubuwono II. Tokoh utama Ternyata tidak mudah menghadapi
dalam cerita ini adalah Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II yang diperkuat pasukan Be­
Pakubuwono II, Pangeran Mangkubumi, landa. Belanda selalu memperkuat diri dengan
Pangeran Kuning, Raden Mas Said (Wardani, memperbanyak pasukan dan persenjataan
2018, hlm. 34). modern. Semakin lama Pakubuwono II
Pada masa pemerintahan Susuhunan semakin tidak berdaya menghadapi Belanda.
Pakubuwono II, pelabuhan Beton yang terletak Perdagangan melalui dermaga perlahan-lahan
di Nusukan Surakarta merupakan salah satu dikuasai oleh Belanda melalui keputusan
pelabuhan besar. Kapal-kapal dari Surabaya Pakubuwono II menarik pajak yang tinggi. Pelan-
dan Gresik sering berlabuh di dermaga untuk pelan perekonomian masyarakat mengalami
melakukan perdagangan dan transaksi jual kemunduran. Api pemberontakanpun tidak
beli di sana. Rempah-rempah, peralatan rumah hanya dilakukan saudara-saudaranya, tetapi
tangga, tembikar, kain sutera, garam, dan lain- juga pedagang-pedagang etnis Tionghoa yang
lain diperjualbelikan di pelabuhan tersebut. merasa dirugikan oleh kebijakan pajak tinggi
Selain menurunkan muatan, pelabuhan tersebut dari Pakubuwono II.
juga digunakan untuk menaikkan muatan guna Pada bagian lain diceritakan mengenai

212 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta
(Nugraheni Eko Wardani)

Pangeran Mangkubumi, saudara Susuhunan Mataram pecah menjadi 2 melalui perjanjian


Pakubuwono II, yang merupakan salah seorang Giyanti, sehingga wilayah Mataram berada di
pemberontak pemerintahannya. Mangkubumi Kota Surakarta dan Yogyakarta. Kerajaan di
melarikan diri dari kejaran pasukan Pakubuwono Surakarta disebut sebagai Kasunanan dengan
II. Mangkubumi sampai di sebuah desa dan rajanya yang bergelar Susuhunan Pakubuwono.
bertemu dengan Raden Mas Sindunagara, Kerajaan di Yogyakarta disebut sebagai
salah seorang abdinya. Pangeran Mangkubumi Kasultanan dengan rajanya yang bergelar Sri
meminta tolong kepada Sindunagara untuk Sultan Hamengkubuwono.
dicarikan tempat bermeditasi dan mendekatkan Keraton Surakarta mengalami masa
diri kepada Tuhan. Pangeran Mangkubumi ingin kejayaan ketika berada dalam pemerintahan
bersemedi memohon petunjuk kepada Tuhan Susuhunan Pakubuwono X. Pakubuwono X
mengenai tindakan yang harus dilakukannya bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun
saat menghadapi kejaran Pakubuwono II. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono Senopati Ing
Pagi hari setelah bertirakat, Pangeran Ngalogo Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo
Mangkubumi mendapatkan petunjuk Tuhan Khalifatullah Ingkang Kaping X (Joebagio,
untuk berjuang melawan Pakubuwono II dan 2017, hlm. 119). Nama tersebut mengindikasikan
Belanda melalui kerja sama dengan Raden bahwa Pakubuwono X bukan hanya menjadi
Mas Said yang juga seorang pemberontak. Ia raja (kepala pemerintahan keraton), tetapi
akan bergabung dengan Raden Mas Said yang juga menjadi panglima tertinggi angkatan
saat ini sudah berada di bumi Sukowati. Di perang (Senopati Ing Ngalogo), dan pemimpin
Sukowati mereka akan memperkuat pasukan. agama (Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo
Sebelum Pangeran Mangkubumi berangkat Khalifatullah) (Nurhajjani, 2000, hlm. 110).
menuju Sukowati, Pangeran Mangkubumi Pemikiran Pakubuwono X melebihi pemikiran
terlebih dahulu memberikan nama tempatnya raja-raja sebelumnya di mana kebijakan yang
bersemedi sebagai Kampung Sewu karena dilakukannya mempertimbangkan aspirasi dari
di lokasi tersebut banyak pohon kelapa yang para menteri yang menjadi bawahannya. Hal
buahnya ribuan. Sewu dalam bahasa Jawa yang bersifat sejarah tersebut ada juga dalam
artinya ribuan. kisah “Legenda Kampung Jagalan” seperti
kutipan berikut.
Aspek Sejarah dan Peran Kanjeng
Siang itu di Keraton Surakarta Hadiningrat
Susuhunan Pakubuwono X dalam Cerita
diadakan pertemuan yang dihadiri oleh
Rakyat“ Legenda Kampung Jagalan” semua adipati dan panewu di seluruh
Keraton Mataram merupakan kerajaan yang kotapraja Surakarta. Raja dan para bawahan
berada di Pulau Jawa dengan wilayah yang melaksanakan rapat untuk memecahkan
membentang antara Jawa Tengah, Yogyakarta, berbagai masalah kerajaan, termasuk keinginan
membangun abattoir dan pasar (Wardani,
dan Jawa Timur. Keraton ini didirikan oleh
2018, hlm. 20).
Panembahan Senopati, tetapi kerajaan ini
menjadi sebuah kerajaan besar pada zaman Pakubuwono X sangat menekankan
Panembahan Agung yang kemudian memiliki pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam
nama dan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma bidang ekonomi dan pendidikan. Melalui
Sayidin Panatagama Khalifatullah. Kerajaan aspek pendidikan dan ekonomi, Pakubuwono

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 213
Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222
(Nugraheni Eko Wardani)

X ingin menciptakan nagari panjang punjung, selalu mendengarkan aspirasi rakyatnya secara
pasir wukir loh jinawi subur makmur, gemah terbuka dan berusaha melaksanakan keinginan
ripah karta raharja (Soeratman, 2000, hlm. rakyatnya. Pendapat Joebagio (2017) yang
6). Artinya, melalui pembangunan pendidikan mengatakan bahwa Susuhunan Pakubuwono
dan ekonomi diharapkan tercipta kemakmuran, X adalah seorang raja yang terbuka dan
ketentraman, kedamaian, keamanan dan bijaksana. Ia melaksanakan pembangunan
kesejahteraan masyarakat, sehingga kerajaan untuk mensejahterakan rakyat, yang meliputi
di bawah Susuhunan Pakubuwono X menjadi bidang ekonomi, pendidikan, politik, dan
terkenal dan termasyur. sosial. Pendapat Joebagio diperkuat pendapat
Pada masa pemerintahan Pakubuwono X, (Nurhajjani, 2000) yang menyatakan bahwa
rakyat Surakarta benar-benar memiliki seorang selama pemerintahan Susuhunan Pakubuwono
raja yang arif bijaksana. Raja memiliki sikap X, Susuhunan banyak membangun pasar dan
terbuka untuk menerima berbagai pemikiran jembatan sebagai sarana perekonomian dan
yang dipandang positif dan membawa kebaikan perhubungan.
bagi rakyatnya. Hal tersebut tampak dalam
kutipan “Legenda Kampung Jagalan” berikut. Aspek Sejarah dan Peran Kanjeng
Susuhunan Pakubuwono II dalam Cerita
Sejak abbatoir diresmikan, maka geliat
Rakyat Legenda Kampung Sewu”
perekonomian Kampung Jagalan meningkat.
Para jagal mulai banyak bermunculan di sekitar Susuhunan Pakubuwono II merupakan raja
abbatoir. Orang yang menggiring sapi dalam yang memerintah saat kondisi rakyat sedang
jumlah besar datang dari berbagai daerah di mencapai kemakmuran sekaligus kejatuhannya
sekitar Surakarta, seperti Madiun, Ngawi, serta pemberontakan yang terjadi di mana-
Magetan, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo,
mana. Faktor utama terjadinya pemberontakan
Wonogiri, Boyolali, Klaten, dan sebagainya.
Puluhan sapi keluar masuk abbatoir setiap adalah ketidakpuasan pada pemerintahan
hari sehingga transaksi dan perputaran uang Pakubuwono II dan munculnya intervensi
semakin cepat (Wardani, 2018, hlm. 27–28). penjajah Belanda pada kebijakan-kebijakan
yang dibuat oleh Pakubuwono II. Pakubuwono
Sifat arif dan bijaksana Kanjeng II dalam rangka perjuangan memperebutkan
Susuhunan Pakubuwono X ini disebabkan suksesi, selalu meminta bantuan Belanda tanpa
karena pergaulan Pakubuwono X tidak hanya menyadari sifat kehadiran Belanda yang pada
terbatas di lingkungan istana dan pejabat Belanda dasarnya merugikan. Sementara itu posisi
(Joebagio, 2017, hlm. 123). Pakubuwono X penjajah Belanda semakin membesar dan
memiliki pergaulan yang luas pula di kalangan dikonsolidasi melalui serangkaian kontrak
kaum intelektual dan masyarakat. Melalui dan konsesi sebagai pembayarannya (Ricklefs,
pergaulan yang luas tersebut, Pakubuwono 2002, hlm. 26). Pendapat tersebut juga terdapat
X banyak belajar melakukan tindakan yang dalam isi cerita “Legenda Kampung Sewu”
bijaksana dan melakukan perubahan-perubahan berikut.
dalam masyarakat untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat. Dalam cerita rakyat Pelabuhan Beton dan Kampung Semanggi,
“Legenda Kampung Jagalan”, ditunjukkan Nusukan, dan Kalangan menjadi bagian
kekuasaan Kanjeng Susuhunan Pakubuwono
bahwa raja, melalui bawahan-bawahannya,
II. Pada waktu itu Kanjeng Susuhunan

214 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta
(Nugraheni Eko Wardani)

Pakubuwono II menjalin hubungan yang erat Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi.
dengan Belanda. Lama kelamaan Kanjeng Dikisahkan Pangeran Mangkubumi melarikan
Susuhunan Pakubuwono II lebih percaya
diri dari keraton dan sampai di suatu tempat
kepada Belanda, sehingga setiap kebijakannya
selalu meminta persetujuan Belanda (Wardani, untuk bersemedi guna mendapat petunjuk dari
2018, hlm. 37). Tuhan. Setelah keesokan harinya mendapatkan
petunjuk Tuhan, Pangeran Mangkubumi
Berdasar pendapat Ricklefs dan isi cerita memberi nama tempat semedi tersebut sebagai
“Legenda Kampung Sewu”, Susuhunan Kampung Sewu karena di sekitar tempat semedi
Pakubowono II memiliki hubungan yang terdapat banyak pohon kelapa dengan ribuan
sangat dekat dengan penjajah Belanda. buahnya. Pangeran Mangkubumi pun bertekad
Dalam menghadapi musuh terutama saudara- bulat untuk terus melanjutkan perjuangannya
saudaranya sendiri dan mempertahankan dengan bergabung bersama pemberontak yang
kekuasaannya, Susuhunan Pakubuwono II lain, yaitu Raden Mas Said yang saat itu sedang
selalu meminta bantuan Belanda. Bahkan lama memperkuat pasukannya di Sukowati. Hal itu
kelamaan, raja tidak lagi memiliki kekuatan tampak dalam kutipan berikut.
politik akibat adanya kontrak dan konsesi
pembayaran atas bantuan yang diberikan Ketika siang mulai menjelang, Pangeran
Mangkubumi dan rombongan berniat
penjajah Belanda. Beberapa wilayah kerajaan
melanjutkan perjalanan. Berdasar petunjuk
jatuh ke tangan penjajah Belanda. Susuhunan yang didapat Pangeran Mangkubumi semalam,
Pakubuwono II merupakan raja yang sangat ia dan rombongan akan berjalan menuju
disukai penjajah Belanda karena sikapnya utara, tepatnya menuju Sukowati. Pangeran
yang kooperatif pada penjajah dan selalu Mangkubumi akan bergabung dengan Raden
Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa
meminta pertimbangan penjajah Belanda ketika yang sudah terlebih dahulu sampai di bumi
membuat keputusan penting bagi kerajaan. Sukowati (Wardani, 2018, hlm. 45).
Pada masa kekuasaan Susuhunan
Pakubuwono II, pemberontakan terjadi di Dalam sejarah, hubungan antara
mana-mana dan terutama dicetuskan oleh Pakubuwono II, Pangeran Mangkubumi, dan
saudara-saudara Pakubuwono II sendiri. Raden Mas Said merupakan hubungan saudara
Pada masa pemerintahan Pakubuwono II ada yang berantakan akibat campur tangan Belanda.
beberapa saudara dan pengikut-pengikutnya Berbagai kebijakan Pakubuwono II yang sangat
yang berusaha memberontak (Ricklefs, 2002, tergantung kepada Belanda menyebabkan
hlm. 60–69). Nama-nama mereka, antara lain ketidakpuasan pada diri Raden Mas Said. Ia
Pangeran Arya Mangkunegara, Mas Garendi tumbuh menjadi seorang pemberontak dengan
(Sunan Kuning), Raden Mas Said, Pangeran pengikut dan kekuatan yang sangat besar.
Singasari, dan Pangeran Mangkubumi. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan
Beberapa di antara para pemberontak ini, Pakubuwono II. Pakubuwono II berjanji
atas bantuan Belanda, berhasil dienyahkan bahwa siapapun yang berhasil mengusir
Pakubuwono II dari keraton dan dibuang atau para pemberontak yang berada di bawah
melarikan diri keluar keraton. kepemimpinan Raden Mas Said dari Sukowati
Dalam “Legenda Kampung Sewu” akan diberikan kekuasaan atas 3.000 cacah
disebutkan adanya 2 pemberontak, yaitu (rumah tangga) di wilayah Sukowati (Ricklefs,

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 215
Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222
(Nugraheni Eko Wardani)

2002, hlm. 63). Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan”


Janji tersebut tentu sangat menarik bagi dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta
banyak ksatria. Hal tersebut terjadi karena Fiksi bersifat imajiner, masuk akal, dan
wilayah yang akan dikuasai sangat luas. mengandung kebenaran yang mendramatisasikan
Wilayah kekuasaan yang luas memungkinkan hubungan antarmanusia (Nurgiyantoro, 2000,
kekuasaan politik yang besar pula. Salah hlm. 25). Fiksi sejarah meskipun berlatar
seorang ksatria yang tertarik pada tantangan itu sejarah yang ada dalam kenyataan, tetapi fiksi
adalah Pangeran Mangkubumi. Hadiah wilayah ini tetap mengikuti kaidah-kaidah sebagai karya
Sukowati yang luas tersebut memungkinkan yang imajinatif, masuk akal, dan mengandung
Mangkubumi memiliki kekuasaannya sendiri. kebenaran yang mendramatisasikan hubungan
Iapun bekerja keras memperkuat pasukan agar antarmanusia. Hal senada diungkapkan Linbald
dapat mengalahkan dan mengusir Raden Mas di atas mengenai pemenuhan konvensi sastra
Said dari Sukowati. termasuk logika internal, dari ketegangan
Dengan kekuatan yang besar, Pangeran dan konvensi. Meskipun mengandung aspek
Mangkubumi berhasil menguasai Sukowati sejarah, fiksi sejarah berbentuk cerita rakyat
dan memukul mundur pasukan Raden jenis legenda ini tidak 100% merupakan
Mas Said. Oleh karena itulah, ia kemudian sejarah. Ada unsur fiksi di dalamnya.
menuntut hadiah wilayah Sukowati seperti “Legenda Kampung Jagalan” dan
yang dijanjikan Pakubuwono II (Ricklefs, “Legenda Kampung Sewu” merupakan bentuk
2002, hlm. 64). Namun, atas pengaruh Belanda, karya sastra fiksi sejarah karena di dalam
Pakubuwono II melanggar janjinya. Hadiah legenda ini terdapat unsur sejarah dan unsur
yang sedianya diberikan ditarik kembali karena fiksi sekaligus. Ada ketegangan antara sejarah
menurut Belanda, wilayah yang diberikan dan fiksi. Tokoh-tokoh dan latar tempat
kepada Pangeran Mangkubumi sangat luas. dalam legenda tersebut terkait dengan tokoh
Jika wilayah yang diberikan sebagai hadiah dan latar tempat dalam kehidupan nyata.
terlalu luas, maka niscaya kekuasaan Pangeran “Legenda Kampung Jagalan” terkait dengan
Mangkubumi kelak juga akan semakin besar. tokoh Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X
Kekuasaan yang besar tersebut tentu sangat dan kebesaran Keraton Surakarta pada tahun
berbahaya untuk Keraton Surakarta. 1893—1939. “Legenda Kampung Sewu”
Akibat janji yang tidak ditepati, Pangeran terkait dengan tokoh Kanjeng Susuhunan
Mangkubumi pun melakukan pemberontakan Pakubuwono II dan Keraton Kartasura yang
kepada raja. Ia bergabung dengan Raden Mas kemudian berpindah ke Surakarta. Susuhunan
Said yang semula merupakan pemberontak Pakubuwono II memerintah Keraton Surakarta
yang ditumpasnya. Pangeran Mangkubumi pada tahun 1726—1749.
menikahkan putrinya, Ratu Bendara dengan Meskipun mengandung unsur sejarah,
Raden Mas Said sebagai pengikat kerjasama namun sebagai karya historical fiction, kedua
(Ricklefs, 2002, hlm. 69). Kolaborasi antara legenda ini mengandung unsur-unsur fiksi.
Mangkubumi dan Raden Mas Said ini sangat Unsur fiksi di dalam “Legenda Kampung
kuat dan mampu menguasai beberapa wilayah Jagalan” terletak pada hadirnya tokoh-
serta memerangi penjajah Belanda. tokoh bawahan yang berasal dari kalangan
rakyat jelata. Hadirnya tokoh bawahan yang

216 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta
(Nugraheni Eko Wardani)

berasal dari kalangan rakyat ini menandakan menghadirkan pula tokoh tambahan yang juga
bahwa cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dari rakyat jelata. Tokoh-tokoh tersebut,
berkembang di kalangan rakyat. Hal ini antara lain Darjo, Harto, Minto, dan beberapa
sesuai pendapat Waluyo dalam wawancara nama lain yang bekerja sebagai kuli angkut
informan ahli sastra lisan bahwa cerita rakyat dermaga. Hadirnya tokoh-tokoh tersebut untuk
di Jawa selalu menghadirkan raja-raja Keraton memperkuat alur cerita, penokohan, dan latar
Mataram sebagai tokoh yang memang ada yang ada dalam “Legenda Kampung Sewu”.
dalam kenyataan, sedangkan untuk tokoh- Dialog yang menunjukkan unsur fiksi sebagai
tokoh bawahan dihadirkan tokoh-tokoh yang berikut.
bersifat imajiner. “Legenda Kampung Jagalan”
“Kang, mbok ya berhenti merokok. Sudah
menghadirkan tokoh bawahan, seperti Mbah
batuk-batuk begitu. Kalau kakang sakit,
Harto, Wiryo Drajat, Klemuk Sartoraharjo, dan kasihan mbakyu nanti. Siapa yang akan
sebagainya. Mereka merupakan rakyat keraton mencari uang untuk mbakyu dan anak-anak,”
Surakarta. Mereka merupakan tokoh tambahan kata seorang kuli angkut yang umurnya lebih
yang juga berasal dari rakyat dan dihadirkan muda (Wardani, 2018, hlm. 36).
dalam cerita. Beberapa latar yang melukiskan
Unsur fiksi yang lain dari “Legenda
kehidupan masyarakat jelata juga merupakan
Kampung Jagalan” adalah penceritaan
fiksi. Hal itu tampak dalam kutipan berikut.
mengenai era revolusi. Dalam legenda
Pagi hari telah tiba. Orang-orang mulai disampaikan bahwa era revolusi terjadi pada
beraktivitas mencari rezeki untuk kelangsungan saat pemerintahan Pakubuwono X. Padahal
hidupnya. Begitu pula dengan para pengusaha revolusi kemerdekaan Indonesia terjadi pada
sapi. Mereka sibuk menghitung ternaknya yang
baru didatangkan dari Sragen, Karanganyar,
tahun 1945 dan pemerintahan Pakubuwono X
Sukoharjo, Wonogiri, dan daerah-daerah lain berakhir pada tahun 1939. Pada saat revolusi
(Wardani, 2018, hlm. 19). ini, timbul peperangan antara Tentara Pelajar
(TP) melawan penjajah Belanda. Penjajah
Lukisan kisah narasi mengenai latar situasi Belanda ingin menguasai abattoir sebagai
pagi hari di pasar ini menandakan bahwa pada markas pasukannya. Bangunan abattoir
legenda tersebut mengandung unsur fiksi untuk yang luas menyebabkan Belanda berhasrat
memperindah alur cerita. Dialog-dialog yang merebutnya agar tidak perlu membangun
dilakukan untuk memperkuat alur menunjukkan gedung lagi. Mereka cukup menambah sirine
pula adanya unsur fiksi dalam cerita rakyat. Hal untuk memantau dari jauh pergerakan Tentara
ini dapat dicermati melalui kutipan berikut. Pelajar (Wardani, 2018, hlm. 31).
Masa kegelapan akibat perang ini me­
“Kang, sebentar lagi di kampung kita akan
nyebabkan perekonomian warga yang sudah
didirikan pasar,” Kata Wiryo Drajat.“Oya?
Wah senang ya, Sinuhun sangat baik pada mulai pulih menjadi berantakan. Bertahun-
kita. Akhirnya kita tidak perlu berjualan di tahun masyarakat hidup dalam keprihatinan.
pinggir jalan lagi,” Kata Mbah Harto dengan Ketika Indonesia merdeka, abattoir bisa
wajah berseri-seri (Wardani, 2018, hlm. 23). diambil alih dan dikembalikan fungsinya
sebagai tempat penyembelihan hewan ternak.
Seperti halnya “Legenda Kampung
Jika dicermati melalui tahun terjadinya
Jagalan”, “Legenda Kampung Sewu”
revolusi kemerdekaan dan tahun ketika

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 217
Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222
(Nugraheni Eko Wardani)

Susuhunan Pakubuwono X memerintah, maka pembaca atau pendengarnya melalui nilai-nilai


peristiwa perang revolusi melawan Belanda yang ada dalam cerita rakyat tersebut. Karena
ini terjadi pada masa pemerintahan Susuhunan cerita rakyat dipandang memiliki nilai positif
Pakubuwono XII. Hal ini dapat dicermati yang bermanfaat bagi pembaca, khususnya
melalui kutipan berikut. generasi muda, maka cerita rakyat juga masuk
dalam kurikulum 2013 sejak SD sampai SMA.
Perubahan tragis terjadi setelah Pakubuwono
Fungsi kebermanfaatan ketika siswa membaca
X wafat karena penggantinya (Pakubuwono
XI dan Pakubuwono XII) tidak mampu cerita rakyat adalah diketemukannya nilai (1)
melanjutkan struktur peluang politik maupun toleransi; (2)kerja keras; (3) mandiri; (4) cinta
ekonomi. Pakubuwono XI yang berkuasa tanah air; (5) menghargai prestasi; (6) peduli
tahun 1939-1944 tunduk kepada penjajah. sosial; (7) tanggung jawab.
Sementara Pakubuwono XII yang memerintah
tahun 1944-2005 terperosok pada kesalahan
diplomasi sepanjang revolusi kemerdekaan Hubungan antara Cerita Rakyat dengan
(Joebagio, 2017, hlm. 311–312). Babad
Selain cerita rakyat, bentuk fiksi sejarah ada
Unsur fiksi dalam “Legenda Kampung dalam hikayat dan babad. Hikayat menyangkut
Jagalan”dan “Legenda Kampung Sewu” fiksi sejarah yang menceritakan kehidupan
terdapat pada tokoh-tokoh rakyat jelata, istana, raja-raja, dan kaum bangsawan
latar tempat yang menyangkut tokoh-tokoh dengan segala kepahlawanannya. Hikayat
tambahan rakyat jelata, dan dialog yang terjadi berkembang pada zaman Melayu Lama,
antartokoh. Hal ini terjadi karena sebagai sehingga menggunakan bahasa Melayu. Babad
sebuah karya fiksi sejarah, unsur kemenarikan merupakan fiksi sejarah yang berasal dari Jawa,
cerita harus ditonjolkan melalui struktur cerita khususnya berkaitan dengan kisah raja-raja
seperti alur, penokohan, dan latar. Hal ini sesuai Kerajaan Mataram.
pendapat Horace (Teew, 2016, hlm. 10) yang Silsilah mengenai kerajaan Mataram
menyatakan bahwa karya sastra mengandung terdapat pada Babad Tanah Jawa. Di dalam
2 unsur, yaitu dulce et utile (menghibur dan babad tersebut dikisahkan mengenai mulai
bermanfaat).Selain berfungsi menghibur, berdirinya Kerajaan Mataram, kebesarannya,
karya sastra (khususnya cerita rakyat) juga serta riwayat raja-raja yang berkuasa. Babad
harus memiliki fungsi memberi manfaat bagi Sultan Agung menceritakan mengenai
pembaca. Nilai menghibur terletak pada jalinan kebesaran salahsatu raja keturunan Mataram
alur, penokohan, dan latar yang terjalin dengan dan bagaimana Sultan Agung menjadi raja
erat membentuk kesatuan cerita yang holistik. besar di wilayah kekuasaan Mataram.
Fungsi manfaat melalui nilai-nilai moral, nilai Cerita rakyat merupakan fiksi sejarah
kearifan lokal, dan nilai budi pekerti yang yang berbentuk lisan, sedangkan babad me­
terdapat dalam cerita. rupakan fiksi sejarah yang berbentuk tertulis.
Unsur fiksi yang berfungsi menghibur Bentuk lisan cerita rakyat terjadi karena cerita
pembaca menyebabkan cerita rakyat tetap ini berkembang di kalangan rakyat yang
dapat dinikmati oleh masyarakat dari zaman kemunculannya merupakan cerita dari mulut
dahulu sampai pada zaman sekarang. Cerita ke mulut. Hal ini disebabkan karena rakyat
rakyat juga memiliki kebermanfaatan bagi pada zaman dahulu belum mengenal tradisi

218 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta
(Nugraheni Eko Wardani)

tulis. Namun, seiring perkembangan zaman,


tradisi lisan cerita rakyat itu perlahan-lahan “Pangeran Dipati bermimpi, masjid tempat
ia tidur terlihat berlubang di bagian atas.
dapat terdokumentasikan dalam bentuk tertulis.
Kemudian, ada bulan berjumlah tujuh
Babad merupakan fiksi sejarah yang buah dari langit masuk ke dalam dadanya.
berbentuk tulis. Babad ditulis oleh pujangga Selanjutnya, ada seorang bocah sebesar hulu
khusus yang diangkat oleh raja untuk keris, bersinar seperti matahari, ditangkap
menceritakan mengenai kehidupan istana. oleh Pangeran Dipati, tetapi tidak kena.
Bocah sebesar hulu keris itu juga masuk ke
Pada awalnya, babad dianggap sebagai sejarah
dalam dadanya. Pangeran Dipati terkejut,
karena mengemukakan tokoh-tokoh dan kemudian bangun...berpikir bahwa (ia)
latar sesuai dengan tokoh dan latar dalam kejatuhan cahaya nurbuat. Pangeran Dipati
kehidupan nyata. Misalnya dalam Babad lalu memiliki keinginan untuk menjadi raja
dan membatalkan niat untuk naik haji dan
Tanah Jawa diceritakan mengenai asal-mula
angan-angannya Tanah Jawa seolah-olah
berdirinya dinasti Mataram sejak Panembahan sudah berada dalam genggaman tangannya.
Senopati sampai Amangkurat II sebelum Pangeran Adipati Anom mengumpulkan para
Mataram terpecah menjadi Keraton Surakarta pengikut setianya dan memproklamasikan
dan Keraton Yogyakarta. Tokoh-tokoh dan dirinya sebagai raja menggantikan ayahnya.
Para mengikutnya tak ada yang menyangsikan
latar dalam babad ini melukiskan hal nyata
keinginan tuannnya karena mereka melihat
pada pergantian generasi penguasa Mataram. wajah tuannya “sebelumnya pucat lesu,
Namun, ada unsur-unsur fiksi dalam babad sekarang bersinar dan berwibawa” (Meinsma,
tersebut yang menyangkut suksesi seorang 1941, hlm. 174).
raja dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat
mite. Unsur fiksi terkait munculnya berbagai Dalam kutipan Babad Tanah Jawa tersebut
hal gaib mengiringi pergantian raja Mataram. terlihat bahwa seorang Pangeran ketika
Peristiwa gaib itu dipercaya, sehingga calon raja akan menjadi raja dan mengalami suksesi
yang mengalaminya memang menjadi calon pasti mendapatkan wahyu kapujanggan atau
raja yang sah menduduki tahta Mataram. Hal cahaya nurbuat yang hanya pangeran itu
tersebut tampak dalam kutipan berikut. yang mengalaminya. Maka pangeran yang
mengalami mendapatkan wahyu kedhaton ini
Pangeran Dipati wau supena, masjid ingkang berhak menjadi raja karena dipandang sebagai
dipun enggeni sare punika ketingal growong orang yang ditunjuk menggantikan raja
ing nginggil. Anunten wonten rembulan
sebelumnya. Kecakapan calon raja untuk
katahipun pitu saking ing langit lajeng
manjing ing jajanipun. Nunten onten lare menerima cahaya nurbuat ini merupakan tanda
saukiran keris, cahyanipun kadhos srengenge, bahwa calon raja juga memiliki kesaktian.
dipun candhak dateng Pangeran Dipati, Hal-hal yang bersifat mistis dan bagaimana
mboten kenging. Lare saukiran wau inggih raja menguasai hal-hal yang bersifat mistis
lajeng manjing ing jajanipun. Pangeran
Dipati kaget, nunten wungu...nggraita yen
tersebut menyebabkan raja dianggap sebagai
kedhawahan cahya nurbuat. Pangeran Dipati calon pemimpin yang luar biasa. Dalam
lajeng agadah cipta, sumedya jumeneng nata, Babad Sultan Agung ditunjukkan pula bahwa
nggenipun bade kesah kaji mboten siyos, sarta untuk mengontrol wilayah Keraton Mataram,
ciptanipun, ing tanah Jawi prasasat sampun
Sultan Agung naik permadani terbang. Hal
kegegem ing astanipun (Meinsma, 1941, hlm.
174). tersebut tentu tidak ada dalam kenyataan bahwa

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 219
Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222
(Nugraheni Eko Wardani)

seseorang bisa naik permadani terbang. Bahkan Mataram memiliki konsep kekuasaan, antara
Sultan Agung dikatakan naik haji ke Mekkah lain wenang wisesa ing sanagari (berwenang
dengan sekali terbang menggunakan permadani tertinggi di seluruh negeri), gung binathara bau
tersebut. Unsur-unsur tersebut merupakan dhendha nyakrawati (sebesar kekuasaan dewa,
unsur fiksi dalam babad. Apalagi dalam babad, pemelihara hukum, dan penguasa dunia), dan
misalnya Babad Tanah Jawa, disebutkan berbudi bawa leksana ambeg adil paramarta
bahwa Sultan Agung dapat menguasai seluruh (meluap budi luhur mulia dan sikap adilnya
pulau Jawa. Ketika cerita tersebut dicocokkan terhadap semua yang hidup) (Moedjanto, 2000,
dengan data sejarah, ternyata Sultan Agung hlm. 15).
belum bisa menguasai seluruh Pulau Jawa. Ketiga isi konsep kekuasaan dinasti raja
Wilayah Jawa Barat dan Batavia tidak berada Mataram tersebut menunjukkan bahwa dinasti
dalam kekuasaan Mataram karena kedua raja Mataram memiliki kekuasaan yang absolut.
wilayah tersebut terlanjur dikuasai penjajah Ia memiliki kekuasaan di seluruh wilayah
Portugis. Ketidaksesuaian antara data sejarah Mataram, bahkan kekuasaannya disamakan
dengan isi cerita inilah yang merupakan unsur dengan kekuasaan dewa, serta iapun memiliki
fiksi dalam babad. Hal ini dipergunakan oleh wewenang menetapkan hukum dan hukuman
pujangga di masa penulisan babad tersebut bagi seluruh rakyatnya. Namun, di balik
sebagai upaya legitimasi nama raja. Legitimasi kekuasaannya yang bersifat absolut, raja harus
ini ditujukan untuk menunjukkan bahwa raja tetap memiliki kewajiban moral yang baik,
Mataram bukanlah orang sembarangan. Mereka yaitu melalui perilakunya yang luhur mulia dan
merupakan penguasa yang memiliki kesaktian adil terhadap rakyatnya.
luar biasa. Seperti halnya dalam babad, dalam cerita
Babad merupakan karya sastra tertulis rakyat “Legenda Kampung Jagalan” dan
yang bersifat istana sentris karena pusat kisah “Legenda Kampung Sewu” ditunjukkan raja
adalah seputar kehidupan di Keraton Mataram. merupakan seseorang yang memiliki kesaktian
Cerita rakyat merupakan karya sastra lisan luar biasa, kekuasaan yang besar, pemimpin
yang kemudian disusun dalam bentuk tertulis, yang baik dan memperhatikan kepentingan
tetapi sumber asli cerita tetap merupakan rakyatnya. Meskipun Susuhunan Pakubuwono
sastra lisan. Cerita rakyat bersifat masyarakat II menghadapi banyak intrik peperangan
sentris karena mengisahkan kehidupan rakyat dengan saudara-saudaranya, tetapi ia tetap
jelata dalam hubungannya dengan penguasa memikirkan kepentingan rakyatnya.
(raja). Meskipun tokoh utama cerita tetaplah Unsur fiksi pada cerita rakyat dan babad
raja, tetapi latar dan inti cerita mengisahkan terletak juga pada unsur penokohan. Cerita
mengenai kehidupan rakyat jelata. rakyat berkembang di kalangan rakyat sehingga
Hubungan antara raja dan rakyat jelata unsur fiksi di dalamnya melibatkan kehadiran
dalam cerita rakyat ditunjukkan sebagai rakyat sebagai tokoh cerita meskipun rakyat
hubungan antara raja sebagai patron dan yang ditampilkan merupakan tokoh tambahan
rakyat jelata sebagai client. Hubungan ini yang kedudukannya tidak sentral dalam
bersifat vertikal dan sesuai dengan konsep raja cerita. Berbeda dengan babad di mana tidak
Mataram yang terdapat dalam Babad Tanah menghadirkan tokoh dari kalangan rakyat jelata.
Jawa. Dalam Babad Tanah Jawa, dinasti raja Tokoh tambahan biasanya berasal dari abdi raja

220 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)
Halaman 207 — 222 History and Fiction in “Kampung Jagalan Legend” and “Kampung Sewu Legend” Surakarta
(Nugraheni Eko Wardani)

atau pengawal raja. Hal itu terjadi karena babad Cerita rakyat yang berkembang di kalangan
bersifat istana sentris di mana cerita berpusat rakyat dan babad yang berkembang di kalangan
pada kehidupan istana. Seperti halnya babad, bangsawan, memiliki fungsi untuk melegitimasi
dalam cerita rakyat, raja merupakan tokoh nama raja Keraton Surakarta sebagai penguasa
sentral. Cerita rakyat yang berkembang di yang memiliki kekuasaan besar dan kesaktian
Surakarta akan menghadirkan tokoh utama raja (gung binathara bau dhenda nyakrawati)
dari Keraton Surakarta. Sementara itu, cerita serta pemimpin yang baik dan memperhatikan
rakyat yang berkembang di Yogyakarta akan rakyatnya (berbudi bawa leksana ambeg adil
menghadirkan tokoh utama raja dari Keraton paramarta). Unsur sejarah digunakan untuk
Yogyakarta. kepentingan legitimasi tersebut ditambahkan
Tujuan cerita rakyat dan babad adalah dengan unsur fiksi sebagai pemanis cerita,
untuk melegitimasi nama raja. Raja yang sehingga cerita rakyat menarik untuk dibaca/
berkuasa dan diceritakan dalam cerita rakyat disimak.
dan babad merupakan raja yang memiliki
kekuasaan yang besar, bijaksana, melindungi, DAFTAR PUSTAKA
dan memperhatikan rakyatnya seperti halnya
yang ditunjukkan melalui tokoh Susuhunan Azhar, I.N. (2017). Prinsip-prinsip Hidup
Masyarakat Madura. 20(2), 224–236.
Pakubuwono X. Rakyatpun sangat setia dan https://doi.org/10.24257/atavisme.
berbakti kepada raja karena sikap raja yang v20i2.372.224-236.
arif bijaksana.
Bascom, W.R. (1965). Four Functions of of
Folklore, in Dundes, A. (ed.) The Study
SIMPULAN
of Folklore. Englewood: Prentice Hall.
Cerita “Legenda Kampung Jagalan” dan
“Legenda Kampung Sewu” merupakan Creswell, J.W. (2013). Qualitative Inquiry and
legenda asal-usul nama Kampung Jagalan dan Research Design. New York: Sage.
Kampung Sewu Surakarta. Sifat kepemimpinan
Danandjaja, J. (2007). Folklore Indonesia.
dan pengayom yang diberikan raja kepada
Jakarta: Graffiti Press.
rakyatnya sangat menonjol di dalam kedua
legenda. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono Hutomo, S. (2000). Mutiara yang Terlupakan:
II dan Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya:
mewakili sifat-sifat dinasti raja Mataram HISKI Jawa Timur.
pendahulunya sebagai raja yang berbudi bawa Joebagio, H. (2017). Islam dan Kebangsaan di
leksana ambeg adil paramarta (meluap budi Keraton Surakarta. Surakarta: Diomedia.
lulur mulia dan sifat adilnya kepada semua
yang hidup). Johnson, S. (2002). Historical Fiction: A Guide
The Genre. Illinois: Illinois University.
Fiksi dalam kedua legenda berkaitan
dengan penceritaan tokoh dari kalangan Lindblad, J.T. (2018). History and Fiction :
rakyat jelata, latar tempat yang menunjukkan An Uneasy Marriage? Humaniora 30(2),
kehidupan rakyat jelata, dan dialog-dialog yang 147–157.
terjadi antartokoh.

ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online) , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 221
Sejarah dan Fiksi dalam “Legenda Kampung Jagalan” dan “Legenda Kampung Sewu” Surakarta Halaman 207 — 222
(Nugraheni Eko Wardani)

Meinsma, J.H. (1941). Poenika Serat Babad Riana, D. (2017). Pemaknaan Motif Tabu
Tanah Djawi Wiwit Saking Adam dalam Cerita Rakyat di Wilayah Bekas
Doemoegi ing Tahun 1647. ravenhage: Kerajaan Mulawarman, Kerajaan Hindu
Martinus Nijhoff. Tertua di Indonesia. 29(2), 197–210.

Miles, M., Hubermann, M. (2014). Qualitative Ricklefs, M.C. (2002). Yogyakarta di


Data Analysis. London: Sage. Bawah Sultan Mangkubumi 1749-1792.
Yogyakarta: Matabangsa.
Moedjanto, G. (2000). Konsep Kekuasaan
Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Soeratman, D. (2000). Kehidupan Dunia
Mataram. Yogyakarta: Kanisius. Keraton Surakarta 1830-1939.
Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia.
Mustikawati, A. (2018). Adaptasi lingkungan
masyarakat pendatang dalam cerita Suprayitno, E., Rois, S., Harmanto, B., &
rakyat bontang. 30(1), 59–74. Iman, N. (2018). Representasi Falsafah
Jawa dalam Cerita Rakyat “ Terjadinya
Nurgiyantoro, B. (2000). Pengkajian Fiksi. Terowongan Air Mangge”.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Teew, A. (2016). Sastra dan Ilmu Sastra.
Bandung: Pustaka Jaya.
Nurhajjani, D.R. (2000). Sejarah Kerajaan
T r a d i s i o n a l S u r a k a r t a . J a k a r t a : Wardani, N. (2018). Cerita Rakyat Surakarta
Depdikbud. dan Yogyakarta. Surakarta: Diomedia.

222 , Vol. 31, No. 2, Desember 2019 ISSN 0854-3283 (Print), ISSN 2580-0353 (Online)

Anda mungkin juga menyukai