https://doi.org/10.32315/ti.7.a056
Abstrak
Danau Toba dan kalderanya merupakan serpihan alam Pulau Sumatera yang sering dikenal sebagai
pembentuk pulau dalam pulau yaitu Pulau Samosir. Kedua bagian alam tersebut telah membentuk
komunitas Batak sebagai masyarakat utama Pulau Samosir dan sekitarnya dengan beragam
kharakter masyarakat yang menghuninya. Kekayaan alam dan budaya kawasan Danau Toba dalam
sejarah panjangnya telah membentuk pusaka saujana yang merupakan bentukan rangkaian alam
dan aktivitas masyarakat yang saling mendukung. Interaksi alam dan masyarakat yang telah
berlangsung lama dengan periode-periode terntu mengalami perubahan menjadikan fragmen-
fragmen tersebut layak untuk dipahami sebagai sesuatu sistem pusaka saujana Danau Toba. Oleh
karena itu, pada tulisan ini diuraikan ruang-ruang pembentuk pusaka saujana Danau Toba yang saat
ini rentan akan kerusakan, baik kerentanan pada fisik lingkungan alamnya maupun budaya
masyarakatnya yang terkontaminasi oleh kepentingan pariwisata massal. Perubahan demi
perubahan mulai terjadi di kawasan Danau Toba baik dalam kurun waktu pembentukan komunitas
maupun dalam periode pengembangan kawasan sebagai kawasan pariwisata saat ini. Tujuan dari
tulisan ini adalah melihat ruang pusaka saujana dari aspek arsitektur dan perencanaannya sebagai
bagian dari pengembangan pariwisata yang saat ini sedang dikembangkan di Kawasan Danau Toba.
Penelusurannya dilakukan dengan metode grounded research yang memberikan gambaran adanya
perubahan harus selalu disikapi dengan menyeimbangkan kondisi terbaru yang tetap melihat nilai
ruang kawasan dan budaya.
Ruang dengan keragaman bentang alam dan Danau Toba merupakan danau vulkanik dengan
kehidupan masyarakat menjadi keragaman perairan dan daratan Samosir yang terbentuk
dalam penelitian pusaka saujana atau yang dari letusan hebat gunung berapi puluhan ribu
dalam bahasa Inggris diterjemahkan dalam tahun yang lalu. Sejarah panjang pembentukan
cultural landscape heritage. Pada pemahaman ruang yang terjadi di Danau Toba dengan
secara luas, pusaka saujana tidak hanya sebagai perairannya, dataran samosir dan kalderanya
pengatur dalam tata ruang saat ini dan menjadi satu rangkaian sistem keruangan.
pengingat masa lalu, namun juga sebagai acuan Sistem tersebut merupakan kepingan-kepingan
pengembangan tata ruang di masa yang akan ruang yang harus selalu terajut dengan baik
datang dengan mempertimbangkan nilai agar selalu terjadi keseimbangan tanpa
keruangan yang sudah ada sebelumnya. menafikkan adanya perubahan pola pikir
manusia dan kebutuhan ruangnya. Berbagai
Danau dan Kaldera Toba dalam Keruangan potensi ruang telah terbentuk ratusan tahun
Kawasan Pusaka Saujana bahkan ribuan tahun yang lalu dengan
kandungan nilai yang tinggi sebagai cerminan
Fakultas Arsitektur & Desain, Unika Soegijapranata, Semarang Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018 | A 056
ISBN xxx E-ISBN xxx
Ruang Pusaka Saujana Danau Toba
budaya masyarakatnya. Aktivitas masyarakat melekat di dalamnya (Calcatinge, 2013; Hadi
Batak sebagai suku yang banyak mendiami Rahmi, 2012; Utami, 2014) dengan disertai
kawasan telah membentuk ruang yang semakin perubahan-perubahan yang terjadi karena
mempertinggi nilai ruang. Budaya batak baik tuntutan kehidupan masyarakatnya (Fatimah, K.
yang ragawi (tangible) maupun yang non- Kanki, 2012; Fatimah, 2012; Hadi Rahmi, 2012;
ragawi (intangible) telah memberi gambaran Hadi Rahmi et al., 2012; Utami, 2009, 2012,
bagaimana masyarakat berproses dengan 2013b, 2015, 2017).
alamnya dalam kurun waktu yang tidak terbatas.
Pusaka saujana (cultural landscape ) pada
Pusaka Saujana dalam Arsitektur dan awalnya merupakan dialog bebas dari para ahli
Perencanaan lingkungan yang memperdebatkan peran
manusia dalam lingkungan alamnya (Robertson,
Saujana dan pusaka saujana saat ini menjadi 2003; Wilson and Groth, 2003). Pada akhirnya
pembahasan penting dalam teori pelestarian seorang ahli geografi memperjelas dengan
kawasan pada bidang arsitektur dan mencetuskan istilah cultural landscape pada
perencanaan. (Pusaka) saujana itu sendiri tahun 1920-an. Dikatakan bahwa saujana
diartikan dengan sejauh mata memandang (cultural landscape) dibentuk oleh sekelompok
(Fatimah, 2012, 2015a; Hadi Rahmi, 2012; Hadi budaya sebagai pengantar manusia dalam
Rahmi et al., 2012; Utami, 2012, 2013a, 2013b, melakukan kegiatan sebagai respon terhadap
2014, 2015, 2017) yang dalam bahasa inggris alamnya (Sauer, 1925).
lebih dikenal dengan cultural landscape
(heritage). Pusaka saujana dalam Utami (2013) Utami dalam disertasinya yang berjudul Konsep
telah dijelaskan dalam piagam Indonesia Saujana Kota Magelang tahun 2013
Charter for Heritage Conservation 20003 menggambarkan saujana dengan nilai-nilai
sebagai gabungan pusaka alam dan pusaka keruangan yang melekat.
budaya dalam kesatuan ruang dan waktu.
Cultural landscape menggambarkan tentang ―Keyakinan atau cara pandang masyarakat akan
sangat mempengaruhi dalam pembentukan
interaksi manusia pada ruang fisik yang terjadi
alam yang selalu berkembang dan dipengaruhi
pada berbagai periode waktu (Bernd von Droste,
oleh budaya. Budaya dengan sistem
Harald Plachter, n.d.; Calcatinge, 2011, 2013; keyakinannya sebagai pertimbangan manusia
Longstreth, 2008; Plieninger & Bieling, 2013; dalam melakukan tindakan terhadap alam
Sauer, 1925; K. Taylor, 2011, 2017; K. E. N. dengan proses berikutnya menjadi bagian dari
Taylor, 2007). perubahan bentuk alam, ruang dan atau
kawasan yang akhirnya membentuk budaya
Pusaka saujana digambarkan sebagai suatu masyarakat tertentu. Perkembangan budaya
sistem keruangan yang terbentuk dari adanya masyarakat dan bentuk alam akan selalu terjadi
interaksi manusia dengan alamnya (Fatimah, dan menjadi proses yang unik sebagai bentuk
dari adanya interaksi manusia dengan alamnya
2012, 2015b, 2015a; Hadi Rahmi, 2012; Hadi
untuk mencapai titik keseimbangan yang
Rahmi et al., 2012; Utami, 2012, 2013a, 2013b, dipengaruhi oleh waktu dan ruang (Utami,
2014, 2015, 2017). Aktivitas masyakat menjadi 2013a).
salah satu indikatornya. Kehidupan sosial
budaya sebagai salah satu pendukung utama
aktivitas masyarakat berhubungan erat dengan
kondisi alam serta kondisi sosial ekonomi
masyarakat (Ashworth, 1994; Bernd von Droste,
Harald Plachter, n.d.; Farina, 2000; Fowler,
2003; Hough, 1991; Longstreth, 2008;
Robertson, 2003). Aktivitas-aktivitas tersebut
membentuk ruang dengan identitas yang Gambar 1. Konsep Saujana (Utami dan Ikaputra,
2009)
A 057 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018
Wahyu Utami
Pusaka saujana bukanlah harga mati dalam Pusaka saujana mengacu pada nilai-nilai ruang
konteks proses perkembangan keruangan. yang terbentuk dari aktivitas masyarakat
Pusaka saujana juga menekankan pada dengan kepercayaan pada bentukan alamnya.
perubahan-perubahan lingkungan alam dan
masyarakatnya yang mungkin terjadi akibat dari Penelitian Pusaka Saujana Danau Toba
perubahan pola pikir manusia serta perubahan
Tulisan ini merupakan bagian dari hasil
alami lingkungnya (Rahmi, 2012; Utami, 2013a).
penelitian kawasan Danau Toba dengan melihat
Perubahan tersebut harus selalu diimbangi
kebijakan pemerintah dalam mengelola ruang
dengan tindakan penyeimbangan agar tidak
pusaka saujana sebagai tuntutan ruang
terjadi penurunan nilai ruang baik secara
pariwisata. Penelitian dengan judul ―Sinergitas
keruangan fisik alamnya ataupun nilai budaya
Pemerintah Daerah dan Pusat pada Kebijakan
masyarakatnya.
Pengembangan Kawasan Danau Toba‖
Pengembangan Kawasan Pusaka Saujana menekankan pada teori pusaka saujana dan
peran kelembagaan pemerintah. Pada tulisan
Pusaka saujana tidak bisa dilepaskan dari nilai ini difokuskan pada ruang-ruang pusaka saujana
ruang sosial budaya yang terbentuk dari yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara
bentukan alamnya. Alam dengan nilai yang utuh pusaka-pusaka alam dan budaya yang
diyakini masyarakatnya menjadi inspirasi dalam terangkai pada ruang Danau Toba dengan
pembentukan ruang kawasan (Utami, 2012). dataran Samosir dan dataran Pulau Sumatera
Calcatinge menjelaskan nilai-nilai tersebut yang berbentuk kaldera.
tertuang pada ruang-ruang fisiknya yang bisa
dipetakan (Calcatinge, 2011, 2013). Metode Penelitian
Bentang alam yang melingkupi ruang fisik yang Untuk menelusuri pusaka saujana Danau Toba
terbentuk dijadikan acuan dalam membentuk dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif
aktivitas manusianya yang selalu bergerak dengan pendekatan grounded theory.
dinamis (Robertson, 2003; Wilson and Groth, Pengamatan langsung dilakukan sebagai data
2003). Nilai-nilai terhadap bentukan alam utama yang didukung oleh data sekunder dan
dipercaya sebagai arahan dalam mengelola data primer lainnya. Fenomena ruang yang
lingkungan fisiknya. Yogyakarta dengan sumbu tertangkap (tangible dan intangible) digali
filosofisnya, Borobudur dengan mandalanya, dengan beberapa sumber data yang ada, antara
Kota Magelang dengan lingkaran tujuh lain dokumen-dokumen sejarah yang menjadi
gunungnya, Kota Kyoto dengan bentukan lima pendukung penelusuran dalam melihat ruang
gunung dan konsep daimonji-nya dan beberapa terbentuk serta beberapa laporan baik yang
konsep lain ditengarai sebagai pertimbangan disusun pemerintah daerah/pusat maupun oleh
yang harus dilakukan dalam pengembangan pihak lainnya.
kawasan.
Metode Pengumpulan Data
Mengacu pada teori yang telah dikemukan di
Untuk mendapatkan analisa keruangan pusaka
atas, bisa dijelaskan bahwa pusaka saujana
saujana Danau Toba, data dikumpulkan melalui
menguraikan segala potensi yang ada dalam
kegiatan survey lapangan dan arsip (dokumen
suatu kawasan. Potensi tersebut mengandung
sejarah dengan dukungan peta lama) serta
nilai-nilai yang melekat selamanya yang
dokumen yang sudah tersusun sebelumnya.
seharusnya menjadi pertimbangan dalam
Analisa dilakukan setelah pembuatan cultural
pengembangan suatu kawasan. Potensi-potensi
mapping sebagai hasil dari survey lapangan dan
tersebut merupakan terjemahan dari kepingan-
data pendukungnya yaitu dokumen yang sesuai.
kepingan ruang budaya dan ruang alamnya
Inventarisasi kawasan wisata dilakukan sebagai
yang saling menyatu dan tidak dapat dipisahkan
bagian dari melihat aktivitas yang terjadi pada
oleh wilayah administrasi.
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018 | A 058
Ruang Pusaka Saujana Danau Toba
ruang, baik yang didapat dari pengamatan
langsung maupun data tertulis sebelumnya.
Foto menjadi bagian terpenting dalam
menganalisa keruangan, karena akan mampu
memberi gambaran secara spasial yang
didukung dengan disusunnya photo mapping
dan tabulasi ruang sebagai hasil dari
pengamatan langsung.
Ruang Sosial Budaya Masyarakat Gambar 10. Masyarakat dengan kerajinan tenun di
Desa Lumban Suhi Suhi dan aktivitas masyarakat di
Utama dari nilai ruang pusaka saujana Danau Huta Sialagan sebagai pemandu wisata (sumber foto:
Toba adalah gambaran kehidupan masyarakat survey 2018)
dalam beraktivitas (gambar 7).