Anda di halaman 1dari 12

PUSAT PERADABAN MASA HINDU-BUDHA DI KAWASAN DATARAN

TINGGI MALANG

The Center of Hindu-Buddhist Civilization at Highlands Malang

Lailia Ulfiana Firdawati


Lailiauf04@gmail.com
Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang
Artikel diterima: 20 Agustus 2022 Artikel direvisi: 30 Agustus 2022 Artikel disetujui: 23 September 2022

ABSTRAK

Dataran tinggi malang merupakan salah satu lingkungan alam yang menarik untuk di kaji, dikarenakan
disana terdapat sejarah yang lebih kompleks yaitu dari masa prasejarah hingga masa konteporer. Namun dalam
artikel ini hanya akan membahas pada masa hindu-budha yaitu dari abad ke 9 hingga 13 M. Dikatakan pula
bahwa dataran tinggi Malang merupakan cekungan yang di apit oleh tiga gunung berapi aktif. Hal inilah yang
akhirnya menjadikan pertanyaan tentang proses terbentuknya dataran tinggi malang? Akan dibahas pula
tentang kondisi tanah yang subur hingga membahas bagaimana datangnya manusia dan terjadinya peradaban
di dataran tinggi Malang abad 9-13 M? Hal ini dilakukan untuk meneliti apakah ada hubungan situs di kawasan
dataran tinggi Malang dengan kondisi geologi pada kawasan tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teori ekologi budaya. Dalam teori ini akan di bahas lebih dalam mengapa situs-situs yang berada
pada dataran tinggi malang berada pada lembah, bukan di lerengnya. Kemudian terdapat pula dimensi
kebentukan dan dimensi waktu, dimensi ini akan difokuskan pada pembahasan sebaran situs tinggalan sejarah
yang berada di kawasan dataran tinggi Malang.

Kata Kunci: Dataran Tinggi Malang, Masa Hindu-Budha, dan Peradaban

ABSTRACT

The Malang Highlands is one of the interesting natural environments to study, this is because there is
a more complex history, from pre-historic times to contemporary times. However, in this article, we will only
discuss the Hindu-Buddhist period, namely from the 9th to 13th centuries AD. It is also said that the Malang
plateau is a basin flanked by three active volcanoes. This is what finally raises the question of the process of
the formation of the Malang Highlands? It will also discuss the condition of fertile soil to discuss how the
arrival of humans and the occurrence of civilization in the Malang highlands in the 9-13th century AD? This
is done to examine whether there is a relationship between the site in the Malang highlands area and the
geological conditions in the area. The theory used in this research is the theory of cultural ecology. In this
theory, it will be discussed more deeply why the sites in the Malang highlands are in the valley, not on the
slopes. Then there are also dimensions of formation and time dimensions, these dimensions will be focused on
discussing the distribution of historical heritage sites in the highlands of Malang.

Keywords: Malang Highlands, Hindu-Buddhist Period, and Civilization

PENDAHULUAN nusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Me-


Peradaban manusia pada masa lampau nurut East seorang ahli geografi mengatakan
tidak akan pernah terlepas dari hubungan ma- bahwa geografi tanpa sejarah bagaikan jeng-

91
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 6 No. 2 Desember 2022
karong tanpa gerak, dan sejarah tanpa geografi yang melimpah dan adanya beberapa sungai
bagaikan kelana tanpa tempat tinggal (Dal- dibagian hulu membuat berkembanglah per-
djoeni, 1987:7). Melalui hal tersebut maka da- adaban hindu-budha di Dataran Tinggi Malang.
pat dikatakan bahwa posisi geografi dapat digu- Tidak akan bisa dikatakan adanya suatu per-
nakan sebagai ilmu bantu dalam penulisan dan adaban di sebuah wilayah tanpa ditemukan
penelitian sejarah. Geografi sendiri dapat men- tinggalan yang dapat dikaji kebenarannya.
jelaskan bagaimana lingkungan mempengaruhi Begitupun dengan dataran tinggi malang di-
kegiatan manusia dalam menggerakkan sejarah mana peradaban tersebut dapat dilihat dari
maka dalam hal ini dapat dikatakan bahwa beberapa situs yang ditinggalkan oleh kerajaan
lingkungan alam adalah hal yang menarik kanjuruan, Mataram kuno, Singhasari dan Ma-
untuk dikaji. Salah satu lingkungan alam yang japahit. Dimana semua situs ini berada di lem-
menarik untuk dikaji adalah Kawasan Dataran bah bukan puncak dataran tinggi maka ber-
Tinggi Malang hal ini dikarenakan disana dasarkan hal tersebut latar belakang penelitian
terdapat sejarah yang lebih kompleks yaitu dari kami adalah untuk mencari adakah hubungan
masa prasejarah hingga masa kontemporer saat situs di Kawasan Dataran Tinggi Malang
itu. Namun penelitian ini hanya membahas dengan kondisi geologi pada kawasan tersebut.
pada masa hindu-budha yaitu dari abad ke 9
hingga 13 M. METODA
Dataran tinggi malang sendiri adalah Dalam mengkaji peradaban di kawasan
istilah yang dikemukakan oleh geolog Belanda dataran tinggi malang juga akan digunakan be-
bernama Mohr. Nama ini ditemukan ketika berapa dari dimensi peradaban. Dimensi yang
Mohr melakukan penelitian tentang geogenesis akan digunakan untuk mengkaji kawasan da-
kawasan geologis di malang. Menurut Mohr taran tinggi malang adalah dimensi kebentukan
kawasan ini pada awalnya adalah cekungan dan dimensi waktu. Dimensi kebentukan sen-
dalam yang diapit oleh pegunungan Kapur Se- diri terdiri dari empat yaitu 1. Bahasa, 2. Aga-
latan di selatan, lalu disebelah barat ada ma, 3. Ideologi Kemasyarakatan, 4. Rasisme
Gunung Api Kawi Purba dan Arjuno Purba, dan Etnisme. Dimana dimensi ini akan difo-
Pegununggan Tengger di Utara dan pada sebe- kuskan pada sebaran situs tinggalan sejarah.
lah timurnya terdapat Gunung Api Mahameru Sedangkan dalam dimensi waktu akan lebih
Purba. Menurut Mohr lambat laut cekungan ini membahas yang berkaitan tentang 1. Siklus dari
terisi oleh tuf dan efflata yang berasal dari suatu peradaban (lahir, berkembang, punah), 2.
ketiga gunung api purba tersebut sehingga Suksesi peradaban dan 3. Umur peradaban di
aliran sungai yang menuju cekungan terhenti. mana dimensi ini akan difokuskan pada masa
Setelah berhentinya aliran sungai cekungan Hindu-Budha.
tersebut berubah menjadi danau purba. Lalu Sedangkan lingkungan adalah sesuatu
kemudian gunung berapi yang terus menerus yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan
mengeluarkan erupsi membuat danau purba manusia. Hal ini dikarenakan segala sesuatu
tersebut menjadi kering sehingga danau ter- dalam sejarah manusia akan dipengaruhi oleh
sebut menjadi dataran tinggi yang luas. Dataran alam lingkungannya (Daldjoeni, 1982:27). Se-
tinggi yang luas akibat proses alam ini kemu- hingga pengaruh-pengaruh lingkungan tersebut
dian memiliki tanah yang subur, sehingga akan memunculkan sebuah reaksi dari manusia
karena suburnya tanah tersebut datanglah itu sendiri, bahkan setiap aksi yang berasal dari
manusia dan terbentuklah suatu peradaban lingkungan di luar manusia akan menimbulkan
(Suprapta, 2015:1). sebuah readaptasi dari dalam diri manusia yang
Selain kondisi tanah yang subur, biasanya disebut sebagai internal enviroment.
sumber daya alam lainnya seperti sumber air Hal inilah yang akan mendorong manusia untuk
92
Lailia – Pusat Peradaban Masa Hindu-Budha.....
selalu menciptakan modifikasi yang bersifat Menurut Harris (1984:462-467) menga-
konstan, dan mempermudah manusia untuk takan bahwa populasi manusia dapat beradap-
beradaptasi secara berkesinambugan terhadap tasi dalam kondisi lingkungan dengan menfo-
lingkungannya. Maka dapat dikatakan selain kuskan diri dalam prilaku inti kebudayaan. Hal
pengaruh lingkungan yang bersifat formatif, ini dikarenakan ekologi budaya mempertim-
terdapat pula penyesuaian diri atau rearrang- bangkan berbagai sistem didalamnya. Sistem-
ment pada manusia, yang kemudian akan me- sistem tersebut sebagai berkut: sistem keaga-
nimbulkan sebuah interaksi kompleks dari ma- maan, sistem nilai-nilai sosial, sistem penge-
nusia dan juga lingkungan (Daldjoen, 1982:27- tahuan dan teknologi. Sehingga ekologi budaya
28). dapat mengakui anggapan adaptif pada kondisi
Kemudian, untuk menjelaskan bagai- lingkungan yang relatif serupa dan akan meng-
mana suatu suatu lingkungan dapat memiliki hasikan inti kebudayaan yang relatif sama.
potensi dalam sebuah proses kebudayaan, maka
digunakanlah sebuah teori yaitu teori Ekologi HASIL DAN PEMBAHASAN
budaya. Dimana menurut Abdullah (2017:69- A. Proses Geologis Terbentuknya Dataran
78) teori ini merupakan suatu pendekatan Tinggi Malang
dalam ekologi manusia yang menjadi alternatif Proses Geologis Dataran Tinggi Malang
pertama terhadap dua pendekatan terdahulu. tidak akan terlepas dari rangkaian geologis
Dalam bukunya mengatakan bahwa sebuah pulau Jawa khususnya bagian timur dan juga
interaksi kebudayaan dan lingkungan dapat terjadinya antiklinal bumi pada pulau Jawa
berlangsung sesuai dengan berlangsungnya bagian timur. Menurut Bemmelen (1949:546-
adaptasi. Interaksi sendiri tidak hanya me- 547) terbentuknya pulau jawa ditandai dngan
ngubah lingkungan tetapi juga mengubah ener- terangkatnya endapan koral kala Miosen-
gi, materi dan informasi sehingga menurut Pliosen dari dasar laut oleh gerakan tektonik
Steward kebudayaanlah yang merubah cara bumi ini terjadi pada akhir kala Pliosen hingga
hidup manusia. Steward juga membatasi eko- Awal Plestosen. Dimana bersamaan dengan
logi budaya hanya sebagai suatu kajian gerakan tersebut pada bagian utara pulau jawa
terhadap proses adaptasi masyarakat terhadap terbentuk dataran baru yang dikenal dengan
lingkungannya. pegunungan Kapur Utara dan Perbukitan Ken-
Sehingga ekologi budaya dapat digu- deng, sedangkan pada bagian selatan juga ber-
nakan sebagai suatu ragam dalam menganalisis bentuk daratan baru yang dikenal sebagai Pegu-
ekologis, bahkan ekologi budaya ini lebih nungan Kapur Selatan. Sedankan pada bagian
melihat kepada ekologis yang dapat diandalkan tengah pulau masih diperkirakan berupa laut
dan selalu berubah. Selain itu dalam melakukan dangkal dalam hal ini Dataran Tinggi Malang
analisis ekologi budaya sendiri juga memasu- juga termasuk. Sehingga Bemmelen mengata-
kan unsur waktu. Berbeda dengan teori deter- kan bahwa peristiwa geologis ini berlangsung
minasi lingkungan Steward menegaskan bahwa hingga kala Plestosen. Pada bagian tengah Jawa
faktor lingkungan tidak menentukan kemanu- pada saat itu disebut sebagai zona solo dimana
siaan karena interaksi manusia dengan lingku- pada menjelang kala Plestosen Tengah sampai
ngan menentukan dan memiliki pengaruh lang- Plestosen Atas pada zona solo terbentuk bebe-
sung terhadap lingkungan hal ini termasuk rapa kompleks gunung api. Gunung api ini
dalam tatanan sosial dan budaya. Peradaban diakibatkan oleh gerakan antiklinal bumi di
manusia sendiri digunakan sebagai inti dari bagian utara Surabaya, jika dikaitkan dengan
kebudayaan yang didasarkan sebagai gambaran Dataran Tinggi Malang ada beberapa kompleks
dari kehidupan manusia. gunung api yang terbentuk saat itu yaitu
Gunung Api Anjasmoro-Arjuno, Komplek
93
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 6 No. 2 Desember 2022
Kawi-Butak-Kelud dan kompleks Gunung Api ra sehingga terangkatlah kembali pegunungan
Tengger-Semeru. Tengger bagian Barat yang membentang dari
Gunung api yang pertama kali terbentuk kaldera Tengger di timur hingga wiayah lawang
di Dataran Tinggi Malang adalah kompleks pada bagian barat. Oleh karena itu malang
Anjasmoro-Arjuno yaitu pada masa menjelang merupakan suatu daerah yang dikelilingi
kala Plestosen Tengah. Dimana Gunung Api gunung dan pengunungan dengan disebelah
Anjosmoro adalah gunung paling tua yang selatan berupa pengunungan kapur selatan,
kemudian disusul dengan terbentuknya Gunung sebelah barat kompleks gunung Vulkanik
Api Arjuno Purba yang saat itu terus meng- Anjasmoro-Arjuno-Welirang-Penanggungan,
alami erupsi. Karena adanya erupsi terebut sebelah Timur berupa gugusan pegunungan
maka selanjutnya terbentuklah Gunung Wedon Tengger, Gunung Vulkanik Bromo-Semeru.
di Lawang (Bemmelen, 1949). Proses geologis Sehingga pada bagian tengah kawasan ini
gunung kala Plestosen Tengah hingga Holosen terdapat cekungan dalam yang kemudian
adalah terbentuknya Gunung Api Anjasmoro- cekungan tersebut terisi oleh bekuan dari tuf
Arjuno Purba-Welirang-Penanggungan. Na- atau efllata yang berasal dari letusan gunung
mun ketika menjelang kala Plestosen Atas berapi yang pada Plestosen Tengah Masih aktif
Gunung Api Anjasmoro serta Arjuno Purba yaitu gunung Semeru Purba, Kawi Purba dan
tidak aktif lagi dan menyisahkan Gunung Arjuna Purba.
Welirang sebagai gunung api yang aktif. Karena letusan gunung yang terus ter-
Kemudian menjelang awal kala ples- jadi pada akhir kala Plestosen Atas mengaki-
tosen atas dan bersamaan dengan proses proses batan lava beku dan membendung beberapa ali-
pengangkatan pegunungan kapur selatan ter- ran sungai sehingga cekungan tersebut berubah
bentuklah kompleks Gunung Api Kawi-Butak- menjadi area rawa yang akhirnya berubah
Kelud. Pada saat terbentuknya Gunung Api menjadi cekungan danau purba. Sedangkan di
Kawi Purba bersamaan dengan terjadinya erup- bagian timur pulau jawa saat terjadinya geosy-
si yang membentuk Gunung Panderman dan nticlinal selat madura yang mengakibatkan ter-
Gunung Katu di Malang. Sampai pada saat jadinya pematusan teluk dalam yang menjorok
menjelang akhir kala Plestosen hinga awal ke wilayah kediri. Hal ini berdampak pada
Holosen kompleks gunung Kawi Purba serta pematusan Sungai Brantas yang berhulu di
Butak tidak aktif lagi dan pada saat itulah kawasan danau Purba yang kemudian lambat
terbentuk gunung api baru yaitu Gunung Api laun peristiwa tersebut mengakibatkan danau
Kelud. Sedangkan pada bagian timur Dataran purba mengering, selain itu peristiwa ini juga
Tinggi Malang pada menjelang Plestosen mengakibatkan terbentuknya lipatan kulit bumi
Tengah terbentuklah kompleks Gunung Api yang kemudian mengakibatkan munculnya be-
Jembangan yang kemudian disusul terben- berapa bukit kecil seperti gunung Buring,
tuknya gunung vulkanik muda Tengger dan Gunung Bale, Gunung Petung, Gunung Gondo-
gunung Semeru Purba. Pada kala itu banyak mayit, Gunung Ronggo, Gunung Layar, Gu-
sekali gunung berapi yang mengalami per- nung Kembar dan Gunung Leker-Pecel Pitik di
gerakan sehingga gerakan tektonik yang teradi daerah Turen. Sedangkan pada bagian tengah
pada Gunung Tengger menyebabkan kompleks kaldera Gunung Tengger juga membentuk
tersebut berubah menjadi bukit yang berge- gunung Vulkanik muda yaitu Gunung Api
lombang memanjang ke arah timur sampai Bromo yang berlangsung sejak kala Plestosen
barat. Bahkan peristiwa gerakan tersebut juga Atas hingga Holosen. Akibat erupsi yang terus
menyebabkan kaldera Tengger yang dikenal menerus akhirnya Gunung Semeru-Bromo lam-
sebagai Segorowedi, peristiwa ini juga diper- bat laun menyatu dengan perbukitan Pegunu-
cepat dengan gerakan geosyncline Selat Madu-
94
Lailia – Pusat Peradaban Masa Hindu-Budha.....
ngan Kapur Selatan di wilayah lumajang sela- dari kesuburan tanah di daerah Malang (Jati,
tan (Bemmelen, 1949:550-552). 2015:119). Kemudian curah hujan yang cukup
Kemudian akibat hujan Pluvial pada dan pembagian musim yang cukup mengun-
kala holosen terjadi pematusan beberapa aliran tungkan membuat Kawasan Dataran Tinggi
sungai dilereng ketiga kompleks gunung api. Malang sebagai wilayah pertanian yang subur
Aliran-aliran sungai kecil seperti Kali Metro, dan kondisi inilah yang membuat Kawasan Da-
Kali Bangau, Kali Lawor, Kali Lajing, Kali taran Tinggi Malang didatangi oleh manusia,
Amprong, Kali Jaruman dan Kali Lesti yang kedatangan manusia inilah yang akhirnya
kemudian menyatu menjadi sungai besar yaitu menciptakan suatu peradaban di Kawasan ter-
Sungai Brantas. Lalu menjelang akhir kala sebut (Daldjoeni, 1984:76).
Plestosen Atas hingga Holosen hujan ini juga
mengkibatkan terbentuknya hutan tropis yang B. Persebaran Situs Masa Hindu-Budha di
kemudian disusul dengan terbentuknya lapisan Dataran Tinggi Malang Abad 9-13 M
humus. Lapisan humus inilah yang kemudian Masuknya masa Hindu-Budha di Data-
menyebabkan terbentuknya beberapa sumber ran Tinggi Malang pada abad ke VIII M sampai
mata air yang menjadi faktor penyubur tanah di abad ke XIV M. Dimana pada saat ini landasan
Kawasan Dataran Tinggi Malang. Menurut kepercayaan atau kosmologi masyarakat yaitu
Daldjoni (1984:75-76) Kawasan Dataran Ting- mempercayai bahwa gunung Meru adalah
gi Malang memiliki tanah yang berwarna coklat gunung suci yang digunakan sebagai tempat
tua hingga hampir hitam dimana hal in menan- turunnya dewa-dewa. Bahkan mereka percaya
dakan bahwa daerah tersebut dulu adalah danau bahwa gunung adalah tempat yang digunakan
purba yang menglami proses pengeringan sebagai lambang hubungan manusia dan dewa-
menjadi dataran tinggi setelah airnya diluap ke dewa. Menurut kepercayaan mereka, jika pada
sungai Brantas. Sungai Brantas ini merupakan saat itu ingin mendengarkan suara dewa atau
sungai purba yang sumber airnya dari culkan ingin meminta petunjuk dewa maka mereka
tua Anjasmoro mengalir melintasi daerah harus bertapa atau bersemedi di Gunung Meru
vulkan Arjuna (Jati, 2015:119). (Walsh, 2013). Misalnya saja pada masa kera-
Menurut para geolog Belanda seperti jaan Hindu-Budha mereka menggunakan dae-
Verbeek dan Fenema mengataka bahwa lava rah tengger sebagai tempat semedi dan tempat
yang membeku akan bertumpuk di pinggiran untuk menghormati dewa Brahma, sedangkan
cekungan hal inilah yang membuat air terhenti gunung Mahameru digunakan sebagai tempat
dan menyebabkan terbentuknya rawa hingga untuk menghormati dewa Siwa. Hal ini dapat
menjadi danau. Hal inilah yang membuat gu- dibuktikan dari situs-situs yang ditemukan pada
nung api sekelilingnya membuang lava dan masa Hindu-Budha dari Abad ke 9 M hingga 13
eflata hasil erupsi kedalam cekungan, hal inilah M.
yang membuat cekungan tersebut semakin
terisi dan semakin mendatar (Daldjoeni, 1984: 1. Persebaran Situs Kerajaan Kanjuruan
75-76). Dan setelah air yang memenuhi danau Pada Kawasan Datarn Tinggi Malang
tersebut semakin meluap keluar maka danau pada tahun 760 M pada wilayah ini ada sebuah
tersebut berubah menjadi dataran tinggi yang kerajaan yaitu kerajaan Kanjuruan. Dimana ke-
dalam proses mengeringnya danau tersebut rajaan ini dapat dikenali melalui prasasti Dino-
muncul hutan-hutan yang semakin meluas dan yo yang berasal dari desa Merjosari daerah
menyumbangkan lapisan humus tebal kepada Dinoyo, prasasti ini memiliki nama lain yaitu
tanah yang ada di bawah. Sehingga terben- Prasasti Kanjuruan. Menurut Brahmantyo
tuklah lembah, hutan tropis, lapisan humus, (1998: 66) dalam bukunya Pewara Sejarah
mata air, dan sungai yang menyebabkan faktor mengatakan bahwa terdapat bagian pecahan
95
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 6 No. 2 Desember 2022
Prasasti Dinoyo di Desa Merjosari dan didalam penetapan wilayah kebonagung dan sekitarnya
prasati ini juga menyebutkan bahwa nama ibu sebagai wilayah kekuasaan mataram kuno di
kota Kanjuruan. Bila ditelusuri secara Topo- jawa tengah. Sedangkan di daerah jawa Timur
nimi desa ini masih ada hingga sekarang ditandai dengan penetapan Linus seebagai sima
dengan nama desa Kejuron (Kanjuruan). hal ini dapat di buktikan dari prasasti Sugih-
Benda-benda Arkeologis yang diting- manik atau biasanya disebut ssebgai prasasi
galkan oleh kerajaan ini adalah bangunan Singasari. Selain itu ditemukan juga prasasti
terbuka berbentuk joglo di dusun kanjuruan Sangguran yang digunakan sebagai penetapan
yang dinamai Watu Gong oleh penduduk. desa Sanguran sebagai daerah sima (Brandes,
Tinggallannya berupa 12 buah umpak batu atau 1920:37-42).
umpak bangunan (pondasi/ alas penyangga Sedangkan pemerintahan Mataram Ku-
tiang rumah) 3 arca masa Hindu-Budha, 3 lum- no di Jawa Timur ditandai dengan keluarnya
pang batu, 1 batu pipisan, beberapa batu ukuran Prasasti Galunggung yaitupraasti Yang diguna-
besar, tempayan batu berbentuk persegi sebagai kan untuk penetapan wilayah Blimbing dan
wadah air, dan beberapa batu-batu candi. Se- Pandasari Lor sebagai wilayah sima, prasasti ini
dangkan prasasti Dinoyo sendiri ditemukan di dikeluarkan oleh Pu Sindok. Selain itu Pu
desa Kejuron di tepi Kali Metro yang tepat di Sindok juga meengeluarkan prasasti lainnya
sebelah utara Desa Kejuron terdapat pening- yaitu Prasasti Linggasutan yang digunakan
galan candi yang dinamakan Candi Badut dan sebagai menetapan wilayah desa Linggusutan
juga dikatakan oleh De Casparis bahwa disana sebagai wilayah sima. Selai itu ditemukan juga
juga ditemukan sisa bangunan kuno lain namun prasasti Jeru-jeru yang digunakan sebagai pene-
bangunan ini menunjukkan ciri-ciri yang sama tapan desa Jrujru sebgai wilayah sima. Kemu-
(Poesponegoro dan Notosusanto, 2009:125). dian ditemukan juga prasasti Bulul yang dihu-
Menurut Poerbatjaraka mengidentifika- bungkan dengan wilayah Bunulrejo. Prasasti
sikan bahwa pada saat itu kepercayaan yang Dinoyo II yang didalamnya menyebutkan bebe-
dipegang oleh masyarakat sebelum adanya ke- rapa nama desa seperti Tlogomas, Dau, Teng-
rajaan Kanjuruan adalah Mulabera. Hal ini garong, Sengkaling, Mangliawan dan Lowok-
dibuktikan karena dalam prasasti tersebut me- waru yaitu wilayah dari Wilayah Watek Hu-
nyebut-nyebut arca Agastya yang dibuat de- jung. Ada juga Prasasti Wurandungan B yang
ngan kayu cendana yang dibuat oleh nenek digunakan untuk menetapkan wilayah Kanu-
moyang raja Gajayana. Bahkan menurut her- ruhan sebagai sima yang didalamnya diutama-
man kulke mengatakan sebenarnya kerajaan kan tanah Wurandungan. Selain itu ditemukan
kanjuruan tidak ada hubungannya dengan ma- juga Prasasti Muncang untuk menetapkan ta-
taram atau Ho-ling. Hal ini dapat dibuktikan nah sima disebelah selatan pasar Muncang un-
dengan ditemukannya candi Badut (Poespone- tuk pendirian bangunan suci yang berhubungan
goro dan Notosusanto, 2009:125-127). dengan Walandit suatu daerah Walandit
(Supratiknyo, 1997:20).
2. Persebaran Situs Kerajaan Mataram Selain tinggalan mengenai prasasti,
Kuno Candi juga dapat digunakan sebagai bukti
Kekuasaan Mataram Kuno di Jawa berkuasanya Mataram Kuno Jawa Timur Can-
Tegah ditandai penetapan suatu desa sebagai di-candi lain yang ditinggalkan pada masa
wilayah sima yang bebas pajak. Hal ini dapat pemerintahan raja Sindok seperti Candi Lor di
dibuktikan melalui beberapa prasasti yaitu dekat berbek, Candi Gunung Gangsir di Bangil,
Prasasti Bangliwan yang menetapkan wilayah Candi sumberwaras di dekat Blitar dan Candi
Balingwan dan sekitarnya sebagai wilayah Songgoriti di Batu dekat Malang. Dimana
sima. Lalu prasasti Kubu-Kubu juga satu bukti Candi Songgoriti tersebut berasal dari masa
96
Lailia – Pusat Peradaban Masa Hindu-Budha.....
pemerintahan raja Sindok yang ditandai dengan di Kidal atau Candi Kidal (Asmito, 1988:100;
peralihan langgam Jawa Tengah ke Jawa Ti- Poesponegoro dan Notosusanto, 2009: 427).
mur. Dimana Candi Songgoriti ini juga menjadi Lalu setelah Tohjaya menjadi raja
bukti bahwa Mataram Kuno pernah berkuasa di banyak sekali pemberontakan yang diakukan
Dataran Tinggi Malang. Candi Songgoriti sen- oleh orang-orang Rajasa dan orang-orang Sine-
diri dibangun setelah raja Sindok bertapa untuk lir, hingga pada saat penyerbuan Tohjaya
mencari sumber mata air. Dimana setelah raja meninggal yaitu pada tahun 1248 M yang
Sindok ini membangun candi songgoriti keluar- kemudian digantikan oleh Wisnuwarddhana.
lah tiga sumber mata air yaitu sumber mata air Kemudian pada tahun 1255 M raja Wisnuwar-
Panas, sumber mata air Dingin dan Sumber ddhana mengeluarkan sebuah prasasti berkenan
mata air Biasa ditengah candi songgoriti (Brah- dengan Desa Mula dan Malurung menjadi sima
mantyo, 1995:72). untuk Sang Pranaja dan keturunannya yang
telah berjasa kepada raja. Sedangkan menurut
3. Persebaran Situs Kerajaan Singhasari kakawin Negarakertagama pada tahun 1268
Kerajaan Singhasari di Dataran Tinggi raja Wisnuwarddhana meninggal yang kemu-
Malang yaitu pada saat Ken Angrok menjadi dian dicandikan di Weleri dengan arca Ciwa
akuwu Tumapel menggantikan akuwu Tunggul dan di Jajaghu dengan cara Budha. Namun dari
Ametung. Hal ini dikarenakan ken Angrok kedua pencandian tersebut yang masih ada
mendapatan dukungan dari pendeta yang ber- peningalannya adalah candi Jajaghu atau yang
asal dari Negara Daha. Setelah Ken Angrok dikenal sebagai candi Jago di desa Tumpang,
berhasil mengalahkan ratu Daha yaitu siraji yang dari arca tersebut ditemukan sebuah arca
Dangdang Gendis atau Kertajaya dalam pepe- Amoghapasa yaitu suatu bentuk Awalokites-
rangan di sebelah utara 19 pada tahun 1144 Ç wara bertangan delapan dengan pengikutnya
atau 1222 M disatukanlah Kerajaan Janggala dan di antara arca tersebut ditemukan juga se-
dan Kadhiri, sehingga seluruh Tanah Jawa buah arca Bhairawa (Poesponegoro dan Noto-
menjadi kekuasaan Rajasa dan pada waktu itu susanto, 2009:433-435).
dibentuklah suatu nagara baru disebut nagara Menurut kakawin Nagarakertagama pa-
Singhasari, disebutkan dalam Nagarakertagama da tahun 1254 M kertanegara menjadi raja
ibukota nagara Singhasari disebut Kutha raja (I singhasari yang kemudian meninggal pada ta-
kutha rajenadeh), dan terletak di sebelah timur hun 1292 M pda saat diseran oleh Jayakatwang
Gunung Kawi (Asmito, 1988:99-100; Poespo- dengan bantuan Arya Wiraraja pada perte-
negoro dan Notosusanto, 2009: 421-426). ngahan bulan Mei dan Juni. Kematiannya ini
Dalam Pararaton dan Narakertagama dicandikan di Singhasari dengan tiga arca
dikatakan bahwa Ken Angrok dimakamkan di- perwujutan yang melambangkan Trikaya yaitu
suatu tempat bernama Kagenengan yaitu dise- sebagai Siwa-Budha dalam bentuk Bhairawa
belah Selatan Malang. Sedangkan Ken Dedes (Poesponegoro dan Notosusanto, 2009:445).
istrinya dibuatkan arca perwujudannya sebagai Sedangkan untuk peninggalan arkeologis masa
Prajaparamita (dewi lambang kesempurnaan Hindu-Budha di daerah Malang Raya yang
ilmu) yang ditempatkan dikomplek candi sing- diperkirakan dari masa Singhasari banyak
hasari. Setelah Ken Angrok meninggal, Anus- sekali yaitu berupa yoni dan nandi di Punden
pati menjadi raja yaitu dari tahun 1227 M sam- Pendem Junrejo, reruntuhan candi di punden
pai tahun 1248 M selama pemerintahannya ti- Mojorejo, fragmen arca-arca di Desa Pesang-
dak ada peninggalan yang diketahui. Hingga grahan, beberapa yoni dan lumpang batu di
pada tahun 1248 M Anusapati dibunuh oleh Sumber Torong Park, dan arca Ganesha di
Tohjaya ketika keduanya sedang mengadu Torongrejo, Junrejo. Kemudian ditemukan pula
ayam, yang kemudian Anusapati dimakamkan arca Ganesha yang berasal dari kerajaa
97
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 6 No. 2 Desember 2022
Singhasari bahkan ada yang mengatakan bahwa Suhita menggantikannya menjadi Raja Maja-
arca ini adalah sebagai pembatas antara wilayah pahit. Tinggalan arkeologi pada masa Maja-
kerajaan Singhasari dan Kadiri. Selain itu pahit kemudian Stupa Sumberawan yang
ditemukan juga yoni dan fragmen cani serta berada di Desa Toyomarto di kaki Gunung
lingga dan arca singa di kelurahan Tlogomas Arjuno.
(Jati dkk, 2012:91)
C. Hubungan Situs Masa Hindu-Budha
4. Persebaran Situs Kerajaan Majapahit dengan Dataran Tinggi Malang Menurut
Sedangkan pada abad ke XIV kekua- Analisis Kosmologi
saan di Dataran Tinggi Malang di pegang oleh Gambaran personifikasi atau metafora
kerajaan Majapahit pada saat pemerintahan mengenai Kawasan Dataran Tinggi malang
Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwarddhani menurut sistem kepercayaan masyarakat Hin-
yang mulai memrintah di tahun 1328 M meng- du-Budha dapat dikemukakan berdasarkan lan-
gantikan Jayanegara yang kemudian pada tahun dasan Kosmologi. Dalam kitab ini diuraikan
1372 m, Tribhuwanottunggadewi Jayawisnu- tentang terbentuknya kelompok gunung api di
warddhani meninggal dan di dharmakan di Dataran Tinggi Malang. Kitab yang disusun
Pantarapura. Sebelumnya pada tahun 1350 M oleh Empu Kutritusan pada tahun 1635 Men-
Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwarddhani jelaskan bahwa sebelum Nusa Jawa dihuni
mengundurkan diri dari pemerintahan dan di- manusia, tanah jawa ini tanah yang terus ber-
gantikan oleh putranya Hayam Wuruk (Poepo- getar. Sehingga disuruhlah oleh Bathara Guru,
negoro dan Notosusanto, 2009:463). Sang Hyang Brahma dan Sang Hyang Wisnu
Pada masa Hayam Wuruk di Dataran untuk membuat manusia. Maka dibuatlah
Tinggi Malang bahwa penetapan Prasasti manusia oleh Sang Hyang Brahma manusia
Himat Walandit di tahun 1350 M yakni untuk dengan wujud laki-laki dan Sang Hyang Wisnu
mengukuhkn otonomi kebujatan yang mengu- manusia wujud perempuan, setelah itu dijodoh-
asai gunung dan lembah di desa Walandit. kannya dan berkembang biaklah mereka di
Selanjutnya yang dikukuhkan adalah pengu- pulau jawa. Namun pada saat itu manusia masih
nungan Tengger (Yamin, 1962). Peninggalan- hidup seperti binatang mereka tidak bisa ber-
tinggalan arkeologis dari kerajaan majapahit bicara, tidak memkai baju pada saat itu manusia
adalah Prasasti Katiden I memuat angka tahun tidak mengenal apapun maka diturunkalah oleh
1392 M da Prasasti Katiden II memuat angka Bathara Guru dewa-dewa yang disuruh untuk
1395 yang dikeluarkan raja Wikramawar- mengajari mereka (Nurhajarini, D.R. Suyami.
ddhana. Dimana dalam prasasti raja bagi para 1999:142-144).
sane di sebelah timur Gunnung Kawi terutama Namun setelah semakin banyak ma-
para sane di Katindem serta para pejabat nusia pulau jawa masih tetap tidak kokoh ka-
pancatanda di Turen untuk megamati ilalang di rena pulau jawa masih tetap bergetar sehingga
Gunung Lejar agar tidak boleh terbakar. Di- Bathara Guru menyuruh pada dewata untuk
mana kedua prasasti tersebut di dusun Katiden, memindahkan Gunung Mahameru di Yawa-
Lawang dimana prasasti tersebut disebut seba- dwipa ke Pulau Jawa. Dimana pemindahan
gai prasasti Malang. Gunung ini di lakukan oleh para dewata, Sang
Masa selanjutnya ialah Raja Wikrama- Hyang Wisnu yang memutar sang hyang
warddhana mulai memerintah pada tahun 1389 Mandaragiri dan dibawalah ke Pulau Jawa.
M, ia memerintah selama dua belas tahun. Kemudian ditempatkanlah sang hyang Man-
Sedangkan pada tahun 1400 M mengundurkan daragiri di sebelah barat Pulau Jawa lalu
diri dari pemerintahan, dan menjadi seorang terangkatlah pulau jawa bagian barat merendah
bhagawan dan mengangkat anaknya bernama yang akhirnya menjadi Gunung Kelasa (karena
98
Lailia – Pusat Peradaban Masa Hindu-Budha.....
jejak kaki para dewa yang bersinar-sinar), lalu terbentuklah Gunung Mahameru yang disebut
bagian timur meninggi sehingga Batara Guru sebagai Gunung Nisada dan dipuja sebagai
menyuruh para Dewata memotong puncak sang hyang Mahameru giriraja (Nurhajarini,
Gunung Kelasa (Mahameru) lalu dibawalah ke D.R. Suyami. 1999:147-151). Sehingga Gu-
bagian timur pulau jawa. nung yang terletak di Lumajang tersebut di-
Namun dalam perjalanan runtuhlah maknai sebagai gunung tersuci dan gunung
bagian bawah dari sang hyang Mandaragiri, tertinggi sebagai giriraja seluruh Nusa Jawa.
dimana runtuhan pertama menjadi Gunung Dalam Kitab Tantu Panggelaran juga
Kantong runtuhan ini jatuh di bagian tengah mengkisahkan bahwa Batara Guru dan istrinya
Pulau Jawa yang sekarang menjadi Gunung Bhatari Uma menyucikan gunung-gunung ter-
Lawu di Karanganyar sekarang. Kemudian sebut sebagai gunung yang tidak bisa dipisah
dalam perjalanan selanjutnya runtuhlah kem- dengan gunung suci Mahameru. Pertama kali
bali sang hyang Mandaragiri yang kedua jatuh gunung yang disucikan oleh Bhatara Guru
menjadi Gunung Wilis yang diidentifikasikan adalah Gunung Mahameru (Gunung Semeru)
sebagai gunung Wilis disebelah barat kota ke- kemudian ke Gunung Bromo, Gunung Har-
diri. Kemudian untuk ketiga kalinya runtuhlah junna (Arjuna), Gunung Pawitra (Gunung Pe-
lagi sang hyang Mandaragiri yang menjadi nanggungan), Gunung Kawi, Gunung Kampud
Gunung Kampud dimana gunung ini diiden- (Gunung Kelud) dan terus ke Gunung Wilis
tifikasikan sebagai Gunung Api Kelud yang serta Gunung Katong (Gunung Lawu) dan
berada di Blitar dan Kediri. Kemudian untuk kemudian kembai ke Gunung Mahameru.
keempat kalinya runtuhlah sang hyang Manda- Sehingga setelah selesai menyucikan gunung-
ragiri dan menjadi Gunung Kawi yang berada gunung teersebut bhatara Guru dan istrinya
di daerah malang. Perjalanan selanjutnya sang Bhatari Uma kembali ke alam dewa.
hyang Mandaragiri masih mengalami kerun- Sehingga melalui landasan kosmologis
tuhan yaitu kelima dan menjadi Gunung tersebut dapat dilihat dari persebaran situs yang
Arjuno. Lalu untuk keenam kalinya dalam per- bertempat di daerah lembah tidak pada puncak
jalanan sang hyang Mandaragiri mengalami dataran tinggi. Jika dikaitkan dengan teori eko-
keruntuhan dan menjadi Gunung Kemukus logi budaya maka dalam hal ini mengatakan
yang diidentifikasikan sebagai Gunung Api bahwa lingkungan memberikan pengaruh posi-
Welirang, dimana Gunung-gunung ini masih tif terhadap kebudayaan. Sehingga jika dikait-
satu kompleks dengan Gunung Anjasmoro- kan dengan Kawasan Dataran Tinggi Malang
Arjuno-Peanggungan. Hingga perjalanan pe- terdapat persamaan terhadap pola landsan Kos-
mindahan sang hyang Mandaragiri dihentikan mologinya yaitu memunculkan adanya keper-
di Pawitra yang mengakibatkan terbentuknya cayaan dan menganggap gunung Mahameru
Gunung Pawitra dengan kelima puncaknya. adalah Gunung Suci. Dimana kebudayaan ini
Gunung Pawitra ini terdiri atau diidentifika- sudah dibawa sejak pada masa nenek moyang
sikan dari Gunung Penanggungan sebagai pun- kita yaitu pada masa Megalitik yang pada saat
cak tertinggi dan dikeilingi dengan empat pun- itu sudah meganggap gunung sebagai tempat
cak lainnya Gunung Gajahmungkur di bagian bersemanyam para roh nenek moyang. Namun
utara, Gunung Barat di barat, Gunung Benda di pada masa Hindu-Budha mereka lebih memiliki
selatan dan Gunung Kemuncup di timur. alam pemikiran bahwa Gunung adalah tempat
Setelah berhenti di Pawitra pengangkatan sang bersemanyamnya Dewa Siwa hal ini dikarena-
hyang Mandaragiri dilanjutkan ke timur dan kan adanya metafora kepercayaan hindu-budha
disandarkan di Gunung Bromo karena terhadap kitab tantu Panggelaran.
bawahnya yang kompes. Kemudian tegaklah Maka berdasarkan analisis tersebut
sang hyang Mandaragiri yang akhirnya terjawablah mengapa situs-situs tersebut berada
99
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 6 No. 2 Desember 2022
di lembah bukan pada lerengnya. Hal ini Brahmantyo, G. 1995. Perwara Sejarah.
dikarenakan pada saat itu mereka membuat Malang: IKIP Malang.
alam tiruan yang sama persis dengan di India. Brandes. 1920. “Pararaton (Ken Arok) Het
Karena tidak mungkin mereka memindahkan Boek der Koningen van Tumapel en van
alam yang ada di India sehingga mereka Majapahit” dalam Verhandelingen van
menyamakan alam di dataran tinggi malang Het Bataviaasch Genootschap Deel
sama seperti alam yang di India. Dan untuk LXII, ‘s Gravenhage: Martinus Nijhoff
menyamakan alam di jawa dan india akhirnya Soekmono. 1981. Pengantar Sejarah Kebuda-
mereka melakukan penamaan nama-nama yaan Indonesia Jilid I. Yogyakarta:
gunung yang sama dengan nama gunung yang Penerbit Kanisius.
ada di India yang kemudian gunung-gunung Daldjoeni, A. 1984. Geografi Kesejarahan II.
tersebut disucikan maka sebagai bukti Bandung: Penerbit Alumni
penyucian dibuatlah kitab tantu panggelaran. Gazalba, Sidi. 1963. Pengantar Kebudayaan
Sebagai Ilmu. Jakarta: Jakar.
SIMPULAN Harris, Marvin. 1984. Kemunculan Teori
Maka dapat disimpulkan bahwa adanya Antropologi (Sejarah Teori-Teori Ke-
peradaban di Datara Tinggi Malang membutuh- budayaan). Kuala Lumpur: Dewan Ba-
kan proses geologis yang sanngat panjang. Hal hasa dan Pustaka
ini dapat dilihat dari wiayah yang dahulunya Harsojo. 1986. Pengantar Antropologi. Bina-
danau purba dapat menjadi wilayah yang subur cipta.
sehingga dapat didiami manusia untuk mem- Jati, Slamet S. Purnawan & Deny Y. Wahyudi.
bentuk sebuah peradaban. Keadaan alam tidak 2015. Situs-Situs Megalitik di Malang
langsung berpengaruh terhadap pola keidupan Raya: Kajian Bentuk dan Fungsi. Jurnal
manusia, namun terdapat proses adaptasi antara Sejarah dan Budaya Tahun Kesembilan
lingkungan dengan kebudayaan yang dicipta- Nomor 1 Edisi Juni 2015. Malang: FIS
kan manusia. Bentuk adaptasi dari masa Hindu- UM.
Budha dapat dillihat dari anggapan bahwa Gu- Jati, Slamet S. Purnawan dkk. 2014. Eksplorasi
nung merupakan daerah suci yang dibuktikan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Bang-
dari sebaran situs tersebut berada di bagian sa Dari Sejarah Lokal Malang Mulai
lembah namun menghadap ke arah Gunung Zaman Prasejarah Sampai Masa
Mahameru. Hindu-Budha Abad XI. Jurnal Sejarah
dan Budaya Tahun Kedelapan Nomor 1
DAFTAR PUSTAKA Juni 2014. Malang: FIS UM.
Abdullah, Oekan S. 2017. Ekologi Manusia dan Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu
Perkembangan Berkelanjutan. Jakarta: Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
PT. Gramedia Pustaka Umum. Nuhajirin dan Guritno. 1999. Kajian Mitos dan
Asmito. 1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Nilai Budaya dalam Tantu Panggelaran.
Semarang: IKIP Semarang. Jakarta: CV. Putra Sejati Raya.
Supratiknyo. 1997. Geohistori Indonesia. Ja- Poesponegoro, & Notosusanto. 2009. Sejarah
karta: Direktorat Pendidikan Menengah Nasional Indonesia Jilid II : Zaman
Umum. Kuno. Jakarta: Yogyakarta.
Bemmelen, R W Van. 1949. The Geology of Suprapta, B. 2015. Makna Gubahan Ruang
Indonesia Vol. I A: General Geology of Situs-Situs Hindhu-Buddha Masa
Indonesia and Adjacent Archipelagoes. Singhasari Abad XII-XIII M di Saujana
The Hague, Sole Agents: Martinus Dataran Tinggi Malang dan Sekitarnya.
Nijhoff. Disertasi: Universitas Gadjah Mada.
100
Lailia – Pusat Peradaban Masa Hindu-Budha.....
Tasmuji, dkk. 2011. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Walsh, Dylan. 2013. Kepercayaan Masyarakat
Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar. Jawa Terhadap Gunung (online diakses
Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. pada 17 Maret 2019).
Umar, Mustofa. 2009. Mesopotamia dan Mesir Yamin, Muhammad. 1962. Tatanegara
Kuno: Awal Peradaban Dunia. Jurnal Madjapahit Sapta-Parwa I, Djakarta:
El-Harakah Vol. 11 No. 3 Tahun 2009. Prapantja.

101
Jurnal Budaya Etnika, Vol. 6 No. 2 Desember 2022

102

Anda mungkin juga menyukai