Anda di halaman 1dari 28

PARADIGMA ARCHIPELAGO:

PERSPEKTIF GEOGRAFI REGIONAL


DALAM MENGELOLA KERAGAMAN WILAYAH
KEPULAUAN DAN KELAUT AN INDONESIA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar


pada Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada

oleh:
Prof. Dr. Muhammad Baiquni, M.A.
PARADIGMA ARCHIPELA GO:
PERSPEKTIF GEOGRAFI REGIONAL
DALAM MENGELOLA KERAGAMAN WILA YAH
KEPULAUAN DAN KELAUTAN INDONESIA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar


pada Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada

Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar


Universitas Gadjah Mada
pada tanggal 18 September. 20 14
di Yogyakarta

oleh:
Prof. Dr. Muhammad Baiquni, M.A.
B ism ill ah irrahman irra h iel1l
Assalamu 'alaikllln warahmatullahi 1-l'abarakatuh.
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

Yang saya hormati,


Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Wali Amanat UGM
Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Guru Besar UGM
Ketua, SehTetaris, dan Anggota Senat Akademik UGM
Rektor UGM dan Wakil Rektor UGM, Dekan dan Wakil Dekan di
lingkungan UGM
Segenap Civitas Akademika UGM; Para Tamu Undangan, Hadirin
dan Keluarga yang berbahagia,.

Segala puja dan puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan berkahnya sehingga kita dapat menjalani hidup ini dengan
bahagia. Shelawat dan salam kita haturkan kepada Rasulullah
Muhammad saw, yang menjadi teladan dan menuntun kita mencintai
ilmu untuk mewujudkan akhlak mulia.
Pada hari ini kita berkumpul di Balai Senat Universitas Gadjah
Mada untuk menghadiri Rapat Terbuka Majelis Guru Besar.
Perkenankan saya menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah
Republik Indonesia yang telah memberi kepercayaan melalui
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 1836631A4.3/KP/2013, mengangkat saya sebagai Profesor/Guru
Besar dalam bidang IImu Geografi Regional sejak 1 November 2013.
Pada kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan pidato berjudul:

PARADIGMA ARCHIPELAGO:
PERSPEKTIF GEOGRAFI REGIONAL DALAM
MENGELOLA KERAGAMAN WILA YAM KEPULAUAN DAN
KELAUT AN INDONESIA
2

Hadirinyang terhormat,
Pidato ini membahas paradigma archipelago untuk memahami
dan mewujudkJn pengembangan wilayah kepulauan Indonesia yang
bercirikan Bhinneka Tunggal [ka. Latar belakang pemilihan topik
didasarkan pada pel1imbangan berikut: (I) Indonesia merupakan
negara kepulauan (archipelagic state) di wilayah tropis yang memiliki
keragaman ekosistem alam dan budaya terbesar di dunia;
(2) Kepulauan ini memiliki sejarah panjang, lebih dari seribu tahun
silam pemah memiliki peradaban maritim yang terkenal seperti
Sriwijaya dan peradaban agraris yang unggul di sekitar Borobudur dan
Prambanan; (3) Indonesia memiliki posisi geostrategi penting di
antara silang Benua Asia dan Australia serta silang Samudra Hindia
dan Pasifik; (4) Indonesia sedang mengalami transisi perkembangan
pesat yang perlu dikawal agar mampu berdaulat secara politik,
mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya; (5) Saat
ini Indonesia sedang melakukan estafet kepemimpinan yang
diharapkan mampu melakukan transfon11asi menjadi bangsa yang
EMAS, ekonomi maju, masyarakat adil, dan kehidupan sejahtera.

Hadirin yang berbahagia,


Geografi dan Paradigma Archipelago
Geografi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi manusia
dan lingkungan hidupnya. Pengertian sederhana dan sangat 111udah
dimengerti ini dirangkum dari berbagai penjelasan para ahli seperti:
Finch, V.C. (1957); Haggett (1972); Bintarto dan Surastopo (1979);
Harvey, D. (1986); Johnston, R.J. (1986); dan Peet, R. (1998). Untuk
mempelajari geografi perlu digunakan mata kepala (nalar), mata kaki
(naluri), dan mata hati (nurani).
Para ahli geografi menggunakan peta sebagai sarana untuk
penggambaran objek-objek di muka bumi dengan menggunakan skala.
Pada skala kecil akan tercakup wilayah yang luas dengan objek-objek
pengamatan yang general, sedangkan dan pada skala besar akan
tercakup wilayah yang sempit dengan objek-objek pengamatan yang
semakin detail. Geografi juga mengkaji tentang keragaman fenomena
3

di muka bumi.
"Andaikata di perm/lkaan b/lmi ini tidak ditem/lkan perbedaan serta
keberagaman fenomenafisis, sosial, ekonomi. b/ldaya. maka tidak ada dasar
landasan keberadaan disiplin ilm/l geograji". (Finch, 1957).

Geografi memandang bagaimana manusia membentuk,


memodifikasi, dan mengubah bentuk-bentuk lingkungan alam
sehingga menciptakan bentukan baru yang semakin kompleks dan
tercipta lingkungan buatan dengan kehidupan baru. Manusia terus
membentuk dan membangun dengan mengubah lingkungan alami
menjadi lingkungan hasil konstruksi manusia (Peet, 1998). Jadi,
fenomena kerusakan lingkungan dan bencana bersumber pada sesat
pikir dan ulah manusia. Bencana alam dan bencana sosial lebih
banyak disebabkan oleh cara pandang dan praktik pembangunan yang
keliru. Bisa jadi, hal itu dikarenakan kita belum tahu atau karena tidak
mau tahu, atau bahkan melawan hukum-hukum alam sekitar. Dengan
memahami geografi, maka manusia dapat menunaikan tugas mulia,
yaitu mandat kepemimpinan di muka bumi (khalifatullahfil ardh).
Haggett (1972), dalam bukunya Geography: A Modern
Synthesis, banyak berpengaruh dalam berbagai kajian geografi di
seluruh dunia. Buku tersebut menjadi acuan buku Metode Analisa
Geografi (1979), karya monumental duet geograf Indonesia, yaitu
Bintarto (ahli Geografi Manusia) dan Surastopo Hadisumamo (ahli
Geografi Fisik) yang berusaha mempertemukan dua sayap geografi
secara terpadu. Dalam hal konsepsi tentang Geografi Terpadu
(Integrated Geography), Haggett menggunakan tiga pendekatan, yaitu
(1) Pendekatan keruangan (spatial approach) yang mempelajari
perbedaan lokasi terkait dengan sifat-sifat yang penting. Analisis
keruangan berguna untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pola persebaran objek atau fenomena secara keruangan;
(2) Pendekatan ekologikal (ecological approach) yang mengkaji
interaksi antarorganisme hidup dengan lingkungannya dalam suatu
ekosistem; (3) Pendekatan kompleks kewilayahan (regional complex
approach) merupakan kombinasi keruangan dan ekologikal yang
menekankan keragaman wilayah yang kompleks. Dari pendekatan ini
4

berkembang pemahaman dinamika antarwilayah, peramalan wilayah,


dan perencanaan wilayah yang merupakan rangkaian dalam
pengembangan wilayah.
Ilmu geografi banyak dikembangkan oleh para ahli Eropa dan
Amerika pada periode 1775-2000, seperti dikemukakan oleh Haggett
(200 I). Pada periode ini disebut Geografi Modern yang dipengaruhi
trio pelopor, yaitu Alexander von Humbolt (1799-1859) seorang ahli
Jerman yang banyak meneliti biogeografi Latin Amerika; George
Parkin Marsh (1801-1882) seorang ahli konservasi Amerika yang
mempelopori kajian perilaku manusia dalam membentuk pennukaan
bumi; dan Paul Vidal de la Blanche (1845-1918) yang menggagas
keterpaduan dalam kajian geografi manusia dan membuat model
geografi wilayah Perancis.
Revolusi kuantitatif yang berkembang pada pertengahan abad
XX mendorong perkembangan pendekatan dan metode geografi
dalall1 memahami keterhubungan fenomena-fenomena di suatu
wilayah. Perkembangan ini dipercepat dengan teknologi pengindraan
jauh untuk pemetaan dan sistem infonnasi geografi yang banyak
digunakan dalam analisis geografi dan penerapannya dalam
pembangunan.
Salah satu cabang ilmu geografi adalah geografi regional. Peet
(1998) menyatakan konsepsi bahwa geografi regional mengkaji
hubungan berbagai fenomena pada tempat-tempat tertentu sebagai
upaya memahami secara terpadu keterhubungan fenomena-fenomena
tersebut secara menyeluruh di suatu wilayah. Claval (1998) membahas
perkembangan geografi regional yang semula berupa catatan
deskriptif jejak petualang pada zaman Yunani, kemudian berkembang
pesat dengan kemampuan kartografi dalam memetakan wilayah
sehingga diperoleh peta yang semakin akurat untuk analisis wilayah.
Geografi regional mengkaji keragaman atas perbedaan dan
persamaan antarwilayah. Setiap wilayah memiliki karakter, keaslian,
kelangkaan, keunikan, dan kekhasan sendiri-sendiri sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi antarwilayah yang dilakukan oleh
tenaga alam maupun aktivitas manusia. Menurut Sandi (1985),
pewilayahan atau regionalisasi itulah yang menjadi fokus kegiatan
geografi. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Suharyono (2005)
5

bahwa studi regional atau pendekatan berdasarkan konsep regional


merupakan bagian penting dalam studi geografi. Oari pendapat para
ahli geografi regional tersebut, dirumuskan bahwa geografi regional
mempelajari karakter, pola, dan dinamika fenomena alam maupun
manusia dalam suatu wilayah tertentu yang didelineasi dan
diregionalisasi untuk tujuan tertentu (Baiquni, 20 12).

Hadirin yang saya hormati,


Pasang surut suatu teori dipengaruhi oleh paradigma yang
dikembangkan. Paradigma, secara sederhana, diartikan sebagai cara
pandang atau suatu kerangka referensi yang merupakan keyakinan
atau pijakan suatu teori. Istilah paradigma mulai dikenal luas setelah
Thomas Kuhn menulis buku The Structure of Scientific Revolutions
(1970). Dalam pandangannya, suatu disiplin ilmu muncul sebagai
proses revolusi paradigma, di mana suatu pandangan teori yang telah
mapan dapat ditumbangkan oleh pandangan teori yang baru.
Perkembangan suatu paradigma terkait dengan dukungan para
pemeluknya dalam mengembangkan pemikiran, penelitian, pengem~
bangan praktis, hingga penyebarannya melalui pendidikan dan
publikasi. Paradigma juga memiliki unsur pokok seperti sumber
ilham, tata nilai yang menjadi dasar, pennasalahan yang dirumuskan,
pendekatan yang digunakan, dan prosedur atau metode yang dipakai
untuk menjelaskan realitas yang dipahami (Fakih, 200 I; Rahardjo,
2005; Ahimsa-Putra, 2008).
Paradigma Archipelago adalah cara pandang suatu teori maupun
praxis yang mendasarkan pada kemajemukan masyarakat, keragaman
ekosistem, dan kompleksitas wilayah kepulauan. Paradigma
Archipelago diuraikan secara ringkas melalui pembahasan terkait
dengan inspirasi atau ilham untuk menemukan jati diri teori, konteks
historis, pergumulan persoalan pembangunan dan implikasi praxis-
nya, serta upaya mengajukan kerangka kerja paradigma baru.
Bhinneka Tunggallka menjadi inspirasi untuk mengembangkan
Paradigma Archipelago. Seloka Bhinneka Tunggal lka ini tertulis
dalam Kitab Sutasoma karya Pujangga Mpu Tantular pad a abad XIV
pada zaman Majapahit dengan pimpinan Prabu Hayam Wuruk dan
6

Mahapatih Gadjah Mada. Seloka ini dalam perkembangannya menjadi


mota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tersurat dan
digenggam erat dalam lambang negara berwujud burung garuda, yaitu
Pancasila(Westra,1995). .
Paradigma Archipelago diletakkan dalam konteks wilayah
kepulauan yang dapat dilacak dari sejarah peradaban Nusantara.
Pasang surut perkembangan peradaban Nusantara selalu dinamis
dengan pusat-pusat kekuasaan yang bergeser dan berubah dari satu
pulau ke pulau lainnya. Uraian berikut ini secara singkat membahas
sejarah dari Candi Borobudur hingga kini, untuk dapat menemukan
orientasi baru bagi masa depan pengembangan wilayah negara
kepulauan Indonesia.

Hadirin ypng saya hormati,

Menengok Sejarah Nusantara


Marilah kita menelusuri jejak sejarah maritim Nusantara dan
pengaruh regionalnya. Sejarah Nusantara yang merupakan wilayah
kepulauan dapat dilihat dari perkembangan pusat-pusat kerajaan di
wilayah pantai dan wilayah pedalaman yang berhubungan dengan
sistem sungai. Pada periode abad VII sampai XVII, secara silih
berganti bermunculan peradaban maritim dengan berbasis kerajaan
sekaligus bandar perdagangan di wilayah pesisir, seperti Sriwijaya,
Samudera Pasai, Kesultanan Banten, Kesultanan Demak, Kesultamin
Temate dan Tidore yang pada periode keemasannya mengembangkan
perdagangan antarpulau di perairan Nusantara.
Sriwijaya sebagai kerajaan maritim memiliki posisi penting di
Asia Tenggara sebagai perlintasan perdagangan antarbenua, yaitu
India, Cina, dan Arab (Muljana, 2006). Padanannya kala itu Sriwijaya
sebagai pusat peradaban bangsa maritim di Asia abad VIII berada
pada satu periode dengan kejayaan bangsa Viking dari Skandinavia
(Norwegia, Swedia, dan Denmark) yang mampu mengarungi Samudra
Atlantik dan menguasai Eropa.
Sejarah peradaban Candi Borobudur yang dibangun Wangsa
Syailendra pada sekitar tahun 750 Masehi, menunjukkan puncak
7

peradaban Buddha, sedangkan Candi Prambanan yang dibangun


Wangsa Sanjaya pada sekitar tahun 850 Masehi menunjukkan
peradaban puncak Hindu (Miksik, 1990). Sekitar seribu tahun
lamanya, antara abad V sampai XV, pengaruh agama dan kebudayaan
India telah melahirkan pusat peradaban besar di Pulau Jawa yang telah
memiliki pengaruh di berbagai wilayah Asia Tenggara. Borobudur,
Prambanan, Angkor, dan Pagan secara bergantian menunjukkan
puncak-puncak peradaban pada zamannya (Lombard, 2006).
Kita masih dapat menyaksikan bangunan indah dan megah
Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang terletak di atas bukit,
dikelilingi danau, dan dialiri sungai-sungai di sekitarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa telah berkembang pesat pemahaman ruang
dengan ekosistem pendukung peradaban, tennasuk pemilihan lokasi
dengan ilmu geografi hingga penentuan posisi dengan ilmu astronomi
yang tinggi pada saat itu. Pemilihan lokasi dan posisi bangunan candi-
candi menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia memiliki
kearifan geografis melalui perhitungan matematis dan metafisis
dengan presisi yang tinggi hingga melahirkan peradaban yang unggul.
Perkembangan peradaban di Nusantara semakin ramai dimulai
sekitar abad XII hingga abad XV dengan kehadiran dua kekuatan
baru, yaitu Arab dan Cina. Pada periode ini, di Nusantara telah
muncul kerajaan di pesisir seperti Samudera Pasai di Sumatera serta
Kesultanan Ternate dan Tidore yang telah aktif mengembangkan
perdagangan rempah-rempah melalui jalur laut. Wilayah Nusantara
telah menjadi jalur penting dan persinggahan tiga kekuatan besar,
yaitu India, Cina, dan Arab.
Seorang penjelajah bangsa Venesia, Marco Polo, pada tahun
1292 pernah singgah di Sumatera sepulang dari Cina. la menemui
penguasa kerajaan dan mengamati masyarakat, ternyata dikabarkan
bahwa pengaruh saudagar Arab dan para penyebar agama Islam telah
berkembang di Sumatera. Sementara itu, musafir Maroko, Ibnu
Battutah, yang dikenal sebagai geograf muslim pernah melawat ke
Samudera Pasai dalam perjalanan ekspedisi perdagangan dari Arab ke
Cina. la singgah di Pasai pada tahun 1345 dan 1346, menemukan
bahwa masyarakat telah memeluk Islam dan pe~guasanya mengikuti
mazhab Syafi'i (Ricklefs, 1981; Lombard, 2006). Pada tahun 1405,
8

Kekaisaran Cina, Dinasti Ming, meluncurkan ekspedisi maritim yang


dipimpin Laksamana Cheng Ho. Selama 28 tahun ekspedisi ini
menempuh perjalanan sepanjang sekitar 56.000 km menjelajahi
Samudra Hindia, singgah di Champa, Siam, Jawa, Sumatera, Malaka,
Srilanka, India, Jazirah Arab, Afrika, kembali ke Cina melalui
Kepulauan Nusantara (Bowler, 2006).
Pada abad XIV-XV Kerajaan Majapahit di Jawa Timur
memiliki kekuatan maritim dan menyatukan jalur perdagangan
penting di Nusantara. Beberapa peneliti telah berusaha memahami
keragaman budaya masyarakat dan tata pemerintahan, tetapi ada dua
pola dasar yang direpresentasikan oleh Jawa sebagai masyarakat
"hidrolis" yang didasarkan pada pertanian sawah yang stabil dan
berorientasi ke dalam, sedangkan luar Jawa sebagai masyarakat
"maritim" perikanan dan perkebunan rempah-rempah serta pedagang
yang dinamis dan berorientasi ke luar antarpulau hingga ke luar negeri
(Ricklefs, 1991; Alwi, 2005; Lombard, 2008).
Kitab Negarakertagama ditulis pada puncak kejayaan Majapahit
pada periode 1350-1389 dengan Raja Hayam Wuruk (Rajasanagara)
dan Patih Gadjah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa, yang
ingin menyatukan wilayah Nusantara. Pola pemerintahan diperkirakan
menggunakan jejaring perdagangan dan jaminan keamanan di pusat-
pusat perdagangan dan pennukiman di berbagai pulau. Majapahit
memiliki angkatan laut yang besar dan kuat, menjalin hubungan
perdagangan ke Kerajaan Champa, Kampuchea, Siam, Binna,
Vietnam, hingga Cina (Ricklef, 1991).
Memasuki abad XV, Majapahit mulai surut akibat perang
saudara dan pergantian kepemimpinan yang diperebutkan. Sementara
itu, muncul kekuatan baru dari wilayah pesisir, yaitu Kerajaan Malaka
di Semenanjung Malaysia yang menguasai jalur perdagangan Selat
Malaka dan pesisir utara Jawa dengan berkembangnya bandar
perdagangan Kerajaan Demak yang menjadi persinggahan para
pedagang dari Timur dan Barat.
9

Hadirin yang berbahagia,


Nusantara menjadi semakin terkenal dan ramai setelah bangsa
Eropa menjelajahi kepulauan ini sekitar abad XV. Mereka pada
awalnya melakukan ekspedisi diplomasi dan perdagangan, tetapi
dalam perkembangannya mengendalikan bandar pelabuhan strategis.
Kehadiran bangsa-bangsa Eropa ini terkait dengan semangat
Renaissance kaum muda para penjelajah yang mengemban misi
negaranya untuk mengarungi samudra dan menemukan dunia baru.
Teknologi kapal-kapal besar dibangun dengan layar, peralatan
navigasi. dengan kompas, teleskop dikembangkan, dan jalur
perdagangan dipetakan. Pada periode ini peran ilmu geografi regional
berkembang dari para penjelajah (explorer) yang memberikan
gambaran peta potensi dan analisis strategis wilayah baru bagi
kebijakan yang akan ditempuh negara atau kerajaan yang
mengmmnya.
Setelah masa kolonial mencengkeram Nusantara selama lebih
dari tiga abad, terjadi perubahan di Eropa dan pergeseran kekuatan
baru ke Amerika. Ekspansi wilayah dan eksploitasi sumber daya alam
telah menimbulkan berbagai konflik, baik dengan penguasa atau
kerajaan lokal maupun di antara negara kolonial. Kondisi itu semakin
panas yang tak terelakkan lagi hingga terjadi perang dunia.
Kehancuran akibat kerakusan dan peperangan ini juga menjadi siklus
sejarah, bahwa ada masanya suatu wilayah mulai tumbuh pesat hingga
mencapai kemakmuran dan ada masanya suatu peradaban surut yang
kemudian digantikan dengan peradaban baru.
Dari uraian sejarah singkat di atas, dapat disarikan bahwa
pasang surut dan runtuhnya peradaban terkait dengan lima perkara,
yaitu: (I) keruntuhan suatu peradaban bisa diakibatkan oleh bencana
besar seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunungapi;
(2) serbuan kekuatan dari luar yang mengakibatkan pusat kekuasaan
jatuh di tangan musuh dan raja penguasa tunduk pada pihak lain;
(3) degradasi lingkungan secara perlahan-Iahan menyurutkan peran
pelabuhan bandar perdagangan sehingga pusat kekuasaan surut atau
terpaksa beralih ke tempat lain; (4) estafet kepemimpinan yang tidak
berjalan mulus bisa terjadi karena perebutan kekuasaan dan perang
10

saudara maupun raja penerus tidak memiliki kemampuan seperti


pendahulunya; (5) kemaksiatan merajalela dan kehidupan bennewah-
mewah di kalangan para pemimpin di tengah kesulitan rakyat jelata.

Hadirin yang terhormat,


Pengaruh Paham Pembangunan dan Modernisasi
Kemerdekaan Indonesia dari penjajahan merupakan perjuangan
panjang dan melalui perundingan alot yang digerakkan oleh kaum
muda terpelajar. Semangat, keberanian, dan kecerdasan membuat cita-
cita kemerdekaan dapat diwujudkan melalui Proklamasi 17 Agustus
1945. Kedaulatan suatu negara memerlukan rumusan strategis
mengenai wilayah dan cara pengelolaannya serta meyakinkan negara
lain memberi pengakuan atas kedaulatan wilayah suatu bangsa.
Para pendiri Indonesia telah merumuskan gatra kewilayahan
sebagai berikut: (1) Rumusan bahwa Indonesia terletak di antara dua
benua (Asia dan Australia) serta dua samudra (Hindia dan Pasifik)
telah menunjukkan bahwa ada kemampuan untuk meletakkan posisi
strategis dalam kancah regional; (2) Moto semangat Bhinneka
Tunggal Ika yang merupakan pengakuan bahwa kepulauan Indonesia
memiliki keragaman alam dan masyarakat yang memerlukan
persatuan agar kuat; (3) Pancasila merupakan rumusan dasar negara
yang mengandung kedaulatan wilayah terutama sila ketiga "Persatuan
Indonesia". .
Indonesia pemah terkenal di antara bangsa-bangsa di dunia
ketika menjadi penyelenggara Konferensi Asia Afrika di Bandung
pada tahun 1955. Pertemuan bersejarah ini menjadi inspirasi bagi
sejumlah bangsa Asia dan Afrika untuk menjadi negara merdeka dan
terjalinnya suatu Gerakan Nonblok. Indonesia memprakarsai agar
negara-negara menjadi independen dan terbebas dari para penjajah.
Pada saat itu, Indonesia menjadi pionir kemandirian bangsa-bangsa
dunia, tidak ikut Blok Barat Kapitalis yang dipimpin Amerika maupun
Blok Sosialis Komunis yang dipimpin Uni Soviet.
Peristiwa penting terkait dengan kedaulatan wilayah negara
kepulauan dengan basis maritim adalah Deklarasi Djoeanda 1957.
lsinya adalah "Segala perairan di sekitar, di antara dan yang
II

menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk


daratan Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas
atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wi/ayah
daratan Negara Repub/ik Indonesia dan dengan demikian merupakan
bagian daripada perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan
mutlak daripada Negara Repub/ik Indonesia. Lalu /intas yang damai
di perairan pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan
sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan dan
keselamatan Negara Indonesia".
Deklarasi ini merangkai perjalanan sejarah Nusantara yang
diaktualisasikan dalam tata pemerintahan Indonesia dan tata dunia saat
ini. Sebagai konsekuensinya diperlukan perjuangan panjang bangsa
Indonesia untuk mendapatkan pengakuan intemasional dan
membuktikan bahwa kita mampu berdaulat atas wilayah darat, laut,
dan udara dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan
sejahtera (Utomo, 2013).
Pembangunan pada era Orde Barn dekade 1970-an dilakukan
secara bertahap dengan membenahi masalah ekonomi dan
memperbaiki kestabilan politik. Pembangunan Lima Tahun (Pelita)
secara bertahap direncanakan mengikuti model WW Rostow. Melalui
model ini, pembangunan diawali dengan basis pertanian dan
perdesaan, mengolah bahan mentah menjadi setengah jadi untuk
mencukupi kebutuhan dasar pangan, papan, dan kesehatan. Pada masa
ini pengarnh Amerika menguat, baik dalam mernmuskan konsep
pembangunan maupun memberi pinjaman utang, bantuan teknis
tenaga ahli, hingga alih teknologi. Bantuan tersebut tidak gratis karena
di balik itu semua Indonesia harns melepas konsesi sumber daya alam,
seperti minyak bumi, gas alam, dan mineral.
Pada awalnya pembangunan wilayah perdesaan dan sektor
pertanian menjadi kunci awal pembangunan Orde Barn. Pembangunan
desa tidak saja berorientasi pertanian. Pada tahap lanjut, beragam
sektor turnt menjadi prioritas termasuk pemenuhan kebutuhan dasar,
infrastrnktur perdesaan, hingga industrialisasi perdesaan. Maka dari
itu, diperkenalkan kemasan barn yang disebut dengan pendekatan
pembangunan desa dan wilayah terpadu (Integrated Rural Regional
Development).
12

Berbagai masalah pembangunan mulai mengemuka, antara lain:


kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan antarwi1ayah. Masalah
ini telah disinyalir oleh Seers (1973) bahwa ketiga masalah itu
merupakan indikator keberhasilan atau kegaga1an pembangunan.
Pembangunan dikembangkan melalui modemisasi, industrialisasi, dan
perdagangan intemasional. Pendekatan sektoral dianggap kurang
mujarab dalam mengembangkan potensi dan dinamika masyarakat.
Pembangunan yang terlalu menekankan pada pertumbuhan ekonomi
temyata membawa dampak kerusakan lingkungan, kesenjangan sosial,
dan kemerosotan budaya 10kaldi Indonesia.
Perhatian kemudian mulai diarahkan pada pengembangan
kualitas manusia. Tjokrowinoto (1985) mengemukakan tiga hal dalam
mengaitkan pentingnya pembangunan sosial-budaya untuk
terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya. Tiga hal tersebut adalah:
(1) bahwa pembangunan sosial-budaya dipandang sebagai suatu nilai
intrinsik, bukan sebagai nilai auxiliary pembangunan ekonomi;
(2) bahwa di dalam spektrum pembangunan sosial-budaya,
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya menduduki posisi utama; .
(3) strategi pembangunan yang memfokuskan diri pada pembangunan
sosial-budaya, haruslah melakukan social-transformation untuk
mengolah lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan
pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan
sehingga dapat melaksanakan fungsi pemelihara (nurture) bagi
pembentukan pribadi.
Pada dekade awa1 1980-an, ketika pengembangan wilayah
merambah negara sedang berkembang maka banyak disiplin
(multidisiplin) seperti geografi, ekonomi, sosiologi, politik, dan
kebijakan serta keteknikan terlibat dalam berbagai proyek
modemisasi. Pada awalnya program pembangunan wilayah di
Indonesia dimulai dari perdesaan dengan perhatian pada pangan dan
pertanian. Majalah Prisma yang diterbitkan Lembaga Penelitian,
Pendidlkan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) pada edisi
No. 7 Juli 1979 Tahun VIII, secara khusus menampilkan tema
"Pembangunan Regional: Meratakan Perkembangan". Prospek
pembangunan daerah banyak dibahas tidak hanya di Jawa, tetapi juga
di luar Jawa sept:lL'di Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, bahkan di
13

Timor Timur yang waktu itu baru saja berintegrasi dengan Indonesia.
Melalui Pembangunan Lima Tahun secara bertahap dilakukan dengan
membenahi infrastruktur dan kelembagaan perdesaan. Selain itu juga
dikembangkan program kewilayahan, antara lain program
transmigrasi, IRDP (Integrated Rural Development Program), KIP
(Kampung Improvement Project), IUIDP (Integrated Urban
Infrastructure Development Project), yang masih banyak dipengaruhi
oleh Bank Dunia dengan para ahli asing.
Pembangunan masyarakat desa pada awal mulanya diilhami
oleh konsep Community Development atau pembangunan masyarakat
yang disponsori oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui program-
program UNESCO. Program pembangunan masyarakat itu
dimaksudkan sebagai usaha yang terdapat di wilayah perdesaan dari
negara-negara sedang berkembang. Karena titik berat pelaksanaannya
ada di wilayah perdesaan itulah, pengertian pembangunan masyarakat
sering diinterpretasikan sebagai pembangunan masyarakat desa
(Suhardjo, 2008; Ellis and Biggs, 200I).
Pembangunan pertanian sebagai basis pertumbuhan ekonomi,
memberikan kesempatan industri dan modemisasi yang berbasis .di
kota untuk mengembangkan pasamya ke desa. Desa mendapat input
pertanian melalui Revolusi Hijau tahun I970-an, dipacu untuk
meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya pangan, bagi
ketercukupan konsumsi semua. Nilai tambah yang diperoleh desa
sebagai bentuk meningkatnya produktivitas, tidaklah mendapat
banyak. Di antara yang diuntungkan dalam program intensifikasi
adalah petani besar, pemilik modal, dan kelompok elite desa yang
dapat menyiasati atau merespons modemisasi pertanian dan perdesaan
(Baiquni dan Susilawardani, 2002; Titus and Burgers, 2008).
Aglomerasi perkotaan mulai terjadi sehingga menuntut
pengelolaan kota yang lebih baik dan kerja sama antarkota yang lebih
efektif. Model pengembangan wilayah mendorong kerja sama kota-
kota terkait di sekitamya, seperti labodetabek, loglosemar,
Gerbangkertasusila, dan Kartamantul. Sementara itu, model kerja
sama regional juga terjadi dalam bentuk pengembangan kawasan
industri dan perdagangan antamegara juga berkembang, seperti Sijori
(Singapura, lohor, dan Riau), IMTGT (Indonesia Malaysia Thailand
14

Growth Triangle), BIMP EAGA (Brunai, Indonesia, Malaysia,


Philipphine. East Asia Growth Area), dan AIDA (Australia Indonesia
Development Area).
Pengaruh sentralisasi pembangunan di Jawa yang berbasis
pertumbuhan ekonomi telah memunculkan kesenjangan antarwilayah.
Pada awal 1990-an dikembangkan kebijakan kluster pembangunan
wilayah berbasis keunggulan komparatif seperti sumber daya alam
dan bangkitan industri pengolahan. Kebijakan KAPET (Kawasan
Andalan Pengembangan Ekonomi Terpadu) untuk memacu Indonesia
Bagian Timur. Program KAPET mengalami kendala besar dan bahkan
ikut tenggelam diterpa badai krisis moneter Asia pada tahun 1997
yang ternyata episentrum krisis melanda Indonesia sehingga teIjadi
krisis total yang melahirkan gerakan Reformasi 1998 (Baiquni, 2004).
Perubahan Orde Baru melalui gerakan Reformasi pada tahun
1998 telah membukakan selimut represif menjadi terbuka.
Demokratisasi yang dibuka luas memang memberi ruang besar bagi
masyarakat majemuk untuk mengembangkan potensinya. Kebijakan
otonomi menjadi perubahan yang mendasar pada hubungan pusat dan
daerah. Dalam perkembangannya, kebijakan keterbukaan ini
ditumpangi oleh arus neoliberal, baik dalam bidang politik, ekonomi,
maupun sosial-budaya.

Hadirin yang saya hormati,


Pengaruh Neoliberal dan Globalisasi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga mencapai
percepatan yang luar biasa. Teknologi komunikasi digital telah
membuat banyak orang bisa mengakses informasi dengan cepat
melalui internet dan handphone dalam genggaman. Dinamika
pembangunan modem telah mengubah wajah dunia menjadi semakin
terkait secara global. Model pengembangan wilayah pada era
informasi saat ini ditandai dengan penggunaan komputer dan
multimedia sehingga integrasi sistem produksi dan distribusi semakin
tinggi. Perusahaan elektronik Jepang mampu bersaing dengan Eropa
dan Amerika, belakangan di antara NICs (New Industrialist
15

Countries) terutama perusahaan Korea, mampu melesat bersaing


dengan para pendahu1unya.
Model pengembangan wilayah menggunakan Information and
Communication Technology (lCT) ini juga diterapkan Mahatir
Muhammad dengan orientasi Look East Policy dan merumuskan Visi
Malaysia 2020 dengan mengembangkan megaproyek Multimedia
Super Corridor (MSC). MSC ini memadukan pengembangan wi1ayah,
pengelolaan kota, integrasi industri dan perdagangan dengan
menggunakan ICT. Sejumlah negara kecil, seperti Singapura,
Hongkong, dan Macau dengan cepat mengadopsi teknologi ICT yang
menghubungkan warganya dengan cepat mengglobal. Demikian juga,
di kawasan negara-negara Teluk Persia muncul kota-kota spektakuler,
seperti Dubai, Doha, dan Abu Oabi yang semula gurun padang pasir
menjadi superb10k dengan bangunan mewah dan megah seperti
pencakar langit.
Pengembangan wilayah dengan ICT yang memasuki milenium
baru menunjukkan ciri suatu wilayah yang tidak hanya memiliki
comparative and competitive advantages, tetapi juga mampu menjadi
connectivity and creativity. Istilah connectivity mengacu pada
keterhubungan secara fisik, baik melalui telekomunikasi maupun
transportasi, sedangkan istilah creativity mengacu pada kapasitas
masyarakat untuk mengembangkan kreasi dari sumber daya yang
tersedia dan peluang yang ada. Kemajuan teknologi dan
telekomunikasi mengubah gaya hidup masyarakat lebih dinamis.
Pariwisata menjadi salah satu contoh fenomena global yang
berkembang pesat di abad XXI. Kepulauan Indonesia yang memiliki
keragaman ekosistem, daya tarik a1am, dan atraksi budaya, menjadi
destinasi pariwisata yang menarik perhatian dunia. Pariwisata menjadi
tren pengembangan wilayah, mengingat kekuatannya untuk mengem-
bangkan wilayah kepulauan yangjauh dan terpencil bisa menjadi daya
tawar bagi investor untuk mengembangkannya dan daya tarik
wisatawan untuk menikmatinya (Baiquni, et aI., 2013). Dunia
memang diciptakan serba berpasangan dan fenomena kehidupan serba
beragam, agar manusia saling mengenal dan menghormati perbedaan
yang sesungguhnya itu adalah rahmat.
16

Hadirin yang berbahagia,


Sampailah pidato ini pada pentingnya mengembangkan ilmu
geografi regional dengan Paradigma Archipelago sebagai perspektif
dalam pengembangan wilayah negara kepulauan Indonesia yang
Bhinneka Tunggal Ika. Telah lama para ahli geografi terpaku dan
terpukau oleh korisepsi dan pendekatan Haggett (1972 dan 2001)
mengenai pendekatan spasial, ekologika1,dan kompleks kewilayahan.
Pada kesempatan ini, perkenankan saya merumuskan suatu
pendekatan dalam mempelajari ilmu geografi sebagai berikut:

G = m x TS3

(Geografi mempelajari kehidllpan manusia dalam hllbllngan dengan


lingkungannya seCaT'atemporal-spasial, transformasi sosial, dan
transendensi spiritual).

Tantangan peradaban yang semakin pesat dengan kemajuan


~ekno1ogidan kemakmuran gaya hidup menyebabkan kekhawatiran
bagaimana bumi ini mampu memenuhi hajat hidup 1ebihdari 7 miliar
penduduk saat ini. Kinilah saatnya kita mengubah pola pikir dengan
belajar dari sejarah peristiwa yang pemah terjadi pada masa silam.
Pengembangan ilmu dan teknologi tidak hanya menekankan pada
material dan kehidupan materialistis semata-mata, tetapi lebih
mengarah pada bagaimana transfonnasi manusia menjadi berkualitas
dengan spiritualitas yang tinggi berlandaskan iman dan takwa dalam
mengembangkan amal ibadahnya.
Dalam mengembangkan keilmuan tidak terlepas dari bagaimana
ilmu itu diperoleh, dikembangkan, dan diamalkan. Dengan
pengetahuan dan kearifan turun-temurun yang telah diwariskan, nenek
moyang kita mengajarkan bahwa ilmll iku olehe kanthi laku (ilmu itu
diperoleh dari pengalaman) dan ilmll sing migunani (ilmu yang
bennanfaat) merupakan proses belajar dari pengalaman tindakan
nyata. Demikian juga metode untuk selalu meningkatkan keilmuan
dengan cara 3N, nirokke (menirukan), niteni (meneliti), dan nambahi
(menginovasi) kiranya dapat menjadi bekal kita untuk terus belajar.
17

Oalam konteks pengembangan wilayah diperlukan falsafah atau


wawasan yang memberikan inspirasi bagi praktik pembangunan dan
diperlukan pemimpin yang mampu menggerakkan dinamika
pembangunan menuju cita-cita mulia. Konsep pembaruan yang
ditawarkan berakar pada kemanusiaan dan kewilayahan, yaitu tugas
manusia sebagai pemimpin di bumi (khalifah ./il ardh) dan
kepemimpinan yang membawa berkah dan rahmat bagi semesta
(rahmatan iii alamin). Oleh karena itu, perlu dikembangkan
kepemimpinan dengan perspektif spiritual bahwa setiap manusia akan
diadili di akhirat nanti atas amal perbuatannya di dunia. Ki Hadjar
Dewantara memberikan ramuan dan rumusan kepemimpinan Jawa
yang dapat menjadi inspirasi, yaitu: "Ing ngarso sung tulodho. ing
madyo mangun karso, tut wuri handayani" (di depan menjadi teladan,
di tengah memberikan motivasi, di belakang memberikan dorongan).
Pemaknaan terhadap ramuan dan rumusan tersebut adalah pentingnya
mengembangkan budi pekerti atau akhlaqul karimah.
Paradigma Archipelago merupakan cara pandang yang
menghargai keragaman ekosistem dan kemajemukan masyarakat yang
menempati wilayah kepulauan. Cara pandang tersebut sesuai dengan
dalil bahwa "semakin beragam suatu entitas, semakin kuat daya tahan
ekosistem". Setiap wilayah memiliki entitas alam dan budaya dengan
kekhasan, keunikan, dan keunggulan masing-masing. Oleh karena itu,
perlu ditumbuh-kembangkan sehingga Indonesia menjadi "tamansari
dunia", tempat belajar yang memiliki semangat merayakan
keberagaman dan penghargaan pada perbedaan yang sesungguhnya itu
merupakan rahmat.
Inspirasi semangat moral pembangunan Oaerah Istimewa
Yogyakarta dirumuskan dalam "Hamemayu hayuning bml"ono"
mengandung makna membangun dengan cara memakmurkan dan
melestarikan lingkungan hidup yang dijabarkan dalam tiga hal:
(1) rahayuning bawono, kapurbo waskitaning manungso, artinya
dunia ini akan selamat tergantung pada kearifan manusia itu sendiri;
(2) darmaning satrio mahanani rahayzl11ingnagoro, artinya pemimpin
negara dituntut untuk bisa berbuat memberi kontribusi pada
kepentingan keselamatan negara; (3) rahayuning manungso dllll1adi
saka kamal1ungsane, artinya manusia pun bisa selamat hanya
18

dimungkinkan kalau tumbuh rasa kemanusiaan di antara sesama


manusianya. Filosofi itu menggambarkan betapa dekatnya hubungan
antara manusia dan alam, bahkan kehidupan itu sendiri (Sri Sultan
Hamengkubuwono X, 2004).
Keterpaduan pembangunan yang dikonsepsikan sebagai istilah
g%ng gilig menunjukkan semangat bersatunya pemimpin dengan
rakyatnya dan bersujudnya makhluk pada Sang Khalik agar mencapai
kekuatan mewujudkan cita-cita adil, makmur, dan lestari. Orientasi
kebijakan pembangunan wilayah terpadu darat dan laut dikembangkan
dari kearifan "Among lani, dagang /ayar". Keterpaduan ini berbasis
pada tradisi budaya dan inovasi teknologi, yang manifestasinya dalam
ekonomi kerakyatan yang kreatif.
Beragam kearifan lingkungan yang terbentang dalam wilayah
kepulauan dengan keragaman budaya bisa menjadi khazanah ilmu
pengetahuan dan pengalaman sebagai solusi untuk mengatasi masalah.
Oi Minangkabau ada kearifan dalam proses belajar kehidupan dengan
lingkungan sekitar sebagaimana termaktub dalam istilah "A/am
lakambang menjadi guru" dan terkait dengan sistem hukum yang
didasarkan pada "Adal bersandi syarak, syarak bersandi kitabul/ah".
Oi Bali ada kearifan hubungan manusia terkait dengan "Trihila
Karana-pa/emahan. paH'ongan, dan parahyangan". Oi masyarakat
Minahasa terdapat kearifan "Silou limou tumou tou" yang inti
maknanya adalah memanusiakan manusia.
Kita mesti menengok kembali kekuatan spiritual dan kearifan
lokal dalam pengembangan wilayah, sebagai upaya menemukan solusi
yang dapat dimengerti dan dipahami oleh masyarakat setempat sampai
akar rumput. Oari sinilah kita bisa memberikan solusi peradaban bagi
kerumitan masalah kemiskinan, kesenjangan antarwilayah, hingga
degradasi lingkungan dan pemanasan global serta perubahan iklim.
Akhimya, perubahan memang harus dilakukan oleh setiap warga:
mulai dari diri kita, kerjakan dengan cara sederhana dan lakukan saat
ini juga. Perubahan menuju kebaikan itu merupakan jalan yang terjal
dan licin, tidak mudah, dan banyak sekali ujiannya. Perbaikan itu
memerlukan perjuangan yang panjang, tidak cukup dengan kata-kata,
tetapi memerlukan tindakan nyata. W.S. Rendra secara artistik
mengekspresikan puisinya: "Kesadaran ada/ah matahari. Kesabaran
19

ada/ah bumi. Keberanian menjadi cakrmt'a/a. Dan peTJuanganada/ah


pe/aksanaan kata-kata" (Depok, 22 April 1984).
Dalam ayat-ayat Al Qur'an banyak hal yang menjelaskan ilmu
geografi, salah satu surah menjelaskan konsep waktu, seperti Surah Al
Ashr: Demi masa (waktu). "Sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada da/am kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
berama/ sho/eh dan nasihat menasihati da/am kebenaran dan nasihat
menasihati da/am kesabaran" (Q: 103, ayat 1-3).
Demikian uraian tentang ilmu geografi regional yang sangat
penting untuk dikembangkan di negara kepulauan Indonesia. Semoga
pemllhaman kita mengenai keragaman kehidupan bertambah luas
sekaligus menjadi lebih arif dan bijaksana terhadap lingkungan hidup
dalam rangka beribadah kepada Allah Swt.

Hadirin yang saya hormati,


Sebagai penutup perkenankan saya sekali lagi memanjatkan puja
dan puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya mencapai jenjang guru besar ini. Semoga karunia
ilmu ini dapat menjadi rahmat bagi semesta.
Ucapan terima kasih saya sampaikan pada para guru TK Bhakti,
SO Muhammadiyah XI, SMP/MTs dan SMA/MA Al Islam di Solo.
Penghormatan yang tinggi pada yang mulia para ulama besar, antara
lain: K.H. Ahmad Umar Abdul Manan dan K.H. Abdurrozaq Shofawi
di Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan; K.H. Ahmad Sahal di
Pesantren Gontor; K.H. Abdus Somad di Pesantren Nirbitan; K.H. Ali
Darokah di Pesantren Jamsaren; Dr. Kuntowijoyo dan kawan-kawan
di Pesantren RdK Jamaah Salahuddin UGM; K.H. Hambali Maksum
di Pesantren Al Ittihaad (Den Haag, Belanda); dan mursyid saya Y.M.
Abu H. Abdul Khalik Fajduani.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Pemerintah
Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yang telah memberi saya kepercayaan untuk memangku jabatan guru
besar. Ucapan terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada
Rektor dan para Wakil Rektor; Ketua, Sekretaris, dan Anggota
Majelis Guru Besar; Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik
20

beserta seluruh jajarannya di tingkat Universitas Gadjah Mada; Ketua,


Sekretaris, dan Anggota Senat Fakultas Geografi; Dekan dan para
Wakil Dekan Fakultas Geografi; Ketua dan Sekretaris Jurusan Sains
lnfonnasi Geografi dan Pembangunan Wilayah; Ketua, Sekretaris, dan
para Dosen di Program Studi Pembangunan Wilayah, Fakultas
Geografi yang telah. menyetujui dan mengusulkan saya hingga
mencapai jabatan ini.
Penghargaan yang tinggi dan doa tulus saya sampaikan kepada
para Guru Besar di Fakultas Geografi UGM: Prof. lr. R. Harjono
Danoesastro; Prof. Drs. Kardono Dannoyuwono; Prof. Drs. R.
Bintarto; Prof. Dr. Sugeng Martopo; Prof. Drs. Surastopo
Hadisumarno; Prof. Dr. Kannono Mangunsukardjo, M.Sc.; Prof. Dr.
Ida Sagoes Mantra; Prof. Drs. Basuki Sudihardjo; dan Prof. Drs.
Kasto, M.A. Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan
kepada Prof. Dr. Sutanto; Prof. Dr. Dulbahri; Prof. Dr. AJ. Suhardjo,
M.A; Prof. Dr. Sutikno; Prof. Dr. Drs. Hadi Sabari Yunus, M.A.;
Prof. Dr. Sudannadji M.Eng.Sc.; Prof. Dr. Totok Gunawan, M.S;
Prof. Dr. Suratman Worosuprodjo, M.Sc.; Prof. Dr. Hartono, DESS;
Prof. Dr. Rijanta, M.Sc.; Prof. Dr. Junun Sartohadi, M.Sc.; Prof. Dr.
Su Ritohardoyo, M.A.; Prof. Dr. Sunarto, M.S. dan Prof. Dr. Muh.
Aris Marfai, M.Sc., atas bimbingan dan pembelajarannya. Ucapan
terima kasih juga dihaturkan kepada segenap dosen dan karyawan
serta mahasiswa atas kerja samanya dalam memperluas wawasan
keilmuan dan mengembangkan karier di Fakultas Geografi UGM.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pembimbing
skripsi, Drs. Suratman; tim pembimbing tesis dan dosen di Institute of
Social Studies, Den Haag, Belanda, Dr. Aart Schrevel dan JPC
Guimaraes, M.A.; serta para Guru Besar, Prof. Dr. Ben White, Prof.
Dr. JGM Hilhorst, dan Prof. Dr. Lycklama it Nijeholt; tim promotor
disertasi, Prof. Dr. Sutikno; Prof. Dr. Dibyo Prabowo, M.Sc.; Prof. Dr.
Yeremias 1. Keban, MURP; Prof. Dr. AJ Suhardjo, M.A.; serta Dr.
Milan J. Titus; Prof. Dr. Jan Hinderink; dan Dr. Henk Huisman dari
Utrecht University, The Netherlands.
Kepada keluarga besar Eyang Prof. K.H.R. Muhammad Adnan
terutama keluarga Drs. H. Abdulhayi Adnan dan keluarga besar
Simbah H. Syamsuri terutama keluarga Hj. Nadhiroh Joesronie, H.M;
21

kedua orang tua: Bapak H. Muhammad Ishom dan Ibu Hj.


Muhtaromah; mertua: Bapak Wahid Owijosumarto dan Ibu Subinah
beserta keluarga; adik-adikku Ora. Nurul Faizah; Ir. Faridah
Budiastuti; Muhammad Al Amien, S.E.; dan Ir. Nur Fadlilah
Setyawati beserta keluarga; terima kasih atas dukungan dan doanya.
Secara khusus dan istimewa saya sampaikan terima kasih
kepada istri saya Ir. Susilawardani, M.P. beserta anak-anak:
Muhammad Ivan Raharjo dan Muhammad Adri Waskito; atas
limpahan kasih sayang dan dukungan doa yang tulus ikhlas serta
pengertian dan pengorbanan yang besar selama ini.
Akhimya, saya ucapkan terima kasih atas perhatian para hadirin
yang dengan sabar mendengarkan pidato pengukuhan ini. Saya mohon
maaf yang sebesar-besamya apabila terdapat kata-kata yang kurang
bijak dan perilaku yang kurang sopan. Semoga Allah Swt. selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Amin.

Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.


22

DAFT AR PUST AKA

Ahimsa-Putra, H.S. 2008. Paradigma dan Revolusi Ilmu dalam


Antropologi Budaya. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Alwi, D. 2005. Sejarah Maluku: Banda Neira, Ternate, Tidore dan
Ambon. Jakarta: Dian Rakyat.
Baiquni, M; J. Damanik; E. Rindrasih (Editor) 2013. "Ecotourism
Destinations in Archipelago Countries. Yogyakarta: UGM
Press.
Baiquni, M. 2004. Membangun Pusat-Pusat di Pinggiran: Otonomi di
Negara Kepulauan. Yogyakarta: ideAs dan PKPEK.
Baiquni, M. 2012. "Tinjauan Geografi Regional MP3EI". Jurnal
Forum Geografi Vol. 26 No. 2 Desember 2012. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Baiquni, M. dan Susilawardani. 2002. Pembangunan yang Tidak
Berkelanjutan: Refleksi Kritis Pembangunan Indonesia.
Yogyakarta: ideAs dan TransMedia.
Bintarto dan Hadisumamo, S. 1979. Metode Analisa Geografi.
Jakarta: LP3ES.
Bowler, A.M. 2006. Adventures of the Treasure Fleet: China
Discovers the World. Tokyo: Tuttle Publishing.
Claval, P. 1998. An Introduction to Regional Geography. (English
edition translated by Ian Thompson). Oxford: Blackwell.
Cox, K.R. 2002. Political Geography: Territory, State, and Society.
Oxford: Blackwell Publishers. '
Daldjoeni, N. 1987. Geografi Kesejarahan. Bandung: Alumni.
Ellis, F. and Biggs, S. 2001. "Evolving Themes in Rural Development
1950-2000". Development Policy Review. 2001, 19 (4). Oxford:
Blackwell Publisher.
Esteva, G. 1992. Development. In W. Sachs (ed) The Development
Dictionary: A Guide to Knowledge As Power. Pp 6-25. London:
Zed Book.
Fakih, M. 200 I. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi.
Yogyakarta: INSIST Press dan Pustaka Pelajar.
Finch, V, C. 1957. Element of Geography. London: MC Graw Hill
Book Company.
23

Friedmann, J. and Weaver, C. 1979. Territory and Function: The


Evolution of Regional Planning. London: Edward Arnold.
Giddens, A. 200I. Runaway World: Bagaimana Globalisasi
Merombak Kehidupan Kita. Jakarta: Gramedia.
Haggett, P. 1972. Geography:A Modern Synthesis. New York: Harper
& Row. Publishers.
Hagget, P. 2001. Geography: A Global Synthesis. Essex: Pearson
Education Limited.
Hamengkubuwono X, Sri Sultan. 2004. Pidato Penghantar Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta pada Seminar Nasional.
Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
Harvey, D. 1986. Explanation in Geography. Maryland: Edward
Arnold.
Hilhorst, J.G.M. 1990. Regional Studies and Rural Development.
England: Gower Hants.
Huisman, H. 2007. "Rural Development Theory, Policy and Practice:
The Main Paradigm Shift". Indonesian Journal of Geography.
38 (1):1-19.
Johnston, R. 1986. Philosophy and Human Geography: An
Introduction to Contemporal)l Approaches. London: Edward
Ronald.
Kuhn, T. 1970. The Structure of Scientific Revolutions. Chicago: The
University of Chicago Press.
Lombard, D. 2008. Nusa Jawa: Silang Budaya Kajian Sejarah
Terpadu. Cetakan ke-4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Miksic, J. 1990. Borobudur Golden Tales of the Buddhas. Tokyo:
Tuttle Publishing.
Mulyana. 2006. Sriwijaya. Yogyakarta: LKiS
Peet, R. 1998. Modern Geographical Thought. Oxford: Blackwell
Publishers.
Rahardjo, M.D. 2005. Paradigma AI-Quran. Metodologi Tafsir dan
Kritik Sosial. Jakarta: PSAP (Pusat Studi Agama dan
Peradaban).
Rendra, W.S. 1984. Paman Doblang. Depok: Bengkel Teater.
Ricklefs, M.C. 1991. Sejarah Indonesia Modern (penerjemah
Dhanllono Hardjowidjojo). Yogyakarta: UGM Press.
24

Rijanta. 20 IO. Evolusi Kecenderungan Baru dalam Pemikiran


Pengembangan Perdesaan. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Roxborough, I. 1986. Teori-Teori Ketergantungan. Terjemahan dari
Theories of Underdevelopment 1979. Jakarta: LP3ES.
Sandy, I.M. 1985. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta:
Jurusan Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia.
Seers, D. 1973. "The Meaning of Development", In Charles A. Wilbur
(ed). The Political Economy of Development and
Underdeveloprnent.New York: Random.
Selingson, M. and Smith, J.P. 1993. Development and
Underdevelopment: The Political Economy of Inequality.
London: Lynne Rienner Publisher.
Suhardjo, AJ. 1999. Diversifikasi Ekonomi Perdesaan: Suatu
Alternatif Penanggulangan Kemiskinan dan Kesenjangan.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Suharyono. 2005. Dasar-Dasar Kajian Geografi Regional. Semarang:
Unes Press.
Titus, M. dan Paul B. 2008. Rural Livelihoods, Resources and Coping
With Crisis in Indonesia: A Comparative Study. Amsterdam:
Amsterdam University Press.
Tjokrowinoto, M. 1985. Alternatif Perencanaan Sosial-Budaya
Menuju Manusia Indonesia Seutuhnya. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Utomo, B. 2013. "Awal Perjalanan Sejarah Menuju Negara
Kepulauan" dalam Arus Balik: Memori Rempah dan Bahari
Nusantara, Kolonialisme dan Poskolonialisme. Magelang:
Samara Foundation.
Westra, Pariarta. 1995. Ensiklopedi Pancasila. Yogyakarta: Balai
Pembinaan Administrasi dan Manajemen.
25

BIODATA

Nama : Prof. Dr. M. Baiquni, M.A.


fry Tempat/tanggallahir: Surakarta, 27 Maret 1963
!
Jabatan : Guru Besar IImu Geografi
Regional
Istri Ir. Susilawardani, M.P.
Anak Muhammad Ivan Raharjo
Muhammad Adri Waskito
Alamat rumah : Kampung Kembang Sentikan RT 4, RW 27, Desa
Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta

Riwayat Pendidikan
. SDMuhammadiyahXI Mangkuyudan,Surakarta,1974..
. SMPlMadrasah Tsanawiyah Al Islam, Surakarta, 1977.
. SMAIMadrasah Aliyah Al Islam, Surakarta, 1981.
. Sarjana Muda (B.Sc.) Fakultas Geografi, UGM, 1985.
. Sarjana Geografi (Drs.) Fakultas Geografi, UGM, 1988.
. Master of Arts (M.A.) in Development Studies. Institute of Social
Studies, Den Haag, The Netherlands, 1994.
. Doktor IImu Geografi (Dr.) Program Sandwich di UGM dan
Utrecht University, The Netherlands, 2006.

Riwayat Pekerjaan
. PenelitiLPTPSolo, 1988-1996.
. Dosen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, 1996-kini
. Kepala Puspar (Pusat Studi Pariwisata) UGM, 2010-2012
. Ketua Prodi Master dan Doktor Pariwisata, SPs, UGM, 201O-kini.

Penge10laJurna1
. Redaksi GLOW Quartly of ARECOP Program, 1994-1995.
. EditorJurnalKepariwisataanNasional,PusparUGM.
. Editor Jumal Kepariwisataan Indonesia, Kemenparekraf, RI.
26

. Reviewer The Indonesian Journal of Geography. UGM.


. Reviewer Majalah Geografi Indonesia, Fakultas Geografi UGM.
. Reviewer Jurnal Manusia dan Lingkungan, PSLH UGM.
. Reviewer Jurnal Teknosains dan Jurnal Kawistara, SPs UGM.
. Reviewer Jurnal Forum Geografi UMS.

Publikasi
. Baiquni, M. 2013 (editor tim) "Ecotourism Destinations in
Archipelago Countries" Gadjah Mada University Press.
. Baiquni, M. 2009. "The Economic and Ecological Crises and Their
Impact on Livelihood Strategies of Rural Households in
Yogyakarta", In Rural Livelihoods, Resources and Coping with
Crisis in Indonesia, ICAS. Amsterdam University Press
. Baiquni, M. 2007. Strategi Penghidupan di Masa Krisis. ideAs.
. Baiquni, M. 2004. Buku Membangun Pusat-Pusat di Pinggiran:
Otonomi di Negara Kepulauan. ideAs & PKPEK.
. Baiquni, M. dan Susilawardani. 2002. Pembangunan Yang Tidak
Berkelanjutan. Refleksi Kritis Pembangunan Indonesia. ideAs.

Aktivitas Organisasi Profesi dan Kemasyarakatan


. Anggota IGI (Ikatan Geograf Indonesia) dan IGEGAMA (Ikatan
Geografiwan Gadjah Mada), 1988-kini.
. Lifetime Member SID (Society for International Development)
Rome, 1994-kini. Fellow LEAD (Leadershipfor Environment and
Development) London 2001-kini
. Dewan Penasihat YLPTP (Yayasan Lembaga Pengembangan
Teknologi Pedesaan), 2006-kini.
. Ketua Wali Amanat INSIST (Indonesian Society for Social
Transformation) 2012-kini.
. Ketua PKPEK (Perkumpulan untuk Kajian dan Pengembangan
Ekonomi Kerakyatan) 2002-2010.
. Ketua MAPAGAMA (Mahasiswa Pencinta Alam Universitas
Gadjah Mada) 1985-1986.

Anda mungkin juga menyukai