Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Hakikat Ilmu Geografi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah Geografi yang berjudul Makalah Pengantar Ilmu Geografi ini. Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Hakikat Ilmu Geografi
ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Hakikat Ilmu Geografi ini dapat bermanfaat
bagi kita semuanya.
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan kehidupannya. Ilmu
geografi terbagi menjadi 2, yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Geografi fisik
memusatkan geografi sebagai ilmu bumi dan matematika dan fisika untuk memahami
pergerakkan bumi serta hubungannya dengan tata surya yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan geografi ? apa saja ruang lingkupnya ?
2. Pendekatan, metode, dan teknik apa saja yang dilakukan untuk penelitian geografi?
3. Apa saja manfaat ilmu geografi ?
4. Konsep-konsep apa yang di kembangkan di ilmu geografi ?
5. Generalisasi apa yang di kembangkan di ilmu geografi ?
6. Teori-teori apa saja yang di kembangkan di ilmu geografi ?
D. Penulisan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
Pemfokusan ini tercermin dari berbagai subdisplin ilmu pada geografi fisik.
Sebagian para ahli geografi lebih suka menempatkan dirinya pada suatu subdisiplin
dari pada geografi fisik secara umum. Dalam hal ini hampir semua dubdivisi
berkaitan dengan ilmu- ilmu lian, sementara ahli ilmu geografi fisik mengklaim
bahwa lebih memiliki keterkaitan dengan disiplin luar dari pada didiplin mereka
sendiri (Johnston,1991. Supardan, 2008:232).
Beberapa subdisiplin itu yang terbesar adalah geomorfologi, yakni studi
tentang bentuk permukaan tanah dalam berbagai skala ruang dan proses
pembentukannya.Tidak sedikit para ahli geomorfologi menaruh perhatian khusus
pada fungsi air sebagai salah satu pembentuk permukaan tanah sehingga terjalin
hubungan era dengan hidrologi. Sementara itu para ahli yang lain berminat pada
pertanahan yang yang berhubungan erat dengan pedologi. Disamping itu,
pengelompokan yang lebih kecil lagi adalah klimatologi yang berhubungan dengan
meteorology. Dan biogeografi yang lebih memfokuskan pada tumbuhan-tumbuhan
dari pada binatang, dengan demikian lebih banyak kerja sama dengan para ahli
ekologi dan botani daripada ahki zoology (Johnston, 2004:404. Supardan,
2008:232).
Kini, umumnya hampir semua ahli aeografi bekerja dalam salah satu
subdisiplin geografi, namun semakin diakui pula bahwa sangat perlu untuk
mempelajari saling keterkaitan antara berbagai sumber kompleksitas lingkungan
tersebut. Paling tidak mereka beranggapan bahwa unsure-unsur lingkungan tersebut
saling berpengaruh satu sama lain, seperti yang kita pahami sekarang ini tentang
cepatnya perubahan-perubahan lingkungan yang sedemikian rupa. Bagaimana tidak,
kehadiran manusia selalu mempengaruhi keadaan bumi, tanah, bahkan atmosfir,
apalagi ketika manusia melakukan proses geomorfologi, hidrologi, biologi, maupun
atmosfer maka dampak-dampak terhadap kemampuan lingkunganjangka pendek dan
jangka panjang sangat dirasakan, dan hal ini membutuhkan suatu riset yang
multidisipliner serta terkoordinasi (Turner, 1990. Supardan, 2008,232).
Walaupun kajian mengenai lingkungan fisik hampir seluruhnya didominasi
oleh lahan bagi ahli geografi fisik, namun belakangan ini ahli geografi manusia pun
mulai menunjukan perhatian pada lansekap fisik, terutama yang berminat
menganalisis fungsi lansekap atau tata ruang sebagai bagian dari kehidupan
manusia. Bagi sebagian para ahli geografi manusia, penafsiran terhadap kedudukan
lansekap fisik adalah pusat dari tuntutan kehidupan manusia dan konsepsi-konsepsi
popular mengenai bagaimana bumi bekerja, misalnya siklus hidrologis merupakan
sember penting bagi pemahaman geografis. Begitu pun bagi ahli lainnya, konsep
alam itu pun merupakan konstuksi social. Oleh karna itu, interpretasi-interpretasi
terhadap dunia fisik merupakan bagian dari superstruktur ideologis manusia yang
terintegrasi (Supardan,2008,232).
2. Tata Ruang
Sejak tahun 1950-an, studi geografi sebagai pengaruh gerakan di skandinavia
yang dilakukan oleh ahli ekonomi dan sosiologi, telah mendorong lahirnya
perspektif lai dalam geografi manusia yang berfokus pada cara pengorganisasian
ruang dalam aktifitas manusia dipermukaan bumi ini. Tujuannya untuk meneta ulang
sisi ilmiah pada disiplin ini sehingga dapat mempelajari hokum-hukum yang
mengatur perilaku keruangan secara individual maupun pola-pola keruangan dalam
penyebaran artefak-artefaknya (Jhonston,2000: 405, Supardan ,2008:233). Pada
mulanya seperti yang kita ketahui, jarak adalah sebuah rintangan bagi manusia karna
perlu pengorbanan uang, waktu, dan energy, khususnya untuk memindahkan barang-
barang ke tempat lain. Guna evisiensi tersebut, manusia berupaya meminimalkan
jarak, mengorganisasikan pemakaian ruang, dan sebagainya. Dengan demikian
geografi manusia tampil sebagai ilmu mengenai jarak, dimana jarak adalah konsep
kunci yang membedakannya dengan ilmu-ilmu social lain. Konsep-konsep ruang
ditampilkan sebagai landasan teoritis dari disiplin ilmu (Jhonston,1991.
Supardan,2008:233).
Menurut Supardan dalam pengantar ilmu social pembahasan tentang berbagai
upaya yang dilakukan untuk menyusun pendekatan ini kedalam geografi manusia
sejak tahun 1960-an dan 1970-an sebagai bagian integral yang tidak terpisahkan.
Tercatat sebagai upaya yang paling sukses dan banyak dikutip tersebut yakni karya
Haggett, baik menurut tulisanya dalam Locational Analysis in Human Geography
(1965) maupun dalam judul yang sama, namun telah direvisi dan menjadi karya
bersama dengan geografi lain Frey dalam Locational Analysis in Human Geography
(1978), yang membagi pokok-pokok bahasan disiplin geografi manusia menjadi
lima, yaitu:
a. Pola-pola titik, seperti bangunan-bangunan peternakan di daerah pertanian.
b. Pola-pola garis, kususnya jaringan trasportasi.
c. Pola-pola pergerakan, seperti aliran di antara berbagai jariangan, orang, barang,
dan infiomasi.
d. Variasi bentuk permukaan dalam suatu phenomena yang berkesinambungan,
misalnya peta kepadatan penduduk dan peta harga tanah disuatu daerah
perkotaan.
e. Penyebarab dalm tata ruang, seperti penyebaran penyakit dalam suatu jaringan
dan pelintasan permukaan wilayah.
Perlu diketahui bahwa sebelum tahun 1960-an, geografi manusia memiliki beberapa
subbidang penting, seperti geografi sejarah. Namun, sampai titik tertentu
pembagiannya dilakukan berdasarkan wilayah bukan pokok bahasan. Artinya, ilmu
itu dibagi berdasarkan minat praktisi dan belahan dunia tertentu. Hal itu berubah
cepat, dan pembagian sektoral menjadi praktik yang lazim dalam disiplin ini. Sub-
sub disiplin menjadi saling bersinggungan dan berpotongan (Supardan, 2008:234).
Menurut Jhonston (2000:406) dalam Supardan (2008:234), terdapat empat
subdisiplin yang saling bersinggungan dan berpotongan yang mencerminkan
hubungannya dengan ilmu social lain, yakni:
a. Geografi ekonomi yang bersinggungan dan berpotongan dengan ilmu ekonomi.
b. Geografi social yang bersinggungan dan berpotongan dengan sosiologi.
c. Geografi polotik yang bersinggungan dan berpotongan dengan ilmu polotik.
d. Geografi cultural yang bersinggungan dan berpotongan dengan antropologi
budaya.
3. Tempat
Keinginan para ahli untuk membuat kerangka intelektual yang memungkinkan
mereka untuk meningkatkan pengetahuan disamping menyusun informasi. Pada
tahun 1960-an, determinisme lingkungan diganti oleh geofrafi regional dimana
landasanya adalah sifat-sifat khusus masing-masing regional atau kawasan yang
dibatasi oleh criteria-kriteria tertentu, biasanya dalam slakala benua atau subbenua
yang memiliki persamaan-persamaan khusus (Jhonston, 2000:407. Supardan,
2008:235).
Ternyata geografi regional lemah secara metedologisnya. Pendekatan geografi
regional dituduh sebagai sekedar metode pengumpul dan penyusun fakta dengan
framework-nya yang kurang jelas, tidak ilmiah, serta kurang memenuhi criteria
sebagai sebuah disiplin ilmu. Akibatnya, pendekatan tersebut menjadi goyah dan
banyak ahli geografi pindah ke pendekatan lain dengan meninggalkan geografi
regional (Jhonston,2000:407. Supardan,2008:236).
Dampak yang paling dirasakan terhadap studi tempat atau lokasi telah banyak
berkurang dari geografi, waloupun pda tahun 1970 telah bangkit kembali, kendati
dalam bentu lain. Terutama ahli geografi sejarah dan cultural yang mencoba
mempelajari hukun-hukum Pola perilaku manusia. Menurut mereka hokum-
hukum tersebut mengatasi kehendak individu. Dengan demikian, dapat
mengalahkan individualitas, kebudayaan, dan pengembalian keputusan (Gregory,
1978: Ley dan Samuel, 1978. Supardan,2008:236). Beberapa kecaman serupa
dialamatkan terhadap beberapa karya geographer Marxis tentang pembangunan
yang tidak seimbang, mengisyaratkan bahwa proses kapitalisme merupakan
determinan stuktural yang membatasi kebebasan individu untuk beraktivitas.
Tidak ada pendekatan regional, baik itu ilmu keruangan maupun struktularisme
Marxis yang berkaitan dengan persepsi ahli geografi tentang dunia empiris yang
mengandung banyak sekali variasi budaya, soaial, dan politik. Sudah barang tentu
tidak dapat dipulik rata begitu saja menjadi diterminasi ekonomi (Jhonston,
2000:408. Supardan,2008:236).
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa geografi secara makro
dapat dikelompokan dalam dua subdisiplin, yakni geografi fisik dan geografi
manusia yang disebut oleh sebagian para ahli sebagai geografi social. Dalam
kajian tulisan ini lebih memfokuskan kepada kajian geografi manusia atau soaial
(Supardan, 2008: 237).
Geografi social adalah sebuah subdisiplin geografi yang subjeknya
mengaitkan ilmu-ilmu social dan alamiah, secara meliputi topic-topik mulai dari
tektonik sampai psikoanalisis (Smith, 2000:981. Supardan, 2008:237). Menurut
Supardan(2008:237) Ahli gegrafi lain mendefinisikan bidang ini secara lebih
sempit mengikuti pandangan Fitzgerald (1946) bahwa sebuah kepentingan social
pada hakikatnya dapat dikejar dengan pengertiannya sendiri sebagai sebuah
wilayah yang berdeda dari kajian-kajian aspek kehidupan politik dan ekonomi.
Namun, kebanyakan para analis geografi melihat bahwa wilayah geografi social
berada diantara dua buku yang ekstrem itu (Smith, 2000:981. Supardan,
2008:237).
Terdapat dua pendekatan dalam kajian geografi manusia/social. Pertama,
pendekatan yang menekankan struktur dari hubungan social sehingga bidang ini
layak sebagai ilmu social. Kedua, dari rekonstuksi ini tertuju pada pencarian
relevansi di akhir periode progresrvisme. Andapun cabang-cabang dari geografi
manusia (human geography):
1. Geografi Ekonomi
Menguraikan tentang produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi
atas berbagai barang dan jasa yang dilakukan pada tempat-tempat yang saling
berjauhan. Geografi ekonomi mulai diakui sebagai bidang studi tersendiri
pada akhir abad ke-19 dan kebangkitannya bertolak dari kolonoalisme Eropa
(Barnes, 2000: 267. Supardan,2008:238). Para perintisnnya memulai dengan
menyusun daftar kekayaan sumber daya global yang dapat diperdagangkan
dari kondisi-kondisi produksinya (Chisholm, 1889. Supardan, 2008:238).
Selanjutnya, mereka mencari jastifikasi-jastifikasi intelektual atas
ketimpangan ekonomi antara penjajah dan yang dijajah. Dengan demikian,
mereka mendasarkan diri pula pada environmental determinism (Huntington,
1915. Supardan,2008: 238). Kemudian pada tahun 1950-an, geografi
ekonomi mulai menerapkan metode kuantitatif dan berbagai pendekatan
revolusioner lainnya, termasul aneka perangkat statistika sehingga
mentraspormasikan bidang ini menjadi sebuah ilmu spasial. Selanjutnya
bidang ini banyak mengadopsi berbagai teori dan model, terutama dari empat
sumber utama(Barnes, 1962. Suprdan, 2008:139).
a. Sumber utama ekonomi adalah neoklasik yang menyumbangkan model-
model umum kompetisi dan perilaku rasional.
b. Fisika yang memasok dasar-dasar analisis gravitasi dan model entropi
yang mengilhami analisis tentang pola interaksi spasial.
c. Model-model lokasional Jerman yang sebenarnya hampir terabaikan
oleh teori lokasi pertanian von thunen, teori industry weber, serta teori
tempat sentral loesch dan christaller.
d. Geometri yang menyajikan berbagai aksiom, hitungan baku, dan teorema
yang melandasi hukum-hukum morfologi spasial (Bunge, 1962.
Supardan, 2008: 239).
Namun kajian ini bukan berarti tanpa kelemahan. Pada tahun 1970-an
geografi ekonomi mulai dihujani banyak kritik karna memiliki kelemahan
pada asumsi bahwa unsur spasail terpisah dari unsur social. Menurut
Harvey yang menulis buku Limits to Capital (1982).(Supardan, 2008:239).
Walaupun pemikiran Harvey telah mengubah paradigm geografi ekonomi
secara dominan, namun tetap saja geografi ekonomi yang baru pun
mendapat kritik yang meliputi:
a. Kritik terhadap perlunya unsur spasial yang harus disosialisasikan dan
dikritik oleh Doreen dalam Spatial Divisions of Labour: Social
Stuctures and the Geography of Production (1984).
b. Adanya gugatan hasil perumusan Harvey serta perlunya memahami
kemunculan industry berteknologi tinggi, hal ini dikritik oleh Michel
Stoper dan Allen dalam bukunya Pathway to Industrialization and
Regional Development (1992).
c. Kritik pun dari kelompok feminis dimana Harvey mengabaikan unsur
feminis maupun etnik, dikemikakan oleh MacDowell dalam
tulisannya Life without father Ford: The New Gender Order of Post-
Fordism (1991).
2. Geografi Polotik
Menekankan bahwa territorial ditafsirkan sebagai hubungan mendasar
antara kedaulatan Negara dengan tanah air nasional yang terletak dijantung
legetimasi dan praktik Negara modern. Di mana hasilnya adalah analisis-
analisis atas wilayah dan kekuasaan dengan ruang yang terfokus dan
berpusat pada Negara (Tylor, 2000:783. Supardan,2008:240). Dalam
sejarahnya, sejak awal terjadinya geografi polotik sebagai suatu bangunan
pengetahuan yang koheren pada akhir abad ke-19, subdisiplin ini telah
mengalami empat fase perkembangan utama, yakni lingkungan,
fungsional, analisis wilayah, dan pluralistic (Tylor,2000:784.
Supardan,2008:240).
a. Geografi politik lingkungan
Menurut Supardan (2008:240) geografi politik lingkungan diawali
dengan karya Friederich Ratzel dalam bukunya Pitsche Geogrphie
(1897), gagasan tentang diterminisme lingkungan diterapkan terhadap
kajian Negara. Kemudian pada tahun 1904 Halford Mackinder
menyuguhkan teori daerah poros (pivot erea), yang belakangan ini
dinamakan kembeli teori heartland. Titik kulminasi dari geografi
lingkungan ini muncul dalam kajian politik dan Landasan serta pijak
Derwent Whittlesey dalam The Earth and the State, titik nadirnya
adalah geopolotik Jerman terhadap perluasan wilayah Third Reich.
(Supardan, 2008:240).bentuk geografi polotik ini mundur ketika para
ahli geografi pada umumnya mencoba menggabungkan kajian-
kajiannya dengan perkembangan dalam ilmu social. Ternyata
kekurangan geografi politik lingkungan ada pada terorinya yang
kurang memadai, ide-idenya hanya bertahan diluar geografi ketika
para ahli ilmu politik mengacu kepada pengaruh- pengaruh geografi
lingkungan sebagai factor geografis atau ketika gagasan-gagasan
geografi simplistic digunakan untuk menjastifikasi kebijakan-
kebijakan yang meyokong perang dingin yang agresif
(Konx,2000:783. Supardan, 2008:240).
b. Geografi polotik fungsional
Ini terjadi pada pasca perang dunia II. Dalam masa itu, Richard
Harstone (1950) menempatkan Negara dalam posisi keseimbangan
antara sentrifugal dan sentripetal (Supardan, 2008:240).
c. Analisis ruang dalam geografi politik
Dalam fase ini dimulai dengan adanya kajian-kajian kuantitatif,
naming dalam geografi memiliki pengaruh sedikit, khususnya dalam
geografi politik. Justru pengaruh kuantifikasi ini terletak pada kajian-
kajian politik pinggiran karna geografi sebagian besar tidak cocok
untuk dianalisis secara kuantitatif. Pengruh sekundernya adalah untuk
mengorientasikan ulang geografi pilitik menuju wilayah-eilayah
dimana banyak sekali data-data untuk dianalisis.
d. Geografi politik pluralistic
Pada masa ini geografi politik dituntut untuk dapat juga digunakan
dalam melakukan kajian- kajian tentang kekuasaan yang sering
diabaikan masa sebelumnya. Perbaikan dalam penyimpangan ini telah
membawa hasil yang yang banyak. Di antaranya tentang keragaman
kontenporer geografi politik, contohnya sumbangan Marxis yang
telah menafsirkan politik Negara dalam aliansi-aliansi kelas berbasis
pada ruang. Dari perspektif kulural bangsa- bangsa dan nasionalisme,
telah dikaji dalam hal keterkaitan khusus kepada tempat (Tylor,
2000:784. Supardan,2008:241).
3. Geografi Urban
Berkaitan dengan sifat-sifat tata ruang kota kecil dan besar, dan berbagai
cara yang memengaruhi atau dipengaruhi proses fisik, demografi,
ekonomi, social, budaya, dan politik (Knox,2000:1112-1114.
Supardan,2008:241). Sebagaimana aspek-aspek lain dalam geografi
manusia, geografi perkotaan berkaitan dengan variabilitas local dalam
suatu konteks umum (Johnston,1986. Supardan,2008: 241). Artinya,
geografi jenis ini terkait dengan pemahaman terhadap berbagai
keistimewaan kota dan segala keteraturan yang ada dalam kota dan
antarkota dalam kerangka hubungan spasial antar penghuni dan
lingkungan mereka (supardan, 2008:241). Menurut Paul L Knox
(2000:1113) dalam Supardan (2008:242) bahwa pendekatan yang
digunakan dalm geografi urban iniadalah sebagai berikut :
a. Pendekatan deskriptip langsung
Dalam hal ini para pakar ahli geografi memerhatikan deferefsiasi
wilayah dan keistimewaan tempat secara seksama. Dengan begitu,
kota-kota besar dan kecil itu dianggap sebagai mozaik lingkungan
yang istimewa dan satuan-satuan morfologik, atau sebagai bagian dari
system kota-kota besar, yang diklasifikasikan dan regionalisasi
bardasarkan fungsi-fungsi ekonomi atau kualitas kehidupan yang
terkait dengan kota-kota lainya. (Supardan, 2008:242)
b. Pendekatan analisis kuantitatif
Ahli geografi perkotaan mengarahkan dalam penetapan model
pemetaan ruang masyarakat.
c. Pendekatan behavioral
Pendekatan ini mengkaji tentang kegiatan masyarakat dan proses
pengambilan keputusan.
d. Pendekatan structural
Pendekatan ini menekankan kajian tentang berbagai kendala yang
dipaksakan oleh periaku individu, baik oleh organisasi masyarakat
secara keseluruhan maupun oleh aktivitas sejumlah kelompok dan
lenbaga-lembaga kuat yang ada didalamnya.
e. Pendekatan post-srukturalis
Pendekatan ini berusaha memadukan interaksi berbagai merastruktur
(ekonomi,polotik dan budaya) denga agen kemanusiaan dan untuk
menjelaskan system local dari makna bersama berdasarkan kerangka
social budaya yang lebih luas (Supardan, 2008:242).
4. Geografi Sejarah
Sebagai landasan sejarah pemikiran geografi, perkembanga sejarah
berlangsung sejak lama. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, istilah ini
biasa dipakai berkenaan dengan sejarah eksplorasi dan penemuan,
pembuatab peta dunia, dan perubahan batas-batas politik dan administrasi.
Namun kelahiran serta perkembangan geografi sejarah modern sebagai
studi mengenai keadaan geografi dimasa lalu dapat dicetak dari tahun
1920-an dan 1930-an, kemudian pada tahun 1960-an geografi telah cukup
matang untuk berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu, tidak hanya
berurusan dengan rekonstruksi keadaan geografis masa lalu, melainkan
juga mempelajari perubahab-perubahan geografi (Barker,2000:437.
Supardan, 2010:243). Hal ini sesuai dengan dengan pernyataan Darby
dalam bukunya Historical geography (1962) dalam Supardan (2008:243)
yang berusaha menggabungkan pendapat lama dan baru, ia menegaskan
ada empat pendekatan dalam geografi sejarah:
a. Mengenai keadaan geografi masa lalu
b. Perubahan lansekap
c. Masa lalu yang dijelaskan dari keadaangeografinya dimasa sekarang.
d. Sejarah yang bersifat geografis
5. Geografi Populasi
Bagian geografi dapat dibedakan tentang karya para ahli geografi yang
terfokus pada penyebaran populasi, dengan karya yang berusaha
memahami faktor-faktor yang memengaruhi pariasi dalam penyrbaran
tersebut. Dalam pendekatan ini cendrung terfokus pada variasi dalam hal
fertilitas dan mortalitas sehingga istilah demografi ruang pun tercipta,
bersabdar pada korelasi ekologis, dan diasosiasikan dengan usaha-usaha
untuk meniru atau memperkirakan perubahan-perubahan dalam distribusi
ruang populasi dengan menggunakan ketiga konponennya, yakni migrasi,
mortalitas, fertilitas (Supardan.2008:244).
6. Geografi Sosial
Geografi sosial untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Elise Reclus
pada tahun 1884,dimana memiliki hubungan yang rumit antara manusia
dengan alam (Dunbar, 1977. Supardan, 2008:244). Pada mulanya geografi
sosial lebih sering diasosiasikan dengan geografi Eropa dan Inggris, dari
pada dengan dunia akademis Amerika Utara. Di Amerika Serikat sendiri,
geografi sosial baru berkembang setelaj David Ley menulis A Social
Geography of the City (1983) (Supardan, 2008:245).
7. System Informasi Geografi
Sistem informasi geografi adalah sistem komputer yang terintegrasi,
digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menambah, memanipulasi,
menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi mengenai
masalah geografis (Unwin, 2000:402. Supardan, 2008:245).
2. Bidang Industri
Merupakan tinjauan terhadap aspek industri pada hubungan antara aspek fisik dan
manusia. Aspek fisik yang bepengaruh terhadap kegiatan industry misalnya lahan,
bahan baku dan sumber daya energi. Sedangkan aspek manusia yang penting
untuk kegiatan industri adalah tenaga kerja, tradisi, teknologi, konsumen dan
pasar. Hasil analisis hubungan digunakan untuk menyusun rencana pembangunan
dan pengembangan industri. Sebagai contoh untuk memeratakan persebaran
penduduk maka sebaiknya pemerintah pengarahkan penemapatan lokasi industri
di daerah yang masih jarang penduduknya.
E. Konsep-Konsep Geografi
1. Lokasi, adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena
geosfer.
Kosep lokasi dibagi menjadi,
a. Lokasi absolute: lokasi menurut letak lintang dan dan bauajura abersifat tetap.
b. Lokasi relative: lokasi yang bergantung terhadap daerah sekitarnya dan sifatnya
berubah.
2. Jarak, yaitu panjang antara dua tempat, terdiri atas:
a. Jarak mutlak, satuan yang diukur dengan kilometer
b. Jarak relative, yaitu satuan yang di ukur dengan satuan waktu
3. Keterjangkauan, menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana
apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.
4. Pola, berupa gambar atau fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola
pemukiman, lipatan patahan, dan lain-lain.
5. Morfologi, menunjukan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen
yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.
6. Aglomerasi, pengelompokan fenomena disuatu kawasan dengan latar belakang
adanya unsur-unsur yang lebih member dampak positif.
7. Nilai kegunaan, manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah dimuka bumi pada
makhluk hidup, tidak akan sama pada semua orang.
8. Interaksi interdependensi, keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain, maisalnya
interaksi antara desa dan kota.
9. Deferensiasi area, daerah- daerah yang terdapat dimuka bumi berbeda satu dengan
yang lain. Dapat dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan
wilayah yang lain.
10. Keterkaitan keruangan, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang
lain pada suatu tempat.
Beberapa Tokoh-tokoh konsep geografi
1. Berhard Varen (1622-1650)
Berhard Varen atau yang lebih dikenal sebagai varenius adalah geograf asal
jeman. Anehnya dia lulusan ilmu kedokteran di Lieden, Belanda. Dalam bukunya
yang berjudul “Geographia Generalis” ia membagi geografi menjadi dua, yaitu:
a. Geografi umum: membahas karakteristik bumi secara umum, tidak bergantung
pada suatu keadaan daerah dan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Terrestrial yaitu pengetahuan bumi secara keseluruhan, bentuk dan
ukurannya.
2) Astronomis yaitu membicarakan hubungan bumi dengan bintang-bintang
yang merupakan awal dari ilmu kosmografi.
3) Komparatif yaitu menyajikan desripsi lengkap mengenai bumi, letak dan
tempat-tempat di permukaan bumi.
4) Geografi khusus: membahas entang wilayah tertentu mnyangkut wilayah
luas maupun wilayah sempit. Dibagi dalam tiga aspek, yaitu:
1. Atmosferis yang secara khusus membicarakan iklim
2. Litosferis yang secara khusus menelaah permukaan bumi, meliputi
relief, vegetasi, dan fauna dari berbagai Negara.
3. Manusia yang secara khusus membicarakan kepadatan penduduk,
perniagaan dan pemerintahan diberbagai Negara.
2. Immanuel Kant (1724-1821)
Selain sebagai geograf, ia juga seorang filsufur. Menurutnya ia tertarik dengan
geografi karena dekat dengan filsafat. Menurutnya geografi adalah ilmu yan
mempelajari benda-benda hal-hal atau gejala-gejala yang tersebar dalam wilayah
di permukaan bumi.
3. Alexander Van Humbolt (1769-1859)
Awalnya humbolt adalah seorang ahli botani. Ia tertarik dengan geografi saat
mempelajari batuan. Dia diakui sebagai peletak dasar geografi fisis modern. Ia
menjelaskan kaitan bumi dengan matahari dan perilaku bumi dalam ruang
angkasa, gejala cuaca dan iklim dunia, tipe- tipe permukaan bumi dan proses
terjadinya serta hal-hal yang berkaitan dengan hidosfer dan biosfer.
A. Generalisasi-Generalisasi Geografi
1. Tempat
Nilai penting karakteristik suatu tempat dalam masa lalu, sekarang, maupun masa
depan terhadap suatu tempat-tempat yang strategis secara ekonomi, selalu
memiliki daya tarik tersendiri bagi pengembangan politik-ekonomi. Hal itu
disebabkan makin meningkatnya mobilitas dua faktorbutama produksi, yaitu
modal dan tenaga kerja. Suatu tempat harus memiliki daya tarik bagi investasi dan
pekerja, mereka yang terlibat dalam manajemennya ketertarikan untunk
menciptakan dan menjual tempat kepada berbagai kelompok bisnis. (Dadang .S,
2008:277)
2. Sensus Penduduk
Sensus penduduk memiliki dua makna multidimensi, karena dari hasil sensus
tersebut dapat memberikan informasi tentang penduduk, angkatan kerja produktif,
perumahan,sektor manufaktur, pertanian,perindustrian,pertambangan, dunia
bisnis,dan lain-lain. Dalam praktiknya, sensus penduduk dapat dilakukan secara
de facto maupun de jure (dimana ia dihitung walaupun tidak ada ketika sensus
berlangsung)(Taeuber.2000:100dalam Dadang.S, 2008:277).
3. Iklim
Masalah-masalah yang sering muncul dalam pembangunan pertanian didaerah
tropis dari segi iklim adalah tanah didaerah tropis beriklim lembab. Sepanjang
tahun mungkin dapat digunakan untuk pertanian, tetapi sebagian tanah itu tidak
cocok untuk didayagunakan menurut opla pertanian modern yang mengandalkan
penggunaan teknologi mutakhir karena tidak dapat dipupuk secara efektif dengan
pupuk mineral(Weischet, 1986:1dalam Dadang.S, 2008:277)
4. Laut
Sebagi negara bahari, bangsa indonesia belum optiamla dalam melakukan
pemberdayaan kelautan atau apa yang dinamakan revolusi biru masih jalan di
tempat. Padahal luas perairan laut kita seluas . sampai sekarang ini, belumada
prestasi kelautan kiat yang dapat dibanggakan.(Dadang.S, 2008:277)
5. Lingkungan
Dalam setiap proyek pembangunan, sebelumnya perlu dilakukan analisis
menyeluruh tentang dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Hal itu bukan
hanya kepada perusahaan-perusahaan pemerintah, tetapi juga perusahaan-
perusahaan swasta, terutama sangat berperan dalam memperoleh izin resmi usaha
tersebut, khususnya bagi kegiatan-kegiatan yang dianggap peka
lingkungan(O'Riodan, 2000:299 dalam Dadang.S, 2008:277)
6. Benua
Benua adalah bagian dari permukaan bumi yang berupa daratan yang luas.
Menurut Dadang. S (2008:278)Sebagai penduduk dari benua yang paling banyak
dan padat penduduknya, bangsa asia jauh lebih kompleks menghadapi tantangan
kehidupan mendatang dibanding dengan bansa australia yang lebih sedikit dan
rendah tingkat kepadatan penduduknya.
7. Urbanisasi
Urbanisasi merupakan salah satu peroses perubahan sosial yang tercept,
khususnya di negara-negara berkembang bahkan dunia. Transformasi-
transformasi sosial dan demografis yang tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya
penduduk kota di negara-negara berkembeng tersebut, telah menunjukkan
pelipatgandaan pertumbuhan demografis nyang memprihatinkan (Evers, 1995:49
dalam Dadang.S, 2008:278).
8. Peta
Peta memberikan banyak informasi tentang berbagai kenampakan atau bentuk
muka bumi. Fenomena di muka bumi yang digambarkan pada peta dapat
dibedakan menjadi bentang alam dengan bentang budaya. Pola dan objek di
permukaaan bumi terbentuk oleh tenaga endogen dan eksogen. Menurut
Monmonier.(2000:96) dalam buku pengatar ilmu sosial “Para birokrat pemerintah,
kaum profesional, maupun intelektual, pada hakikatnya memerlukan peta.dari
keperluan untuk pembangunan ekonomi.pertahanan nesional, perlindungan
lingkungan, ekonomi,bisnis,wisata,industri, maupun untuk memberikan eksplanasi
visual dalam ranah-ranah abstrak yang perlu dipahami secara mendalam. Apalagi
Jika peta itu bentuk teknologi yang kain canggih dan menarik, jelas sangan
diperluka.”
9. Kota
Banyak hal tanetang kontak-kontak sosial di perkotaan sebagi sesuatu yang
bersifat impersonal, supervisial, sementara, dan segmental. Hal itu pula yang
dikhawatirkan oleh beberapa sosiolog yang cenderung pesimis mengenai
kemungkinan terciptanya kehidupan manusiawi di perkotaan yang dipenuhi
industri (Hannerz.2000:111 dalam Dadang.S, 2008:278).
10. Mortalitas
Terjadinya transisi demografis (demographic transition) yang di kenal senagai
lingkaran siklus demogarfis, menggambarkan proses perubahan tingkat mortalitas
dan natalitas pada suatu masyarakat dari suatu situasi di mana keduanya
menunjukkan angka yang tinggi (Caldwel.2000:218 dalam Dadang.S, 2008:278).
11. Khatulistiwa/Ekuator
Bagi negara-negara yang dilalui dengan garis khatulistiwa, tidak ada alasan untuk
merasa takut kekurangan sinar matahari. Hal ini jelas berbeda dengan daerah-
daerah subtropis yang jauh dari garis khatulistiwa, hanya pada bulan-bulan
tertentu mereka dapat menikmati hangatnya sinar matahari. (Dadang.S, 2008:279)
12. Demografi
Ledakkan demografi dunia, khususnya di negara-negara berkembang,
memperlihatkan kecenderungan yang mencemaskan, di tahun 1825, saat Malthus
membuat perubahan akhir atas karya aslinya Essay on Population,kira-kira satu
miliar umat manusia mendiami planet bumi. Akan tetapi, menjelang itu,
industrialisasi dan kedokteran modern memungkinkan penduduk bertambah
dengan laju kecepatan yang makin meningkat. Dalam seratus tahun berikutnya,
penduduk dunia berlipat ganda menjadi dua miliar, setengah abad berikutnya (dari
tahun 1925 ke tahun 1976) berlipat ganda lagi menjadi 4 miliar, dan menjelang
tahun 1990 angka itu melaju sampai 5,3 miliar (Kennedy 1995:28-29 dalam
Dadang.S. 2008:279).
13. Tanah
Banyak pekerjaan dilaksanakan di atas tanah yang diolah melalui sistem-sistem
hidrologi. Sistem-sistem ini kerap kali menghubungkan tanah dengan perairan
terbuka. Perairan terbuka seperti sungai,danau,laut, dan samudera memiliki
ekosistem sendiri-sendiri yang juga dapat diteliti dan di petakan serta sangat
dipengaruhi oleh kegiatan manusia di daratan (Vink, 1986:199 dalam Dadang.S,
2008:279).
14. Transmigrasi
Bagi bangsa indonesia, program transmigrasi bukan sesuatu yang baru. Sejak
pertengahan abad ke 19, Etische Politiktelah memengaruhi parlemen belanda
untuk mengetuk dan membuat penelitian tentang kemakmuran rakyat daerah-
daerah pedesaan di jawa (demindere wel vaart onderzoek) yang akhirnya
mencanangkan dan melaksanakan program transmigrasi
(Purboadiwidjojo,1986:9), walaupun pelaksanaannya bukan semata- mata atas
dasar kemanusiaan. Begitu pun ketika indonesia memasuki pascakemerdekaan,
pemerintah segera mencanangkan program transmigrasi, terutama untuk
mengatasi ketidakseimbangan demografis antara pulau jawa (termasukmedura dan
bali) yang padat penduduknya — dengan pulau-pulau luar jawa yang jarang
penduduknya (swasono,1986:xi:Scholz, 1986:287 dalam Dadang.S, 2008:279).
15. WILAYAH
Kompleksitas persoalan-persoalan demografis wilayah asia jauh melebihi
kompleksitas persoalan-persoalan demografis wilayah australia, baik mengenai
natalitas, mortalitas, proyeksi kependudukan, serta kesejahteraannya.(Dadang.S,
2008:280).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Geografi adalah ilmu yang mempelajari keragaman ruang permukaan Bumi sebagai
tempat hidup manusia dengan aspek-aspek alamiah dan sosialnya, serta interrelasi di antara
aspek-aspek tersebut. Erasthosthenes, Claudius Ptolemaeus, Bernhardus Varenius, Karl
Ritter, Friedrich Ratzel, Elsworth Huntington, dan Paul Vidal de la Blache adalah tokoh-
tokoh penting yang memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan geografi
sebagai sebuah disiplin ilmu.
Objek kajian geografi terdiri atas objek material berupa geosfer (atmosfer, litosfer,
pedosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer) dan objek formal berupa cara pandang
kewilayahan. Henry J. Warman mengemukakan 15 konsep dasar dalam geografi, yaitu
konsep regional, batas kehidupan, manusia sebagai pemberi pengaruh yang dominan terhadap
lingkungan, globalisme, interaksi keruangan, hubungan timbal balik antarwilayah, kesamaan
wilayah, perbedaan wilayah, keunikan wilayah, persebaran wilayah, lokasi relatif,
transformasi Bumi yang bulat ke bidang datar, eksploitasi dan optimalisasi sumber daya
dibatasi oleh perkembangan budaya, kemiringan secara komparatif, dan transformasi
berkesinambungan.
B. Saran
Dengan membaca makalah ini diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami
hakikat geografi sebagai ilmu yang mempelajari fenomena fisik, sosial, dan budaya melalui
sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.