Anda di halaman 1dari 90

Geografi : Menganalisis Persamaan & PerbedaanDefinisi Geografi dari Berbagai Ahli

2010
GEOGRAFI

Nama : Dhea Rafsaloka Utomo ; Kelas : X-7 ; No : 111.

1. Prof. Binta rto (1981)Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di


permukaan bumi, baik yang bersifat fisikmaupun yang menyangkut kehidupan makhluk
hidup beserta permasalahannya melaluipendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional
untuk kepentingan program, proses, dankeberhasilan pembangunan.

2. Erastothenes, geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau
penggambaran mengenai bumi.

3. Strabo,Geografi erat kaitannya dengan karateristiktertentu pada suatu tempat,dan


memperhatikan juga hubungan antara berbagai tempat secarakeseluruhan.

4. P. Haggett. Geografi memberikan perhatian terutarma pada sistem ekologi dan


sistemkeruangan.Pada sistem ekologi berkaitan dengan manusia dan lingkungannya,
sedangkan padasistem keruangan berkaitan dengan hubungan antar wilayah.

5. John Mackinder(1861-1947) seorang pakargeografi memberi definisi geografi sebagai


satukajian mengenai kaitan antara manusia dengan alam sekitarnya.SECARA UMUM
Persamaan : Semua definisi secara umum mengarah ke bumiPerbedaan :

1.Kehidupan mahluk hidup


2.Penggambaran bumi
3. Hubungan antarberbagai tempat
4. Manusia dan lingkungannya
5. Kaitan manusia dengan alam

Pengertian Geografi dari Beberapa Ahli


Pengertian Geografi

Dalam kepustakaan, diketahui geografi termasuk pengetahuan yang sudah tua. Akan
tetapi struktur kelimuannya selalu dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Di
Indonesia, penyebutan geografi sebagai sebuah bidang kajian ilmu dikenal dengan
berbagai istilah.Dalam bahasa Belanda dikenal dengan Ardrijkskunde dan dalam bahasa
Inggris dikenal dengan Geography. Dalam bahasa Indonesia sendiri dulu dikenal dengan
istilah Ilmu Bumi. Pemakaian istilah Ilmu Bumi di Indonesia ternyata dinilai kurang
begitu cocok, karena dikhawatir kan akan mengaburkan dua bidang ilmu berbeda yaitu
antara Geografi dan Geologi. Secara etimologis kedua bidang ilmu tersebut berkaitan
dengan pengetahuan tentang Bumi. Apabila dilihat dari objek sudut pandang

1
keilmuannya akan terlihat per bedaan yang sangat mencolok. Apabila dilihat dari akar
katanya, istilah Geografi berasal dari dua kata yaitu geos artinya Bumi atau Earth dan
Graphein yang artinya to describe atau pencitraan. Penggabungan dua kata tersebut
menghasilkan pengertian dari geografi itu sendiri, yaitu ilmu yang mencitrakan atau
menggambarkan keadaan Bumi. Definisi mengenai geografi banyak dikemukakan oleh
berbagai ahli, antara lain sebagai berikut.

Bangsa Yunani Kuno telah berusaha mendokumentasikan berbagai macam keterangan


yang berkaitan dengan geografi. Geograf pertama pada masa itu adalah Thales (640–546
SM). Ia telah menyibukkan diri dengan berbagai penelitian dan menggali informasi
geografi dengan melakukan perjalanan ke berbagai tempat.

Langkah Thales diikuti oleh geograf Yunani lainnya. Di antaranya adalah Herodotus
(485–425 SM) yang membuat laporan geografi sekitar wilayah Timur Tengah, Phytheas
yang melakukan pengukuran jarak Matahari terhadap Bumi, dan yang paling fenomenal
adalah Eratosthenes (276–194 SM), karena mampu menghitung keliling Bumi hanya
berselisih kurang dari 1% keliling sebenarnya. Geograf-geograf Yunani tersebut
merupakan pelopor geografi dunia. Setelah beberapa abad kemudian muncullah konsep
geografi yang dikemukakan para ahli berikut ini.

1. Bernard Varen (1622–1650)

Bernard Varen atau lebih dikenal dengan Varenius adalah seorang geograf asal Jerman.
Anehnya, dia adalah lulusan Ilmu Kedokteran Universitas Leiden, Belanda. Dalam
bukunya, Geographia Generalis, ia mengatakan bahwa geografi adalah campuran dari
matematika yang membahas kondisi Bumi beserta bagian-bagiannya juga tentang benda-
benda langit lainnya.
Dalam buku itu juga, Varenius membagi geografi menjadi dua, yaitu:

a. Geografi Umum

Bagian ini membahas karakteristik Bumi secara umum, tidak tergantung oleh keadaan
suatu wilayah. Menurut gagasan Varenius, geografi umum mencakup tiga bagian, yaitu:

1) Terestrial, merupakan pengetahuan tentang Bumi secara keseluruhan, bentuk, dan


ukurannya.

2) Astronomis, membicarakan hubungan Bumi dengan bintangbintang yang merupakan


cikal bakal ilmu Kosmografi.

3) Komparatif, menyajikan deskripsi lengkap mengenai Bumi, letak, dan tempat-tempat


di permukaan Bumi.

b. Geografi Khusus

2
Bagian ini mendeskripsikan tentang wilayah tertentu menyangkut wilayah luas maupun
sempit. Bagian ini terdiri atas tiga aspek,
yaitu:

1) Atmosferis yang secara khusus membicarakan iklim.

2) Litosferis yang secara khusus menelaah permukaan Bumi meliputi relief, vegetasi, dan
fauna dari berbagai negeri.

3) Manusia yang membicarakan keadaan penduduk, perniagaan, dan pemerintahan dari


berbagai negeri.

2. Immanuel Kant (1724–1821)

Selain sebagai seorang geograf, Kant juga seorang filsuf. Kant tertarik pada geografi
karena menurutnya ilmu itu dekat dengan filsafat. Semua gagasan Kant tentang hakikat
geografi dapat ditemukan dalam buku Physische Geographie yang ditulisnya.
Menurutnya, geografi adalah ilmu yang objek studinya adalah benda-benda, hal-hal atau
gejalagejala yang tersebar dalam wilayah di permukaan Bumi.

3. Alexander von Humboldt (1769–1859)

Pada mulanya Humboldt adalah seorang ahli botani. Ia tertarik geografi ketika ia mulai
mempelajari tentang batuan. Ia diakui sebagai peletak dasar geografi fisik modern. Ia
menyatakan geografi identik atau serupa dengan geografi fisik. Ia menjelaskan
bagaimana kaitan Bumi dengan Matahari dan perilaku Bumi dalam ruang angkasa, gejala
cuaca dan iklim di dunia, tipe-tipe permukaan Bumi dan proses terjadinya, serta hal-hal
yang berkaitan dengan hidrosfer dan biosfer.

4. Karl Ritter (1779–1859)

Seperti halnya Humboldt, Ritter juga dianggap sebagai peletak dasar geografi modern.
Profesor geografi Universitas Berlin ini mengatakan bahwa geografi merupakan suatu
telaah tentang Bumi sebagai tempat hidup manusia. Hal-hal yang menjadi objek studi
geografi adalah semua fenomena di permukaan Bumi, baik organik maupun anorganik
yang berkaitan dengan kehidupan manusia.

5. Friederich Ratzel (1844–1904)

Ratzel adalah guru besar geografi di Leipzig. Ia mengemukakan konsep geografi dalam
bukunya yang berjudul Politische Geographie. Konsep itu diberi nama Lebensraum yang
artinya wilayah geografis sebagai sarana bagi organisme untuk berkembang. Ia melihat
suatu negara cenderung meluaskan Lebensraum-nya sesuai kekuatan yang ia miliki.

6. Elsworth Huntington (1876–1947)

3
Huntington adalah geograf asal Amerika Serikat. Melalui bukunya yang berjudul The
Pulse of The Earth, ia memaparkan bahwa kelangsungan hidup dan peradaban manusia
sangat dipengaruhi oleh iklim. Atas dasar teorinya itu, Huntington kemudian terkenal
sebagai determinis iklim (memandang iklim sebagai penentu kehidupan). Ia mengatakan,
geografi sebagai studi tentang fenomena permukaan Bumi beserta penduduk yang
menghuninya. Ia menjelaskan adanya hubungan timbal balik antara gejala dan sifat-sifat
permukaan Bumi dengan penduduknya.

7. Paul Vidal de la Blache (1845–1918)

Vidal adalah geograf asal Prancis. Ia adalah pelopor posibilisme dalam geografi.
Posibilisme (teori kemungkinan) muncul setelah Vidal melakukan penelitian untuk
membuktikan interaksi yang sangat erat antara manusia dan lingkungan pada masyarakat
agraris pramodern. Ia menegaskan bahwa lingkungan menawarkan sejumlah
kemungkinan (posibilities) kepada manusia untuk hidup dan berkembang. Atas dasar itu,
Vidal mengemukakan konsepnya yang disebut genre de vie atau mode of live (cara
hidup). Dalam konsep ini, geografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana
proses produksi dilakukan manusia terhadap kemungkinan yang ditawarkan oleh alam.

8. Halford Mackinder (1861–1947)

Mackinder adalah pengajar di Universitas Oxford. Pendapatnya tentang geografi sangat


terkenal lewat makalahnya yang berjudul The Scope and Methods of Geography yang
berisi konsep man-land relation (hubungan manusia dengan lahan) dalam geografi. Ia
menyatakan bahwa geografi adalah ilmu yang fungsi utamanya menyelidiki interaksi
manusia dalam masyarakat dengan lingkungan yang berbeda menurut lokasinya.

9. Bintarto

Bintarto adalah guru besar geografi di Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Ia mengatakan bahwa geografi pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan yang
mencitrakan, menerangkan sifat-sifat Bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan
penduduk, serta mempelajari corak yang khas tentang kehidupan dari unsur-unsur Bumi.

10. Daldjoeni

Nama Daldjoeni dikenal karena buku-bukunya yang membahas hal-hal yang berkaitan
dengan geografi. Menurutnya, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mengajarkan
manusia mencakup tiga hal pokok, yaitu spasial (ruang), ekologi, dan region (wilayah).
Dalam hal spasial, geografi mempelajari persebaran gejala baik yang alami maupun
manusiawi di muka Bumi. Kemudian dalam hal ekologi, geografi mempelajari
bagaimana manusia harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Adapun dalam hal
region, geografi mempelajari wilayah sebagai tempat tinggal manusia berdasarkan
kesatuan fisiografisnya.

4
11 . Seminar Lokakarya Ikatan Geograf Indonesia (IGI) di Semarang 1988

Dari seminar peningkatan kualitas pengajaran geografi ini dihasilkan rumusan geografi
sebagai ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan
sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
Jika kita perhatikan beberapa definisi atau pengertian dan sejarah perkembangan geografi
dari masa ke masa selalu mengalami
perkembangan. Namun, apabila kita kaji lebih jauh, di antara pandangan para ahli
tersebut tampak ada kesamaan titik pandang.
Kesamaan titik pandang tersebut terutama dalam mengkaji:

1. Bumi sebagai tempat tinggal,

2. hubungan manusia dengan lingkungannya (interaksi),

3. dimensi ruang dan dimensi historisnya, serta

4. pendekatan, yaitu meliputi pendekatan spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan),


dan regional (kewilayahan).

Berdasarkan adanya kesamaan dalam titik pandang kajian dan geografi, maka muncul
konsep esensial. Konsep ini akan mengungkapkan dan memberikan gambaran corak
abstrak dari suatu fenomena yang dikaji dalam suatu ilmu. Nah, di dalam geografi juga
dikenal beberapa konsep esensial. Berikut beberapa di antaranya.

1. Menurut Whiple

Whiple menyodorkan lima konsep yang harus selalu ditemukan keterkaitan setidaknya
antara penyebaran, relasi, fungsi, bentuk, dan proses terjadinya. Konsep tersebut yaitu:

a. Bumi sebagai planet.

b. Variasi cara hidup.

c. Variasi wilayah alamiah.

d. Makna wilayah bagi manusia.

e. Arti penting lokasi dalam memahami peristiwa dunia.

Sebagai contoh penerapan konsep esensial tersebut, dapat kita ambil satu contoh konsep
variasi cara hidup. Konsep ini bisa
digambarkan mulai dari adanya perbedaan bentang alam (terkait dengan variasi wilayah
alamiah) berpengaruh pada proses terbentuknya suatu mata pencaharian. Kondisi ini
menimbulkan penyebaran mata pencaharian yang secara langsung terkait dengan jumlah
penduduk yang bekerja pada tiap mata pencaharian. Dari hubungan ini bisa digambarkan

5
dinamika mata pencaharian. Itulah salah satu contoh penerapan konsep esensial dalam
geografi.

2. Menurut J. Warman

Konsep esensial yang diungkapkan oleh J. Warman adalah:

a. Kewilayahan.

b. Lapisan hidup atau biosfer.

c. Manusia sebagai faktor ekologi dominan.

d. Globalisme atau Bumi sebagai planet.

e. Hubungan antarareal.

f. Persamaan antarareal.

g. Perbedaan antarareal.

h. Keunikan areal.

i. Persebaran areal.

j. Lokasi relatif.

k. Keunggulan komparatif.

l. Perubahan yang kontinu.

m. Sumber daya dibatasi secara budaya.

n. Penyajian kenampakan permukaan Bumi pada bidang datar.

Konsep ini dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai permasalahan dan fenomena
geografi, sehingga memudahkan mengetahui sebab akibat, hubungan, fungsi, proses
terjadinya gejala, dan masalah-masalah sehari-hari.

6
HAKIKAT GEOGRAFI

Materi :
1. Pengertian Geografi.
Hasil Simlok IGI bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dari sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam
konteks keruangan.

2. Ruang Lingkup Geografi.


Studi geografi selalu menganalisis gejala manusia dan gejala alam dari segi lokasi dan
persebaran fenomena di permukaan bumi, serta mencari interelasi dan interaksinya dalam
ruang tertentu. Rhoad Murphey mengemukakan tigapokok ruang lingkup geografi, yaitu
sebagai berikut:

a. Persebaran dan keterkaitan penduduk di muka bumi dengan sejumlah aspek-aspek


keruangan serta bagaimana manusia memanfaatkannya.

b. Interaksi manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari
keanekaragaman wilayah

c. Kajian terhadap region dan analisis dari region yang mempeunyai ciri khusus.

3. Objek studi geografi


Para ahli geografi Indonesia yang tergabung dalam IGI sepakat, bahwa objek studi
geografi di dua.

a. Objek material geografi adalah fenomena geosfer terdiri atas litosfer, atmosfer,
hidrosfer, bisfer, dan antroposfer. Misalnya pola permukiman desa-kota, DAS, bentangan
alam, cuaca dan iklim.

b. Objek formal geografi adalah cara memandang dan berpikir terhadap objek material
geografi dari sudut pandang keruangan dalam kontek kewilyahan dan kelingkungan.
Objek formal meliputi hal-hal sbb: – pola dari sebaran gejala tertentu di muka bumi
(spatial pattern) – keterkaitan sesame antar gejala (spatial system) – perkembangan yang
terjadi pada gejala tersebut (spatial processes)

4. Hakikat Geograf.
Studi geografi pada hakikatnya merupakan pengkajian keruangan tentang fenomena dan
masalah kehidupan manusia. Studi itu disusun berdasarkan hasil observasi berbagai
fenomena di lapangan. Hasil observasi di lapangan akan membentuk pola abstrak dari
fenomena yang diamati. Pola abstrak itulah yang disebut konsep geografi. Oleh karena
itu, tanpa kerja lapangan tidak akan menghasilkan konsep tentang hakikat fenomena dan
masalah kehidupan yang sebenarnya. Guna menghasilkan konsep fenomena geografi
diperlukan analisis fenomena manusia, fenomena alam, serta persebaran dan interaksinya

7
dalam ruang. Adapun untuk menunjukkan dan menjelaskan fenomena tersebut
dipermukaan bumi diawali dengan mengajukan enam pertanyaan pokok. Yaitu what,
where, why, who, dan how ( 5W 1H). Misalnya untuk menjelaskan fenomena kelaparan
maka pertanyaan yang diajukkan adalah apa yang terjadi, di mana fenomena itu terjadi,
kapan fenomena itu terjadi, mengapa fenomena itu terjadi, siapa saja yang sedang
mengalami, dan bagaimana usaha untuk mengatasinya.

5. Konsep geografi.
Dalam geografi terdapat sepuluh konsep dasar yang esensial, yaitu

a. Konsep lokasi, yaitu letak di permukaan bumi. Monas terletak di Jakarta

b. Konsep jarak, yaitu jarak antara satu tempat dengan tempat yang lain. Harga tanah di
desa murah karena jauh dari pusat keramaian kota.

c. Konsep keterjangkauan, yaitu hubungan suatu tempat dengan tempat lainnya (jalan,
komunikasi, dll). Masyarakat Badui terbelakang karena terisolir dengan masyarakat lain.

d. Konsep pola,
yaitu adanya pola persebaran suatu fenomena, seperti permukiman memanjang, memusat
atau tersebar. Pemukiman penduduk nelayan memanjang mengikuti garis pantai.

e. Konsep morfologi, yaitu bentuk permukaan bumi sebagai hasil tenaga eksogen dan
endogen ( misalnya pulau, peguungan, daratan, lereng dan lembah.

Setiap permukaan bumi mempunyai manfaat yang berbeda-beda bagi manusia. Misalnya
di daerah pegunungan cocok untuk pertanian sayur- sayuran dan perkebunan.

f. Konsep aglomerasi, pemusatan penimbunan suatu kawasan. (industri, pertanian


permukian). Masyarakat umumnya mengelompok dengan warga yang mempunyai
tingkat kehidupan sejenis. Oleh
karena itu muncul istilah daerah elit, kumuh (slum).

SMA Kristen 2 BPK Penabur Jakarta Online


http://smak2.com Powered by Joomla! Generated: 11 March, 2008, 10:10,

g. Konsep nilai kegunaan, berkaitan dengan manfaat dari fenomena


yang ada di permukaan bumi yang bersifat relative. Misalnya daerah wisata mempunyai
nilai kegunaan yang berlainan
bagi setiap orang, ada orang yang datang ke daerah wisata hanya sekali bahkan ada yang
berulang kali.

h. Konsep
interaksi dan interdependency, yaitu peristiwa saling mempengaruhi antar berbagai
fenomena geosfer. Misalnya interaksi antara desa dan kota. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan dalam memanfaatkan potensi sumber daya antara di desa dan di kota.

8
i. Konsep diferensiasi area, berkaitan dengan perbedaan corak antarwilayah di permukaan
bumi, dengan ciri khusus yang dapat dibedakan dengan wilayah lain atau dikenal dengan
istilah region. ( Asia Tenggara, Asia Selatan Amerika Selatan)

j. Konsep keterkaitan keruangan, yaitu hubungan persebaran suatu fenomena dengan


fenomena lain di suatu tempat. Misalnya pegunungan mempunyai suhu lebih rendah
daripada di daerah dataran rendah. Oleh karena itu sayuran, the dan pinus dapat tumbuh
dengan baik di daerah pegunungan.

6. Prinsip-prinsip Geografi.
Prinsip geografi menjadi dasar pada uraian pengkajian (studi) dan pengungkapan gejala,
variasi, factor-faktor maupun masalah geografi. Secara teoritis prinsip geografi terdiri
dari:

a. Prinsip penyebaran, yaitu gejala dan fakta geografi, baik menyangkut keadaan alam
maupun kemanusiaan yang tersebar luas di permukaan bumi. Penyebaran tersebut
tidak merata antara wilayah satu dengan wilayah hubungan (relasi) gejala/factor yang
satu dengan yang lain. lainnya.dengan melihat dan menggambarkan gejala dan fakta pada
peta, kita dapat mengungkapkan

b. Prinsip interelasi, yaitu interelasi dalam ruang yang menyatakan bahwa terdapat saling
berhubungan antara gejala satu denga gejala lainnya atau antara factor yang satu dengan
factor lainnya dalam suatu ruang tertentu.

c. Prinsip deskriptif,

yaitu prinsip untk memberikan penjelasan atau gambaran lebih jauh tentang gejala atau
masalah yang dipelajari atau sedang diselidiki. Deskripsi ini digunakan untuk
menjelaskan sebab-sebab interaksi dan interkasi antara factor yang satu dan lainnya.
Dalam kerangka kerja geografi prinsip ini tidak dapat ditinggalkan.

d. Prinsip korologis atau prinsip keruangan,

bahwa dalam prinsip ini gejala-gejala, fakta-fakta, dan masalah-masalah geografi


ditinjau dari penyebaran, interelasi, dan interaksinya dalam hubungannya terdapat pada
ruang tertentu. Yang dimaksud dengan ruang ini adalah permukaa bumi, baik secara
keseluruan maupun sebagian.

7. Pendekatan Geografi.

Geografi sebagai ilmu kebumian selalu mengkaji hubungan timbale balik antara
fenomena dan permasalahannya dengan pendekatan keruangan, ekologi, dan regional
komplek.

a. Pendekatan keruangan (spatial approach)


Pendekatan keruangan mencoba mengkaji adanya perbedaan tempat melalui

9
penggambaran, letak distribusi, relasi, dan interelasinya. Sebagai contoh adalah teori
difusi yang menelaah adanya penjalaran atau pemekaran fenomena dalam ruang (space)
dan dimensi waktu (time).

a. Pendekatan kelingkungan (ecological approach)


Pendekatan ini berdasarkan interaksi organisme dengan lingkungannya. Dalam suatu
ekosistem jika ada satu elemen berkembang diatas batas maksimal, maka elemen yang
lain akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas.

b.Pendekatan kompleks wilayah


Pendekatan kompleks wilayah merupakan gabungan antara pendekatan keruangan dan
ekologi. Disebut kompleks wilayah tertentu (areal differentiation). Karena suatu
anggapan bahwa interaksi antarwilayah akan berkembang bila terdapat permintaan dan
penawaran antarwilayah tersebut. Dalam hubungan kompleks wilayah ini, ramalan
wilayah (region forecasting) dan perencangan wilayah (regional planning) merupakan
aspek-aspek yang menelaah fenomena tertentu pada suatu region/wilayah secara fisik
atau sosial. Region adalah suatu bagian permukaan bumi yang memiliki karakteristik
(cirri khas yang sama), sehingga dapat dibedakan dengan daerah sekitarnya.

8. Aspek Geografi

Aspek geografi terdiri dari asek fisik dan aspek sosial.

Aspek fisik mengkaji semua fenomena yang terdapat dan terjadi di geosfer meliputi
litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Aspek sosial mengkaji manusia dan
kehidupannya di muka bumi. Di dalam hal ini geografi mempelajari persebaran dan
keaneka ragaman budaya.

Contoh aspek fisik berupa litosfer mengenai dataran tinggi dan aspek sosial geografi
dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi fisik di daerah dataan tinggi suhu uadar dingin,
tanah subur berada di jalur pegunungan sehingga penduduk memanfaatkan daerah
dataran tinggi untuk usaha perkebunan sebagai mata pencaharian kehidupan sehari-hari.

Latihan Soal
1. Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan di muka
bumi (gejala geosfer), serta interaksi antara manusia dan lingkungan dalam konteks
kerungan dan kewilayahan disebut …

a. geografi b.biografi c. hidrografi d. geologi e. geodesi

2. Penduduk dunia cenderung menempati wilayah yang banyak memiliki


cadangan air dengan topografi datar. Dalam geografi, fenomena tersbut sesuai dengan
salah satu konsep esensialnya yaitu…

a. pola b. Lokasi c. aglomerasi d. morfologi e. Keterjangkauan

10
3. Ilmu pengetahuan yang menerangkan, menganalisis, dan mempelajari corak yang khas
mengenai kehidupan, serta mencari fungsi unsur-unsur bumi termasuk …

a. ruang lingkup geografi b. cabang ilmu geografi

c. objek studi geografi d. unsur geografi e. batasan geografi

4. Kajian pokok geografi ditekankan pada konteks …

a. gejala dan social b. keruangan dan proses alam c. proses alam dan social

d. spasial dan teorital e. keadaan alam

5. Geografi adalah ilmu mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dari
sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. Pengertian
geografi ini dikemukakan oleh…

a. R. Bintarto b. I Made Sandy c. Sutanto d. Selo Sumarjan e. Semlok IGI

6. Objek studi geografi meliputi fenomena social budaya, yaitu …

a. persebaran vegetasi b. jenis tanah c. pola gerakkan angin

d. curah hujan e. pola pemukiman

7. Gejala dan fakta geografi dalam hubungannya dengan ruang akan memberikan
karakteristik (ciri khas) tertentu. Kesatuan gejala ini disebut …

a. distribusi b. interelasi c. deskriptif d. Korologi e. deduktif

8. merupakan objek geografi yang paling luas adalah …

a. realm geography b. province geography c. regionalgeography

d. group geography e. unit geography

9. Letak suatu kota berada pada 10°LU dan 5°BT di permukaan bumi. Dari sudut
pandang geografi, hal ini merupakan salah satu konsep …

a. lokasi d. pola b. jarak e. letak c. keruangan langsung terhadap penduduk, yaitu …

a. kepadatan penduduk tinggi b. kepadatan penduduk rendah

c. pola penduduk memusat d. piramida berbentuk kerucut

11
e. pertumbuhan penduduk tinggi

11. Cara memandang dan berpikir terhadap objek materiil geografi dari sudut keruangan
dan dalam konteks lingkungan termasuk …

a. tujuan formal geografi b. objek formal geografi c. gejala-gejala geografi

d. tujuan meteriil geografi e. objek materiil geografi

12. Dalam geografi regional, kumpulan negara dalam benua disebut …

a. Realm geography b. Province geography

c. Regional geography d. Group geography

e. Unit geography gejala yang terdapat dan terjadi di muka bumi merupakan objek studi
geografi secara …

a. formal b. fungsional c.regional d. sektoral e. materiil

14. Ilmu geografi untuk kepentingan kesejahteraan dan kelestarian hidup manusia
merupakan …

a. disiplin ilmunya b. prinsip geografi c. Konsep geografi

d. Metodologinya e. Tujuan

15. Dalam teori difusi, proses pembaharuan dan penyebaran budaya/mode mulai dari kota
hingga ke pelosok desa termasuk dalam …

a. difusi ekspansi b. area differensiasi c. time differensiasi d. relokasi diffusion

e. inovasi

16. Ilmu yang mempelajari kehidupan tumbuh-tumbuhan disebut …

a. biologi b. Botani c. biogeografi biochore e. biocycle

17. Studi tentang persebaran masyarakat bangsa di bumi sehubungan dengan lingkungan
geografisnya disebut …

a. antropogeografi b. sosioantropologi c. sosiogeografi

d. geomorfologi e. Paleontologi

12
18. Ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk memperoleh kemakmuran yang
dipandang dari segi geografi disebut …

a. geografi fisik b. geografi sosial c. geografi ekonomi

d. geografi politik e. gepgrafi terapa

19. Menganalisis gejala alam di muka bumi dengan berpegang pada gejala yang tersebar
merata di permukaan bumi disebut prinsip …

a. distribusi b. interelasi

c. korologi d. deskriptif e. korelasi

20. Pertambahan penduduk, komposisi, angkatan kerja, dan tingkat ketergantungan


termasuk dalam studi …

a. ekologi b. demografi c.geografi fisik

d. geografi ekonomi e. geografi social

21. Ilmu pengetahuan yang mempelajari iklim pada zaman dahulu adalah …

a. paleoklimatologi b. paleontologi c. antropobiologi d. antropologi

e. somatologi

PENDEKATAN GEOGRAFI
Posted: April 27, 2011 in Materi Kuliah
1

Pendekatan Geografi

Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan


menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan
definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:

obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi
litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
pendekatan geografi Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat
menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama.
Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan
dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu: pendekatan
keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kompleks kewilayah.

13
a. Pendekatan Keruangan.

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif
geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan
proses (spatial processess) (Yunus, 1997).

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan
proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang.
Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1)
kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3)
kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan
elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

1. What? Struktur ruang apa itu?

2. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?

3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?

4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?

5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?

6. Who suffers what dan who benefits whats?

Bagaimana struktur

Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.


Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan
kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.

Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena


titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun
eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989). Beberapa contoh seperti cluster
pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern untuk kenampakan-
kenampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).

Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang


(linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan membulat
(rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), kenampakan gurita
(octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungan
dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan
dalam setiap analisisnya.

14
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana
ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengan
dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada dua titik
waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan
hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut
dengan menggunakan pendekatan keruangan?

Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan
masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu dilihat
struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap ini
dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di kawasan hulu sungai Konto.
Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik
kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya,
misalnya curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga
ditentukan pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang
digunakan untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi
kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat dicegah,
dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang
sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah hulu
sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat
pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi
itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang berbasis
masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara
penanamannya, pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat
interelasi, interaksi, dan intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk
memecahkan permasalahan banjir dan tanah longsor.

b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).

Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada.
Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan
antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1)
fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta
kesadaran akan lingkungan.

Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut.
Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior
environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku
mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan.
Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu
lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan

15
nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan
pengetahuan lingkungan alam manusianya.

Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan
dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup
produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada
wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri
khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu
menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut.

Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.


Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk
mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan
sebagai berikut:

1. mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah


longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk
mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di
lokasi itu.
2. mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam
mengelola alam di lokasi tersebut.
3. mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
4. menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang
ditimbulkan.
5. mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang
penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena
geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah
yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.

c. Pendekatan Kompleks Wilayah

Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah
itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar
wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor
tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan
memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih
luas dan kompleks pula.

Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan
pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan
yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai

16
obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal dan vertikal. Kajian horisontal
merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat
vertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang
satu dengan wilayah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit
wilayah sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan
pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariate juga. Kerangka umum
analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi.
Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah
desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai
berikut.

1. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama


2. menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada
pendekatan kedua

3. menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota


Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains),
maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method).

Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi


dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3
macam bentuk pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan
ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.

1. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan


ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data
ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data
bidang (areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu
permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan
aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
3. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan
masalah dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.
Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan
keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara
keduanya.

Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam


kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang
disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau penyebaran
keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan
pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai
alternatif-alternatif pemecahan.

17
Pendekatan-Pendekatan Geografi

Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan


menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan
definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:

obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi
litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya.
Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan
disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983)
mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:

pendekatan keruangan,
pendekatan kelingkungan, dan
pendekatan kompleks wilayah

Pendekatan- pendekatan geografi

1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif
geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan
proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan
proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang.
Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1)
kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3)
kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan
elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?
2. Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6. Who suffers what dan who benefits what? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia.
Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan
kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.( makalah kelompok 1 xa )

2. Pendekatan kelingkungan
Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang terjadi
pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan hubungan

18
kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut membentuk sistem
keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.Salah satu teori dalam pendekatan atau analisi
ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi berkenaan dengan interelasi antara
kehidupan manusia dan faktor fisik yang membentuk sistem keruangan yang
menghubungkan suatu region dengan region lainnya.Adapun ekologi, khususnya ekologi
manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dan lingkungan yang membentuk
sistem ekologi atau ekosistem.
Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan ketiga
lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.Dalam geografi lingkungan,
pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk memahami fenomena geofer.
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada.
Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan
antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan:
(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan
manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta
kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut.
Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior
environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku
mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan.
Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu
lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan
nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan
pengetahuan lingkungan alam manusianya.

Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan
dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup
produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada
wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri
khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu
menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut.

Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.


Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya
banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam,
termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di
lokasi itu.
(2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola
alam di lokasi tersebut.

19
(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
(4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang
ditimbulkan.
(5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.( makalah kelompok 2
XG)

3. Pendekatan Kewilayahan
dalam pendekatan kewilayahan, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan
masalah dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.
pendekatan ini merupakan pendekatan keruangan dan lingkungan, maka kajiannya adalah
perpaduan antara keduanya.

kesimpulannya:

pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahana dalam kerjanya merupakan satu


kesatuan yang utuh. pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi.
jadi fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara
berbagai unit ekosistem dalam ruang. penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan
permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif- alternatif pemecahan masalah.

1. Pendekatan keruangan (spatial approach)


Pendekatan analisis keruangan merupakan pendekatan khas geografi dengan mengkaji
variasi fenomena alam dipermukaan bumi. Pendekatan keruangan terdiri atas pendekata
topik, pendekatan aktivitas manusia, dan pendekatan regional.
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertolak dari permasalahan tentang
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Analisis dilakukan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
What ? struktur ruang apa?
Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?
When? Kapanstruktur ruang tersebut dapat terbentuk seperti itu?
How? Bagaimana proses terbentuknya struktur ruang tersebut?
Who suffers what dan who benefits what? Bagaimana struktur ruang tersebut dapat
didiayagunakan sedmikian rupa untuk kepentingan manusia?

Ada beberapa teori dalam pendekatan keruangan ini, diantaranya adalah teori difusi,yaitu
mencoba menelaah perjalaran atau pemekaran fenomena dalam ruang dan dimensi waktu
tertentu.Tipe difusi antara lain:

Difusi Ekspansi (Expansion diffusion), yaitu suatu proses dimana informasi, material
dan sebagainya menjalar melalui suatu populasi,dari suatu daerah ke daerah lain.
Difusi penampungan (Relocation diffusion), merupakan proses yang sama dengan
persebaran keruangan dimana informasi atau material yang didifusikan meninggalkan
daerah yang lama dan berpindah atau ditampung di daerah yang baru.

20
Difusi Kaskade (cascade diffusion) yaitu, proses penjalaran atau penyebaran fenomena
melalui beberapa tingkat atau hierarki.

2. Pendekatan lingkungan/ekologi (ecological approach)


Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang terjadi
pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan hubungan
kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut membentuk sistem
keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.Salah satu teori dalam pendekatan atau analisi
ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi berkenaan dengan interelasi antara
kehidupan manusia dan faktor fisik yang membentuk sistem keruangan yang
menghubungkan suatu region dengan region lainnya.Adapun ekologi, khususnya ekologi
manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dan lingkungan yang membentuk
sistem ekologi atau ekosistem.
Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan ketiga
lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.Dalam geografi lingkungan,
pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk memahami fenomena geofer.

3. Pendekatan analisis kompleks wilayah (regional complex approach)


Pendekatan kompleks kewilayahan merupakan kombinasi pendekatan keruangan dan
ekologi.Pendekatan kompleks kewilayahan mengkaji karakteristik fisik maupun sosial
dari fenomena yang terjadi dipermukaan bumi yang berbeda antara suatu wilayah dengan
wilayah lainnya.Oleh karena itu pendekatan ini lebih menekankan pada perbedaan
wilayah, yaitu dalam peramalan suatu wilayah dan perancangan wilayah merupakan
aspek-aspek dalam analisis kompleks wilayah.

PENDEKATAN GEOGRAFI
Sebagai suatu disiplin ilmu, geografi mempelajari suatu system alam yang terdiri atas
bagian-bagian yang saling terkait. Aliran energi dalam suatu sistem menghasilkan
perubahan. Perubahan yang berkesinambungan akan menghasilkan suatu bentuk
keseimbangan sistem.
Suatu sistem mempunyai tiga bagian yang berbeda, yaitu bagian komponen, bagian input,
dan bagian output. Salah satu contoh sistem sederhana yang banyak diketahui dan dikenal
luas adalah sistem hi-fi. Suatu sistem hi-fi tersusun dari beberapa komponen seperti
amplifier, speaker, radio, tape, dan pemutar ”Compact Disk” (CD). Ketika kita
menghubungkan sistem hi-fi dengan aliran listrik dan menghidupkannya, energi listrik
mengalir melalui system serta menghidupkan seluruh komponen. Aliran energi ini
disebut dengan input, sedangkan outputnya adalah musik yang kita dengar.
Pada sistem yang berfungsi baik, seluruh komponen harus tersambung bersama. Planet
Bumi yang mempunyai banyak komponen dapat dilihat sebagai sistem yang kompleks
dan sangat besar. Di dalam sistem Bumi, input adalah energi yang datang dari Matahari
dan juga energi yang berasal dari dalam Bumi, seperti tenaga tektonik. Output adalah
perubahan konstan yang dapat dilihat di sekitar kita dalam lingkungan fisik dan manusia,
seperti panas serta hujan.
Sistem Bumi memang suatu sistem yang kompleks, sehingga cara terbaik untuk
mempelajarinya dengan memahami setiap komponen-komponennya dengan berbagai
pendekatan dalam geografi. Inilah geografi dari sudut pendekatan sistem. Pendekatan ini

21
terus mengalami perkembangan hingga masa geografi modern.
Dalam geografi modern yang dikenal dengan geografi terpadu (Integrated Geography)
digunakan tiga pendekatan atau hampiran. Ketiga pendekatan tersebut, yaitu analisis
keruangan, kelingkungan atau ekologi, dan kompleks wilayah.

1. Pendekatan Keruangan
Dari namanya dapat ditangkap bahwa pendekatan ini akan menekankan pada keruangan.
Pendekatan ini mendasarkan pada perbedaan lokasi dari sifat-sifat pentingnya seperti
perbedaan struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan terkait dengan elemen
pembentuk ruang yang berupa kenampakan titik, garis, dan area. Sedangkan pola
keruangan berkaitan dengan lokasi distribusi ketiga elemen tersebut. Distribusi atau
agihan elemen geografi ini akan membentuk pola seperti memanjang, radial, dan
sebagainya. Nah, proses keruangan sendiri berkenaan dengan perubahan elemen
pembentuk ruang. Ahli geografi berusaha mencari faktor-faktor yang menentukan pola
penyebaran serta cara mengubah pola sehingga dicapai penyebaran yang lebih baik,
efisien, dan wajar. Analisis suatu masalah menggunakan pendekatan ini dapat dilakukan
dengan pertanyaan 5W 1H seperti berikut ini.

a. Pertanyaan What (apa), untuk mengetahui jenis fenomena alam yang terjadi.
b. Pertanyaan When (kapan), untuk mengetahui waktu terjadinya fenomena alam.
c. Pertanyaan Where (di mana), untuk mengetahui tempat fenomena alam berlangsung.
d. Pertanyaan Why (mengapa), untuk mengetahui penyebab terjadinya fenomena alam.
e. Pertanyaan Who (siapa), untuk mengetahui subjek atau pelaku yang menyebabkan
terjadinya fenomena alam.
f. Pertanyaan How (bagaimana), untuk mengetahui proses terjadinya fenomena alam.

Salah satu contoh kasus fenomena atau gejala alam adalah gempa bumi di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Jawa Tengah, pada tanggal 27 Mei 2006. Gempa bumi merupakan suatu fenomena
alam yang sangat merugikan
manusia. Analisis peristiwa gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa
Tengah, dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut.

a. Apa fenomena alam yang terjadi?


Gempa bumi
b. Kapan terjadinya?
27 Mei 2006.
c. Di mana terjadi gempa bumi tersebut?
Sebagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
d. Mengapa terjadi peristiwa itu?
Peristiwa tersebut terjadi karena adanya pergerakan lempeng tektonik.
e. Siapa atau apa yang menyebabkannya?
Adanya tumbukan antara dua lempeng tektonik.
f. Bagaimana gempa bumi itu dapat terjadi?
Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik yang terus bergerak. Ketiga lempeng

22
tersebut adalah lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Lempeng tersebut terus
bergerak. Apabila terjadi tumbukan lempeng mengakibatkan gempa bumi. Peristiwa
gempa bumi di Yogyakarta terjadi karena tumbukan lempeng Indo-Australia dan Eurasia.
Tumbukan tersebut menyebabkan lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng
Eurasia di zona subduksi.
Nah, dengan cara seperti ini kamu bisa menganalisis suatu gejala alam yang terjadi di
sekitar wilayahmu. Bahkan bencana alam yang akhir-akhir ini mendera bangsa kita.
Sebagai perbandingan, kamu akan diberikan satu contoh lagi mengenai penggunaan
pendekatan ini dalam analisis masalah geografi yang lain, yaitu analisis terjadinya banjir
di Jakarta. Untuk kesekian kali Jakarta banjir lagi. Yang paling akhir, bencana ini terjadi
tanggal 1 Februari 2007. Banjir ini hampir merendam sebagian Jakarta. Tahap pertama
penerapan pendekatan keruangan dilakukan dengan melihat struktur, pola, dan proses
keruangan di wilayah-wilayah sekitar Jakarta, seperti Bogor, kawasan puncak, dan
Cianjur. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena alam seperti kawasan hulu sungai.
Setelah itu, pada tahap kedua ilakukan zonasi berdasarkan karakteristik kelerengannya,
misalnya curam, agak landai, dan datar. Tahap ketiga ditinjau ketepatan pemanfaatan
lahan di tiap-tiap zona. Studi aspek fisik ini perlu ditambahkan dengan karakteristik
penduduk di wilayah tersebut, seperti mata pencahariannya, tingkat pendidikan,
keterampilan yang dimiliki serta kebiasaannya. Melalui informasi ini dapat ditemukan
keterkaitan antara kondisi alam dan manusia dengan terjadinya banjir. Pada akhirnya,
dapat dirumuskan upaya penanggulangannya.

2. Pendekatan Kelingkungan atau Ekologi


Pendekatan ini tidak hanya mendasarkan pada interaksi organisme dengan lingkungan,
tetapi juga dikaitkan dengan fenomena yang ada dan juga perilaku manusia. Karena pada
dasarnya lingkungan geografi mempunyai dua sisi, yaitu perilaku dan fenomena
lingkungan. Sisi perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan gagasan dan
kesadaran lingkungan. Interelasi keduanya inilah yang menjadi cirri khas pendekatan ini.
Menggunakan keenam pertanyaan geografi, analisis dengan pendekatan ini masih bisa
dilakukan. Nah, perhatikan contoh analisis mengenai terjadinya banjir di Sinjai berikut
dan kamu akan menemukan perbedaannya dengan pendekatan keruangan. Untuk
mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan
sebagai berikut.
a. Identifikasi kondisi fisik yang mendorong terjadinya bencana ini, seperti jenis tanah,
topografi, dan vegetasi di lokasi itu.
b. Identifikasi sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola alam di lokasi tersebut.
c. Identifikasi budi daya yang ada kaitannya dengan alih fungsi lahan.
d. Menganalisis hubungan antara budi daya dan dampak yang ditimbulkannya hingga
menyebabkan banjir.
e. Menggunakan hasil analisis ini mencoba menemukan alternative pemecahan masalah
ini.

3. Analisis Kompleks Wilayah


Analisis ini mendasarkan pada kombinasi antara analisis keruangan dan analisis ekologi.
Analisis ini menekankan pengertian
”areal differentiation” yaitu adanya perbedaan karakteristik tiap-tiap wilayah. Perbedaan

23
ini mendorong suatu wilayah dapat berinteraksi dengan wilayah lain. Perkembangan
wilayah yang saling berinteraksi terjadi karena terdapat permintaan dan penawaran.
Contoh analisis kompleks wilayah diterapkan dalam perancangan kawasan permukiman.
Langkah awal, dilakukan identifikasi wilayah potensial di luar Jawa yang memenuhi
persyaratan minimum, seperti kesuburan tanah dan tingkat kemiringan lereng. Langkah
kedua, identifikasi aksesibilitas wilayah. Dari hasil identifikasi ini dirumuskan rancangan
untuk jangka panjang dan jangka pendek untuk pengembangan kawasan tersebut.

Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan
peristiwa peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang fisik maupun yang menyangkut
makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatnn keruangan, ekologi, dan
regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan. Konteks
geografi ternyata membicarakan dan membahas tentang aspek kehidupan manusia
dengan segala perilakunya serta gejala fisik yang terjadi dalam rulIng stall.
Pengertian ruang merupakan suatu tempat yang mewujudkan keberadaan dirinya yang
bersifat fisik ataupun yang bersifat hubungan-hubungan sosial serta memiliki perbedaan
dan persamaan aspek kehidupan yang ads dalam ruang tersebut. Ruang mencerminkan
adanya hubungan fungsional antara gejala obyek-obyek yang ada dalam ruang itu sendiri.
Sebab itulah diperlukan analisis keruangan dalam rangka mengkaji gejala-gejala yang
mill dalam rlmng (space). Space terdiri dari: (1) physical space dan (2) social space.
Dalam hal mengkaji perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang ada dalam
ruang dengan segala obyeknya merupakan tugas geografi.

PENDEKATAN GEOGRAFI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

Oleh : DR. Djoko Harmantyo, MS

Staf Pengajar Departemen Geografi FMIPA-UI

Pengantar

Tulisan ini disusun untuk memenuhi permintaan Panitia Penyelenggara Pelatihan


Peningkatan Kompetensi Guru Geografi Dalam Persiapan Sertifikasi Guru. Oleh karena
itu tulisan ini disusun sedemikian rupa di samping memuat konsep berpikir logis dan
rasional serta landasan teoritis juga disampaikan bagaimana metode mengajar Geografi
pada tingkat pendidikan sebelum memasuki dunia perguruan tinggi. Materi tulisan
disampaikan sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh para peserta pelatihan
dengan asumsi para peserta adalah guru yang mengajar pelajaran Geografi.

PENDAHULUAN

24
Bidang ilmu Geografi pada dasarnya mempelajari berbagai komponen fisik muka bumi,
mahluk hidup (tumbuhan, hewan dan manusia) di atas muka bumi, ditinjau dari
persamaan dan perbedaan dalam perspektif keruangan yang terbentuk akibat proses
interaksi dan interrelasinya. Untuk mempermudah mempelajarinya, berbagai persoalan
keruangan (spatial problems) dirumuskan dalam rangkaian pertanyaan : Apa jenis
fenomenanya? Kapan terjadinya? Di mana fenomena tersebut terjadi? Bagaimana dan
kenapa fenomena tersebut terjadi di daerah tersebut dan tidak terjadi di daerah lainnya?

Fenomena keruangan, atau fenomena geografis, baik tentang aspek fisik maupun aspek
non-fisik serta interaksi dan interrelasi ke duanya, dalam proses belajar mengajar dapat
dimulai dari yang paling sederhana seperti lokasi sekolah, lokasi pasar, kantor kelurahan
atau kantor puskesmas, atau lokasi banjir, longsor, gempa bumi, dapat diungkap melalui
pertanyaan bagaimana dan kenapa “ada” di tempat tersebut sedang di tempat lain tidak?
Selanjutnya, adanya perbedaan kepadatan penduduk di wilayah perdesaan dan wilayah
perkotaan, adanya perubahan pola penggunaan tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup
penduduk sebagai contoh adanya peranan manusia dalam perubahan fisik muka bumi
(mans role in changing the face of the earths).

Fenomena keruangan saat ini yang menjadi issue global seperti konflik wilayah
perbatasan antar Negara, terbentuknya ketimpangan ekonomi Negara Negara di dunia
(ada yang sangat kaya dan sangat miskin), dampak perkembangan teknologi informasi
yang bersifat “tanpa batas” (borderless) sebagai tantangan geograf di seluruh dunia untuk
merespon bahwa “the end of Geography” adalah tidak terjadi. Interaksi dan interrelasi

(*) Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Geografi Dalam
Persiapan Sertifikasi Guru yang diselenggarakan oleh Ikatan Geograf Indonesia (IGI)
bekerjasama dengan Depdiknas di Bandung tanggal 15-18 Nopember 2006.

(**) Staf Pengajar Departemen Geografi FMIPA-UI dan Ketua III IGI Pusat.

antar ruang muka bumi masih nyata dengan adanya issue mengglobalnya penyakit
menular yang mematikan seperti kasus penyakit SARS, kolera tahun 60-an, HIV Aids
atau kekawatiran dunia saat ini terhadap issue penyakit Avian Influensa atau Flu burung
yang memiliki kecenderungan terjadi pandemic.

Sebagaimana bidang ilmu lain, ilmu Geografi juga memiliki alat ukur keruangan seperti
jarak antar dua tempat, baik dalam satuan panjang, satuan nilai ekonomi dan satuan
waktu, dan satuan luas (biasanya diekspresikan dalam bidang datar) dalam hektar atau
km2, hasil perhitungan jumlah obyek, baik berdiri sendiri maupun dalam satuan luas
(kepadatan) atau dalam satuan ratio. Di samping disajikan dalam bentuk diagram, table
atau gambar profil, sarana penyajian informasi geografi paling efektif adalah dalam
bentuk peta karena sebuah peta dapat memberikan penjelasan fenomena geografis dalam
perspektif keruangan. Oleh karena keterbatasan media penyajian ruang muka bumi ke
dalam bidang datar maka sebuah peta mensyaratkan adanya skala peta. Kita mengenal
istilah skala kecil dan skala besar sesuai dengan tingkat informasi yang akan dihasilkan.
Semakin besar skala peta maka informasi atau data yang dihasilkan semakin detil dan

25
sebaliknya. Skala peta sangat tergantung pada tujuan pengguna peta. Teknik membuat
peta dipelajari dalam Kartografi sebagai salah satu pelajaran inti dalam Geografi. Dengan
adanya kemajuan teknologi computer saat ini dikenal teknologi GIS atau Sistem
Informasi Geografi yang mampu menghasilkan sebuah peta relative secara lebih cepat
dan akurat. Teknologi GIS juga dapat digunakan sebagai alat bantu analisis geografis.

Secara teoritis, dalam menelaah suatu persoalan keruangan, Geografi memiliki tiga
pendekatan utama yaitu (1) analisis spasial, (2) analisis ekologis dan (3) analisis komplek
regional sebagai gabungan dari pendekatan (1) dan (2). Pendekatan ke tiga merupakan
cara yang lebih tepat digunakan untuk menelaah fenomena geografis yang memiliki
tingkat kerumitan tinggi karena banyaknya variable pengaruh dan dalam lingkup multi
dimensi (ekonomi, social, budaya, politik dan keamanan). Salah satu contoh adalah telaah
tentang pengembangan wilayah.

PENGEMBANGAN WILAYAH

Kegiatan pengembangan wilayah adalah suatu kegiatan yang memiliki dua sifat yaitu
sifat akademis dan sifat birokratis dalam mengelola wilayah. Sifat akademis biasanya
menggunakan istilah “seyogyanya” dan sifat terapan biasanya menggunakan istilah
“seharusnya”. Dengan demikian, pendekatan geografi, dalam tulisan ini, dapat digunakan
dan dapat pula tidak digunakan dalam kegiatan pengembangan wilayah tergantung
kemauan politis pemegang kekuasaan. Suatu pendekatan yang sudah dipilih dan
diputuskan oleh pengambil keputusan politis maka “harus” dilaksanakan oleh para
pelaksana di lapangan dan “tidak boleh” menggunakan yang lain. Produk politik seperti
itu biasa disebut Undang Undang atau berbagai peraturan lainnya. Tulisan ini mencoba
melakukan elaborasi sistim pembangunan yang berlaku saat ini dengan menggunakan
pendekatan geografi.

Berbeda dengan sistim pembangunan pada era orde baru yang bertitik tolak dari GBHN
yang berisi garis besar rencana pembangunan yang ditetapkan oleh MPR, sistim
pembangunan pada era reformasi saat ini bertolak dari Program Pembangunan Nasional
(Propenas) yang berisi rencana pembangunan (lima tahun) yang disusun oleh Presiden
yang dipilih secara langsung oleh rakyat dan setelah mendapatkan persetujuan dari DPR.
Saat ini, pemerintah (pemerintah pusat) dan pemerintah daerah, dalam melaksanakan
pembangunan mengacu pada UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
atau dikenal dengan UU Otonomi Daerah sebagai amandemen dari UU nomor 22 dan 25
tahun 1999. Di samping itu berbagai UU lainnya seperti UU nomor 33 tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, UU
nomor 25 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU nomor 2 tahun 1992
tentang Rencana Tata Ruang, UU nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan UU
lainnya yang telah mendapatkan persetujuan DPR-RI digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan pembangunan.

Namun demikian pada prakteknya sistim pembangunan saat ini tidak berbeda dengan
masa yang lalu karena masih menggunakan istilah pembangunan sektoral dan
pembangunan daerah. Bidang pembangunan dijabarkan dalam sector, program dan

26
proyek pembangunan. Proyek merupakan jenjang terrendah dari hirarki istilah dalam
pembangunan dan pada tahap ini pelaksanaannya membutuhkan “dana” dan “tanah”. Dan
dapat dimengerti, hasil pelaksanaan dari proyek pembangunan tahap inilah yang akan
merubah kualitas lingkungan hidup, apakah semakin baik atau sebaliknya malah banyak
menimbulkan masalah baru bagi masyarakat.

Konsepsi pembangunan wilayah pada dasarnya adalah pembangunan proyek proyek


berdasarkan hasil analisa data spasial (Sandy dalam Kartono, 1989). Karena yang
disajikan adalah fakta spasial maka ketersediaan peta menjadi mutlak diperlukan. Karena
keseluruhan proyek berada di tingkat kabupaten/kota maka pemerintah kabupaten/kota
mutlak perlu menyiapkan peta peta fakta wilayah dalam tema tema yang lengkap. Dalam
lingkup pekerjaan inilah antara lain dituntut peran aktif para ahli geografi.

Pengwilayahan data spasial untuk menetapkan proyek pembangunan disebut wilayah


subyektif, sedang wilayah yang ditetapkan untuk suatu bidang kehidupan sebagai tujuan
pembangunan (penetapan wilayah pembangunan) disebut wilayah obyektif. Implementasi
wilayah pembangunan pada umumnya tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Produk akhir dari analisis data spasial disebut “wilayah geografik” sedang cakupan ruang
muka bumi yang dianalisis disebut “area/geomer/daerah”.

Saat ini semakin dapat dirasakan bahwa perkembangan suatu daerah tertentu tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh daerah sekitarnya mulai dari daerah tetangga sampai daerah
yang lebih jauh jaraknya bahkan pengaruh dari bagian bumi lainnya. Dampak globalisasi
telah membuktikan hal itu. Oleh karena itu, wilayah sebagai system spasial dalam
lingkup kegiatan pengembangan wilayah merupakan subsistem spasial dalam lingkup
yang lebih luas. Sebuah kabupaten/kota, dalam kegiatan pengembangan wilayah, di
samping menganalisis data spasial kabupaten/kota yang bersangkutan, juga perlu
memperhatikan paling tidak bagaimana perkembangan daerah sekitarnya (interregional
planning). Sebuah kabupaten/kota tidak dapat hidup sendiri dan oleh karena itu perlu
mengadakan kerja sama dengan daerah tetangganya.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, suatu proyek pembangunan daerah


dilaksanakan pada tingkat kabupaten/kota sebagai unit terrendah dalam hirarki
pembangunan. Proyek terkait dengan jenisnya dan dananya. Setelah jenis dan dananya
disediakan maka tahap berikutnya adalah menetapkan di bagian mana dari daerah
kabupaten/kota proyek tersebut akan dilaksanakan. Ada beberapa cara untuk menetapkan
proyek pembangunan. Cara penetapan proyek biasanya dilakukan, pada tahap awal,
melalui suatu kajian akademis antara lain berdasarkan pendekatan geografi, pendekatan
ekonomi dan lainnya.

Pendekatan geografi dilakukan melalui tahapan penetapan masalah, pengumpulan data


dan analisis data mulai dari kegiatan penyaringan, pengelompokan, klasifikasi data,
kegiatan pengwilayahan, korelasi dan analogi. Oleh karena adanya keragaman berbagai
masalah yang dihadapi masyarakat, berdasarkan kemampuan keuangan pemerintah dan
skala waktu pelaksanaan, disusun skala prioritas proyek.

27
Hasil korelasi secara spasial (tumpang tindih atau overlay peta wilayah) dapat ditunjukan
masalah apa sebagai prioritas proyek dan di mana lokasi proyek tersebut dilaksanakan.
Dalam pelaksanaanya, pendekatan geografi tidaklah sesederhana itu.

Beberapa cara lain untuk menetapkan proyek pembangunan dapat disebutkan antara lain
dengan menerapkan teori Economic Base, Multiplier Effect yang berkaitan dengan teori
input-output dan penerapan teori lokasi,(Location Theory), teori pusat (Central Place
Theory) dan penerapan teori Kutub Pengembanngan (Growth Pole Theory). .

Teori Lokasi. Paling tidak ada tiga hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
menetapkan lokasi proyek pembangunan yaitu

(1) pengeluaran terrendah

(2) jangkauan pemasaran dan

(3)keuntungan tertinggi.

Teory Pusat Pelayanan. Pola ideal yang diharapkan terbentuk, asumsi homogin dalam hal
bentuk medan, kualitas tanah dan tingkat ekonomi penduduk serta budayanya, Christaller
menyajikan bentuk pola pelayanan seperti jejaring segi enam (hexagonal). Bentuk pola
pelayanan hexagonal ini secara teoritis mampu memperoleh optimasi dalam hal efisiensi
transportasi, pemasaran dan administrasi (Haggett, 2001).

Teori Kutub Pertumbuhan. Berbeda dengan Christaller yang berlatar belakang ahli
Geografi, teori Kutub Pertumbuhan diprakarsai dan dikembangankan oleh para ahli
ekonomi. Teori ini melahirkan konsep ekonomi seperti konsep Industri Penggerak
(leading industry), konsep Polarisasi dan konsep penularan (trickle atau spread effect).
Beberapa kelemahan penerapan cara cara di atas dalam penetapan proyek pembangunan
dihadapkan pada factor politis pengambil kebijakan di tingkat kabupaten/kota utamanya
pada era otonomi daerah saat ini, factor ketersediaan dana dan bidang tanah tempat
dilaksanakannya proyek tersebut. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pendekatan
geografi menjadi factor kunci dalam kegiatan penetapan proyek pembangunan
berdasarkan penetapan prioritas secara tepat.

PENUTUP

Pendekatan geografi dalam pengembangan wilayah paling tidak menggabungkan dua hal
yang berbeda dalam substansi analisis yaitu domain akademik dan domain birokratik.
Pendekatan geografi yang telah diuraikan di atas adalah suatu pendekatan akademis yang
bersifat logis dan rasional karena obyek terapannya dalam konteks ruang muka bumi
yang karena sifatnya disebut wilayah. Oleh karena itu peta menjadi instrument dasar, baik
pada tahap awal maupun akhir dari kegiatan pengembangan wilayah.

Secara sederhana, karena contoh pengembangan wilayahnya di Indonesia, usaha untuk


memperoleh hasil/manfaat yang lebih baik dari kegiatan pengembangan atau

28
pembangunan suatu “wilayah” selalu berorientasi pada kehendak pemegang kedaulatan
atas wilayah yang dimaksud yaitu rakyat yang diekspresikan dalam perangkat UU.
Karena pada dasarnya kegiatan pengembangan wilayah diarahkan untuk sebesar besarnya
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, lahir dan batin, argument dari sudut pandang
ekonomi, social budaya dan keamanan tidak dapat diabaikan dalam pengembangan
wilayah.

Para peserta pelatihan diharapkan dapat menularkan esensi tulisan ini kepada para murid
sekolah, dengan cara sederhana sesuai tingkat sekolahnya, dengan menggunakan kata
kunci : location, place dan space, sebagai alat bantu menjelaskan berbagai fenomena
geografis dalam perspektif keruangan.

BAHAN BACAAN

Haggett, 2001; “Geography. A Global Synthesis”. Pearson Education Ltd, Prentice


Hall,NY.

Sandy, IM dalam Kartono, 1989; “ Esensi Pembangunan Wilayah dan Penggunaan Tanah
Berencana” Departemen Geografi FMIPA-UI Jakarta.

Undang Undang Otonomi Daerah, 2005,Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Geografi Regional, 2005; Kumpulan Bahan Kuliah Program Pasca sarjana Ilmu Geografi
Departemen Geografi FMIPA-UI .

Pendekatan Geografi dalam Pengelolaan Wilayah

Beberapa waktu lalu, banjir menggenangi beberapa daerah yang termasuk dalam DAS
Bengawan Solo. Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, Jawa Tengah
dan Jawa Timur mengejutkan berbagai pihak dan masyarakat karena luapannya yang
sangat luas telah menggenangi wilayah di beberapa kabupaten, mulai dari Sukoharjo,
Solo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik.

29
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah di daratan yang secara topografis
dibatasi oleh igir alam berupa punggung bukit/ perbukitan dan gunung/ pegunungan,
dimana wilayah tersebut berfungsi menampung air yang berasal dari presipitasi (curah
hujan) yang kemudian mengalirkannya melalui suatu sungai utama yang merupakan
single outlet.

Beberapa kalangan dan pakar berpedapat bahwa kerusakan ekositem DAS dan
sedimentasi Waduk Serbaguna Wonogiri-lah penyebab utama banjir. Sebenarnya jauh
hari sebelumnya, sudah muncul prediksi atau dugaan dari para pakar bahwa usia waduk
tidak akan lebih dari 20 – 30 tahun ‘jika’ kondisi sedimentasi akibat erosi lahan di daerah
tangkapan waduk dibiarkan terus menerus. Sementara itu pada awal pembuatan Waduk
Serbaguna Wonogiri diharapan usia waduk dapat mencapai 100 tahun. Prediksi para
pakar tersebut sangatlah berlawanan dengan yang diharapkan sebelumnya. Pada
kenyataannya kondisi sedimentasi yang terjadi sungguh diluar prediksi, anak-anak
Bengawan Solo di daerah hulu, utamanya di daerah tangkapan airnya telah membawa
banyak material sedimen yang tersuspensi pada air yang dialirkannya. Sungai Keduang
dilansir sebagai penyumbang terbesar sedimen di Waduk Wonogiri. Banyaknya muatan
sedimen pada aliran Sungai Keduang tersebut berkaitan dengan semakin tingginya
tingkat erosi yang terjadi akibat maraknya konversi penggunaan lahan dan pola
pengelolaan lahan pertanian yang belum mengindahkan konsep dan arahan konservasi
tanah.

30
Ada beberapa faktor penyebab degradasi fungsi hidrologis dan degradasi lahan DAS
Bengawan Solo, diantaranya :

1.Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Misalnya, daerah yang
diperuntukkan sebagai kawasan lindung dialihfungsikan menjadi lahan budidaya,

31
kawasan penyangga dialihfungsikan menjadi lahan budidaya semusim dan kawasan
produksi dialihfungsikan menjadi permukiman. Kondisi seperti tersebut, sangatlah mudah
dijumpai di daerah hulu DAS Bengawan Solo.

2Pola penggunaan lahan belum menyesuaikan dengan kemampuan dan kesesuaian lahan.
Lahan yang semestinya hanya untuk kawasan budidaya tahunan dipakai sebagai lahan
budidaya tanaman semusim atau bahkan dipergunakan sebagai permukiman. Lahan
dengan kemiringan lereng >30% masih difungsikan sebagai lahan pertanian intensif dan
dipergunakan juga sebagai lokasi permukiman.

3 Perlakuan terhadap lahan belum memenuhi kaidah-kaidah konservasi lahan. Kaidah-


kaidah konservasi lahan sangatlah dipengaruhi oleh faktor geografis atau lokasi dimana
lahan tersebut berada. Pengelolaan dan teknik konservasi dari suatu lokasi akan berbeda
dengan lokasi yang lainnya, hal ini tergantung pada kondisi tanah, topografi, penggunaan
lahan, iklim dan geologi dari lahan yang bersangkutan.

4.Tekanan penduduk atas lahan yang dipicu oleh pertumbuhan penduduk yang cukup
pesat. Pertumbuhan penduduk berarti pertambahan kebutuhan akan pangan dan
permukiman, dua hal tersebut akan memicu intensifikasi dan ekstensifikasi penggunaan
lahan. Daerah tangkapan air disekitar lereng Gunung Merapi dan Gunung Lawu
merupakan lahan yang sangat subur dan mempunyai daya tarik keindahan pariwisata
sehingga menjadi faktor penarik bagi manusia untuk mengembangkan pemukiman dan
pertanian di daerah tersebut.

5. Belum ada peraturan yang mengatur dan mengikat secara jelas mengenai konservasi
tanah dan air, sehingga masyarakat sebagai agen pengguna lahan diharuskan menerapkan
usaha konservasi tanah dan air secara memadai pada setiap lahan yang digunakannya.

32
Dalam pengelolaan DAS, secara garis besar, sumberdaya alamnya dapat dipilahkan
menjadi dua sumberdaya alam utama, yaitu sumberdaya lahan dan sumberdaya air.
Dalam prakteknya, pengelolaan kedua sumberdaya tersebut tidak dapat dipisahkan,
namun harus terpadu, karena suatu kegiatan/ usaha pengelolaan salah satu sumberdaya
tersebut akan berdampak pada sumberdaya yang lain.

Secara keruangan, karakteristik DAS dapat diklasifikasikan menjadi 3 wilayah, yaitu


daerah hulu, daerah tengah dan daerah hilir. Tiap keruangan dari DAS tersebut
mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda, sehingga dalam usaha pengelolaan
dan pemanfaatannya pun akan berbeda. Daerah hulu dari suatu DAS berfungsi sebagai
kawasan lindung dan tangkapan air bagi keseluruhan wilayah DAS. Daerah tengah dari
suatu DAS berfungsi sebagai kawasan penyangga, sedangkan daerah hilir dari suatu DAS
berfungsi sebagai kawasa budidaya.

Dalam konsep DAS berlaku hukum sebab akibat yang mengalir dari atas ke bawah, oleh
karena itu rusaknya daerah hulu (atas) dan tengah tentunya akan berdampak pada
kelestarian wilayah dibawahnya (hilir). Daerah hulu sebagai kawasan lindung
mempunyai nilai dan fungsi penting dalam menangkap dan menyimpan air, karena itu
terjadinya perubahan tata air di daerah hulu akan berdampak di daerah hilir dalam bentuk
perubahan fluktuasi debit air, volume dan tranportasi sedimen serta material yang
tersuspensi dalam sistem aliran airnya. Dalam interaksi antar ruang antara daerah hulu
dan hilir, keduanya mempunyai keterkaitan dalam hal daur hidrologi. Mengingat
pentingnya fungsi daerah hulu dalam sistem tata air suatu DAS, maka daerah hulu harus
menjadi salah satu fokus perhatian.

Dalam suatu pembangunan berwawasan lingkungan, maka dalam pendekatannya juga


harus menggunakan sistem satuan wilayah yang mengacu pada ruang/ ekosistem
lingkungan. DAS sebagai sebuah ruang (space) dan ekosistem seharusnya sudah mulai
digunakan sebagai pendekatan dalam pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan karena DAS memiliki fungsi sebagai berikut :

Fungsi keruangan, karena DAS mempunyai ke-khas-an karakteristik dan batas-batas fisik
dan yang jelas. Didalamnya terdapat berbagai komponen yang berinteraksi sehingga
membentuk sistem terpadu sebagai satu kesatuan ekosistem.
Fungsi hidrologi, karena didalamnya terdapat siklus hidrologi dan proses-proses

33
ikutannya.
Fungsi pembangunan, karena DAS dapat digunakan sebagai satuan wilayah
pembangunan dimana pengelolaannya untuk kesejahteraan masyarakat di dalamnya.
Sistem pewilayahan yang sudah ada, dimana batas administrasi selalu dijadikan batas
pemisah, tidak akan berhasil untuk mengelola ruang dan ekosistem yang notabene bukan
ruang administratif. Sistem pewilayahan yang sudah ada tidaklah harus dirubah, akan
tetapi sistem dan pola koordinasi antar wilayah didalam DAS-lah yang harus dibenahi.
Akan selalu diperlukan kemauan dan itikad baik dari berbagai pihak demi ruang hidup
yang lebih baik untuk kemaslahatan bersama.

1. Pendekatan Keruangan

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial
pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur,
pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen
penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk
utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line
features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan
susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. What? Struktur ruang apa itu?

2. Where? Dimana struktur ruang tersebut berada?

34
3. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?

4. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?

5. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?

6. Who suffers what dan who benefits what?

Bagaimana struktur Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk


kepentingan manusia.

Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan
kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.

2. Pendekatan kelingkungan

Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang terjadi


pada lingkungan.Pendekatan ekologi dalam geografi berkenaan dengan hubungan
kehidupan manusia dengan lingkungan fisiknya.Interaksi tersebut membentuk sistem
keruangan yang dikenal dengan Ekosistem.Salah satu teori dalam pendekatan atau analisi
ekologi adalah teori tentang lingkungan.Geografi berkenaan dengan interelasi antara
kehidupan manusia dan faktor fisik yang membentuk sistem keruangan yang
menghubungkan suatu region dengan region lainnya.Adapun ekologi, khususnya ekologi
manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dan lingkungan yang membentuk
sistem ekologi atau ekosistem.

Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan ketiga
lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.Dalam geografi lingkungan,
pendekatan kelingkungan memiliki peranan penting untuk memahami fenomena geofer.
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada.
Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan
antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan:

(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan
manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta
kesadaran akan lingkungan.

Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut.
Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior

35
environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku
mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan.
Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu
lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan
nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan
pengetahuan lingkungan alam manusianya.

Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan
dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup
produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada
wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri
khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu
menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut.

Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.


Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan
tindakan sebagai berikut.

(1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor.
Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi
jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.

(2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola
alam di lokasi tersebut.

(3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan


hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).

(4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan

Pengertian Geografi

36
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani: geo berarti bumi dan graphein berarti
tulisan. Jadi, secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi. Oleh karena itu,
geografi sering juga disebut ilmu bumi. Akan tetapi, yang dipelajari dalam geografi
bukan hanya mengenai permukaan bum saja, melainkan juga berbagai hal yang ada di
permukaan bumi, di luar bumi, bahkan benda-benda di ruang angkasa pun turut menjadi
objek kajian geografi.
Dengan demikian, definisi singkat di atas perlu diperluas dan dilengkapi sehingga
mencakup semua hal yang dikaji dalam studi geografi. Berikut ini beberapa batasan atau
definisi dari beberapa pakar Geografi.

a. Geografi adalah disiplin ilmu yang berusaha untuk menguraikan dan


menginterpretasikan karakter variabel dari suatu tempat ke tempat lainnya di bumi
sebagai tempat kehidupan manusia (Hart Shorne, 1960).
b. Geografi adalah studi tentang lokasi dan tatanan fenomena pada permukaan bumi dan
proses-proses yang menyebabkan distribusi fenomena tersebut (Fielding, 1974).
c. Geografi adalah ilmu pengetahuan tentang perkembangan nasional dan pengujian
terhadap teori-teori yang menjelaskan dan memperkirakan distribusi spasial dan
lokasi berbagai karakteristik dari permukaan bumi (Yeates and Hagget, 1979).
d. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer
dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan
(Semlok 1988 dan Nursid Sumaatmaja, 1997).

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang
Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 2:30 AM 8 comments:
Label: adalah, Geografi, Kelas X, MA, SMA

Ilmu Penunjang Geografi

Ilmu yang menerangkan aspek fisik meliputi geografi matematik, geologi, geomorfologi,
meteorologi, oceanografi, dan sebagainya. Ilmu yang menerangkan aspek sosial seperti
antropologi, geografi ekonomi, geografi politik, dan sebagainya. Perhatikan bagan
berikut ini:

37
Bagan ilmu penujnajng Geografi
sumber : Wardiatmoko dan Bintarto, 2004

Penjelasan:
a. Aspek Fisik
1) Geografi matematik, yaitu astronomi (ilmu falak), ilmu yang objeknya mempelajari
benda-benda langit, bumi sebagai satelit, matahari sebagai bintang-bintang di langit.
2) Geologi, yaitu ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan, asal kejadian,
struktur, komposisi dan sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan), dan proses
alamiah yang membuat perkembangannya hingga sampai sekarang. Geologi meliputi
cabang-cabang ilmu sebagai berikut:
 Kristalografi, mineralogi, dan petrologi.
 Struktur geologi, dan geofisika.
 Stratigrafi dan historis geologi.
 Geologi fisik dan geomorfologi.
3) Geomorfologi, yaitu ilmu yang objeknya tentang bentuk-bentuk permukaan bumi dan
segala proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut. Proses yang dominan
adalah pelapukan dan erosi.
4) Meteorologi, yaitu ilmu yang objeknya mempelajari atmosfer, udara, cuaca, suhu,
angin, awan, hujan, radiasi, matahari, dan sebagainya.
5) Oceanografi, yaitu ilmu yang objeknya mempelajari perairan laut serta gerakannya,
pasang surut, arus, kedalaman, temperatur, kadar garam, dan nilai ekonomisnya. Juga
tentang geologi dasar laut dan sebagainya.

38
b. Aspek Sosial
1)Geografi sosial/sosiologi, ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial
termasuk perubahan sosial, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial, dan lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah
pengaruh timbal balik berbagai segi kehidupan bersama.
2)Geografi ekonomi (geografi sosial ekonomi), ilmu yang objeknya mempelajari
hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup untuk dapat mencapai kesejahteraan dalam hidupnya.
3) Geografi politik, ilmu yang objeknya mempelajari/studi tentang hubungan antara
daratan dan lautan dengan politik untuk tujuan politik luar negeri. Jadi, metode/cara
mempergunakan prinsip-prinsip geografi untuk meramalkan perkembangan politik
dunia.
4) Antropologi/antropogeografi, ilmu yang objeknya mempelajari tentang penyebaran
masyarakat bangsa-bangsa di bumi sehubungan dengan lingkungan geografi. Para
ahli menganggap antropogeografi sama dengan human geografi.
5) Biogeografi, ilmu yang objeknya mempelajari kehidupan/biosfer di muka bumi (di
darat, laut, dan udara).

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang
Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 2:28 AM 3 comments:
Label: aspek, Geografi, Kelas X, MA, SMA

Objek Studi Geografi

39
Objek studi geografi sangat luas, namun dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu atmosfer,
geosfer dan hidrosfer.

a. Atmosfer
Atmosfer atau ruang angkasa atau antariksa yang sangat menarik untuk dijadikan
penelitian. Ternyata di ruang angkasa penuh dengan benda-benda langit yang jumlahnya
tak terhingga (miliaran) dan mempunyai bentuk yang berbeda-beda.
Ada yang disebut bintang sejati (bintang tetap), planet (bintang beredar), komet
(bintang berekor), meteor (bintang beralih), bulan (satelit), planetoid (asteroid), dan
debu kosmis (debu udara).
Objek benda-benda langit diselidiki oleh ilmu astronomi. Keadaan cuaca, angin,
awan, hujan diselidiki oleh ilmu meteorologi. Keadaan iklim diselidiki oleh ilmu
klimatologi.

b. Geosfer
Kulit bumi itu keadaannya berlapis-lapis, lapisan yang paling luar tebalnya ± 40 km
yang terdiri atas lapisan sial (si – silica – al – aluminium) dan lapisan sima (si – silica –
ma – magnesium) terletak di bawahnya. Kedua lapisan ini disebut kerak bumi atau kulit
bumi (litosfer).
Lapisan di bawah kerak bumi adalah lapisan plastis, tebalnya ± 2.900 km, disebut
lapisan selubung atau mantel (misosfer). Lapisan di bawah mantel tebalnya ± 2.000 km
terdiri atas unsur besi cair disebut lapisan inti luar.
Lapisan di bawah inti luar adalah lapisan inti bumi yang terdiri atas unsur besi padat
dengan jari-jari ± 1.370 km, baik inti luar maupun inti dalam yang disebut barisfer.
Lapisan barisfer terdiri atas unsur nikel dan besi atau nife (niculum ferum). Mengenai
kejadian, struktur, dan komposisi batu-batuan kulit bumi diselidiki oleh ilmu geologi,
sedangkan sifat batu-batuannya diselidiki oleh ilmu geofisika.
Banyak sekali objek geosfer yang dipelajari Geografi antara lain sebagai berikut :
1) Tentang penyebaran makhluk hidup secara geografi baik flora maupun manusia.
2) Bentuk-bentuk muka bumi dan segala proses yang menghasilkan bentuk-bentuk
tersebut seperti terjadinya pegunungan, lembah, ngarai, jurang, dan dataran tinggi.
3) Tentang fosil-fosil serta bentuk-bentuk kehidupan pada zaman pra sejarah yang
terdapat pada lapisan bumi seperti fosil komodo dan gajah mamut.

40
4) Tentang penyebaran bangsa-bangsa dan adat-istiadat di muka bumi, ada ras kulit
putih, kulit hitam, kulit kuning, kulit merah, dan kulit sawo matang (cokelat).

c. Hidrosfer atau Perairan


Hidrosfer adalah perairan yang mengelilingi bumi berupa samudera, laut, sungai,
danau, gletser, air tanah, mata air, dan sebagainya. Perbandingan luas perairan dan luas
daratan bumi adalah 72 : 28.
Keadaan laut mengenai air serta gerakannya pasang surut, arus laut, dalamnya,
suhunya, kadar garamnya, dan nilai ekonomisnya diselidiki oleh oceanografi, sedangkan
hidrografi adalah ilmu yang mempelajari hubungannya dengan pencatatan survei,
pemotretan laut, danau, sungai, dan sebagainya.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang
Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 2:23 AM No comments:
Label: Geografi, Kelas X, MA, SMA

Tujuan Pembelajaran Geografi

Tujuan pembelajaran Geografi meliputi tiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.

a. Pengetahuan
1) Mengembangkan konsep dasar Geografi yang berkaitan dengan pola keruangan dan
proses-prosesnya.
2) Mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang, dan keterbatasannya
untuk dimanfaatkan.
c) Mengembangkan konsep dasar Geografi yang berhubungan denganlingkungan sekitar
dan wilayah negara/dunia.

b. Keterampilan
1) Mengembangkan keterampilan mengamati lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan
lingkungan binaan.

41
2) Mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data, dan informasi yang
berkaitan dengan aspek-aspek keruangan.
3) Mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan, dan hasil-hasil dari
interaksi berbagai gejala geografis.

c. Sikap
1) Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan fenomena geografi yang terjadi di
lingkungan sekitar.
2) Mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan
hidup.
3) Mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam hal pemanfaatan sumber
daya.
4) Mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan sosial dan budaya.
5) Mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang
Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 2:20 AM No comments:
Label: Geografi, Kelas X, MA, SMA

KONSEP GEOGRAFI DAN JENIS-JENISNYA

42
Gejala geografi di sekitar kita merupakan hasil keseluruhan interelasi keruangan faktor
fisis dengan faktor manusia. Menurut hasil studi gejala yang nyata tadi, dalam diri kita
akan terbentuk suatu pola abstrak yang kita kaji.

Pola abstrak dalam bentuk pengertian abstrak inilah yang disebut konsep. Karena pola
abstrak tersebut berkenaan dengan gejala yang konkret tentang geografi maka disebut
konsep geografi. Adapun jenis-jenis konsep geografi menurut N. Daldjoeni, yaitu
penghargaan budayawi terhadap bumi, konsep regional, pertalian wilayah, lokalisasi,
interaksi keruangan, skala wilayah, dan konsep tentang perubahan.

1. Penghargaan Budayawi Terhadap Bumi


Manusia pada masa yang berbeda-beda dalam sejarah menangkap dan menafsir
lingkungan alamnya berbeda-beda, menurut negerinya dan menurut pandangan hidupnya.
Misalnya pandangan religius dari orang Jawa terhadap laut selatan, pandangannya
terhadap hutan Roban (Pekalongan) yang keramat di masa dulu; sekarang hutan tersebut
digunduli. Sekarang kemajuan teknologi berjalan mengikuti perubahan pandangan
manusia terhadap lingkungan alam sebagai sumber daya. Penanganan manusia atas
sumber daya baik eksplorasi dan eksploitasi tergantung dari tingkat pendidikan,
kompetensi teknik, semangat kewiraswastaan, ikatan sosial, organisasi ekonomi,
stabilitas politik, dan kebijakan pemerintah.

2. Konsep Regional/Wilayah
Suatu wilayah dipandang memiliki homogenitas dalam hal bentuk bentang alamnya
(landscape) dan corak kehidupannya (mata pencarian, mentalitas penduduk). Misalnya
daerah Wonogiri selatan sebagai daerah kapur (karst). Kondisi di sana dapat mudah
digeneralisasikan: tanah tandus, penduduk miskin, gizi jelek, pola migrasi kuat, dan
pekerja keras yang bersemangat.

3. Ciri Khusus Keadaan Wilayah (Areal Coherence)


Hubungan antar unsur alam dalam suatu wilayah menghasilkan suatu proses yang
memberi ciri khusus kepada wilayah yang bersangkutan. Misalnya di daerah kabupaten
Boyolali, kombinasi yang menguntungkan antara keadaan curah hujan, suhu,
vegetasinya, jenis tanah, dan topografi menjadikan wilayah ini sebagai penghasil susu
dan daging ternak baik dari sapi maupun kambing.

4. Lokalisasi
Lokasi (location) adalah posisi pasti dalam ruang. Dalam Geografi lokasi mempunyai dua
makna, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.

“Lokasi absolut adalah lokasi di permukaan bumi yang ditentukan oleh sistem koordinat
garis lintang dan garis bujur, disebut juga lokasi mutlak. Contoh: Jalan Jenderal
Sudirman kapling 121 Jakarta. Lokasi absolut berguna untuk menentukan
fenomena/gejala dalam ruang di permukaan bumi atau dalam peta.

Lokasi relatif adalah lokasi sesuatu objek yang nilainya ditentukan oleh objek-objek lain
di luarnya. Contoh: Lokasi desa A jauh dari kota dan jauh dari jalan raya dibanding

43
lokasi desa B yang terletak dekat kota dan di pinggir jalan raya. Lokasi desa A lokasi
relatifnya lebih baik dibanding dengan desa B bila ditinjau dari nilai
aksesibilitas/keterjangkauannya. Lokasi relatif lebih penting dibanding lokasi absolut
dalam studi Geografi. Olah karenanya banyak mendapat perhatian (Suhardjo, 1999”

5. Interaksi Keruangan (Spatial Interaction)


Kekhususan suatu wilayah misalnya dalam hal hasil dapat mendorong berbagai bentuk
kerja sama dan saling tukar jasa dengan wilayah lain. Jadi, perbedaan wilayah mendorong
interaksi yang berupa pertukaran manusianya (migrasi), barangnya (perniagaan), dan
budayanya. Sehubungan itu lokasi yang sentral membawa banyak kemajuan, sebaliknya
lokasi yang menyendiri mengakibatkan keterpencilan dan kemunduran.

6. Skala Wilayah
Studi geografis dapat bersifat mikroskopis (wilayah sempit) dan dapat pula makroskopis
(wilayah luas). Kesimpulannya, yang berlaku bagi wilayah sempit dapatkah
digeneralisasikan bagi wilayah luas? Kadang-kadang dapat dan kadang-kadang tidak
dapat. Ini tergantung dari sifat kombinasi unsur-unsur alam lingkungan di sekitarnya dan
teknolgi.

7. Konsep Perubahan
Hal yang dipelajari tentang suatu wilayah, apakah yang berlaku pada waktu tertentu, yang
terbaru atau saat ini, tetapi kondisi saat ini adalah hasil dari proses yang berjalan lama
dari dulu, melalui aneka perubahan. Perubahan ada yang berjangka pendek dan ada yang
berjangka panjang. Iklim itu panjang jangkanya, tetapi cuaca dan musim jangkanya
pendek.

Dengan bekal tujuh konsep tersebut seorang geograf akan bekerja dari ruang permukaan
bumi tempat ia hidup. Pokok-pokok lainnya yang perlu dipahami oleh para geograf
adalah sebagai berikut :
a. Persebaran gejala-gejala di permukaan bumi.
b. Hubungannya dengan gejala lain di tempat atau wilayah yang bersangkutan.
c. Hubungan dengan gejala lain di tempat atau wilayah lain.
d. Efek satu atau lebih gejala yang di atas.
e. Bervariasinya gejala dari masing-masing tempat.
f. Mengapa gejala ada di tempat-tempat tertentu, tetapi di tempat lain tidak ada.
g. Pembauran gejala spatial.
h. Gerakan-gerakan gejala yang bertimbal balik.
i. Mengapa gejala munculnya tidak teratur.
j. Bentuk jaringan aneka gejala.
k. Kepadatan dan pengelompokan gejala.
l. Lokasi dan lokalisasi gejala.
m. Pembatasan adanya penduduk dan kegiatannya di suatu tempat.
n. Efek dari kegiatan di suatu tempat terhadap tempat lain.

44
Dengan memahami masing-masing pokok itu mereka yang mempelajari geografi diajak
untuk memahami hal-hal sebagai berikut:
a. Hubungan relasi manusia dengan bumi, dengan aneka keuntungannya maupun
hambatan bagi kehidupan.
b. Tingkat keterbatasan manusia dari ruang permukaan bumi tempat ia hidup.
c. Cara memecahkan berbagai masalahnya yang bertalian dengan ruang dan jarak.
d. Dengan bekal pemahaman itu semua diharapkan manusia mampu mengatur kondisi
permukaan bumi dan manfaatnya.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang
Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 2:17 AM 2 comments:
Label: Geografi, Kelas X, MA, manusia, SMA

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang
Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 2:14 AM No comments:
Label: Geografi, Kelas X, MA, SMA

Metode Pendekatan Geografi

Ruang lingkup geografi dapat dikatakan sangat luas. Metode pendekatan yang dapat
digunakan tidak lagi hanya dari aspek keruangannya saja, melainkan juga aspek sistem-
sistem lainnya. Ada beberapa pendekatan geografi menurut Nursid Sumaatmadja, yaitu :

1. Pendekatan Keruangan
2. Ekologi
3. Historis
4. Pendekatan Sistem
5. Pendekatan regional

Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)

45
Pendekatan keruangan merupakan metode pendekatan yang khas dalam geografi. Pada
pelaksanaan pendekatan keruangan ini harus tetap berdasarkan prinsip-prinsip yang
berlaku. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: prinsip penyebaran, interelasi, dan deskripsi,
sedangkan yang termasuk pendekatan keruangan, yaitu pendekatan topik, pendekatan
aktivitas manusia, dan pendekatan regional. Secara teoretis pendekatan itu dapat
dipisahkan satu sama lain, akan tetapi pada kenyataan praktisnya, berhubungan satu sama
lain.

a. Pendekatan Topik

Dalam mempelajari suatu masalah geografi di wilayah tertentu, kita dapat mengadakan
pendekatan dari topik tertentu yang menjadi perhatian utama. Misalnya di daerah
tertentu, topik yang menjadi perhatian utama adalah kelaparan maka kelaparan inilah
yang menjadi sorotan utama dalam pendekatan topik.
Yang menjadi pegangan pokok dalam melakukan pendekatan topik ini, yaitu tidak boleh
dilepaskan hubungannya dengan ruang yang menjadi wadah gejala atau topik yang kita
dekati. Faktor-faktor geografi seperti manusianya dan keadaan fisisnya tidak boleh
diabaikan. Dengan landasan keruangan ini, kita akan dapat mengungkapkan karakteristik
kelaparan di daerah yang bersangkutan kalau dibandingkan dengan gejala atau kelaparan
di wilayah yang lainnya.

Kelaparan di daerah tersebut diungkapkan jenis-jenisnya, sebab-sebabnya,


penyebarannya, intensitasnya, dan interelasinya dengan gejala yang lain dan dengan
masalah secara keseluruhan.

b. Pendekatan Aktivitas Manusia (Human Activities)

Aktivitas penduduk ini dapat ditinjau dari penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya
dengan gejala-gejala lain yang berkenaan dengan aktivitas tadi. Ditinjau dari
penyebarannya, kita akan dapat membedakan jenis aktivitas tadi sehubungan dengan
mata pencarian penduduk. Apakah aktivitas itu berlangsung di daerah pegunungan,
apakah di dataran rendah, apakah dekat dengan sungai, apakah dari sungai, apakah di
pantai, dan seterusnya.

46
Dari kegiatan penyebaran penduduk tadi, kita dapat mengungkapkan interelasinya dengan
keadaan kesuburan tanah, dengan hidrografi, dengan keadaan komunikasi-transportasi,
dengan keadaan tinggi-rendah permukaan, dan dengan faktor-faktor geografi lainnya.
Oleh karena itu, kita dapat membuat suatu deskripsi tentang aktivitas penduduk tadi
berdasarkan interelasi keruangan dengan gejala-gejala lain dan dengan berbagai masalah
sebagai sistem keruangannya.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto;


editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 2:10 AM No comments:
Label: Geografi, Kelas X, MA, pedekatan, SMA

Pendekatan Regional

Pendekatan regional berarti mendekati suatu gejala atau suatu masalah dari regional,
wilayah tempat gejala atau masalah tersebut tersebar. Tekanan utama pendekatannya
bukan kepada topik atau aktivitas manusianya, melainkan kepada region yang merupakan
tempat atau wadahnya. Jadi, wilayah dan ekologinya berdiri sendiri dalam satu ruangan.
Misalnya dalam melakukan studi tentang masalah kelaparan, kita dapat melakukan
pendekatan regional tentang gejala kelaparan tadi. Dalam hal ini meninjau kelaparan
berdasarkan wilayahnya. Pertanyaan yang dapat dikemukakan, yaitu di wilayah-wilayah
mana saja kelaparan terjadi? Kita akhirnya dapat mengungkapkan penyebaran gejala atau
masalah kelaparan di permukaan bumi.

Berdasarkan penyebarannya kita dapat pula mengungkapkan apa sebabnya kelaparan itu
terjadi di region/wilayah yang bersangkutan. Selanjutnya kita dapat mengungkapkan
interelasi dan interaksi gejala kelaparan itu dengan gejala-gejala yang lain pada region
yang sama. Dalam hal ini berarti bahwa kita telah mengungkapkan interelasi dan
interaksi keruangan gejala kelaparan dengan gejala atau faktor geografi lainnya, seperti
faktor aktivitas penduduknya.

47
Selanjutnya, dari hasil pendekatan regional dengan didasarkan atas prinsip-prinsip
geografi, kita akan dapat mengadakan deskripsi gejala atau masalah kelaparan tadi pada
region/wilayah yang bersangkutan.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto;


editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 2:08 AM No comments:
Label: Geografi, Kelas X, MA, pedekatan, SMA

Pendekatan Ekologi (Ecological Approach)

Geografi dan ekologi adalah dua bidang ilmu yang berbeda satu sama lain. Geografi
berkenaan dengan interelasi kehidupan manusia dengan faktor fisisnya yang membentuk
sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region lainnya. Sedangkan
ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dengan
lingkungannya yang membentuk suatu sistem ekologi atau ekosistem. Prinsip dan konsep
yang berlaku kedua bidang ilmu tersebut, berbeda satu sama lain. Karena ada kesamaan
pada objek yang digarapnya, kedua ilmu tersebut pada pelaksanaan kerjanya dapat saling
menunjang dan saling membantu.

Pendekatan ekologi adalah suatu metodologi untuk mendekati, menelaah, dan


menganalisis suatu gejala atau masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi.
Dalam hal ini, metodologi pendekatan, penganalisisan, dan penelaahan gejala dan
masalah geografi.

Pandangan dan penelaahan ekologi diarahkan kepada hubungan antara manusia sebagai
makhluk hidup dengan lingkungan alam. Pandangan dan penelaahan ini dikenal sebagai
pendekatan ekologi, yang dapat mengungkapkan masalah hubungan penyebaran dan
aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya. Pada pendekatan ekologi suatu daerah
pemukiman, daerah pemukiman tersebut ditinjau sebagai suatu bentuk ekosistem hasil
interaksi penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya. Demikian pula
jika kita mengkaji daerah pertanian, daerah perindustrian, daerah perkotaan, dan lain-lain.

Geografi dapat dikatakan juga sebagai ilmu tentang ekologi manusia yang bermaksud
menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebaran dan aktivitas manusia.

48
Pokok dari geografi adalah berkenaan dengan studi tentang ekologi manusia pada
area/daerah yang khusus. Pengertian geografi pada konteks ini bukan merupakan
pengertian geografi secara keseluruhan, melainkan kepada geografi regional. Meninjau
region sebagai suatu bentuk ekosistem hasil hubungan dan penyesuaian penyebaran
aktivitas manusia dengan lingkungannya pada area atau daerah tertentu. Interelasi
manusia dengan alam lingkungan di sekitarnya dikaji berdasarkan konsep dan prinsip
ekologi.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto;


editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 2:06 AM No comments:
Label: ekologi, Geografi, Kelas X, MA, SMA

Pendekatan Historis (Pendekatan Kronologi)

Menurut Preston E. James, sejarah dan geografi merupakan ilmu yang dwitunggal.
Tempat dan waktu menyajikan kerangka kerja yang di dalamnya dapat dijelaskan pranata
manusia dan proses perubahan kebudayaan yang dapat ditelusuri.

Hartshorne mengemukakan pentingnya dimensi sejarah pada geografi. Jika dimensi


tempat menjelaskan interelasi keruangannya maka dimensi sejarah dapat menjelaskan
dimensi waktunya dan dapat menjelaskan pertumbuhan dan perkembangannya.

Pada studi geografi, metodologi dengan menggunakan dimensi urutan waktu atau
dimensi sejarah, dikenal sebagai pendekatan historis atau pendekatan kronologi. Dengan
menerapkan pendekatan historis suatu gejala atau suatu masalah pada ruang tertentu, kita
dapat mengkaji perkembangannya dan dapat pula melakukan prediksi proses gejala atau
masalah tadi pada masa-masa yang akan datang. Melalui pendekatan historis ini, kita
dapat melakukan pengkajian dinamika dan perkembangan suatu gejala geografi di daerah
atau di wilayah tertentu.

Meneliti, menganalisis, dan mengadakan interpretasi peta suatu wilayah dengan


menggunakan pendekatan historis, artinya dengan menggunakan peta perkembangan

49
daerah berdasarkan urutan waktunya, kita akan dapat melihat kecenderungan ke arah
mana kota itu tumbuh berkembang beserta apa penunjangnya.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto;


editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 2:04 AM No comments:
Label: Geografi, Kelas X, MA, SMA

Pendekatan Sistem (System Approach)

Sistem itu memiliki pengertian konotatif yang luas. Konsep sistem ini dapat diterapkan
kepada rangkaian gejala, dapat diterapkan kepada alat atau pesawat elektronik, dapat
diterapkan kepada susunan jasmaniah manusia. Kriteria utama dari suatu sistem bahwa
komponen atau subsistem yang membentuk sistem tersebut, harus membentuk suatu
rangkaian atau kesatuan yang tidak terpisah-pisahkan. Pada suatu sistem, rangkaian
komponen itu nilainya lebih tinggi daripada komponen yang terpisah-pisah.

Pendekatan sistem merupakan metode berpikir sintetik yang diterapkan pada masalah
yang merupakan suatu sistem, sedangkan yang dimaksud dengan mode berpikir sintetik,
yaitu mode berpikir yang didasarkan atas doktrin ekspansionisme. Doktrin
ekspansionisme adalah cara meninjau suatu benda atau suatu hal sebagai bagian dari
keseluruhan yang besar.

Gejala yang berkaitan dengan gejala yang menjadi sorotan utama tadi dapat ditetapkan
sebagai subsistem dari gejala-gejala utamanya. Pendekatan dan penelaahan gejala
geografi utama dengan subsistemnya, ditinjau sebagai satu kebulatan yang tidak
terpisahkan satu sama lain. Sebagai ilustrasi misalnya kita menelaah suatu jenis pertanian
yang kita tetapkan sebagai satu sistem. Jika pertanian kita tetapkan sebagai satu sistem,
gejala-gejala yang berhubungan dengan pertanian tadi, kita tetapkan sebagai
subsistemnya. Contoh, tanah dengan kesuburannya, keadaan hidrografi dengan distribusi

50
dan fluktuasi airnya, cuaca dengan segala unsur dan perubahannya, manusia dengan
segala aktivitasnya, teknologi dengan segala perlengkapannya, dan lain-lain.

Pendekatan sistem seperti di atas, dapat ditetapkan pada sistem keruangan industri,
pemukiman, perkotaan, pelabuhan, jaringan komunikasi-transportasi, dan lain-lainnya.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto;


editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 2:01 AM No comments:
Label: Geografi, Kelas X, MA, pedekatan, SMA

Objek Geografi

Hal-hal yang harus dikuasai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam penelitian
geografi antara lain observasi lapangan, membuat dan menggunakan berbagai peta,
menggunakan dan menyusun suatu dokumentasi, menyusun dan membuat model, dan
lain-lainnya.

Langkah-langkah penelitian geografi pelaksanaannya sebagai berikut :


a. Perumusan dan pernyataan masalah penelitian.
b. Perumusan dan tujuan penelitian.
c. Penyusunan hipotesis penelitian.
d. Penentuan populasi dan penarikan sampel.
e. Teknik pengumpulan data.
f. Analisis dan interpretasi data.
g. Penarikan kesimpulan hasil penelitian.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto;


editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 1:59 AM No comments:
Label: Geografi, Kelas X, MA, SMA

51
Struktur Organisasi Geografi

Seperti manusia yang memiliki organisasi kemasyarakatan, geografi juga mempunyai


struktur ”organisasi” geografi yang bertujuan untuk memudahkan dalam menganalisis
suatu masalah yang dihadapi. Struktur organisasi geografi disusun sebagai berikut :

Struktur organisasi geografi.


(Sumber: Kuswanto, 2004)

a. Fakta Geografi: kejadian nyata. Contoh: Gempa bumi di Sumatera Barat, tabrakan KRL
di Bogor, wafatnya proklamator negara Republik Indonesia.
b. Distribusi ruang: di mana kejadian itu terjadi.
c. Skala peta: dapat dihitung jaraknya dari rumah Anda atau kota Anda ke kota tempat
kejadian.
d. Asosiasi areal: hubungan antartempat yang memungkinkan wilayah formal.
e. Wilayah formal: wilayah yang ditandai dengan asosiasi areal yang ditandai dengan alam
fisik (gunung dan sebagainya), biotik (hutan, sawah, kebun), dan sosial (masyarakat, RT,
RW).
f. Interaksi ruang: adanya hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain dalam satu
ruang/tempat. Dengan hubungan timbal balik biasanya akan timbul fakta baru. Contoh:
Interaksi antara gempa dan gelombang mengakibatkan bencana baru yang lebih hebat
yang disebut tsunami.
g. Wilayah fungsional: wilayah-wilayah penting yang sangat erat kaitannya dengan objek
kejadian. Misalnya terjadinya gempa tsunami di Jepang wilayah yang paling penting
adalah kota Kyoto.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto;


editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 1:57 AM No comments:
Label: Geografi, Kelas X, MA, SMA

52
Prinsip-prinsip Geografi

Prinsip geografi menjadi dasar pada uraian, pengkajian, dan pengungkapan gejala,
variabel, faktor, dan masalah geografi. Pada waktu melakukan pendekatan terhadap objek
yang kita pelajari, dasar atas prinsip ini harus selalu menjiwainya. Secara teoretis,
menurut Nursid Sumaatmadja prinsip itu terdiri atas prinsip penyebaran, prinsip
interelasi, prinsip deskripsi, dan prinsip keruangan.

a. Prinsip Penyebaran
Prinsip penyebaran, yaitu suatu gejala yang tersebar tidak merata di permukaan bumi
yang meliputi bentang alam, tumbuhan, hewan, dan manusia.
Gejala dan fakta geografi, baik yang berkenaan dengan alamnya, maupun mengenai
manusianya, tersebar di permukaan bumi. Penyebaran gejala dan fakta tadi, tidak merata
dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Dengan memperhatikan dan menggambarkan
penyebaran gejala dan fakta tadi dalam ruang, kita telah dibimbing untuk
mengungkapkan persoalan yang berkenaan dengan gejala dan fakta tadi. Dengan melihat
dan menggambarkan berbagai gejala pada peta, kita akan dapat mengungkapkan
hubungannya satu sama lain. Yang selanjutnya juga akan dapat meramalkannya lebih
lanjut.

b. Prinsip Interelasi
Prinsip interelasi, yaitu suatu hubungan saling terkait dalam ruang, antara gejala
yang satu dengan yang lain. Dasar kedua yang digunakan untuk menelaah dan
mengkaji gejala dan fakta geografi, yaitu prinsip interelasi. Prinsip interelasi ini
secara lengkap adalah interelasi dalam ruang.
Setelah kita melihat gejala dan fakta geografi itu penyebarannya dalam ruang atau
di wilayah-wilayah tertentu, kita akan mengungkapkan pula hubungan antara faktor
fisis dengan faktor fisis, antara faktor manusia dengan faktor manusia, dan antara
faktor fisis dengan faktor manusia. Dari antar hubungannya itu, kita akan dapat
mengungkapkan karakteristik gejala atau fakta geografi tempat atau wilayah tertentu.

c. Prinsip Deskripsi
Prinsip deskripsi, yaitu penjelasan lebih jauh mengenai gejala-gejala yang
diselidiki/dipelajari. Deskripsi, selain disajikan dengan tulisan atau kata-kata, dapat
juga dilengkapi dengan diagram, grafik, tabel, gambar, dan peta.
Pada interelasi gejala satu dengan gejala yang lain atau antara faktor yang satu
dengan faktor yang lain, selanjutnya dapat dijelaskan sebab-akibat dari interelasi tadi.
Penjelasan atau deskripsi, merupakan suatu prinsip pada geografi dan studi geografi
untuk memberikan gambaran lebih jauh tentang gejala dan masalah yang kita pelajari.

53
d. Prinsip Korologi
Prinsip korologi, yaitu gejala, fakta ataupun masalah geografi di suatu tempat yang
ditinjau pesebarannya, interelasinya, interaksinya, dan integrasinya dalam ruang
tertentu, sebab ruang itu akan memberikan karakteristik kepada kesatuan gejala
tersebut. Prinsip korologi, merupakan prinsip geografi yang komprehensif karena
memadukan prinsip-prinsip lainnya. Prinsip ini merupakan ciri dari geografi modern.
Pada prinsip korologi ini, gejala, fakta, dan masalah geografi ditinjau
penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam ruang. Baik penyebaran
maupun interelasinya dan interaksinya dalam hubungan terdapatnya pada ruang
tertentu. Faktor, sebab, dan akibat terjadinya suatu gejala dan masalah, selalu terjadi
dan tidak dapat dilepaskan dari ruang yang bersangkutan. Ruang ini memberikan
karakteristik kepada kesatuan gejala, kesatuan fungsi, dan kesatuan bentuk karena
ruang itu juga merupakan kesatuan.
Dalam meninjau sesuatu gejala berdasarkan prinsip korologi, misalnya pertanian,
selalu diperhatikan penyebarannya dalam ruang, interelasinya dengan komponen-
komponen atau faktor-faktor yang menunjang pertanian, dan interaksi pertanian itu
dengan kehidupan pada ruang yang bersangkutan.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto;


editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 1:54 AM No comments:
Label: Geografi, Kelas X, MA, prinsip, SMA

Unsur Pokok Geografi

Dalam geografi terdapat dua unsur pokok, yaitu keadaan alam dan keadaan manusia.

a. Keadaan Alam (Realm of Nature)

Keadaan alam tidak dinamis dan tidak mengalami perubahan secara cepat bila
dibandingkan dengan keadaan manusia. Keadaan alam meliputi lingkungan alam dan
bentang alam. Pada lingkungan alam tercakup unsur-unsur:
1) kekuatan, seperti rotasi bumi, revolusi bumi, gravitasi, dan perubahan cuaca;

54
2) proses-proses, seperti proses erosi, sedimentasi, sirkulasi air, dan gejala-gejala
vulkanisme;
3) unsur-unsur fisik, topologi, dan biotik. Unsur fisik meliputi iklim, air, dan tanah.
Unsur topologi meliputi luas, letak, dan bentuk. Unsur biotik meliputi flora, fauna,
organisme, dan manusia.

b. Keadaan Manusia (Human Realm)

Keadaan manusia mengalami perubahan yang lebih cepat dan bersifat dinamik dan
kreatif. Keadaan manusia meliputi lingkungan sosial, bentang alam budi daya, dan
masyarakat. Lingkungan sosial meliputi faktor-faktor kebiasaan, tradisi, hukum, dan
kepercayaan.

Sedangkan bentang alam budi daya berupa hutan buatan, danau buatan, perkebunan, dan
persawahan. Lingkungan geografi sangat berpengaruh terhadap pemusatan penduduk,
penyebaran penduduk, perilaku, dan kebudayaan penduduk, serta hubungannya dengan
keadaan alam sekitarnya.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto;


editor, Ayang Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 1:51 AM No comments:
Label: Geografi, keadaan, Kelas X, MA, SMA, unsur

Tata Geografi

Menurut Wardiyatmoko dan Bintarto untuk mengetahui ciri-ciri suatu daerah/negara,


perlu dibahas tata geografi yang mencakup unsur fisik, topologi, dan biotik.

a. Pengaruh Unsur Fisik


Unsur fisik meliputi cuaca, air, relief, tanah, topologi, dan unsur biotik.
b. Pengaruh Unsur Topologi
Pengaruh topologi meliputi: letak, luas, bentuk, dan batas suatu wilayah yang
berpengaruh terhadap unsur biotik.
c. Pengaruh Unsur Biotik

55
Flora, fauna, dan manusia saling memerlukan. Flora dan fauna merupakan bahan
makanan, bahan pakaian, dan juga bahan bangunan bagi manusia. Flora dan fauna harus
dipelihara agar jangan sampai punah.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang
Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 1:47 AM No comments:
Label: Geografi, Kelas X, MA, pengaruh, SMA

Macam-macam Letak

Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih
dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan bumi. Dengan
mengetahui ini dapat dipahami berbagai hal menyangkut daerah tersebut, kehidupan
penduduk di daerah tersebut, posisi daerah itu terhadap tempat atau daerah lain, dan latar
belakang sejarah serta berbagai pengaruh yang pernah ada atau akan ada terhadap daerah
tersebut.

a. Letak Astronomis

Yang dimaksud letak astronomis ialah letak suatu tempat dihubungkan dengan posisi
garis lintang dan garis bujur, yang akan membentuk suatu titik koordinat. Garis lintang
ialah garis-garis paralel pada pola bumi yang sejajar dengan ekuator (khatulistiwa). Jadi,
lintang utara (LU) berarti semua posisi atau tempat yang terletak di sebelah utara ekuator,
sedangkan lintang selatan (LS) berarti semua posisi atau tempat yang terletak di sebelah
selatan ekuator. Jarak antarlintang diukur dengan satuan derajat. Lintang terendah adalah
0o (ekuator) dan lintang tertinggi adalah 90o (kutub utara dan kutub selatan).

Yang dimaksud garis bujur (meridian) ialah semua garis yang menghubungkan kutub
utara dan kutub selatan, tegak lurus pada garis lintang. Semua meridian adalah setengah
lingkaran besar. Banyak sekali meridian dapat ditarik, namun agar tidak terlalu rapat,
dibuat tiap 15o.

56
Letak astronomis Indonesia, yaitu terletak pada 6o LU – 11o LS dan 95o BT – 141o BT.
Letak astronomis yang demikian itu menunjukkan bahwa Indonesia terletak di daerah
iklim tropis. Daerah iklim tropis terdapat di antara 23 ½ o LU atau tropic of cancer, dan
23 ½ o LS atau tropic of capricorn. Hal ini mengakibatkan temperatur di Indonesia cukup
tinggi (antara 26o – 28oC), curah hujan cukup banyak (antara 700 – 7.000 mm/tahun),
terjadi hujan zenital (hujan naik ekuator), dan proses pelapukan batu-batuan cukup cepat
serta terdapat berbagai jenis spesies hewan dan tumbuhan. Letak astronomis
mengakibatkan terjadinya perbedaan waktu kira-kira 3 jam (tepatnya 46 x 4 menit = 184
menit) antara bagian paling timur dan paling barat Indonesia.

Sejak tanggal 1 Januari 1988 di Indonesia diberlakukan pembagian daerah waktu yang
baru, menggantikan pembagian daerah waktu yang lama yang berlaku sejak 1 Januari
1964. Dengan berlakunya pembagian daerah waktu baru ini, terjadi pergeseran waktu di
beberapa tempat.

Mari kita lihat pembagian daerah waktu di Indonesia sekarang ini.


1) Daerah Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB)
Waktu Indonesia Bagian Barat berdasarkan meridian pangkal 105o BT, meliputi
seluruh provinsi di Sumatera, seluruh provinsi di Jawa, Provinsi Kalimantan Barat,
dan Provinsi Kalimantan Tengah (mempunyai selisih waktu 7 jam lebih awal dari
waktu Greenwich).
2) Daerah Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA)
Waktu Indonesia Bagian Tengah berdasarkan meridian pangkal 120o BT, meliputi
Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Selatan, Bali, NTT, NTB, dan
seluruh provinsi di Sulawesi (mempunyai selisih waktu 8 jam lebih awal dari waktu
Greenwich).
2) Daerah Waktu Indonesia Bagian Timur (WIT)
Waktu Indonesia Bagian Timur berdasarkan meridian pangkal 135o BT, meliputi
seluruh provinsi di Irian Jaya (Papua), Maluku, dan Maluku Utara (mempunyai
selisih waktu 9 jam lebih awal dari waktu Greenwich).

Daerah pembagian waktu di Indonesia.


(Sumber: Kuswanto, 2004)

57
b. Letak Maritim

Letak maritim adalah letak suatu tempat ditinjau dari sudut kelautan. Yakni apakah
tempat itu dekat atau jauh dari laut serta apakah sebagian atau seluruhnya dikelilingi oleh
laut dan sebagainya. Letak maritim atau letak kelautan Indonesia sangat baik sebab
wilayahnya yang berbentuk kepulauan dikelilingi oleh tiga lautan besar, yakni:

1) Bagian timur Indonesia berhadapan dengan Samudera Pasifik.


2) Bagian selatan Indonesia berhadapan dengan Samudera Hindia.
3) Bagian utara Indonesia berhadapan dengan Laut Cina Selatan.

Letak maritim yang demikian tentu saja membawa akibat yang baik bagi Indonesia,
misalnya, adanya usaha atau kegiatan di bidang pelayaran, perikanan serta pelabuhan di
wilayah Indonesia, menyebabkan Indonesia mempunyai potensi ekonomi besar untuk
dikembangkan, dan Indonesia mempunyai posisi penting dalam percaturan politik dunia.

c. Letak Geomorfologis

Letak geomorfologis adalah letak berdasarkan morfologi suatu tempat di muka bumi.
Letak geomorfologis Indonesia sangat bervariasi. Perbedaan letak geomorfologis
mempunyai pengaruh yang bermacam-macam, misalnya:
1) adanya suhu yang berbeda-beda sangat berpengaruh terhadap jenis tanaman,
2) menentukan ada tidaknya mineral-mineral yang dikandung oleh batuan tersebut,
3) menentukan kepadatan penduduk, misalnya tempat yang morfologi daratannya
berbukit atau terjal kepadatan penduduknya kecil, dan
4) perlu memperhitungkan morfologi daerah sebelum membangun bangunan-bangunan,
jembatan-jembatan, gedung-gedung, dan jalan-jalan raya.

d. Letak Geologis

Letak geologis ialah letak suatu daerah atau negara berdasarkan struktur batu-batuan
yang ada pada kulit buminya. Letak geologis Indonesia dapat terlihat dari beberapa sudut,
yaitu dari sudut formasi
geologinya, keadaan batuannya, dan jalur-jalur pegunungannya.

Dilihat dari formasi geologinya, kepulauan Indonesia dibagi dalam tiga zona geologi
(pertemuan tiga lempeng litosfer), yaitu:

1) bagian utara berbatasan dengan tameng Asia dan perluasannya ke arah selatan
tenggelam di bawah permukaan air laut, yang dikenal dengan Paparan Sunda (disebut
Lempeng Asia);
2) bagian barat dan selatan dibatasi oleh ”Benua Gondwana” yang terdiri atas India,
dasar Samudera Hindia, Australia, dan perluasannya ke arah utara tenggelam di
bawah permukaan air, yakni Paparan Sahul (disebut Lempeng Indo-Australia);
3) bagian timur dibatasi oleh dasar Samudera Pasifik (disebut Lempeng Dasar Samudera
Pasifik yang meluas ke arah barat daya).

58
Dataran Indonesia Timur (Paparan Sahul) memiliki jenis batuan sama dengan di Benua
Australia. Daerah peralihan antara kedua dataran tersebut disebut Daerah Wallace.
Dilihat dari jalur-jalur pegunungannya, Indonesia terletak pada pertemuan dua rangkaian
pegunungan muda, yakni rangkaian Sirkum Pasifik dan rangkaian Sirkum Mediterania.
Oleh karena itu, di Indonesia:
1) terdapat banyak gunung berapi yang dapat menyuburkan tanah,
2) sering terjadi gempa bumi, dan
3) terdapat bukit-bukit tersier yang kaya akan barang tambang, seperti minyak bumi,
batu bara, dan bauksit.

e. Letak Geografis

Letak geografis ialah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya di bumi atau posisi
daerah itu pada pola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis
ditentukan pula oleh letak astronomis dan letak geologis. Jadi, kalau dilihat secara
geografis, Indonesia terletak antara 6º LU - 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, antara Benua Asia dan Benua Australia, dan
pada pertemuan dua rangkaian pegunungan, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum
Mediterania.Letak geografis yang demikian menempatkan Indonesia pada posisi silang
yang strategis dan baik.

Hal ini dapat terlihat pada hal-hal berikut ini :

1) Indonesia terletak di daerah tropis yang panasnya merata sepanjang tahun dan hanya mempunyai dua
musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Tidak adanya musim dingin di
Indonesia menyebabkan kehidupan pertanian, perikanan, dan peternakan dapat berlangsung sepanjang
tahun.

2) Karena terletak di antara dua samudera yang sangat ramai jalur pelayarannya, ditambah dengan adanya
kekayaan flora, fauna, dan sumber-sumber mineral, akan sangat menunjang lalu lintas perdagangan dan
menambah sumber devisa negara.

3) Letak di antara dua benua besar menyebabkan Indonesia memiliki iklim musim yang bergantian setiap 6
bulan sekali, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Iklim tersebut sangat berpengaruh baik terhadap
usaha perkebunan, seperti teh, karet, kopi, tembakau, tebu, dan sebagainya. Tentu saja ini dapat membuat
Indonesia memperbesar ekspor hasil-hasil perkebunan tersebut.

4) Karena terletak pada daerah lipatan muda maka sangat dimungkinkan pengeksploitasian terhadap
sumber-sumber mineral, seperti minyak bumi, batu bara, besi, nikel, dan lain-lain.

f. Letak Ekonomis

Letak ekonomis ialah letak suatu negara ditinjau dari jalur dan kehidupan ekonomi
negara tersebut terhadap negara lain. Letak ekonomis Indonesia sangat baik, sebab
terletak antara Benua Asia dan
Australia ditambah dengan beberapa tempat di sekitar Indonesia yang merupakan pusat
lalu lintas perdagangan, misalnya: Kuala Lumpur dan Singapura. Negara tetangga
Indonesia ini membutuhkan hasil-hasil pertanian dan hasil pertambangan yang banyak

59
dihasilkan dari Indonesia. Kemungkinan Indonesia menjadi pusat pasar dunia yang besar
sehingga banyak negara industri yang menanamkan modalnya di Indonesia.

g. Letak Sosiokultural

Letak sosiokultural adalah letak berdasarkan keadaan sosial dan budaya daerah yang
bersangkutan terhadap daerah di sekelilingnya. Indonesia, secara sosiogeografis -
kultural, terletak di simpang empat jalan antara Benua Asia dan Australia yang terdiri
atas berbagai bangsa. Hal ini menyebabkan terjadinya akulturasi budaya. Secara
sosiokultural, Indonesia mempunyai banyak persamaan umum
dengan negara-negara tetangga. Misalnya, sama-sama merupakan negara sedang
berkembang, sama-sama sedang mengalami masalah ledakan penduduk, sama-sama
berlandaskan kehidupan beragama, sama-sama bekas negara jajahan, dan sebagian besar
penduduknya mempunyai persamaan ras.

Dengan melihat kondisi-kondisi sosial tersebut, tidak mengherankan apabila bangsa-


bangsa di Asia umumnya, dan Asia Tenggara khususnya, berupaya memajukan
masyarakat dan memperbaiki keadaan sosiokulturalnya. Adanya kerja sama dan kontak
sosial ini dapat dilihat dengan dibentuknya ASEAN, Asean Games, dan berbagai bentuk
kerja sama lainnya.

Sumber : Geografi : untuk SMA/ MA Kelas X / penyusun, Dibyo Soegimo, Ruswanto; editor, Ayang
Susatya, Sugeng Raharjo ; illustrator, Nashirudin. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Diposkan oleh putra di 1:44 AM No comments:
Label: Geografi, Kelas X, letak, SMA

Sejarah Perkembangan Geografi


SEJARAH PERKEMBANGAN GEOGRAFI

A. Geografi Klasik

Geografi sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno dan pengetahuan tentang bumi pada
masa tersebut masih dipengaruhi oleh Mitologi. Secara lambat laun pengaruh Mitologi
mulai berkurang seiring dengan berkembangnya pengaruh ilmu alam sejak abad ke-6
Sebelum Masehi (SM), sehingga corak pengetahuan tentang bumi sejak saat itu mulai
mempunyai dasar ilmu alam dan ilmu pasti dan proses penyelidikan tentang bumi
dilakukan dengan memakai logika.

Kedudukan Geografi sebagai Ilmu Pengetahuan batasan dan lapangan/objeknya masih


dipertentangkan oleh para ahli sampai abad ke-19. Sampai abad ke-19 corak susunan isi
Geografi hanya berupa uraian tentang penemuan daerah baru, adat istiadat penduduknya

60
dan gejala serta sifat alam lainnya. Pengumpulan bahan-bahan tersebut belum diarahkan
pencarian hubungan antara satu dengan yang lainnya serta mencari penyebab mengapa
terjadinya hubungan tersebut serta diuraikan secara Deskriptif.

Pada masa sebelum masehi, pandangan dan paham Geografi dipengaruhi oleh paham
Filsafat dan Sejarah. Uraian geografi bersifat sejarah, sedangkan uraian Sejarah bersifat
Geografi. Selain itu juga pada masa ini muncul juga tulisan tentang pembuatan peta bumi
atau lukisan fisis daerah tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa geografi pada masa ini
juga bersifat matematis.

Tokoh-tokoh yang termasuk dalam ketegori Geografi Klasik, adalah :


1. Anaximandros, seorang Yunani yang pada tahun 550 SM membuat peta Bumi.
Ia beranggapan bahwa bumi berbentuk Silinder. Perbandingan panjang Silinder dan garis
tengahnya, adalah 3:1. Bagian bumi yang dihuni manusia menurutnya adalah sebuah
pulau berbentuk bulat yang muncul dari laut. Karena pendapatnya tersebut, maka peta
bumi yang dibuatnya mirip sebuah jamur.

2. Thales (640-548 SM)


Menganggap bahwa bumi ini berbentuk keping Silinder yang terapung di atas air dengan
separuh bola hampa di atasnya. Pendapat ini hilang seabad kemudian setelah Parminedes
mengemukakan pendapatnya bahwa bumi berbentuk bulat. Kemudian Heraclides (+ 320
SM) berpendapat bahwa bumi berputar pada sumbunya dari barat ke timur. Pada masa itu
juga sudah dikenal adanya beberapa zone iklim meski pada waktu itu belum diketahui
bahwa kondisi tersebut merupakan akibat dari letak sumbu bumi yang miring.

B. Geografi Abad Pertengahan

Pada akhir abad pertengahan, uraian-uraian tentang Geografi masih bercirikan hasil
laporan perjalanan, baik perjalanan yang dilakukan melalui darat maupun melalui laut.

Perjalanan umat manusia di muka bumi, dilakukan oleh para pedagang yang melakukan
perniagaan antar negara dan antar benua, serta dilakukan oleh para tentara untuk
melakukan peperangan dan meluaskan tanah kekuasaan. Perjalanan melalui darat yang
terkenal adalah "Via Appia" perjalanan darat antara Roma dan Capua (950 sm), serta
"Jalan Sutera" antara Tiongkok dengan Timur Tengah (abad pertengahan) telah menjadi
sumber materi Geografi yang sangat berharga pada masa itu. Perjalanan yang banyak
dilakukan oleh umat manusia telah merangsang ditemukannya wilayah baru yang
sebelumnya belum pernah terdengar atau diketahui manusia, sehingga masa ini sering
disebut REVOLUSI GEOGRAFI.

Pesatnya perkembangan Geografi juga disorong oleh munculnya gerakan pembaharuan di


bidang seni, filsafat, renesaince, dan humanisme agama (munculnya paham
protestanisme) sehingga para sarjana lebih leluasa dalam mengemukakan pendapatnya
tentang keadaan dunia.
Pada masa tersebut para pelancong tidak didorong oleh oleh sekedar hasrat ingin tahu
dari luar horisonnya, tetapi dalam melakukan perjalanan sudah memiliki tujuan tertentu,

61
yaitu :
1. Menemukan daerah baru sebagai sumber ekonomis, sebagai daerah koloni, atau untuk
kepentingan perdagangan dengan kata lain sebagai upaya untuk memperoleh kekayaan
(Gold).

2. Sebagai tugas suci mengembangkan ajaran agamanya masing-masing atau bertujuan


untuk penyebaran agama ke daerah baru (Gospel).

3. Sebagai akibat negatif yang kemungkinan diduga lebih dahulu dari kedua tujuan di
atas, yaitu karena keperluan peperangan baik karena perebutan daerah sumber atau
daerah pemasaran maupun peperangan akibat bentrokan ajaran agama (Glory).
Walaupun cara penemuan daerah baru terjadi karena diorong oleh motif dan tujuan
tertentu, yaitu Gold, Glory dan Gospel (3G) namun sifat penulisan geografi dan yang
bersifat geografi masih dilakukan secara deskriptif dalam arti dan uraiannya itu masih
belum dilakukan usaha yang sengaja memberikan uraian penjelasan (explanation) tentang
gejala yang dilukiskannya. Selain tujuan di atas, perjalanan menjelajahi dunia baru juga
dilakukan oleh sebagian orang dengan tujuan petualangan dan hasil petualangan tersebut
telah membuka tabir dunia dan memperkaya pengetahuan tentang bumi.

C. Geografi Modern

Pandangan ini mulai berkembang pada abad ke-18. Pada masa ini Geografi sudah
dianggap sebagai suatu disiplin ilmiah dan sudah dipandang dari sudut praktis. Para
tokohnya, adalah
1. Immanuel Kant (1724-1804), seorang ahli filsafat Unversitas Koningsburg, Jerman
yang memiliki pandangan seperti Varenius. Dia memandang bahwa Ilmu Pengetahuan
dapat dipandang dari tiga pandangan yang berbeda, yaitu

Ilmu Pengetahuan yang menggolongkan fakta berdasarkan objek yang diteliti. Disiplin
yang mempelajari kategori ini disebut "ilmu pengetahuan sistematis", seperti ilmu botani
yang mempelajri tumbuhan, Geologi yang mempelajari kulit bumi, dan Sosiologi yang
mempelajari manusia, terutama golongan sosial. Menurut Kant, pendekatan yang
dipergunakan dalam ilmu pengetahuan sistematis adalah studi tentang kenyataan.
b. Ilmu pengetahuan yang memandang hubungan fakta-fakta sepanjang masa. Ilmu
pengetahuan yang mempelajari bidang ini, adalah sejarah.

c. Ilmu pengetahuan yang mempelajari fakta yang berasosiasi dalam ruang, dan ini
merupakan bidang dari Geografi
.

Meski demikian, terdapat juga berbagai tentangan terhadap pemikiran Kant, misalnya
apakah ilmu pengetahuan sistematik dalam mempelajari fenomena tidak tergantung pada
ruang dan waktu ?.

62
Secara sistematis, Kant membagi Geografi menjadi :
Mathematical Geography (Geografi Matematis) yang berisi keterangan tentang gambaran
bumi sebagai suatu massa dari sistem Tata Surya.

Moral Geography (Geografi Moral), yaitu uraian yang berisi gambaran tentang cara dan
adat istiadat manusia di berbagai daerah di muka bumi.

Political Geography (Geografi Politik), yaitu uraian yang berisi gambaran tentang
kesatuan-kesatuan negara di dunia yang didasarkan atas sistem pemerintahan.
Physical Geography (Geografi Fisis), yaitu uraian yang berisikan gambaran tentang bumi
dan bagian-bagiannya termasuk hewan, veerasi dan mineral.

Merchantile Geography (Geografi Perdagangan), yaitu uraian yang berisikan gambaran


tentang pola hubungan ekonomi penduduk dan bangsa-bangsa di dunia.

D. Geografi akhir abad ke 19 – Abad ke 20

Pusat perhatian Geografi pada akhir abad ke-19 adalah terhadap iklim, tumbuhan, dan
hewan, serta terhadap bentang alam. Kebanyakan ahli geografi pada periode ini
memperdalam Geologi dan mempergunakan metode geologi dalam penyelidikannya.
Sebaliknya geografi manusia menjadi semakin lemah. Pada akhir abad ke-19, geografi
manusia masih bercorak geografi Ritter tanpa adanya perspektif baru. Kenyataan ini
mungkin disebabkan karena kedudukan Ritter sebagai tokoh geografi di Universitas
Berlin setelah kematiannya pada tahun 1859 untuk waktu yang lama tidak ada yang
menggantikannya. Demikian juga di Inggris, sejak pengunduran diri Alexander
Maconochie di tahun 1830-an menyebabkan geografi di negara tersebut tidak
berkembang.

Meski di Universitas geografi manusia tidak memperoleh kemajuan tetapi di luar


universitas tidak demikian. Di Amerika Serikat, Mayor Wisley Powell (1834-1902)
mempelajari bentang alam dan sumberdaya air untuk menyarankan penggunaan tanah di
suatu tempat dengan sebaik-baiknya.

Ahli Geografi lainnya dari Amerika Serikat, yaitu George Peskins Marsh (1801-1882)
mempunyai perhatian khusus pada pentingnya mengkonservasi sumberdaya. Pada
pendahuluan bukunya yang berjudul Man and Nature, or Physical Geography as
Modified by Human Action (1864), Marsh berpendapat bahwa Van Humboldt dan Ritter
merupakan tokoh aliran baru dalam Geografi yang pernah mengatakan bahwa "seberapa
jauh keadaan lingkungan fisikal mempengaruhi kehidupan sosial dan kemajuan sosial".
Kemudian pada diri Marsh timbul pertanyaan "Bagaimana manusia mengubah
permukaan bumi ?" dalam hal ini Marsh ingin menekankan bukan permukaan bumi yang
menentukan kehidupan yang lebih baik, namun keadaan yang lebih jelek akan terjadi
apabila manusia merusak lingkungan alamnya. Pada masa ini, tokoh geografi lainnya
yang berpengaruh, adalah

63
1. Friederich Ratzel (1844-1904),
Tokoh Geografi Jerman
Tokoh Geografi yang pemikirannya memperoleh pengaruh Humboldt – Ritter dan
Darwin. Pada zaman Humboldt – Ritter, paham fisis determinis belum kelihatan tegas.
Melalui metodologi ilmiah yang dikemukakan oleh Ratzel, yaitu

menyatakan secara tegas bahwa alam menentukan kehidupan manusia, paham fisis
determinis menjadi semakin jelas. Ajaran Ratzel tersebut dikenal dengan
"Anthropogeographie" yang juga merupakan judul buku yang ditulisnya. Buku tersebut
terbit pertama pada tahun 1882. Menurut Ratzel bahwa selain lingkungan alam, aktifitas
manusia merupakan faktor penting dalam kehidupan di suatu lingkungan. Ratzel selain
mempelajari geografi juga mempelajari Antropologi secara mendalam. Menurutnya,
apabila diadakan perbandingan antara kelompok manusia yang berbeda, pasti manusia itu
sendiri yang menentukan dan terutama keadaan yang ditimbulkan oleh lingkungan
kebudayaannya. Ratzel mengungkapkan, adanya pengaruh alam yang menentukan sifat
badaniah dan rohaniah manusia. Menurutnya, hubungan sifat badaniah dan rohaniah erat
kaitannya dnegan pengaruh alam yang bekerja terhadap manusia. Bangsa-bangsa yang
berkulit hitam dan berwarna di dalam penyebarannya mendiami negeri-negeri yang
berhawa panas. Keadaan alam di negeri panas yang membuat kulit bangsa-bangsa
demikian, keadaan alam juga menentukan keterbelakangan rohani dari bangsa-bangsa
yang berkulit hitam dan berwarna. Berbeda dengan keadaan alam dari bangsa-bangsa
yang berwarna kulit putih, yang berhawa ingin dan sejuk menentukan warna kulit putih
dari bangsa-bangsa yang mendiaminya. Keadaaan alam yang dingin dan sejuk juga
menentukan kemajuan hubungannya dengan keadaan alam yang menentukan pula
kemajuan rohani bangsa-bangsa kulit putih. Dalam hubungannya dengan keadaan alam
yang menentukan keadaan rohaniah manusia, oleh Ratzel dikemukakan pula
hubungannya dengan agama monoteisme.
Sumber: Geografi Suatu Pengantar, Dr. Iwan Hermawan, M.Pd

Sejarah Perkembangan Geografi (Dr. Drs. P. Endrapradana M.Sc,


dengan perubahan)

Diposkan oleh Ana Amelia on 7 Mei 2012 / Label: Geografi


Manfaat yang dapat diperoleh dengan mempelajari sejarah perkembangan geografi dapat
kiranya kita simpulkan dalam pernyataan : “We may compare the mond of man to a
mirror which has the ability not only tom reflect but also to retain, record and interpret
more or lessimperfectly the images that it reflects”. Jauh sebelum adanya sejarah yang
tertulis, manusia telah menjelajahi permukaan bumi mulai dari daerah yang terdekat dari
tempat kediamannya. Dari pengalaman itu sadarlah mereka akan adanya perbedaan
antara daerah yang satu dengan yang lain. Perbedaan antara tempat-tempat dipermukaan
bumi ini oleh John K. Wrigt disebut Geodiversity.

Adanya kenyataan tersebut orang merasakan perlunya untuk membentuk suatu gambaran
pikiran tentang hal-hal yang terdapat diluar cakrawalanya, dan selanjutnya menghubung-
hubungkan gambaran-gambaran tersebutsatu dengan yang lain. Gambaran-gambaran

64
tersebut beserta dengan penjelasannya sering kali tidak memuaskan dari suatu generasi ke
generasi yang lain, karena itu tidak henti-hentinya manusia selalu mencari pikiran-pikiran
baru beserta dengan penjelasan-penjelasan yang lebih sempurna, yang sesuai dengan
keyakinan mereka yang mutakhir.
Tanggapan-tanggapan tentang permukaan bumi ini selalu berubah-ubah yang
menyebabkan tidak dapat dihindarinya pembentukan buah-buah pikiran yang baru, dan
inilah yang merupakan saripati dari sejarah tentang perkembangan gagasan-gagasan
geografi ini. Preston E. James membedakan kurun-kurun waktu dalam sejarah
perkembangan geografi yaitu geografi Klasik, geografi baru akhir Abad 19, dan geografi
kontemporer (masa kini).

Geografi Klasik
Periode ini mulai dari awal perkembangan geografi yang dirintis oleh para perintis
geografi sejak zaman purba hingga Tahun 1895. Periode ini ditandai oleh kurangnya
perhatian akan perlunya lapangan studi yang khusus bagi geografi. Para ahli geografi
sekaligus merupakan orang yang ahli pada dalam bidang lain, misalnya Herodotus
merupakan bapak ilmu sejarah tetapi juga ahli geografi, Pytagoras adalah ahli matematika
tetapi juga ahli tentang geografi, dsb. Karena itu keahliannya masih berisfat Universal
Scholarship. Periode ini terdiri atas: Geografi Purba, Geografi Abad-abad Pertengahan,
Renaissance, dan Penemuan Benua-benua baru sampai 1859.

Geografi Purba
Bidang studi geografi purba saling terjalin dengan bidang-bidang studi ilmu lain.
Sebagian besar sarjana geografi yunani merupakan ahli filsafat dan sejarah. Herodotus
(kira-kira 484-425M) misalnya menulis baik sejarah maupun geografi, bahkan ahli
antropologi menyebutnya sebagai bapak ethnografi. Masa ini ditandai oleh sarjana yang
serba bisa (Universal Scholarship, all round), dan kurun-kurun ini berlanjut terus sampai
abad 19. Dalam masa tsb para sarjana karena terdorong oleh rasa keingin-tahuannya
belum merasakan perlunya ada batas-batas yang jelas dari pengetahuan yang
dikembangkannya.
Geografi sebagai suatu bidang studi di dunia barat berawal pada sarjana-sarjana Yunani
Purba, sedangkan buah-buah pikiran para sarjana di luar itu (Cina, Arab, Mesir,
Mesopotamia, dsb) tidak begitu berpengaruh pada mereka. Sebenarnya bangsa Yunani
pun sebenarnya merupakan bangsa yang banyak meminjam (borrower) pengetahuan dari
sumber-sumber pengetahuan bangsa lain, misalnya dari Mesir, Sumeria, Babilonia,
Asiria, dan Phunisia. Para sarjana Yunani menyediakan suatu rangka konsep-konsep dam
model atau paradigm tentang metoda-metoda yang membimbing perkembangan alam
pikiran di dunia barat selama berabad-abad lamanya.
Akar dari ilmu pengetahuan Yunani sebenarnya berasal dari bangsa lain, misalnya:
1)Bangsa Mesir purba telah mengembangkan metoda-metoda pengukuran dan observasi.
Para pendeta Mesir telah mengembangkan ilmu ukur untuk keperluan praktis dalam
pemerintahan (pengukuran luas tanah untuk mendapatkan pungutan pajak). Mereka telah
dapat menentukan arah utara-selatan, sehingga bangunan-bangunan pemerintah/umum
dapat diatur menurut arah yang baik (garis utara-selatan tsb menjadi apa yang jita
namakan garis meridian sekarang ini-dari kata merides artinya tengah hari).
2)Kebudayaan Mesopotamia (sekarang Irak) mempunyai sumbangan yang besar bagi

65
perkembangan ilmu pengetahuan. Para perintis Matematika purba yang tinggal di
Sumeria telah menggunakan prinsip-prinsip aljabar misalnya (a+b)y=ay+2ab+by.
Sekalipun mereka belum mempergunakan simbol-simbol aljabar seperti yang kita pakai
sekarang ini. Mereka juga menarik akar dari sesuatu bilangan.
Orang Sumeria membagi satu Tahun menjadi 12 bulan yang masing-masing terdiri dari
30 hari. Mereka juga membagi lingkaran zodiac menjadi 360 bagian, dan ide inilah yang
kemudian menciptakan apa yang kita sebut “derajat” sekarang ini.
Bangsa Babilonia dan Assyria mencari manfaat dari observasi-observasi yang telah
mereka lakukan. Mereka mengembangkan ilmu perbintangan (astronomi).
3)Bangsa Phunisia (Libanon) merupakan bangsa pelaut, penjelajah dan pedagang
terkenal. Mereka mendirikan pusat-pusat perdagangan di seluruh pantai laut tengah.
Bangsa ini telah mengembangkan abjad yang seluruhnya terdiri dari huruf mati
(konsonan). Orang-orang Yunani tinggal menambahkan huruf-huruf hidup (Short
Vowels) pada abjad Phunisia tsb.
Geografi Purba di Yunani:
1.Thales dari Miletus (640-546 SM) merupakan sarjana Yunani yang pertama-tama
mencurahkan perhatiannya mengenai pengukuran dan penentuan letak dari suatu benda
(tempat) di permukaan bumi. Dalam perjalanannya ke Mesir Thales melihat para pendeta
bekerja dalam pengukuran sudut, baseline dan perhitungan luas. Thalespulang ke Miletus
di tepi laut Hitam dengan mengembangkan Trigonometri. Ada 6 dalil ilmu ukur sebagai
hasil karya Thales waktu itu. Thales juga menyumbangkan karyanya dalam astronomi. Ia
berpendapat bahwa materi itu terbentuk oleh air dalam berbagai tingkat-tingkat
wujudnya. Ia juga menganggap Bumi ini sebagai sebuah cakram yang mengapung di atas
air.
2.Anaxzimander dari Miletus (abad ke 6 SM). Ia terkenal karena memperkenalkan alat
yang dipergunakan oleh bangsa Babylon yang dinamakan gnomon yang melukiskan
perubahan bayang-bayang matahari sehubungan dengan perubahan letaknya 9sekarang
disebut sundial, B.Inggris). dengan gnomon itu orang bisa menentukan arah utara selatan
atau meridian. Anaxzimander juga dikabarkan sebagai orang yang pertama kalinya
membuat peta berdasarkan skala. Ia sukar memahami bagaimana caranya matahari
menyelam dibawah air setelah terbenam untuk muncul (terbit) lagi diatas air keesokan
harinya. Thales dan Anaxzimander dapat dianggap sebagai perintis bagi tradisi
matematik dalam geografi.
3.Herodotus, bapak sejarah (484-425 SM). Suatu seri buku-buku yang melukiskan
tentang negara-negara dan bangsa-bangsa (lands and peoples) yang pertama disusun oleh
Herodotus. Seperti Thales ia juga banyak berkelana mengunjungi pantai-pantai Laut
Hitam, terus ke Utara sampai S.Dnepr; menempuh jalan darat ke Iran; mengunjungi kota
tua Babylon dan berkunjung ke Mesir. Dalam menceritakan usaha-usaha bangsa Yunani
membendung pengaruh bangsa-bangsa barbar dari Utara dan Timur ia tak lupa selalu
menceritakan sejarah manusia dengan menyebutkan tempat dimana peristiwa tersebut
terjadi. Ia menulis tentang sejarah dan geografi Mesir (sedimentasi oleh banjir sungai Nil,
delta, dataran banjir, dan sebagainya). Ia juga membuat peta tentang daerah-daerah yang
telah dikenal oleh orang Yunani pada masa itu.
4.Aristoteles (384-322 SM). Pada masanya penggunaan praktis dari geografi sudah mulai
dilakukan orang. Orang-orang Phunisia seklaipun merahasiakan hal itu telah menyusun
pengetahuan tentang daratan dan lautan untuk membuat jalur perdagangan di sepanjang

66
pantai Eropa dan Afrika. Aristoteles menerima konsep Plato (428-348 SM) bahwa bumi
ini bulat, dan mulai mencoba menerangkannnya serta menguji konsep tersebut melalui
observasi-observasi. Ia adalah sarjana pertama yang membuktikan bentuk bumi yang
bulat itu dengan melihat bahwa bayang-bayang bumi di Bulan pada waktu terjadi gerhana
bulan adalah merupakan lingkaran.

5.Sebenarnya Pythageras (570-490 SM) telah mengemukakan, bawa bumi itu berbentuk
bola. Pendapat ini diteruskan oleh Plato dan Aristoteles, serta pada akhirnya
Erastosthenes (275-195 SM) untuk pertama kalinya berhasil menghitung keliling bumi.
Eratosthenes mengetahui, bahwa jika matahari tepat tegak lurus di Zenith Syena
(sekarang Aswan) pada saat itu matahari tersebut miring (7,2) dari zenith untuk orang
yang berada di Alexandria (Iskandariah). Oleh sebab jarak antara Syena-Alexandria
sudah diketahui yaitu 5.000 stadia, maka keliling meridian bumi 360 : 7,1 x 5.000 stadia
= 25.000 stadia atau 39.700 Km. Hasil ini hampir tepat dibandingkan dengan keliling
bumi menurut perhitungan sekarang ini (40.000 Km)
.
6.Iskandar Zulkarnain (356-323 SM) dalam penyerbuannya sampai ke sungai Indus telah
menambah pula keterangan-keterangan mengenai negeri-negeri baru di sebelah timur
seperti Gedrosia (Pakistan Barat), Persia dan Karmania (Iran). Panglima angkatan
lautnya, Nearchos menulis tentang negeri dan bangsa-bangsa dalam bukunya Perigesis.
Iskandar Zulkarnain adalah salah seorang murid Aristoteles yang terkenal.
7.Hipparchus (190-125 SM) memperkenalkan penggunaan astrolabe yaitu semacam alat
astronomi untuk menentukan tinggi bintang. Ia juga memperkenalkan konsep tentang
Latitude (Garis Lintang) dan Longitude (Garis bujur).

8.Dalam zaman Yunani purba ini orang juga sudah mulai membuat dan menggunakan
peta, misalnya Herodotus (450 SM) yang merupakan sebuah peta dunia. Batas utara pada
peta itu sampai S. Ister (danau atau Danube) ke timur sampai India dan Laut Kaspia, ke
selatan sampai laut Merah dan Ethiopia, dan ke barat sampai Spanyol. Peta yang lain
adalah buatan Strabo, yang merupakan peta laut (63-24 SM), serta peta Marinus dari
Tyrus (105 M) yang telah melukiskan negeri Seriea (Cina).

9.Sementara itu bangsa-bangsa Timur telah memberikan pula sumbangan yang besar bagi
perkembangan geografi. Fa Hian (399-414 M), seorang biksu Cina mengadakan
perjalanan dari Cina Utara melalui Chotan, Gilgit, Peshawar ke Delhi dan kota-kota di
pinggir sungai Gangga, terus ke Sumatera, Jawa dan kembali lagi ke Cina. Pada waktu itu
sudah ada jalan kafilah yang menghubungkan Cina dengan Asia Tengah; yang sebelah
utara melalui Kuldsya dan Ferghana serta yang sebelah Selatan melalui Lob Nor dan
Chotan. Tsyang Tayien, seorang duta cina dalam mencari bantuan ke luar negeri sampai
ke Bactria, Samarkand, Balch dan Kabul serta akhirnya pada Tahun 126 SM ia kembali
lagi ke Cina.

10.Orang-orang Viking (sekitar 800-1050 M) menyerbu dari Inggris ke negeri-negeri


daratan Eropa sampai ke Rusia, Italia Selatan dan Amerika Utara.
Alfred Philippson, seorang ahli geografi Jerman dalam bukunya “Grunzage der
Allgemeinen Geographie” (1921) membagi geografi purba dalam 2 aliran:

67
1)Aliran Sejarah (Historis), yang memberikan uraian-uraian dari perjalanan dan
pengalaman para musyafir, peperangan dan pengalaman para musyafir, perdagangan-
perdagangan dan peristiwa-peristiwa lain. Penetapan letak secara dan uraian tentang
aktivitas-aktivitas penduduk masih kurang diperhatikan. Aliran ini memberikan bahan-
bahan yang baik untuk ilmu bangsa-bangsa dan negara-negara (Land en Volkenkunde,
Bld; Lands and Peoples, Egg). Penulis-penulis dari aliran ini diberi nama ‘ahli
Logografi”, misalnya Herodotas, Nearchos, dsb nya.

2)Aliran Matematika. Aliran ini mendapat kemajuan pesat, karena filsafat dari ilmu-ilmu
pengetahuan alamiahlah yang sebenarnya lebih dulu dapat membebaskan diri dari faham-
faham kepercayaan kuno, sebaliknya para ahli filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan
alamiah mulai menyusun suatu pengetahuan yang lebih rasional. Tokoh utama dari aliran
ini misalnya Eratothenes, yang disebut sebagai “bapak Geografi”, sebab ialah yang
memberikan istilah “Geographika” untuk pertama kalinya (selain pengukuran keliling
bumi; Claudius Ptolemaeus, seorang ahli perpetaan (kartografi). Pada petanya telah
tercantum 270 nama kota-kota di India, dan Cina (Serica) lebih dikenal pula bagian-
bagiannya. Bukunya “Almagest” dan “Geographika” mengandung pokok-pokok tentang
geografi purba.
Dalam masa pemerintahan Romawi telah dibuat peta-peta jalan raya yang disebut
Iteneraria. Peta tersebut dibuat pada lembaran-lembaran perkamen (kulit domba), yang
lebarnya 0,34 m serta panjang 0,6 m. Peta ini terutama digunakan untuk keperluan
tentara, pejabat-pejabat pemerintah, dan pedagang.

Geografi dalam Abad-abad Pertengahan

Pandangan orang terutama di Eropa, selama abad-abad pertengahan umumnya


mengalami kemunduran, jika disbanding dengan hasil-hasil yang telah diperoleh
sebelumnya. Kembali lagi mereka beranggapan, bahwa bumi ini berbentuk piringan
datar, dan pada tepi-tepinya telah ada batas-batas tertentu. Anggapan ini menyebabkan
orang tidak berani berlayar dengan leluasa. Gereja pun telah menetapkan, bahwa bumi
merupakan pusat dan mataharilah yang beredar mengelilingi bumi (Geocentrisme). Orang
yang berani menentang pendapat ini dianggap sebagai orang murtad, seperti misalnya
Galileo (1564-1642), yang dituduh berani mengemukakan pendapat heliocentrisme
(matahari ialah pusat tata surya, bumi bersama-sama dengan planet-planet lain beredar
mengelilingi matahari).
Tetapi justru selama abad-abad yang gelap dalam alam pikiran orang-orang Eropa ketika
itu, pengalaman-pengalaman bangsa Arab, viking dan sebagainya dalam meluaskan
pandagannnya ke negeri-negeri lain lebih banyak. Sejak kira-kira Tahun 800 sampai 1050
orang Viking memperluas kediamannya sampai ke Inggris, Rusia, Amerika Utara dan
Italia Selatan.
Para musyafir Arab dalam abad ke-9 dan 10 banyak menuliskan perjalanannya ke Rusia,
Asia Tengah, dll (Ibnu Batuta, dll). Tetapi pada akhir abad-abad pertengahan semangat
memperluas pengetahuan tentang negeri-negeri lain yang telah pudar itu mulai bangkit
kembali. Hal ini karena:
1.Makin ramai dan meluasnya perhubungan antara Republik Kota misalnya Genua dan
Venezia dengan dunia Timur, yang terkenal pada masa itu adalah Marco Polo (1254-

68
1324), seorang warga Republik-Kota Venezia yang melakukan perjalanan ke Cina pada
Tahun 1271 melalui Pamir, Lob Nor ke Peking. Selama 17 Tahun Marco Polo bekerja
sebagai duta Cina di Tibet, Birma, tsyampa (Cochin Cina) dan pernah pula menjadi
gubernur Nanking (1282-1285). Buku-bukunya memberikan gambaran yang lebih
lengkap dan terang tentang dunia Timur, tetapi karena belum banyak hal-hal yang dikenal
oleh orang Barat ketika itu, maka bukunya tersebut mendapat julukan “II Milione”
(sejuta) berhubunng dengan banyaknya hal-hal yang “aneh” dalam buku itu.
2.Perang Salib antara abad 11 dan 13. Pada waktu itu banyak sekali kaum bangsawan dari
Eropa ikut serta dalam perang salib untuk merebut kembali Tanah Suci (Palestina).
Pengalaman mereka merupakan bahan yang banyak dibukukan. Penulis geografi terkenal
pada waktu itu ialah Albertus Magnus yang mengarang “Liber Cosmographicus” (1250),
Roger Bacon yang mengarang “Opus Majus” (1270) dan Fra Mauro yang telah membuat
peta dunia. Venezia pada waktu itu merupakan pusat pelayaran, Oseanografi dan
pembuatan peta-peta.

3.Geografi di dunia Islam

Setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW, terjadilah perluasan kerajaan-kerajaan


Islam ke Barat dan ke Timur. Pada Tahun 642 mereka menguasai Mesir, kemudian
mereka melintasi Sahara yang pada Tahun 732 seluruhnya dapat dikuasai. Kemudian
menyeberang je Jazirah Iberia terus ke Perancis, tetapi dapat dihalau kembali pada
pertempuran di Tours. Selama 9 abad Islam dapat menguasai Spanyol dan Portugal.
Ke arah Timur mereka menaklukan Persia pada Tahun 641. Pada Tahun 762 didirikanlah
kota Bagdad di dekat reruntuhan kota tua Babylon. Di bawah khalifah harun al Rashid
(786-809) dimulailah projek penterjemahan buku-buku kuno dari berbagai sumber
(Yunani, Hindu, Cina, dsb). Projek tersebut diteruskan oleh khalifah Al Mamun (813-
833), yang memperkerjakan sarjana-sarjana dari smua agama dan kepercayaan. Al
Mamun juga mengulangi pengukuran keliling bumi seperti yang telah pernah dikerjakan
oleh Eratosthenes dahulu.
Dalam kurun zaman ini besar sekali sumbangan ahli-ahli geografi Arab, baik dalam
memperkaya konsep-konsep tentang iklim, bentuk permukaan bumi, perpetaan, dsb nya.
Diantaranya yang terkenal ialah:

a.Dalam bidang Klimatologi:

1.Ibn Haukal (943-973) mengunjungi pantai Timur Afrika sampai 20o dari equator.
Ternyata di daerah itu banyak dijumpai pemukiman penduduk (oikumene). Dengan
demikian kenyataan ini membantah pendapat orang Yunani, bahwa seluruh daerah sekitar
equator (daerah tropik) tidak dapat didiami oleh manusia.

2.Al Balldi (921) menerbitkan atlas yang menggambarkan jenis-jenis iklim di seluruh
daerah di dunia, atlas tersebut diberi nama kitab al Askhal.

3.Al Masudi (meninggal Tahun 956) member keterangan tentang angin musim (Munson)
di Mozambigue. Ia mengemukakan banyak konsep iklim yang masih banyak dipakai

69
sekarang ini, yaitu tentang penguapan (Evaporation), curah hujan/salju (Precipitation)
dan pengembunan (Condensation).

b.Dalam Bidang geomormologi (landforms)


:
1.Al Biruni membahas dalam kitabnya yang berjudul Kitab Al Hind (tentang India)
landforms anak benua India.

2.Ibn Sina (980-1037) membahas tentang lembah-lembah dan proses erosi di Asia
Tengah.

c.Dalam Bidang Perpetaan:

Yang paling terkenal adalah Idris (Edrisi) seorang tamatan Universitas Cordoba
(Spanyol) yang kemudian dipekerjakan oleh raja Roger dari Sicilia di Palermo. Ia banyak
menciptakan peta Portonalo (peta laut dengan banyak garis arah kompas). Peta semacam
ini yang dipakai oleh Columbus, Magellhaez (Magellan) dalam perjalanannya.
Kecuali itu sangat terkenal pula perjalanan seorang musyafir Arab Ibn Batula kelahiran
Tangier (Marokko) pada Tahun 1304. Ia sampai ke Rusia Selatan, India, Kepulauan
Maladewa, Lakadewa (Sri Langka), Afrika Utara, yang ditempuh selama 30 Tahun
dengan menempuh jarak 75.000 mil (suatu rekor dunia pada abad ke 14 itu). Selain itu
Ibn Khaldun dalam bukunya yang berjudul Muqadimmah banyak menjelaskan geografi
fisik dari pengalaman perjalanannya.

Geografi pada zaman Renaissance penemuan benua-benua baru.

Sesudah abad-abad pertengahan para sarjana lebih leluasa menguratakan pendapatnya


mengenai keadaan dunia, sebab ketika itu mulai timbul pembaruan alam pikiran
(Antklarung) dengan timbulnya Renaissance dan Humanisme. Mereka memegang
kembali pendapat bahwa bentuk bumi itu bulat, dan hal ini kelak terbukti dengan
berhasilnya perjalanan/pelayaran Fernao de Magelhaez (1519), penemuan benua Amerika
oleh Columbus (1486) dan Vasco d agama (1498), dll.

Di pihak lain ilmu pasti dan alam mendapat kemajuan yang pesat dengan
dikemukakannya teori-teori dari penemuan baru yang amat menguntungkan bagi
perkembangan geografi. Sarjana-sarjana terkemuka yang besar jasanya dalam pembaruan
ini misalnya

1.Nicolas Copernicus (1473-1543) yang menyatakan bahwa bumi berputar pada


sumbunya (1530).

2.Galileo Galilei (1564-1642) yang menyetujui pendapat Copernicus serta menyatakan


bahwa bumi beredar mengelilingi matahari dalam bukunya “Della macchi Solarie”
(1613), tetapi dipaksa menarik kembali pendapatnya itu oleh gereja.

70
3.Johanes Kepler (1571-1630), yang berhasil memberikan dalil-dalil tentang pergerakan
planet-planet.

4.Gerardus Mercator (1512-1594) yang namanya sampai sekarang ini tidak asing lagi
dalam dunia perpetaan. Kartografi memperoleh kemajuan yang pesat berkat kemajuan
yang berasal dari ilmu ukur dan astronomi serta didorong pula oleh kebutuhan orang
utnuk menemukan daerah-daerah baru.

Sebaliknya adanya peta-peta yang lebih lengkap dan sempurna serta kemajuan astronomi
dan ilmu ukur tsb, maka pelayaran (navigasi) memperoleh kemajuan yang pesat pula.
Banyak daerah baru yang dikemukakan dalam pelajaran-pelayaran semacam itu,
misalnya Willem Jansz (1605), Abel Tasman (1642) dan James Cook (1772-1775) ke
Benua Australia. James Cook diutus oleh lembaga ilmu pengetahuan Inggris (The Royal
Society). Dalam pelayaran itu ekspedisinya disertai pula oleh beberapa sarjana dari
bermacam-macam bidang keahlian, misalnya sarjana botani, kebudayaan timur
(orientalist), dokter, ahli geografi, dan ilmu ahli alam.

Pencarian daerah baru serta perdagangan dunia yang mulai ramai pada abad ke 17 dan 18
itu menyebabkan pula beberapa sarjana menaruh perhatian, terutama kepada organisasi
perdagangan serta kehidupan ekonomi negara-negara lain (VOC, Merchants Adventures,
dsb). Sejak itu pula mulai terdapat pula dasar-dasar untuk tumbuhnya geografi ekonomi,
geografi perdagangan dan lalu-lintas (Economic geography, Commercial geography,
geography of transport).

Sejalan dengan makin luasnya lapangan penyelidikan yang diperhatikan oleh geografi,
maka makin sukarlah orang bisa menguasai segala bagian geografi dengan baik. Untuk
mengusahakan segala bagian geografi dengan baik. Untuk mengusahakan efisiensi dan
mendalami penyelidikan-penyelidikan, maka akhirnya timbulah spesialisasi dalam
geografi. Spesialisasi yang tumbuh dalam masa itu misalnya:
1.Pengetahuan tentang fosil-fosil (kini tumbuh menjadi Palaeonthologi) yang dipelopori
oleh Van Woodward (1694).
2.Tentang angin pasat dan angin musim oleh halley (1686).
3.Tentang arus laut oleh Isaac Vossins (1663).
4.Tentang pegunungan oleh Buache (1752).
5.Tentang teori terjadinya bumi oleh Buffon (dalam bukunya “Epoque de la Nature”,
1778) dan Hutton (dalam “Theory of the Earth”, 1778).

Dalam abad ke 17 berdasarkan buku “Geographia Generalis” yang diterbitkan oleh


Bernhardus Varenius (1650, Amsterdam), ternyata bahwa geografi-fisik telah
berkembang menjadi pengetahuan yang lengkap. Geografi oleh Varenius diberi definisi
sebagai ilmu-pasti tercampur, karena berdasarkan pengalaman-pengalaman pula. Sifat
ilmiahnya berlainan dengan filsafat, ilmu pasti atau fisika yang lebih murni sifatnya,
sebab ilmu pasti dan ilmu alam hamper semata-mata bersumberkan hasil-hasil penalaran
manusia. Ilmu-ilmu semacam itu tergolong pada ilmu-ilmu murni (pure species).
Selanjutnya ia menunjukkan, bahwa tugas dari geografi ialah meberikan pelajaran-

71
pelajaran mengenai keadaan bumi dan bagian-bagiannya seperti ukuran-ukuran, bentuk
letak, gerak, keadaan langit dipandang dari bumi. Iapun memberikan pula sistematik
mengenai geografi atas : Geographia Generalis atau Geographia Universalis dan
Geographia Spesialis. Geographia Spesialis terdiri dari Chorographia (daerah besar)
Geographia Spesialis dan Topographia (daerah kecil).

Geographia Generalis (Universalis) mempelajari dunia sebagai suatu keseluruhan.


Geographia Spesialis mempelajari susunan daerah satu per satu. Lapangan ini masih
dibagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu Choro Graphhia yang memberikan uraian tentang
daerah kecil, misalnya kota, desa dsb. Semua gejala dalam geografi dari air laut, danau,
angin, sampai ke iklim dan pegunungan mendapat perhatian penuh dalam geografi sejak
masa itu.

GEOGRAFI BARU

Pada akhir abad 19, yang ditandai oleh munculnya keprofesionalan dalam geografi
(sering disebut geografi Baru). Profesionalisme dalam geografi ini didukung oleh :
a.Adanya suatu kebulatan tentang konsep-konsep yang dapat diterima oleh para
anggotanya.
b.Adanya departemen-departermen geografi pada perguruan-perguruan tinggi yang
dibina oleh para professor yang membina pendidikan tinggi, latihan-latihan kesarjanaan
dalam bidang geografi. Perkembangan ini kemudian menyebar ke Prancis, Inggris, Rusia,
dan melalui berbagai jalur sampai pula ke Amerika. Selanjutnya dari kelima sumber ini
geografi profesional yang baru ini menyebar keseluruh dunia.

Geografi dalam abad ke-19

Apabila masa-masa sebelumnya geografi-fisik memegang dominasi, namun akhirnya


sejak abad ke-19 orang mulai memikirkan bagaimanakah kedudukan dan peranan
manusia dalam hubungannya dengan masalah-masalah geografi.

Kedua masalah tersebut di atas (gejala-gejala fisik dan faktor manusia) akhirnya malah
menjadi dasar yang kuat bagi tumbuhnya geografi modern. Dalam pertumbuhannya yang
semakin subur ini kita tidak dapat melupakan jasa-jasa Alexander Von Humboldt (1779-
1859) sebagai bapak geografi sosial.

Kemajuan dalam geografi fisika dapat diikhtisarkan sbb:


1.Alexander von Humboldt dalam bukunya “Kosmos” (1845-1859) memberikan uraian
yang sangat sistematik mengenai hubungan antara iklim dan tumbuh-tumbuhan. Karena
itu ua dapat pula kita anggap sebagai bapak geografi tumbuh-tumbuhan
(phytogeography).
2.Eduad Suess (1881-1909) berhasil mengungkapkan masalah yang belum pernah
dipikirkan dalam geologi-dinamika (ingat tentang teori pergeseran benua-benua, SiAl-
SiMa).
3.Dalam Tahun 1870 Oscar Peschel berhasil meletakkan dasar bagi perkembangan
geomorfologi (cabang geologi yang mempelajari geomorfologi atau bentuk permukaan

72
bumi). Usaha ini baru berhasil benar-benar ketika William Morris Davis (1850-1935)
berdasarkan penyelidikannya di pegunungan Appalachia, berhasil memisahkan
geomorfologi dari geologi.

Perkembangan paham-paham baru dalam geografi-fisika umumnya tidak pernah


menggocangkan, dan lekas dimufakati oleh sarjana-sarjana lain. Hal ini berbeda dengan
masuknya paham-paham baru dalam geografi sosial seperti yang tampak pada uraian-
uraian selanjutnya.

Kembali lagi kita ke dalam lapangan geografi sosial yang lebih banyak persoalannya;
kedudukan dan peranan manusia dalam geografi dipersoalkan pertama kalinya oleh Karl
Ritter pada Tahun 1817 dalam bukunya “Die Ertkunde im Verhaltnis Zur Natur and Zur
Geschichte”. Geografi bagi Ritter mempunyai arit teleologis, artinya: bumi diciptakan
oleh tuhan agar manusia dapat belajar memakainya untuk tempat menetap. Dalam buku
Ritter tsb. Sudah kita ketemukan prinsip (dasar) dari Phisisch-Determinisme. Phisisch-
Determinisme adalah pandangan (paham) yang berpendapat, bahwa kehidupan manusia
ditentukan oleh keadaan-keadaan alam.

Pandangan Ritter ini kemudian dilanjutkan oleh mazhab Ratzel (1844-1904), yang
mengemukakan faham-fahamnya dalam ajaran yang disebut anthropogeographie. Prinsip
Phisisch-determinisme merupakan inti dari pada ajaran Anthropogeographie tsb.

Tokoh lain dari mazhab Riter-Ratzel ini dapat dikemukakan misalnya J.G. Kohl (1808-
1878) yang dapat kami sebut sebagai peletak bagi dasar geografi lalulintas. Dari buku
Kohl yang berjudul “Dehr Verkehr und die Ansiedelungen der Menschen in ihrer
Abhangigkeit von der Gestaltung der erdobertlache” (1814) nyatalah bahwa menurut ia
perkembangan lalulintas dan tempat tinggal manusia dipengaruhi oleh keadaan alamnya.
Pandangan ini kelak akan ditentang oleh mazhab Perancis dalam ajarannya yang disebut
Geographie Humaine (Geografi manusia atau geografi budaya).

Geografi Baru

Pada akhir abad 19 tampak adanya perubahan fundamental dalam peranan universitas.
Universitas tradisional sebelumnya dipandang sebagai tempat dimana mahasiswa dapat
diindoktrinasi dalam paham-paham agama dan politik, dan mereka memusatkan studinya
pada bahasa Yunani, bahasa Latin (bahasa-bahasa klasik). Mereka umumnya belajar
dalam bidang agama, hukum, logika dan rethorika (ilmu berpidato).

Tetapi sejak dikenalnya bidang profesional yang baru, yang disebut disiplin (dalam arti
disiplin ilmiah) universitas-universitas menerima tanggung jawab untuk melaksanakan
pendidikan tingkat tinggi kepada generasi-generasi sarjana yang lebih muda. Tiap-tiap
anggota dari bidang profesi itu mematuhi tingkah laku profesional yang baku (standart).
Jenis pendidikan semacam ini menuntut studi/latihan tingkat tinggi dalam graduate
schools.

73
Perubahan besar-besaran tersebut mulai terjadi di Jerman dalam Tahun 1809 dengan
didirikannya Universitas Berlin sebagai suatu masyarakat cendikiawan yang bebas
(kebebasan mimbar). Kemudian diterima dua prinsip berhubung dengan fungsi yang baru
dari universitas:
1.Mahasiswa dibebaskan dari kurikulum standar, dan diperbolehkan memilih mata kuliah
apa saja yang menarik baginya.
2.Pengangkatan jabatan-jabatan akademis di fakultas didasarkan pada prestasi akademis.
Para pengajar diberikan hak untuk menyelenggarakan penelitian-penelitian serta
mengajarkan hasil penelitian tersebut.

Geografi sebagai suatu bidang studi kesarjanaan di universitas-universitas di Jerman lahir


pada Tahun 1870-an. Dari Jerman gerakan ini meluas dengan cepat ke Prancis dan
negara-negara Eropa yang lain, dan juga ke Amerika. Tokoh terkemuka di Jerman yang
sangat berjasa dalam memperkenalkan geografi baru pada universitas-universitas di
Jerman yang sangat berjasa dalam memperkenalkan geografi baru pada universitas-
universitas di Jerman adalah Baron Ferdinand Von Richtofen, seorang peneliti lapangan.
Pada Tahun 1875 ia memimpin Departemen Geografi di Berlin. Selama periode 1877-
1912 menyelesaikan studinya tentang Cina dalam lima jilid buku. Selanjutnya selama jadi
rector di Universitas tersebut, berhasil membimbing mahasiswa-mahasiswanya sehingga
menjadi sarjana terkenal : Otto Schluter, Alfred Philippson dan Sven Hedin (seorang
peneliti Asia tengah, berkebangsaan Swedia). Tokoh utama geografi baru di Perancis
adalah Paul Vidal de la Blache yang mengajar geografi di Universitas Nancy dari Tahun
1872 hingga 1877.

Geografi abad ke-20

Sebenarnya pendapat yang terlalu melebih-lebihkan pengaruh alam terhadap kehidupan


manusia telah diperingatkan oleh Ernst Kapp (1808-1896) dan Oscar Peschel (1816-
1875), tetapi barulah mulai benar-benar ditentang oleh Paul Vidal dela Blache (1845-
1918) yang dianggap sebagai bapak dari mazhab Perancis, yang mengemukakan
ajarannya sebagai Geographi Humaine (Geografi Manusia atau Geografi Budaya).

Karangan-karangan Paul Vidal De la Blache diterbitkan oleh ahli geografi Emanuel De


Martonne dengan judul “Prinsiple De Geographi Humaine”. Dalam Geographi Humaine
manusia tidak lagi dianggap pasif dalam kehidupannya. Tugas geografi adalah :
menyelidiki usaha-usaha manusia di permukaan bumi; menyelidiki bentuk-bentuk yang
nyata yang ditinggalkan oleh manusia sesudah dipakainya tempat tinggal. Berhubung
Mazhab Prancis ini hendak menyelidiki usaha-usaha manusia dan akibat-akibatnya pada
permukaan bumi, maka Mazhab ini disebut juga geografi manusia (Geogrpahi Humaine,
Human Geography) atau geografi budaya (Cultural Geography).

Pengikut yang termasuk Mazhab Prancis adalah Jean Brunhes (1869-1930). Aliran-aliran
geografi di Indonesia terutama terpengaruh aliran geografi Belanda yang juga
dipengaruhi aliran Prancis ini. Di Nederland geografi budaya tersebut kemudia
berkembang menjadi dua aliran lagi, yaitu aliran utrech yang dipelopori oleh Leo van
Vunren (1873-1941) yang menganggap bahwa manusia merupakan unsur yang mencipta

74
dan mengubah. Mereka berusaha menemukan hubungan antara kehidupan manusia
dengan keadaan alam (tetapi tidak bersifat (Physisch-Deterministis lagi). Aliran yang lain
adalah aliran Amsterdam (Stemmetz, Ter Veen) yang menghendaki agar kelompok
manusia dan gejala-gejala kelompok dijadikan dasar bagi penyelidikan-penyelidikan
geografi.

Kedua aliran tersebut akhirnya sampai di Indonesia, tetapi sudah barang tentu di
Indonesia akan berkembang aliran-aliran geografi sesuai dengan kehidupan ilmiah baik di
dalam maupun di luar negeri.

Geografi Kontemporer

Geografi kontemporer berkembang sesudah PD II, yang ditandai oleh banyaknya


perubahan mengenai kualitas hidup di seluruh dunia ini. Perubahan ini ditandai oleh
inovasi-inovasi teknologi yang berkembang selama dan sesudah PD II yang bersifat
revolusioner. Sementara itu dalam waktu yang singkat dalam periode ini telah terjadi
peledakan penduduk serta menyebarnya secara cepat jaring-jaring komunikasi, yang
menuntut adanya kesadaran, bahwa kemakmuran tidak mungkin dapat dipertahankan lagi
dengan adanya konsentrasi manusia yang hidup dan kebodohan dalam bagian-bagian
yang lain dari dunia ini.

Periode ini ditandai pula oleh adanya dua gejolak:

a.Pada Tahun 60-an para mahasiswa geografi terutama mencurahkan perhatiannya pada
Science dan matematika, sehingga pengkajian ide-ide geografi melalui sejarah serta
literature diabaikan. Hal ini dapat merupakan bahaya pula, sebab orang begitu saja mudah
menerima konsep-konsep, teori-teori maupun metode-metode yang telah diletakkan oleh
para pendahulu tanpa mengkaji lebih lanjut akan kebenaran yang sesungguhnya.

b.Pada Tahun 70-an terjadi suatu gerakan kearah pencarian kebenaran dalam geografi
melalui berbagai jalur misalnya literature, filsafat, teknologi, sejarah, Science dan lain-
lain.

Perang Dunia II membawa perubahan besar-besaran dalam kehidupan manusia. Berbagai


perubahan besar tersebut antara lain:

1.Penemuan-penemuan dalam bidang teknologi seperti mesin jet, radar, tenaga nuklir,
teknologi dirgantara dan ruang angkasa, teknologi komunikasi dan computer.

2.Perubahan dalam sikap hidup antar bangsa-bangsa, terutama dalam usaha penghapusan
penjajahan, dan meredanya kecurigaan rasial.

3.Dalam dunia akademik terjadi gelombang penemuan tidak saja dalam bidang fisika dan
kedokteran saja, melainkan dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya, terutama setelah

75
ditemukannya alat bantu analisis seperti komputer, yang memungkinkan perhitungan-
perhitungan statistik matematik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

4.Revisi yang mendasar dalam pendidikan. Mahasiswa tahun 60-an diintrudusir untuk
lebih mengutamakan keterlibatannya dalam Science dan matematika dan mengabaikan
ilmu-ilmu sosial. Pada Tahun 70-an terjadi “reaksi” atas hal tersebut, terjadi gerakan baru
yang mencari pemahaman secara mendalam melalui seni, music, kesusateraan, filsafat,
dan sejarah. Sebagai bidang studi geografi terpengaruh oleh perubahan-perubahan pasang
surut ilmu pengetahuan tersebut.

Konsep-konsep geografi yang masih relevan dengan perspektif geografi masa kini:
1.Bumi sebagai ruang untuk tempat tinggal (the concept of occupied space). Konsep ini
berkaitan dengan pengukuran jarak, arah, luas, kepadatan, keterjangkauan, lokasi.

2.Konsep regional, region adalah bagian dari permukaan bumi yang mempunyai
keseragaman dalam faktor-faktor fisik sosial, ekonomi, dan budaya, sehingga mempunyai
satu ciri khas (Personality), yang dapat dibedakan dari wilayah lainnya. Region ini
dipakai sebagai alat untuk memilih, mempelajari pengelompokan, menganalisis gejala
yang komplek dari muka bumi (analisis regional).

3.Adanya kemajuan dalam teknik dan metode observasi, terutama kemajuan dalam
bidang: pemetaan, penggunaan citra foto dan citra satelit udara untuk menggambarkan
data geografis secara cepat, penggunaan konsep matematika dan prosedur statistic,
konsep sistem keruangan (spatial system), penggunaan sistem analisis misalnya pada
human ekosistem, studi tentang letak/tempat sacral (Central place theory), studi tentang
penyebarn (difusi) gejala dan masalah geografis, dll.

Peter Hagget mengemukakan, bahwa pemikiran Geografi berpusat pada tema-tema


sebagai berikut:

1.The areal differentiation theme (perbedaan keruangan atau Geodiversity). Tujuan


pokok dalam penelitian geografi adalah mempelajari perbedaan-perbedaan antara tempat-
tempat di permukaan bumi.

2.The landscape theme (Hettner 1859-1941). Landscape mempunyai suatu ciri khas
(unik) yang terlihat sebagai suatu personality.

3.The man environment theme (ekologi manusia). Ekologi sebagai ilmu pengetahuan
yang mengkaji hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungannya, dan
mengkaji adaptasi organisme terhadap lingkungannya.

4.The spatial distribution theme. Tujuan dari geografi adalah menguraikan dan member
keterangan (explanation) tentang penyebaran gejala-gejala di permukaan bumi.

5.The geometric theme. Tradisi ilmu ukur dalam geografi merupakan suatu yang sudah
dikenal oleh Erathosthenes (276-194 SM), Khalifah al Mamun (813-833), dsb yang

76
mengadakan pengukuran-pengukuran jarak. Sejak tahun 1950 perhatian ahli-ahli geografi
dicurahkan lagi pada segi ini dengan munculnya metode kuantitatif dalam geografi.

Oleh : Budiyanto | May 11th, 2013 - No comment

Paradigma Geografi Tradisional


Kontemporer
Paradigma Geografi – Paradigma merupakan cara pandang keilmuan yang sama
termasuk di dalamnya asumsi, prosedur, dan penemuan yang diakui serta diterima oleh
sekelompok ilmuwan dan akhirnya diakui masyarakat pada umumnya. Sebagai suatu
ilmu yang sudah lama berkembang, geografi juga mengalami pergeseran paradigma
dalam studinya. Mulai dari masa tradisional hingga kontemporer.

1. Paradigma Geografi Tradisional

Berkembangnya paradigma ini dimulai sebelum tahun 1960-an. Selama masa ini
berkembang tiga paradigma geografi, yaitu:

a. Paradigma Eksplorasi

Paradigma ini ditandai dengan adanya penemuan-penemuan daerah baru. Ditunjukkan


dengan giatnya upaya pemetaan, penggambaran, dan pengumpulan fakta di wilayah baru
yang belum diketahui. Kegiatan ini menghasilkan tulisan, gambaran,
serta peta yang memberikan manfaat bagi para geograf untuk menyempurnakan yang
telah ada. Sifat dari produk yang dihasilkan berupa deskripsi dan klasifikasi wilayah baru
dilengkapi dengan fakta lapangan. Oleh karena kondisi ini, banyak pihak
menyebutnya sebagai era geographical thought atau gagasan secara geografi dalam
bentuk deskripsi sederhana dari pengaturan serta klasifikasi data yang masih sangat
sederhana.

b. Paradigma Environmentalisme

Paradigma ini merupakan kelanjutan dari paradigma terdahulu. Dorongan peningkatan


produk yang lebih akurat dan detail menuntut peneliti melakukan pengukuran lebih
mendalam terkait dengan elemen fisik. Nah, paradigma ini populer pada akhir abad XIX.
Bentuk-bentuk analisis secara mendalam seperti analisis morfometrik, sebab akibat, serta
analisis network sangat berkembang. Perkembangan lebih lanjut tampak dengan adanya
analisis hubungan antara manusia dengan lingkungan. Hubungan ini menunjukkan bahwa
manusia tidak lagi menerima alam apa adanya.

c. Paradigma Regionalisme

77
Pada paradigma ini timbul atas adanya sintesis hubungan manusia dan lingkungan,
hingga memunculkan konsep-konsep region. Beberapa konsep yang muncul, yaitu
adanya pembagian wilayah berdasarkan tipenya, formal dan fungsional. Juga
pewilayahan berdasarkan hierarki dan kategori. Selain itu, analisis temporal berkembang
pula pada masa ini.

2. Paradigma Kontemporer

Pada masa ini, ditandai dengan berkembangnya metode analisis kuantitatif, model
building, dan analisis keruangan. Hingga masa ini disebut periode paradigma analisis
keruangan. Seorang geograf, Coffey, mengungkapkan ciri-ciri paradigma geografi
kontemporer yaitu adanya spesialisasi dalam geografi hingga mengakibatkan studi
geografi seolah terpisah. Kondisi ini mendorong kemunculan pendekatan sistem dalam
ilmu geografi untuk membuat geografi kembali pada fitrahnya.

10 Konsep Esensial Geografi


10 konsep esensial geografi menurut Seminar dan Lokakarnya Ahli Geografi tahun
1998

Banyak para ahli yang memberikan konsep-konsep tentang geografi, sehingga perlu
dibentuk konsep dasar bagi perkembangan geografi di Indonesia.

Untuk itu, diselenggarakan Seminar dan Lokakarnya Ahli Geografi tahun 1998 yang
menghasilkan kesepatan berupa 10 konsep esensial geografi, yaitu sebagai berikut:

1) Konsep lokasi → Suatu tempat di permukaan bumi memiliki nilai ekonomi apabila
dihubungkan dengan harga. Misalnya:

a. Di daerah dingin orang cenderung berpakaian tebal.

b. Nilai tanah atau lahan untuk pemukiman akan berkurang apabila berdekatan dengan
kuburan, terminal kendaraan umum, pasar, atau pabrik karena kebisingan dan
pencemaran.

2) Konsep jarak → Jarak dihubungkan dengan keuntungan yang diperoleh, sehingga


manusia cenderung akan memperhitungkan jarak, Misalnya:

a. Harga tanah akan semakin tinggi apabila mendekati pusat kota dibandingkan dengan
harga tanah di pedesaan.

b. Peternakan ayam cenderung mendekati kota sebagai tempat pemasaran, agar telur dan
ayam yang dibawa ke tempat pemasaran tidak banyak mengalami kerusakan,
dibandingkan apabila peternakan ditempatkan jauh dari kota.

78
3) Konsep keterjangkauan → Hubungan atau interaksi antartempat dapat dicapai, baik
dengan menggunakan sarana transportasi umum, tradisional, atau jalan kaki. Misalnya:
a. Keterjangkauan, Jakarta – Biak (pesawat terbang); Bandung – Jakarta (kereta api).

b. Daerah A penghasil beras dan daerah B penghasil sandang. Kedua daerah ini tidak
akan berinteraksi apabila tidak ada transportasi.

c. Suatu daerah tidak akan berkembang apabila tidak dapat dijangkau oleh sarana
transportasi.

4) Konsep pola → Bentuk interaksi manusia dengan lingkungan atau interaksi alam
dengan alam, hubungannya dengan pola persebaran, seperti sebagai berikut.
a. Pola aliran sungai terkait dengan jenis batuan dan struktur geologi

b. Pola pemukiman terkait dengan sungai, jalan, bentuk lahan, dan sebagainya.

5) Konsep morfologi → Bentuk permukaan bumi sebagai hasil proses alam dan
hubungannya dengan aktivitas manusia. Misalnya:

a. Bentuk lahan akan terkait dengan erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, ketebalan
lapisan tanah, ketersediaan air, dan sebagainya.

b. Pengelompokan pemukiman cenderung di daerah datar.

6) Konsep aglomerasi → Pengelompokan penduduk dan aktivitasnya di suatu daerah,


Misalnya:
a. Masyarakat atau penduduk cenderung mengelompok pada tingkat sejenis, sehingga
timbul daerah elit, daerah kumuh, daerah perumnas, pedagang besi tua, pedagang barang
atau pakaian bekas, dan lain-lain.

b. Enam puluh delapan persen industri tekstil Indonesia berada di Bandung.

7) Konsep nilai kegunaan → Manfaat suatu wilayah atau daerah mempuyai nilai
tersendiri bagi orang yang menggunakannya. Misalnya:

a. Daerah sejuk di pegunungan yang jauh dari kebisingan, seperti di Puncak antara Bogor
dengan Cianjur, banyak dijadikan tempat peristirahatan dan rekreasi.
b. Lahan pertanian yang subur sangat bernilai bagi petani dibandingkan bagi nelayan atau
karyawan/pegawai kantor.

8) Konsep interaksi dan interdependensi → Setiap wilayah tidak dapat memenuhi


kebutuhannya sendiri, tetapi memerlukan hubungan dengan wilayah lain, sehingga
memunculkan adanya hubungan timbal balik dalam bentuk arus barang dan jasa,
komunikasi, persebaran ide, dan lain-lain. Misalnya: gerakan orang, barang, dan gagasan
dari suatu tempat ke tempat lain seperti,

79
a. Pergerakan penduduk, berupa sirkulasi, komutasi (ulang-alik), dan migrasi.
b. Pergerakan barang (sandang) dari kota ke desa; pangan dari desa ke kota.
c. Pergerakan berita (informasi) melalui radio, televisi, surat kabar dan lain-lain, terhadap
pembaca atau pemirsa.

9) Konsep differensiasi area (struktur keruangan atau distribusi keruangan) → Suatu


wilayah kaitannya dengan wilayah lain. Wilayah di permukaan bumi memiliki perbedaan
nilai yang terdapat di dalamnya. Misalnya:

a. Fenomena yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lain, seperti:


1. jarak dekat, jarak sedang, atau jarak jauh.

2. pemukiman padat, sedang, atau jarang

b. Pertanian sayuran dihasilkan di daerah pegunungan; perikanan laut atau tambak di


pantai; dan padi di daerah yang relatif datar.

10) Konsep keterkaitan keruangan (proses keruangan) → Suatu wilayah dapat


berkembang karena adanya hubungan dengan wilayah lain, atau adanya saling
keterkaitan antarwilayah dalam memenuhi kebutuhan dan sosial penduduknya. Misalnya,
jika dikaji melalui peta, maka terdapat konservasi spasial (keterkaitan wilayah) antara
wilayah A, B, C, dan D.

Sepuluh konsep tersebut, sengaja dibuat untuk penyatu bahasaan pemikiran geografi,
semuanya merupakan awal dari memahami geografi. Dengan demikian, pendidikan
geografi mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi harus mencakup sepuluh
konsep tersebut, hanya materi yang diberikan sesuai dengan jenjang pendidikannya.

Sumber Waluya, Bagja. 2007. Memahami Geografi SMA/ MA Kelas X semester 1 dan 2.
Bandung: Armico. Jakarta

KONSEP DASAR GEOGRAFI


hasan kawaguchi
12.36
geografi

80
Lokasi
Suatu tempat di permukaan bumi akan mempunyai nilai tinggi apabila dihubungkan
dengan kondisi sosial yang baik.

Contoh:
Nilai/harga lahan untuk permukiman akan berkurang apabila berdekatan dengan makan.
Peternakan akan ditempatkan di desa (jauh dari keramaian) untuk keberhasilan ternaknya.

Jarak
Unsure jarak akan diperhitungkan apabila berhubungan dengan keuntungan yang
didapat.

Contoh:
Nilai lahan akan semakin mahal bila semakin dekat dengan jalan raya atau pusat
keramaian.
Harga hasil pertanian akan semakin mahal, apabila dibawa dari daerah yang sangat jauh
karena resiko semakin mahal.

Keterjangkauan
Interaksi antar satu daerah dengan daerah lain akan terjadi apabila terdapat sarana
transportasi yang memadai.

Contoh:

1. Surabaya – Pacitan dapat ditempuh dengan mobil/bis.


2. Gresik – P. Bawean dapat ditempuh dengan kapal laut.

Pola
Bentukan khas, hasil interaksi gejala alam satu dengan gejala alam lainnya atau hasil
interaksi antara manusia dengan lingkungannya.

Contoh:

81
1. Pola aliran sungai banyak berhubungan dengna jenis batuan atau relief
daerahnya.
2. Pola pemukiman sering terkait dengan pantai, sungai, dan sebagainya.

Morfologi
Bentuk pemukiman bumi terjadi sebagai hasil dari gejala alam ataupun gejala manusia

Contoh:

1. Daerah Delta terbentuk akibat dari proses pengendapan oleh lumpur sungai.
2. Daerah gunung api terbentuk dari proses penyusupan magma.

Aglomorasi
Penduduk akan kecenderungan untuk mengelompok pada keadaan sosial ekonomi yang
sejenis, atau keadaan alam yang menguntungkan.

Contoh:

1. Orang-orang kaya banyak yang tinggal di perumahan elit.


2. Para dosen lebih suka tinggal di perumahan dosen

Nilai Kegunaan
Manfaat sesuatu daerah mempunyai nilai yang berbeda antara satu orang dengan lainnya.

Contoh: daerah wisata Kota Batu, nilainya berbeda bagi setiap orang. Oleh karena itu,
ada orang yang sering mengunjungi, ada yang tidak pernah mengunjunginya.

Interkasi dan Interdependensi


Setiap daerah tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga memerlukan
interaksi dengan daerah lain, maka akan terjadi gerakan orang, barang, dan jasa,
komunikasi, persebaran ide, dan sebagainya.

Contoh:

1. Gerakan penduduk dari daerah padat ke daerah jarang.


2. Gerakan barang dari daerah berlebihan (produsen) ke daerah kekurangan
(konsumen).

Diferensiasi Areal (Struktur Keruangan)


Hasil interaksi antara manusia dengan lingkungan yaitu daerah dengan kenampakan yang
khusus.

Contoh:

82
1. Daerah dengan pemukiman padat, sedang, atau jarang.
2. Daerah dengan penduduk pendapat tinggi, sedang atau rendah.

Keterkaitan Keruangan
Kenampakan yang khusus dari setiap daerah akan menimbulkan adanya saling
keterkaitan antar daerah dalam hal pemenuhan kebutuhan

Contoh:

1. Daerah Gresik menghasilkan semen dan daerah Madiun menghasilkan gula, maka
dua daerah tersebut akan terjadi interkasi.
2. Daerah Surabaya banyak tenaga ahli dan daerah Lamongan banyak tenaga kasar,
maka dua daerah tersebut akan terjadi keterkaitan.

Sumber: Mimbar Aksi Geografi. Tim Geografi; Disusun Pengurus MGMP Geografi
Kabupaten Gresik Periode 2007 – 2008. (Hal. 13-14)

Konsep Dasar
Geografi
10 Konsep dasar geografi
1. Konsep Lokasi,
Dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu, lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi
absolut, menunjukkan lokasi yang tetap berdasarkan garis lintang dan garis bujur (letak
astronomis).
1. Contoh: Indonesia terletak pada 6º LU - 11º LS dan 95º BT – 141º BT. Lokasi relatif
adalah lokasi yang dipengaruhi oleh daerah sekitarnya, sehingga dapat berubah-ubah
seiring dengan perubahan keadaan geografinya.
2. Contohnya daerah Karawang yang dulunya areal pesawahan yang sepi, setelah adanya
jalan tol Cikampek-Jakarta lokasi tersebut menjadi pusat perindustrian yang ramai.

83
2. Konsep Jarak,
Jarak mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia baik dari segi sosial, ekonomi,
dan yang lainnya. Jarak adalah panjang suatu lintasan dari dua lokasi.
1. Contoh secara astronomis wilayah Indonesia berada pada 6º LU - 11º LS dan 95º BT –
141º BT. Berdasarkan kosep jarak maka panjang wilayah Indonesia dari utara selatan
555 km dan barat timur adalah 5.106 km. Untuk menghitungnya 11º – 6º = 5 X 111 =
555 141 – 95 = 46 X 111 = 5.106. angka 111 adalah rumus dimana 1º = 60 menit = 111
km.

3. Konsep Keterjangkauan
Berkaitan dengan kondisi permukaan bumi dan ketersediaan sarana prasarana
transportasi atau komunikasi yang dapat dipakai.
1. Contohnya, sulitnya menyalurkan bantuan kepada penduduk Yahokimo di Papua
yang mengalami musibah kelaparan pada bulan Desember 2005 karena tempatnya
terisolasi, yaitu berada di daerah pegunungan yang tinggi, melewati hutan dan
rintangan medan yang berat serta terbatasnya alat transportasi dan komunikasi juga
disertai cuaca buruk

4. Konsep pola
Dalam geografi mempelajari susunan, bentuk, dan persebaran fenomena geosfer, baik
yang bersifat alami maupun yang bersifat sosial budaya. Hampir setiap fenomena atau
gejala geografi memiliki sebaran pada wilayah tertentu.
1. Contoh permukiman penduduk di sekitar jalur pantura berderet memanjang mengikuti
jalan raya. Desa yang memiliki sumber air atau danau pemukiman penduduknya
melingkar.
5. Konsep Morfologi,
Morfologi berkaitan dengan bentuk permukaan bumi sebagai hasil tenaga
endogen dan eksogen yang mengakibatkan terbentuknya berbagai bentuk permukaan
bumi. Bentuk morfologi juga berpengaruh terhadap aktifitas penduduk.
1. Contoh penduduk yang tinggal di daerah pegunungan yang subur sebagian besar
bermatapencaharian berkebun dan kemajuan penduduknya lambat, sarana
transportasi lebih banyak dilakukan dengan jalan kaki, permukiman penduduknya

84
menggerombol . Diwilayah yang topografinya datar lebih maju karena sarana
transportasi lebih memadai dan permukiman penduduk menyebar.

6. Konsep Aglomerasi,
Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran gejala geografi yang bersifat
mengelompok. Pengelompokan ini biasanya dipengaruhi oleh adanya keseragaman atau
faktor-faktor umum yang menguntungkan.
1. Contohnya di daerah perkotaan, biasanya penduduk akan mengelompok berdasarkan
keseragaman, seperti adanya daerah pemukiman elit dan daerah pemukiman kumuh.
Dilingkungan pedesaan juga terjadi aglomerasi seperti adanya desa Mandisari,
Tegalsari, Karangsari yang satu sama lain saling berinteraksi.
7. Konsep Nilai Kegunaan,
Nilai kegunaan bersifat relatif artinya suatu objek geografi akan mempunyai
kegunaan yang berbeda bagi setiap orang atau kelompok penduduk.
1. Contoh penduduk yang tinggal di daerah pegunungan merasa sulit untuk membeli
kebutuhan rumah tangganya, bagi orang kota wilayah pegunungan merupakan
tempat wisata yang memiliki udara segar serta jauh dari kebisingan

8. Konsep Interaksi Interdependensi,


Pada dasarnya unsur-unsur alam saling berinteraksi dan berhubungan pada suatu
ruang. Konsep ini juga memberi gambaran kepada kita bahwa tidak ada suatu wilayah di
permukaan bumi yang terlepas dari wilayah lainnya. rutinitasnya, interaksi dan
interdependensi merupakan peristiwa saling mempengaruhi antar berbagai fenomena
geosfer.
1. Contohnya, warga desa akan berinteraksi dengan unsur-unsur keruangannya di
pedesaan, diantaranya dalam bentuk mengolah lahan pertanian atau beternak.
Begitu juga warga kota akan berinteraksi dengan unsur-unsur keruangan kotanya,
diantaranya dalam bentuk mengatur lokasi pabrik, lokasi perkantoran, jalan raya,
dan lain-lain. Kemudian terjadi interaksi antara penduduk pedesaan dengan
penduduk perkotaan dalam memenuhi masing-masing kebutuhannya. Bahan pangan
yang dihasilkan oleh penduduk desa akan dibutuhkan oleh penduduk kota, begitu
juga penduduk desa membutuhkan peralatan dan sarana transportasi yang

85
disediakan dari kota untuk pengangkutan barang produk pertanian dari desa ke
kota.
9. Konsep Diferensiasi Area,
Setiap daerah memiliki perbedaan dengan wilayah lainnya baik kehidupan
penduduknya maupun kondisi alamnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kebiasaan
dan budaya penduduknya, keadaan iklimnya, tanah, perairan, tumbuh-tumbuhan, dan
alam lingkungan secara keseluruhan. artinya, diferensiasi area berhubungan dengan
perbedaan corak antarwilayah di permukaan bumi, dengan corak tertentu yang dapat
dibedakan dengan wilayah lain sebagai region. Dengan adanya diferensiasi area akan
mendorong interaksi antartempat dalam bentuk mobilisasi penduduk dan pertukaran
barang atau jasa.

10. Konsep Keterkaitan Keruangan,


Ilmu geografi memandang permasalahan di permukaan bumi dalam konteks yang
terintegrasi. Artinya, wilayah menjadi satu kesatuan utuh yang di dalamnya ada unsur
manusia, alam, lingkungan, dan interaksi antara keduanya. Keterkaitan keruangan
menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena lain di
suatu tempat baik yang menyangkut fenomena alam atau sosial.
1. Contohnya, sebagai orang yang hidup di wilayah Indonesia tentu saja harus
memahami keadaan tanah airnya sendiri mulai dari budaya bangsanya atau keadaan
alamnya yang subur makmur tetapi selalu terancam oleh letusan gunung api, gempa
bumi, dan tsunami.

Keterampilan Dasar Geografi


Published By momon On Rabu, Januari 4th 2012. Under Perihal
Geografi Tags: geografi

Bila diperhatikan sejenak, kita dapat menemukan ada enam keterampilan dasar bagi
seseorang, untuk dikategorikan sebagai orang yang belajar geografi, atau ahli geografi.
Keterampilan dasar (basic skill) ini, mau tidak mau, harus dimiliki oleh seseorang yang

86
mengaku diri atau menyatakan diri sebagai seorang geograf.

Pertama, kemampuan observasi. Ini adalah kemampuan awal dan kemampuan utama
dalam membangun kompetensi geografik. Ada hukum jelas dalam kemampuan ini. Tidak
dikatakan geografis bila tidak memiliki kemampuan mengamati fenomena geosfera. Hal
ini memberikan gambaran bahwa geografi itu, adalah ilmu empirik yang mengutamakan
dan mengedepankan prinsip observasi dalam menemukan dan mengkonstruksi informasi.

Geografi adalah ilmu empirik. Ilmu geografi berkembang, dari hasil pengamatan dan
penjelajahan wilayah. Karena itu, keterampilan observatif menjadi penting dan menjadi
keterampilan dasar yang tidak boleh tidak harus dimiliki oleh seorang geograf. Seorang
geograf dituntut memiliki kemampuan mengamati berbagai fenomena geosfera, dan
kemudian merekonstruksinya sebagai pengetahuan geografi.

Kedua, keterampilan deskriptif. Keterampilan ini ditujukan dalam bentuk kemampuannya


menjelaskan fenomena geosfera yang ada di muka bumi. Setiap fenomena muka bumi,
dijelaskan secara detil dan optimal, sehingga orang yang membaca seolah-olah melihat
fenomena alam itu secara langsung. Di sinilah kemampuan deskriptif seorang geograf
menjadi penting. Dalam penelitian kualitatif, keterampilan seperti ini disebutnya dengan
tick description, yaitu merinci dan menjelaskan secara detil mengenai fenomena gesfera
terkait.

Ketiga, klasifikasi. Setelah penggambaran, keterampilan selanjutnya yang dibutuhkan itu


adalah kemampuan mengelompokkan (clasification). Misalnya, mana yang disebut lahan
pertanian, lahan perindustrian, dan lahan perumahan. Pengelompokkan ini, bisa
dilakukan pula pada fenomena geosfera yang lainnya. Kemampuan mengelompokkan ini,
akan menjadi bahan untuk melakukan analisis lanjutan terkait dengan interaksi antar
fenomena geosfera.

Keempat, keterampilan pemetaan. Kelompok-kelompok fenomena geosfera itu sudah


tentu digambarkan dalam konteks lingkungan hidupnya. Karena berada pada konteks
lingkungan, maka dia pun akan menempati ruang. Oleh karena itu, seornag geograf
dituntut untuk mamu memetakan sebaran (distribution) dari fenomena-fenomena geosfera
di maksud.

Keterampilan pemetaan ini, mencakup pada dua bentuk. Bentuk pertama, pemetaan
dalam pengertian konvensional, yaitu membutuhkan keterampilan kartografi
(cartography), sedangkan pada teknik terbaru yaitu penguasaan dalam pemanfaatan ICT
dalam pembuatan peta digital (digital map). Kedua teknik ini, merupakan keterampilan-
keterampilan dasar yang dibutuhkan geograf, dalam memaksimal kemampuannya saat
melakukana analisis geografi terhadap berbagai fenomena yang ada.

Terakhir, analisis relasional-rasional. Akhir dari keterampilan ini, yaitu melakukan


analisis keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lain, kaitannya dengan
lingkungan terkait. Geograf adalah seseorang yang berupaya memahami, fenomena

87
manusia kaitannya dengan kondisi lingkungan yang ada. Kemampuan ini ditandai dengan
pola pikir yang jelas, yang dimliki oleh seorang geograf, yaitu mampu menemukan
benang merah keterkaitan antara perilaku sosial manusia dalam kaitannya dengan
karakteristik lingkungan.

30S a t u s a t u n y a y a n g s e c a r a t e g a s m e n y e b u t k a n “ m a s y a r a k a t
m i n a n g k a b a u memiliki pola dualisme
” h a n ya l a h d i t e m u i d a l a m t u l i s a n S a a n i n ( 1 9 8 9 ) ya n g m e l i h a t b a h w a
m a s y a r a k a t M i n a n g k a b a u c e n d e r u n g m e m i l i k i p s i k o l o g i ya n g
t e r b e l a h d u a (dualisme). Menurut Saanin (1989), ketika seseorang
mempelajari Minangkabau, akanselalu dihadapkan pada masalah “dualisme”
tersebut. Sifat dualisme seperti ini, misalnyaterlihat jelas pada :
(1) Penerapan aturan antara cara adat (matrilineal) dengan cara
agama(patrilineal).
(2) sistem politik (lareh) a n t a r a a r i s t o k r a t i s d e n g a n d e m o k r a t i s .
(3) polapengasuhan anak antara engasuhan oleh mamak dengan
pengasuhan oleh bapak.
( 4 ) sistem pewarisan (harta dan gelar) antara pewarisan ke kemenakan dengan
pewarisan kea n a k . I n i h a n y a b e b e r a p a c o n t o h b e n t u k d u a l i s m e d a l a m
m a s ya r a k a t i n a n g k a b a u tersebut. S i f a t d a s a r m a s ya r a k a t n ya y a n g
t e r b e l a h ( d u a l i s m e ) i n i , t i d a k l a h t e r b e n t u k begitu saja, tetapi secara
struktural telah terbentuk sejak lama, yaitu sejak duo datuak
pendiri adat Minangkabau menciptakan dua landasan adat ( lareh) dalam
masyarakatnya.Dalam tambo digambarkan, d u a d a t u a k i n i y a i t u D a t u a k
Katamenggungan a k h i r n y a menciptakan lareh K o t o Piliang ya n g
aristokratis (manitiak dari ateh ) , d a n D a t u a k Prapatiah Nan
S a b a t a n g a k h i r n ya m e n c i p t a k a n lareh B o d i C a n i a g o ya n g d e m o k r a t i s (
mambusek dari bumi ).
Sebagai dua tokoh penting, maka t e r b e l a h n ya landasan
a d a t m a s ya r a k a t M i n a n g k a b a u m e n j a d i d u a ( d u a l i s m e ) i n i b i s a
dimaklumi, karena keduatokoh ini digambarkan memang memili ki
a s a l u s u l , k e p r i b a d i a n d a n p o l a p i k i r ya n g berbeda. Datuak
Katamenggungan digambarkan sebagai “putra makhkota” yang akan mewarisi
“kerajaan” ayahnya yang berpola patrilineal, berwatak keras, dan memiliki polapikir
yang tegas sebagaimana layaknya seorang “raja”. Berbeda dengan Datuak
PrapatiahN a n S a b a t a n g y a n g j u s t r u t e r l a h i r d a r i r a k y a t b i a s a ,
s u k a m e r a n t a u d a n b e r w a t a k kerakyatan, serta memiliki pola pikir yang
lembut dan egaliter.Perbedan-perbedaan ini lah yang sering menjadi pemicu
munculnya persaingandan pertentangan diantara
duo datuak
ini dalam memimpin Minangkabau pada waktu itu.P u n c a k n ya , t e r j a d i
s e t e l a h a ya h d a n i b u m e r e k a ( C a t i B i l a n g P a n d a i d a n I n d o
J a l i t o ) m e n i n g g a l d u n i a , ya i t u d e n g a n t e r j a d i n ya “ p e r a n g “ d i L i m o
Kaum (Dobbin, 1983;D j a m a r i s , 1 9 9 1 ) . P a d a p e r k e m b a n g a n

88
k e m u d i a n , a k h i r n y a k e d u a d a t u a k i n i l a l u membentuk dua sistem
p o l i t i k ( lareh ) y a n g b e r b e d a d a n m a s i n g - m a s i n g n y a s a l i n g

31b e r e b u t p e n g a r u h d a l a m m a s y a r a k a t n ya . M a s y a r a k a t M i n a n g k a b a u
a k h i r n ya t e r b e l a h d a l a m d u a s i s t e m p o l i t i k
(phratry dualism) , d a n d i s i s i l a i n j u g a a k h i r n y a m e m b e l a h wilayah
Minangkabau kedalam dua aliran tersebut, yang dikenal dengan istilah luhak
1
(Batuah, 1966).Secara struktural, dua
lareh
yang diciptakan
duo datuak
ini lah yang kemudianm e n j a d i l a n d a s a n d a s a r k e h i d u p a n s o s i a l - p o l i t i k
masyarakat Minangkabau, sampai sek arang ini (Ma ari f, 1996). Akan
t e t a p i w a l a u p u n s i f a t t e r b e l a h d u a ( d u a l i s m e ) i n i selalu membayangi
kehidupan masyarakatnya, justru hal ini tidak menimbulkan
kondisid i s h a r m o n i d a l a m m a s y a r a k a t n y a . B a n y a k a h l i b a h k a n m e l i h a t
b a h w a M i n a n g k a b a u , justru memiliki kehidupan yang sangat dinamis
2
. Ini menunjukkan bahwa di dalam sifat y a n g t e r b e l a h i t u , t e r s e l i p j u g a
n i l a i - n i l a i b u d a ya y a n g m a m p u m e n s i n t e s i s k a n n y a , sehingga dualisme
ini justru menjadi sebuah kesatuan yang saling mendukung satu samalain .
Mengikuti
tambo
, maka menurut Navis (1984) dan juga Djamaris (1991), sintesis y a n g
mengakhiri pertentangan antara
duo datuak
pendiri Minangkabau tersebutd i l a k u k a n m e l a l u i k e h a d i r a n t o k o h
Datuak Sakalok Dunia dan Banego-nego
3
. I n i akhirnya melahirkan
lareh
baru yang disebut
Lareh Nan Panjang
, dimana sifat
lareh
inisering dikatakan
Koto Piliang bukan, Bodi Caniago antah
(Koto Piliang bukan, tetapidikatakan Bodi Caniago juga bukan).P a d a
perkembangan kemudian, pola menyelesaikan pertentangan
( s i n t e s i s dualisme) gaya
duo datuak
t e r s e b u t , m i s a l n y a t e r l i h a t d e n g a n h a d i r n y a f i l o s o f i ya n g m e n d a s a r i
k e h i d u p a n m a s ya r a k a t n ya ya i t u
a d a t b a s a n d i s y a r a k , s y a r a k b a s a n d i kitabullah

89
. M e n u r u t S ya r i f u d d i n ( 1 9 8 4 ) , f i l o s o f i l e b i h s e b a g a i b e n t u k s i n t e s i s
y a n g d i l a k u k a n o e l h m a s y a r a k a t n ya d e n g a n m a s u k n y a I s l a m m e n j a d i
a g a m a b a r u d a l a m kehidupan masyarakat Minangkabau. Begitu juga pola
pengasuhan anak disentesiskanmenjadi
anak dipangku kamanakan dibimbiang
(anak dipangku kemenakan dibimbing),sedangkan sistesis dualisme dalam
sistem pewarisan dilakukan melalui pewarisan
harto pusako
(harta komunal) kepada kemenakan (khususnya perempuan) dan
harta pancarian
(harta individual) diwariskan kepada anak. Kemampuan masyar akat
Minangkabau dalamm e m e c a h k a n dualisme agar tidak menjadi
disharmoni inilah, dalam lit eratur sering

32digambarkan sebagai “kesatuan dalam keragaman” (Nasroen, 1954),


“permusuhan dalampersahabatan (
hostile in friendship
)” (de Jong, 1960),
dispute in harmony
(Abdullah,1 9 6 6 ; T a n n e r , 1 9 7 1 ) , “ d a r i d u a l i s m e m e n u j u k e e s a a n ”
( S a a n i n , 1 9 8 9 ) . O l e h s e b a b i t u , menurut SaaninWalaupun kelompok ini,
berbeda fungsi dan peran satu sama lainnya, namun di m a s y a r a k a t
Minangkabau, ia menjadi satu kesatuan ya ng utuh yang selalu
ada danmewarnai setiap musyawarah yang mereka lakukan.
A r t i n y a , d u a k e l o m p o k y a n g berseteru tidak akan ada tanpa kehadiran
kelompok ketiga, sebaliknya kelompok ketiga t i d a k m u n g k i n d i m u n c u l k a n
t a n p a a d a n ya p e r s e t e r u a n d u a k e l o m p o k l a i n n y a . S e c a r a s t r u k t u r a l ,
m a k a b u d a ya p o l i t i k M i n a n g k a b a u i n i d a p a t d i g a m b a r k a n s e b a g a i
s t r u k t u r t r i a d i k . S t r u k t u r t r i a d i k s e b a g a i c i r i k h a s b u d a ya p o l i t i k
M i n a n g k a b a u i n i a k a n s e l a l u d i t e m u i d a n t e r a p l i k a s i n ya d a l a m
mus yawarah dalam kelompok (internal), dan jugad a l a m
musyawarah antar kelompok (eksternal). Inilah yang
k e m u d i a n s e r i n g digambarkan oleh para ahli sebagai “keragaman dalam
kesatuan” (Nasroen, 1955), atau “
hostile in friendship
” (de Jong, 1966), “dari dualisme menjadi keesaan” (Saanin, 1989

90

Anda mungkin juga menyukai