Abstrak
Kata kunci: Masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui problematika guru
Problematika Guru; Penjaskes dalam memodifikasi media pembelajaran PJOK di SD Gugus I
Modifikasi Media; Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone. Penelitian ini merupakan penelitian
Pembelajaran PJOK kualitatif deskriptif. Hasil analisis data menunjukkan modifikasi media
pembelajaran PJOK di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng dimodifikasi
menggunakan bahan sederhana. Kendala guru Penjaskes dalam memodifikasi
media pembelajaran adalah memerlukan banyak waktu, tenaga dan kurangnya
keterampilan guru dalam merancang dan membuat media modifikasi. Adapun
kesimpulan hasil penelitian ini pada umumnya guru Penjaskes di Gugus I sudah
membuat media modifikasi dari bahan sederhana namun dalam memodifikasi
media terdapat kendala yaitu guru penjaskes kurang terampil dalam merancang
dan membuat media, biaya pembuatan media belum disiapkan oleh pihak
sekolah, dan terbatasnya waktu membuat media bagi guru PJOK
Abstract
Keywords: The problem in this study is to find out the problems of Physical Education
Teacher Problems; teachers in modifying PJOK learning media in Gugus I Elementary School,
Media Modification; Ulaweng District, Bone Regency. This research is a descriptive qualitative
PJOK Learning research. The data shows that the modification of PJOK learning media in SD
Cluster I, Ulaweng District is modified using simple materials that are easily
obtained by teachers. The obstacles for Physical Education teachers in
modifying learning media are that it requires a lot of time, effort and lack of
teacher skills in designing and making modified media. The conclusions from
the results of this study are that in general, Physical Education teachers in
Cluster I have made modified media from simple materials, but in modifying
the media there are obstacles, namely physical education teachers are less skilled
in designing and making media, the cost of making media has not been prepared
by the school, and limited time to make media. media for PJOK teachers.
9
Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Sekolah Dasar
10
Vol, 1. No, 1. Tahun 2021
menciptakan variasi yang baru dalam proses Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
pembelajaran PJOK. yang telah dilakukan oleh Zusuf Awaludin
Modifikasi merupakan kegiatan yang Fajri, (2012) yang berjudul “Upaya Peningkatan
mengacu pada sebuah penciptaan, penyusaian Hasil Belajar Sepak Mula Melalui Modifikasi
dan menampilkan suatu alat atau media yang Media Pembelajaran Penjas Pada Siswa Kelas
unik, baru dan menarik terhadap suatu proses IV SD Negeri Gambirsari Surakarta”. Hasil
belajar mengajar Pendidikan Jasmani. penelitian tersebut adalah pembelajaran yang
Pelaksanaan modifikasi sangat diperlukan bagi menggunakan modifikasi media pembelajaran
setiap guru Penjaskes karena untuk mengatasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
kekurangan media pembelajaran, menciptakan memberikan pengalaman baru dan berbeda
media pembelajaran yang baru dan unik dalam proses pembelajaran PJOK sebelumnya.
sehingga siswa merasa senang, antusias serta Pembelajaran PJOK yang pada awalnya
tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran. membosankan bagi siswa menjadi
Memodifikasi media dalam pembelajaran pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
tidak terlepas dari kesesuaian terhadap tujuan Keberhasilan dalam proses pembelajaran
pembelajaran. Tentunya terdapat masalah atau PJOK dipengaruhi oleh guru yang memiliki
problematika dalam memodifikasi media kemampuan yang kreatif dalam membuat
pembelajaran. Menurut Departemen Pendidikan model-model pembelajaran dan menyalurkan
dan Kebudayaan (2002) problematika sebagai kemampuannya serta memanfaatkan fasilitas
hal yang belum dapat dipecahkan yang dapat yang tersedia di Sekolah dalam upaya
menimbulkan suatu permasalahan. Masalah itu meningkatkan kinerja sebagai seorang pendidik
sendiri dapat diartikan sebagai suatu persoalan yang profesional dan inovatif. Berdasarkan latar
atau kendala yang harus dipecahkan dengan belakang, peneliti tertarik melakukan penelitian
kata lain masalah merupakan kesenjangan dengan topik “Analisis Problematika Guru
antara harapan dan kenyataan yang diharapkan Penjaskes dalam Memodifikasi Media
dapat terselesaikan. (Hazra, 2019, h.7). Pembelajaran PJOK SD Gugus 1 Kecamatan
Problematika guru adalah segala persoalan atau Ulaweng Kabupaten Bone”.
kendala yang dihadapi oleh guru dalam proses
pembelajaran. Kendala tersebut di antaranya METODE PENELITIAN
adalah kendala dalam memodifikasi media
pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian
Berdasarkan pra penelitian yang kualitatif deskriptif.. Menurut Moleong (2017)
dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22 Januari penelitian kualitatif merupakan penelitian untuk
2021 di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng memahami fenomena tentang apa yang dialami
Kabupaten Bone diperoleh informasi melalui oleh subjek penelitian misalnya perilaku subjek
observasi dan wawancara kepada beberapa guru penelitian, persepsi, tindakan motivasi yang
PJOK SD yang ada di Gugus I menyatakan dilakukan secara deskripsi dalam bentuk kata-
bahwa sarana dan media pembelajaran yang ada kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
di Sekolah tidak lengkap, guru belum terbiasa yang alamiah dan dalam penelitian ini
merancang media modifikasi PJOK, guru memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
mengalami kesulitan dalam membuat media Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal
modifikasi yang interaktif dari bahan sederhana, 24 Mei 2021 dan berakhir pada tanggal 27 Juni
biaya pembuatan media modifikasi dibebankan 2021. Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus
kepada guru dan pihak sekolah tidak memiliki 1 Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone yang
dana khusus dalam membuat media PJOK serta terdapat 7 Sekolah yaitu SD Inpres 12/79
guru belum mendapat pendampingan di dalam Pallawa Rukka yang beralamat di desa Pallawa
memodifikasi media PJOK yang atraktif, efektif Rukka, SD Inpres 10/73 Ulaweng Cinnong yang
dan efisien. beralamat di desa Ulaweng Cinnong, SD Inpres
4/82 Jompie, SD Negeri 136 Jompie yang
11
Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Sekolah Dasar
beralamat di desa Jompie, SD Negeri 134 Teknik wawancara dan anget. Wawancara yag
Sappewalie yang beralamat di desa Sappewalie, digunakan dalam penelitian ini untuk
SD Negeri 135 Manurunge dan SD Inpres memperoleh informasi melalui tatap muka.
7/83 Manurunge yang beralamat di desa Wawancara yang dilakukan penelitian pada
Manurunge. penelitian ini yaitu wawancara terstruktur.
Pelaksanaan pengumpulan data Sedangkan angket adalah pengumpulan data
penelitian ini dilaksanankan kurang lebih yang dilakukan dengan cara memberi
selama sebulan dengan rincian Sekolah diamati seperangkat pernyataan kepada responden
secara penuh selama kurang lebih satu minggu. untuk dijawabnya. Penelitian ini peneliti
Selanjutnya menyerahkan angket untuk diisi menggunakan angket tertutup dengan
oleh guru. Lalu melakukan wawancara bersama mengajukan 23 pernyataan untuk mengetahui
guru untuk memperoleh informasi dan problematika guru Penjaskes dalam
pengambilan data. memodifikasi media pembelajaran PJOK.
Prosedur penelitian disusun dengan Teknik analisis data yang digunakan
uraian sebagai berikut: (1) melakukan pra dalam penelitian ini adalah Teknik analisis yang
penelitian, (2) menentukan partisipan yang akan dikembangkan oleh Moleong (2017) teknik
diwawancarai, (3) menentukan dokumen apa analisis data merupakan proses
yang harus didapatkan, 4) melakukan mengoorganisasikan dan mengurutkan data ke
pengumpulan data, (5) menentukan analisis dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
data, (6) merencanakan pemeriksaan keabsahan sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
data, (7) melakukan analisis akhir, membuat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
interpretasi data dan kesimpulan penelitian disarankan oleh data.Miles dan Huberman
serta (8) membuat laporan akhir penelitian. (1984) “mengemukakan bahwa aktivitas dalam
Teknik pengumpulan data merupakan analisis data, yaitu data reduction, data display
langkah yang paling utama dalam penelitian, dan conclusion drawing/verification”.
karena tujuannya yaitu untuk mendapatkan data (Sugiyono, 2018, h.133). aktivitas dalam
yang digunakan. Teknik pengumpulan data analisis data kualitatif yaitu:
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
HASIL PENELITIAN
dilakukan untuk menciptakan dan menampilkan
Berdasaran jawaban wawancara dan sesuatu hal yang baru, unik dan menarik.
angket diperoleh hasil problematika guru Modifikasi mengacu kepada sebuah penciptaan,
Penjaskes dalam memodifikasi media penyesuaian dan menampilkan suatu alat atau
pembelajaran PJOK di SD sebagai berikut: sarana dan prasarana yang baru, unik, dan
1.Gambaran Modifikasi Media menarik terhadap suatu proses belajar mengajar
Pembelajaran PJOK di SD pendidikan jasmani. Berdasarkan hasil
Modifikasi secara umum dapat diartikan wawancara penulis mengenai memodifikasi
sebagai suatu usaha dalam media pembelajaran PJOK di SD Gugus I
mengubah atau menyesuaikan. Secara khusus menurut Guru Penjaskes I mengatakan bahwa:
modifikasi diartikan sebagai suatu upaya yang
12
Vol, 1. No, 1. Tahun 2021
“Menurut saya modifikasi media adalah usaha Berdasarkan beberapa hasil wawancara
seorang guru dalam melakukan pengubahan dari semua informan peneliti tersebut. Maka,
atau menyesuaikan media sesuai dengan yang dapat dipahami bahwa di SD Gugus I
dibutuhkan” (MM, 2021) Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone telah
Hal senada disampaikan oleh Guru memahami mengenai modifikasi media bahwa
Penjaskes II mengatakan bahwa: modifikasi media adalah suatu usaha yang
“Modifikasi media adalah melakukan dilakukan oleh seorang guru Penjaskes dalam
perubahan pada media untuk menyesuaikan mengubah media dari wujud aslinya karena
dengan yang dibutuhkan siswa karena media terbatasnya media, mengciptakan media baru,
aslinya tidak ada. (YS, 2021)” unik dan menarik motivasi belajar siswa. Hal
Sementara itu, Menurut Guru Pemjaskes ini sejalan dengan pendapat Iwanda (2019)
III mengatakan bahwa: modifikasi merupakan suatu upaya yang
“Menurut saya modifikasi media adalah upaya dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dalam
dalam melakukan perubahan, pengciptaan mengatasi keterbatasan sarana dan prasana yang
media media yang tidak lepas dari kebutuhan ada dan untuk membuat proses pembelajaran
siswa”. (SR, 2021) lebih bervariasi sehingga membuat siswa
Hasil wawancara Guru Penjaskes IV merasa senang dan termotivasi dalam mengikuti
berikut ini. proses pembelajaran.
“Modifikasi media menurut saya adalah Modifikasi media pembelajaran oleh
melakukan perubahan karena media aslinya guru di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng
tidak ada kemudian media yang dibuat tersebut Kabupaten Bone dilakukan dengan bahan
di sesuaikan dengan materi dan disesuaikan sederhana. Sesuai dengan hasil wawancara
dengan kebutuhan siswa. (DM, 2021) “ informan berikut ini. Hasil wawancara guru
Pernyataan senada juga dikemukakan penjaskes I Kecamatan Ulaweng Kabupaten
oleh informan Guru Penjaskes V seperti yang Bone
tercantum dalam hasil wawancara berikut ini. “Melakukan modifikasi media dari bahan
“Modifikasi media adalah usaha dalam sederhana, misalnya materi pembelajarannya
melakukan perubahan media asli yang unik, tolak peluru. Saya menggunakan bola plastik
menarik perhatian dan tidak membahayakan kemudian saya isi dengan pasir. Jadi tidak
siswa. (KM, 2021)” menggunakan media tolak peluru yang asli
Hal ini sesuai dengan jawaban dari karena akan membahayakan siswa. Saya juga
informan sebelumnya Sementara itu, menggunakan botol aqua yang diisi pasir atau
berdasarkan hasil wawancara oleh Guru air untuk pembelajaran lari atau kelincahan.
Penjaskes VI mengatakan bahwa: Olahraga senam saya menggunakan media
“Menurut saya modifikasi media adalah hulahup yang terbatas. Olahraga atletik saya
mengciptakan media, menyesuaikan dan menggunakan tongkat estapet. Selain itu saya
menampilkan media yang baru, unik, dan juga menggunakan ban sepeda bekas untuk
menarik perhatian siswa sehingga latihan lompat khusus, lompat jangkit bisa juga
meningkatkan motivasi belajarnya. (YS, 2021)” digunakan untuk permainan anak.” (MM, 2021)
Pendapat serupa dikemukakan oleh Hal senada disampaikan oleh Guru
informan terakhir dalam penelitian ini yang Penjaskes ke II mengatakan bahwa:
diungkapkan oleh Guru Penjaskes VII berikut “Saya membuat media modifikasi dari bahan
ini : sederhana yaitu pembelajaran lari atau
“Menurut saya modifkasi media adalah dngan kelincahan saya menggunakan botol aqua yang
melakukan perubahan, penciptaan dan diisi pasir atau air, saya juga menggunakan
menampilkan suatu media yang baru dan bola tennes untuk materi lempar tangkap.
menarik terhadap suatu proses belajar Menggunakan kardus bekas kemudian
mengajar. (MS, 2021)” dibungkus kertas untuk olahraga lari dan
lompat. Kemudian saya juga membuat media
13
Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Sekolah Dasar
modifikasi dari ban sepeda bekas untuk latihan bola plastik. Materi jalan, lari dan lompat saya
lompat jangkit atau sebagai rintangan. membuat media modifikasi dari kardus bekas.
Kemudian saya juga membuat media modifikasi Saya juga membuat media modifikasi dari bola
tongkat estapet yang terbuat dari kayu plastik yang diisi pasir untuk materi tolak
kemudian di cat dan materi tolak peluru saya peluru.”(KM, 2021)
menggunakan bola plastik yang diisi pasir. (HS, Hal senada disampaikan oleh Guru
2021)” Penjaskes ke VI mengatakan bahwa:
Sementara itu, Menurut Guru Penjaskes “Saya membuat media modifikasi dari bahan
ke III mengatakan bahwa: sederhana yaitu materi permainan sepak bola
“Materi kebugaran jasmani saya membuat saya menggunakan media modifikasi bola
modifikasi media barbell yang dibuat plastik. Materi jalan, lari dan lompat saya
menggunakan tempat cat bekas kemudian diisi membuat media modifikasi dari kardus bekas.
campuran semen dan pasir. Materi permainan Saya juga menggunakan bola tennes untuk
sepak bola saya menggunakan media modifikasi materi lempar tangkap. Pembelajaran lari atau
bola plastik. Materi jalan, lari dan lompat saya melatih kelincahan saya membuat media
membuat media modifikasi dari kardus bekas. modifikasi dari botol aqua yang diisi pasir atau
Bola tennes bekas untuk materi permainan bola air. Kemudian untuk permainan kasti saya
kecil atau permainan bola tangkap. Bola plastik membuat tiang pancang tempat untuk singgah
yang diisi pasir untuk materi tolak peluru. dari bambu dan kertas.” (YS, 2021)
Kemudian saya juga membuat media modifikasi Pendapat serupa dikemukakan oleh Guru
dari ban sepeda bekas untuk latihan lompat Penjaskes ke VII berikut ini :
jangkit atau permainan anak.”(SR, 2021) “Modifikasi media yang saya lakukan
Sedangkan pendapat dari guru Penjaskes mengunakan bahan yang sederhana. Misalnya
ke IV materi permainan sepak bola saya
“Saya membuat media modifikasi dari bahan menggunakan media modifikasi bola plastik.
sederhana yaitu pembelajaran lari atau Materi kebugaran jasmani saya membuat
kelincahan saya menggunakan botol aqua yang modifikasi media barbel yang dibuat
diisi pasir atau air. Bola tennes bekas untuk menggunakan tempat cat bekas kemudian diisi
materi permainan bola kecil atau permainan campuran semen dan pasir. Materi jalan, lari
bola tangkap. Bola plastik yang diisi pasir dan lompat saya membuat media modifikasi
untuk materi tolak peluru. Kemudian saya juga dari kardus bekas. Bola tennes bekas untuk
membuat media modifikasi tongkat estapet yang materi permainan bola kecil atau permainan
terbuat dari kayu kemudian di cat dan olahraga bola tangkap. Bola plastik yang diisi pasir
senam saya menggunakan hulahoop yang untuk materi tolak peluru. Media modifikasi
terbatas.” (DM, 2021) untuk pembelajaran lari atau melatih
Sementara itu, Menurut Guru Penjaskes kelincahan yang menggunakan botol aqua
ke V mengatakan bahwa: kemudian diisi pasir atau air dan membuat
“Saya membuat media modifikasi dari bahan tongkat estapet yang terbuat dari kayu
sederhana adapun media modifikasi yang saya kemudian di cat.” (MS, 2021)
buat yaitu materi kebugaran jasmani saya Adapun hasil pembagian angket yang
membuat modifikasi media barbel yang dibuat diberikan kepada Guru Penjaskes di SD Gugus
menggunakan tempat cat bekas kemudian diisi I kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone
campuran semen dan pasir. Materi permainan mengenai modifikasi media pembelajaran.
sepak bola saya menggunakan media modifikasi
14
Vol, 1. No, 1. Tahun 2021
Tidak 0 0%
Jumlah 7 100%
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa guru 100% guru menggunakan media modifikasi
Penjaskes menggunakan media modifikasi pembelajaran yang seadanya. 0% guru tidak
pembelajaran yang seadanya. Hal ini menggunakan media modifikasi pembelajaran
ditunjukkan berdasarkan persentase bahwa yang seadanya.
Tabel 3 Guru membuat media modifikasi pembelajaran yang sederhana
Alternatif Jawaban Frekuensi Informan Persen (%)
Ya 7 100%
Tidak 0 0%
Jumlah 7 100%
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa guru hubungan dan kerja sama dengan teman
Penjaskes menjalin hubungan dan kerja sama sejawat. Sedangkan 14, 28% guru tidak
dengan teman sejawat. Hal ini ditunjukkan menjalin hubungan dan kerja sama dengan
berdasarkan persentase 85, 71% guru menjalin teman sejawat
Tabel 5 Guru berkonsultasi permasalahan modifikasi media pada guru Penjaskes
Alternatif Jawaban Frekuensi Informan Persen (%)
Ya 7 100%
Tidak 0 0%
Jumlah 7 100%
15
Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Sekolah Dasar
16
Vol, 1. No, 1. Tahun 2021
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa guru menemu kan masalah terkait media
Penjaskes menemukan masalah terkait media pembelajaran PJOK Sedangkan 0% guru tidak
pembelajaran PJOK. Hal ini ditunjukkan menemukan masalah terkait media
berdasarkan persentase bahwa 100% guru pembelajaran PJOK.
Tabel 8 Guru tetap mengajar meskipun media pembelajaran rusak
Alternatif Frekuensi Persen
Jawaban Informan (%)
Ya 4 57,14%
Tidak 3 42, 85%
Jumlah 7 100%
Pada tabel 8 menunjukkan bahwa guru tetap mengajar meskipun media pembelajaran
Penjaskes tetap mengajar meskipun media rusak. Sedangkan 42, 85% guru tidak mengajar
pembelajaran rusak. Hal ini ditunjukkan meskipun media pembelajaran rusak.
berdasarkan persentase bahwa 57,14% guru
Tabel 9 Guru kurang melibatkan pihak lain dalam melakukan modifikasi media
Alternatif Jawaban Frekuensi Informan Persen (%)
Ya 6 85,71%
Tidak 1 14, 28%
Jumlah 7 100%
17
Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Sekolah Dasar
Pada tabel 9 menunjukkan bahwa guru 85,71% guru melibatkan pihak lain dalam
Penjaskes melibatkan pihak lain dalam melakakuan modifikasi media. Sedangkan 14,
melakakuan modifikasi media. Hal ini 28% guru kurang melibatkan pihak lain dalam
ditunjukkan berdasarkan persentase bahwa melakakuan modifikasi media.
Tabel 10 Guru kerjasama dan tukar pendapat dengan sesama guru Penjaskes
Alternatif Jawaban Frekuensi Informan Persen (%)
Ya 6 85,71%
Tidak 1 14, 28%
Jumlah 7 100%
Pada tabel 10 menunjukkan bahwa guru dan tukar pendapat dengan sesame guru
Penjaskes kerjasama dan tukar pendapat dengan Penjaskes. Sedangkan 14,28% guru tidak
sesama guru Penjaskes. Hal ini ditunjukkan kerjasama dan tukar pendapat dengan sesame
berdasarkan persentase 85,71% guru kerjasama guru Penjaskes.
Tabel 11 Guru merealisasikan ide modifikasi media pembelajaran tanpa memikirkan efeknya bagi
siswa, materi, lingkungan, maupun yang lainnya
Alternatif Frekuensi Persen
Jawaban Informan (%)
Ya 2 28, 57%
Tidak 5 71, 42%
Jumlah 7 100%
Pada tabel 11 menunjukkan bahwa guru dan bahan lainnya. Segi waktu yaitu terbatasnya
Penjaskes merealisasikan ide modifikasi media waktu guru Penjaskes dalam membuat media
pembelajaran tanpa memikirkan efeknya bagi modifikasi karena selain mengajar sebagai tugas
siswa, materi, lingkungan, maupun yang pokoknya guru juga dibebankan membuat
lainnya Hal ini ditunjukkan berdasarkan perangkat pembelajaran dan membina kegiatan
persentase bahwa 28, 57% guru merealisasikan esktrakulikuler.Terakhir dari segi keterampilan
ide modifikasi media pembelajaran tanpa guru. memodifikasi media pembelajaran PJOK
memikirkan efeknya bagi siswa, materi, tentu tidak lepas dari kreatifitas guru dalam
lingkungan, maupun yang lainnya Sedangkan merancang dan membuat media modifikasi,
71, 42% guru tidak merealisasikan ide kurangnya kreatifitas guru tersebut karena
modifikasi media pembelajaran tanpa belum mendapatkan pelatihan khusus tentang
memikirkan efeknya bagi siswa, materi, cara-cara pembuatan media modifikasi
lingkungan, maupun yang lainnya yang interaktif, efektif dan efisien dari bahan-
Berdasarkan beberapa hasil wawancara bahan sederhana.
dan angket dari semua informan peneliti
tersebut. Maka, dapat dipahami bahwa di SD PEMBAHASAN
Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone
mengalami 3 kendala dalam pelaksanaan media Berdasarkan hasil penelitian yang telah
modifikasi yaitu dari segi biaya, waktu dan dilakukan oleh penulis mengenai problematika
keterampilan memuat media modifkasi. Biaya guru penjaskes dalam memodifikasi media
pembuatan media modifikasi dibebankan pembelajaran PJOK SD di Gugus I Kecamatan
kepada guru penjaskes karena belum ada biaya Ulaweng Kabupaten Bone telah melakukan
sendiri dari sekolah. Padahal dalam pembuatan modifikasi media pembelajaran. Modifikasi
media modifikasi memerlukan banyak bahan- adalah suatu usaha untuk mengubah atau
bahan seperti menggunakan lem, gunting, kertas menyesuaikan atau suatu upaya yang dilakukan
18
Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Sekolah Dasar
dalam menciptakan dan menampilkan sesuatu guru adalah partisipasi maksimal siswa,
hal yang baru, unik dan menarik. Modifikasi keselamatan, efektifitas dan efisien gerak siswa,
mengacu kepada sebuah penciptaan, karakteristik siswa dan keterkaitan atau
penyesuaian dan menampilkan suatu alat atau kesesuaian kebutuhan materi. Selain itu
sarana prasarana yang baru, unik, menarik kreativitas guru disini sangat dibutuhkan dalam
terhadap suatu proses belajar mengajar merancang dan membuat media modifikasi
pendidikan jasmani. Hal ini sejalan dengan yang menarik perhatian siswa dalam mengikuti
pendapat Iwanda (2019) modifikasi merupakan proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
suatu upaya yang dilakukan oleh guru pendapat (Perdana, 2015) ada tiga aspek
pendidikan jasmani dalam mengatasi kreatifitas guru dalam memodifikasi media
keterbatasan sarana dan prasana yang ada dan pembelajaran yaitu 1) sensitif terhadap masalah
untuk membuat proses pembelajaran lebih (problem sensitivity) menunjuk pada
bervariasi sehingga membuat siswa merasa kemampuan untuk melihat masalah yang
senang dan termotivasi dalam mengikuti proses berhubungan dengan media pembelajaran
pembelajaran. secara tajam. Guru kreatif memiliki kemampuan
Pelaksanaan media modifikasi sangat melihat masalah serta mengajukan pertanyaan
diperlukan bagi setiap guru Penjaskes sebagai yang benar untuk menganalisa dan merumuskan
salah satu alternatif atau solusi dalam mengatasi masalah tersebut 2) Idea fluncy (kelancara ide)
permasalahan yang terjadi dalam proses belajar menunjukan pada kemampuan untuk
mengajar PJOK seperti kurang tersedianya menciptakan ide-ide sebagai alternatif
media pembelajaran yang ada di Sekolah, media pemecahan masalah. Guru yang kreatif
kurang menarik perhatian siswa dan media yang mempunyia kemampuan dalam melihat
ada di Sekolah hampir didesain untuk orang masalah dari berbagai macam sudut pandang
dewasa. Hal ini sesuai dengan pendapat sehingga telah mampu menciptakan dan
Ngasmain dan Soeparton (1997) bahwa alasan menerapkan ide-ide atau alternatif pemecahan
utama perlunya modifikasi yaitu, 1) siswa masalah dan 3) Idea originality (keaslian
bukanlah orang dewasa yang memiliki pemikiran) menunjukan pada kemampuan
kematangan fisik dan mental selengkap orang menciptakan ide pemikiran atau ide-ide yang
dewasa, 2) pendekatan pembelajaran asli pada dirinya. Guru kreatif lebih terbuka
pendidikan jasmani selama ini kurang efektif, terhadap ide-ide baru baik ide sendiri atau orang
hanya bersifat monoton sehingga membuat lain.
pembelajaran kurang menarik perhatian minat Ketersediaan media pembelajaran yang
siswa dalam belajar, dan 3) fasilitas ada di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng masih
pembelajaran pendidikan jasmani yang ada kurang lengkap sehingga guru memodifikasi
sekarang hampir semuanya didesain untuk media. Dari ketujuh subjek semua guru
orang dewasa. (Iwanda, 2019, h. 18) melakukan modifikasi untuk mengatasi
Berdasaran hasil wawancara dan angket kurangnya media pembelajaran. Media
semua guru Penjaskes yang ada Gugus I modifikasi yang dibuat oleh guru sangatlah
mempunyai media modifikasi yang cukup. terbatas karena terdapat kendala dalam
Tidak semua materi dapat dibuatkan media pelaksanaan media modifikasi yaitu dari segi
modifikasi oleh guru Penjaskes. Masing-masing biaya, waktu dan keterampilan membuat media
guru di SD Gugus I membuat media modifikasi modifkasi.
dari bahan sederhana seperti menggunakan Biaya pembuatan media modifikasi
kardus bekas, ban sepeda bekas, botol aqua, dibebankan kepada guru penjaskes karena
bola tennes bekas, bola plastik, bambu dan belum ada biaya sendiri dari sekolah. Padahal
kertas yang dimodifikasi untuk menggantikan dalam pembuatan media modifikasi
media aslinya yang tidak lengkap. memerlukan banyak bahan-bahan seperti
Memodifikasi media pembelajaran yang menggunakan lem, gunting, kertas dan bahan
harus diperhatikan atau menjadi perhatian oleh lainnya. Segi waktu yaitu terbatasnya waktu
19
10
Vol, 1. No, 1. Tahun 2021
11
20
Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Sekolah Dasar
1221