FILOSOFIS PENDIDIKAN
1. PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu
secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.
Pengertian Filsafat, Pengetahuan,dan Ilmu Pengetahuan
Pengertian Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan.
1. Pengertian filsafat menurut Harun Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata
tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan
sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan
2. Menurut Plato ( 427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
3. Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat
menyelidiki sebab dan asas segala benda.
4. Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
5. Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki
hakekatnya yang sebenarnya.
1. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
FILSAFAT GEOGRAFI
KONSEP GEOGRAFI
Geografi ,merupakan ilmu yang bersifat integratif yang mempelajari gejala-gejala yang
terjadi di muka bumi (dalam dimensi fisik dan manusia) dengan menggunakan perspektif
keruangan (spatial perspective). Dalam filsafat ilmu suatu pengetahuan yang sistematis
disebut ilmu pengetahuan apabila memiliki tiga aspek, yaitu aspek ontologis, aspek
epistemologis dan aspek aksiologis atau aspek fungsional. Hakikat Geografi sebagai ilmu
pengetahuan dapat ditelusuri melalui kaitan bagian permukaan bumi dengan kehidupan
manusia.
2. Aspek Epistemologis
Aspek epistimologis meliputi metodologis dan pendekatan geografi yang sejalan
dengan aspek epistimologis ilmu pada umumnya, yaitu penggunaan metodologi ilmiah
dengan pemikiran deduktif, pendekatan hipotesis, serta penelaahan induktif terutama di
dalam tahap verifikasi. Pendekatan deduktif analisis geografi bertitik tolak dari pengamatan
secara umum, yaitu dari postulat, dalil atau premis yang dianggap sudah diakui secara umum.
Kemudian dari hasil pengamatan secara umum ini diambil kesimpulan secara khusus
(reasoning from the general to the particular).
3. Aspek Aksiologis
Keterlibatan geografi dengan aspek-aspek bidang studinya tersebut membuatnya
menjadi cabang ilmu yang berfungsi menjelaskan, meramal, dan mengontrol yang
diaplikasikan ke dalam Perencanaan dan Pengembangan wilayah. Aspek aksiologi ilmu
pengetahuan geografi ini melahirkan Geografi Terapan.
Sumber :
- http://insanicita.blogspot.com/2012/04/pengertian-filsafat-menurut-para-tokoh.html
- http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37181-hardskill%20-
PENGERTIAN%20PENGETAHUAN,%20ILMU,%20DAN%20ILMU
%20PENGETAHUAN.html
- http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html
- http://shahibul1628.wordpress.com/2012/02/24/pengertian-pengetahuan/
- http://tugasteknikmesin.blogspot.com/2011/12/definisi-ilmu-pengetahuan.html
Ilmu-ilmu Penunjang Geografi
Ilmu-ilmu Alam : Fisika, Kimia, Biologi, dsb.
Ilmu-ilmu Sosial : Ekonomi, Sosiologi, Sejarah, dsb.
Ilmu-ilmu Teknik :Matematika, Kartografi, Penginderaan Jauh, Sistem Informasi
Geografi (SIG), dsb.
Ilmu Seni, terutama seni rupa
Ilmu-ilmu yang merupakan cabang Geografi
Pengertian Geografi
2.Penggambaran bumi
Aspek Geografi
• Geografi Fisik
• Geografi Manusia
Geografi fisik
• Menjelaskan penyebaran kenampakan alam yang bervariasi serta mencari jawaban tentang
pembentukan dan perubahannya
Geografi Manusia
Realm of Nature
Realm of Human
• Meliputi :
- Masyarakat
Iklim dan cuaca à jenis dan sebaran flora & fauna, kesehatan penduduk, aktivitas kerja, dsb.
Relief (morfologi) dan tanah à pemusatan penduduk, lalu lintas, jenis angkutan,
kebudayaan, dsb.
c. Batas
Flora à produsen
1. Prinsip Persebaran
2. Prinsip Interrelasi
3. Prinsip Deskripsi
Artinya
4. Prinsip Kronologis
Artinya dengan menganalisis suatu wilayah berdasarkan ketiga prinsip sebelumnyamaka
suatu wilayah akan mempunyai karakteristik tertentu. Prinsip ini merupakan symbol dari
geografi modern.
Contohnya suhu udara makin tinggi daripada di pedesaan. Hal ini disebabkan salah satunya
karena banyak sinar matahari yang dipantulkan oleh bangunan-bangunaan yang ada di kota
Rabu, 15 September 2010
Paham Fisis Determinis dan Fisis Posibilis dalam Geografi
Selain itu pohon juga berguna untuk mencegah pemanasan global atau
Kemudian kita juga mengetahui bahwa di dunia ini terdapat berbagai macam hasil tambang,
hasil tambang ini dapat dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
kehidupannya.
Seperti pada contoh gambar di atas. Gambar di samping merupakan gambar badai tornado di filipina
yang terjadi tahun lalu. Meskipun badai ini hanya memakan sedikit korban jwa tetapi badai ini telah
membuat 60 rencana penerbangan dibatalkan.
Selain badai, gempa bumi juga merupakan bencana alam yang merugikan manusia. Contohnya
adalah gempa bumi yang melanda dataran Kanto di kepulauan Honshu, Jepang pada tahun 1923.
Gempa ini memakan korban jiwa paling sedikit 105.385 orang, dan 37.000 orang yang hilang
diperkirakan tewas. Gempa ini mnyebabkan banyak rumah-rumah warga hancur, serta hubungan
komunikasi dan transportasi terputus. Komunikasiyang terputus menyebabkan beredarnya kabar-
kabar yang tidak benar, yang kemudian menyebabkan kerusuhan.
Cerita-cerita di atas merupakan cerita bagaimana alam mempengaruhi manusia. Dan dapat kita
simpulkan bahwa alam sangat beperan besar dalam kehidupan manusia.
Manusia dapat mempengaruhi alam secara positif. Contohnya, umat manusia akhir-akhir ini
mulai menyadari akibat dari perbuatannya dan mulai melakukan beberapa perbaikan kepada alam.
Seperti memulai reboisasi atau penghijauan di lahan-lahan yang rusak. Penghijauan itu benar-
benar dilakukan oleh beberapa manusia yang mencintai alam. Dan tentu saja para pecinta alam
sangat perlu kita contoh. Karena mereka telah memiliki andil untuk membuat dunia bertahan lebih
lama lagi.
Dengan menanam pohon, mereka dapat mengurangi tingkat pencemaran udara yang saat ini
merupakan masalah yang cukup penting untuk ditangani. Selain itu penanaman pohon yang banyak
dapat mengurangi kemungkinan untuk kepunahan suatu jenis makhluk hidup tertentu.
Poster Penghijauan
Kemudian dengan dibuatnya peraturan mengenai tebang pilih tanam juga dapat mengurangi
penebangan hutan secara sembarang. Peraturan lain yang cukup penting adalah larangan untuk
berburu hewan langka, dengan larangan tersebut maka spesies makhluk hidup yang hampir punah
dapat diselamatkan. Dan untuk itulah maka mulai sekarang kita harus lebih sering menggalakkan hal-
hal yang berhubungan dengan lingkungan. Tetapi jangan hanya menggalakkan saja, kita juga harus
ikut berbuat. Contohnya, di beberapa sekolah ada aturan bagi para siswa yang berulang tahun
dianjurkan supaya membawa atau menanam 1 pohon di sekolah. Aturan tersebut harus kita
kembangkan, supaya alam tidak cepat rusak.
Selain itu yang patut kita perhatikan adalah masyarakat yang membuang sampah sembarangan.
Tindakan itu sangat merugikan untuk alam. Hal tersebut menyebabkan perairan menjadi tercemar,
dan membuat makhluk hidup yang ada di air menjadi tidak bisa hidup. Kita juga bisa melihat
bagaimana pabrik yang dibangun oleh manusia menghasilkan gas sisa yang sangat berbahaya bagi
makhluk hidup. Dan sadarkah kalian bahwa sebenarnya ulah manusia seperti manusia tidak hanya
merugikan alam, tetapi juga merugikan sesama manusianya.
Source : http://www.hariansumutpos.com/2009/06/2371/badai-tornado-hantam-filipina.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_besar_Kanto_1923
http://maximahardhika.blogspot.com/2010/09/paham-fisis-determinis-dan-fisis.html
Paham determinis yakni dimana alam dapat mempengaruhi manusia. Zaman dahulu alam
mempengaruhi manusia pada banyak aspek, baik kebudayaan, gaya hidup, cara bertahan hidup serta
cara memanfaatkan alam.
Namun pada dewasa ini sudah sebaliknya, yakni manusia mempengaruhi alam. Hal ini di jelaskan
dalam PAHAM POSIBILIS. Manusia mempengaruhi alam terjadi karena ilmu pengetahuan yang
melahirkan pesatnya teknologi berkembang. Pengaruh manusia pada alam contohnya saja pada Jalur
Lingkar Nagreg, Jawa Barat.
Jalur lingkar Nagreg dibangun karena melihat tingginya aktifitas manusia pada dewasa ini,
mobilitas penduduk Pulau Jawa-lah yang mendorong pembangunan jalur ini. Jalur lingkar Nagreg
dibuat dengan menerapkan topografi daerah tersebut yang semula memiliki morfologi yaitu
perbukitan. Dengan penghitungan dan melihat kondisi topografi daerah tersebut, jalur Nagreg dibuat
dengan mengikuti kontur perbukitan di sekitarnya yakni berada pada lembah yang jalannya dibangun
mengikuti punggungan bukit di sekitarnya.
Pohon Sebagai Pencegah EROSI dan LONGSOR
Dalam pembangunannya, karena lingkar Nagreg dibangun di atas morfologi perbukitan maka
dilakukan penanaman dengan tujuan sebagai penahan erosi dan juga pencegah longsor yang agar
jalur tersebut tudak membahayakan pengguna jalur Lingkar Nagreg yang khususnya ramai saat
datang hari libur.
Selain dilakukan penghijauan dengan penanaman pohon. Jalur lingkar Nagreg dibangun pula
tebing beton pencegah longsor. Hal ini dilakukan karena pembangunan lingkar Nagrek bukan hanya
menggunakan teknik PENGERUKAN dan PENIMBUNAN saja pada proses pembuatannya, melainkan
dengan memotong bukit juga seperti tampak pada foto di atas.
Pemotongan bukit ini akan sangat mempengaruhi kondisi batuan, struktur tanah dan juga
kesuburan tanah sekitarnya, ini di sebabkan karena pemotongan bukit akan mempengaruhi aliran air
bawah tanah (Base Flow) daerah tersebut. Pembangunan tebing beton di jalur lingkar Nagreg tidak
hanya semata-mata bangunan beton rapat pada bangunan umumnya. Melainkan dibuat pula rongga-
rongga lubang sebagai jalur keluarnya air tanah yang terdapat dari bukit di atasnya. Karena tanpa
pembuatan ronggo-rongga sebagai keluarnya air, massa air yang banyak akan memiliki tekanan yang
besar yang akan menyebabkan potensi longsor yang besar.
Foto-foto ini diambil di Nagreg, Jawa Barat pada tanggal 26 September 2012
Kontroversi dalam Geografi Menurut Pandangan Positivisme Ilmu
Bentuk kontroversi lain dalam geografi ialah yang mempertanyakan geografi itu (dalam
pengertian terbatas pada geografi regional) dapat digolongkan sebagai ilmu atau tidak
manakala kriteria yang dipakai berdasarkan pandangan positivisme dalam ilmu. Pertanyaan
kontroversi ini timbul khususnya setelah muncul ketidakpuasan para ahli geografi mutakhir
terhadap kemampuan geografi regional untuk mengatasi permasalahan kehidupan yang
makin kompleks dan cepat berubah.
Perkembangan atau perubahan disiplin ilmu menyangkut disatu pihak adanya
ketidakpuasan pada paradigma yang ada dan di pihak lain timbulnya upaya penyediaan
alternatif lain. Perubahan atau penggantian tidak selalu berjalan dengan lancar, karena
masing-masing paradigma memiliki sejumlah pendukungnya. Hal yang demikian itu dapat
menyangkut juga persoalan isi, metode atau sasaran utama studi disiplin ilmu yang
bersangkutan. Ada kalanya dua paradigma yang saling bertentangan (dalam arti tidak
memuaskan bagi pihak yang lain) berjalan bersama untuk waktu yang cukup lama.
Ilmu merupakan proses kumulatif, maka dengan bertambahnya pengetahuan dengan
cara yang terstruktur setiap tambahan yang diperoleh akan memberi sumbangan bagi
ilmuwan dalam pemahamannya tentang dunia sekitarnya. Proses ilmu mulai dengan teori dan
berakhir juga dengan teori. Proses yang demikian mempunyai tujuan untuk memperluas teori-
teori yang telah ada, yaitu dengan memanfaatkan temuan-temuan terbaru.
Dengan berkembangnya ilmu, teori-teorinya juga ikut berkembang. Pada awal
perkembangannya, mungkin dalam suasana perkembangan teoretik yang masih lemah, atau
barangkali masih belum disertai adanya hokum yang mantap. Tahapan pertama dalam
pembentukan model dan perumusan hipotesis bukanlah merupakan hal tanpa teori sama
sekali, karena bila demikian berarti proses berpikirnya telah berlangsung atas dasar
kekosongan landasan. Semua pemikiran dibimbing oleh teori, walau ada kalanya sangat
lemah atau tidak akurat. setiap ilmuwan akan mengalami pemasyarakatan proses penelitian
ilmiah dalam substansi (materi) dislplin yang bersangkutan. Sosok pengetahuan dan
metodologi penelitian yang, dipelajarinya akan memberinya kerangka dalam cara
mengidentifikasi serta menangani masalah-masalah baru. Bila menghadapi situasi baru,
ilmuwan akan bereaksi dalam konteks apa yang telah diketahuinya, berusaha menyatukannya
dengan kerangka teoretik yang sudah ada, dan dengan menggunakan metodologi yang telah
dikuasainya serta hukum-hukum yang bersangkutan.
Ilmu positif merupakan proses konservatif, yaitu dengan mengakumulasi kan
pengetahuan sepanjang jalur yang telah ditentukan. Tetapi ada kalanya diperlukan
pendobrakan (pemutusan) jalur konservatif, yaitu untuk mendapatkan penglihatan baru dalam
menangani rnasalah dalam konteks kerangka teoretik yang berbeda. perangkat proposisi awal
yang berbeda diperlukan untuk mengarahkan deduksi baru yang mungkin memerlukan juga
metodologi baru sebelum ia sempat diuji.
Di antara ilmu-ilmu sosial, gecrgrafi manusia tergolong paling akhir yang mengadopsi
pendekatan positivis. Hal yang demikian ini disebabkan antara lain oleh:
a. Lemahnya hubungan dengan ilmu-irmu sosial,
b. Kaitan utamanya dengan ilmu alami melalui geografi fisis (dalam geologi positivism
ilmu tidak cukup dominan),
c. Dasar yang kuat dalam humaniora dan filsafat eksepsionalis Hartshorne yang
menghasitkan keunikan kawasan muka bumi sebagai sasaran studi.
Sejak kapan tepatnya geografi menerima pendekatan positivis tidak jelas betul. Tetapi
pendekatan itu mulai menyebar ke berbagai lembaga (perguruan tinggi dan akademi) di
Amerika serikat pada pertengahan dan akhir dasawarsa 1950-an. Alasan penerimaan
pendekatan positivis bermacam-macam dan tak mudah diketahui dengan jelas. Secara
akademik dan sosial ilmu dapat menimbulkan penghargaan. Para geografiwan juga
menginginkan bahwa pengetahuannya dipandang lebih ilmiah dan dapat berguna bagi
kehidupan sehingga perlu ada peningkatan mutu ilmu dan martabatnya.
Apapun yang menj adi daya tarik untuk menerima pendekatan positivis, meluasnya
penerimaan pendekatan itu tidakl ah berkait sepenuhnya dengan sistem pendidikan geografi.
Kenyataannya program pendidikan geografi masih jarang yang dilengkapi dengan mata
pelajaran filsafat ilmu atau metode ilmiah maupun mata pelajaran serupa yang sangat
diperlukan untuk mendukung konsep positivisme ilmu. Istilah-istilah hukum, model, teori,
dan hipotesis memang makin meluas dipakai. Tetapi kesan umum yang ada mengenai
perkembangan saat itu barulah sampai pada apresiasi yang belum menyeluruh terhadap
argumentasi positivis.
Penerimaan pendekatan positivisme ilmu telah memudarkan pandangan orang terhadap
geografi regional. Ketidakpuasan akan geografi regional telah membawa orang pada
pertanyaan apakah pendekatan regional dapat. memadai secara akademik untuk
memungkinkan adanya spesialisasi atau pengkhususan secara sistemati kedalam geografi.
Freeman mengemukakan tiga hal yang menjadikan orang kurang setuju pada pendekatan
regional, yaitu:
a. Kenyataan bahwa klasifikasi regional yang demikian banyak atas muka bumi adalah
bersifat naif (kekanak-kanakan), karena kalau orang menyelidiki secara lebih terperinci
akan tampak demikian banyak kekurangan atau kelemahannya,
b. Dengan geografi regional orang cenderung mencakup terlalu banyak hal, baik aspek frsis,
kehidupan sosial budaya dan lain-lainnya,
c. Model penulisan regional yang berasal dari Perancis (Vidal de la Blache) menyarankan
bahwa muka bumi dapat dibagi-bagi atas 'region-region' yang jelas, suatu hal yang dalam
kenyataannya sangat sukar dilihat dalam perwujudan yang sebenarnya.
Tantangan atas faham regional bahkan menyangkut juga metodologi dan filsafat
geografi yang menyinggung juga persoalan kedudukan geografi sebagai ilmu atau bukan
ilmu. Kontroversi yang cukup nyata berlangsung di Amerika, di mana Hartshorne telah
mempublikasikan pernyataan paradigma regionalnya. Penentang pertamanya muncul dengan
adanya tulisan Schaefer (1953), yang diterbitkan kemudian setelah penulisnya meninggal.
Schaefer berpendapat bahwa tugas pertama geografi (manakala menerima filsafat dan
metodologi positivisme ilmu) ialah memberi kerangka hakikat ilmu dan mendefinisikan
karakteristik geografi sebagai ilmu sosial. Menurutnya, dalam geografi keteraturan-
keteraturan yang dilukiskan menyangkut pola-pola keruangan. Maka geografi sebagai ilmu
hendaknya berkepentingan untuk merumuskan hukum-hukum yang mengatur distribusi
keruangan fenomena tertentu di muka bumi. Tidak berbeda dengan ilmu-itmu lain (tidak
bersifat eksepsionalis), baik ilmu alami atau ilmu sosiat, prosedur datam geografi menuntut
langkah-langkah observasi yang rnengarah pada perumusan hipotesis (tentang interrelasi dua
pola keruangan) yang selanjutnya memertukan pengujian pada sejumlah kasus agar dengan
demikian didapatkan materi untuk suatu hukum yang teruji. Menurut Schaefer, tanpa filsafat
dan metodologi ilmu, geografi dan sejarah tidak dapat dipandang sebagai ilmu.
Sumber:
Pengantar Filsafat Geografi - Suharyono & M Amien (1994)
Ciri-ciri berfikir filosfi :
4. Menyeluruh.
1. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
FILSAFAT PENDIDIKAN
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik
potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam
perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai
tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai
masalah-masalah pendidikan.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme
bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta
pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman
baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk
:mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum
yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia
beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang
mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada
hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme
berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati
oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang
yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang
menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa
pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme,
pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan.
Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil
dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai
yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini,
jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut.
perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme
berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada
jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan
akal (Plato)
2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat
untuk mencapainya ( Aristoteles)
3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif
atau nyata. (Thomas Aquinas)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan
dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.
4. PENDIDIKAN NASIONAL
Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang
berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada
bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
Pendidikan nasional Indonesrn adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek
pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang
diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai cita-cita
nasional Indonesia.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan
praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa
"Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha
merealisasikan cita-cita bangsa dan Pengertian Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu
yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal (mata
pelajaran). Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli adalah:
Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-
segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Contoh:
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang
bahani (materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak
matahari.
Ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya
dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Ilmu psikologi
menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Adanya kenyataan tersebut orang merasakan perlunya untuk membentuk suatu gambaran
pikiran tentang hal-hal yang terdapat diluar cakrawalanya, dan selanjutnya menghubung-
hubungkan gambaran-gambaran tersebutsatu dengan yang lain. Gambaran-gambaran tersebut
beserta dengan penjelasannya sering kali tidak memuaskan dari suatu generasi ke generasi
yang lain, karena itu tidak henti-hentinya manusia selalu mencari pikiran-pikiran baru beserta
dengan penjelasan-penjelasan yang lebih sempurna, yang sesuai dengan keyakinan mereka
yang mutakhir.
A. Geografi Klasik
Geografi sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno dan pengetahuan tentang bumi pada masa
tersebut masih dipengaruhi oleh Mitologi. Secara lambat laun pengaruh Mitologi mulai
berkurang seiring dengan berkembangnya pengaruh ilmu alam sejak abad ke-6 Sebelum
Masehi (SM), sehingga corak pengetahuan tentang bumi sejak saat itu mulai mempunyai
dasar ilmu alam dan ilmu pasti dan proses penyelidikan tentang bumi dilakukan dengan
memakai logika.
Pada masa sebelum masehi, pandangan dan paham Geografi dipengaruhi oleh paham Filsafat
dan Sejarah. Uraian geografi bersifat sejarah, sedangkan uraian Sejarah bersifat Geografi.
Selain itu juga pada masa ini muncul juga tulisan tentang pembuatan peta bumi atau lukisan
fisis daerah tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa geografi pada masa ini juga bersifat
matematis.
Menganggap bahwa bumi ini berbentuk keping Silinder yang terapung di atas air dengan
separuh bola hampa di atasnya. Pendapat ini hilang seabad kemudian setelah Parminedes
mengemukakan pendapatnya bahwa bumi berbentuk bulat. Kemudian Heraclides (+ 320 SM)
berpendapat bahwa bumi berputar pada sumbunya dari barat ke timur. Pada masa itu juga
sudah dikenal adanya beberapa zone iklim meski pada waktu itu belum diketahui bahwa
kondisi tersebut merupakan akibat dari letak sumbu bumi yang miring.
Geografi Modern
Pandangan ini mulai berkembang pada abad ke-18. Pada masa ini Geografi sudah dianggap
sebagai suatu disiplin ilmiah dan sudah dipandang dari sudut praktis. Para tokohnya, adalah
1. Immanuel Kant (1724-1804), seorang ahli filsafat Unversitas Koningsburg, Jerman yang
memiliki pandangan seperti Varenius. Dia memandang bahwa Ilmu Pengetahuan dapat
dipandang dari tiga pandangan yang berbeda, yaitu
Ilmu Pengetahuan yang menggolongkan fakta berdasarkan objek yang diteliti. Disiplin yang
mempelajari kategori ini disebut "ilmu pengetahuan sistematis", seperti ilmu botani yang
mempelajri tumbuhan, Geologi yang mempelajari kulit bumi, dan Sosiologi yang
mempelajari manusia, terutama golongan sosial. Menurut Kant, pendekatan yang
dipergunakan dalam ilmu pengetahuan sistematis adalah studi tentang kenyataan.
b. Ilmu pengetahuan yang memandang hubungan fakta-fakta sepanjang masa. Ilmu
pengetahuan yang mempelajari bidang ini, adalah sejarah.
c. Ilmu pengetahuan yang mempelajari fakta yang berasosiasi dalam ruang, dan ini
merupakan bidang dari Geografi
Meski demikian, terdapat juga berbagai tentangan terhadap pemikiran Kant, misalnya apakah
ilmu pengetahuan sistematik dalam mempelajari fenomena tidak tergantung pada ruang dan
waktu ?.
Secara sistematis, Kant membagi Geografi menjadi :
Moral Geography (Geografi Moral), yaitu uraian yang berisi gambaran tentang cara dan adat
istiadat manusia di berbagai daerah di muka bumi.
Political Geography (Geografi Politik), yaitu uraian yang berisi gambaran tentang kesatuan-
kesatuan negara di dunia yang didasarkan atas sistem pemerintahan.
Physical Geography (Geografi Fisis), yaitu uraian yang berisikan gambaran tentang bumi dan
bagian-bagiannya termasuk hewan, veerasi dan mineral.
Geografi Kontemporer
Geografi kontemporer berkembang sesudah PD II, yang ditandai oleh banyaknya perubahan
mengenai kualitas hidup di seluruh dunia ini. Perubahan ini ditandai oleh inovasi-inovasi
teknologi yang berkembang selama dan sesudah PD II yang bersifat revolusioner. Sementara
itu dalam waktu yang singkat dalam periode ini telah terjadi peledakan penduduk serta
menyebarnya secara cepat jaring-jaring komunikasi, yang menuntut adanya kesadaran, bahwa
kemakmuran tidak mungkin dapat dipertahankan lagi dengan adanya konsentrasi manusia
yang hidup dan kebodohan dalam bagian-bagian yang lain dari dunia ini.
a.Pada Tahun 60-an para mahasiswa geografi terutama mencurahkan perhatiannya pada
Science dan matematika, sehingga pengkajian ide-ide geografi melalui sejarah serta literature
diabaikan. Hal ini dapat merupakan bahaya pula, sebab orang begitu saja mudah menerima
konsep-konsep, teori-teori maupun metode-metode yang telah diletakkan oleh para pendahulu
tanpa mengkaji lebih lanjut akan kebenaran yang sesungguhnya.
b.Pada Tahun 70-an terjadi suatu gerakan kearah pencarian kebenaran dalam geografi melalui
berbagai jalur misalnya literature, filsafat, teknologi, sejarah, Science dan lain-lain.
2.Perubahan dalam sikap hidup antar bangsa-bangsa, terutama dalam usaha penghapusan
penjajahan, dan meredanya kecurigaan rasial.
3.Dalam dunia akademik terjadi gelombang penemuan tidak saja dalam bidang fisika dan
kedokteran saja, melainkan dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya, terutama setelah
ditemukannya alat bantu analisis seperti komputer, yang memungkinkan perhitungan-
perhitungan statistik matematik yang belum pernah terjadi sebelumnya.
4.Revisi yang mendasar dalam pendidikan. Mahasiswa tahun 60-an diintrudusir untuk lebih
mengutamakan keterlibatannya dalam Science dan matematika dan mengabaikan ilmu-ilmu
sosial. Pada Tahun 70-an terjadi “reaksi” atas hal tersebut, terjadi gerakan baru yang mencari
pemahaman secara mendalam melalui seni, music, kesusateraan, filsafat, dan sejarah. Sebagai
bidang studi geografi terpengaruh oleh perubahan-perubahan pasang surut ilmu pengetahuan
tersebut.
Konsep-konsep geografi yang masih relevan dengan perspektif geografi masa kini:
1.Bumi sebagai ruang untuk tempat tinggal (the concept of occupied space). Konsep ini
berkaitan dengan pengukuran jarak, arah, luas, kepadatan, keterjangkauan, lokasi.
2.Konsep regional, region adalah bagian dari permukaan bumi yang mempunyai keseragaman
dalam faktor-faktor fisik sosial, ekonomi, dan budaya, sehingga mempunyai satu ciri khas
(Personality), yang dapat dibedakan dari wilayah lainnya. Region ini dipakai sebagai alat
untuk memilih, mempelajari pengelompokan, menganalisis gejala yang komplek dari muka
bumi (analisis regional).
3.Adanya kemajuan dalam teknik dan metode observasi, terutama kemajuan dalam bidang:
pemetaan, penggunaan citra foto dan citra satelit udara untuk menggambarkan data geografis
secara cepat, penggunaan konsep matematika dan prosedur statistic, konsep sistem keruangan
(spatial system), penggunaan sistem analisis misalnya pada human ekosistem, studi tentang
letak/tempat sacral (Central place theory), studi tentang penyebarn (difusi) gejala dan
masalah geografis, dll.
Peter Hagget mengemukakan, bahwa pemikiran Geografi berpusat pada tema-tema sebagai
berikut:
1.The areal differentiation theme (perbedaan keruangan atau Geodiversity). Tujuan pokok
dalam penelitian geografi adalah mempelajari perbedaan-perbedaan antara tempat-tempat di
permukaan bumi.
2.The landscape theme (Hettner 1859-1941). Landscape mempunyai suatu ciri khas (unik)
yang terlihat sebagai suatu personality.
3.The man environment theme (ekologi manusia). Ekologi sebagai ilmu pengetahuan yang
mengkaji hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungannya, dan
4.The spatial distribution theme. Tujuan dari geografi adalah menguraikan dan member
keterangan (explanation) tentang penyebaran gejala-gejala di permukaan bumi.
5.The geometric theme. Tradisi ilmu ukur dalam geografi merupakan suatu yang sudah
dikenal oleh Erathosthenes (276-194 SM), Khalifah al Mamun (813-833), dsb yang
mengadakan pengukuran-pengukuran jarak. Sejak tahun 1950 perhatian ahli-ahli geografi
dicurahkan lagi pada segi ini dengan munculnya metode kuantitatif dalam geografi.
Tugas
1. Geografi Purba
2. Geografi di dunia islam
3. Geografi abad-abad pertengahan (geografi akhir abat ke-19 dan abad ke 20)
4. Geografi pada zaman Renaissance Penemuan benua-benua baru
5. Geografi baru
Bila diperhatikan sejenak, kita dapat menemukan ada enam keterampilan dasar bagi
seseorang, untuk dikategorikan sebagai orang yang belajar geografi, atau ahli geografi.
Keterampilan dasar (basic skill) ini, mau tidak mau, harus dimiliki oleh seseorang yang
mengaku diri atau menyatakan diri sebagai seorang geograf.
Pertama, kemampuan observasi. Ini adalah kemampuan awal dan kemampuan utama dalam
membangun kompetensi geografik. Ada hukum jelas dalam kemampuan ini. Tidak dikatakan
geografis bila tidak memiliki kemampuan mengamati fenomena geosfera. Hal ini
memberikan gambaran bahwa geografi itu, adalah ilmu empirik yang mengutamakan dan
mengedepankan prinsip observasi dalam menemukan dan mengkonstruksi informasi.
Geografi adalah ilmu empirik. Ilmu geografi berkembang, dari hasil pengamatan dan
penjelajahan wilayah. Karena itu, keterampilan observatif menjadi penting dan menjadi
keterampilan dasar yang tidak boleh tidak harus dimiliki oleh seorang geograf. Seorang
geograf dituntut memiliki kemampuan mengamati berbagai fenomena geosfera, dan
kemudian merekonstruksinya sebagai pengetahuan geografi.
Keterampilan pemetaan ini, mencakup pada dua bentuk. Bentuk pertama, pemetaan dalam
pengertian konvensional, yaitu membutuhkan keterampilan kartografi (cartography),
sedangkan pada teknik terbaru yaitu penguasaan dalam pemanfaatan ICT dalam pembuatan
peta digital (digital map). Kedua teknik ini, merupakan keterampilan-keterampilan dasar yang
dibutuhkan geograf, dalam memaksimal kemampuannya saat melakukana analisis geografi
terhadap berbagai fenomena yang ada.
Terakhir, analisis relasional-rasional. Akhir dari keterampilan ini, yaitu melakukan analisis
keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lain, kaitannya dengan lingkungan
terkait. Geograf adalah seseorang yang berupaya memahami, fenomena manusia kaitannya
dengan kondisi lingkungan yang ada. Kemampuan ini ditandai dengan pola pikir yang jelas,
yang dimliki oleh seorang geograf, yaitu mampu menemukan benang merah keterkaitan
antara perilaku sosial manusia dalam kaitannya dengan karakteristik lingkungan.
Sejak kapan tepatnya geografi menerima pendekatan positivis tidak jelas betul. Tetapi
pendekatan itu mulai menyebar ke berbagai lembaga (perguruan tinggi dan akademi) di
Amerika serikat pada pertengahan dan akhir dasawarsa 1950-an. Alasan penerimaan
pendekatan positivis bermacam-macam dan tak mudah diketahui dengan jelas. Secara
akademik dan sosial ilmu dapat menimbulkan penghargaan. Para geografiwan juga
menginginkan bahwa pengetahuannya dipandang lebih ilmiah dan dapat berguna bagi
kehidupan sehingga perlu ada peningkatan mutu ilmu dan martabatnya.
Apapun yang menj adi daya tarik untuk menerima pendekatan positivis, meluasnya
penerimaan pendekatan itu tidakl ah berkait sepenuhnya dengan sistem pendidikan geografi.
Kenyataannya program pendidikan geografi masih jarang yang dilengkapi dengan mata
pelajaran filsafat ilmu atau metode ilmiah maupun mata pelajaran serupa yang sangat
diperlukan untuk mendukung konsep positivisme ilmu. Istilah-istilah hukum, model, teori,
dan hipotesis memang makin meluas dipakai. Tetapi kesan umum yang ada mengenai
perkembangan saat itu barulah sampai pada apresiasi yang belum menyeluruh terhadap
argumentasi positivis.
Penerimaan pendekatan positivisme ilmu telah memudarkan pandangan orang terhadap
geografi regional. Ketidakpuasan akan geografi regional telah membawa orang pada
pertanyaan apakah pendekatan regional dapat. memadai secara akademik untuk
memungkinkan adanya spesialisasi atau pengkhususan secara sistemati kedalam geografi.
Freeman mengemukakan tiga hal yang menjadikan orang kurang setuju pada pendekatan
regional, yaitu:
a. Kenyataan bahwa klasifikasi regional yang demikian banyak atas muka bumi adalah bersifat
naif (kekanak-kanakan), karena kalau orang menyelidiki secara lebih terperinci akan tampak
demikian banyak kekurangan atau kelemahannya,
b. Dengan geografi regional orang cenderung mencakup terlalu banyak hal, baik aspek frsis,
kehidupan sosial budaya dan lain-lainnya,
c. Model penulisan regional yang berasal dari Perancis (Vidal de la Blache) menyarankan
bahwa muka bumi dapat dibagi-bagi atas 'region-region' yang jelas, suatu hal yang dalam
kenyataannya sangat sukar dilihat dalam perwujudan yang sebenarnya.
Tantangan atas faham regional bahkan menyangkut juga metodologi dan filsafat
geografi yang menyinggung juga persoalan kedudukan geografi sebagai ilmu atau bukan
ilmu. Kontroversi yang cukup nyata berlangsung di Amerika, di mana Hartshorne telah
mempublikasikan pernyataan paradigma regionalnya. Penentang pertamanya muncul dengan
adanya tulisan Schaefer (1953), yang diterbitkan kemudian setelah penulisnya meninggal.
Schaefer berpendapat bahwa tugas pertama geografi (manakala menerima filsafat dan
metodologi positivisme ilmu) ialah memberi kerangka hakikat ilmu dan mendefinisikan
karakteristik geografi sebagai ilmu sosial. Menurutnya, dalam geografi keteraturan-
keteraturan yang dilukiskan menyangkut pola-pola keruangan. Maka geografi sebagai ilmu
hendaknya berkepentingan untuk merumuskan hukum-hukum yang mengatur distribusi
keruangan fenomena tertentu di muka bumi. Tidak berbeda dengan ilmu-itmu lain (tidak
bersifat eksepsionalis), baik ilmu alami atau ilmu sosiat, prosedur datam geografi menuntut
langkah-langkah observasi yang rnengarah pada perumusan hipotesis (tentang interrelasi dua
pola keruangan) yang selanjutnya memertukan pengujian pada sejumlah kasus agar dengan
demikian didapatkan materi untuk suatu hukum yang teruji. Menurut Schaefer, tanpa filsafat
dan metodologi ilmu, geografi dan sejarah tidak dapat dipandang sebagai ilmu.
Sumber:
Pengantar Filsafat Geografi - Suharyono & M Amien (1994)
SEJARAH GEOGRAFI
Istilah geografi kali pertama diperkenalkan seorang ahli filsafat dan astronomi terkenal yang
bernama Eratosthenes (276–194 SM). Menurutnya, geografi berasal dari kata Geographika
yang berarti tulisan atau deskripsi tentang Bumi. Pada masa itu, ilmu geografi pada umumnya
menceritakan berbagai tempat di permukaan Bumi sebagai hasil penjelajahan ke berbagai
penjuru dunia yang dikenal dengan aliran Logografi. Selain memperkenalkan istilah
Geographika, Eratosthenes juga merupakan orang pertama yang berhasil menghitung keliling
Bumi secara matematis. Hal tersebut dilakukan dengan membandingkan panjang busur dua
kota di Mesir, yaitu Alexandria (Iskandariyah) dan Seyne (Aswan) dengan panjang keliling
Bumi secara keseluruhan. Adapun dari hasil pengamatannya, Eratosthenes memperkirakan
panjang keliling Bumi adalah 252.000 stadia (1 stadia = 157 meter). Hasil pengukuran
Eratosthenes ini pada akhirnya menjadi dasar dalam pembuatan globe pertama yang
dikembangkan Crates (150 SM). Bentuk globe pertama buatan Crates tentunya masih sangat
sederhana.
Pengertian geografi ini terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring dengan
kemajuan pemikiran, pemahaman, dan penelaahan manusia. Seorang ahli astronomi dan
matematika bernama Claudius Ptolemaeus (87–150 M) dalam bukunya yang berjudul
Geograpike Unphegesis mengemukakan bahwa geografi
merupakan suatu penyajian melalui peta dari sebagian wilayah permukaan Bumi yang
menunjukkan ketampakan secara umum.Menurut Ptolemaeus geografi berbeda dengan
Chorografi, karena chorografi lebih mengutamakan ketampakan asli dari suatu wilayah bukan
terletak pada ukurannya (bersifat kualitatif), sedangkan geografi lebih mengutamakan hal-hal
yang bersifat kuantitatif. Sumbangan Ptolemaeus yang sangat berharga bagi perkembangan
ilmu geografi yaitu dalam bidang pemetaan (kartografi). Selain itu Ptoleumaeus dianggap
sebagai peletak dasar ilmu geografi.
Tokoh lain yang sangat dalam pengembangan kajian ilmu geografi adalah Bernhardus
Varenius (1622–1650). Dalam bukunya yang berjudul Geographia Generalis, Varenius
mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya bidang kajian geografi dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Geografi Umum
1. Bagian terestrial, yaitu pengetahuan tentang Bumi sebagai keseluruhan bentuk dan
ukurannya.
2. Bagian falakiah, yaitu bagian yang menelaah relasi Bumi dengan planet serta bintang-
bintang di jagat raya.
3. Bidang komparatif, yaitu deskripsi mengenai Bumi secara lengkap. Dalam hal ini
meliputi letak relatif dari berbagai tempat di permukaan Bumi serta prinsip-prinsip
pelayaran samudra.
b. Geografi Khusus
Aspek langit, yaitu aspek yang secara khusus mempelajari keadaan iklim.
Aspek permukaan Bumi, (litosfer) yaitu aspek yang mem pelajari mengenai
relief atau bentuk muka bumi, flora serta fauna di berbagai wilayah di
permukaan Bumi.
Aspek manusia, yaitu aspek yang mempelajari aspek penduduk,
perdagangan, dan pemerintahan di berbagai wilayah.
Geografi khusus ini kemudian berkembang menjadi geografi regional yang membahas
berbagai wilayah di permukaan Bumi. Perkembangan ilmu geografi juga dipengaruhi oleh
adanya pemikiran yang beraliran fisis determinis. Kelompok ini berpendapat bahwa keadaan
alam suatu wilayah sangat menentukan sifat, karakter, dan pola hidup penduduk yang
menempati daerah tersebut. Beberapa ahli geografi yang beraliran fisis determinis antara lain
Karl Ritter, Friederich Ratzel, dan Elsworth Huntington.
Faham determinis banyak dipengaruhi oleh pemikiran Darwin dengan teori evolusi biologi
dalam perkembangan makhluk hidup. Sebagai contoh, Ratzel (Jerman) menganggap negara
sebagai organisasi hidup (makhluk hidup) yang dalam perkembangannya memerlukan
makanan, minuman, dan ruang bagi kehidupan. Untuk memenuhi kebutuhan, suatu negara
pada umumnya akan mencari dan menguasai wilayah-wilayah lain di sekitarnya, terutama
wilayah yang lemah.
Huntington (USA) berpendapat bahwa kondisi iklim suatu wilayah sangat menentukan
tingkat kemajuan sosial budaya penduduknya. Faham fisis determinis ini banyak ditentang
oleh kelompok yang beraliran Posibilisme. Menurut kelompok posibilisme, yang sangat
menentukan kemajuan suatu wilayah adalah tingkat kemampuan penduduk, sedangkan alam
hanya memberikan kemungkinankemungkinan untuk diolah dan dimanfaatkan bagi
kehidupan manusia. Tokoh utama aliran ini adalah Paul Vidal de La Blache (Prancis).