Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI


Konsep Dasar Geografi

Dalam Definisi Geografi dari Seminar dan Lokakarya Pertemuan Ilmiah Tahunan Ahli Geografi di
Semarang pada tahun 1988 ditegaskan bahwa, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan gejala geografi dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.
Menilik kepada definisi tersebut sangat jelas bahwa obyek utama dari ilmu geografi adalah konteks
keruangan.

Sejarah Geografi

Perkembangan Ilmu Geografi diawali oleh Bangsa Yunani yang secara aktif meneliti juga
mendokumentasikan informasi dan data kegeografian sebagai sebuah ilmu dan filosofi. Pemikir utama pada
awal perkembangan geografi adalah Thales (640– 546 SM) dari Miletus yang banyak melakukan perjalanan
menggali informasi geografi, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Herodotus (485–425 SM) dari
Messana yang membuat laporan geografi sekitar wilayah Timur Tengah, kemudian Phytheas yang
melakukan pengukuran jarak Matahari terhadap Bumi. Perkembangan awal geografi paling fenomenal
adalah dengan publikasi dari Eratosthenes (276–194 SM) dalam bukunya Geographica yang menjelaskan
bahwa pada dasarnya bumi itu bulat dan Eratosthenes telah mampu menghitung keliling Bumi dengan hanya
berselisih kurang dari 1% keliling sebenarnya, yang kemudian diikuti oleh beberapa pemikir - pemikir
bangsa Romawi.
Pada abad pertengahan, bangsa Arab banyak memberikan sumbangsih pemikir - pemikirnya dalam
mengembangkan ilmu geografi seperti Al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun. Kemudian pada abad
ke-17 hingga abad ke-19 Ilmu geografi semakin menunjukkan sebagai sebuah disiplin ilmu yang utuh
dengan menjadi bagian kurikulum yang lengkap di berbagai universitas yang terdapat di Eropa. Pada masa
ini para pemikir (ilmuan) yang mengemukakan pendapatnya adalah Bernard Varen (1622-1650) atau yang
dikenal dengan Varenius dari Jerman melalui bukunya Geographia Generalis, Immanuel Kant (1724–
1821) melalui buku Physische Geographie, Alexander von Humboldt (1769–1859) dikenal sebagai peletak
dasar geografi fisik modern, Karl Ritter (1779–1859) dari Universitas Berlin, Friederich Ratzel (1844–
1904) dari Leipzig dalam bukunya yang berjudul Politische Geographie mengemukakan konsep
Lebensraum, Elsworth Huntington (1876–1947) asal Amerika Serikat mengemukakan konsepnya dalam
bukunya The Pulse of The Earth dikenal sebagai determinis iklim, Paul Vidal de la Blache (1845–1918)
asal Prancis merupakan pelopor posibilisme dalam geografi dengan konsepnya genre de vie, Halford
Mackinder (1861–1947) dari Universitas Oxford mengemukakan makalahnya yang berjudul The Scope and
Methods of Geography yang berisi konsep man-land relation.

Ilmu Geografi selama abad ke-20 di Barat melewati empat fase utama :

1. Determinisme lingkungan
Teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan
alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan
Ellsworth Huntington.
2. Geografi regional.
Memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang
sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region yang diperkenalkan oleh Richard
Hartshorne.
3. Revolusi kuantitatif
usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes
pada sains dengan mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan
matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis.
4. Geografi kritis
Muncul sebagai kritik atas positifisme dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan
fenomenologi. Beberapa ahli yang beraliran ini diantaranya Yi-Fu Tuan, Karl Marx dengan
pengikutnya David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis.

Obyek Studi Geografi


Obyek Ilmu Geografi secara luas terbagi atas dua bagian, yakni:

Objek Material

Objek material geografi adalah sasaran atau isi kajian geografi. Objek material yang umum dan luas
adalah geosfer (lapisan bumi), yang meliputi:

 Litosfer (lapisan keras),


Merupakan lapisan luar dari bumi kita. Lapisan ini disebut kerak bumi dalam ilmu geologi.
 Atmosfer (lapisan udara),
Terutama adalah lapisan atmosfer yang paling bawah yaitu trofosfer
 Hidrosfer (lapisan air),
Berupa lautan, danau, sungai dan air tanah.
 Biosfer (lapisan tempat hidup),
Terdiri atas hewan, tumbuhan.
 Pedosfer (lapisan tanah),
Merupakan lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan, baik pelapukan fisik, organik, maupun
kimia.

Objek Formal

Metode atau pendekatan objek formal geografi meliputi beberapa aspek,

 Aspek Keruangan,
Geografi mempelajari suatu wilayah antara lain dari segi “nilai” suatu tempat dari berbagai
kepentingan.
 Aspek Kelingkungan,
Geografi mempelajari suatu tempat dalam kaitan dengan keadaan suatu tempat dan komponen-
komponen di dalamnya dalam satu kesatuan wilayah.
 Aspek Kewilayahan,
Geografi mempelajari kesamaan dan perbedaan wilayah serta wilayah dengan ciri-ciri khas.
 Aspek Waktu
Geografi mempelajari perkembangan wilayah berdasarkan periodeperiode waktu atau
perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu.

Ruang Lingkup Geografi

Ruang lingkup ilmu geografi secara umum meliputi semua gejala geosfer, baik gejala alam maupun
gejala sosial, serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Ruang lingkup studi ilmu geografi yaitu:

1. Kajian terhadap wilayah (regional);


2. Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari
keanekaragaman wilayah;
3. Persebaran dan kaitan antara penduduk (manusia) dengan aspek-aspek keruangan dan usaha
manusia untuk memanfaatkannya

Pendekatan Ilmu Geografi

Dalam geografi terpadu, para ahli geografi tidak hanya memfokuskan kajiannya pada objek
material, tetapi lebih menekankan pada sudut pandang keilmuannya. Menurut Peter Hagget untuk
menemukan masalah geografi, maka digunakan tiga bentuk pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan Keruangan
Fenomena geografi berbeda dari wilayah yang satu dengan wilayah yang lain dan mempunyai pola
keruangan/spasial tertentu (spatial structure).
2. Pendekatan Ekologi
Fenomena geografi membentuk suatu rangkaian yang saling berkaitan di dalam sebuah sistem,
dengan manusia sebagai unsur utamanya.
3. Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisis kompleks wilayah merupakan perpaduan antara analisis keruangan dan analisis ekologi.
Konsep Esensial Geografi

Para Ahli Geografi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Geograf Indonesia (IGI) dalam
Pertemuan Ilmiah Tahunan tahun 1988 menghasilkan sepuluh konsep esensial geografi, yaitu:

1. Konsep Lokasi
Konsep lokasi menjadi ciri khusus ilmu pengetahuan geografi. Secara pokok konsep lokasi
dibedakan menjadi Lokasi Absolut dan Lokasi Relatif
2. Konsep Jarak
Jarak berkaitan erat dengan lokasi dan perhitungan keuntungan berkaitan antar lokasi.
3. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan berhubungan dengan kemudahan interaksi dan caranya antar lokasi
4. Konsep Morfologi
Morfologi merupakan perwujudan bentuk daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau
penurunan wilayah seperti erosi dan pengendapan atau sedimentasi.
5. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi atau pemusatan adalah kecenderungan persebaran penduduk yang bersifat
mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dan bersifat menguntungkan, karena
kesamaan gejala ataupun faktor-faktor umum yang menguntungkan.
6. Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan suatu fenomena di muka bumi bersifat relatif, artinya nilai kegunaan itu tidak sama,
tergantung dari kebutuhan penduduk yang bersangkutan.
7. Konsep Pola
Geografi mempelajari pola-pola, bentuk, dan persebaran fenomena di permukaan bumi.
8. Konsep Deferensiasi Areal
Wilayah pada hakikatnya adalah suatu perpaduan antara berbagai unsur, baik unsur lingkungan alam
ataupun kehidupan.
9. Konsep Interaksi/ Interdependensi
Interaksi adalah kegiatan saling memengaruhi daya, objek, atau tempat yang satu dengan tempat
lainnya.
10. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan adalah derajat keterkaitan persebaran suatu
fenomena dengan fenomena lain di suatu tempat atau ruang.

Prinsip-Prinsip Geografi

Dalam studi geografi Nursid Sumaatmadja membagi menjadi empat prinsip utama,

1. Prinsip persebaran,
Bahwa gejala, kenampakan, dan masalah yang terdapat di ruang muka bumi persebarannya sangat
bervariasi.
2. Prinsip interrelasi,
Bahwa antara komponen atau aspek-aspek lingkungan geografi senantiasa ada hubungan timbal
balik atau saling keterkaitan satu sama lain.
3. Prinsip deskripsi,
Merupakan cara pemaparan hasil pengkajian studi geografi terhadap gejala, fenomena atau masalah
yang ada.
4. Prinsip korologi,
Merupakan gabungan atau perpaduan dari ketiga prinsip di atas.

Struktur Ilmu Geografi

Ilmu Geografi sebagai subyek dari integrasi berbagai studi menurut Peter Hagget membagi menjadi
beberapa percabangan,
Geografi Fisik

Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi fisik mempelajari bentang lahan
(Landscape) yaitu bagian ruang dari permukaan bumi yang dibentuk oleh interaksi dan interdependensi
bentuk lahan. Berikut merupakan pencabangan geografi fisik,

1. Geologi
2. Geomorfologi
3. Meteorologi dan Klimatologi
4. Hidrologi
5. Oceanografi
6. Biogeografi
7. Kosmografi
8. Pedologi

Geografi Manusia

Sebagai salah satu kajian sistematik geografi, cabang geografi manusia mempelajari yang
mempelajari tentang aspek sosial, ekonomi dan budaya penduduk. Berikut merupakan pencabangan geografi
manusia,

1. Geografi Ekonomi
2. Demografi
3. Geografi Politik
4. Etnografi
5. Geografi Sosial
6. Geografi Industri
7. Geografi Pariwisata
8. Geografi Sejarah
9. Geografi Pertanian
10. Geografi Transportasi

Geografi Regional

Geografi regional merupakan studi tentang variasi persebaran gejala dalam ruang pada waktu
tertentu baik lokal, nasional, maupun kontinental. Geografi regional terbagi atas,

1. Geografi Regional berdasar Zonasi


Geografi Wilayah Tropik, Geografi Wilayah Arid, Geografi Wilayah Kutub, Geografi Desa,
Geografi Kota
2. Geografi Regional berdasar Kultur
Geografi Kawasan Asia Tenggara, Geografi Kawasan Eropa, Geografi Kawasan Amerika Utara,
Geografi Kawasan Amerika Selatan, Geografi Kawasan Afrika, Geografi Kawasan Australia

Geografi Teknik

Geografi teknik merupakan studi terbaru di bidang ilmu geografi yang berkembang seiring pesatnya
perkembangan teknologi yang mempelajari cara-cara memvisualisasikan dan menganalisis data dan
informasi geografis dalam bentuk peta, diagram, foto udara dan citra hasil penginderaan jauh. Geografi
teknik terbagi atas,

1. Kartografi
2. Penginderaan Jauh
3. Sistem Informasi Geografis
4. Metode Kuantitatif Geografi
BAB 2
PENGETAHUAN DASAR PEMETAAN
Peta

Manusia telah mengenal peta sejak sebelum masehi. Akan tetapi, pada waktu itu peta masih
digambar pada lempengan tanah liat yang kemudian dibakar, tidak pada kertas seperti zaman sekarang.
Contoh peta pada lempengan tanah liat adalah peta-peta yang dibuat oleh bangsa Babilonia, Mesir dan Cina
yang saat ini disimpan di Museum Semit Harvard, Amerika Serikat Peta Adalah gambaran umum
(konvensional) permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi
dengan tulisan serta simbol sebagai keterangan. Oleh karena merupakan gambaran konvensional, maka peta
menggambarkan semua kenampakan yang ada di permukaan bumi, antara lain gunung, danau, sungai, laut,
dan jalan. Namun kenampakan-kenampakan tersebut hanya dilukiskan atau digambarkan dengan simbol-
simbol tertentu yang sesuai. Ilmu yang mempelajari tentang peta adalah Kartografi, sedangkan orang yang
ahli dalam bidang pembuatan peta disebut kartograf.

Definisi

1. Menurut ICA (International Cartographic Association)

Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari
permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada
umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan.

2. Menurut Aryono Prihandito (1988)

Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar
melalui sistem proyeksi tertentu.

3. Menurut Erwin Raisz (1948)

Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti
ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-
tulisan sebagai penjelas.

4. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005)

Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan
sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan
pembangunan.

Jenis Peta

Secara umum peta dibagi atas beberapa klasifikasi, sebagai berikut :

Berdasarkan Sumber Datanya

Berdasarkan sumber datanya peta dikelompokkan menjadi dua, yaitu

1. Peta Induk (Basic Map)

Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan. Peta induk ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai
peta dasar (basic map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta
lainnya.

2. Peta Turunan (Derived Map)

Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak
memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.

Berdasarkan Isi Data yang Disajikan


Berdasarkan isi data yang disajikan, peta dibagi menjadi

1. Peta Umum

Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di permukaan bumi, baik unsur
alam maupun unsur buatan manusia, serta menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang
dipetakan. Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai berikut.

a. Peta topografi

Peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief
permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada
peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.

b. Peta chorografi,

Peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan
biasanya berskala sedang. (Contoh peta chorografi adalah atlas)

c. Peta dunia

Peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.

2. Peta Tematik

Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu / khusus. Misal peta
geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan
sebagainya.

Berdasarkan Skalanya

Berdasarkan pada skalanya peta dibagi sebagai berikut.

1. Peta Kadaster/Peta Teknik

Peta Kadaster mempunyai skala sangat besar antara 1 : 100 – 1 : 5000 Peta kadaster ini sangat rinci
sehingga banyak digunakan untuk keperluan teknis, misalnya untuk perencanaan jaringan jalan,
jaringan air, dan sebagainya.

2. Peta Skala Besar

Peta Skala Besar mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan
untuk perencanaan wilayah.

3. Peta Skala Sedang

Peta Skala Sedang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.

4. Peta Skala Kecil

Peta Skala Kecil mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.

5. Peta Geografi/Peta Dunia

Peta Dunia mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.

Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan pada bentuknya peta dibagi sebagai berikut.

1. Peta Stasioner

Peta Stasioner menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat relatif tetap (stabil).
Contohnya: peta topografi, peta geologi, peta jenis tanah

2. Peta Dinamis

Peta Dinamis menggambarkan keadaan permukaan bumi yang datanya bersifat selalu berubah
(dinamis). Contohnya: peta kepadatan penduduk, peta sebaran korban bencana alam, peta jaringan
komunikasi.

Berdasar Tujuannya

Berdasarkan pada tujuan pembuatan peta, berikut contoh-contoh peta berdasar tujuannya

1. Peta Pendidikan (Educational Map)


Contohnya: peta lokasi sekolah SLTP/SMU.
2. Peta Ilmu Pengetahuan.
Contohnya: peta arah angin, peta penduduk.
3. Peta Informasi Umum (General Information Map)
Contohnya: peta pusat perbelanjaan.
4. Peta Turis (Tourism Map)
Contohnya: peta museum, peta rute bus.
5. Peta Navigasi
Contohnya: peta penerbangan, peta pelayaran.
6. Peta Aplikasi (Technical Application Map)
Contohnya: peta penggunaan tanah, peta curah hujan.
7. Peta Perencanaan (Planning Map)
Contohnya: peta jalur hijau, peta perumahan, peta pertambangan.

Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta

Fungsi Pembuatan Peta

Peta mempunyai beberapa fungsi di berbagai bidang, antara lain untuk:

1. Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain)
di permukaan bumi,
2. Memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi (misalnya bentuk benua,
atau gunung) sehingga dimensi dapat terlihat dalam peta,
3. Menyajikan data tentang potensi suatu daerah, dan
4. Memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas
permukaan bumi.

Tujuan Pembuatan Peta

Tujuan pembuatan peta antara lain sebagai berikut:

1. Membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan,
2. Analisis data spasial, misalnya perhitungan volume,
3. Menyimpan informasi,
4. Membantu dalam pembuatan suatu desain, misal desain jalan, dan
5. Komunikasi informasi ruang.

Analisa Peta

Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta,
kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya,
meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
Unsur dasar peta Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek
informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya.
Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga
bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya. Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat
dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur
yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan

- Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran
kontur lainnya
- Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi
puncak-
- Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak.
Kontur lembahan biasanya rapat.-
- Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
- Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian-
- Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan,
dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan
lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
- Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-
pulau kecil, tanjung dan teluk
- Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun
perencanaan perjalanan
- Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk
arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara
magnetis).

Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata
lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk
mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan
dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda
dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta
adalah benar.

Penginderaan Jauh

Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, adalah ilmu, teknologi dan
seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak
langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena
yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman
tersebut dalam bentuk citra. Pengertian 'tanpa kontak langsung' di sini dapat diartikan secara sempit dan
luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data
citra satelit diproses dan ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur permukaan pada saat perekaman.
Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas 'ground truth', yaitu pengumpulan
sampel lapangan untuk dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah yang
jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi.

Pada awalnya penginderaan jauh kurang dipandang sebagai bagian dari geografi, dibandingkan
kartografi. Meskipun demikian, lambat laun disadari bahwa penginderaan jauh merupakan satu-satunya alat
utama dalam geografi yang mampu memberikan synoptic overview --pandangan secara ringkas namun
menyeluruh-- atas suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Penginderaan jauh juga mampu
menghasilkan berbagai macam informasi keruangan dalam konteks ekologis dan kewilayahan yang menjadi
ciri kajian geografis. Di samping itu, dari sisi persentasenya, pendidikan penginderaan jauh di Amerika
Serikat, Australia dan Eropa lebih banyak diberikan oleh bidang ilmu (departemen, 'school' atau fakultas)
geografi.

Dari segi metode yang digunakan, dikenal metode penginderaan jauh manual atau visual dan metode
penginderaan jauh digital. Penginderaan jauh manual memanfaatkan citra tercetak atau 'hardcopy' (foto
udara, citra hasil pemindaian skaner di pesawat udara maupun satelit) melalui analisis dan interpretasi secara
manual/visua]. Penginderaan jauh digital menggunakan citra dalam format digital, misalnya hasil
pemotretan kamera digital, hasil pemindaian foto udara yang sudha tercetak, dan hasil pemindaian oleh
sensor satelit, dan menganalisisnya dengan bantuan komputer. Baik metode manual maupun digital
menghasilkan peta dan laporan. Peta hasil metode manual dapat dikonversi menjadi peta tematik digital
melalui proses digitisasi (sering diistilahkan digitasi). Metode manual kadangkala juga dilakukan dengan
bantuan komputer, yaitu melalui proses interpretasi di layar monitor (on-screen digitisation), yang langsung
menurunkan peta digital. Metode analisis citra digital menurunkan peta tematik digital secara langsung.
Peta-peta digital tersebutd dapat di-'lay out' dan dicetak untuk menjadi produk kartografis (disebut basis dat
kartografis), namun dapat pula menjaid masukan (input) dalam suatu sistem informasi geografis sebagai
basis data geografis. Peta-peta itu untuk selanjutnya menjaid titik tolak para geografiwan dalam
menjalankan kajian geografinya

Sistem Informasi Geografi (SIG ) / Geographic Information System (GIS)

Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem
informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi
atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani
data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan
Wiradisastra, 2000). Sedangkan menurut Anon (2001) Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem
Informasi yang dapat memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang
dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference). Disamping itu, SIG juga dapat menggabungkan data,
mengatur data dan melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan
acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.

Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog), dan sistem
otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling mendasar terletak pada cara
pengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar
transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey lapangan.
Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat tanpa komputer. Sedangkan
Sistem Informasi Geografis otomatis telah menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui
proses digitasi. Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau foto udara digital serta foto udara yang
terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi (Nurshanti, 1995).

Pengertian GIS/SIG saat ini lebih sering diterapkan bagi teknologi informasi spasial atau geografi yang
berorientasi pada penggunaan teknologi komputer. Dalam hubungannya dengan teknologi komputer,
Arronoff (1989) dalam Anon (2003) mendifinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang memiliki
kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data
(penyimpanan dan pemanggilan kembali), memanipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir
(output). Sedangkan Burrough, 1986 mendefinisikan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem
berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan
mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan
dengan pemetaan dan perencanaan. Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi kedalam 4
komponen utama yaitu: perangkat keras (digitizer, scanner, Central Procesing Unit (CPU), hard-disk, dan
lain-lain), perangkat lunak (ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dan lain-lain), organisasi
(manajemen) dan pemakai (user). Kombinasi yang benar antara keempat komponen utama ini akan
menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan Sistem Informasi Geografis.

Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki refrensi
geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik
serta memiliki lokasi keruangan (Indrawati, 2002).

Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah untuk mempermudah mendapatkan
informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Ciri utama data yang bisa
dimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografis adalah data yang telah terikat dengan lokasi dan merupakan
data dasar yang belum dispesifikasi (Dulbahri, 1993).

Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk
digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data
spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan
data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data
spasial.
Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis dan bentuk area
(polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x,y yang menunjukkan lokasi
suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sample dan lain-lain. Garis merupakan
sekumpulan titik-titik yang membentuk suatu kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, kontus dan lain-
lain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang
homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain sebagainya.

Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Data raster adalah data
yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid)/sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data
vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan
menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon) (Barus dan Wiradisastra,
2000).

Lukman (1993) menyatakan bahwa sistem informasi geografi menyajikan informasi keruangan beserta
atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:

1. Masukan data merupakan proses pemasukan data pada komputer dari peta (peta topografi dan peta
tematik), data statistik, data hasil analisis penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital
penginderaan jauh, dan lain-lain. Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog maupun data
digital tersebut dikonversikan kedalam format yang diminta oleh perangkat lunak sehingga terbentuk
basisdata (database). Menurut Anon (2003) basisdata adalah pengorganisasian data yang tidak
berlebihan dalam komputer sehingga dapat dilakukan pengembangan, pembaharuan, pemanggilan, dan
dapat digunakan secara bersama oleh pengguna.

2. Penyimpanan data dan pemanggilan kembali (data storage dan retrieval) ialah penyimpanan data pada
komputer dan pemanggilan kembali dengan cepat (penampilan pada layar monitor dan dapat
ditampilkan/cetak pada kertas).

3. Manipulasi data dan analisis ialah kegiatan yang dapat dilakukan berbagai macam perintah misalnya
overlay antara dua tema peta, membuat buffer zone jarak tertentu dari suatu area atau titik dan
sebagainya. Anon (2003) mengatakan bahwa manipulasi dan analisis data merupakan ciri utama dari
SIG. Kemampuan SIG dalam melakukan analisis gabungan dari data spasial dan data atribut akan
menghasilkan informasi yang berguna untuk berbagai aplikasi

4. Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil pengolahan data dari model menjadi bentuk
peta atau data tabular. Menurut Barus dan wiradisastra (2000) Bentuk produk suatu SIG dapat bervariasi
baik dalam hal kualitas, keakuratan dan kemudahan pemakainya. Hasil ini dapat dibuat dalam bentuk
peta-peta, tabel angka-angka: teks di atas kertas atau media lain (hard copy), atau dalam cetak lunak
(seperti file elektronik).\

Menurut Anon (2003) ada beberapa alasan mengapa perlu menggunakan SIG, diantaranya adalah:

1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi


2.SIG dapat digunakansebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam usaha meningkatkan
pemahaman mengenai konsep lokasi, ruang, kependudukan, dan unsur-unsur geografi yang ada
dipermukaan bumi.
3. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data
4. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan bumi kedalam beberapa
layer atau coverage data spasial
5. SIG memiliki kemapuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atributnya
6. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif
7. SIG dengan mudah menghsilkan peta-peta tematik
8. Semua operasi SIG dapat di costumize dengan menggunakan perintah-perintah dalam bahaa script.
9. Peragkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan perangkat lunak lain
10. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial dan geoinformatika.

Barus dan Wiradisastra (2000) juga mengungkapkan bahwa SIG adalah alat yang handal untuk
menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih
padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel atau dalam bentuk konvensional lainnya yang akhirnya akan
mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan.
Sarana utama untuk penanganan data spasial adalah SIG. SIG didesain untuk menerima data spasial
dalam jumlah besar dari berbagai sumber dan mengintergrasikannya menjadi sebuah informasi, salah satu
jenis data ini adalah data pengindraan jauh. Pengindraan jauh mempunyai kemampuan menghasilkan data
spasial yang susunan geometrinya mendekati keadaan sebenarnya dengan cepat dan dalam jumlah besar.
Barus dan Wiradisastra (2000) mengatakan bahwa SIG akan memberi nilai tambah pada kemampuan
pengindraan jauh dalam menghasilkan data spasial yang besar dimana pemanfaatan data pengindraan jauh
tersebut tergantung pada cara penanganan dan pengolahan data yang akan mengubahnya menjadi informasi
yang berguna

GAMBAR PROSES SIG

Gambar contoh citra poto udara

BAB 4
BUMI SEBAGAI RUANG KEHIDUPAN
Proses Pembentukan Bumi

Bentuk permukaan bumi yang meliputi reliefnya di darat dan di dasar laut. Bentuk permukaan bumi
bermacam-macam seperti : dataran, berbukit, bergelombang, pegunungan, cekungan, lereng dan lain-lain.
Permukaan bumi yang tidak seragam dikarenakan proses yang disebabkan oleh tenaga geologis yang terjadi
secara bertahap dan selalu berubah seiring waktu, selain itu terdapat Teori Terbentuknya Kulit Bumi yang
membuat permukaan bumi selalu berubah. Pada prosesnya pembentukan bumi diwarnai oleh tenaga
geologis yang terdiri atas tenaga endogen dan tenaga eksogen, selain itu permukaan bumi terdiri atas relief
yang terdapat di daratan dan pada dasar laut.

Tenaga Endogen

Tenaga Endogen adalah tenaga yang berasal dari bumi yang berasal dari dalam bumi yang sifatnya
membangun bentuk kulit bumi.

Tenaga Eksogen

Tenaga Eksogen adalah tenaga yang berasal dari permukaan bumi atau atmosfer, yang meliputi air, cuaca,
dan es pada sifatnya tenaga ini termasuk merusak.

Gambar Jenis jenis patahan

Relief Daratan

Relief Daratan terdiri dari,

1. Lipatan
2. Patahan
3. Gunung dan Pegunungan
4. Dataran Tinggi
5. Plato
6. Dataran Rendah
7. Pineplain
8. Lembah
9. Delta

Relief Dasar Laut

Relief Dasar Laut terdiri dari,

1. Gunung Laut
2. Ambang Laut
3. Palung Laut
4. Lubuk Laut
5. Gosong Karang
6. Landas Benua
7. Lereng Benua
8. Lembah Sungai
9. Pantai

Karakteristik Pelapisan Bumi

Setelah planet bumi terbentuk dari massa gas yang lambat laun mengalami proses pendinginan.
Akibatnya bagian terluarnya menjadi mengeras sedangkan pada bagian dalamnya masih tetap merupakan
massa zat yang panas dalam keadaan lunak (cair liat). Struktur pelapisan pada bumi.

Gambar Lapisan kulit bumi

Litosfer

Litosfer (lapisan batuan pembentuk kulit bumi atau crust), berasal dari kata lithos berarti batu dan
sfhere/sphaira berarti bulatan atau lapisan. Litosfer adalah lapisan bumi paling atas dengan ketebalan lebih
kurang 70 km yang tersusun dari batuan penyusun kulit bumi.

Astenosfer

Astenosfer (lapisan selubung atau mantle), yaitu lapisan yang terletak di bawah litosfer dengan
ketebalan sekitar 2.900 km berupa material cair kental dan berpijar dengan suhu sekitar 3.000 derajat
celcius, merupakan campuran dari berbagai bahan yang bersifat cair, padat dan gas bersuhu tinggi.

Barisfer

Barisfer (lapisan inti bumi atau core), yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bagian bumi paling
dalamyang tersusun atas lapisan Nife (Niccolum atau nikel dan ferrrum atau besi). Lapisan ini dapat pula
dibedakan atas dua bagian yaitu inti luar dan inti dalam.

Inti luar

Inti luar (Outer core), adalah inti bumi yang ada di bagian luar. Tebal lapisan ini sekitar 2.200 km,
tersusun atas materi besi dan nikel yang bersifat cair, kental, dan panas berpijar bersuhu sekitar 3.900 derajat
celcius

- Inti dalam

Inti dalam (Inner core) adalah inti bumi yang ada di lapisan dalam dengan ketebalan sekitar 2.500
km, tersusun atas materi besi dan nikel pada suhu yang sangat tinggi yakni sekitar 4.800 derajat celcius,
akan tetapi tetap dalam keadaan padat dengan densitas sekitar 10 gram/cm3. Hal itu disebabkan adanya
tekanan yang sangat tinggi dari bagian-bagian bumi lainnya.

Litosfer

Litosfer berasal dari kata lithos artinya batuan, dan sphere artinya lapisan. Secara harfiah litosfer
adalah lapisan bumi yang paling luar atau biasa disebut dengan kulit bumi. Pada lapisan ini pada umumnya
terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan Si0 2, itulah sebabnya lapisan litosfer sering dinamakan lapisan
silikat dan memiliki ketebalan rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas (merupakan
daratan dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah (merupakan lautan dengan kira-kira 65%
atau 2/3 bagian).

Material Pembentuk Litosfer

Litosfer tersusun atas tiga macam material utama dengan bahan dasar pembentukannya adalah
Magma dengan berbagai proses yang berbeda-beda. Berikut merupakan material batuan penyusun litosfer,

Gambar Siklus batuan

Batuan Beku (Igneous Rock)

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma pijar yang membeku menjadi padat, dengan
sekitar 80% material batuan yang menyusun batuan kerak bumi adalah batuan beku. Berdasarkan tempat
terbentuknya magma beku. batuan beku dibagi menjadi tiga macam,

- Batuan Beku Dalam (Plutonik/Abisik)

Batuan beku dalam terjadi dari pembekuan magma yang berlangsung perlahan-lahan ketika masih
berada jauh di dalam kulit bumi. Contoh batuan beku dalam adalah granit, diotit, dan gabbro.

- Batuan Beku Gang/Korok

Batuan beku korok terjadi dari magma yang membeku di lorong antara dapur magma dan
permukaan bumi. Magma yang meresap di antara lapisan-lapisan litosfer mengalami proses pembekuan
yang berlangsung lebih cepat, sehingga kristal mineral yang terbentuk tidak semua besar. Campuran kristal
mineral yang besarnya tidak sama merupakan ciri batuan beku korok.
- Batuan Beku Luar

Batuan beku luar terjadi dari magma yang keluar dari dapur magma membeku di permukaan bumi
(seperti magma hasil letusan gunung berapi). Contoh batuan beku luar adalah : basalt, diorit, andesit,
obsidin, scoria, batuan apung (bumice).

Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)

Batuan Sedimen merupakan batuan mineral yang telah terbentuk dipermukaan bumi yang
mengalami pelapukan. Bagian - bagian yang lepas dari hasil pelapukan tersebut terlepas dan
ditansportasikan oleh aliran air, angin, maupun oleh gletser yang kemudian terendapkan atau tersedimentasi
dan terjadilah proses diagenesis yang menyebabkan endapan tersebut mengeras dan menjadi bantuan
sedimen. Batuan Sedimen berdasar proses pembentukannya terdiri atas,

1. Batuan Sedimen Klastik


2. Batuan Sedimen Kimiawi
3. Batuan Sedimen Organik

Berdasar tenaga yang mengangkutnya Batuan Sedimen terdiri atas,

1. Batuan Sedimen Aeris atau Aeolis


2. Batuan Sedimen Glasial
3. Batuan Sedimen Aquatis
4. Batuan Sedimen Marine

Batuan Malihan (Metamorf)

Batuan Malihan terbentuk karena terjadinya penambahan suhu atau penambahan tekanan yang
tinggi dan terjadi secara bersamaan pada batuan sedimen.

Struktur Lapisan Kerak Bumi

Di dalam litosfer terdapat lebih dari 2000 mineral dan hanya 20 mineral yang terdapat dalam batuan.
Mineral pembentuk batuan yang penting, yaitu Kuarsa (Si0 2), Feldspar, Piroksen, Mika Putih (K-Al-Silikat),
Biotit atau Mika Cokelat (K-Fe-Al-Silikat), Amphibol, Khlorit, Kalsit (CaC0 3), Dolomit (CaMgCOT3),
Olivin (Mg, Fe), Bijih Besi Hematit (Fe 2O3), Magnetik (Fe3O2), dan Limonit (Fe3OH2O). Selain itu, litosfer
juga terdiri atas dua bagian, yaitu lapisan Sial dan lapisan Sima. Lapisan Sial yaitu lapisan kulit bumi yang
tersusun atas logam silisium dan alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO 2 dan Al2O3. Pada lapisan sial
(silisium dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit, andesit, jenis-jenis batuan
metamorf, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua. Lapisan Sima (silisium magnesium) yaitu lapisan
kulit bumi yang tersusun oleh logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SiO 2 dan MgO lapisan
ini mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium
yaitu mineral ferro magnesium dan batuan basalt. Batuan pembentuk kulit bumi selalu mengalami siklus
atau daur, yaitu batuan mengalami perubahan wujud dari magma, batuan beku, batuan sedimen, batuan
malihan, dan kembali lagi menjadi magma.

Pedosfer

Pedosfer adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya proses
pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah yang menempati bagian
paling atas dari litosfer. Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan
batuan (anorganik), organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu yang
mempelajari tanah disebut pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses
pembentukan tanah disebut pedogenesa.
Faktor-faktor pembentuk tanah

Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain:

1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah Suhu dan Curah
Hujan.
2. Organisme (vegetasi, jasad renik)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah seperti a) membuat proses
pelapukan. b) membantu proses pembentukan humus. c) pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat
tanah hal ini terlihat pada daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. d) memiliki
kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah.
3. Bahan induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
4. Topografi atau relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang
terus menerus.

Konsep pedon dan profil tanah

Pedon adalah suatu lajur tubuh tanah mulai dari permukaan lahan sampai batas terbawah (bahan
induk tanah). Pedon merupakan volume terkecil yang dapat disebut tanah dan mempunyai ukuran tiga
dimensi. Luas pedon berkisar antara 1-10 m 2. Kumpulan dari pedon-pedon disebut polipedon. Luas
polipedon minimum 2 m2, sedangkan luas maksimumnya tidak terbatas. Profil tanah atau penampang tanah
adalah bidang tegak dari suatu sisi pedon yang mencirikan suatu lapisan-lapisan tanah, atau disebut
[[Horizon Tanah]]. Setiap horizon tanah memperlihatkan perbedaan, baik menurut komposisi kimia
maupun fisiknya. Kebanyakan horizon dapat dibedakan dari dasar warnanya. Perbedaan horizon tanah
terbentuk karena dua faktor yaitu pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air atau pencucian tanah
(leached) dan karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan
menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Adapun yang dimaksud solum adalah kedalaman efektif
tanah yang masih dapat dijangkau oleh akar tanaman. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-
turut dari atas ke bawah adalah horizon O, A, B, C, dan D atau R (Bed Rock).

Warna tanah

Warna tanah
merupakan
petunjuk untuk
beberapa sifat tanah.
Penyebab
perbedaan warna
permukaan tanah
umumnya terjadi karena
perbedaan
kandungan bahan
organik. Semakin tinggi
kandungan bahan
organik berarti semakin gelap warna tanah. Warna tanah disusun oleh tiga jenis variabel, yaitu sebagai
berikut,
1. Hue
warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
2. Value
menunjukkan kecermelangan cahaya.
3. Chroma
menunjukkan kemurnian relatif panjang gelombang cahaya dominan.

Warna tanah dapat ditentukan dengan membandingkan warna baku pada buku Munsell Soil Colur
Chart dengan warna tanah. Warna tanah akan berbeda bila tanah dalam keadaan basah, lembab, atau kering.

Struktur dan tekstur tanah

Struktur Tanah

Struktur Tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah
satu sama lain. Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut.

1. Lempeng (Platy),
ditemukan di horizon A.
2. Prisma (Prosmatic)
ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
3. Tiang (Columnar)
ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
4. Gumpal bersudut (Angular blocky)
ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
5. Gumpal membulat (Sub angular blocky)
ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
6. Granuler (Granular)
ditemukan pada horizon A.
7. Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.

Tekstur Tanah

Tekstur Tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas perbandingan banyaknya
butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah. Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi
tiga tekstur tanah.

Sistem klasifikasi tanah

Sistem klasifikasi tanah (alami) yang ada di dunia ini terdiri atas berbagai macam. Sebab banyak negara
yang menggunakan sistem klasifikasi yang dikembangkan sendiri oleh negara tersebut. Nama golongan
tanah dengan membubuhkan kata sol merupakan singkatan dari kata latin solum.
Jenis - Jenis Tanah di Indonesia

Sebagian besar Jenis Tanah Di Indonesia merupakan tanah vulkanis. Walau demikian, jika lebih
dikhususkan lagi maka jenisnya sangat beraneka ragam yang antara lain,

1. Tanah Gambut atau tanah organik


2. Aluvial
3. Regosol
4. Litosol
5. Latosol
6. Grumosol
7. Podsolik Merah Kuning
8. Podsol
9. Andosol
10. Mediteran Merah Kuning
11. Hidromorf Kelabu (gleisol)
12. Tanah Sawah (Paddy soil)

Kerusakan Tanah dan Dampaknya Bagi Kehidupan

Kerusakan Tanah yang terjadi saat ini merupakan dampak pemanfaatan lingkungan yang tidak
terkontrol sehingga mengakibatkan terjadinya krisis lingkungan. Dampak yang sangat terasa dalam
kehidupan manusia adalah berkurangnya lahan subur yang menjadikan semakin menipisnya lahan yang bisa
dijadikan lokasi produksi kebutuhan agraris manusia.

Anda mungkin juga menyukai