Anda di halaman 1dari 7

Metropilar Volume 9 Nomor 1 Januari 2011

PERKEMBANGAN TATA LINGKUNGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL MUNA

Halim
Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur – Universitas Haluoleo

ABSTRACT

Embodiment of environment arrange of traditional neighborhoods in Indonesia generally a mundane


picture of celestial images, unifying the world axis, the center of the world, the direction (Qibla) that major,
round shapes, square, and everything is an effort to distinguish a region can be inhabited, a humane and
purified from the area surrounding the mundane and chaotic. As part of this process, elaborate ceremonies
that began the beginning, implementation and completion of the formation of a spatial in the traditional
society.
Keywords: change of environment arrange, traditional settlement

ABSTRAK
Perwujudan tata lingkungan permukiman tradisional di Indonesia umumnya merupakan gambaran
keduniawian dari citra-citra surgawi, mempersatukan poros dunia, pusat dunia, arah (kiblat) yang utama,
bentuk-bentuk bundar, persegi empat, dan semuanya merupakan suatu usaha untuk membedakan suatu daerah
yang dapat didiami, yang manusiawi dan disucikan dari wilayah sekitarnya yang duniawi dan kacau. Sebagai
bagian dari proses ini, upacara-upacara yang rumit mengawali permulaan, pelaksanaan dan penyelesaian
pembentukan sebuah ruang dalam masyarakat tradisional.
Kata Kunci:perubahan tata lingkungan, permukiman tradisional

PENDAHULUAN Pola tata lingkungan permukiman tradisional


Alam mempunyai pengaruh yang sangat besar pada umumnya sangat dipengaruhi oleh karakter
bagi manusia, sehingga dalam membentuk ruang fisik alamiah seperti bukit, lembah, sungai dan
sebagai tempat tinggal, manusia sebagainya. Namun lebih jauh dari sekedar
mempersepsikan/memindahkan alam ke dalam hubungannya dengan hal tersebut, pola-pola tata
ruang bentukannya. Orientasi lahir dari lingkungan yang terjadi juga memiliki nilai-nilai
ketidaksesuaian antara dua ruang - pengalaman maknawi yang sangat dalam dan sakral baik dari
ruang yang diorientasikan secara horisontal dan dimensi spiritual maupun sosial. Lingkungan,
ruang alam yang diorientasikan secara vertikal. manusia, rumah, dan gagasan/pemikiran
Hubungan antara manusia dan lingkungannya ini mempunyai hubungan yang sangat erat, sebab alam
berkembang dan menjadi dasar kehidupan lingkungan yang dihuni merupakan ”kulit ketiga”
masyarakat ‟masa lalu‟. manusia yang berfungsi sebagai tempat berlindung
Dalam faham tradisional, kosmologi dari karakter alam dan sebagai batas teritori dengan
menduduki tempat utama di kalangan masyarakat, ‟alam dimensi lain‟. Pola-pola lingkungan yang
sehingga pandangannya tentang kehidupan dan terbentuk selalu dinapasi oleh kehidupan manusia,
pandangannya tentang dunia membentuk suatu oleh watak dan kecenderungan-kecenderungan,
kesatuan dari keseluruhan organis. Bagi mereka, serta pertalian-pertalian antara alam yang sudah
istilah dunia tidak mencakup seluruh alam raya ‟teratur‟ dengan alam yang masih ‟kacau balau‟,
sebagaimana dimengerti oleh ilmu jaman sekarang, sehingga lingkungan dikatakan mampu
melainkan terbatas pada daerah yang didiami dan mencerminkan nilai-nilai sosio-kultural dan
dikenal. Wilayah yang didiami dan dikenal spiritual masyarakatnya.
dianggap sebagai suatu dunia yang teratur, sebagai
kosmos, karena wilayah tersebut telah TINJAUAN PUSTAKA
”dikonsentrasikan”. Sedangkan segala sesuatu yang Wiranto (1999) mengemukakan bahwa jati
ada di luar wilayah itu masih merupakan dunia diri atau identitas merupakan ”jejak” yang
yang lain, dunia yang kacau, wilayah yang kacau, ditinggalkan oleh peradaban, bergerak sejalan
tempat tinggal para jin, dan sebagainya. Daerah dengan sejarah dan merupakan sebuah ”proses”
yang chaos dapat dijadikan daerah yang teratur, yang tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi bertolak
berbentuk, dan bersahabat, dengan jalan menduduki dari logika yang diikuti oleh masyarakatnya. Jati
dan menjadikan tempat tinggal.

Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo 61


Metropilar Volume 9 Nomor 1 Januari 2011

diri lahir dan tumbuh dari pengertian terhadap diri Rapoport (1983), mengemukakan bahwa
sendiri dan masyarakat lingkungannya. perubahan fisik lingkungan disebabkan oleh
Tutuko (2008), bahwa rumah sebagai tempat perubahan budaya. Sedangkan budaya dapat
tinggal merupakan suatu refleksi dari hubungan dikelompokkan kedalam dua bagian; yaitu budaya
antara budaya dan lingkungan dimana kita bisa yang tidak dapat berubah disebut core-culture dan
melihat bagaimana hubungan budaya dengan budaya yang dapat berubah disebut peripheral-
lingkungan tersebut. Perancangan rumah manapun culture. Selama budaya tertentu tidak berubah,
akan memperhatikan dan mengidentifikasi banyak maka bentuk fisik juga tidak akan berubah.
hal seperti iklim serta faktor lingkungan, sumber Sehubungan dengan hal tersebut, untuk
daya teknologi yang tersedia, struktur keluarga dan mendapatkan bentuk fisik yang relatif kekal (tahan)
sistem kekerabatan, agama, kosmologi dan maka perlu diikuti dengan upaya untuk
pandangan hidup yang diyakini masyarakatnya. mempertahankan core-culture tersebut. Jika yang
dimaksud adalah pola tata lingkungan permukiman,
Miarsono dalam Budihardjo (1997)
maka di dalamnya terdapat elemen-elemen yang
mengemukakan bahwa arsitektur dan
tidak berubah atau sedikit berubah, serta elemen-
lingkungannya sangat dipengaruhi oleh faktor sosial
elemen yang banyak berubah mengikuti
budaya yang dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu
perkembangan jaman.
sebagai way of life kelompok manusia, sebagai
sistem simbol, dan sebagai strategi untuk
menyelamatkan lingkungan dan sumber alam. Hal METODE PENELITIAN
tersebut sesuai dengan pendapat Christopher Penelitian ini menggunakan pendekatan
Alexander bahwa di dalam kebudayaan tradisional, kualitatif dengan analisis deskriptif dengan
setiap anggota masyarakatnya mengetahui pertimbangan; 1) Penelitian mengenai permukiman
bagaimana membangun suatu ruang yang sesuai tradisional pada umumnya lebih memiliki kaitan
dengan budayanya. Suatu kelompok masyarakat dengan nilai-nilai sosial budaya yang mempunyai
atau bangsa mempunyai bahasa pola tersendiri yang makna dan nilai heterogen serta pengertian simbol-
digunakan dalam proses perancangannya, karena simbol tradisi yang bersifat metaforik. 2)
bentuk-bentuk yang dihasilkan sangat alamiah dan Keterkaitan antara tata letak dan fungsi unsur tata
berlangsung pada suatu tempat yang memberi ciri lingkungan dengan faktor yang
khasnya. Bahasa ini akan tumbuh dalam suatu melatarbelakanginya sulit dideskrisikan secara
struktur yang tetap tak berubah, utuh, hidup bebas, deterministik. Diperlukan pendekatan yang bersifat
dan menyenangkan. holistik sehingga menuntut interpretasi yang sensitif
Moore (dalam Snyder dan Catanese, 1984), dan adaptif terhadap pengaruh-pengaruh yang tidak
mengemukakan bahwa suatu lingkungan adalah saja bersifat fisik dan tangible.
merupakan baik sebuah wadah untuk komunikasi Pemilihan kasus dilakukan secara sengaja
antar orang-orang maupun suatu pengubah berbagai berdasarkan tujuan penelitian, yakni dilakukan pada
makna. Komunikasi antara orang-orang dapat pemukiman di delapan desa/kelurahan yang
dipengaruhi oleh suatu organisasi ruang. Tetapi tersebar di empat kecamatan dalam wilayah
disamping itu, bangunan mempunyai makna-makna Kabupaten Muna yakni:
tertentu atau pesan-pesan tulisan bagi orang-orang - Desa Latugho dan Barangka di Kecamatan
yang dipengaruhi oleh tata letak, organisasi dan Lawa
karakter bangunannya. - Kelurahan Danagoa dan desa Lawama di
Pada awal kehidupan manusia, berlaku sebuah Kecamatan Tongkuno
konsep determinisme lingkungan dimana kehidupan - Desa Waara dan Korihi di Kecamatan Lohia
manusia sangat ditentukan oleh alam. Manusia - Desa Laiba dan Kolasa di Kecamatan Kabawo
merasa sangat bergantung pada keramahan alam Perubahan tata lingkungan permukiman mencakup
dan merasa kecil hidup di alam raya. Hal ini perubahan yang terjadi pada tiga unsur utama
menimbulkan orientasi pemikiran manusia ke arah yakni: 1) Pola tata ruang permukiman, 2) Orienrasi
dua hubungan: bangunan, dan 3) Struktur ruang permukiman.
1) Kosmis, hubungan manusia dengan alam Perubahan tersebut diukur berdasarkan interpretasi
semesta, misalnya dengan matahari, bulan, dan dari hasil wawancara dan pengamatan lapangan.
bintang.
2) Chtonis, hubungan manusia dengan bumi, HASIL DAN PEMBAHASAN
misalnya dengan gunung, laut, pohon, batu, Penelitian ini adalah suatu studi eksploratif
dan sebagainya (Dewi, 2003). terhadap keberagaman perkembangan tata
lingkungan permukiman masyakatan suku Muna

Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo 62


Metropilar Volume 9 Nomor 1 Januari 2011

dengan fokus kajian pada hubungan antara nilai


budaya, kebijakan formil-instansional, dengan
perubahan pola tata ruang permukiman, orientasi
bangunan, dan struktur ruang permukiman.

A. Gambaran Umum Tata Lingkungan


Permukiman Tradisional Muna
1. Pola tata ruang pemukiman
Jauh sebelum terbentuknya tata pemerintahan
formal, masyarakat Muna telah hidup secara
berkelompok meskipun pemukiman baru terbentuk
secara sederhana dan bersifat sporadis. Karena
kehidupan masyarakat saat itu sebagai peladang
berpindah-pindah, membawa konsekuensi terhadap
suatu kelompok pemukiman yang hanya bersifat
temporer pula. Meskipun demikian, dalam setiap Gambar 1: Pola tata ruang pemukiman
kelompok pemukiman masyarakat Muna tradisional Muna
mempunyai unsur pembentuk dan pola yang relatif Sumber: Berdasarkan sketsa La Kimi Batoa, wawancara
Pebruari 2009
sama. Secara umum, pemukiman masyarakat Muna
terbentuk karena adanya dukungan tiga faktor
utama yakni: 2. Orientasi bangunan rumah
a. Potensi lahan yang mendukung kegiatan Di dalam ruang geometri alam, orang Muna
pertanian (berladang) juga mendapatkan pengalamannya tentang
b. Ketersediaan bahan bangunan di sekitar orientasi. Sebuah kiblat agar manusia bisa
kawasan. mengarahkan titik perhatiannya dan sekaligus
c. Adanya sumber air berupa gua dan atau rumpun menentukan posisinya. Orientasi juga memberikan
bambu. sebuah persepsi garis horisontal yang
Cikal bakal terbentuknya pemukiman menghubungkan subyek manusia dengan titik
masyarakat tradisional Muna berawal dari adanya orientasinya. Sebuah garis yang menjadi sumbu di
kegiatan membuka kawasan baru oleh orang yang dalam ruang alam yang melingkupi manusia.
dipandang sebagai kamokulano liwu/mie pande Penentuan kiblat dalam kaitannya dengan orientasi
(“orang tua” atau “orang pintar”) yang memiliki mendasarkan pada pengalaman sehari-hari dari
kemampuan supranatural. Selanjutnya, pemukiman mana matahari terbit dan ke arah mana matahati
berkembang menjadi kelompok yang lebih besar tenggelam, serta persepsi arah yang lain yaitu utara-
dengan bergabungnya beberapa kepala keluarga selatan. Persepsi sumbu timur-barat dan utara-
dari kalangan keluarga maupun dari luar selatan melahirkan pemahaman akan centrality,
lingkungan keluarga mie pande tersebut. Oleh titik pusat yang terjadi akibat adanya perpotongan
karena mata pencaharian orang Muna sebagai di antara kedua sumbu tersebut.
petani (berladang), maka antara rumah dengan Berdasarkan pemahaman tersebut, maka
kebun/ladang umumnya merupakan satu kesatuan dalam hal orientasi bangunan pada pemukiman
yang tidak terpisahkan. Akibatnya, pola pemukiman masyarakat Muna, menganut prinsip bahwa
terbentuk dalam ruang yang relatif lebih luas keempat penjuru mata angin (utara, timur, selatan,
dengan pola menyebar. Pola jalan berbentuk barat) adalah kebaikan, dalam pengertian semua
organik, terbentuk akibat sebaran rumah dalam dapat menjadi arah orientasi bangunan rumah
suatu kelompok lingkungan pemukiman maupun mereka, kecuali pada dua hal, yakni:
antar kelompok pemukiman. a. Arah antara barat dan utara, yang menurut
kepercayaan orang Muna merupakan ”sudut
bumi” disebut rope langka”, (orientasi
kuburan/makam). Orientasi rumah dalam
pemukiman masyarakat Muna pantang
menghadap ke arah tersebut karena dianggap
sebagai arah kematian. Untuk menentukan
ukuran arah ”sudut bumi” ( arah antara barat
dan utara) tersebut orang Muna

Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo 63


Metropilar Volume 9 Nomor 1 Januari 2011

mendasarkannya pada pemahaman bahwa di terejawantahkan melalui orientasi wadah fisik


setiap tempat manusia berpijak merupakan titik (bangsal) tempat penyelenggaraan acara yang
pusat yang terbentuk oleh perpotongan antara berhubungan dengan kematian dan upacara-upacara
dua sumbu, yakni utara-selatan dan timur-barat. adat. Bangsal bagi penyelenggaraan rangkaian
b. Permukaan tanah yang lebih rendah yang acara kematian menghadap ke arah barat. Arah
disebut kantihoba, yaitu berupa tempat aliran dimana matahari terbenam, disimbolkan sebagai
banjir/air atau jurang. Dalam pandangan orang alam akhirat, alam kematian. Sementara bangsal
Muna, tempat-tempat demikian merupakan untuk pelaksanaan upacara-upacara yang
wilayah sirkulasi roh-roh jahat, sehingga jika berhubungan dengan kehidupan seperti perkawinan,
rumah menghadap ke arah tersebut akan kariya (pingitan), khitanan, dan lain-lain,
mengganggu keberadaan makhluk alam gaib menghadap ke timur disimbolkan sebagai alam
dan bisa mendatangkan musiba bagi penghuni dunia, alam kehidupan.
rumah.
Selain tercermin pada orientasi bangunan
rumah, kosmologi orang Muna juga

U
Keterangan:

Arah orientasi yang


diperbolehkan/baik
B T Arah orientasi yang dilarang/ tidak baik
(ropelangka)

Gambar 2: Diagram arah orientasi menurut kosmologi orang Muna


Sumber: Hasil wawancara, Pebruari 2009

Berdasarkan diagram arah orientasi tersebut, 3. Struktur ruang pemukiman


nampak bahwa dalam kosmologi orang Muna, Struktur ruang pemukiman masyarakat
khususnya yang berhubungan dengan orientasi tradisional Muna terbentuk oleh elemen-elemen
rumah, masyarakat mengenal adanya hal-hal baik fisik alamiah maupun buatan, berupa:
dan buruk, sesuatu yang tidak boleh dilanggar. a. Rumpun bambu (sebagai bahan bangunan dan
Seperti halnya dengan orientasi yang ditunjukkan sumber air) dan atau gua sebagai sumber air,
dengan warna merah tersebut, menurut kepercayaan berada pada bagian luar di sekitar kawasan
orang Muna merupakan orientasi kuburan/makam, pemukiman
sehingga diyakini sebagai arah yang tidak baik atau b. Lokasi pekuburan/makam, letaknya di sebelah
disebut ”pemali”. barat kawasan pemukiman
c. Ruang terbuka yang berfungsi sebagai tempat
perkelahian kuda dan pasar, terletak di tengah
pemukiman (umumnya pasar berada pada
kawasan pemukiman dengan jumlah penduduk
lebih besar).

Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo 64


Metropilar Volume 9 Nomor 1 Januari 2011

U
Keterangan:

Ruang terbuka

B T Rumah dan kebun

Rumpun bambu/gua

Areal pekuburan

S
Gambar 3: Struktur ruang pemukiman tradisional Muna
Sumber: Diinterpretasi berdasarkan hasil wawancara, Pebruari 2009

B. Temuan Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan


1. Perubahan tata lingkungan permukiman pada delapan kasus yang tersebar di empat
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa kecamatan, dapat dikemukakan bahwa hampir
bentukan tata lingkungan pemukiman tradisional semua unsur tata lingkungan permukiman (pola tata
Muna dijiwai oleh pemahaman masyarakat terhadap ruang, orientasi bangunan rumah, dan struktur
kosmologi, merupakan wujud transformasi nilai- ruang) nampak telah mengalami perubahan.
nilai filosofi spiritual (untangible) ke dalam bentuk- Selanjutnya, hasil identifikasi atas perubahan tata
bentuk fisik yang teraga (tangible) dan maknawi. lingkungan permukiman yang menjadi kasus
penelitian dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Temuan hasil identifikasi tata lingkungan permukiman


Hasil Identifikasi
Kode Kasus
01 02 03 04 05 06 07 08
D T D T D T D T D T D T D T D T
i i i i i i i i i i i i i i i i
Karakteristik Tata Lingk. t d t d t d t d t d t d t d t d
Pemukiman Tradisional Muna e a e a e a e a e a e a e a e a
m k m k m k m k m k m k m k m k
u u u u u u u u
k k k k k k k k
a a a a a a a a
n n n n n n n n
a. Pola tata lingkungan
 Pola hunian menyebar √ √ √ √ √ √ √ √
 Pola jalan organik √ √ √ √ √ √ √ √
b. Orientasi rumah
 Tidak pada antara untara dan barat √ √ √ √ √ √ √ √
(ropelangka)
 Tidak pada kerendahan (jurang, aliran √ √ √ √ √ √ √ √
banjir)
c. Struktur ruang permukiman
 Terdapat ruang bersama sbg pusat
orientasi aktivitas sosial √ √ √ √ √ √ √ √
 Letak rumah „orang tua kampung‟ sbg
pusat orientasi spiritual √ √ √ √ √ √ √ √
 Terdapat sumber air (gua, kali,
rumpun bambu) √ √ √ √ √ √
 Area pemakaman (terletak di sebelah √
barat permukiman) √ √ √ √ √ √ √ √ √
 Lahan garapan (ladang) merupakan
satu kesatuan dengan pekarangan √ √ √ √ √ √ √ √
rumah
Sumber: Hasil survei, Pebruari 2009

Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo 65


Metropilar Volume 9 Nomor 1 Januari 2011

Berdasarkan tabel 1 di atas, karakteristik tradisi yang menjiwai setiap bentukan tata
perubahan tata lingkungan permukiman tradisional lingkungan permukiman tradisonal pun bergeser
Muna yang menjadi kasus dalam penelitian ini nyaris punah.
dapat dijelaskan sebagai berikut: Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa dari
a. Pola tata lingkungan delapan unit permukiman yang menjadi kasus
Tata letak rumah tidak lagi menyebar dan pola penelitian, secara umum telah mengalami
jalan bukan lagi organik, namun pada perubahan tata lingkungan khususnya dalam hal
umumnya berpola grid dan atau grid-linier. Hal pola permukiman dan struktur ruangnya. Faktor-
ini ditemukan pada semua desa yang menjadi faktor penyebab perubahan tersebut dapat
kasus penelitian. dikemukakan sebagai berikut:
b. Orientasi rumah a. Budaya akar lemah; Dalam hal ini, masyarakat
Dalam hal orientasi rumah, pada umumnya tidak lagi merasa terikat dengan ketentuan-
masyarakat Muna masih meyakini dan ketentuan/norma-norma tradisional dalam
berpegang teguh pada kaidah-kaidah kosmologi. mendirikan rumah, dan berusaha “melepaskan
Pemahaman akan arah orientasi yang „baik‟ dan diri” dari dogma tata nilai serta keterikatan
„tidak baik‟, pemahaman terhadap arah „sudut dengan simbol-simbol sakralitas, ketentuan
bumi‟ (ropelangka) masih terejawantahkan “boleh” atau “tidak boleh” (pemali) dalam
dalam penentuan arah orientasi rumah mereka. perletakan unsur-unsur tata lingkungan
Bahkan dalam hal ini ditemukan bahwa permukimannya. Sehingga secara sadar atau
orientasi rumah yang ada di delapan desa yang tidak, masyarakat pemiliknya kehilangan sense
menjadi kasus penelitian seluruhnya masih of belonging terhadap nilai-nilai budaya dan
menerapkan kaidah kosmologi tersebut. tradisi warisan leluhurnya di masa lampau.
c. Struktur ruang permukiman b. Tidak adanya proteksi; Dari beberapa kasus di
Unsur tata lingkungan yang juga mengalami tanah air menunjukan bahwa salah satu
perubahan adalah struktur ruang permukiman. penyebab hilangnya „nilai-nilai lama‟ karena
Ruang terbuka sebagai pusat orientasi interaksi lemahnya bahkan tidak adanya proteksi berupa
sosial hanya ditemukan pada dua kasus, kebijakan tentang pelestarian warisan leluhur
sementara letak rumah „orang tua kampung‟ termasuk salah satunya adalah permukiman
yang merupakan pusat orientasi spiritual hanya tradisional suku Muna. Segmen ini hampir tidak
ditemukan pada tiga kasus, adanya sumber air pernah menjadi skala prioritas dalam setiap
berupa kali/sungai hanya ditemukan pada dua perumusan kebijakan di tingkat pemerintah
kasus, adanya area pemakaman yang terletak di daerah.
sebelah barat pemukiman ditemukan pada
empat kasus, serta lahan garapan (kebun/lading) KESIMPULAN
yang merupakan satu kesatuan dengan
pekarangan sudah tidak ditemukan lagi. Tata lingkungan permukiman khususnya yang
menjadi kasus dalam penelitian ini, nampak telah
2. Faktor-faktor penyebab perubahan mengalami perubahan yang sangat mencolok.
Bentukan pola tata ruang dan struktur ruang
Untuk menjelaskan perubahan tata lingkungan
permukiman menjadi tunggal-rupa, hampir tidak
permukiman masyarakat suku Muna, dalam
ditemukan lagi ciri spesik dari ”nilai-nilai lama”.
penelitian ini penulis membagi periode
Perubahan unsur tata lingkungan tersebut dapat
perkembangannya dalam dua era, yakni: Pertama,
dikemukakan sebagai berikut:
era sebelum tahun 70an, Kedua, era setelah tahun
a. Unsur yang paling berubah ditemukan pada
70an. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
pola tata lingkungan. Pola hunian kedelapan
dikemukakan bahwa hingga akhir tahun 1970
kasus tersebut tidak lagi menyebar, atau pola
umumnya tata lingkungan permukiman masyarakat
jalan berbentuk organik, namun sudah
Muna belum mengalami perubahan yang berarti.
berbentuk grid atau grid linier.
Kaidah-kaidah tradisional serta tata nilai yang
b. Unsur tata lingkungan yang sedikit berubah
melingkupinya masih tampak menjiwai seluruh
adalah struktur ruang permukiman. Beberapa
sendi kehidupan sosial masyarakat kala itu. Namun,
elemen pembentuk struktur ruang masih
sejak awal tahun 1971 dimana program resettlement
mengikuti tatanan tradisional. Selanjutnya,
desa mulai digulirkan di seluruh wilayah Kabupaten
c. Unsur tata lingkungan yang tidak berubah
Muna, saat itu pula desa-desa dipindah ke daerah
adalah orientasi rumah. Dari delapan kasus
pemukiman baru, dan dengan tata lingkungan yang
yang menjadi obyek penelitian, orientasi rumah
baru dibawah kendali kebijakan pemerintah. Dan
seluruhnya masih berpedoman pada kaidah-
bersamaan dengan berlalunya waktu, nilai-nilai

Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo 66


Metropilar Volume 9 Nomor 1 Januari 2011

kaidah kosmologi dan kepercayaan terhadap Catanese, A.J. Pengantar Kepada


adanya arah „sudut bumi‟ (ropelangka) yang Arsitektur. Terjemahan oleh
dipahami sebagai „orientasi kematian‟. Onggodiputro, A.K. 1984. P.T.
Intermedia, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA Rapoport, A. 1983. Development, Culture Change
and Supportive Design. University of
Anonim, 2008. Arsitektur dan Kebudayaan. Wisconsin-Milwaukee, U.S.A.
(Online), (http://sophisticity.multiply. Tutuko, P. 2008. Vernacular Pattern at Human
com/journal/item/61/arsitektur dan Settlements of Productive House. Case
kebudayaan, diakses 1 Desember 2008. Study: ‘Tempe’ Industrial Centre of
Dewi, Ni.K.A. 2003. Wantah Geometri, Simetri, Sanan, Malang, (Online),
dan Religiusitas pada Rumah Tinggal http://www.fab.utm.my/download/
Tradisional di Indonesia, (Online), Vol. ConverenceSeminar/SENVAR52004SPS
1, No. 1, 503.pdf, diakses 1 Desember 2008).
(http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/artikel Wiranto. 1999. Arsitektur Vernakular Indonesia:
-dewi-4.pdf, diakses 14 Nopember Perannya dalam Pengembangan Jati
2008). Diri, (Online), Volume 27, No. 2,
Moore, G.T. Tanpa Tahun. Studi Lingkungan (http://digilib.petra.ac.id./help.html,
Perilaku. dalam Snyder, J.C. dan diakses 13 Nopember 2008).

Fakultas Teknik – Universitas Haluoleo 67

Anda mungkin juga menyukai