A. PENDAHULUAN
Sistem pengetahuan lokal atau sering juga disebut indigenous
knowledge atau local knowledge adalah konsep-konsep mengenai segala sesuatu
gejala yang dilihat, dirasakan, dialami ataupun yang difikirkan yang
diformulasikan menurut pola dan cara berfikir suatu kelompok masyarakat.
Sistem pengetahuan lokal berkenaan dengan aspek-aspek kehidupan masyarakat
yang sangat luas. Ia bisa berkenaan dengan alam semesta (cosmology), flora,
fauna, benda-benda, aktivitas, maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Sistem pengetahuan lokal sangat terkait dengan lingkungan alam,
sosial, maupun budaya di mana kelompok masyarakat itu hidup, dan melakukan
ativitas-aktivitas utamanya dalam upaya mempertahankan hidup. Oleh karena itu,
sistem pengetahuan lokal suatu kelompok masyarakat tidak mustahil akan berbeda
dengan kelompok masyarakat lainnya. Dalam hal ini, sangat mungkin suatu
fenomena yang sama, baik berupa benda, flora, fauna, maupun suatu peristiwa,
akan diterjemahkan atau ditafsirkan berbeda oleh suatu kelompok masyarakat
dengan kelompok masyarakat lainnya.
Sebagai makhluk hidup, manusia paling mampu beradaptasi dengan
lingkungannya dan selalu berupaya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang
ada untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Hal itu menyebabkan adanya ikatan
antara manusia dengan lingkungan alamnya. Ikatan itu memberikan pengalaman
dan pengetahuan serta pikiran pada manusia, bagaimana mereka memperlakukan
alam lingkungan yang mereka miliki. Mereka menyadari akan segala perubahan
lingkungan
hidup
berkaitan
erat
dengan
konsep
menjadi sumber dan penunjang hidup bagi bangsa dan rakyat Indonesia
serta makhluk lainnya, demi kelangsungan dan kualitas hidup itu sendiri.
Undang-undang tersebut memposisikan lingkungan alam bukan hanya
sekedar sebagai obyek yang harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia (human centris), melainkan ia juga harus dipelihara, ditata, dan dijaga
kelestariannya (eco centris), agar kualitasnya tetap terjaga dan dapat tetap
memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Dalam wacana-wacana kebudayaan, terutama yang membincangkan
masalah lingkungan alam, manusia dan kebudayaan, terdapat dua permasalahan
pokok, yakni : pertama, bagaimana suatu kondisi lingkungan alam mempengaruhi
perkembangan kebudayaan suatu masyarakat; dan yang kedua, bagaimana
peranan suatu kebudayaan dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan
ekosistem.
Pada persoalan yang pertama ada satu pendapat bahwa tiap-tiap keadaan
alam sekeliling yang mempunyai coraknya sendiri-sendiri, sedikit banyak
memaksa orang-orang yang hidup di dalamnya untuk menuruti suatu cara hidup
yang sesuai dengan keadaan. Di samping itu, keadaan alam sekeliling bukan saja
memberikan kemungkinan-kemungkinan yang besar bagi kemajuan manusia,
tetapi juga menyediakan bahan-bahan yang dapat memuaskan kebutuhankebutuhan. Apapun yang dipergunakan oleh manusia untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari, mulai makanan, pakaian, perumahan, hingga kesenian, semuanya
disediakan
oleh
alam.
Manusia
hanya
tinggal
memelihara
dan
pembangunan,
pelbagai
konsekuensi
tidak
terduga
dan
muka halus, seperti jamaknya seorang menak, Tetapi karena alam telah
memencilkan mereka banyak yang belum pernah melihat Kota Cianjur.
Menurut penuturan penduduk setempat, dulu di kawasan ini banyak
hutan yang dianggap angker dan banyak dihuni binatang buas. Akibatya, kalau
hari sudah mencapai waktu zuhur, orang enggan bepergian ke desa lain karena
suasananya sudah gelap. Akan tetapi kini, binatang-binatang buas ini sudah sangat
jarang ditemui, mungkin juga sudah lenyap.
Sekalipun ancaman keangkeran hutan kini sudah tidak menjadi kendala
lagi, kesulitan lain masih membentang, yaitu tidak lancarnya hubungan lalu-lintas.
Kondisi jalan yang menghubungkan daerah ini dengan daerah-daerah di
sekitarnya sangat memprihatinkan. Bukan sekedar jalan setapak, tapi jalan raya
pun belum kondusif untuk dilalui kendaraan beroda empat. Sesungguhnya lahan
pertanian di Cidaun umumnya subur dan hasil pertaniannya pun melimpah ruah.
Akan tetapi sayang tidak didukung dengan sarana jalan dan infrastruktur lainnya,
sehingga bagi penduduk setempat yang akan bepergian ke daerah lain atau ke luar
kecamatan untuk menjual hasil pertanian, harus menanggung beban ongkos yang
cukup besar.
Sarana infrastruktur lain di samping jalan yang kondisinya masih sangat
memprihatinkan tadi, adalah bentangan sungai yang biasa digunakan sebagai jalan
penghubung. Ada tujuh buah sungai yang harus dilewati, lima di antaranya belum
berjembatan. Pada akhir tahun 1970an awal tahun 1980-an pernah dipasang
ponton pada Sungai Ciujung, tapi itu pun hanya bisa diseberangi kalau air sungai
tidak meluap. Lama-kelamaan, ponton itu terbawa hanyut ke laut. Pada tahuntahun berikutnya dibangun "jembatan" yang sangat sederhana, akan tetapi jebatan
itu pun hanyut pula. Lebar sungai rata-rata di kawasan itu memerlukan jembatan
yang panjangnya paling tidak 30 meter, bahkan ada yang sampai 120 meter.
Beberapa bagian di kawasan Cidaun kondisinya berbukit-bukit. Pada
turunan-turunan yang menukik, tanahnya sering amblas. Daerah Cianjur Selatan
terkenal akan gempa yang membuat letak tanah menjadi labil. Sehingga meskipun
alam di sekitar cukup hijau oleh tetumbuhan vang merimbun, tak jarang jalanan
setapak hilang karena tertimbun tanah longsor. Semua itu sering menggagalkan
rencana membuat alur jalan yang memadai.
Di antara desa-desa yang ada di wilayah Kecamatan Cidaun, Desa
Cidamar termasuk istimewa, karena beberapa tokoh di tingkat kecamatan berasal
dari desa ini. Lingkungannya pun menampakkan keasrian. Rumah-rumah di desa
ini memiliki pelataran yang rapi resik dengan arsitektur panggung. Desa Cidamar
memiliki areal sawah milik seluas 167 ha., dan 85 ha perkebunan. Sisanya berupa
tegalan, cagar alam, hutan lindung dan beberapa tanah garapan. Desa Cidamar
memiliki 7 kadusunan yaitu:
2) Peralatan
Beberapa peralatan yang biasa digunakan oleh masyarakat nelayan di
kawasan Pantai Selatan Kabupaten Cianjur, di antaranya adalah sebagai berikut:
Sirib jala; yaitu salah satu peralatan yang terbuat dari benang kenur,
digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan dengan cara ditebar. Peralatan
ini biasanya dibuat oleh nelayan sendiri, akan tetapi ada juga yang
membelinya dari toko yang menyediakan peralatan melaut.
Parahu perahu; adalah alat untuk melaut atau berlayar, menangkap ikan di
tengah laut. Perahu yang mereka gunakan untuk melaut terbuat dari kayu dan
digunakan menggunakan mesin motor. Ada pula nelayan yang menggunakan
perahu tanpa mesin, sehingga mereka harus mendayungnya.
Nelayan
Boboko bakul; adalah salah satu alat untuk menangkap ikan, terutama
impun. Boboko ini juga biasa dipakai untuk menyimpan ikan impun hasil
tangkapan.
Anco (sirib besar) jala besar; merupakan salah satu alat untuk menangkap
ikan di laut maupun di sungai dengan cara ditebar, dibiarkan dan diangkat.
Kegiatan menangkap ikan dengan cara ini disebut nganco menunggu. Anco
terbuat dari bambu dan jalanya terbuat dari benang kenur. Bagian lain dari
anco adalah rakit, saung, jango, dan boboko. Nelayan mendapatkan anco
dengan cara membuat sendiri dan membeli.
Rakit, adalah alat untuk melaut, menangkap ikan di sungai dan sebagai tempat
tumpuan anco. Rakit terbuat dari beberapa batang bambu yang dirangkai
berjejer ke samping, diikat dengan tali tambang. Selain untuk menangkap
ikan, rakit juga biasa dipergunakan sebagai alat penyebrangan di sungai,
digerakkan dengan cara didayung.
10
Obor, adalah alat yang digunakan sebagai penerangan ketika menangkap ikan
di malam hari. Obor terbuat dari sebilah bambu yang diisi dengan minyak
tanah dan kain sebagai tempat menyalanya api. Obor dibuat sendiri, kadangkadang nelayan membawanya tidak cukup satu, bisa sampai beberapa buah.
Pais impun, yaitu makanan yang dibuat dari ikan impun dengan cara
dibersihkan, dicampur dengan bumbu yang terdiri dari kunir, laos, cabe
merah, gula, dan garam, lalu dibungkus dengan daun pisang yang dibentuk
persegi panjang serta dipepes dengan api yang cukup sampai matang;
Pais pelas, yaitu makanan tradisional yang terbuat dari udang dan dawegan
kelapa muda. Cara membuatnya, udang digerus diberi bumbu berupa
bawang merah, bawang putih, garam, salam, laos, sereh, lalu dicampurkan
dengan irisan dawegan, selanjutnya dibungkus dengan daun pisang dan
dikukus sampai matang.
b. Masyarakat Petani
1) Pengetahuan tentang Gejala-gejala Alam
Masyarakat petani di Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur, telah
mengenal gejala-gejala alam yang berkaitan dengan aktivitasnya sehari-hari,
terutama ketika mau bertani. Pengetahuan masyarakat petani di Kecamatan
Cidaun tentang gejala-gejala alam, di antaranya sebagai berikut.
Awan di langit mulai mendung, menandakan akan segera turun hujan, cuaca
menjadi dingin, cocok untuk segera bercocok tanam.
2) Peralatan
Secara umum, peralatan yang digunakan oleh masyarakat petani di
Kecamatan Cidaun hampir sama dengan masyarakat petani di daerah-daerah
lainnya di Jawa Barat. Beberapa peralatan yang biasa digunakan oleh masyarakat
petani di Kecamatan Cidaun di antaranya adalah sebagai berikut.
13
Garu; adalah alat pertanian yang dibuat dari kayu atau bambu, digunakan
untuk meratakan tanah setelah diwuluku atau disingkal. Pemakaian alat ini
dengan cara ditarik oleh hewan, baik kerbau maupun sapi. Alat ini didapat
dengan cara dibeli.
Belehem / garok; adalah alat pertanian yang dibuat dari kayu papan,
berfungsi untuk meratakan tanah setelah selesai digaru dan akan dicaplak
ketika akan melakukan penanaman. Biasanya petani memiliki sendiri alat ini
karena sangat mudah dibuat.
Caplak, yaitu alat yang digunakan untuk memberikan garis pada petak-petak
sawah ketika akan ditanami supaya padi lurus, tidak acak-acakan. Caplak
terbuat dari kayu atau bambu, diberi ukuran tertentu, dan dibuat sendiri.
Gerendel / gasrok; adalah alat pertanian berbentuk bulat seperti yang diberi
besi atau paku serta diberikan pegangan untuk mendorongnya, berfungsi
untuk membersihkan rumput yang tumbuh di antara baris-baris padi. Alat ini
biasanya dibuat sendiri oleh petani.
Etem ani-ani; adalah alat pertanian yang biasa dipakai untuk menuai padi
atau memotong tangkai padi. Alat ini terbuat dari besi dan kayu, digunakan
dengan cara dijepit di tangan. Sekarang petani biasanya sudah tidak
mempergunakannya lagi, kecuali untuk menuai padi ranggeuyan (padi yang
dipotong setangkai-setangkai lalu diikat satu ikatan).
Gebotan, yaitu alat pertanian yang digunakan pada saat menuai padi dengan
sabit. Alat ini gunanya untuk merontokkan padi dari jeraminya. Gebotan
terbuat dari kayu atau bambu yang dibuat sendiri dengan ukuran dan model
masing-masing pembuatnya.
14
Congkrang, adalah alat pertanian semacam sabit namun biasanya lebih besar
dan lebih panjang, terbuat dari besi dan diberi pegangan. Alat ini digunakan
untuk membersihkan rumput atau jerami. Petani biasanya membeli alat ini
dari panday besi.
Parang, adalah alat pertanian yang terbuat dari besi menggunakan pegangan
dari kayu yang agak panjang. Alat ini berfungsi untuk membersihkan rumput
yang ada pematang sawah. Petani membeli alat ini dari tukang panday,
Kored, adalah alat yang terbuat dari besi dan diberi pegangan dari kayu
seperti cangkul, namun bentuknya lebih kecil. Alat ini digunakan untuk
membersihkan rumput di pematang atau di antara barisan padi. Alat ini
biasanya lebih banyak digunakan di ladang atau di huma.
Gintiran padi, yaitu alat yang digunakan untuk mengupas kulit padi jadi
beras, terbuat dari bambu atau kayu. Alat ini dipergunakan dengan cara
diputar-putar. Sekarang alat ini sudah tidak banyak dipergunakan lagi karena
telah menggunakan alat yang lebih canggih yaitu heleran (alat untuk
menggiling padi menjadi beras).
Lisung dan halu, adalah alat yang digunakan untuk menumbuk padi menjadi
beras. Lisung dan halu terbuat dari kayu besar gelondongan yang dilubangi
hampir setengahnya, seperti sampan.
Ancun, adalah alat pertanian yang dibuat dari anyaman bambu dan diberi
sebuah pemikul yang terbuat dari bambu yang dibelah dua. Ancun biasanya
digunakan untuk membawa padi dengan cara dipikul.
15
Dingkul (boboko gede) bakul besar; adalah alat yang digunakan untuk
menyimpan padi sementara pada saat akan atau sesudah dijemur. Dingkul
terbuat dari anyaman bambu, biasanya dibeli dari pengrajin anyaman bambu.
Jenis-jenis padi yang bisa dipanen tiga kali dalam satu tahun, di antaranya
adalah: padi IR, segon, barunday, manolin, dan nilek.
Jenis padi yang bisa dipanen dua kali dalam setahun, yaitu: padi cere dan
pandan wangi.
Padi ketan, yaitu padi yang ditanam di sawah namun agak lain dengan jenisjenis padi yang tadi. Padi ketan biasanya dikonsumsi atau dijual, dihidangkan
secara khusus karena rasanya yang lebih gurih serta lebih pekat;
4) Pemeliharaan
Sama halnya dengan daerah-daerah lain di tatar Sunda, masyarakat petani
di Kecamatan Cidaun memiliki tradisi tahap-tahap pemeliharaan tanah garapan
pertanian sebagai berikut:
Ngangler atau ngagaru, yaitu menggarap tanah sawah setelah diwuluku untuk
menggemburkan dan meratakan tanah untuk segera ditanami padi;
Kayu jati, merupakan tanaman yang tumbuh di hutan, ditanam dan dipelihara
untuk dijadikan bahan bangunan;
Kayu pinus, adalah jenis tanaman yang tumbuh di hutan, biasanya ditanam
untuk dipergunakan sebagai bahan bangunan atau bahan pembuatan korek api;
Daun reundeu, yaitu daun dari pohon reundeu yang hidup di daratan. Tanaman
ini dapat dipergunakan untuk mengobati kencing batu;
Daun sudia, merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman obat
penyakit campak, biasanya hidup didaratan;
Keji beling, yaitu tanaman yang tumbuh di daerah daratan, dapat dipergunakan
untuk kencing batu;
Buncis, yaitu tanaman sayuran yang hidup di daerah dataran tinggi, ditanam
untuk dikonsumsi dan dijual;
Kapol, yaitu tanaman yang hidup di daerah daratan. Kapol ini biasa digunakan
oleh ibu-ibu yang mempunyai kebiasaan menyirih sebagai bumbunya.
Taruk paku atau pakis, yaitu tanaman yang tumbuh di daerah daratan, biasanya
hanya sebagai tanaman hias;
Kacang tanah, yaitu tanaman yang hidup di daerah daratan, ditanam untuk
dikonsumsi atau dijual;
Kina, yaitu tanaman yang tumbuh di daerah daratan, terutama di hutan, bisa
dipergunakan sebagai tanaman obat dan kayu bakar;
Pohpohan, yaitu tanaman yang tumbuh secara liar di hutan, biasanya bisa
dimakan sebagai lalapan;
Babakoan, yaitu tanaman yang tumbuh di pinggir pantai secara liar, dapat
dipergunakan untuk obat luka atau sebagai tanaman yang dapat menahan
abrasi air laut;
Kacang hijau, yaitu tanaman budi daya yang ditanam untuk dikonsumsi dan
dijual> Tanaman ini hidup di daerah daratan, di kebun;
Bakung, yaitu tanaman yang hidup di pinggir pantai sebagai tanaman hias,
atau sebagai penahan abrasi air laut. Tanaman ini biasanya tumbuh secara liar;
Pandan laut, yaitu tanaman yang tumbuh di daerah pantai berguna untuk
menahan abrasi air laut atau dijadikan bahan dasar untuk anyam-anyaman.
Tanaman ini tumbuh secara bebas atau dibudidayakan;
19
Putat, yaitu tanaman yang tumbuh di daerah daratan, daunnya dapat dimakan
sebagai lalap;
Bunut, yaitu tanaman yang tumbuh di daerah daratan, daunnya dapat dimakan
sebagai lalap;
Kelapa, yaitu tanaman yang tumbuh di daerah pantai maupun dataran tinggi,
lebih subur ditanam di pantai. Buah kelapa biasa digunakan sebagai bahan
makanan, bumbu, dan bahan untuk membuat gula. Daunnya digunakan untuk
membuat janur dan bungkus ketupat. Batangnya digunakan sebagai bahan
bangunan.
Kawung pohon enau, yaitu tanaman yang hidup di daerah daratan, dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembuat gula (dari air niranya), aci
(pohonnya), dan manisan (berupa buahnya);
20
Hayam pelung, yaitu hewan yang dilindungi oleh pemerintah melalui Perbup,
karena merupakan hewan khas yang ada di Cianjur, dapat digunakan sebagai
hobi sebab suaranya sangat nyaring dan dapat juga untuk dikonsumsi atau
dijual, hidup di darat dan telah dibudidayakan oleh masyarakat, banyak
terdapat di Kecamatan Warungkondang;
Surili, sama halnya dengan hayam pelung merupakan hewan khas Kabupaten
Cianjur yang dilindungi melalui Perbup, hidup liar di darat, di hutan-hutan;
Kambing atau domba, yaitu hewan yang hidup di darat biasanya dipelihara
oleh masyarakat sebagai hewan ternak untuk dikonsumsi atau dijual;
Kerbau, adalah hewan yang biasa hidup di darat, bisa dipergunakan untuk
membajak sawah atau pun dikonsumsi, biasanya dipelihara oleh masyarakat;
Itik, yaitu hewan yang diternak oleh masyarakat untuk dikonsumsi atau dijual,
hidup di air dan darat, bahkan telurnya bisa dikonsumsi;
Kelinci, yaitu hewan yang diternak oleh masyarakat, hidup di darat, biasanya
untuk dikonsumsi atau dijual;
Ayam, yaitu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat, hidup di darat,
dapat digunakan untuk dikonsumsi dan dijual bahkan telurnya dapat
dikonsumsi;
Angsa, yaitu hewan yang hidup di darat dan air, dipelihara oleh masyarakat,
daging dan telurnya dapat dikonsumsi dan dijual;
21
Anjing, yaitu hewan yang hidup di darat, ada yang dipelihara ada juga yang
hidup secara bebas/ liar, bisa digunakan untuk menjaga keamanan;
Lubang, yaitu salah satu jenis ikan yang hidup di sungai secara bebas,
biasanya dipancing oleh masyarakat untuk dikonsumsi;
Ikan soro, yaitu salah satu jenis ikan yang hidup di sungai secara bebas namun
ada yang sudah dibudidayakan, dapat digunakan untuk dikonsumsi dan dijual;
Ikan impun, adalah ikan khas yang terdapat di Pantai Apra, hidup dari laut
menuju ke muara, ini ada setiap tanggal 25 bulan hijriah, masyarakat
berbondong-bondong menangkapnya dengan cara disirib atau disair,
sebelumnya selalu diadakan upacara tradisional yang disebut nyalawena,
hasilnya untuk dikonsumsi, dijual, bahkan dibuat makanan tradisional
bernama Jalangkring (dendeng ikan impun). Selain itu, ada juga ikan impun
yang hidup di air tawar, ini biasanya hidup secara bebas, ditangkap
masyarakat untuk dikonsumsi;
Genggehek atau ikan tagih atau gurame, yaitu salah satu ikan yang hidup di
sungai hidup bebas dipancing untuk dikonsumsi, namun ada juga yang telah
dibudidayakan untuk dikonsumsi dan dijual;
Ikan nila, adalah salah satu jenis ikan yang hidup di sungai, ada yang hidup
bebas ada juga yang sudah dibudidayakan untuk dikonsumsi dan dijual;
Lele, adalah salah satu jenis ikan yang hidup di sungai secara bebas, biasanya
dipancing masyarakat untuk dikonsumsi, namun ada juga yang telah
dibudidayakan untuk dikonsumsi dan dijual;
Beunteur, yaitu salah satu jenis ikan kecil, banyak hidup di sungai secara
bebas, biasanya dipancing masyarakat untuk dikonsumsi;
Kehkel, yaitu salah satu jenis ikan yang hidup di sungai secara bebas, biasanya
dipancing masyarakat untuk dikonsumsi;
Kuda, adalah hewan yang hidup di darat, biasanya diternak oleh masyarakat
untuk dijadikan alat transportasi;
22
Udang, yaitu salah satu jenis ikan yang hidup di sungai dan di laut secara
bebas, biasanya ditangkap masyarakat untuk dikonsumsi, namun ada juga
udang yang telah dibudidayakan untuk dikonsumsi dan dijual;
Burung, adalah hewan yang hidup di udara secara bebas, namun ada juga yang
dipelihara sebagai hobi, selain itu, beberapa jenis burung dapat juga ditangkap
untuk dikonsumsi dagingnya;
Paus, adalah hewan yang hidup di laut secara bebas, ditangkap oleh nelayan
untuk dikonsumsi dan dijual;
Roro Kidul. Negara di bawah laut ini dihuni juga oleh bangsa-bangsa jin dan
ponggawa-ponggawa dari kerajaan Nyai Roro Kidul. Dengan adanya
kepercayaan ini, masyarakat yang berada di sekitar pantai Selatan setiap
tahunnya selalu mengadakan upacara ritual persembahan kepadanya;
yang kerap
Longsor, merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi melanda
daerah Cidaun. Tercatat sejak tahun 2001 2005 bencana longsor telah terjadi
berulangkali di daerah ini. Bencana ini disebabkan oleh keadaan alam di
kawasan ini yang labil. Akibat dari longsor ini menimbulkan kerusakan,
rumah warga hancur, dan korban jiwa. Upaya untuk mengatasi hal ini dengan
cara reboisasi atau penghijauan terhadap lahan-lahan yang telah gundul.
Gempa, merupakan bencana alam yang disebabkan oleh alam sendiri, pernah
terjadi pada tahun 2006 yang mengakibatkan kerusakan lingkungan, harta
benda, dan korban jiwa. Bencana seperti ini tidak dapat diprediksi terjadinya,
24
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai, yaitu sebuah program yang
dijalankan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur yang bekerja sama dengan
para petani untuk (a) mengelola air dan jaringan irigasi di dalam peta tersier,
(b) melakukan perbaikan, pembangunan, dan pemeliharaan jaringan tersier,
atau jaringan irigasi pedesaan, (c) menentukan dan mengatur iuran dari para
anggota yang berupa uang, hasil panen, dan tenaga, dan (d) membimbing dan
mengawasi para anggotanya agar memenuhi semua peraturan yang berlaku.
Rakgantrang,
yaitu
sebuah
program
pemerintah
untuk
melestarikan
lingkungan dengan cara melakukan penanaman tanaman turi di pinggirpinggir jalan. Program ini pernah dilakukan pada tahun 1997 di beberapa
daerah di Ciandjur Selatan, antara lain di Kecamatan Sindangbarang.
Selain usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
memelihara dan melestarikan lingkungan seperti yang telah disebutkan di atas,
25
ada juga usaha yang dilakukan oleh masyarakat setempat berupa usaha secara adat
dan budaya, misalnya (1) ada yang disebut dengan babad astana, yaitu usaha
memelihara dan melestarikan lingkungan di sekitar makam keramat Dalem
Cikundul, dan (2) beberesih cikahuripan membersihkan air mata Cikahuripan,
yaitu tradisi yang dilakukan oleh keluarga juru kunci Cikahuripan untuk
membersihkan sumber mata air, dengan cara membersihkan rumput dan lumpur di
sekitar sumber mata air.
26