Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR 18

TERGESERNYA PANGAN LOKAL INDONESIA DI KALANGAN


MAHASISWA TEKNIK SEBAGAI DAMPAK
PENYALAHGUNAAN IPTEKS

Oleh :
Kelompok 7
Riska Ari Santi

131710101043

Sulihati Jannah

131710101052

Dessy Eka K

131710101089

Arief Fahmi U

131910201047

Rizman Pebrian

131910201033

UPT BSMKU
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia memiliki keragaman budaya sebagai akibat dari keragaman suku
bangsa yang mendiami kawasan ini. Budaya tersebut mencakup sistem teknologi
tradisional, adat istiadat, dan sebagainya. Di antara keragaman itu, salah satu hasil
budaya yang menarik adalah keragaman jenis makanan tradisional yang
berhubungan erat dengan teknologi pengolahan bahan dalam proses pembuatan
kemasan maupun proses memasak makanan tradisional.
Era globalisasi ini, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) menjadi
faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan. IPTEKS menjadi faktor penentu
keberadaan dan kemajuan masyarakat. Seiring berkembangnya IPTEKS
dikalangan masyarakat maka cepat pula berkembangnya permintaan konsumen
terhadap produk atau jasa.
Salah satunya makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia
dalam waktu cepat dan siap disantap. Dahulu di Indonesia tidak ada tetapi seiring
dengan perkembangan zama, maka bermunculanlah di Indonesia. Pengolahannya
dan penyiapannya lebih mudah dan cepat. Makanan cepat saji telah menjadi
makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu makan siang atau makan malam.
Makanan cepat saji memiliki kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat
waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian
yang higienis, dianggap makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul
bagi anak muda. Padahal kita tahu sendiri bahwa makanan cepat saji banyak
mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi namun
rendah serat, vitamin A, asam askorbat, kalsium dan folat. Tetapi, makanan cepat
saji ini telah menjadi trend globalisasi bagi masyarakat khusunya remaja zaman
sekarang.
Dengan adanya makanan cepat saji ini membuat tergesernya pangan lokal
yang berkembang di setiap daerah atau wilayah. Berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi lunturnya kegemaran masyarakat terhadap makanan tradisional
disebabkan karena adanya perubahan gaya hidup, perubahan sosial budaya,
perkembangan ekonomi dalam kehidupan masyarakat dan kebiasaan masyarakat
terhadap makan di luar. Pangan lokal merupakan produk pangan yang telah lama

diproduksi, berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok


masyarakat lokal tertentu.
Meningkatnya makanan cepat saji dikalangan masyarakat dan dikalangan
remaja dipengaruhi oleh faktor fisik, sosial, lingkungan budaya, pengaruh
lingkungan sekitar (teman dan media) serta psikososial.
Namun disamping banyaknya manfaat yang telah diperoleh masyarakat, disisi
lain muncul pula dampak yang tak jarang merugikan masyarakat dan sering pula
terjadi penyalahgunaan manfaat dan fungsi kemajuan teknologi bagi nasyarakat.
Meningkatnya IPTEKS menyebabkan munculnya berbagai macam makanan cepat
saji sehingga menyebabkan turunnya pangan lokal. Kemajuan IPTEKS tidak
dapat menjaga kelestarian pangan lokal yang semestinya juga harus dilestarikan.
Oleh karena itulah dibuatlah makalah ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
makanan cepat saji yang berkembang dibandingkan perkembangan pangan lokal
dan pengaruh konsumsi makanan cepat saji terhadap minat msyarakat terhadap
pangan lakal.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penyusunan makalah ini yaitu:
a. Bagaimana Makanan Cepat Saji yang berkembang di Indonesia?
b. Bagaiamana perkembangan pangan lokal di Indonesia?
c. Bagaimana pengaruh makanan cepat saji terhadap minat masyarakat untuk
mengkonsumsi pangan lokal?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
a. Untuk mengetahui perkembangan makanan cepat saji di Indonesia
b. Untuk mengetahui perkembangan pangan lokal di Indonesia
c. Untuk mengetahui pengaruh makanan cepat saji terhadap minat masyarakat
untuk mengkonsumsi pangan lokal

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Budaya
Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan
berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Adapun ahli antropologi yang
merumuskan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah
Taylor, yang menulis dalam bukunya: Primitive Culture, bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan,

kepercayaan,

kesenian,

moral,

hukum,

adat-istiadat,

dan

kemampuan lain, serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat (Ranjabar, 2006).
Goodenough (dalam Kalangie, 1994) mengemukakan, bahwa kebudayaan
adalah suatu sistem kognitif, yaitu suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan,
kepercayaan, dan nilai yang berada dalam pikiran anggota-anggota individual
masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan berada dalam tatanan kenyataan yang
ideasional. Atau, kebudayaan merupakan perlengkapan mental yang oleh
anggotaanggota masyarakat dipergunakan dalam proses orientasi, transaksi,
pertemuan, perumusan, gagasan, penggolongan, dan penafsiran perilaku sosial
nyata dalam masyarakat mereka.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari sistem yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Budaya adalah suatu pola
hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Budaya merupakan tradisi yang ada secara turun temurun. Dan dapat pula
menjadi cerita yang bisa diwariskan kepada anak-cucu. Adat jawa sarat dengan
simbolis. Dari jajan sampai upacara adat mempunya arti simbolis yang merupakan
pengharapan , doa, dan rasa sukur. Orang jawa mempunya tradisi saling berbagi
dan saling membantu satu sama lain.

Pada dasarnya di Jawa Timur kebanyakan adanya budaya hanya secara lisan,
tidak tercatat, dan hanya mengandalkan ingatan. Budaya lisan memang tidak perlu
dikikis. Karena komunikasi lisan masih diperlukan di saat komunikasi tertulis di
situasi dan kondisi tertentu tidak diperlukan atau tidak bisa dilakukan. Tapi
dominasi budaya lisan bisa berdampak kualitas dan kuantitas transfer budaya akan
menyusut karena ia tidak tercatat melainkan lebih bersandar pada ingatan.
Sementara akurasi dan kelengkapan patut diragukan. Akurasi baik kuantitas
ataupun kualitas, utuh dan tidaknya khazanah budaya yang dipunyai dan transfer
budaya, banyak dibantu oleh dokumentasi. Dalam keadaan beginilah maka
masalah dokumentasi peran penting dokumentasi menjadi mencuat.
Berbekal dari word of mouth kisah seputar jajan dan catatan resep yang ada,
terdapat hubungan menarik dengan ritual tertentu. Tidak ada penjelasan yang
lengkap sejarah kuliner tersebut, tetapi kisah yang menyelimutinya masih terbawa
dalam nuansa kehidupan sehari-hari bahkan sampai sekarang. Tidak sekedar
membuat jajanan lalu menghidangkannya. Sehingga jajanan tradisional khusus
dibuat jika ada kejadian khusus pula. Disebut warisan karena jajan ini ada dan
dibuat secara terus menerus dari generasi ke generasi. Pengolahan lebih banyak
mengandalkan hasil bumi dan murni dari tanah air sendiri. Disebut jajan pasar,
makanan ini tidak termasuk sebagai makanan pokok tapi melengkapinya.
Meskipun begitu maknanya tersebut sangat berarti dalam kejadian dan momen
kehidupan seseorang atau sebuah keluarga.
Tjetjep Rohendi mengungkapkan tentang perspektif antropologi dalam
memandang budaya makan, tertulis dalam paparan Kemasan Tradisional
Makanan Sunda Bahasan dalam Perspektif Antropologi Budaya, 2001:
Dalam perspektif antropologi, khususnya budaya, makanan bukanlah sesuatu
yang dipandang semata-mata berhubungan dengan aspek fisiologis dan biologis
manusia melainkan secara menyeluruh terserap dalam suatu sistem budaya

makanan. Sistem budaya makanan mencakup kegiatan produksi, distribusi, dan


konsumsi makanan yang di dalamnya tersirat pemenuhan kebutuhan manusia-primer, sosial, dan budaya- - dalam rangka melangsungkan kehidupan dan
meningkatkan kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakatnya, dihadapkan
pada sumber daya lingkungan alam (juga sosial-budaya) yang dapat
dimanfaatkannya.
2.2 Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Seni
2.2.1 Ilmu pengetahuan
Pengetahuan atau knowledge adalah suatu pemahaman yang bersifat
spontan tanpa mengetahui seluk beluknya secara mendalam. Ciri pengetahuan
adalah tidak terbuka usaha bantahan atas dasar pengamatan dan pemeriksaan.
Sedangkan ilmu pengetahuan atau science adalah pengetahuan yang bersifat
metodis, sistematis dan logis. Menurut Karl Raimund Popper dalam bukunya The
Logic of Science Discovery (1959) ilmu pengetahuan mempunyai ciri khas dapat
dibantah (critizable dan refutable) atas dasar pengamatan dan pemeriksaan.
Menurut (Notoatmodjo, 2005) pengetahuan adalah hasil penginderaan
manusia tehadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran dan indera penglihatan.
2.2.2 Teknologi
Teknologi adalah produk ilmu pengetahuan. Menurut Walter Buckingham
yang dimaksud dengan teknologi adalah ilmu pengetahuan yang diterapkan ke
dalam seni industry serta karenanya mencakup alat-alat yang memungkinkan
terlaksananya efisiensi tenaga kerja menurut keragaman kemampuan.
2.2.3 Seni
Menurut Janet Woll seni adalah produk sosial. Sedangkan menurut Kamus
B. Indonesia, seni adalah keahlian yang membuat karya yang bermutu (dilihat dari
segi kehalusannya, keindahannya dll), seni dapat berupa seni rupa, seni musik dll.
Menurut bahasa seni berarti indah, tetapi menurut istilah seni merupakan

suatu manifestasi dan pancaran rasa keindahan, pemikiran, kesenangan yang lahir
dalam diri sesorang untuk menghasilkan suatu aktiviti.
Wujud dari lahirnya suatu karya seni adalah hasil dari ide-ide para seniman
yang berlandaskan daya imajinasi, pengetahuan, pendidikan dan inspirasi serta
tenaga seniman itu sendiri. Karya seni dapat dituangkan dalam bentuk garis,
warna, gerak, bunyi, kata-kata, bahasa dan rupa bentuk yang bersifat kreatif dan
imajinatif dari suatu kemahiran.
Seni juga merupakan segi batin masyarakat yang juga berfungsi sebagai
jembatan penghubung antar kebudayaan yang beraneka ragam. Karya seni selalu
bersifata sosial karena kehadirannya menggambarkan masyarakat yang berjiwa
kreatif, dinamis dan agung. Memahami seni suatu masyarakat yang bersangkutan
dalam momen yang paling dalam dan kreatif.
2.3 Pangan Lokal (Jajanan Pasar)
Pangan lokal merupakan produk pangan yang telah lama diproduksi,
berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat
lokal tertentu. Umumnya produk pangan lokal diolah dari bahan baku lokal,
teknologi lokal, dan pengetahuan lokal pula. Di samping itu, produk pangan lokal
biasanya dikembangkan sesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Sehingga
produk pangan lokal ini berkaitan erat dengan budaya lokal setempat. Karena itu,
produk ini sering kali menggunakan nama daerah, seperti gudek jogja, dodol
garut, jenang kudus, beras cianjur, dan sebagainya (Hariyadi, 2010).
Aneka ragam pangan lokal tersebut berpotensi sebagai bahan alternatif
pengganti beras. Sebagai contoh, di Papua ada beberapa bahan pangan lokal
setempat yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai bahan
baku pengganti beras, seperti ubi jalar, talas, sagu, gembili, dan jawawut. Produk
pangan lokal tersebut telah beradaptasi dengan baik dan dikonsumsi masyarakat
Papua secara turun temurun (Rauf Wahid dan Sri Lestari, 2009). Selain di Papua,
beberapa pangan lokal yang telah dimanfaatkan oleh masyarakatnya sebagai
bahan pengganti beras adalah jagung di Madura dan Gorontalo.
Di sisi lain, pangan lokal atau pangan tradisional dapat berperan sebagai
survival strategi bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dalam sistem

ketahanan pangan. Pola pangan tradisional dapat menjadi pelengkap makanan


pokok selain beras. Adanya penggunaan bahan lokal yang biasanya lebih terjamin
ketersediannya sebagai makanan pokok yang murah dan dapat dijangkau oleh
masyarakat setempat, berdampak pada penambahan pendapatan riil rumah tangga
(Puji Lestari, A, S, dkk, 2007).
Jajanan tradisional merupakan salah satu komponen penting dalam pusaka
kuliner Indonesia. Bukan saja karena jajanan tradisional enak rasanya atau unik
warna dan penampilannya, melainkan juga karena jajanan tradisional sangat sarat
dengan unsur simbolisme atau perlambangan. Di masa lalu, sangat banyak
masakan tradisional yang mempunyai makna khusus dan menjadi bagian dari
sesajen dalam upacara pelintasan (rite of passage, seperti: kehamilan, kelahiran,
ulang tahun, dan kematian). Misalnya ingkung ayam (ayam yang dimasak utuh
dengan bumbu-bumbu khusus) yang hampir selalu hadir dalam tumpeng
masyarakat jawa. Jajanan tradisional justru lebih kaya makna simbolisnya dalam
adat masyarakat Jawa. Apem (semacam serabi) yang diberi sekeping uang logam,
misalnya, dilempar ke atap rumah sebagai simbolisme mengirim uang transpor
bagi kerabat yang telah meninggal. Tetapi, apem juga selalu hadir dalam sajian
pada upacara Maulid Nabi. Dan apem juga merupakan penganan yang popular di
masyarakat kita.
Tetapi, sudah sangat banyal local wisdom yang hilang atau tercecer dalam
kaitannya dengan jajanan tradisional ini. Bahkan, kalau kita pergi ke pasar, sudah
sangat banyak jenis jajan pasar tradisional yang sudah tidak dapat lagi ditemukan.
Ciri ndeso pada jajan pasar telah membuatnya ditinggalkan oleh mayoritas
warga masyarakat kita yang sedang berangkat ke alam modern
2.4 Makanan Cepat Saji (Fast Food)
Bertram (1975) mendefinisikan makanan cepat saji atau yang disebut dengan
fast food sebagai makanan yang dapat disiapkan dan dikonsumsi dalam waktu
yang singkat. Umumnya makanan cepat saji disajikan dengan cepat dan memiliki
standar tertentu yang meliputi mutu, pelayanan dan harga. Selain itu, makanan
cepat saji dijual pada outlet-outlet tertentu yang memiliki ruangan. Makanan cepat
saji terkenal dengan cepat, unik dan terkenal.

Kehadiran makanan cepat saji dalam industri makanan di Indonesia juga bisa
mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat
menengah ke atas, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat
untuk bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga
terjangkau sesuai kantong mereka, servisnya cepat dan jenis makanannya
memenuhi selera (Khomsan, 2004).
Makanan cepat saji mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga
hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan
penyajian yang hieginies.

BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Ipteks
Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni bergerak sangat cepat,
sehingga perlu ditanggapi dan dipersiapkan dalam menghadapinya sesuai dengan
kebutuhan pembangunan. Dalam menghadapi IPTEKS masyarakat Indonesia
harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan memanfaatkannya.
Dalam menghadapi era teknologi modern dan industrialisasi, maka dituntut
adanya keahlian untuk menggunakan, mengelola dan senantiasa menyesuaikan
dengan teknologi-teknologi dan ilmu pengetahuan yang baru. Selain itu sikap
mental dan nilai hidup yang harus mengarah terhadap nilai tersebut. Dalam
menghadapi perkembangan makanan cepat saji dengan perkembangan Ipteks yang
sangat pesat.
3.2 Perkembangan Pangan Lokal
Perkembangan Globalisasi juga berpengaruh pada aspek makanan. Yang
dulunya makanan dibuat dengan cara sederhana, seperti membuat tempe, tahu,
tape. Saat makanan dapat dibuat dengan cepat. Hal ini membuat makanan yang
selama ini kita konsumsi semakin langka dan membuat makanan yang baru
kembali beranjak semakin luas yaitu makanan cepat saji atau yang disebut fast
food.
Masyarakat

Indonesia

yang

ada

di

kota-kota

besar

banyak

yang

mengkonsumsi makanan cepat saji yang sebenarmya berasal dari negara lain
seperti ayam goreng (Mc Donald), pizza, spaghetti dan hamburger dari pada
makanan tradisional yang sudah jarang terlihat contohnya, kue cucur, kue putu,
lontong sayur, ketupat sayur dan masih banyak lagi. Mereka lebih bangga atau
menyukai makanan tersebut daripada makanan khas Indonesia seperti nasi gudeg,
nasi gandul, nasi pecel dan lain-lain.

Masyarakat yang beralih selera ke makanan cepat saji yang masuk ke


Indonesia akan meninggalkan segala makanan yang berasal dari daerah lain pun
semakin ditingalkan. Oleh karena itu mulailah pembangunan resto, ataupun cafe
ke wilayah-wilayah atau daerah yang membuat makanan tradisonal terhapus
dengan adanya makanan cepat saji.
Jajanan tradisional di masa lalu, sangat banyak masakan tradisional yang
mempunyai makna khusus dan menjadi bagian dari sesajen dalam upacara
pelintasan (rite of passage, seperti: kehamilan, kelahiran, ulang tahun, dan
kematian). Misalnya ingkung ayam (ayam yang dimasak utuh dengan bumbubumbu khusus) yang hampir selalu hadir dalam tumpeng masyarakat jawa.
Jajanan tradisional justru lebih kaya makna simbolisnya dalam adat masyarakat
Jawa. Apem (semacam serabi) yang diberi sekeping uang logam, misalnya,
dilempar ke atap rumah sebagai simbolisme mengirim uang transpor bagi
kerabat yang telah meninggal. Tetapi, apem juga selalu hadir dalam sajian pada
upacara Maulid Nabi. Dan apem juga merupakan penganan yang popular di
masyarakat kita.
Tetapi, sudah sangat banyal local wisdom yang hilang atau tercecer dalam
kaitannya dengan jajanan tradisional ini. Bahkan, kalau kita pergi ke pasar, sudah
sangat banyak jenis jajan pasar tradisional yang sudah tidak dapat lagi ditemukan.
Ciri ndeso pada jajan pasar telah membuatnya ditinggalkan oleh mayoritas
warga masyarakat kita yang sedang berangkat ke alam modern
Oleh karena itu, perkembangan pangan lokal atau jajanan pasar di era global
sekarang ini harus memiliki daya saing yang tinggi. Untuk itu, usaha
pengembangan produk pangan lokal mutlak diperlukan. Untuk dapat menjadikan
produk pangan lokal berdaya saing tinggi harus ditunjang oleh inovasi teknologi
yang berkaitan dengan aspek pengukuran (metrologi) yang diperlukan dalam
standarisasi produk yang dibuat. Kemudian produk yang dihasilkan sebelum
dipasarkan diuji terlebih dahulu agar setelah lolos pengujian (testing) diperoleh
produk yang bermutu. Kegiatan ini perlu didukung oleh keberadaan lembaga
pendukung seperti lembaga riset, perguruan tinggi, lembaga standarisasi dan
akreditasi serta peran pemerintah sebagai regulator dan fasilitator.

3.3 Perkembangan Makanan Cepat Saji


Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni semakin pesat.
Perkembangan tersebut tidak hanya berdampak pada sektor pendidikan saja,
namun sektor budaya juga terpengaruh. Salah satunya adalah perubahan budaya
seperti munculnya makanan cepat saji di Indonesia. Perubahan gaya hidup (life
style) menyebabkan banyak hal mengalami pergeseran atau perubahan fungsi,
salah satunya adalah kehadiran sebuah kafe/restoran cepat saji yang melahirkan
fenomena sosial dan budaya baru. Restoran dan kafe disamping sebagai tempat
untuk makan dan minum, para pelanggan melihat banyak peluang dan
manfaat yang mereka dapatkan saat berkunjung ke tempat tersebut. Antara
lain

sebagai

tempat

untuk

berkumpul, bersosialisasi, bertukar pikiran,

memperluas jaringan. Hal demikian akan menjadi kebiasaan baru sehingga


menjadi gaya hidup kebanyakan masyarakat perkotaan saat ini.
Pertumbuhan industri restoran cepat saji di Indonesia menunjukkan
perkembangan yang relatif pesat. Hasil survei menunjukkan bahwa selama kuartal
I/2009 sebanyak 54% masyarakat Jakarta membeli makanan cepat saji. Angka
ini melonjak dibandingkan dua tahun lalu yakni hanya 48% penduduk Jakarta
yang mengaku pernah membeli makanan cepat saji. Masih menurut sumber yang
sama, sebanyak 53% masyarakat Ibu Kota membeli makanan cepat saji dalam 6
bulan terakhir dan sebanyak 46% membeli dalam sebulan terakhir (Purnadi,
2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi makanan cepat saji semakin
lama semakin meningkat.
3.4 Pengaruh Ipteks Terhadap Keberadaan Pangan Lokal
Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang semakin berkembang secara pesat
menyebabkan tumbuhnya kebudayaan baru di bidang pangan. Teknologi semakin
maju membuat semakin banyak makanan yang dibuat dengan menggunakan
kecanggihan. Umumnya, makanan yang dibuat dengan teknologi canggih adalah
makanan modern yang dibuat dari bahan bahan yang modern pula. Hal tersebut
dapat dilihat dari semakin menjamurnya restoran cepat saji. Di lain sisi, tempat
makan yang menjual berbagai pangan lokal yang diolah secara tradisional
semakin banyak yang gulung tikar. Hal ini dikarenakan minat konsumsi

masyarakat terhadap makanan tradisional semakin menurun seiring dengan


meningkatnya konsumsi makanan cepat saji.
Dari kuisioner yang telah dibagikan, didapatkan hasil bahwa 80% mahasiswa
teknik lebih menyukai makanan cepat saji. Umumnya, mereka menganggap
bahwa makanan cepat saji lebih praktis. Selain itu, banyak dari mereka yang tidak
mengetahui arti pangan lokal atau jajanan pasar. Dengan adanya hal tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa adanya ipteks dapat dijadikan sebagai tergesernya
pangan lokal.

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pertumbuhan industri restoran cepat saji di Indonesia menunjukkan
perkembangan yang relatif pesat, sehingga mengakibatkan konsumsi
makanan cepat saji semakin lama semakin meningkat.
2. Perkembangan pangan lokal di era global sekarang ini memiliki daya saing
yang tinggi. Untuk itu, usaha pengembangan produk pangan lokal mutlak
diperlukan. Untuk dapat menjadikan produk pangan lokal berdaya saing
tinggi harus ditunjang oleh inovasi teknologi yang berkaitan dengan aspek
pengukuran (metrologi) yang diperlukan dalam standarisasi produk yang
dibuat.
3. Hasil kuesioner didapatkan hasil bahwa 80% mahasiswa teknik lebih
menyukai makanan cepat saji. Umumnya, mereka menganggap bahwa
makanan cepat saji lebih praktis. Selain itu, banyak dari mereka yang tidak
mengetahui arti pangan lokal atau jajanan pasar. Dengan adanya hal
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa adanya ipteks dapat dijadikan
sebagai tergesernya pangan lokal.
4.2 Saran
Lebih banyak melakukan penelitian lagi tentang makanan atau jajanan
pasar yang merupakan bagian dari budaya.

DAFTAR PUSTAKA
Bertram. 1975. Fast Food Operation. London: Great Britian By Chapel Rives,
Press.
Hariyadi, P. 2010. Mewujudkan Keamanan Pangan Produk-Produk Unggulan
Daerah.
Kalangie, N. S. 1994. Kebudayaan dan Kesehatan (Pengembangan Pelayanan
Kesehatan Primer melalui Pendekatan Sosial Budaya). Jakarta : PT Kesaint
Blanc Indah Corp.
Khomsan, Ali. 2004. Peranana Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta:
Gramedia Widiasarana.
Notoatmodjo, S. 2005. Prmosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Popper, K. R. 1959. The Logic Scientific Discovery. New York: Basic Books.
Puji lestari, A. S., Maksum, M., Widodo, K. H. 2007. Peran Makanan Tradisional
Berbahan Bahan Baku Ubi Kayu Terhadap Sistem Ketahanan Pangan Di
Tinjau Dari Perspektif Ekonomi Rumah Tangga.
Purnadi, R. 2009. Cepat Saji Eksis di Ibukota. www.swg.co.id. 5 oktober.
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Rauf, A. Wahid dan Martina Sri Lestari. 2009. Pemanfaatan Komoditas Pangan
Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternatif Di Papua. Papua: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Papua.

LAMPIRAN
Lembar Kerja Mahasiswa 1
Hari, tanggal : Selasa, 10 Maret 2015
Tema

: Dampak Penyalahgunaan Iptek bagi Kehidupan

Judul

: Kenakalan Remaja Siswa Sekolah Menengah Pertama


(SMP) akibat Penyalahgunaan Iptek di Kabupaten Jember

Pokok Bahasan
Diskusi kelompok

:IPTEKS dan Budaya Masyarakat

Lembar Kerja Mahasiswa 2


Hari, tanggal : Selasa, 17 Maret 2015
Perancangan Makalah
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
a. Ipteks (penjelasannya)
b. Budaya Masyarakat
c. Ipteks di Indonesia semakin berkembang, contoh
perkembangannya? Dampak sekilas ke budaya masyarakat
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Ipteks yang berkembang di Indonesia?
b. Bagaimana budaya masyarakat yang berkembang di Indonesia?
c. Bagaimana pengaruh Ipteks terhadap budaya masyarakat?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui perkembangan ipteks di Indonesia
b. Untuk mengetahui budaya masyarakat yang berkembang di Indonesia
c. Untuk mengetahui pengaruh ipteks terhadap budaya masyarakat di
Indonesia
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kenakalan Remaja
2.2 Iptek
2.3 Pengaruh iptek bagi siswa SMP di KAbupaten Jember
BAB 3. PEMBAHASAN
BAB 4. PENUTUP

Lembar Kerja Mahasiswa 3


Hari, tanggal : Selasa, 24 Maret 2015
Perbaikan Judul dan Pokok Bahasan Makalah
Tema

: Dampak Penyalahgunaan Iptek bagi Kehidupan

Judul

: Tergesernya Pangan Lokal akibat Maraknya Makanan


Cepat Saji di Kalangan Mahasiswa Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jember

Pokok Bahasan

:Pangan Lokal dan Makanan Cepat Saji

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
a. Definisi Makanan Cepat Saji
b. Definisi Pangan Lokal
c. Tingginya makanan cepat saji
d. Turunnya pangan lokal
e. Tujuan
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Makanan Cepat Saji yang berkembang di Indonesia?
b. Bagaiamana perkembangan pangan lokal di Indonesia?
c. Bagaimana pengaruh makanan cepat saji terhadap minat masyarakat untuk
mengkonsumsi pangan lokal?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui perkembangan makanan cepat saji di Indonesia
b. Untuk mengetahui perkembangan pangan lokal di Indonesia
c. Untuk mengetahui pengaruh makanan cepat saji terhadap minat
masyarakat untuk mengkonsumsi pangan lokal
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makanan Cepat Saji

2.2 Pangan Lokal


2.3 Pengaruh makanan cepat saji terhadap pangan lokal
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan makanan cepat saji
3.2 Perkembangan pangan lokal
3.3 Pengaruh makanan cepat saji terhadap minat masyarakat untuk mengkonsumsi
pangan lokal

Lembar Kerja Mahasiswa 4


Hari, tanggal

: Selasa, 14 April 2015

1. Pembuatan Kuisioner
Contoh kuisioner
Nama
Usia

:
:
:

1. Apakah anda menyukai fast food?


2. Pilih fast food atau traditional food?
Alasan :
3. Dari media apa anda mengenal fast food?
4. Sejauh mana keterkaitan anda terhadap fast food?
Alasan :
2. Perancangan batasan-batasan yang akan dibahas di dalam makalah

Lembar Kerja Mahasiswa 5


Hari, tanggal

: Selasa, 21 April 2015

Perbaikan Judul dan Pokok Bahasan Makalah serta kuisioner


Tema

: Dampak Penyalahgunaan Iptek bagi Kehidupan

Judul

: Tergesernya Pangan Lokal akibat Maraknya Makanan


Cepat Saji di Kalangan Mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas Jember

Pokok Bahasan

:Pangan Lokal dan Makanan Cepat Saji

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
a. Definisi Makanan Cepat Saji
b. Definisi Pangan Lokal
c. Tingginya makanan cepat saji
d. Turunnya pangan lokal
e. Tujuan
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Makanan Cepat Saji yang berkembang?
b. Bagaiamana perkembangan pangan lokal?
c. Bagaimana pengaruh makanan cepat saji terhadap minat masyarakat untuk
mengkonsumsi pangan lokal?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui perkembangan makanan cepat saji
b. Untuk mengetahui perkembangan pangan lokal
c. Untuk mengetahui pengaruh makanan cepat saji terhadap minat
masyarakat untuk mengkonsumsi pangan lokal

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Budaya
2.2 Pengertian IPTEKS
2.2.1

Ilmu Pengetahuan

2.2.2

Teknologi

2.2.3

Seni

2.3 Pangan lokal


2.4 Makanan Cepat Saji
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan IPTEKS
3.2 Perkembangan Pangan Lokal
3.3 Perkembangan Makanan Cepat Saji
3.4 Pengaruh IPTEKS terhadap Keberadaan Pangan Lokal
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Kuisioner

Lembar Kerja Mahasiswa 6

Hari, tanggal

: Selasa, 28 April 2015

1. Pembagian kuisioner kepada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas


Jember
2. Perekapan hasil kuisioner yang dibagikan dan melanjutkan mengerjakan
makalah dan PPT.

KUISIONER
Nama:
Kelas:
Fakultas:
1. Apakah anda mengetahui pangan lokal?
Ya

Tidak

2. Jika iya, apakah yang anda ketahui seputar pangan lokal? Jelaskan!
3. Produk pangan lokal apa yang masih bertahan di Jember? Sebutkan!
4. Seiring

berkembangnya

IPTEKS,

apakah

ada

pengaruh

terhadap

berkembangnya pangan lokal?

Ya

Tidak

5. Lebih menyukai makanan cepat saji (fast food) atau pangan lokal? Berikan
alasan!
Ya

Tidak

Anda mungkin juga menyukai