Anda di halaman 1dari 19

NAMA : NAZLI WULANTRI BINABA

NIM : L13119010/KHT-A

Materi Mobilitas Sosial

Mobilitas horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok

orang dalam lapisan sosial yang sama. Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu

atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kolompok sosial lainnya yang

derajat. Pada mobilitas horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan

seseorang

Faktor pendorong

 Faktor struktural, struktur masyarakat Indonesia sangat terbuka. Orang miskin dapat

mengalami mobilitas sosial seinggi-tingginya, bahkan menjadi presiden.

 Faktor individu, sikap dan perilaku individu memengaruhi peluang mereka

mengalami mobilitas sosial ke atas.

 Faktor sosial, ketidakpuasan akan status-sosial mendorong manusia untuk terus

berjuang segigih-gigihnya.

 Faktor ekonomi, keadaan ekonomi yang baik memudahkan individu dan kelompok

melakukan mobilitas sosial

 Faktor politik, stabilitas politik yang baik jelas memengaruhi mobilitas sosial warga

negara.
 Faktor pendidikan, jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mudah juga

bagi orang untuk melakukan pergerakkan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang

diperolehnya.

Implikasi terhadap pemanfaatan dan pengelolaan hutan

Indonesia agraris perubahan lebih baik

Integritas Sosial dan Potensi Konflik : Indonesia agraris Indonesia industri


NAMA : NAZLI WULANTRI BINABA

NIM : L13119010/KHT-A

Materi Konsep Sosiologi Kehutanan

A. Batasan Sosiologi dan Sosiologi Kehutanan

 Sosiologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat, tidak sebagai

individu yang terlepas dari kehidupan masyarakat. Fokus bahasan sosiologi adalah

interaksi manusia, yaitu pada pengaruh timbal balik di antara dua orang atau lebih dalam

perasaan, sikap dan tindakan.

 Sosiologi tidak begitu menitik beratkan pada apa yang terjadi didalam diri manusia

(merupakan bidang studi psikologi), melainkan pada apa yang berlangsung diantara

manusia.

B. Sosiologi Kehutanan

Burch, 1992; Parker dan Bruch, Jr 1992, Lee, 1984; Kaufman, 1953

• Hubungan manusia dan kelompoknya,

• Menerjamahkan kehidupan sosial

• Pembentukan dan pemeliharaan tatanan sosial (Social order)

• Perilaku dan nilai-nilai sosial, budaya, organisasi dan kontrol sosial

• Stabilitas masyarakat

• Sejarah sosial pemanfaatan hutan

• Proses pembuatan kebijakan dan control sosial


• Pembentukan dan pemeliharaan tatanan sosial (Social order)

• Perilaku dan nilai-nilai sosial, budaya, organisasi dan kontrol sosial

• Tekanan sosial terhadap hutan

• Dampak terhadap kesejahteraan

C. Peran Sosiologi

 Menurut Horton dan Hunt (1987), dewasa ini beberapa profesi yang umumnya diisi

oleh para sosiolog adalah:

1. Sebagai ahli riset, baik itu riset ilmiah untuk kepentingan pengembangan

keilmuwan atau riset yang diperlukan sektor industri;

2. Sebagai konsultan kebijaksanaan, khususnya ikut membantu untuk memperkirakan

pengaruh dari kebijaksanaan social tertentu;

3. Sebagai teknisi atau yang popular disebut sosiolog klinis, yakni ikut terlibat di dalam

kegiatan perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan masyarakat; desa, dan hutan

4. Sebagai dosen atau pendidik yang terlibat dalam kegiatan belajarmengajar;

5. Sebagai pekerja sosial (social worker)

D. individu dan Masyarakat

InteraksiMasyarakat dengan Hutan

 Ketergantungan masyarkat Aspek produk silahan, lahan hutan, fungsi perlindungan

dan tata klimat


 Orientasidan Motivasi Ketergantungan Perkembangan budaya, perekonomian,

seiring dengan keterbukaan wilayah

 Interdependence Sesuai perkembangan wilayah, tekanan factor luar

 Pembetukan pola interaksi Pola ekstraksi; ekspoitasi, konfrontasi, kooperasi.


NAMA : NAZLI WULANTRI BINABA

NIM : L13119010/KHT-A

Materi Sikap, perilaku dan Motivasi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Sistem sosial

 Suatu sistem dari unsur-unsur sosial (The system of sosial element)

 Karekter system sosial: terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan atau berhubungan

dalam satu kesatuan; terdapat himpunan-himpunan bagian yang saling berkaitan, bekerja

secara mandiri dan bersama-sama, satu sama lain saling dukung; kesemuanya ditujukan

pada pencapaian tujuan Bersama/tujuan system.

Pengaruh budaya terhadap lingkungan

Physical Environment Menunjuk pada lingkungan natural: temperature, curah hujan, iklm,

wilayah geografis, flora, fauna

Env. Orientation and Representation Mengacu pada persepsidan kepercayaan kognitif yang

berbeda beda pada setiap masyarakat pada lingkungannya

Out Carries Product Hasil Tindakan manusia seperti membangun rumah, komunitas, kota

beserta usaha-usaha manusia dalam memodifikasi lingkungan fisik, seperti budaya

pertanian, dan iklim.

Cultural Social Environment Aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisasi: Norma-

norma, adat istiadat, dan nilai-nilai

Env. Behavior and Process Bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam

hubungan sosial.
Perubahan kebudayaan : Perubahan Lingkungan Alam, Kontak dengan Kelompok Lain,

Kontak dengan Kelompok Lain, Penemuan baru(Discovery), Adopsi Teknologi dan

Modifikasi
NAMA : NAZLI WULANTRI BINABA

NIM : L13119010/KHT-A

Materi Kemiskinan & Masyarakat Sekitar Hutan

Miskin adalah tidak memiliki cukup uang, kurangnya pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga, kekurangan kekayaan untuk memberi stabilitas atau menghadapi

perubahan seperti kehilangan pekerjaan, sakit dll.

Kemiskinan bersifat subjektif disebabkan oleh perasaan. Kemisikinan yang paling

parah bila orang tidak hanya merasa miskin, tetapi juga kekurangan saran untuk keluar dari

kemiskinan.

Indeks Kemiskinan :

IndeksKemiskinan/ KesejahteraanNasional

- Garis Kemiskinan Sajogyo Pengeluaran setara180 kg beras per kapita per tahun

- Indikator Kesejateraan BPS 11 indikator (penerimaan, pengeluaran,keadaan tempat

tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan, kemudahan menadapat pelayanan kesehatan,

kemudahan pelayanan pendidikan, kemudahan fasilitas transport, kehidupan beragama, rasa

aman, kemudahan melakukan olahraga)

Indeks Kemiskinan Global

• Bank Dunia dan PBB: kemiskinan ekstrimbila pendapatan kurangdari USD1 per hari

•Human Development Index(HDI) UNDP mengukur 3 indikator: usia panjang (%orang

meninggal sebelum usia 40 tahun), pengetahuan (tk kemampuan baca tulis dan rasio
pendaftaran kependidikan dasar, menengah dan tinggi), dan standar kehidupan layak (PDB

perkapita riil)

• Human Poverty Index indicator HDI + akses ke air bersih dan layanan kesehatan,% anak

balita yang kurang berat badan.

Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan

• Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Bertumpu pada “Keseimbangan”

antara“Kekuatan Bottom-up”dan“PenetrasiTop-down”

• Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan dalam Kerangka Otonomi Daerah dan Otonomi

Desa

• Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Di implementasikan dalam Kerangka Sistem

Tata-Kelola Berbasis Kemitraan (Partnership-Based Governance System)

• Networking(Jejaring)
NAMA : NAZLI WULANTRI BINABA

NIM : L13119010/KHT-A

Materi Etnoekologi

Manusia hidup di dunia selalu melakukan interaksi dan adaptasi dengan alam.

Manusia melakukan adaptasi dan interaksi dengan mengembangkan budaya sehingga

terjadi perubahan ekosistem. Pembahasan antara manusia dengan alam memang sangat

kompleks dan rumit. Kompleksitas interaksi dan adaptasi manusia dengan alam tidak

terlepas dari pengaruh unsur biotik dan abiotik yang ada di linkgungan sekitarnya. Semua

ruang aktifitas manusia (antroposfera) dan budayanya tidak bsa lepas dari atmosfer, biosfer,

hidrosfer, dan litosfer. Dasar-dasar ilmu etnoekologi sebenarnya sudah ada sejak 50 tahun,

yaitu : berasal dari ilmu bangsa-bangsa (etnologi) (N. daldjoeni 1982). Ilmu etnoekologi

yang menjadi pokok pikirannya adalah manusia dan ekologi yang merupakan jembatan

menghubungkan antara ilmu pengetahuan dan alam dan ilmu kemasyarakatan. Pemisahan

ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetauan kemasyarakatan didalam ilmu etnoekologi

bersifat semu, hal ini karena dalam memahami dan mempelajari hubungan manusia dan

ekologi tak dapat dipisahkan.

Analisa pada bidang ilmu etnoekologi yang berkaitan dengan fenomena sosial dan

fenomena alami yang meliputi aspek-aspek, yaitu : kebudayaan, sosial, ekonomi, politik,

kependudukan, sejarah, lingkungan, ekosistem, iklm dal lain-lain. Analisa bidang bidang

ilmu etnoekologi dengan latar belakang kebudayaan wilayah akan berlangsung dengan
baik, jika kita memiliki pengetahuan tentang kebudayaan. Dengan demikian pengetahuan

dasar ilmu anthropologhy perlu dimiliki. Kebudayaaan suatu wilayah mampu

mengungkapkan kejelasan fenomena dan proses keruangan pada wilayah yang dilakukan

analisis. (Nursid sumaatmadja 1981).


NAMA : NAZLI WULANTRI BINABA

NIM : L13119010/KHT-A

Materi Prespektif Kebudayaan

Prespektif Demografis dan Ekologi

Mencangkup penjelasan mengenai keteraturan-keteraturan serta variasi perilaku

organisme manusia, yang terjadi didalam ruang, waktu dan tempat tertentu dalam

lingkungan fisik dan biologis.

Prespektif Psikologi Sosial

Menjelaskan pentingnya organisme manusia yang dianggap sebagai satu

kepribadian utuh. Para psikolog meneliti hal-hal antara lain : pola interaksi dalam

kelompok kecil, terbentuknya sikap, dan hubungan masyarakat dengan kepribadian dalam

proses sosialisasi.

Prespektif Kolektif

Prespektif ini meniliti kehidupan bersama manusia yang berlangsung dengan

kelompok atau organisasi-organisasi dengan tujuan yang sama. Apabila sosiolog meneliti

kelompok-kelompok primer, asosiasi suka rela, atau asosiasi masyarakat meneyeluruh

maka mereka mengangggap subjek penelitian sebagai kolektifitas orang-orang yang telibat

dalam ragam pola interaksi sosial.

Prespektif Hubungan Struktural


Prespektif ini timbul apabila kehidupan sosial dipandang dari sudut hubungan

struktural yang timbul dari interkasi sosial. Konsep peranan merupakan ciri dari hubungan

struktural.

Pengertian Sosiologi

Diartikan sebagai ilmu yang menyangkut, mempelajari dan menjelaskan perilaku

manusia didalam kelompoknya dan didalam hubungannya dengan orang atau kelompok

lainnya.
NAMA : NAZLI WULANTRI BINABA

NIM : L13119010/KHT-A

Materi TANTANGAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT

DALAM PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

Masyarakat Adat adalah : Komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul

leluhur secara turun temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas

tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya, yang diatur oleh hukum adat dan

lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan masyarakatnya”

4 warisan asal (asal usul) leluhur sebagai unsur pembeda masyarakat adat dari

masyarakat yang lain.

• Kelompok Orang dengan Identitas Budaya yang Sama : bahasa, spritualitas, nilai-nilai,

sikap dan perilaku yang membedakan kelompok sosial yang satu dengan yang lain.

• Sistem Nilai dan Pengetahuan : (kearifan) tradisional bukan semata-mata untuk

dilestarikan, tetapi juga untuk diperkaya/dikembangkan sesuai kebutuhan hidup

berkelanjutan.

• Wilayah Hidup : tanah, hutan, laut dan SDA lainnya bukan semata-mata barangproduksi

(ekonomi), tetapi juga menyangkut sistem religi dan sosial-budaya.

• Aturan-Aturan dan Tata Kepengurusan Hidup Bersama Sosial (Hukum Adat dan

Lembaga Adat) : untuk mengatur dan mengurus diri sendiri sebagai suatu kelompok sosial,

budaya, ekonomi dan politik


Masyarakat adat dalam peraturan perundang-undangan indonesia Undang-

Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen Pada Pasal 18B ayat (2) berbunyi: ”Negara

mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang”

Selanjutnya pada pasal 28I ayat (3) dikatakan, ”Identitas budaya dan hak masyarakat

tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban”

Praktek-praktek kearifan local masyarakat adat dalam pengelolaan hutan lestari

• Memiliki motivasi yang kuat untuk melindungi SDA dan LH dibanding

masyarakat lainnya, karena terkait langsung dengan keberlanjutan kehidupan

masyarakat adat.

• Memiliki Pengetahuan adat (tradisional) untuk melestarikan dan memanfaatkan

Sumber Daya Alam secara berkelanjutan di wilayah adatnya.

• Memiliki hukum adat agraria/SDA untuk ditegaskan

• Memiliki kelembagaan adat untuk mengurus dan mengatur interaksi harmonis

antara mereka dengan alam sekitarnya.


• Memiliki konsep penguasaan lahan/wilayah adat menjaga keseimbangan yang

dinamis antara hak individual sebagai warga dan hak kolektif dan komunal sebagai satu

komunitas adat otonom/berdaulat.

Praktek adaptasi dan mitigasi masyarakat adat 

• Menanam tanaman yang tahan terhadap cuaca.

• Mimiliki sistem perairan dan panen secara tradisional

• Memiliki sistem pertanian dan kehutanan secara tradisional.

Tata Kelola Hutan Masyarakat Adat 

• Wana ngkiki(Hutan Primer) adalah: Hutan perawan yang sudah ditumbuhi lumut

dan belum dikelola oleh masyarakat adat, di Wana ngkiki terdapat sumber air bersih,

angin yang segar, tumbuhan langkah dan tidak bisa dijangkau masyarakat. Tempat ini

tidak diperkenankan untuk dijadikan kebun atau pemukiman masyarakat dan status

kepemilikan Wana ngkiki adalah Komunal.

• Wana, hutan produksi yang banyak di tumbuhi pohon besar, tempat berburu

masyarakat, terdapat pohon damar, tumbuhan obat tradisional, tempat ini sama dengan

Wana ngkiki tidak diperkenan dijadikan kebun atau pemukiman masyarakat dan status

kepemilikan Wana adalah Komunal.


• Pangale adalah hutan sekunder yang dibuka atas izin adat diatas 25 hutan yang

lalu, Pangale bekas kebun yang didalamnya masih banyak terdapat pohon besar dan

menjadi hutan kembali, status kepemilikan Pangale adalah Individu/Keluarga.

Oma adalah hutan sekunder yang dibuka atas izin adat sekitar 15 tahun yang

lalu, Oma merupakan bekas kebun yang di miliki secara turun temurun terdapat pohon

besar tapi jarang dan apabila ada yang ingin mengelolanya, harus pamit dulu kepada

pemilik atau ahli waris.

• Omanguku adalah bekas kebun yang tidak dikelolah lagi, dan suda ditinggalkan

dan ditumbuhi semak belukar.

• Balingkea, lokasi pemanfaatan atau lokasi kebun yang ditinggalkan masyarakat

dan dapat diolah kembali. • Pampa, kebun palawija, buah-buahan, kopi, coklat, cengkeh

• Taolo, wilayah kemiringan yang oleh adat dilarang untuk dikelola

• Kadaha, daerah yang di keramatkan oleh masyarakat adat

Kendala/tantangan yang dihadapi masyarakat adat untuk berperan besar dalam mitigasi

perubahan iklim

• Pembangunan nasional yang ditopang berbagai peraturan-perundangan dan

kelembagaan sektoral yang melemahkan kinerja sistem adat


• Pemaksaan “Hak Menguasai Negara” (HMN) atas tanah, wilayah dan

sumberdaya alam telah merampas (mengambil-alih secara sepihak) hak-hak

komunal/kolektif Masyarakat Adat atas tanah dan SDA di wilayah-wilayah adat.

• Pemaksaan model pemerintah desa yang seragam, militerisasi wilayah-wilayah

adat yang melemahkan kepengurusan dan hukum adat.

Kompleksitas masalah dalam implementasi kearifan lokal

• Issu Nasional

• Pembangunan ekonomi masih sangat bergantung pada eksploitasi SDA

• Overlapping Kebijakan (UU/Peraturan : UU Perkebunan, UU Pertambangan, UU

Pertanahan, UU Kehutanan, UU Investasi Asing, RPP Hutan Adat, Permenhut REDD+,

PP Tambang di Hutan Lindung)

• Konflik kepentingan antar Departemen antar pemerintah pusat & daerah

• Belum ada pengakuan resmi dari Pemerintah Indonesia mengenai hak hak Masyarakat

Adat

Desakan yang sering disuarakan oleh masyarakat adat

• Amandemen UU 41/1999 tentang Kehutanan dan UU No 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi untuk:
• Mengembalikan hutan adat kepada masyarakat adat

• yang mewarisinya dari leluhur

• Memisahkan fungsi hutan dengan status penguasaan

• Perbaikan terhadap kebijakan desentralisasi dengan mengembalikan kekuasaan dan

wewenang yang besar pada pemerintahan tingkat komunitas adat (indigenous

autonomy):

• Pemerintahan “Desa adat” harus memiliki otonomi dalam

• pengurusan sumberdaya alam di wilayah adatnya

Anda mungkin juga menyukai