SOSIOLOGI KEHUTANAN
Sosiologo mengartikan “masalah social” sebagai masalah sosiologi yang terjadi dalam
hubungannya dengan interaksi dan tindakan sosial warga masyarakat. Kelompok social adalah
sekumpulan individu yang memiliki hubungan dan saling berinteraksi, sehingga menumbuhkan
rasa kebersamaan dan rasa memiliki.
Kerusakan hutan adalah akibat kurangnya kombinasi antara manusia, kebijakan pemerintah,
system ekonomi dan politik yang penuh nuansa korupsi, kolusi dan nepotisme.
Disebabkan oleh perbuatan-perbuatan manusia (athroposeres) dan oleh gangguan alam itu
sendiri.
Perubahan hutan dikarenakan adanya interaksi social terhadap hutan.
Artinya Kerusakan Hutan disebabkan oleh semakin renggangnya hubungan atau interaksi
antar manusia terhadap hutan.
Konflik Sosial adalah ketidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat,
yang membahayakan kehidupan kelompok social (Soerjono Soekanto, 1982).
Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sosial :
1) Faktor Ekonomi (contohnya kemiskinan, pengangguran)
2) Faktor Biologi (contohnya penyakit fisik)
3) Faktor Psikologi (contohnya penyakit kejiwaan, bunuh diri)
4) Faktor Kebudayaan (contohnya kejahatan, kenakalan remaja, dan konflik)
Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan, baik yang
memanfaatkan langsung maupun tidak langsung dari hasil hutan tersebut. Masyarakat sekitar
hutan menganggap bahwa hutan adalah swalayan bagi kehidupan mereka, sehingga mereka
berkewajiban untuk memelihara dan mempertahankan hutan demi kelangsungan hidupnya.
Ketika hutan hancur (kritis) maka akan hancurla system ekonomi dan social budaya mereka.
1) Masyarakat yang merupakan penghuni hutan benar-benar berada didalam kawasan hutan.
2) Memanfaatkan dan mengelola hutan secara langsung oleh masyarakat dengan aturan adat
yang disepakati berama dan ditaati.
3) Pengelolaan hutan yang tinddal didalam hutan, dekat hutan, kawasan hutan, dan diluar
kawasan hutan memanfaatkan, mengelola, sebagaimana kawasan sumber daya hutan
ditetaokan sebagai hutan milik adat yang daoat dikelola bersama.
4) Masyarakat yang merupakan pemilik hutan memilii, menanam, dam membangun hutan, dan
menjaga, mengelola hutan rakyat, melalui aturan adat atau tanpa melalui aturan adat
berdasarkan garis keturunan secara bersama.
5) Masyarakat local sekitaran hutan biasa memanfaatkan hasil hutan, tetapi tidak secara
langsung dan tidak menguasainya.
MASYARAKAT DESA BUDAYA DAN LINGKUNGANNYA
Budaya : segala sesuatu yang berkaitan dengan akal dan budi yang menghasilkan sesuatau.
Kebudayaan : bentuk karya cipta
PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial adalah perubahan pola kehidupan yang desebabkan karena factor internal
dan eksternal, perubahan yang menyangkut nilai-nilai budaya, sikap, dan norma social.
ANTROPOLOGI SOSIAL
Pranta Sosial
- Koentjaraningrat (1979): sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan
warga masyarakat untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi atau suatu sistem tata
kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi
kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
- Bersifat konsepsional, (eksistensinya hanya dapat ditangkap dan dipahami melalui
sarana pikir dan hanya dapat dibayangkan dalam imajinasi sebagai suatu konsep).
- Unsur dari pranata sosial adalah kedudukan-kedudukan yang ditempati oleh para
individu itu beserta aturan tingkah lakunya.
- Pranata sosial merupakan bangunan atau konstruksi dari seperangkat peranan-peranan
dan aturan-aturan tingkah laku yang terorganisir (=norma-norma sosial) Pranata sosial
merupakan produk norma sosial
Tujuan dan Fungsi Pranata Sosial
- Mengatur kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai.
- Mengatur kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancar
sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku
Contoh :
- Pranata keluarga mengatur bagaimana keluarga harus memelihara anak.
- Pranata pendidikan mengatur bagaimana sekolah harus mendidik anak-anak hingga
menghasilkan lulusan yang andal
Tipe-tipe Pranata Sosial
- Tingkat Kompleksitas Penyebarannya :
1) General social institutions
Terdapat di setiap bentuk masyarakat, sehingga bersifat universal.
Ini membuktikan bahwa pranata sosial mempunyai nilai yang tinggi dalam
kehidupan masyarakat terutama untuk kelangsungan hidupnya.
Luasnya jangkauan penyebaran pranata sosial yang demikian ini berarti
dikenal, diakui dan diterimanya pranata sosial itu oleh sebagian besar /seluruh
umat manusia sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Contohnya agama.
Mempunyai tingkat kompleksitas yang relatif lebih luas dan banyak
dibandingkan dengan pranata yang bersifat khusus.
2) Restricted social institutions
Pranata sosial ini pada umumnya mempunyai corak yang khas atau khusus
dalam kehidupan masyarakat.
Pola penyebarannya relatif lebih terbatas dibanding dengan pranata yang
umum.
Daya jangkauannya hanya terbatas pada kelompok, kelas ataupun golongan
tertentu saja, walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa seorang warga
dapat melakukan perpindahan dari satu pranata sejenis yang khusus ini ke
pranata yang lain.
Pranata sosial yang khusus adalah agama tertentu, Yaitu Islam, Kristen
Katholik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan lain sebagainya.
- Orientasi Nilainya
1) Basic social institution
Bersifat dasar /utama/primer, karena terdiri dari kaidah sosial yang memiliki
nilai sangat pokok atau utama bagi kelangsungan kehidupan masyarakat.
Sangat dipengaruhi oleh pentingnya kaidah yang mempunyai nilai sangat
tinggi untuk menjamin kelangsungan kehidupan masyarakat, sehingga apabila
dalam kehidupan masyarakat tidak terdapat pranata sosial yang bersifat primer
ini maka kelangsungan hidup manusia akan terancam.
Dengan demikian, ketidaktertiban pemenuhan hajat hidup itu disebabkan oleh
tidak adanya norma sosial yang sekaligus tidak adanya sanksi, sehingga
sewajarnyalah apabila individu yang mempunyai kemampuan lebih dari yang
lain akan mendominasi pihak yang lemah.
2) Subsidiary social institution
Pranata sosial sekunder didukung oleh kaidah sosial yang nilai-nilainya
dianggap kurang penting untuk menunjang kelangsungan hidup manusia.
Merupakan tambahan untuk memperoleh kenikmatan dalam hidup.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa ada masyarakat tertentu
di suatu saat dan tempat tertentu, mempunyai anggapan terhadap pranata sosial
sekunder itu sebagai pranata primer.
Perubahan struktur masyarakat dan kemampuan pranata sekunder untuk
mengait pranata primer dapat mengubah kondisi ini.
Contohnya pada kehidupan masyarakat yang sudah maju, terdapat beberapa
kebutuhan sekunder yang kegiatannya dikaitkan dengan kegiatan primer, misal
pendidikan yang bersifat sekunder.