Anda di halaman 1dari 9

MEDIAN

Jurnal Arsitektur dan Planologi

ARSITEKTUR VERNAKULAR PAPUA DALAM RANCANGAN PENGEMBANGAN


KAWASAN WISATA DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA

Oleh:
M. Amir Salipu¹, Hasrul², Sugito Utomo³
Dosen Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
¹) Email: asalipu@gmail.com ²) hasrul.zaim@gmail.com ³) githo23@gmail.com

ABSTRAK
Vernacular berasal dari kata ‘verna‘ yang artinya adalah tenaga kerja setempat. Nilai-nilai
vernacular justru terkandung tidak pada apa yang nampak tetapi hubungan yang terjalin
antara penghuni dengan bangunan, bangunan dengan lingkungan dan site, serta antara
bangunan dengan bangunan lain membentuk sebuah permukiman. Bangunan vernacular
merupakan contoh yang sempurna, bagaimana sebuah lingkungan dibangun selaras dengan
lingkungan sekitarnya, menyelesaikan persoalan-persoalan kebutuhan ruang, pemilihan bahan,
teknik konstruksi serta mampu bertahan selama bertahun tahun.
Pariwisata merupakan sektor yang potensial dan berperan penting dalam pembangunan suatu
wilayah. Permintaan pariwisata terus meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun sejak
decade 1970-an. Dampak positif dari pembangunan pariwisata dapat meningkatkan
pendapatan daerah, menciptakan lapangan pekerjaan serta dapat memunculkan kegiatan
ekonomi di daerah. Hal ini menunjukan bahwa industri pariwisata memiliki hubungan erat dan
kuat dengan lingkungan fisik. Hubungan dengan lingkungan fisik terkait dengan Arsitektur
vernacular dapat menjadi salah satu faktor yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
wisata di Danau Sentani, dengan tujuan meningkatkan pengenalan budaya lokal kepada
wisatawan.
Danau Sentani dihuni oleh masyarakat asli sentani, yang bermukim di dalam danau/ pulau –
pulau maupun di pesisir dan daratan. Masyarakat sekitar danau hidup dengan cara
memanfaatkan alam, kehidupan masyarakat sekitar yang khas juga dapat menjadi atraksi
wisata bagi wisatawan. Potensi yang dimiliki belum dimanfaatkan secara maksimal, hal
tersebut terlihat dari kurangnya sarana dan fasilitas pendukung wisata serta kurangnya atraksi
wisata, sehingga Kawasan Danau Sentani belum menjadi daerah tujuan wisata bagi wisatawan
domistik maupun internasional.
Penelitian ini bertujuan untuk memberi usulan tentang pengembangan potensi Danau Sentani
sebagai destinasi wisata, yakni memberikan kontribusi pengetahuan dengan mengeksplorasi
Arsitektur Vernakular Papua yang di wujudkan dalam sebuah rancangan pengembangan
kawasan wisata danau Sentani.
Dari hasil penelitian ini diperoleh beberapa usulan bentuk saran wista Danau Sentani yang
dapat dipergunakan untuk menjadi dasar dalam desain fasilitas wisata.

Kata kunci: Arsitektur, Vernakular, Pariwisata, Danau Sentani.

PENDAHULUAN Menurut Gedemahaputera (2014), Secara


literal, vernacular dalam bahasa latin disebut
Volume 10 No.2 Juli 2020 - 01
MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

sebagai ‘vernaculus, yang artinya adalah yang dikembangkan setempat oleh


native atau penduduk setempat, berasal dari masyarakat, dan telah teruji selama bertahun-
daerah setempat sementara dalam istilah tahun, dapat beradaptasi dengan sangat baik
dalam bahasa Italia, vernacular berasal dari dengan lingkungan sekitarnya yang mana
kata ‘verna‘ yang artinya adalah tenaga kerja adaptasi ini sering dilupakan oleh bangunan-
setempat (Oliver, 2007). Dari pengertian bangunan yang digolongkan sebagai karya
tersebut terlihat bahwa unsur ‘tempat’ yang arsitektur modern. Bangunan vernacular
spesifik di dalam suatu wilayah memiliki merupakan reaksi alami manusia dan
peran besar dalam kata vernacular. Bangunan masyarakatnya dalam menanggapi salah satu
apa saja yang digolongkan sebagai vernacular kebutuhan mendasarnya (lihat Paul Oliver :
buildings? Paul Oliver (2007) menyebut Build to Meet Needs).
bangunan yang digolongkan dalam vernacular
buildings sebagai berikut:…it includes many Bangunan vernacular merupakan contoh yang
types of building which have not been sempurna, bagaimana sebuah lingkungan
professionally designed. Broadly, it may be dibangun selaras dengan lingkungan
defined…as comprising dwellings and all sekitarnya, menyelesaikan persoalan-
other buildings of the people. persoalan kebutuhan ruang, pemilihan bahan,
teknik konstruksi serta mampu bertahan
Rapoport, Amos (1969), dalam selama bertahun tahun.
‘House Form and Culture’ juga memisahkan
antara karya bangunan masyarakat setempat Dwi Ari & Antariksa (2005:79) menyatakan
dengan bangunan yang dihasilkan oleh bahwa permukiman vernakular memiliki pola-
seorang master builder. Bangunan yang pola yang membicarakan sifat dari persebaran
dihasilkan oleh masyarakat setempat dari permukiman sebagai suatu susunan dari sifat
usaha untuk menciptakan tempat berlindung yang berbeda dalam hubungan antara faktor-
dan selanjutnya terus berkembang faktor yang menentukan persebaran
menyesuaikan dengan kebutuhan permukiman. Terdapat kategori pola
masyarakatnya disebut sebagai Folk Tradition permukiman vernakular berdasarkan
: bentuknya yang terbagi menjadi beberapa
bagian, yaitu : (1). Pola permukiman bentuk
… The folk tradition, on the other hand, is the memanjang terdiri dari memanjang sungai,
direct and unself-consious translation into jalan, dan garis pantai; (2). Pola permukiman
physical form of a culture, its needs ad values- bentuk melingkar; (3). Pola permukiman
as well as the desires, dreams, and passions of bentuk persegi panjang; dan (4). Pola
a people…. The folk traditionis much more permukiman bentuk kubus.
closely related to the culture of the majority
and life as it is really lived than is the grand Menurut Gedemahaputera (2014), Kawasan
design tradition, whichrepresents the culture Asia Pasifik, dimana Indonesia menjadi titik
of the elite. The folk tradition also represents sentral, merupakan wilayah yang sangat kaya
the bulk of the built environment. dengan bangunan bangunan vernacular. Study
tentang arsitektur di kawasan ini secara cukup
Nilai - nilai vernacular justru terkandung tidak terperinci disajikan oleh Roxana Waterson
pada apa yang nampak tetapi hubungan yang dalam buku Living house: An Antropology of
terjalin antara penghuni dengan bangunan, Architecture in South East Asia. Di dalam
bangunan dengan lingkungan dan site, serta buku yang diterbitkan tahun 1997 tersebut,
antara bangunan dengan bangunan lain Waterson melakukan study mulai dari
membentuk sebuah permukiman. Bangunan kawasan Asia Tenggara hingga ke kepulauan
vernacular dibangun dengan cara lokal untuk Polynesia. Sekalipun menemukan variasi
memenuhi kebutuhan manusia terhadap bentuk yang sangat kaya, dipengaruhi oleh
perlindungan dari kondisi alam. Umumnya kehidupan local serta budaya setempat,
bangunan dibangun dengan teknik konstruksi banyak pula ditemukan kesamaan prinsip yang
Volume 10 No.2 Juli 2020 - 01
MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

mendasari bangunan serta tata permukiman lingkungan fisik. Sehingga penting untuk
pada kawasan ini. Di salam salah satu bagian memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan
bukunya, Waterson mencoba mencari garis bagi pertumbuhan pariwisata secara
pemisah antara tata cara membangun modern berkelanjutan.
yang dibawa oleh kolonialis ke kawasan ini.
Pemisahan ini mirip seperti yang dilakukan Danau Sentani merupakan danau terbesar
oleh Amos Rapoport dengan menggolongkan kedua di Papua, dengan luas 9.360 hektar dan
bangunan berdasarkan tata cara memiliki kedalaman 52 meter serta berada di
pembangunannya, oleh masyarakat, atau oleh ketinggian sekitar 72 meter di atas permukaan
perancang professional. laut. Danau ini berada di bawah lereng
Pegunungan Cagar Alam Cyclops dan
Pariwisata merupakan sektor yang potensial terbentang antara kota Jayapura dan (Distrik
dan berperan penting dalam mebangunan Abepura) dan kabupaten Jayapura (Distrik
suatu wilayah. Peran tersebut antara lain Sentani Timur, Distrik Sentani, Distrik Waibu,
sebagai penghasil devisa (Samimi et al., 2011; dan Distrik Ebungfauw) Propinsi Papua.
Schubert et al., 2011), meningkatkan Berdasarkan RTRW 2008-2028 Kabupaten
kesempatan kerja (Neto, F. 2003; Samimi et Jayapura, Danau Sentani ditetapkan sebagai
al., 2011), meningkatkan pendapatan kawasan wisata unggulan di Jayapura, karena
masyarakat dan pemerintah (Lee & Chang, memiliki keindahan dan keunikan alamnya,
2008), mendorong pelestarian lingkungan baik hasil interaksi antar elemen lanskap
hidup (Hillery et al., 2011) serta alami, maupun hasil interaksi antara manusia
memperkokoh persatuan bangsa (UU No. 10 dan alam.
tahun 2009). Hal ini dipandang
Danau Sentani juga dihuni oleh masyarakat
memungkinkan karena kepariwisataan
asli sentani, yang bermukim di dalam
sebagai upaya ekonomi (Lee & Chang, 2008;
danau/pulau – pulau maupun di pesisir dan
Smeral, 2010), bukan saja padat modal tetapi
daratan. Masyarakat sekitar danau hidup
juga padat karya.
dengan cara memanfaatkan alam, kehidupan
masyarakat sekitar yang khas juga dapat
Permintaan pariwisata terus meningkat secara
menjadi atraksi wisata bagi wisatawan. Letak
signifikan dari tahun ke tahun sejak decade
Danau Sentani dekat dengan bandara
1970-an (Smeral, 2003). Peningkatan ini
internasional sentani (Provinsi Papua),
memberikan berbagai dampak, baik dampak
sehingga aksesibilitas untuk menuju Danau
positif maupun dampak negatif. Dampak
Sentani tidaklah terlalu sulit.
positif dari pembangunan pariwisata dapat
meningkatkan pendapatan daerah (Walpole & Potensi yang dimiliki belum dimanfaatkan
Goodwin, 2000; Seetanah, 2011), secara maksimal, hal tersebut terlihat dari
menciptakan lapangan pekerjaan (Neto, F. kurangnya sarana dan fasilitas pendukung
2003; Samimi et al., 2011) serta dapat wisata serta kurangnya atraksi wisata,
memunculkan kegiatan ekonomi di daerah sehingga Kawasan Danau Sentani belum
(Neto, 2003). Akan tetapi dampak negatif dari menjadi daerah tujuan wisata bagi wisatawan
pengembangan pariwisata yang kurang domistik maupun internasional. Penelitian ini
dianalisis efeknya, seperti perubahan norma bertujuan untuk mengembangkan potensi
sosial, bencana alam atau keterlibatan manusia Danau Sentani sebagai destinasi wisata, yakni
(Wickramasinghe & takano, 2009), memberikan kontribusi pengetahuan dengan
pencemaran lingkungan dan eksploitasi mengeksplorasi arsitektur vernakular papua
sumber daya alam secara berlebihan (Hillery yang di wujudkan dalam sebuah rancangan
et al., 2001) serta adanya perubahan keaslian pengembangan kawasan wisata danau sentani
kualitas keanekaragaman hayati dan ekosistem
(Davenport & Davenport, 2006). Hal ini Rumusan Masalah
menunjukan bahwa industri pariwisata
memiliki hubungan erat dan kuat dengan
Volume 10 No.2 Juli 2020 - 01
MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

1. Bagaimana meng-indentifikasi Arsitektur sekarang dijadikan tempat bermukim,


Vernakular Papua dalam kebudayaan misalnya Pulau Asei di sebelah timur, Pulau
masyarakat di Kabupaten Jayapura. Ajau, Pulau Putali, Pulau Atamali, Pulau
Kensio di bagian tengah, dan Pulau Yonokom
2. Bagaimana konsep penerapan Arsitektur di sebelah barat. Tiga di antara pulau-pulau
Vernakular Papua sehingga memberikan tersebut penting karena merupakan pusat
keunikan dalam pengembangan destinasi persebaran penduduk di Danau Sentani, yaitu
Wisata Danau Sentani. Pulau Asei, Pulau Ajau dan Pulau Yonokom.

Tujuan Penelitian Suku asli di Sentani adalah Tobati, Kayubatu,


dan Kayupulo, sedangkan di kawasan
1. Untuk mengindenti-fikasi Arsitektur perkotaan penduduk asli telah bercampur baur
Vernacular Papua dalam kebudayaan dengan penduduk pendatang dari Papua
masyarakat di Kabupaten Jayapura. maupun dari luar Papua (Toraja, Bugis,
Manado, Padang, Batak, Jawa, Ambon).
2. Untuk memahami konsep penerapan Mereka hidup dalam suasana persaudaraan
Arsitektur Vernacular Papua sehingga dan saling mengasihi, karena pendatang
memberikan keunikan dalam pengembangan menghormati dan mengakui hak-hak
destinasi wisata danau Sentani. penduduk asli dan sebaliknya penduduk asli
mengulurkan tangan dan memberikan tempat-
tempat yang layak dan aman kepada
PERAN ARSITEKTUR VERNAKULAR pendatang untuk hidup bersama, mereka
DALAM PENGEMBANGAN DESTINASI hidup dalam suasana penuh persaudaraan
WISATA penuh hormat, aman, damai, dan tenteram.
Penduduk asli umumnya bermata pencaharian
1. Indentifikasi Arsitektur Vernacular sebagai petani, tukang becak, pegawai negeri,
dalam Kebudayaan Masyarakat Sentani. dan masyarakat pendatang cenderung
a. Letak dan lingkungan Daerah Sentani mendominasi perdagangan dan perekonomian.
Orang Sentani bertempat tinggal di daerah Masyarakat Kabupaten Jayapura memiliki
sekitar Danau Sentani dalam wilayah Distrik nilai religius yang tinggi, budaya dan etnik
Sentani, Kabupaten Jayapura. Daerah tersebut yang ekslusif, serta keanekaragaman suku dan
terletak di sebelah selatan Gunung Cycloop bahasa. Di dalamnya terdapat sejumlah klen
yang tingginya kurang lebih 2.160 m (Dubois dalam tatanan masyarakat adat, sedangkan
1961:8) dan berada di antara Teluk Yos jumlah bahasa sampai saat ini belum
Sudarso di sebelah timur dan Teluk Tanah ditentukan secara pasti banyaknya. Selain itu,
Merah di sebelah barat. Lokasi daerah ini terdapat berbagai bentuk hubungan sosial
berada pada posisi antara meridian 140°27'- dalam kehidupan bermasyarakat.
140°38' bujur timur dan meridian 2°27'-2c59' b. Kecendrungan perkembangan Kota Sentani
lintang selatan.
Aspek kecenderungan perkembangan di
Danau Sentani memanjang arah timur-barat, Distrik sentani timur lebih cenderung
dengan panjang kurang lebih 30 km, berada berkembang ke arah koridor jalan tepatnya
pada elevasi 70 m di atas permukaan laut. kearah kota jayapura dan kearah distrik
Garis pantainya tidak membentuk garis lurus sentani yang notabene terdepat bandara.
melainkan berkelok-kelok dan membentuk Perkembangan di sekitar kawasan ini cukup
beberapa lekukan yang menjorok amat jauh ke pesat dengan bermunculnya kawasan-kawasan
dalam berbentuk 'teluk', misalnya 'teluk' Puai perda-gangan mulai dari ruko, hingga
yang terdapat di bagian selatan pada ujung restoran-restoran di tepi danau.
timur danau dan 'teluk' Doyo yang terletak di
sebelah barat danau. Di dalam danau terdapat Kecenderungan perkembangan yang lain yaitu
pulau-pulau yang sejak dahulu kala hingga perkembangan permukiman yang saat ini

Volume 10 No.2 Juli 2020 - 01


MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

sangat terbatas berada di sisi jalan utama dilakukan di semua kampung dan sejak itu
karena disalah satu sisi ruas jalan terdapat masyarakat tidak lagi melaksanakan upacara
tebing yang cukup terjal sedangkan pada disi adat inisiasi bagi para pemuda remaja di
danau sangat berhimpitan dengan danau, daerah ini (Galis & Van Doornik 1960;
namun pada lokasi kampung harapan Siregar 1987:33).
perkembangan permukiman ke arah dalam
Berdasarkan uraian Mansoben diatas, maka
cukup besar hal ini dikarenakan ketersediaan
dapat dipahami mengapa peninggalan
lahan cukup luas.
Arsitektur Vernacular Papua yang asli di
Kabupaten Jayapura tidak dapat dilihat saat ini
c. Peninggalan Arsitektur Vernakular di
karena adanya anggapan dari para kabar injil
Kabupaten Jayapura
yang datang di Jayapura bahwa kegiatan
Menurut Mansoben (1995: 190-191): kontak inisiasi yang dilakukan di dalam bangunan
orang Sentani dengan orang asing (orang khombubulu/ Kariwari (Arsitektur
Eropa) baru terjadi pada akhir abad lalu, Vernakular) adalah kegiatan berhala sehingga
ketika seorang Inggris beraama Doherty perlu dihilangkan dari kehidupan masyarakat.
mengunjungi Danau Sentani pada tahun 1892 Hal ini berbeda dengan prinsip pekabaran injil
(Galis & Van Doornik 1960:4). Kunjungan di daearah Asmat yang membiarkan bangunan
tersebut terjadi 16 tahun sebelum pengawas Jew (Arsitektur Vernakular Papua di Asmat)
pos pemerintah tuan Windhouwer, membuka walaupun dipergunakan sebagai tempat
pos pemerintah Hindia Belanda yang pertama inisiasi sebagai kegiatan budaya.
dan resmi di Pulau Metu Debi, Teluk Yotefa,
Saat ini bentuk kariwari sebagai arsitektur
pada tahun 1908 (Dubois 1961:28).
vernacular sudah mulai dibangun Kembali
Kunjungan orang asing kedua di Danau
dengan Sentani (pulai Asei Besar) berupa
Sentani terjadi pada tahun 1893 oleh pendeta
rumah adat Sentani untuk tujuan wisata,
Bink yang berada di sana selama kurang lebih
demikian pula dengan bangunan ruang tunggu
3 bulan lamanya. Setelah kedua kunjungan
executive di bandara Sentani Kabupaten
pertama tersebut, banyak kunjungan oleh
Jayapura sebagai wujud Arsitektur vernacular
orang Eropa ke daerah ini terjadi kemudian.
sebagai ciri khas daerah. Peran sebagai obyek
Pos pemerintah Belanda yang pertama di wisata dan ciri khas kedaerahan menjadi
daerah Danau Sentani dibuka di Koyabu yang alasan penting untuk menghidupkan kembali
terletak di ujung timur laut danau (Pantai Arsitektur Vernakular di Kabupaten Jayapura.
Waena sekarang) pada tahun 1916. Pos Disamping hal tersebut, perkembangan
tersebut pada tahun 1921 dipindahkan ke Arsitektur Nusantara yang merupakan bentuk
Doyo Baru tetapi tidak lama kemudian Arsitektur Indonesia yang ada di masing-
berpindah kembali ke Koyabu pada tahun masing wilayah budaya tersebar mulai dari
1926. Sabang sampai Merauke menjadi wujud
Selain pembukaan pos pemerintah, pihak Arsitekur yang telah teruji oleh waktu
pekabaran injil dari agama Kristen Protestan sehingga dapat menjadi bentuk arsitektur yang
telah berupaya untuk membuka wilayah dapat menyesuaikan diri dengan kondisi iklim,
penginjilannya di daerah ini sejak kunjungan geografi dan ketersediaan material yang
pendeta Bink (1893). Upaya tersebut baru melimpah di alam sekitar bangunan tersebut
kelihatan pengaruhnya sekitar tahun 1921 berada.
sampai tahun 1926 ketika terjadi pemusnahan Arsitketur Vernakular Papua dapat
terhadap benda-benda yang dianggap berhala digolongkan kedalam Arsitektur Nuantara
melalui pembakaran bangunan-bangunan obe yang ada di Papua, menurut Josep Priyotomo
(tempat menyimpan benda-benda magi) dan (2008:31-32)…. Tapi kita temui adalah
khombubulu (tempat inisiasi para pemuda deretan bangunan berhadap-hadapan satu
remaja). Pembakaran bangunan-bangunan sama lain, dan kedua dereten bangunan tadi
untuk memusnahkan benda-benda berhala itu dipisahkan oleh sebuah pelataran memanjang

Volume 10 No.2 Juli 2020 - 01


MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

atau lonjong. Bagian penghujung dari umumnya dipengaruhi oleh aspek fisik kota
pelataran tadi selalu merupakan titik yang tersebut. Kevin Lynch mengungkapkan ada 5
disucikan, daigungkan ataupun dikeramatkan. elemen pembentuk image kota secara fisik,
Segenap kegiatan kegiatan upacara dapat yaitu: path (jalur), edge (tepian), distric
diselenggarakan disana. Penjelasan ini (kawasan), nodes (simpul), dan landmark
menyiratkan bahwa dalam Arsitektur (penanda). Kelima elemen ini dirasa dapat
Nusantara selalu dikaitkan dengan upacara- mewakili cita rasa dari suatu kawasan dan
upacara adat yang merupakan bagian dari memberikan citra yang kuat terhadap kota.
keprcayaan masyarakat bahkan di daerah yang
Masing-masing elemen Citra kota tersebut
memiliki pemahaman agama yang dominan
dapat menjadi aspek pembentuk ciri khas
seperti Aceh dan Padang tetap
suatu kawasan obyek wisata yaitu baik berupa
mempergunakan Rumah Adat mereka sebagai
jalan, bangunan, batas kota, ciri alam, atau
tempat upacara yang tidak bertentangan
bangunan tradisional yang bsa dijadikan
dengan agama. Demikian pula di Toraja dan
sebagai lanmar.
Batak yang menggunakan Rumah Adat untuk
kegiatan upacara yang bersifat budaya. a. Konsep pengolahan Lahan
Berdasarkan kondisi diatas, maka proses Dari hasil analisa kondisi fisik dasar
penghilangan benda budata berupa bangunan kawasan perencanaan, sebagian besar
adat (Arsitektur Vernakular) pada masa lalu wilayah perencanaan merupakan kawasan
sangat berpengaruh pada kekayaaan budaya layak bangun. Kemampuan daya dukung
yang tidak dapat dipulihkan bahkan untuk wilayah perencanaan relatif baik dalam
membuat replika budaya material yang sesuai mendukung pengembangan kegiatan
dengan aslinya akan sulit karena tidak adanya pariwisata serta kegiatan pelayanan umum,
peninggalan budaya yang dapat diamati dan disamping itu diperlukan adanya upaya
dijadikan sebagai patron. Dalah satu upaya pengelolaan dan pengendalian penggunaan air
yang dapat dilakukan hanyalah mengamati tanah secara bijaksana serta pengelolaan
peninggalan benda bersejarah tersebut melalui sampah dan saluran drainase sehingga dapat
foto yang dibuat sebelum bangunan tersebut berfungsi dengan optimal.
dihancurkan, namun terbatas pada bagian luar Penataan kawasan yang akan dilakukan,
bangunan Kariwari. Sehingga bangunan yang sebaiknya disesuaikan dengan daya
ada saat ini tidak akan sama dengan bangunan dukung lingkungan yang ada. Secara garis
aslinya terutama pada bagian detail-detail besar konsep penataan kawasan dalam tahap
bangunan bagian dalam yang tidak dpat awal adalah dengan menyesuaikan arahan
dipahami secara teliti. Beberapa bangunan pengembangan dengan daya dukung
Kariwari yang dibangun seperti yang ada di lingkungan yang ada dan juga kebijakan-
Pulai Asei Besar dapat dijadikan sebagai kebijakan yang ada di dalam kawasan
acuan dalam membuat bangunan Kariwari pengembangan (dalam hal ini merupakan
pada masa yang akan datang. Disamping itu kebijakan sectoral seperti RDTR yang dapat
perkembangan pendekatan dalam desain digunakan sebagai acuan dalam
arsitektur seperti pendekatan Arsitektur Post pengembangan yang lebih detail lagi).
modern yang mengamil bangunan vernacular
sebagai dasar desain dapat memanfaatkan Sebagai pusat pelayanan Distrik, distrik
bangunan kariwari yang ada di Asei Besar dan Sentani Timur berperan sebagai pusat
Bandara Sentani. perdagangan dan jasa skala distrik, pusat
pelayanan pemerintahan skala distrik. Sebagai
2. Penerapan Arsitektur Vernakular pusat kegiatan pemerintahan ini wilayah
Citra kota yang merupakan suatu gambaran pelayanannya adalah seluruh wilayah Distrik
khas yang melekat pada kota yang dapat sentani timur yang mencakup 7 kampung.
menciptakan representasi kota bagi penduduk Konsep peruntkan lahan makro kawasan
maupun pengunjung. Citra kota pada dalam kawasan pusat pengembangan
Volume 10 No.2 Juli 2020 - 01
MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

pariwisata di distrik Sentani Timur antara lain


: Fungsi Kawasan wisata kulier, Fungsi
kawasan taman bermain, Fungsi kawasan
olahraga, Fungsi
kawasan penginapan, Fungsi kawasan
permukiman tepian danau, Fungsi kawasan
perdagangan dan jasa, Fungsi kawasan sarana
pelayanan umum dan Fungsi RTH diarahkan Gambar 1. Konsep Penataan Bangunan
di sepanjang koridor, obyek wisata.
d. Konsep Pacade bangunan
b. Konsep Peruntukan Lahan Makro
Konsep fasade bangunan yang direncanakan
Pembagian lahan secara makro tersebut diatas di kawasan perencanaan adalah bangunan
berdasarkan alias potensi lahan dimasing- dengan gaya arsitektur lokal. Hal ini
masing kawasan yaitu: didasarkan pada bangunan dengan fungsi
 Peruntukan lahan di segmen 1 adalah perdagangan jasa lebih banyak dibandingkan
untuk: Permukiman, RTH, Peribadatan, dengan bangunan dengan fungsi – fungsi
Perkantoran, Perdagangan dan Jasa. lainya. Desain yang modern menampilkan
 Peruntukan lahan di Segmen 2 adalah gaya yang lebih baru, yang akan menghasilkan
untuk: Permukiman, RTH, Peribadatan, bentuk disain yang lebih segar dan berbeda
Perkantoran, Pendidikan, Kesehatan, dari kebiasaan. Misalnya, modern
Perdagangan dan Jasa. kontemporer, semua menyajikan gaya
 Peruntukan lahan di Segmen 3 adalah kombinasi dengan kesan kekinian dan untuk
untuk: Permukiman, Pariwisata, RTH, menciptakan gaya ini, tak harus dengan
Peribadatan,, Perdagangan dan Jasa. material baru. Jenis material bangunan boleh
sama, tapi dengan desain yang baru.
 Peruntukan lahan di segmen 4 untuk:
Permukiman, Pariwisata, RTH, Perkan- Pada perkembangan ke depan, bangunan –
toran, Pendidikan, Perdagangan dan Jasa. bangunan baru yang akan dihadirkan ingin
menampilkan gaya masa kini. Hal ini bisa kita
jembatani dengan tetap menghadirkan gaya
c. Konsep penataan Bangunan arsitektur kontemporer dengan bentukan
Konsep penataan bangunan pada wilayah bangunan yang lebih condong ke arah modern.
perencaan diarahkan bangunan yang
mempunyai nilai kesejarahan atau nilai
arsitektural yang khas, maka pengembangan
blok harus diarahkan untuk mempertahankan
eksistensi bangunan tersebut.
Konsep penataan bangunan pada
pembangunan baru diarahkan dengan sistem
blok bila ada pihak yang membebaskan
seluruh area yang dibatasi secara fisik oleh Gambar 2. Konsep Tampilan Bangunan
Jalan atau saluran, sehingga blok-blok kecil e. Penerapan Arsitektur Vernakular pada
yang ada diganti dengan blok besar. Hal ini Bangunan Wisata di Sentani
akan berpengaruh pada intensitas bangunan
dan kemunduran bangunan, sehingga Penerapan Arsitektur Vernakular pada
bangunan baru diharapkan dapat lebih teratur bangunan yang terdapat di kawasan Wisata
dan selaras dengan bangunan sekitarnya. Sentani lebih dititikberatkan pada kajian vocal
Sedangkan konsep penataan bangunan tampak point yang merupakan titik atau satu lokasi
depan dapat dilihat seperti berikut: dari suatu kawasan atau area yang sangat
strategis untuk dijadikan sebagai poin of
Volume 10 No.2 Juli 2020 - 01
MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

interest suatu kawasan. Lokasi-lokasi sehingga perlu dipertahankan bentuknya


vocal point biasa pada perempatan, sebagai wujud kekayaan budaya Daerah
pertigaan atau tikungan. Sedangkan pada Papua. Oleh karena itu upaya yang
kawasan koridor kawasan perdagangan dan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
sekitar wisata kondisi jalan cenderung Jayapura maupun pemerintah Provinsi
linier, dan dikawasan tersebut terdapat Papua untuk menghidupkan Arsitektur
tikungan yang bisa dijadikan vocal point. Kariwari sebagai Arsitektur Vernakular
Papua perlu didukung dan mendapat
perhatian terutama oleh Lembaga
Pendidikan seperti Universitas Sains dan
Teknologi Jayapura.
3. Upaya yang dilakukan pada tahap ini
adalah mengaplikasikan bentuk Arsitektur
Vernakular Papua ke dalam bentuk
bangunan di kawasan Wisata agar dapat
menampilkan jati diri orang Papua alam
khasasanah budaya bangsa, sehingga
Gambar 3. Konsep Visual Bangunan Tepi Danau wisatawan yang berkunjung ke Jayapura
akan mengenal dan memahami arsitektur
Bentuk atap Kariwari yang menjulang tinggi
diletakan pada area tengah kawasan tepi Danau
Vernakular dan memehami esensi dari
Sentani sebagai point of interest dan juga berfungsi bentuknya dan menikmati estettika
sebagai penyeimbang massa bangunan di bagian bangunannya.
kiri dan kanan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Ari & Antariksa. 2005. Studi
Karakteristik Pola permukiman di Kecamatan
Labang Madura. Jurnal ASPI. 4(2): 78-93.
Mansoben, Johszua R. 1995. Sistem Politik
Tradisional di Irian Jaya, LIPI-RUL, Jakarta.
Oliver, Paul. 2007. Dwellings: The Vernacular
Gambar 4. Konsep Bangunan Restauran di
Kawasan Wisata Danau Sentani. House Worldwide. England. Phaidon Press.
Prijotomo, Josef, 2008. Pasang Surut
Arsitektur Indonesia, Wastu Lanas Grafika,
KESIMPULAN Surabaya.
1. Arsitektur Vernakular yang asli di Rapoport, Amos. 1969. House Form and
Kabupaten Jayapura Papua, telah hilang Culture: USA: Prentice Hall, Inc, Engleewood
sejak bangunan tradisional tersebut Cliffs, N.J.
dianggap sebagai tempat berhala oleh para
pekabar injil dari Belnda pada tahun 1921 Samimi et al., 2011, Tourism and Economic
– 1926, sehingga bangunan Kariwari yang Growth in Developing Countries: P-VAR
ada saat ini, baik yang ada di Danau Approach, Midle East Journla Scientific
Sentani maupun di kawasan Bandara Research, 10(1), 28-32.
Sentani, merupakan rekonstruksi bentuk
Kariwari sesuai informasi masyarakat dan
interpretasi foto yang ada di beberapa
pustaka.
2. Arsitektur Vernakular Papua merupakan
salah satu bentuk Arsitektur Nusantara,
Volume 10 No.2 Juli 2020 - 01
MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi

Neto, F. 2003, A new approach to sustainable


tourism development: Moving beyond
environmental protection, Natural Resources
Forum, A United Nations Sustainable Journal.
Volume 27, issue 3.
Lee & Chang, 2008. Tourism Development
and Economic Growth: A Closer Look at
Panels, Tourist and Management Journal 29
(1):180-192.
Hillery et al., 2001. Tourist perception of
environmental impact. Annals of Tourism
Research 28(4):853-867
Smeral, 2003. A structural view of tourism
growth. Tourism Economics 9 (1) : 77-93.
Walpole & Goodwin, 2000; Economics of
Tourism Taxation: Evidence from Mauritius.
Annals of Tourism Research 32(2):478-498.
Davenport & Davenport, 2006). The impact of
tourism and personal leisure transport on
coastal environments: A review. Estuarine,
Coastal and Shelf Science. Volume 67, Issues
1–2, March 2006, Pages 280-292.

Volume 10 No.2 Juli 2020 - 01

Anda mungkin juga menyukai