Oleh:
M. Amir Salipu¹, Hasrul², Sugito Utomo³
Dosen Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
¹) Email: asalipu@gmail.com ²) hasrul.zaim@gmail.com ³) githo23@gmail.com
ABSTRAK
Vernacular berasal dari kata ‘verna‘ yang artinya adalah tenaga kerja setempat. Nilai-nilai
vernacular justru terkandung tidak pada apa yang nampak tetapi hubungan yang terjalin
antara penghuni dengan bangunan, bangunan dengan lingkungan dan site, serta antara
bangunan dengan bangunan lain membentuk sebuah permukiman. Bangunan vernacular
merupakan contoh yang sempurna, bagaimana sebuah lingkungan dibangun selaras dengan
lingkungan sekitarnya, menyelesaikan persoalan-persoalan kebutuhan ruang, pemilihan bahan,
teknik konstruksi serta mampu bertahan selama bertahun tahun.
Pariwisata merupakan sektor yang potensial dan berperan penting dalam pembangunan suatu
wilayah. Permintaan pariwisata terus meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun sejak
decade 1970-an. Dampak positif dari pembangunan pariwisata dapat meningkatkan
pendapatan daerah, menciptakan lapangan pekerjaan serta dapat memunculkan kegiatan
ekonomi di daerah. Hal ini menunjukan bahwa industri pariwisata memiliki hubungan erat dan
kuat dengan lingkungan fisik. Hubungan dengan lingkungan fisik terkait dengan Arsitektur
vernacular dapat menjadi salah satu faktor yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
wisata di Danau Sentani, dengan tujuan meningkatkan pengenalan budaya lokal kepada
wisatawan.
Danau Sentani dihuni oleh masyarakat asli sentani, yang bermukim di dalam danau/ pulau –
pulau maupun di pesisir dan daratan. Masyarakat sekitar danau hidup dengan cara
memanfaatkan alam, kehidupan masyarakat sekitar yang khas juga dapat menjadi atraksi
wisata bagi wisatawan. Potensi yang dimiliki belum dimanfaatkan secara maksimal, hal
tersebut terlihat dari kurangnya sarana dan fasilitas pendukung wisata serta kurangnya atraksi
wisata, sehingga Kawasan Danau Sentani belum menjadi daerah tujuan wisata bagi wisatawan
domistik maupun internasional.
Penelitian ini bertujuan untuk memberi usulan tentang pengembangan potensi Danau Sentani
sebagai destinasi wisata, yakni memberikan kontribusi pengetahuan dengan mengeksplorasi
Arsitektur Vernakular Papua yang di wujudkan dalam sebuah rancangan pengembangan
kawasan wisata danau Sentani.
Dari hasil penelitian ini diperoleh beberapa usulan bentuk saran wista Danau Sentani yang
dapat dipergunakan untuk menjadi dasar dalam desain fasilitas wisata.
mendasari bangunan serta tata permukiman lingkungan fisik. Sehingga penting untuk
pada kawasan ini. Di salam salah satu bagian memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan
bukunya, Waterson mencoba mencari garis bagi pertumbuhan pariwisata secara
pemisah antara tata cara membangun modern berkelanjutan.
yang dibawa oleh kolonialis ke kawasan ini.
Pemisahan ini mirip seperti yang dilakukan Danau Sentani merupakan danau terbesar
oleh Amos Rapoport dengan menggolongkan kedua di Papua, dengan luas 9.360 hektar dan
bangunan berdasarkan tata cara memiliki kedalaman 52 meter serta berada di
pembangunannya, oleh masyarakat, atau oleh ketinggian sekitar 72 meter di atas permukaan
perancang professional. laut. Danau ini berada di bawah lereng
Pegunungan Cagar Alam Cyclops dan
Pariwisata merupakan sektor yang potensial terbentang antara kota Jayapura dan (Distrik
dan berperan penting dalam mebangunan Abepura) dan kabupaten Jayapura (Distrik
suatu wilayah. Peran tersebut antara lain Sentani Timur, Distrik Sentani, Distrik Waibu,
sebagai penghasil devisa (Samimi et al., 2011; dan Distrik Ebungfauw) Propinsi Papua.
Schubert et al., 2011), meningkatkan Berdasarkan RTRW 2008-2028 Kabupaten
kesempatan kerja (Neto, F. 2003; Samimi et Jayapura, Danau Sentani ditetapkan sebagai
al., 2011), meningkatkan pendapatan kawasan wisata unggulan di Jayapura, karena
masyarakat dan pemerintah (Lee & Chang, memiliki keindahan dan keunikan alamnya,
2008), mendorong pelestarian lingkungan baik hasil interaksi antar elemen lanskap
hidup (Hillery et al., 2011) serta alami, maupun hasil interaksi antara manusia
memperkokoh persatuan bangsa (UU No. 10 dan alam.
tahun 2009). Hal ini dipandang
Danau Sentani juga dihuni oleh masyarakat
memungkinkan karena kepariwisataan
asli sentani, yang bermukim di dalam
sebagai upaya ekonomi (Lee & Chang, 2008;
danau/pulau – pulau maupun di pesisir dan
Smeral, 2010), bukan saja padat modal tetapi
daratan. Masyarakat sekitar danau hidup
juga padat karya.
dengan cara memanfaatkan alam, kehidupan
masyarakat sekitar yang khas juga dapat
Permintaan pariwisata terus meningkat secara
menjadi atraksi wisata bagi wisatawan. Letak
signifikan dari tahun ke tahun sejak decade
Danau Sentani dekat dengan bandara
1970-an (Smeral, 2003). Peningkatan ini
internasional sentani (Provinsi Papua),
memberikan berbagai dampak, baik dampak
sehingga aksesibilitas untuk menuju Danau
positif maupun dampak negatif. Dampak
Sentani tidaklah terlalu sulit.
positif dari pembangunan pariwisata dapat
meningkatkan pendapatan daerah (Walpole & Potensi yang dimiliki belum dimanfaatkan
Goodwin, 2000; Seetanah, 2011), secara maksimal, hal tersebut terlihat dari
menciptakan lapangan pekerjaan (Neto, F. kurangnya sarana dan fasilitas pendukung
2003; Samimi et al., 2011) serta dapat wisata serta kurangnya atraksi wisata,
memunculkan kegiatan ekonomi di daerah sehingga Kawasan Danau Sentani belum
(Neto, 2003). Akan tetapi dampak negatif dari menjadi daerah tujuan wisata bagi wisatawan
pengembangan pariwisata yang kurang domistik maupun internasional. Penelitian ini
dianalisis efeknya, seperti perubahan norma bertujuan untuk mengembangkan potensi
sosial, bencana alam atau keterlibatan manusia Danau Sentani sebagai destinasi wisata, yakni
(Wickramasinghe & takano, 2009), memberikan kontribusi pengetahuan dengan
pencemaran lingkungan dan eksploitasi mengeksplorasi arsitektur vernakular papua
sumber daya alam secara berlebihan (Hillery yang di wujudkan dalam sebuah rancangan
et al., 2001) serta adanya perubahan keaslian pengembangan kawasan wisata danau sentani
kualitas keanekaragaman hayati dan ekosistem
(Davenport & Davenport, 2006). Hal ini Rumusan Masalah
menunjukan bahwa industri pariwisata
memiliki hubungan erat dan kuat dengan
Volume 10 No.2 Juli 2020 - 01
MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi
sangat terbatas berada di sisi jalan utama dilakukan di semua kampung dan sejak itu
karena disalah satu sisi ruas jalan terdapat masyarakat tidak lagi melaksanakan upacara
tebing yang cukup terjal sedangkan pada disi adat inisiasi bagi para pemuda remaja di
danau sangat berhimpitan dengan danau, daerah ini (Galis & Van Doornik 1960;
namun pada lokasi kampung harapan Siregar 1987:33).
perkembangan permukiman ke arah dalam
Berdasarkan uraian Mansoben diatas, maka
cukup besar hal ini dikarenakan ketersediaan
dapat dipahami mengapa peninggalan
lahan cukup luas.
Arsitektur Vernacular Papua yang asli di
Kabupaten Jayapura tidak dapat dilihat saat ini
c. Peninggalan Arsitektur Vernakular di
karena adanya anggapan dari para kabar injil
Kabupaten Jayapura
yang datang di Jayapura bahwa kegiatan
Menurut Mansoben (1995: 190-191): kontak inisiasi yang dilakukan di dalam bangunan
orang Sentani dengan orang asing (orang khombubulu/ Kariwari (Arsitektur
Eropa) baru terjadi pada akhir abad lalu, Vernakular) adalah kegiatan berhala sehingga
ketika seorang Inggris beraama Doherty perlu dihilangkan dari kehidupan masyarakat.
mengunjungi Danau Sentani pada tahun 1892 Hal ini berbeda dengan prinsip pekabaran injil
(Galis & Van Doornik 1960:4). Kunjungan di daearah Asmat yang membiarkan bangunan
tersebut terjadi 16 tahun sebelum pengawas Jew (Arsitektur Vernakular Papua di Asmat)
pos pemerintah tuan Windhouwer, membuka walaupun dipergunakan sebagai tempat
pos pemerintah Hindia Belanda yang pertama inisiasi sebagai kegiatan budaya.
dan resmi di Pulau Metu Debi, Teluk Yotefa,
Saat ini bentuk kariwari sebagai arsitektur
pada tahun 1908 (Dubois 1961:28).
vernacular sudah mulai dibangun Kembali
Kunjungan orang asing kedua di Danau
dengan Sentani (pulai Asei Besar) berupa
Sentani terjadi pada tahun 1893 oleh pendeta
rumah adat Sentani untuk tujuan wisata,
Bink yang berada di sana selama kurang lebih
demikian pula dengan bangunan ruang tunggu
3 bulan lamanya. Setelah kedua kunjungan
executive di bandara Sentani Kabupaten
pertama tersebut, banyak kunjungan oleh
Jayapura sebagai wujud Arsitektur vernacular
orang Eropa ke daerah ini terjadi kemudian.
sebagai ciri khas daerah. Peran sebagai obyek
Pos pemerintah Belanda yang pertama di wisata dan ciri khas kedaerahan menjadi
daerah Danau Sentani dibuka di Koyabu yang alasan penting untuk menghidupkan kembali
terletak di ujung timur laut danau (Pantai Arsitektur Vernakular di Kabupaten Jayapura.
Waena sekarang) pada tahun 1916. Pos Disamping hal tersebut, perkembangan
tersebut pada tahun 1921 dipindahkan ke Arsitektur Nusantara yang merupakan bentuk
Doyo Baru tetapi tidak lama kemudian Arsitektur Indonesia yang ada di masing-
berpindah kembali ke Koyabu pada tahun masing wilayah budaya tersebar mulai dari
1926. Sabang sampai Merauke menjadi wujud
Selain pembukaan pos pemerintah, pihak Arsitekur yang telah teruji oleh waktu
pekabaran injil dari agama Kristen Protestan sehingga dapat menjadi bentuk arsitektur yang
telah berupaya untuk membuka wilayah dapat menyesuaikan diri dengan kondisi iklim,
penginjilannya di daerah ini sejak kunjungan geografi dan ketersediaan material yang
pendeta Bink (1893). Upaya tersebut baru melimpah di alam sekitar bangunan tersebut
kelihatan pengaruhnya sekitar tahun 1921 berada.
sampai tahun 1926 ketika terjadi pemusnahan Arsitketur Vernakular Papua dapat
terhadap benda-benda yang dianggap berhala digolongkan kedalam Arsitektur Nuantara
melalui pembakaran bangunan-bangunan obe yang ada di Papua, menurut Josep Priyotomo
(tempat menyimpan benda-benda magi) dan (2008:31-32)…. Tapi kita temui adalah
khombubulu (tempat inisiasi para pemuda deretan bangunan berhadap-hadapan satu
remaja). Pembakaran bangunan-bangunan sama lain, dan kedua dereten bangunan tadi
untuk memusnahkan benda-benda berhala itu dipisahkan oleh sebuah pelataran memanjang
atau lonjong. Bagian penghujung dari umumnya dipengaruhi oleh aspek fisik kota
pelataran tadi selalu merupakan titik yang tersebut. Kevin Lynch mengungkapkan ada 5
disucikan, daigungkan ataupun dikeramatkan. elemen pembentuk image kota secara fisik,
Segenap kegiatan kegiatan upacara dapat yaitu: path (jalur), edge (tepian), distric
diselenggarakan disana. Penjelasan ini (kawasan), nodes (simpul), dan landmark
menyiratkan bahwa dalam Arsitektur (penanda). Kelima elemen ini dirasa dapat
Nusantara selalu dikaitkan dengan upacara- mewakili cita rasa dari suatu kawasan dan
upacara adat yang merupakan bagian dari memberikan citra yang kuat terhadap kota.
keprcayaan masyarakat bahkan di daerah yang
Masing-masing elemen Citra kota tersebut
memiliki pemahaman agama yang dominan
dapat menjadi aspek pembentuk ciri khas
seperti Aceh dan Padang tetap
suatu kawasan obyek wisata yaitu baik berupa
mempergunakan Rumah Adat mereka sebagai
jalan, bangunan, batas kota, ciri alam, atau
tempat upacara yang tidak bertentangan
bangunan tradisional yang bsa dijadikan
dengan agama. Demikian pula di Toraja dan
sebagai lanmar.
Batak yang menggunakan Rumah Adat untuk
kegiatan upacara yang bersifat budaya. a. Konsep pengolahan Lahan
Berdasarkan kondisi diatas, maka proses Dari hasil analisa kondisi fisik dasar
penghilangan benda budata berupa bangunan kawasan perencanaan, sebagian besar
adat (Arsitektur Vernakular) pada masa lalu wilayah perencanaan merupakan kawasan
sangat berpengaruh pada kekayaaan budaya layak bangun. Kemampuan daya dukung
yang tidak dapat dipulihkan bahkan untuk wilayah perencanaan relatif baik dalam
membuat replika budaya material yang sesuai mendukung pengembangan kegiatan
dengan aslinya akan sulit karena tidak adanya pariwisata serta kegiatan pelayanan umum,
peninggalan budaya yang dapat diamati dan disamping itu diperlukan adanya upaya
dijadikan sebagai patron. Dalah satu upaya pengelolaan dan pengendalian penggunaan air
yang dapat dilakukan hanyalah mengamati tanah secara bijaksana serta pengelolaan
peninggalan benda bersejarah tersebut melalui sampah dan saluran drainase sehingga dapat
foto yang dibuat sebelum bangunan tersebut berfungsi dengan optimal.
dihancurkan, namun terbatas pada bagian luar Penataan kawasan yang akan dilakukan,
bangunan Kariwari. Sehingga bangunan yang sebaiknya disesuaikan dengan daya
ada saat ini tidak akan sama dengan bangunan dukung lingkungan yang ada. Secara garis
aslinya terutama pada bagian detail-detail besar konsep penataan kawasan dalam tahap
bangunan bagian dalam yang tidak dpat awal adalah dengan menyesuaikan arahan
dipahami secara teliti. Beberapa bangunan pengembangan dengan daya dukung
Kariwari yang dibangun seperti yang ada di lingkungan yang ada dan juga kebijakan-
Pulai Asei Besar dapat dijadikan sebagai kebijakan yang ada di dalam kawasan
acuan dalam membuat bangunan Kariwari pengembangan (dalam hal ini merupakan
pada masa yang akan datang. Disamping itu kebijakan sectoral seperti RDTR yang dapat
perkembangan pendekatan dalam desain digunakan sebagai acuan dalam
arsitektur seperti pendekatan Arsitektur Post pengembangan yang lebih detail lagi).
modern yang mengamil bangunan vernacular
sebagai dasar desain dapat memanfaatkan Sebagai pusat pelayanan Distrik, distrik
bangunan kariwari yang ada di Asei Besar dan Sentani Timur berperan sebagai pusat
Bandara Sentani. perdagangan dan jasa skala distrik, pusat
pelayanan pemerintahan skala distrik. Sebagai
2. Penerapan Arsitektur Vernakular pusat kegiatan pemerintahan ini wilayah
Citra kota yang merupakan suatu gambaran pelayanannya adalah seluruh wilayah Distrik
khas yang melekat pada kota yang dapat sentani timur yang mencakup 7 kampung.
menciptakan representasi kota bagi penduduk Konsep peruntkan lahan makro kawasan
maupun pengunjung. Citra kota pada dalam kawasan pusat pengembangan
Volume 10 No.2 Juli 2020 - 01
MEDIAN
Jurnal Arsitektur dan Planologi