Anda di halaman 1dari 10

Karakteristik Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Kawasan Permukiman Nelayan di sekitar Teluk Kendari

(Asri Andreas, Irma Nurjannah, Arief Saleh)

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT


KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN DI SEKITAR TELUK KENDARI
( Studi Kasus: Kelurahan Puunggaloba dan Kelurahan Benu-Benua)
1 2 3
Asri Andreas , Irma Nurjannah , Arief Saleh
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
1
asri.andrias.92@gmail.com
2
nurjannah.irma@gmail.com
3
ariefslhsjamsu@yahoo.com

ABSTRAK. Pada suatu permukiman terjadi hubungan antara manusia dengan manusia, manusia
dengan alam serta manusia dengan pencipta-Nya. Permukiman tersebut sangat berkaitan erat
dengan karakteristik lingkungan dan perilaku penggunanya yang dominan. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk menemukan karakteristik lingkungan dan faktor-faktor lingkungan yang membentuk
kawasan permukiman nelayan yang berada di pinggiran Teluk Kendari, serta mengetahui seberapa
jauh perilaku masyarakat nelayan yang berada di kawasan permukiman tersebut mempengaruhi
lingkungannya.

Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif deskriptif dengan pendekatan rasionalistik, dan
pengambilan sampel dilakukan secara purposif (bertujuan). Pengambilan data dilakukan dengan
metode observasi, yaitu melakukan pengamatan sistematis terhadap karakteristik lingkungan dan
perilaku masyarakatnya; dan metode survey, yaitu pengumpulan informasi dengan menggunakan
kuesioner kepada responden, wawancara secara verbal yang tidak diamati secara langsung, dan
kajian literatur.

Penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik permukiman merupakan perpaduan antara pola pikir
manusia dan perwujudan kebudayaan yang sama yang menghasilkan suatu karakteristik yang dapat
dikenali, ini dapat dilihat melalui struktur fisik lingkungan permukiman tersebut serta perilaku
masyarakat yang mendiami permukimannya.

Kata Kunci : Karakteristik Lingkungan, Perilaku Masyarakat, Permukiman Nelayan

ABSTRACT. There are several relationships in the settlements i.e between human and human,
human and nature, as well as humans with God. Those settlements are very closely related to the
environmental characteristics and the dominant user behavior.The purpose of this study was to find
the characteristics of the environment and environmental factors that form the fishermen settlement
located on the outskirts of Kendari Bay, and to investigate how the behavior of a fishermen community
within area of the settlement affect their environment.

This study has chosen a descriptive qualitative methodology with rationalistic approach as a method to
complete the research. Sample selection is done purposively. Data collection was performed by the
systematic observation method by observing the environmental characteristics and behavior of
society; and survey methods by collecting information using a questionnaire to the respondents, verbal
interview that was not observed directly, and reviews of the literature.

The result of this study has shown that the characteristics of the settlements are a fusion between the
human mindset and the realization of their culture that produces a recognized characteristic. It can be
seen through the physical structure of the settlement environment and the people behavior in the
settlement.

Keywords: Environmental characteristics, people’s behavior, fishermen settlement.

89
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 13 No 2 Juli 2014: 89-98

PENDAHULUAN penelitian ini diharapkan menemukan


karakteristik dan faktor-faktor pembentuk
Latar Belakang lingkungan kawasan permukiman nelayan
Permukiman merupakan suatu kawasan yang yang berada di sekitar Teluk Kendari, yang
berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat dapat memperkaya teori tentang permukiman
melakukan kegiatan untuk mendukung khususnya permukiman nelayan. Sedangkan
kehidupan penghuninya, juga merupakan secara empiris, penelitian ini diharapkan dapat
tempat hidup bersama dalam suatu proses menghasilkan konsep yang dapat
bermukim. Dalam suatu permukiman terjadi dimanfaatkan sebagai acuan perancangan
hubungan antara manusia dengan manusia, untuk merancang lingkungan permukiman
manusia dengan alam serta manusia dengan nelayan yang sesuai dengan karakteristik dan
pencipta-Nya. Permukiman sangat berkaitan perilaku penghuni lingkungan tersebut.
erat dengan karakteristik lingkungan dan
perilaku penggunanya yang dominan.
Permukiman yang terbentuk dari orang-orang TINJAUAN PUSTAKA
yang masih mempunyai pertalian keluarga
lewat perkawinan, akan berbeda dengan Permukiman Nelayan
bentuk permukiman yang dibentuk oleh karena Terbentuknya suatu pola permukiman sangat
kesamaan mata pencaharian, demikian juga dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat.
dengan permukiman-permukiman yang Hal ini sejalan dengan pendapat Snyder (1985),
pemukimnya didominasi oleh etnis-etnis yang menyatakan terbentuknya lingkungan
tertentu akan berbeda pula. (Nurjannah, 2008). permukiman dimungkinkan karena adanya
proses pembentukan hunian sebagai wadah
Lingkungan permukiman terbentuk bukan fungsional yang dilandasi oleh pola aktifitas
hanya dari hasil kekuatan fisik tetapi juga manusia serta pengaruh setting (rona
terkait dengan faktor-faktor sosial budaya yang lingkungan) baik yang bersifat fisik maupun non
ada di dalamnya. Rapoport (1969) fisik (sosial-budaya) yang secara langsung
mengemukakan bahwa faktor utama dalam mempengaruhi pola kegiatan dan proses
proses terjadinya bentuk adalah budaya perwadahannya.
sedangkan faktor lain seperti iklim, letak dan
kondisi geografis, politik dan ekonomi Keberadaan lingkungan permukiman tidak
merupakan faktor pengubah (modifiying dapat dipisahkan dengan masyarakat yang
factor). Jadi dalam hal ini karakteristik menghuninya, kegiatan-kegiatan yang
lingkungan adalah salah satu faktor yang dilakukan serta hubungan antara
sangat mempengaruhi terbentuknya tata ruang masyarakatnya. Kelompok sosial atau
suatu permukiman dan arsitektur permukiman, masyarakat seperti pada lingkungan
selain faktor perilaku manusianya. Kawasan permukiman terbentuk karena adanya interaksi
permukiman juga akan memiliki keunikan sosial di dalamnya. Interaksi terjadi karena
tersendiri yang terbentuk karena adanya adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.
kekhasan budaya masyarakat, kondisi iklim Dalam hubungannya dengan bentuk fisik
yang berbeda, karakteristik tapak, pengaruh lingkungan, tingkat interaksi ditentukan oleh
nilai-nilai spritualnya yang dianut, dan kondisi struktur fisik dan susunan tempat tinggal,
politik atau keamanan dari suatu daerah atau aspek-aspek simbolis dari unit-unit tempat
permukiman. tinggal, homogenitas, dan heterogenitas relatif
dari masing-masing populasi, sifat
pengendalian informasi yang diberikan masing-
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN masing unit, mobilitas masing-masing populasi
dimana mereka tinggal (Rapoport, 1982).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan
karakteristik lingkungan dan faktor-faktor Arsitektur tradisional yang berkembang menurut
pembentuk lingkungan kawasan permukiman sistem kepercayaan turun-temurun
nelayan yang berada di pinggiran Teluk mempercayai bahwa kehidupan yang ideal
Kendari, serta mengetahui seberapa jauh harus memiliki keselarasan dengan alam.
perilaku masyarakat nelayan yang berada di Segala sesuatu yang menyangkut pola hidup,
kawasan permukiman tersebut mempengaruhi bentuk hunian, material atau bahan atap, pola
lingkungannya. permukiman, tata bangunan, orientasi, dan
sebagainya sangat ditentukan oleh sistem
Penelitian ini diharapkan nantinya dapat kepercayaan atau kosmologi masyarakat
memberikan manfaat, baik yang bersifat tertentu (Nurjannah, 2008). Bagi masyarakat
teoritis maupun empiris. Secara teoritis, tradisional sebuah desa atau permukiman
90
Karakteristik Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Kawasan Permukiman Nelayan di sekitar Teluk Kendari
(Asri Andreas, Irma Nurjannah, Arief Saleh)

merupakan lingkungan tempat hidup, tempat memilih lokasi, menggunakan bahan konstruksi
melakukan kegiatan perekonomian, sosial, juga yang tepat untuk adaptasi dengan iklim,
aktifitas keagamaan. Beberapa desa atau mendirikan bangunan dengan struktur yang
permukiman tradisional benar-benar sesuai dengan tanah, dan merancang bentuk
mempertimbangkan daerah yang dianggap bangunan yang serasi dengan keadaan
sakral dan memiliki makna tertentu bagi sekelilingnya. Unsur ini adalah kekuatan yang
masyarakat atau suku yang bersangkutan. mempengaruhi bentuk permukiman manusia
dari awal sampai dengan kota kontemporer saat
Keberlanjutan tradisi bermukim bagi ini (Heryanto, 2011).
masyarakat tradisional juga dipengaruhi oleh 4
hal, yaitu (1) kepercayaan dan filosofi; (2) Bentuk topografi suatu tempat juga adalah
penempatan elemen-elemen lingkungan seperti unsur penting dalam mendirikan permukiman
hutan, daerah hunian, tanah pertanian, tempat- manusia. Aneka ragam bentuk dari tanah datar
tempat suci dan sebagainya; (3) iklim setempat, dan tanah lapang seperti perbukitan, lembah,
dan (4) kemampuan tukang. Tetapi dari dan tepian air adalah unsur alam yang
keempat hal tersebut yang paling berpengaruh menentukan orientasi dan bentuk permukiman
adalah kepercayaan dan filosofi atau manusia. Amos Rapoport (1969:74-78), dalam
pandangan hidup masyarakatnya (Dayaratne, bukunya, House Form and Culture, menyingkap
1999. dalam Mastutie, 2002). Masyarakat pengaruh dari topografi sebagai faktor yang
dalam membentuk lingkungan huniannya yang menentukan pembangunan permukiman.
baru ditempat yang berbeda dari tempat Rapoport menyatakan bahwa ada 2
asalnya akan selalu mengikuti kebudayaan dan pertimbangan bagi masyarakat untuk memilih
sistem kepercayaan yang mereka pegang tempat permukimannya, yaitu fisik lingkungan
teguh di lingkungan hunian mereka yang lama. alam setempat dan pilihan sosial-budaya.
Hal ini dapat dilihat dalam upaya masyarakat
tersebut dalam memodifikasi lingkungan Lingkungan dan Perilaku Masyarakat
huniannya yang baru, mereka tetap Faktor dinamika rona lingkungan dipandang
memasukkan nilai-nilai lama yang sudah juga berpengaruh pada bentuk dan pola
berakar dan menjadi kepercayaan sejak dulu lingkungan binaan (Nurjannah, 2008).
dilingkungan huniannya yang baru Hubungan dapat terjadi antara rona lingkungan
(Sumintardja, 1999 dalam Mastutie, 2002). dengan bentuk fisik lingkungan binaan, dimana
rona lingkungan mempengaruhi bentuk fisik
Karakteristik Lingkungan Alam permukiman yang terbentuk oleh kondisi
Pengertian karakter secara umum berdasarkan lingkungan serta kelompok masyarakat dengan
penggunaannya sebagai sebuah istilah yang budayanya (Rapoport,1969). Rapoport juga
dipergunakan sehari-hari adalah salah satu menganggap bentuk permukiman bukan
atribut atau ciri-ciri yang membuat obyek dapat merupakan hasil proses yang sederhana dari
dibedakan sebagai sesuatu yang sifatnya satu faktor penyebab saja, tetapi lebih
individual. Pengertian yang mampu merupakan konsekuensi menyeluruh dari faktor
menunjukkan adanya kualitas khusus, berperan sosial budaya. Hubungan ini saling
sebagai pembeda (Nurjannah, 2013). Dengan mempengaruhi dan dipengaruhi sehingga
demikian karakter dapat digunakan untuk kegiatan manusia dan lingkungannya
memberikan gambaran atau deskripsi baik fisik mempunyai pola-pola yang mengatur
maupun non fisik (tergantung kandungan/ keseimbangan alam.
muatan isi obyek) dengan penekanan terhadap
sifat-sifat, ciri-ciri yang spesifik dan khusus Porteous (dalam Mastutie, 2002), juga
suatu obyek, yang membuat obyek tersebut menyatakan bahwa perilaku seseorang itu
dapat dikendalikan dengan mudah. dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling
bergantung, yaitu: faktor pembawaan
Salah satu kekuatan yang membentuk karakter genetiknya, faktor pengalamannya berinteraksi
lingkungan permukiman adalah keadaan alam dengan lingkungannya, dan faktor lingkungan
yang ada di sekelilingnya. Beberapa ilmuan fenomenal yang ada saat itu. Kedua faktor
telah memperbincangkan hubungan antara pertama di atas tidak dapat dipengaruhi oleh
pengembangan permukiman manusia dan perencana atau perancang lingkungan.
lingkungan alam (Rapoport, 1969; Kostof, 1991;
Moris, 1994). Karakteristik sifat-sifat dasar Rapoport (1969) menyatakan bahwa
lingkungan alam telah mempengaruhi manusia lingkungan binaan diciptakan untuk mewadahi
dari masa awal dengan berbagai cara. perilaku yang diinginkan. Interaksi antar
Lingkungan alam mempengaruhi manusia keduanya melahirkan suatu bentuk aktivitas,
sewaktu mendirikan permukimannya dari aktivitas yang terjadi tersebut dapat
91
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 13 No 2 Juli 2014: 89-98

2 2
mengakibatkan perubahan diantaranya Benu-benua (1,89 km ), Sodohoa (2,21 km ),
2 2
perubahan lingkungan dan perubahan perilaku. Sanua (2,26 km ), Dapu-dapura (0,63 km ).
Pada kelurahan-kelurahan ini masyarakatnya
METODE PENELITIAN di dominasi oleh suku Bugis, yang rata-rata
bermata pencaharian sebagai nelayan dan
Penelitian ini menggunakan metodologi pedagang.
kualitatif deskriptif dengan pendekatan
rasionalistik, dan pengambilan sampel Kecamatan Kendari Barat merupakan daerah
dilakukan secara purposif (bertujuan) yang pantai teluk, dimana wilayah pantainya
didasari atas gejala visual (Muhajir, 1996). memiliki ketinggian 50 meter dari permukaan
Pengambilan data dilakukan dengan metode laut, tetapi kurang lebih 800 meter dari Pantai
observasi, yaitu melakukan pengamatan Utara Teluk Kendari terdapat daerah
sistematis terhadap karakteristik lingkungan perbukitan dengan ketinggian mencapai 100
dan perilaku masyarakatnya; dan metode meter dari permukaan laut, dengan batas
survey, yaitu pengumpulan informasi dengan wilayah pemerintahannya sebagai berikut:
menggunakan kuesioner kepada responden,
wawancara secara verbal yang tidak diamati Adapun batas Kecamatan Kendari Barat,
secara langsung, dan studi pustaka atau kajian sebagai berikut:
literatur. a. Sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Konawe.
Penelitian ini berlokasi di sekitar teluk Kendari b. Sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Kendari Barat, tepatnya di Kecamatan Kendari.
c. Sebelah Selatan Teluk Kendari
kelurahan Puunggaloba dan kelurahan Benu-
d. Sebelah Barat berbatasan dengan
benua. Hal yang memperkuat alasan Kecamatan Mandonga
dilakukannya penelitian di kedua lokasi ini
karena merupakan permukiman yang dahulu Kecamatan Kendari Barat diambil sebagai
mayoritas masyarakatnya bermata daerah penelitian karena mayoritas suku Bugis
pencaharian sebagai nelayan. Selain itu kedua bermukim di kelurahan-kelurahan yang berada
lokasi dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai di sekitar pesisir Teluk Kendari, yang rata-rata
bermata pencaharian sebagai nelayan dan
permukiman nelayan yang memiliki kedekatan
pedagang. Penelitian ini mengambil 2 lokasi
dari segi kekeluargaan. sebagai daerah kasus penelitian, yaitu:
Kelurahaan Benu-Benua dan Kelurahan
Puunggaloba. Kelurahan ini merupakan lokasi
yang mayoritas pemukimnya hingga sekarang
ini adalah masyarakat Bugis serta masih
Kel. Puunggaloba
banyaknya yang bermata pencaharian sebagai
nelayan.

KARAKTERISTIK PERMUKIMAN

Dalam bagian ini menganalisis masing-masing


lokasi untuk menemukan ciri/ karakteristik
Kel. Benu-benua arsitektur yang terbentuk dengan
menggunakan indikator amatan makro (desa),
Gambar 1. Peta Kecamatan Kendari Barat
Sumber : Kota Kendari dalam Angka, 2012 messo (lingkungan permukiman), dan mikro
(hunian), serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perwujudannya.
HASIL YANG DICAPAI
1. Desa (Makro)
Penelitian ini di lakukan pada Kecamatan a. Kosmologi dan Fungsi Peruangan Desa
Kendari Barat dalam wilayah Kota Kendari, Peruangan desa di kedua lokasi penelitian ini
2
yang memiliki luas wilayah 22,98 km , dan
memperlihatkan pola dan ruang secara
secara administratif terbagi atas 9 kelurahan,
yaitu: Kelurahan Kemaraya (5,48 km ),
2 kosmologi, yaitu pola desa yang terbagi atas 3
2
Lahundape (1,47 km ), Watu-watu (2,21 km ),
2 bagian: bagian bawah, bagian tengah, dan
2 2
Tipulu (3,76 km ), Puunggaloba (3,07 km ), bagian atas. Pembagian ini masing-masing
92
Karakteristik Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Kawasan Permukiman Nelayan di sekitar Teluk Kendari
(Asri Andreas, Irma Nurjannah, Arief Saleh)

mempunyai fungsi baik secara vertikal maupun Tabel. 1. Kosmologi dan Fungsi Peruangan Desa
horisontal. Secara vertikal bagian bawah
Peruangan Fungsi
merupakan laut, bagian tengah sebagai tempat
Desa
tinggal manusia (bermukim), dan bagian atas Vertikal Horisontal
(Kosmologi)
merupakan langit. Sedangkan fungsi ruang
secara horisontal, yaitu: bagian atas A Dunia/ Pegunungan Suci/
merupakan gunung, bagian tengah merupakan Bagian Atas Langit
tempat tinggal manusia (bermukim),
sedangkan bagian bawah berupa laut. Pola B Dunia/ Permukiman Tempat
pembagian desa ini memperlihatkan fungsi Bagian Tinggal
pola peruangan desa yang sama, baik secara Tengah
vertikal maupun horisontal, dimana daerah C Dunia/ Laut/ Tempat Laut
tengah difungsikan sebagai tempat kehidupan Bagian Kerja
manusia (permukiman). Dari gambar dan tabel Bawah
di bawah, memperlihatkan fungsi dan pola Sumber: Hasil Analisa Peneliti, 2013

ruang yang sama. Jika dilihat dari konfigurasi


di kedua desa lokasi penelitian ini secara
keseluruhan, maka daerah tengah selalu
meliputi daerah permukiman.

Permukiman B
Horisontal

C
Vertikal

Kelurahan Puunggaloba

Pegunungan

Permukiman
B Horisontal

C
Vertikal
Teluk Kendari

Kelurahan Benu-Benua

Gambar 2. Kosmologi dan Pola/Fungsi Peruangan Desa


Sumber: Hasil Analisa Peneliti, 2013

93
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 13 No 2 Juli 2014: 89-98

b. Orientasi Desa Elemen alami berupa: gunung, sungai, laut/


Orientasi kedua desa lokasi penelitian ini dapat teluk, sedangkan elemen buatan berupa:
melalui 2 jalur utama yang terletak di sebelah permukiman dan jalan desa. Sungai di kedua
utara dan selatan (teluk Kendari) permukiman. lokasi ini selalu berada di tengah (di dekat
permukiman tersebut), sebagai penghubung
Sedangkan arah desa di kedua lokasi
gunung dan laut/ teluk. Sepanjang sisi-sisi
penelitian ini mengarah ke timur dan barat, sungai terdapat rumah-rumah pemukim.
yang juga merupakan jalur keluar masuk dari
dan ke desa tetangga, yang sekaligus sebagai 2. Lingkungan Permukiman (Messo)
arah orientasi desa. a. Pola Lingkungan Permukiman
Pola lingkungan permukiman di kedua lokasi
Orientasi timur dan barat ini juga sebagai arah penelitian ini membentuk dua pola
perkembangan desa, dimana desa permukiman, yaitu pola linear dan
mengelompok. Pola linear terjadi di sepanjang
berkembang mengikuti atau sepanjang Teluk
jalan permukiman, baik itu di jalan utama
Kendari. Hal ini ditunjukkan oleh kondisi maupun di jalan lingkungan, serta di pinggiran
topografi desa, yaitu bagian utara berupa sungai dan teluk. Pola liner terbagi dua lagi,
pegunungan dan bagian selatan berupa yaitu: pola linear 1 sisi (memanjang), ini
laut/teluk Kendari, sehingga pengembangan terdapat pada jalan yang berada di dekat laut/
bagian utara dan selatan terhambat oleh teluk serta sungai, sedangkan pola 2 sisi
gunung dan laut/ teluk. (sejajar) umumnya terdapat pada jalan
lingkungan.
c. Elemen-Elemen Pembentuk Desa
Secara fisik elemen di kedua lokasi penelitian
ini terdiri atas 2 elemen, yaitu berupa elemen
alami yang terbentuk sebelum permukiman,
dan elemen buatan yang terbentuk setelah
adanya permukiman.

Mengelompo
k
Mengelompo
k Linear
Linear

Linear

Jalan

Jalan

Jalan/ Sungai/ Teluk

Pola Linear Pola Mengelompok

Gambar 3. Pola Lingkungan Permukiman


Sumber: Hasil Analisa Peneliti, 2013

94
Karakteristik Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Kawasan Permukiman Nelayan di sekitar Teluk Kendari
(Asri Andreas, Irma Nurjannah, Arief Saleh)

Untuk pola mengelompok terletak di tengah Elemen-elemen tersebut berupa: masjid,


lingkungan permukiman, dimana pola ini gereja, puskesmas, hunian, kantor lurah, pos
terbentuk oleh gang-gang sempit yang ronda, kantor camat, lapangan olah raga,
digunakan sebagai jalan, dengan jajaran sekolah, dan perkantoran. Fasilitas tersebut
bangunan yang sambung-menyambung terletak di jalan utama dan jalan sekunder.
menutup akses ke bagian belakang rumah. Mesjid dan gereja yang difungsikan sebagai
Pola ini membentuk pola tata bangunan baru, tempat beribadah manusia letaknya di
yaitu pola berhadapan dan membelakangi, pinggiran jalan. Gereja hanya terdapat di
untuk mendapatkan ruang di depan rumah. kelurahan Puunggaloba karena pemukimnya
ada yang beragama Kristen. Sedangkan
b. Orientasi Lingkungan Permukiman masjid berada di kedua lokasi penelitian,
Dalam menentukan lokasi permukimannya, karena mayoritas pemukimnya beragama
masyarakat di kedua lokasi penelitian ini akan Islam.
selalu mendekat ke laut atau sungai yang
menuju ke laut, karena laut sangat berperan 3. Hunian (Mikro)
penting dalam kehidupan mereka, karena a. Tampilan Hunian
mayoritas penduduknya bermata pencaharian Untuk tampilan hunian di kedua lokasi ini
sebagai pelaut atau nelayan. Orientasi ini berbeda-beda, mulai dari bentuk atap hingga
ditunjang juga keadaan geografis yang bentuk bangunan serta material bangunannya.
berdekatan dengan laut (teluk Kendari), dan
Berdasarkan bentuk atapnya, masih terlihat
adanya sungai yang berhubungan langsung ke
bentuk atap yang menggunakan susunan
laut. Sungai ini terletak di tengah permukiman
timpak laja. Susunan timpak laja ini dalam
yang menghubungkan sungai dan laut.
suku Bugis menunjukkan tingkat stratifikasi
penghuninya atau pemilik rumah. Timpak laja
c. Fasilitas Permukiman
susun 2 dan susun 1 pemiliknya merupakan
Dalam lingkungan permukiman di kedua lokasi
keturunan masyarakat biasa, sedangkan
penelitian ini, terdapat elemen-elemen yang
timpak laja susun 3 pemiliknya masih
membentuk lingkungan permukiman tersebut.
keturunan bangsawan Bugis. Sedangkan
bentuk atap berdasarkan sudut kemiringan
atap terbagi atas 2, atap dengan sudut
0
kemiringan 30 dan atap dengan gabungan
0 0
sudut 30 dan 45 .

Timpak laja susun 3 Timpak laja susun 2 Timpak laja susun 1


Gambar 4. Sampel Hunian dengan Timpak Laja di Kedua Lokasi Penelitian
Sumber: Hasil Analisa Peneliti, 2013

95
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 13 No 2 Juli 2014: 89-98

b. Batas dan Letak Rumah Terhadap Jalan Tipe 3, pada tipe ini halamannya hanya
Di kedua lokasi penelitian ditemukan 6 tipe terdapat di depan dengan pembatas antara
posisi/ letak dan pembatas rumah terhadap halaman dan jalan adalah pagar rumah,
jalan. sedangkan batas antara rumah di samping
kanan dan kirinya hanya di batasi oleh diding
Tipe 1, dimana rumah terletak di tengah rumah.
halaman dengan adanya pagar sebagai
pembatas halaman dan jalan.
Tipe 2, yaitu rumah yang terletak di tengah
halaman dan tidak terdapat pembatas antara
halaman dan jalan.

Halaman Halaman

Rumah Rumah
Tinggal Tinggal

Tanpa
Pagar pembatas

Jalan Jalan

Tipe 1 Tipe 2

Rumah
Tinggal

Rumah
Halaman Tinggal
Pagar Teras/batas
rmh
Jalan Jalan

Tipe 3 Tipe 4

Rumah
Tinggal
Rumah
Jalan

Tinggal
Space

Tanah kosong/
Open

open space

Jalan
Tipe 5
Tipe 6

Gambar 5. Posisi dan Pembatas Hunian/ Rumah terhadap Jalan


Sumber: Hasil Analisa Peneliti, 2013

96
Karakteristik Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Kawasan Permukiman Nelayan di sekitar Teluk Kendari
(Asri Andreas, Irma Nurjannah, Arief Saleh)

Tipe 4, dimana batas rumah dan jalan hanya b. Faktor Fisik


dibatasi teras rumah itu sendiri yang sekaligus 1). Faktor Sosial-Budaya
sebagai pagar, sedangkan pembatas rumah Masyarakat Nelayan Bugis sebagai
kanan dan kiri hanya dibatasi oleh dinding masyarakat tradisional, dimana pun mereka
rumah. berada, masih mempertahankan adat dan
Tipe 5, yaitu tipe rumah yang menghadap ke tradisi yang dibawa turun temurun oleh nenek
open space dengan dinding samping rumah moyang mereka. Dimana budaya ini turut
langsung berbatasan dengan jalan sekunder, melatarbelakangi terbentuknya karakteristik
sedangkan dinding sebelahnya lagi berbatasan lingkungan permukiman yang ada di kedua
dengan dinding rumah di sebelahnya. lokasi penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dalam
Tipe 6, pembatas antara rumah dan jalan menentukan permukiman atau tempat tinggal
hanya dibatasi oleh tanah kosong/ open space mereka, masyarakatnya masih mempertahan-
yang biasa digunakan oleh masyarakat kan konsep kosmologi, dimana letak
sekitarnya, dengan letak rumah berada di permukimannya harus berada di bagian
tengah. tengah (antara laut dan pegunungan), serta
adanya elemen laut dan sungai di lingkungan
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi permukimannya. Ciri tersebut mencerminkan
Lingkungan Permukiman upaya masyarakat nelayan Bugis dalam
menyelaraskan budaya mereka dengan
Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik lingkungan alam sekitarnya.
lingkungan permukiman di kedua lokasi
penelitian ini, yaitu berupa faktor non fisik dan Rumah masyarakatnya juga merupakan hasil
fisik. Faktor non fisik meliputi: alasan utama perpaduan antara pola pikir manusia dan
dalam menentukan tempat tinggal, karena perwujudan kebudayaan mereka. Hal ini dapat
umumnya dekat dengan keluarga dan kerabat, dilihat dari bentuk atap rumah (timpa laja) dan
serta dekat dengan tempat mata pencaharian. pola hunian rumah yang terbentuk di
Dan faktor fisik meliputi: tingkat pendapatan lingkungan permukiman kedua lokasi
yang menentukan penggunaan material hunian penelitian ini.
(faktor ekonomi), dan orientasi lingkungan
permukiman (faktor sosial-budaya), serta 2). Tingkat Pendapatan (Faktor Ekonomi)
faktor lingkungan. Perbedaan tingkat pendapatan memberi
pengaruh terhadap kondisi ekonomi
a. Faktor Non Fisik masyarakat di kedua lokasi penelitian.
Faktor alasan penghuni dalam menentukan Perbedaan kondisi ekonomi ini tentunya
tempat tinggalnya sangat berpengaruh sangat berperan dalam penentuan luasan
terhadap karakteristik lingkungan permukiman rumah serta bahan dan material yang
digunakan. Dari data mata pencaharian
yang terbentuk. Dimana masyarakat nelayan
penduduk di kedua lokasi ini, sebagian besar
Bugis dalam menentukan permukimannya atau adalah nelayan, sebagian lagi pegawai negeri,
tempat tinggalnya akan selalu diutamakan pedagang, dan lain sebagainya, hal inilah yang
dekat dengan keluarga/ kerabat, agar mereka menyebabkan bentuk dan luasan rumah serta
dapat saling membantu bila ada kesusahan material yang digunakan beragam.
atau keluarga yang membutuhkan bantuan.
Dan dekat dengan tempat mata pencaharian 3). Faktor Lingkungan/ Alam
Rona lingkungan dan perwujudan fisik rumah
mereka.
terdapat hubungan yang erat, dengan sudut
kemiringan atap yang tetap di pertahankan,
Menyangkut budaya yang saling bantu- 0
yaitu bentuk atap yang membentuk sudut 30
0
membantu ini, masyarakat nelayan di kedua sampai 40 yang merupakan pelindung dari
permukiman ini masih memegang teguh panasnya matahari dan cuaca dingin. Adanya
kebudayaan yang sifatnya gotong-royong, pertimbangan aksebilitas jalan, menyebabkan
yang dapat dilihat pada aktivitas masyarakat di orientasi rumah pemukim cenderung
mengarah ke jalan, baik berupa jalan primer
kedua permukiman tersebut. Bila ada yang
maupun jalan sekunder serta tersier.
melakukan hajatan, misalnya: pernikahan,
sunatan, dan naik/ memasuki rumah baru
mereka akan datang saling membantu tanpa
dipanggil.

97
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 13 No 2 Juli 2014: 89-98

KESIMPULAN DAN SARAN Nurjannah, Irma. (2013). Elemen-elemen


Lingkungan pada Kelurahan
Karakteristik permukiman merupakan Puunggaloba dan Benu-Benua
perpaduan antara pola pikir manusia dan Kendari (Menurut Peta Kognitif
Penghuni Lingkungan). Jurnal
perwujudan kebudayaan yang sama yang
Metropilar Vol. 11/ No. 1 April 2013.
menghasilkan suatu ciri yang dapat dikenali, ini Hal. 162-172. Fak. Teknik Unhalu
dapat dilihat melalui struktur fisik lingkungan Rapoport, Amos. (1969). House, Form and
permukiman tersebut serta perilaku Culture. Prentice Hall Inc. Englewood
masyarakat yang mendiami permukiman Clift. New Jersey.
tersebut. Dari penelitian ini diketahui bahwa Rapoport, Amos. (1982). The Meaning of The
kawasan permukiman di sekitar teluk Kendari Build Environment. Sage
Publications. London.
memiliki potensi-potensi yang layak
Snyder.J.C, & Catanese,A.J. (1985).
dikembangkan. Potensi kawasan permukiman Pengantar Arsitektur. Erlangga.
di sekitar teluk Kendari tersebut bisa dilihat Jakarta.
dari aspek historis, potensi geografis dan
ekologis, potensi sosial budaya, potensi
ekonomi.

Perlu disusun blueprint Rencana


Pengembangan penataan kawasan
permukiman di sekitar teluk Kendari sebagai
kawasan konservasi budaya yang bersinergi
dengan kegiatan pengembangan ekonomi.
Perlu penggalian sejarah dan nilai tradisi
masyarakat pada kawasan disekitar teluk
khususnya kawasan pemukiman nelayan
untuk pengembangan wisata budaya dan
wisata bisnis.

DAFTAR PUSTAKA
------------------ . (2012). Kota Kendari Dalam
Angka 2012. Badan Pusat Statistik
Kota Kendari.
Heryanto, Bambang. (2011). Roh dan Citra
Kota. Brilian Internasional. Surabaya.
Kostof, S. (1991). The City Assemled : The
Elements of Urban Form Through
History. Bulfinch Press Book. London.
Mastutie, Faizah. (2002). Keragaman Pola
Perubahan Rumah di Permukiman
Nelayan Biringkanaya Makassar.
Thesis. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Moehadjir, Noeng. (1996). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Edisi III, Rake
Sarasin, Yogyakarta.
Moris A.E.J. (1994). History of Urban Form :
Before The Industrial Revolutions.
Longman Scientific & Technical. New
York.
Nurjannah, Irma. (2008). Karakteristik
Arsitektur Permukiman Bugis di
Kelurahan Mata dan Puunggaloba
Kendari. Jurnal Ilmiah Metropilar,
Vol.6/ No.2 April/ 2008. Fak. Teknik
Unhalu.

98

Anda mungkin juga menyukai