OLEH
LEMBAR PENGESAHAN
2. Penulis :
a. Nama Lengkap : Muhammad Alfreno Rizani
b. NIM : 13.22.124
c. Jurusan : Arsitektur S-1
d. Fakultas : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
e. Universitas : Institut Teknologi Nasional Malang
f. Alamat Rumah : Jl. Danau Belayan E2/ A blok 6 Sawojajar, Kota
Malang, Jawa Timur
g. No. Telp/ HP : 085251790475
h. E-mail : alfreno.rizani@gmail.com
3. Dosen Pembimbing :
a. Nama Lengkap : Hamka, ST. MT.
b. NIP.P. : 1031500524
c. Alamat Rumah : Jl. Kecubung No. 6, Kota Malang, Jawa Timur
d. No. Telp/ HP : 082234006052
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Ragam budaya yang ada di Nusantara setiap kota memiliki karakteristik yang
berbeda yang tidak dapat disamakan dengan daerah lainnya meski beberapa
daerah memiliki lingkungan yang sama. Namun kondisi ini tidak terlihat lagi
akibat pengaruh modernisme yang melanda Indonesia, sehingga ke kota mana saja
pergi maka yang dilihat sekilas sama dan tidak terdapat perbedaan yang menjadi
karakteristik sebuah kota. Akibatnya kota-kota di Indonesia kehilangan identitas
yang mengakibatkan tenggelam ditelan oleh zaman. Tampilan bangunan yang
cendrung homogen sehingga mempengaruhi kecendrungan untuk melihat sesuatu
yang lebih unik dan menarik dan mengakibatkan kota asal menjadi ditinggalkan.
Dengan tuntutan yang sangat rumit, disatu sisi ada keinginan untuk melestarikan
bangunan tradisional, disisi lain bangunan tradisional sudah tidak relevan lagi
2
dengan kondisi lingkungan yang ada. Dan juga pengaruh globalisasi yang
melahirkan sebuah kebiasaan baru terhadap pembangunan yaitu bangunan
bertema modern.
1.3. Ringkasan
Ragam budaya yang ada di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda yang
tidak dapat disamakan dengan daerah lainnya meski beberapa daerah memiliki
lingkungan yang sama. Namun kondisi ini tidak terlihat lagi akibat pengaruh
modernisme yang melanda Indonesia, sehingga ke kota mana saja pergi maka
yang dilihat sekilas sama dan tidak terdapat perbedaan yang menjadi karakteristik
sebuah kota. Akibatnya kota-kota di Indonesia kehilangan identitas yang
mengakibatkan tampilan bangunan yang homogen sehingga mempengaruhi
kecendrungan untuk melihat sesuatu yang lebih unik dan menarik.
3
dengan atap “Bubungan Tinggi” dan “Rumah Panggung” menjadi salah satu daya
tarik kota-kota di daerah tersebut. Dengan atap tersebut menjadi salah satu
tipologi dalam pembangunan untuk melestarikan arsitektur Nusantara tersebut
yang telah diatur oleh peraturan daerah setempat sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan kearifan lokal tersebut agar terjaga dan tidak tenggelam ditelan oleh
zaman. Hal ini patut dicontoh untuk diterapkan pada provinsi di Indonesia
lainnya, sehingga dapat melestarikan arsitektur Nusantara yang ada di daerah
tersebut.
Pelestarian nilai-nilai dan wujud dalam bentuk modern dan kontemporer pada
bangunan sekarang arsitektur Nusantara tersebut dapat membentuk karakter
budaya Indonesia yang sangat beragam dan menjadi daya tarik bagi dunia untuk
berkunjung ke Indonesia melihat beragam budaya yang ada dan tidak dapat
dirasakan di daerah lain. Hal ini memberi dampak pada pendapatan asli daerah
dari sektor pariwisata menjadi pemasukkan tambahan bagi daerah tersebut. Selain
itu, dengan keragaman arsitektur Nusantara yang ada di Indonesia bisa
dilestarikan dan diselamatkan oleh generasi penerus bangsa sebagai identitas
dalam pembangunan berkelanjutan yang memiliki daya saing dengan arsitektur
Barat.
Pada dasarnya antara arsitektur Nusantara dengan arsitektur Barat tidak dapat
dibandingkan karena memiliki karakter yang berbeda dan keunikan masing-
masing serta memiliki historisnya sendiri yang terkandung dalam nilai-nilai
budaya di masyarakat. Arsitektur Nusantara dalam konteks sekarang bukan berarti
menghadirkan arsitektur Nusantara sesuai bentuk aslinya. Namun, disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan modern agar tetap terlihat kontemporer, sehingga
perpaduannya memiliki cita rasa yang unik dan menarik.
Dalam penulisan karya ilmiah ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat, yaitu :
1. Menjabarkan nilai-nilai bangunan tradisional yang berbeda dari beberapa
daerah di Indonesia yang merupakan bagian dari arsitektur Nusantara.
5
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang
lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan
perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan,
desain perabot dan desain produk. (www.id.wikipedia.org)
Nusantara adalah sebuah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa kuno,
terdiri dari kata nusa’ yang berarti pulau dan ‘antara’ yang berarti lain. Dalam
konsep kenegaraan Jawa, istilah nusantara berarti di luar pengaruh budaya Jawa.
Dalam penggunaan bahasa modern, istilah nusantara biasanya meliputi daerah
kepulauan Asia Tenggara atau wilayah Austronesia. Di sisi lain, istilah geografis
nusantara saat ini sering diartikan sebagai Indonesia, yang merupakan negara
kepulauan. (Sejarah Perkembangan Arsitektur Nusantara, http://e-
course.usu.ac.id)
Menurut hemat saya, Arsitektur Nusantara merupakan sebuah identitas yang
bersifat lokal pada suatu daerah di Indonesia yang memiliki tipologi dan karakter
masing-masing, mulai dari proses perencanaan, proses pembangunan dan
perawatan bangunan yang terbangun yang didasarkan oleh kondisi lingkungan,
sosial dan budaya di masyarakat.
Menurut Galih Widjil Pangarsa dalam bukunya yang berjudul “Merah Putih
Arsitektur Nusantara”, diterangkan bahwa keragaman arsitektur Nusantara
terbentuk dari beberapa unsur yang saling terikat, yaitu bumi sebagai tempat
tinggal, tanah dan air sebagai tempat berpijak, yang memiliki nilai kesementaan
yang merupakan wujud terhadap sebuah kepercayaan pada suatu unsur yang
dianggap memiliki kekuatan yang sakti dan abadi.
7
Dari beberapa sumber yang ada, ada beberapa ciri-ciri arsitektur Nusantara
secara umum yang diakibatkan pengaruh iklim dan budaya setempat, adapun ciri-
ciri dari arsitektur Nusantara, yaitu :
penggunaan rumah atap bubungan tinggi sebagai logo dari provinsi Kalimantan
Selatan, kota Banjarmasin, kabupaten Banjar, dan kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Upaya pelestarian lainnya yaitu terdapat dari berbagai bangunan pemerintahan
yang mengadopsi berbagai tipe dari rumah Banjar diantaranya komplek
perkantoran Gubernur Kalimantan Selatan, kantor Walikota Banjarmasin, gedung
Sultan Suriansyah, dan yang paling unik yaitu pada museum Lambung Mangkurat
yang memiliki atap tranformasi dari tipe bubungan tinggi.
Dalam sebuah berita online ada sebuah harapan yang intinya mengapresiasi
penggunaan arsitektur Nusantara sebagai sebuah identitas yang mengikuti
kebudayaan lokal yang merupakan harapan dari Menteri Pariwisata.
Menpar Arief Yahya: Gunakan Arsitektur Nusantara untuk Homestay
“Kemenpar akan berkolaborasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (Kemen PU-PR) dan Kemen BUMN, untuk membangun homestay dan toilet bersih
di setiap destinasi, dengan arsitektur khas masing-masing daerah,” kata Menpar Arief
Yahya.
Menurut Menpar, arsitektur homestay toilet harus memperkuat posisi destinasi.
Kerjasama Kemenpar, Kemen PU-PR dan Kemen BUMN, termasuk Bank Tabungan
10
Negara (BTN), akan diformalkan dalam Rapat Koordinasi Kemenpar dan digulirkan di
Jakarta Convention Center.
“Pengunjung ke Borobodur dari Yogyakarta, misalnya, sudah bisa merasakan obyek
wisata yang dituju dengan melihat arsitektur sekeliling,” kata Menpar. “Caranya, bangunan
di sepanjang jalan harus disesuaikan dengan arsitektur Borobudur.”
Jadi, masih menurut Menpar, Borobudur tidak seperti alien. Bangunan dengan arsitektur
berbeda sendirian, atau terkepung bangunan berarsitektur modern.
Situasi serupa juga harus terlihat di Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan lainnya. Ia
juga menyebut contoh paling bagus di dalam negeri, yaitu sekitar Pantai Utara Jawa;
Demak, Kudus, Pati, Rembang, dan Jepara.
“Di kota-kota ini, atap rumah penduduk banyak yang berbentuk wayang kulit, populer
dengan sebutan Genting Kudusan,” katanya. “Ada pula genting kelir, genting pengapit kiri
dan kanan, dan genting bulusan.”
Gagasan menampilkan arsitektur Nusantara di setiap destinasi wisata muncul saat Menpar
Arief Yahya melakukan perjalanan darat di Stasiun Huangshan ke Hongcun Village di
Republik Rakyat Cina. Hongcun Village adalan kampung tua, berusia sekitar 500 tahun dan
tercatat dalam The World Cultural Heritage Site UNESCO tahun 2000.
Sepanjang perjalanan, Menpar Arief Yahya terkesan oleh arsitektur bangunan, dengan
segala ornamennya, yang menjadi simbol keaslian wilayah. Sesampai di Hongcun Village,
Menpar Arief Yahya mendapat penjelasan bagaimana setiap bangunan terjaga.
Hampir seluruh bangunan di desa itu; eksterior dan interior, masih asli dan berasal dari
era Dinasti Ming dan Qing. Saluran air desa wisata itu juga masih asli; kecil tapi mengalir,
dan bermuara di kolam besar, yang oleh warga dijuluki Danau Nanhu.
Danau dibangun tahun 1607. Sekeliling danau ditumbuhi pepohonan, dengan jalur untuk
memotong bambu. Dari situ, pengunjung bisa masuk ke jalan kecil, selebar 1,5 meter, di
dalam desa dengan 140 rumah asli yang dilindungi undang-undang.
Sumber : http://atjehpost.com/2016/04/22/menpar-arief-yahya-gunakan-arsi-tektur-
nusantara-untuk-homestay/
Surabaya (ANTARA News) - Ahli arsitektur Nusantara Ir Yori Antar dan ahli eksperimen
desain arsitektur futuristik Ir Budi Pradono menyatakan arsitektur Nusantara telah
digandrungi bule. "Ironisnya, kita justru membangun rumah rasa Eropa, Timur Tengah,
Tiongkok, padahal itu berarti kita mengimpor bahan produk kapitalis," kata ahli arsitektur
Nusantara Ir Yori Antar IAI di Surabaya, Jumat. Di sela menjadi juri lomba desain
arsitektur bertema "Visionary Bamboo Architecture" yang digelar Prodi Arsitektur
Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya, ia memuji mahasiswa Petra yang "berani"
menampilkan bambu.
"Acara Petra ini menggembirakan, karena kita jangan sampai kedahuluan bule-bule Eropa
yang mengembangkan bambu untuk material bangunan di Bali, atau bule Italia yang
membeli kawasan wisata di Labuhan Bajo," katanya. Menurut dia, kegandrungan bule pada
arsitektur tradisional Nusantara itu karena ingin kembali ke alam dan tren dunia saat ini
memang pada "green", sedangkan Indonesia itu merupakan "gudang" dari "green building".
"Arsitektur Barat itu berkaitan dengan industri kaca, beton, baja, keramik, aluminium,
sedangkan arsitektur tradisional Nusantara itu berkaitan dengan alam dan perajin, seperti
kayu, rotan, bambu," katanya. Oleh karena itu, ia berharap kalangan perguruan tinggi,
khususnya prodi arsitektur, hendaknya memelopori pembelajaran arsitektur Nusantara,
karena potensi arsitektur Nusantara itu sangat besar.
"Tapi, cara pembelajarannya juga harus berbeda, karena ada kampus yang mengajarkan
arsitektur Nusantara, tapi hanya teoritis. Arsitektur Nusantara itu harus banyak ke lapangan
11
untuk membuka wawasan tentang material alam dan gambar arsitekturnya juga lebih pelik,"
katanya. Selain itu, cara yang dilakukan mahasiswa Petra juga patut dikembangkan yakni
bahan lokal dan tradisional digunakan untuk rancangan bangunan bergaya modern. Atau,
material tradisional dengan konsep "kekinian". "Saatnya kita menjadikan arsitektur
tradisional Nusantara sebagai hero. Arsitektur Nusantara itu berkonsep dua musim yakni
hanya tempat tidur yang ada di dalam, sedangkan ruang lainnya bersifat outdoor," katanya.
Senada dengan itu, ahli eksperimen desain arsitektur futuristic Ir Budi Pradono IAI
mengatakan dirinya banyak menerima pesanan desain rumah dengan bahan bambu dari
warga Prancis, Australia, dan sebagainya."Jadi, user saya banyak yang asing, karena bambu
memang merupakan material yang seksi, apalagi jumlahnya di Indonesia cukup banyak dan
jenisnya juga paling lengkap di Indonesia," katanya.
Di Tiongkok, bambu sudah menjadi industri yang mencapai ratusan hektare, sehingga
rumah di sana hingga perabotnya pun dari bambu. "Itu masih ada banyak yang diekspor
dalam bentuk jadi," katanya. Ia menambahkan bambu itu bisa bertahan lama bila caranya
benar yakni dipotong malam hari saat tidak ada proses fotosintesis, direndam dalam air,
terutama air laut. "Kalau caranya benar, bambu bisa bertahan satu generasi atau sekitar 20
tahun," katanya.
Lomba desain arsitektur bertema "Visionary Bamboo Architecture" itu diikuti 127 tim
dari sejumlah universitas pada 10 provinsi dengan rancangan antara lain Lingkar
Suwengan, Buccu Center, Sekenam Sasak, Lotus Devata, Bambu Walio, Selasar Prau, dan
sebagainya.
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/486414/arsitektur-nusantara-
digandrungi-bule
12
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1. Simpulan
Upaya pelestarian di masyarakat saja belum cukup, perlu adanya sentuhan dari
pemerintah untuk memberikan perhatian dengan penerbitan buku pedoman dan
peraturan-peraturan lainnya sehingga arsitektur Nusantara bisa tetap eksis sampai
akhir zaman. Pelestarian tidak harus membangun utuh seperti wujud yang ada,
tetapi bisa juga dipadukan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat saat ini,
karena kondisi lingkungan saat ini sudah jauh berbeda dengan masa lalu.
Ada satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa arsitektur Nusantara bisa saja
diterapkan pada wilayah manapun, namun hal ini tidak boleh bertentangan dengan
budaya masyarakat sekitar, sehingga budaya yang ada di suatu daerah bisa tetap
eksis tanpa ada pencampuran budaya lainnya.
15
4.2. Rekomendasi
Dari penjabaran karya tulis di atas, ada beberapa rekomendasi sebagai upaya
pelestarian arsitektur Nusantara untuk menjadi identitas kota-kota di Indonesia,
yaitu :
DAFTAR PUSTAKA
Website
https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2009200079ARBa
b2/page14.html
https://id.scribd.com/doc/78722693/arsitektur-nusantara
http://www.antaranews.com/berita/486414/arsitektur-nusantara-
digandrungi-bule
http://www.slideshare.net/aansaputra549668/pudarnya-pesona-arsitektur-
nusan tara
http://arsiteknusantara.blogspot.co.id/
http://atjehpost.com/2016/04/22/menpar-arief-yahya-gunakan-arsitektur-
nusantara -untuk-homestay/
http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2013/12/05/261258/arsitektur-
nusantara-bisa-hidup-sampai-akhir-zaman
http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2011/04/perkembangan-
arsitektur-tradisional-di.html
17
Lampiran 1
SUMMARY
The inability of society and government not completed this issues in Indonesia
is at a crucial point in showing that the cultural diversity that exists in Indonesia
very much but underestimated. Orientation construction of houses and offices
modern themed slowly erode which used nusantara architecture. This should get
special attention from the local government and the central government in order to
outgrow the erosion of appreciation of them.
should be considered to simplify and combine with modern architecture make the
people to feel more of the historical values of nusantara architecture.
In Indonesia there are several forms of nusantara architecture are well known in
the world, like the architecture of Minangkabau, Batak, Toraja, Banjar and others.
In South Borneo is famous building with a roof "Bubungan Tinggi" and "Rumah
Panggung" to be one of the attractiveness of towns in the area. With the roof into
one of the typologies in construction to preserve them, which has been governed
by the rules of the local area as part of efforts to preserve the local wisdom to
wake up and not be drowned swallowed by age. It is exemplary to apply to other
provinces in Indonesia, so as to preserve nusantara architecture in the area.