Anda di halaman 1dari 23

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN NILAI-NILAI ARSITEKTUR NUSANTARA


SEBAGAI IDENTITAS KOTA DI INDONESIA

OLEH

MUHAMMAD ALFRENO RIZANI


NIM 13.22.124

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG


TAHUN 2016
ii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis : Penerapan Nilai-nilai Arsitektur Nusantara sebagai


Identitas Kota di Indonesia

2. Penulis :
a. Nama Lengkap : Muhammad Alfreno Rizani
b. NIM : 13.22.124
c. Jurusan : Arsitektur S-1
d. Fakultas : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
e. Universitas : Institut Teknologi Nasional Malang
f. Alamat Rumah : Jl. Danau Belayan E2/ A blok 6 Sawojajar, Kota
Malang, Jawa Timur
g. No. Telp/ HP : 085251790475
h. E-mail : alfreno.rizani@gmail.com

3. Dosen Pembimbing :
a. Nama Lengkap : Hamka, ST. MT.
b. NIP.P. : 1031500524
c. Alamat Rumah : Jl. Kecubung No. 6, Kota Malang, Jawa Timur
d. No. Telp/ HP : 082234006052

Malang, 27 April 2016


Menyetujui,

Dosen Pembimbing Penulis

Hamka, ST. MT. Muhammad Alfreno Rizani


NIP. P 1031500524 NIM. 13.22.124

Wakil Rektor III ITN Malang

Dr. Eng. Ir. I Made Wartana, MT.


NIP. 19610503 199202 1 001
iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, nikmat dan karunianya kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tentang “Pelestarian Nilai-nilai Arsitektur
Nusantara sebagai Identitas Kota di Indonesia” tepat waktu. Dan tak lupa pula
saya haturkan shalawat dan salam junjungan keharibaan Nabi Besar Muhammad
saw. beserta pengikut Beliau hingga akhir zaman.
Tidak lepas dari berbagai kesulitan yang muncul, berkat petunjuk dan
bimbingan dari semua pihak yang telah membantu, karya tulis ilmiah ini dapat
diselesaikan. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak, Ibu dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan baik
moril maupun materil.
2. Bapak Dr. Eng. Ir. I Made Wartana, MT selaku wakil rektor III Institut
Teknologi Nasional Malang yang telah memberikan kesempatan bagi
penulis untuk mengikuti kompetisi ini.
3. Bapak Hamka, ST. MT. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam
penulisan karya tulis ini.
Kemudian saya juga memohon maaf apabila dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini, terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, karena “Tak Ada Gading
yang Tak Retak”.
Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua sekarang
ataupun nanti. Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis

Muhammad Alfreno Rizani


13.22.124
iv

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ..................................................................................................... i


Lembar Pengesahan ................................................................................................ ii
Kata Pengantar ........................................................................................................ iii
Daftar Isi.................................................................................................................. iv
Daftar Gambar ......................................................................................................... v
BAB I Pendahuluan .........................................................................................
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Ringkasan ......................................................................................................... 2
1.4. Tujuan dan Manfaat ......................................................................................... 4
BAB II Telaah Pustaka......................................................................................
2.1. Arsitektur Nusantara ....................................................................................... 6
2.2. Pandangan Arsitektur Nusantara oleh Galih Widjil Pangarsa ........................ 7
2.3 Ciri-ciri Arsitektur Nusantara akibat Pengaruh Iklim dan Budaya .................. 7
2.4. Pelestarian Arsitektur Banjar di Kalimantan Selatan ....................................... 8
2.5. Sebuah Harapan ............................................................................................... 9
BAB III Analisis dan Sintesis.............................................................................
3.1. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Arsitektur Nusantara ............................. 12
3.2. Upaya untuk Pelestarian Arsitektur Nusantara ............................................... 13
BAB IV Simpulan dan Rekomendasi .................................................................
4.1. Simpulan ........................................................................................................ 14
4.2. Rekomendasi ................................................................................................... 15
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 16
Lampiran ................................................................................................................. 17
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Iklim dan Geografis ................................................................................ 7


Gambar 2 Pola Perkampungan ............................................................................... 8
Gambar 3 Tatanan ruang rumah tradisional Indonesia ........................................... 8
Gambar 4 Salah satu bangunan di Komplek Perkantoran Provinsi Kalimantan
Selatan .................................................................................................... 9
Gambar 5 Gedung Sultan Suriansyah ..................................................................... 9
Gambar 6 Walikota Banjarmasin ............................................................................ 9
Gambar 7 Museum Lambung Mangkurat .............................................................. 9
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia terdiri dari beragam budaya yang tersebar di seluruh penjuru


Nusantara. Setiap daerah memiliki budaya yang unik dan menarik yang tidak
dapat dibandingkan. Dengan keragaman tersebut juga terlihat pada bangunan
tradisional yang ada pada setiap daerah tersebut yang memiliki karakteristik
tertentu. Hal tersebut membuat setiap daerah memiliki daya tarik tersendiri yang
tidak dapat dibandingkan.

Ragam budaya yang ada di Nusantara setiap kota memiliki karakteristik yang
berbeda yang tidak dapat disamakan dengan daerah lainnya meski beberapa
daerah memiliki lingkungan yang sama. Namun kondisi ini tidak terlihat lagi
akibat pengaruh modernisme yang melanda Indonesia, sehingga ke kota mana saja
pergi maka yang dilihat sekilas sama dan tidak terdapat perbedaan yang menjadi
karakteristik sebuah kota. Akibatnya kota-kota di Indonesia kehilangan identitas
yang mengakibatkan tenggelam ditelan oleh zaman. Tampilan bangunan yang
cendrung homogen sehingga mempengaruhi kecendrungan untuk melihat sesuatu
yang lebih unik dan menarik dan mengakibatkan kota asal menjadi ditinggalkan.

Akibat minimnya pemahaman masyarakat pada kasus di atas membuat


bangunan tradisional semakin tenggelam ditelan zaman. Meski telah dilakukan
sosialisasi dan pembuatan peraturan-peraturan terkait pelestarian bangunan
tradisional kepada khalayak umum, namun tidak mendapat tanggapan positif
seperti yang diharapkan karena perkembangan zaman yang sangat berubah.
Sehingga setiap mengunjungi sebuah kota tidak terdapat identitas dari kota
tersebut sebagai pengaruh modernisme yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Dengan tuntutan yang sangat rumit, disatu sisi ada keinginan untuk melestarikan
bangunan tradisional, disisi lain bangunan tradisional sudah tidak relevan lagi
2

dengan kondisi lingkungan yang ada. Dan juga pengaruh globalisasi yang
melahirkan sebuah kebiasaan baru terhadap pembangunan yaitu bangunan
bertema modern.

Maka diperlukan sebuah konsep yang dapat menyatukan antara bangunan


tradisional dengan bangunan modern. Dengan mengadopsi nilai-nilai yang
terkandung dalam bangunan tradisional dipadukan dengan bangunan bertema
modern sehingga dapat membuat bangunan tradisional tetap dapat dirasakan pada
bangunan modern yang menjadi sinkreatisme arsitektur Nusantara.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka ada beberapa rumusan masalah, yaitu :

1) Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam arsitektur Nusantara?


2) Bagaimana membentuk arsitektur Nusantara di zaman modern ini sehingga
bisa menjadi identitas kota-kota di Indonesia?

1.3. Ringkasan

Arsitektur Nusantara identik dengan bangunan tradisional yang merupakan


bagian tidak terpisahkan dari budaya di Indonesia. Bangunan-bangunan
tradisional tersebut didirikan tidak sekedar tempat tinggal dan bernaung, tetapi
juga memiliki nilai historis yang beragam. Arsitektur Nusantara memiliki
keragaman yang sangat banyak dan setiap wilayah memiliki karakteristik sendiri,
tetapi terdapat salah satu ciri dari arsitektur Nusantara yaitu bentuk atap yang
beragam yang memiliki tipologi berbeda antardaerah.

Ragam budaya yang ada di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda yang
tidak dapat disamakan dengan daerah lainnya meski beberapa daerah memiliki
lingkungan yang sama. Namun kondisi ini tidak terlihat lagi akibat pengaruh
modernisme yang melanda Indonesia, sehingga ke kota mana saja pergi maka
yang dilihat sekilas sama dan tidak terdapat perbedaan yang menjadi karakteristik
sebuah kota. Akibatnya kota-kota di Indonesia kehilangan identitas yang
mengakibatkan tampilan bangunan yang homogen sehingga mempengaruhi
kecendrungan untuk melihat sesuatu yang lebih unik dan menarik.
3

Ketidakmampuan masyarakat dan pemerintah dalam mengatasi permasalahan


ini mengakibatkan Indonesia berada pada titik krusial dalam menunjukkan bahwa
ragam budaya yang ada di Indonesia sangat banyak tetapi dipandang sebelah
mata. Orientasi pembangunan rumah dan perkantoran yang bertema modern
secara perlahan mengikis arsitektur Nusantara. Seharusnya ini mendapatkan
perhatian khusus dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk mengatasi
lunturnya arsitektur Nusantara.

Hal ini jelas merugikan bagi Indonesia dalam menancapkan pengaruhnya di


dunia, dalam sisi pembangunan saja sudah terjajah oleh bangunan bertema
modern yang tidak relevan dengan kondisi sosial dan lingkungan yang ada.
Tentunya semua hal tersebut memiliki sebuah resiko yang harus dihadapi, bahwa
arsitektur Nusantara sudah dianggap tidak mampu lagi bersaing dengan tema
modern. Sebuah kerugian besar bagi Indonesia yang memiliki keragaman budaya
terbanyak di dunia, tetapi perlahan tenggelam oleh arsitektur modern.

Mengantisipasi hal tersebut, maka diperlukan pelestarian terhadap arsitektur


Nusantara di masa globalisasi ini. Namun pelestarian tidak hanya sebatas
pembangunan sesuai yang telah ada, tetapi juga harus dipikirkan untuk
menyederhanakan dan menggabungkan dengan arsitektur modern untuk
mendorong masyarakat lebih merasakan nilai-nilai historis dalam arsitektur
Nusantara.

Di beberapa wilayah di Indonesia sudah menerapkan pelestarian arsitektur


Nusantara ini, umumnya yang ditonjolkan adalah bentuk atap pada bangunan-
bangunan tersebut yang menjadi ciri khas arsitektur Nusantara. Namun hal ini
tentu belum cukup untuk membentuk sebuah identitas kota yang berciri kearifan
lokal budaya setempat, masih diperlukan upaya-upaya yang lebih besar terhadap
pelestarian arsitektur Nusantara ini untuk membentuk identitas setiap kota di
Indonesia.

Di Indonesia terdapat beberapa bentuk dari arsitektur Nusantara yang cukup


terkenal di dunia, seperti arsitektur Minangkabau, arsitektur Batak, arsitektur
Toraja, arsitektur Banjar dan lain-lain. Provinsi Kalimantan Selatan yang terkenal
4

dengan atap “Bubungan Tinggi” dan “Rumah Panggung” menjadi salah satu daya
tarik kota-kota di daerah tersebut. Dengan atap tersebut menjadi salah satu
tipologi dalam pembangunan untuk melestarikan arsitektur Nusantara tersebut
yang telah diatur oleh peraturan daerah setempat sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan kearifan lokal tersebut agar terjaga dan tidak tenggelam ditelan oleh
zaman. Hal ini patut dicontoh untuk diterapkan pada provinsi di Indonesia
lainnya, sehingga dapat melestarikan arsitektur Nusantara yang ada di daerah
tersebut.

Pelestarian nilai-nilai dan wujud dalam bentuk modern dan kontemporer pada
bangunan sekarang arsitektur Nusantara tersebut dapat membentuk karakter
budaya Indonesia yang sangat beragam dan menjadi daya tarik bagi dunia untuk
berkunjung ke Indonesia melihat beragam budaya yang ada dan tidak dapat
dirasakan di daerah lain. Hal ini memberi dampak pada pendapatan asli daerah
dari sektor pariwisata menjadi pemasukkan tambahan bagi daerah tersebut. Selain
itu, dengan keragaman arsitektur Nusantara yang ada di Indonesia bisa
dilestarikan dan diselamatkan oleh generasi penerus bangsa sebagai identitas
dalam pembangunan berkelanjutan yang memiliki daya saing dengan arsitektur
Barat.

Pada dasarnya antara arsitektur Nusantara dengan arsitektur Barat tidak dapat
dibandingkan karena memiliki karakter yang berbeda dan keunikan masing-
masing serta memiliki historisnya sendiri yang terkandung dalam nilai-nilai
budaya di masyarakat. Arsitektur Nusantara dalam konteks sekarang bukan berarti
menghadirkan arsitektur Nusantara sesuai bentuk aslinya. Namun, disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan modern agar tetap terlihat kontemporer, sehingga
perpaduannya memiliki cita rasa yang unik dan menarik.

1.4. Tujuan dan Manfaat

Dalam penulisan karya ilmiah ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat, yaitu :
1. Menjabarkan nilai-nilai bangunan tradisional yang berbeda dari beberapa
daerah di Indonesia yang merupakan bagian dari arsitektur Nusantara.
5

2. Memberikan pengetahuan bahwa bangunan tradisional tidak dapat


dibandingkan dengan bangunan modern.
3. Melahirkan sebuah gagasan yang dapat menyatukan bangunan tradisional
dengan bangunan modern sehingga bisa menjadi sebuah identitas bagi setiap
kota di Nusantara.
4. Menciptakan sebuah hasrat atau keinginan untuk lebih menghargai dan
melestarikan arsitektur Nusantara dengan cara yang kreatif dan inovatif.
5. Memperkuat kedudukan arsitektur Nusantara sebagai ciri khas arsitektur di
Indonesia yang diharapkan menjadi daya tarik destinasi wisata dunia dengan
keberagaman bangunan yang tidak dapat dibandingkan dengan arsitektur di
belahan dunia lainnya.
6

BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1. Arsitektur Nusantara

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang
lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan
perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan,
desain perabot dan desain produk. (www.id.wikipedia.org)
Nusantara adalah sebuah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa kuno,
terdiri dari kata nusa’ yang berarti pulau dan ‘antara’ yang berarti lain. Dalam
konsep kenegaraan Jawa, istilah nusantara berarti di luar pengaruh budaya Jawa.
Dalam penggunaan bahasa modern, istilah nusantara biasanya meliputi daerah
kepulauan Asia Tenggara atau wilayah Austronesia. Di sisi lain, istilah geografis
nusantara saat ini sering diartikan sebagai Indonesia, yang merupakan negara
kepulauan. (Sejarah Perkembangan Arsitektur Nusantara, http://e-
course.usu.ac.id)
Menurut hemat saya, Arsitektur Nusantara merupakan sebuah identitas yang
bersifat lokal pada suatu daerah di Indonesia yang memiliki tipologi dan karakter
masing-masing, mulai dari proses perencanaan, proses pembangunan dan
perawatan bangunan yang terbangun yang didasarkan oleh kondisi lingkungan,
sosial dan budaya di masyarakat.

2.2. Pandangan Arsitektur Nusantara oleh Galih Widjil Pangarsa

Menurut Galih Widjil Pangarsa dalam bukunya yang berjudul “Merah Putih
Arsitektur Nusantara”, diterangkan bahwa keragaman arsitektur Nusantara
terbentuk dari beberapa unsur yang saling terikat, yaitu bumi sebagai tempat
tinggal, tanah dan air sebagai tempat berpijak, yang memiliki nilai kesementaan
yang merupakan wujud terhadap sebuah kepercayaan pada suatu unsur yang
dianggap memiliki kekuatan yang sakti dan abadi.
7

Beliau membagi arsitektur Nusantara menjadi beberapa bagian yang


mengapresiasi tentang Rumah Bentang di pedalaman Kalimantan, Rumah Marapu
di Sumba, Rumah Batak Toba, Rumah Tongkonan di Toraja, Pagar Tutupan di
Kampung Dukuh, Rumah Lobo suku Kulawi Sulawesi Tenggara, Rumah suku
Using di Blambangan, Rumah Perahu di pulau Rote dan Rumah Baanjung dari
Kalimantan Selatan. Dari ulasan yang dijabarkan didapatkan beberapa kesamaan
dalam tipologi baik secara wujud maupun historistik. Rumah-rumah tersebut
umumnya menggunakan desain rumah panggung yang berfungsi untuk berlindung
dari serangan hewan buas dan kondisi tanah yang lembab yang menyebabkan
rumah-rumah tersebut mengadopsi rumah panggung.

Berangkat dari unsur-unsur yang diangkat tersebut bahwa didapatkan sebuah


keragaman dari unsur atap yang diakibatkan oleh berbagai faktor baik dari alam
maupun dari sebuah kepercayaan atau filosofi di masyarakat. Hal ini tidak terlepas
dari peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang dikenal bangsa Bahari
yang memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme yang beragam dengan
meninggalkan simbol-sombol tertentu untuk memberi pemahaman di masyarakat.

2.3. Ciri-ciri Arsitektur Nusantara akibat Pengaruh Iklim dan Budaya

Dari beberapa sumber yang ada, ada beberapa ciri-ciri arsitektur Nusantara
secara umum yang diakibatkan pengaruh iklim dan budaya setempat, adapun ciri-
ciri dari arsitektur Nusantara, yaitu :

Gambar 1 Iklim dan Geografis


8

Gambar 2 Pola Perkampungan

Gambar 3 Tatanan ruang rumah tradisional Indonesia

2.4. Pelestarian Arsitektur Banjar di Kalimantan Selatan

Menurut Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya


bahwa bangunan yang berumur lebih dari 50 (lima puluh) tahun serta dianggap
mempunyai nilai-nilai penting dalam sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Dalam buku bertajuk “Arsitektur Tradisional Banjar” karya Drs H. M. Syamsiar
Seman dan Ir. H. Irhamna diterangkan bahwa terdapat 11 (sebelas) tipe rumah
tradisional rumah Banjar yang tersebar di beberapa tempat. Rumah Banjar
umumnya memiliki anjungan yang di susun simetris yang didasarkan denak cicak
burung. Dari tipe-tipe yang ada, tipe bubungan tinggi menjadi bangunan yang
paling dominan dari rumah Banjar.

Kearifan lokal pada rumah tradisional rumah Banjar akhirnya mendapatkan


perhatian khusus setelah keberadaan rumah-rumah Banjar tersebut sulit
ditemukan. Berbagai upaya pelestarian oleh pemerintah setempat seperti
9

penggunaan rumah atap bubungan tinggi sebagai logo dari provinsi Kalimantan
Selatan, kota Banjarmasin, kabupaten Banjar, dan kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Upaya pelestarian lainnya yaitu terdapat dari berbagai bangunan pemerintahan
yang mengadopsi berbagai tipe dari rumah Banjar diantaranya komplek
perkantoran Gubernur Kalimantan Selatan, kantor Walikota Banjarmasin, gedung
Sultan Suriansyah, dan yang paling unik yaitu pada museum Lambung Mangkurat
yang memiliki atap tranformasi dari tipe bubungan tinggi.

Gambar 4 Salah satu bangunan di komplek Gambar 5 Gedung Sultan Suriansyah


perkantoran Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 6 Walikota Banjarmasin Gambar 7 Museum Lambung


Mangkurat

2.5. Sebuah Harapan

Dalam sebuah berita online ada sebuah harapan yang intinya mengapresiasi
penggunaan arsitektur Nusantara sebagai sebuah identitas yang mengikuti
kebudayaan lokal yang merupakan harapan dari Menteri Pariwisata.
Menpar Arief Yahya: Gunakan Arsitektur Nusantara untuk Homestay
“Kemenpar akan berkolaborasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (Kemen PU-PR) dan Kemen BUMN, untuk membangun homestay dan toilet bersih
di setiap destinasi, dengan arsitektur khas masing-masing daerah,” kata Menpar Arief
Yahya.
Menurut Menpar, arsitektur homestay toilet harus memperkuat posisi destinasi.
Kerjasama Kemenpar, Kemen PU-PR dan Kemen BUMN, termasuk Bank Tabungan
10

Negara (BTN), akan diformalkan dalam Rapat Koordinasi Kemenpar dan digulirkan di
Jakarta Convention Center.
“Pengunjung ke Borobodur dari Yogyakarta, misalnya, sudah bisa merasakan obyek
wisata yang dituju dengan melihat arsitektur sekeliling,” kata Menpar. “Caranya, bangunan
di sepanjang jalan harus disesuaikan dengan arsitektur Borobudur.”
Jadi, masih menurut Menpar, Borobudur tidak seperti alien. Bangunan dengan arsitektur
berbeda sendirian, atau terkepung bangunan berarsitektur modern.
Situasi serupa juga harus terlihat di Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan lainnya. Ia
juga menyebut contoh paling bagus di dalam negeri, yaitu sekitar Pantai Utara Jawa;
Demak, Kudus, Pati, Rembang, dan Jepara.
“Di kota-kota ini, atap rumah penduduk banyak yang berbentuk wayang kulit, populer
dengan sebutan Genting Kudusan,” katanya. “Ada pula genting kelir, genting pengapit kiri
dan kanan, dan genting bulusan.”
Gagasan menampilkan arsitektur Nusantara di setiap destinasi wisata muncul saat Menpar
Arief Yahya melakukan perjalanan darat di Stasiun Huangshan ke Hongcun Village di
Republik Rakyat Cina. Hongcun Village adalan kampung tua, berusia sekitar 500 tahun dan
tercatat dalam The World Cultural Heritage Site UNESCO tahun 2000.
Sepanjang perjalanan, Menpar Arief Yahya terkesan oleh arsitektur bangunan, dengan
segala ornamennya, yang menjadi simbol keaslian wilayah. Sesampai di Hongcun Village,
Menpar Arief Yahya mendapat penjelasan bagaimana setiap bangunan terjaga.
Hampir seluruh bangunan di desa itu; eksterior dan interior, masih asli dan berasal dari
era Dinasti Ming dan Qing. Saluran air desa wisata itu juga masih asli; kecil tapi mengalir,
dan bermuara di kolam besar, yang oleh warga dijuluki Danau Nanhu.
Danau dibangun tahun 1607. Sekeliling danau ditumbuhi pepohonan, dengan jalur untuk
memotong bambu. Dari situ, pengunjung bisa masuk ke jalan kecil, selebar 1,5 meter, di
dalam desa dengan 140 rumah asli yang dilindungi undang-undang.

Sumber : http://atjehpost.com/2016/04/22/menpar-arief-yahya-gunakan-arsi-tektur-
nusantara-untuk-homestay/

Berbagai eksperimen juga telah dilakukan oleh beberapa arsitek kenamaan di


Indonesia yang melakukan beberapa upaya dalam pelestarian arsitektur Nusantara.

Surabaya (ANTARA News) - Ahli arsitektur Nusantara Ir Yori Antar dan ahli eksperimen
desain arsitektur futuristik Ir Budi Pradono menyatakan arsitektur Nusantara telah
digandrungi bule. "Ironisnya, kita justru membangun rumah rasa Eropa, Timur Tengah,
Tiongkok, padahal itu berarti kita mengimpor bahan produk kapitalis," kata ahli arsitektur
Nusantara Ir Yori Antar IAI di Surabaya, Jumat. Di sela menjadi juri lomba desain
arsitektur bertema "Visionary Bamboo Architecture" yang digelar Prodi Arsitektur
Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya, ia memuji mahasiswa Petra yang "berani"
menampilkan bambu.
"Acara Petra ini menggembirakan, karena kita jangan sampai kedahuluan bule-bule Eropa
yang mengembangkan bambu untuk material bangunan di Bali, atau bule Italia yang
membeli kawasan wisata di Labuhan Bajo," katanya. Menurut dia, kegandrungan bule pada
arsitektur tradisional Nusantara itu karena ingin kembali ke alam dan tren dunia saat ini
memang pada "green", sedangkan Indonesia itu merupakan "gudang" dari "green building".
"Arsitektur Barat itu berkaitan dengan industri kaca, beton, baja, keramik, aluminium,
sedangkan arsitektur tradisional Nusantara itu berkaitan dengan alam dan perajin, seperti
kayu, rotan, bambu," katanya. Oleh karena itu, ia berharap kalangan perguruan tinggi,
khususnya prodi arsitektur, hendaknya memelopori pembelajaran arsitektur Nusantara,
karena potensi arsitektur Nusantara itu sangat besar.
"Tapi, cara pembelajarannya juga harus berbeda, karena ada kampus yang mengajarkan
arsitektur Nusantara, tapi hanya teoritis. Arsitektur Nusantara itu harus banyak ke lapangan
11

untuk membuka wawasan tentang material alam dan gambar arsitekturnya juga lebih pelik,"
katanya. Selain itu, cara yang dilakukan mahasiswa Petra juga patut dikembangkan yakni
bahan lokal dan tradisional digunakan untuk rancangan bangunan bergaya modern. Atau,
material tradisional dengan konsep "kekinian". "Saatnya kita menjadikan arsitektur
tradisional Nusantara sebagai hero. Arsitektur Nusantara itu berkonsep dua musim yakni
hanya tempat tidur yang ada di dalam, sedangkan ruang lainnya bersifat outdoor," katanya.
Senada dengan itu, ahli eksperimen desain arsitektur futuristic Ir Budi Pradono IAI
mengatakan dirinya banyak menerima pesanan desain rumah dengan bahan bambu dari
warga Prancis, Australia, dan sebagainya."Jadi, user saya banyak yang asing, karena bambu
memang merupakan material yang seksi, apalagi jumlahnya di Indonesia cukup banyak dan
jenisnya juga paling lengkap di Indonesia," katanya.
Di Tiongkok, bambu sudah menjadi industri yang mencapai ratusan hektare, sehingga
rumah di sana hingga perabotnya pun dari bambu. "Itu masih ada banyak yang diekspor
dalam bentuk jadi," katanya. Ia menambahkan bambu itu bisa bertahan lama bila caranya
benar yakni dipotong malam hari saat tidak ada proses fotosintesis, direndam dalam air,
terutama air laut. "Kalau caranya benar, bambu bisa bertahan satu generasi atau sekitar 20
tahun," katanya.
Lomba desain arsitektur bertema "Visionary Bamboo Architecture" itu diikuti 127 tim
dari sejumlah universitas pada 10 provinsi dengan rancangan antara lain Lingkar
Suwengan, Buccu Center, Sekenam Sasak, Lotus Devata, Bambu Walio, Selasar Prau, dan
sebagainya.

Sumber : http://www.antaranews.com/berita/486414/arsitektur-nusantara-
digandrungi-bule
12

BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS

3.1. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Arsitektur Nusantara

Berdasarkan uraian di atas arsitektur Nusantara tidak dapat dipisahkan oleh


kondisi geografis Indonesia yang umumnya beriklim tropis lembab. Hal inilah
yang menyebabkan keragaman arsitektur Nusantara yang ada di Indonesia. Faktor
lain keragaman arsitektur Nusantara yaitu historis sebuah wilayah yang memiliki
filosofi masing-masing yang telah diturunkan dari nenek moyang. Dari hal-hal
tersebut ada beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam arsitektur Nusantara,
yaitu sebagai berikut :
1. Arsitektur Nusantara memiliki ciri berdesain rumah panggung sebagai
dampak iklim tropis lembab dengan atap bangunan yang bervariasi akibat
pengaruh budaya dan sosial di masyarakat.
2. Dalam proses pembangunan arsitektur Nusantara setiap daerah memiliki
kepercayaan masing-masing, tetapi pada dasarnya secara keseluruhan
memiliki kesamaan yang memohon keselamatan dan kenyamanan untuk
mendiami bangunan tersebut.
3. Arsitektur Nusantara merupakan cerminan budaya lokal setempat yang
dituangkan dalam media bangunan untuk tempat tinggal, berkumpul dan
bernaung sebagai sebuah apresiasi terhadap kekayaan alam dan budaya.
4. Pada setiap tahapan pembangunan memiliki unsur-unsur magis yang
mempunyai historis yang didasarkan oleh budaya lokal dan setiap bagian
dianggap penting dan tidak dapat dipisahkan atau ditinggalkan.
5. Keragaman arsitektur Nusantara yang ada di Indonesia tidak bisa
dibandingkan dan tidak bisa dipilih mana yang terbaik, karena pada dasarnya
semua karya arsitektur Nusantara memiliki nilai-nilai dan pandangan masing-
masing. Sehingga semua karya arsitektur Nusantara adalah warisan budaya
dari masing-masing daerah yang memiliki karakter kelokalan baik secara utuh
maupun secara perpaduan dengan budaya-budaya lainnya.
13

3.2. Upaya untuk Pelestarian Arsitektur Nusantara

Arsitektur Nusantara memiliki beragam keunikan tersendiri yang tidak bisa


dijelaskan secara umum, dengan banyaknya keragaman tersebut sehingga
memberikan banyak pengaruh sosial dan ekonomi di masyarakat. Banyak upaya
yang bisa dilakukan baik dari masyarakat hingga pemerintah untuk saling bahu
membahu dalam proses pelestarian arsitektur Nusantara, diantaranya pada
bangunan-bangunan pemerintah dan komersil diberlakukan aturan tentang
kewajiban untuk membangun sebuah objek yang bercita rasa arsitektur Nusantara
sesuai budaya setempat, sehingga hal ini perlu dicermati oleh pemerintah untuk
bisa menjadi pengawas dalam proses pelaksanaan pembangunan.

Upaya-upaya tersebut diperlukan tindakan yang nyata dan mengikat, sehingga


dalam pelaksanaannya bisa berjalan dengan baik dan benar. Salah satunya adalah
pembuatan buku pedoman tentang pembangunan bertajuk arsitektur Nusantara
yang menyangkut kearifan lokal di mana bangunan tersebut didirikan. Kemudian
hal ini tentunya juga perlu diperkuat dengan Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden dan atau Undang-Undang tentang Pelestarian Arsitektur Nusantara.

Upaya lainnya adalah dengan memadukan antara arsitektur Nusantara dengan


budaya modern yang saat ini sangat diminati oleh masyarakat, sehingga
perpaduan ini nantinya dapat melahirkan butir-butir baru dalam proses
pembangunan yang berkelanjutan dalam pembangunan sebuah kota. Hal ini
sejalan dengan proses pola pikir yang menginginkan kembali adanya kearifan
lokal yang dapat dilihat dan dirasakan secara nyata. Perpaduan antara arsitektur
Nusantara dengan budaya modern memberikan banyak alternatif bahwa tidak
selamanya arsitektur Nusantara harus dibuat persis seperti dahulu dengan aturan-
aturan yang pernah ada, namun dalam masa sekarang ini tentunya harus ada
peleburan yang lebih fleksibel terhadap kebutuhan dan kondisi saat ini.
14

BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Simpulan

Arsitektur Nusantara merupakan sebuah kekayaan budaya Indonesia yang


sangat diminati oleh belahan dunia lainnya, bahkan dibeberapa negara arsitektur
Nusantara menjadi salah satu program pendidikan yang diminati karena banyak
terdapat keunikan dan nilai-nilai historis yang tidak ada pada arsitektur lainnya.
Dengan ciri khas bangunan panggung dan bentuk atap yang beragam,
menghadirkan pandangan-pandangan yang sulit untuk dipahami secara mendalam,
sehingga diperlukan pengkajian secara utuh bagi setiap bagian arsitektur
Nusantara tersebut.

Keragaman arsitektur Nusantara yang cukup banyak tentunya memberikan


banyak keuntungan bagi Indonesia sehingga bisa menjadi salah satu objek tujuan
wisata dunia yang memiliki banyak karya arsitektur yang tidak akan ditemukan di
belahan dunia lainnya. Hal ini harus diantisipasi dari saat ini agar tidak kehilangan
momentum yang menguntungkan dalam meningkatkan daya saing bangsa di
dunia.

Upaya pelestarian di masyarakat saja belum cukup, perlu adanya sentuhan dari
pemerintah untuk memberikan perhatian dengan penerbitan buku pedoman dan
peraturan-peraturan lainnya sehingga arsitektur Nusantara bisa tetap eksis sampai
akhir zaman. Pelestarian tidak harus membangun utuh seperti wujud yang ada,
tetapi bisa juga dipadukan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat saat ini,
karena kondisi lingkungan saat ini sudah jauh berbeda dengan masa lalu.

Ada satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa arsitektur Nusantara bisa saja
diterapkan pada wilayah manapun, namun hal ini tidak boleh bertentangan dengan
budaya masyarakat sekitar, sehingga budaya yang ada di suatu daerah bisa tetap
eksis tanpa ada pencampuran budaya lainnya.
15

4.2. Rekomendasi

Dari penjabaran karya tulis di atas, ada beberapa rekomendasi sebagai upaya
pelestarian arsitektur Nusantara untuk menjadi identitas kota-kota di Indonesia,
yaitu :

1) Pemerintah sebagai lembaga tertinggi dalam pelaksanaan kehidupan bertata


negara bisa memberikan pedoman khusus tentang pelestarian arsitektur
Nusantara yang menunjukkan kearifan lokal budaya setempat bagi daerah yang
bersangkutan dan pihak-pihak swasta yang dianggap bertanggung jawab
terhadap pembangunan.
2) Diperlukan sebuah peraturan atau dasar hukum yang kuat dan mengikat
terhadap pelestarian arsitektur Nusantara yang harus diawasi dengan teliti dan
hati-hati.
3) Keprofesian arsitek harus bisa menjadi leader dalam upaya pelestarian
arsitektur Nusantara sebagai identitas kota-kota di Indonesia, jangan sampai
justru mengabaikan keberadaan arsitektur setempat akibat modernisasi.
4) Masyarakat harus diberikan penyuluhan secara persuasif, sehingga upaya
pelestarian arsitektur Nusantara bisa sejalan dengan yang direncanakan baik
melalui pameran-pameran, seminar-seminar maupun dalam bentuk forum
masyarakat setempat.
16

DAFTAR PUSTAKA

Kepustakaan dan Kredit Ilustrasi


Pangarsa, Galih Widjil. 2006. Merah Putih Arsitektur Nusantara. Yogyakarta.
Andi Offset
Seman, Syamsiar dan Irhamna. 2001. Arsitektur Tradisional Rumah Banjar
Kalimantan Selatan. Banjarmasin. IAI Kalimantan Selatan

Budihardjo, Eko. 1997 Jati Diri, Alukmni.

Wibow, H.J. 1998. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta.

Muanas, Dasum dkk. 1998. Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat.

Website
https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2009200079ARBa
b2/page14.html
https://id.scribd.com/doc/78722693/arsitektur-nusantara
http://www.antaranews.com/berita/486414/arsitektur-nusantara-
digandrungi-bule
http://www.slideshare.net/aansaputra549668/pudarnya-pesona-arsitektur-
nusan tara
http://arsiteknusantara.blogspot.co.id/
http://atjehpost.com/2016/04/22/menpar-arief-yahya-gunakan-arsitektur-
nusantara -untuk-homestay/
http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2013/12/05/261258/arsitektur-
nusantara-bisa-hidup-sampai-akhir-zaman
http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2011/04/perkembangan-
arsitektur-tradisional-di.html
17

Lampiran 1

SUMMARY

Nusantara Architecture is identical which traditional buildings that are an


integral part of the culture Indonesia. Traditional buildings are founded not just a
place to stay and shelter, but also has a variety of historical value. That has
enormous diversity and each region has its own characteristics, but there is one
feature of nusantara architecture that forms the roof of the diverse typologies have
differed between regions.

Variety of cultures in Indonesia have different characteristics that can not be


equated with other regions although some areas have the same environment.
However, this condition is not seen again due to the influence of modernism that
hit Indonesia, so the city looked same with another city, and there are not
differences the characterize a city. As a result, cities in Indonesia losing its
identity resulting homogene appearance of the building that affect the tendency to
see something more unique and interesting.

The inability of society and government not completed this issues in Indonesia
is at a crucial point in showing that the cultural diversity that exists in Indonesia
very much but underestimated. Orientation construction of houses and offices
modern themed slowly erode which used nusantara architecture. This should get
special attention from the local government and the central government in order to
outgrow the erosion of appreciation of them.

It is clearly disadvantageous to Indonesia in plugging its influence in the world,


the development side alone was colonized by modern themed buildings which are
not relevant to the social and environmental conditions that exist. Of course, all
these things have a risk that must be faced, that is deemed to no longer able to
compete with the modern theme. A big loss for Indonesia, which has a diversity of
cultures in the world, but slowly drowned out by modern architecture.

The necessary preservation of nusantara architecture has anticipating to


globalization. But conservation is not only a suitable existing building, but also
18

should be considered to simplify and combine with modern architecture make the
people to feel more of the historical values of nusantara architecture.

In some areas in Indonesia are already implementing this nusantara architecture


preservation, generally you'll enjoy the shape of the roof on the buildings that
characterizes of them. But this is certainly not enough to form a city's identity,
characterized by local knowledge of local culture, still a need for efforts to greater
conservation of them to establish the identity of each city in Indonesia.

In Indonesia there are several forms of nusantara architecture are well known in
the world, like the architecture of Minangkabau, Batak, Toraja, Banjar and others.
In South Borneo is famous building with a roof "Bubungan Tinggi" and "Rumah
Panggung" to be one of the attractiveness of towns in the area. With the roof into
one of the typologies in construction to preserve them, which has been governed
by the rules of the local area as part of efforts to preserve the local wisdom to
wake up and not be drowned swallowed by age. It is exemplary to apply to other
provinces in Indonesia, so as to preserve nusantara architecture in the area.

Preservation of values and shape in the form of modern and contemporary


architecture of the building is now can form the character of Indonesian culture is
very diverse and appeal to the world to visit Indonesia see the diverse cultures that
exist and can not be felt in other areas. This impact on local revenues from
tourism becomes an additional entry for the area. In addition, nusantara
architecture is diversity in Indonesia can be preserved and saved by the next
generation as an identity in sustainable development with competitiveness with
Western architecture.

Basically, nusantara architecture with Western architecture can not be compared


because it has a different character and uniqueness of each and has its own
historical embodied in cultural values in society. That can present context does not
mean the present nusantara architecture appropriate which original. However,
according to the conditions and needs of modern to still look contemporary, so the
combination has a taste that is unique and interesting.

Anda mungkin juga menyukai