Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS PERBANDINGAN PEMBANGUNAN KAPAL PENCALANG


DI WORKSHOP PPNS LAMONGAN DAN SURABAYA

Dhiya Anissa Ulhaq


NRP. 0119040017

CALON DOSEN PEMBIMBING


I Putu Arta, S.T., M.T., Ph.D
Ambikka, S.Si.

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI KAPAL


JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2023

1
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Tugas Akhir : Analisa Perbandingan Pembangunan


Kapal Pencalang di Workshop PPNS
Lamongan dan Surabaya
2. Bidang Tugas Akhir : Analisis
3. Bidang Keahlian : Perancangan dan Konstruksi
4. Pengusul
a. Nama Lengkap : Dhiya Anissa Ulhaq
b. NRP : 0119040017
c. Program Studi : D-IV Teknik Perancangan dan
Konstruksi Kapal
d. Jurusan : Teknik Bangunan Kapal
e. Alamat Rumah : Tanah Merah 1-A / 6,
Surabaya
f. No. Telp/HP : 08775460557
g. Alamat Email : dhiyaanissa@student.ppns.ac.id
5. Usulan Dosen Pembimbing
Dosen Pembimbing I
a. Nama Lengkap dan Gelar : I Putu Arta Wibawa, S.T., M.T., Ph.D.
b. NIP : 197306101999031002
Dosen Pembimbing II
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ambikka, S.Si.
b. NIP :
6. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 Bulan
Menyetujui, Surabaya, 26 Januari 2022
Ketua Jurusan, Penulis

Ruddianto, S.T., M.T Dhiya Anissa Ulhaq


NIP. 196910151995011001 NRP. 0119040017
Koordinator Tugas Akhir,

Agung Prasetyo Utomo, S.Pd,. MT.


NIP. 198810142019031006
Calon Dosen Pembimbing I, Calon Dosen Pembimbing II,

I Putu Arta Wibawa, S.T., Ambikka, S.Si.


M.T., Ph.D.
NIP. 197306101999031002

ii
ANALISA PERBANDINGAN PEMBANGUNAN KAPAL PENCALANG DI
WORKSHOP PPNS LAMONGAN DAN SURABAYA

Nama : Dhiya Anissa Ulhaq


NRP : 0119040017
Calon Dosen Pembimbing : 1. I Putu Arta Wibawa, ST., MT., PhD.
2. Ambikka, S.Si.

RINGKASAN

Kapal kayu merupakan jenis kapal pertama yang dibangun oleh masyarakat
Indonesia yang telah menjadi peninggalan serta warisan nusantara.
Kemendikbudristek menginisiasi kegiatan “Revitalisasi Jalur rempah” dimana
program tersebut salah satunya melakukan revitalisasi kapal tradisional. Kapal
Pencalang yang dibangun oleh PPNS ini memiliki dimensi Panjang 11.02 meter,
lebar 4.00 meter, tinggi 1.05 meter, dan sarat maksimum 1.00 meter. Pembangunan
Kapal Pencalang PPNS dilaksanakan di workshop PPNS Lamongan mulai dari
peletakan lunas kapal sampai proses finishing. Pembangunan Kapal Pencalang
PPNS melebihi durasi yang telah ditentukan dikarenakan ketersediaan material
yang sulit didapatkan di wilayah sekitar. Analisis ini digunakan membandingkan
biaya, durasi, dan kualitas dari pembangunan Kapal Pencalang PPNS yang
dilaksanakan di workshop PPNS Lamongan dengan apabila kapal tersebut dibangun
di kampus PPNS Surabaya.

Kata Kunci : Pencalang, PPNS, .

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii


RINGKASAN ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v
BAB I .......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan ........................................................................................................2
1.4 Manfaat ......................................................................................................3
1.5 Batasan Masalah ........................................................................................3
BAB II ......................................................................................................................4
2.1 Kapal Kayu ................................................................................................4
2.2 Kapal Pencalang ........................................................................................6
2.3 Biaya Produksi...........................................................................................7
2.3.1 Elemen biaya produksi .......................................................................7
2.3.2 Jenis – Jenis Biaya Produksi ..............................................................9
2.3.3 Struktur Komponen Biaya Proyek ...................................................10
2.5 Durasi Proyek ..........................................................................................11
2.6 Kualitas Produk .......................................................................................13
BAB III...................................................................................................................14
3.1 Diagram Alir............................................................................................14
3.2 Penjelasan Diagram Alir..........................................................................15
3.2.1 Identifikasi Masalah .........................................................................15
3.2.2 Studi Lapangan.................................................................................15
3.2.3 Studi Literatur ..................................................................................15
3.2.4 Pengumpulan Data ...........................................................................15
3.2.5 Perhitungan Biaya, Durasi, dan Kualitas Pembangunan Kapal
Pencalang.........................................................................................15
3.2.6 Analisis Perbandingan......................................................................15
3.2.7 Kesimpulan ......................................................................................16

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gading Tunggal ..................................................................................5


Gambar 2.2 Gading Ganda.....................................................................................5
Gambar 2.3 Kapal Pencalang PPNS ......................................................................6
Gambar 2.4 Pembagian Biaya Utama dan Biaya Konversi ...................................8
Gambar 2.4 Komponen Biaya Proyek..................................................................10
Gambar 3.1 Diagram Alir ....................................................................................14

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai negara bahari dan kepulauan yang memiliki wilayah laut
lebih luas daripada daratannya, Indonesia sedari dulu sudah memahami
konsep tentang pelaut dan transportasi laut, dimana pada jaman dahulu kapal
kayu merupakan salah satu jenis kapal pertama yang dibangun oleh
masyarakat Indonesia dan sekarang kapal tersebut telah menjadi peninggalan
juga sebagai warisan nusantara. Sampai saat ini terdapat beberapa jenis kapal
kayu tradisional khas Indonesia yang masih beroperasi dan menjadi bukti
warisan leluhur nenek moyang kita. Hal ini yang menjadi alasan
Kemendikbudristek menginisiasi kegiatan “Revitalisasi Jalur rempah”
dimana program tersebut melakukan penanaman kembali berbagai jenis
rempah, mengaktifkan kembali perlabuhan-pelabuhan bersejarah, serta
melakukan revitalisasi kapal tradisional. Melalui program inilah, Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) mendapat kesempatan untuk
membangun salah satu kapal bersejarah yang andil dalam proses kejayaan
Indonesia pada masanya, yaitu Kapal Pencalang. Kapal Pencalang secara
umum merupakan kapal dagang tradisional dari nusantara. Dalam sejarahnya
kapal ini sering disebut Pantchiallang atau Pentjalang yang memiliki akar kata
yang sama dengan “lancang”. Saat ini, kapal pencalang masih banyak didapati
dari Sabang sampai Merauke, khususnya di daerah Riau.
Kapal Pencalang buatan PPNS dibangun dengan perpaduan
tradisional dan modern, dimana peralatan yang ada pada kapal disesuaikan
dengan teknologi yang ada pada jaman sekarang tanpa meninggalkan fungsi
dan karakteristik nya di masa lalu. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan
revitalisasi kapal kayu dengan teknologi yang lebih keterdepankan tanpa
menghilangkan keotentikan dari kapal itu sendiri. Kapal Pencalang yang
dibangun oleh PPNS ini memiliki dimensi Panjang 11.02 meter, lebar 4.00
meter, tinggi 1.05 meter, dan sarat maksimum 1.00 meter .Pembangunan

1
Kapal Pencalang PPNS mulai dari peletakan lunas kapal sampai proses
finishing dilaksanakan di Workshop PPNS Lamongan yang berada di Paciran,
Tunggul, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Pembangunan Kapal
Pencalang PPNS ini melebihi durasi waktu yang telah ditetapkan karena
ketersediaan material yang sulit didapatkan disekitar workshop PPNS
Lamongan sehingga pengadaan material dipenuhi dari Surabaya yang
kemudian dikirimkan ke workshop PPNS Lamongan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin untuk melakukan analisis
perbandingan biaya, durasi, dan kualitas dari pembangunan kapal pencalang
yang dilaksanakan di Paciran, Tunggul, Kecamatan Paciran, Kabupaten
Lamongan dengan apabila kapal tersebut dibangun di workshop PPNS
Surabaya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat efektifitas dan
efisiensi biaya pembangunan kapal kedepannya.

1.2 Perumusan Masalah


Sehubungan dengan uraian pada latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa perbandingan biaya pembangunan Kapal Pencalang di workshop
PPNS Lamongan dengan pembangunan Kapal Pencalang di Surabaya ?
2. Berapa perbandingan lama durasi pembangunan Kapal Pencalang di
workshop PPNS Lamongan dengan pembangunan Kapal Pencalang di
Surabaya ?
3. Bagaimana perbandingan tingkat kualitas pembangunan Kapal Pencalang
di workshop PPNS Lamongan dengan pembangunan Kapal Pencalang di
Surabaya ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbandingan biaya pembangunan Kapal Pencalang di
workshop PPNS Lamongan dengan pembangunan Kapal Pencalang di
Surabaya.

2
2. Untuk mengetahui perbandingan lama durasi pembangunan Kapal
Pencalang di workshop PPNS Lamongan dengan pembangunan Kapal
Pencalang di Surabaya .
3. Untuk mengetahui perbandingan tingkat kualitas pembangunan Kapal
Pencalang di workshop PPNS Lamongan dengan pembangunan Kapal
Pencalang di Surabaya.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk PPNS, akan mengetahui efisiensi biaya dan durasi pembangunan
kapal tipe Pencalang.
2. Adanya analisis tentang tingkat efektifitas pembangunan kapal apabila
dilakukan di workshop PPNS Paciran, Tunggul, kecamatan Paciran,
kabupaten Lamongan.

1.5 Batasan Masalah


Sehubungan dengan banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi analisa
perbandingan pembangunan Kapal Pencalang ini, maka diperlukan batasan
masalah supaya penulisan tugas akhir ini menjadi jelas dan terarah. Adapun
batasan-batasan masalah yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
1. Anggaran biaya yang digunakan adalah anggaran biaya kapal pencalang
yang dibangun oleh PPNS.
2. Variabel yang dibandingkan hanya melingkupi biaya produksi, durasi
produksi, dan kualitas kapal.
3. Penelitian ini mengabaikan biaya overhead.
4. Biaya tenaga kerja langsung diasumsikan sama di Paciran dan Surabaya

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kapal Kayu
Kapal Kayu adalah kapal yang konstruksinya banyak terbuat dari
kayu dan bahan utama pembuatannya adalah kayu. Hampir seluruh kapal
kayu yang dibangun di Indonesia memiliki konstruksi kapal yang seluruhnya
terbuat dari kayu, dimulai dari lunas, gading, wrang, sampai pada ke
bangunan atas. Ukuran kapal kayu biasanya kecil dan kebanyakan
dipergunakan sebagai kapal penangkap ikan, kapal penumpang dan kapal
kargo antar pulau. Pada awalnya, kapal kayu dibangun dengan cara tradisionl
berdasarkan pengalaman para pelaut jaman dahulu, hal tersebut dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan jenis material yang telah digunakan pada jaman
dahulu. Proses pembuatan kapal kayu pada masa kini jauh lebih berkembang
daripada jaman dahulu. Sekarang pembangunan kapal kayu juga
menggunakan fungsi desain sebagai acuan utama pembuatan kapal kayu
tersebut, dilengkapi dengan perhitungan yang diperlukan untuk sebuah kapal
dapat berlayar ditengah laut.

Komponen konstruksi kapal kayu tidak jauh berbeda dengan kapal


jenis lainnya, namun cara menentukan ukuran utama kapal kayu berbeda
dengan menentukan ukuran utama kapal baja maupun kapal fiber. Dimensi
ukuran kapal kayu sangat memperhatikan ukuran bagian-bagian/balok-balok
dari konstruksi kapal kayu itu sendiri juga peralatan kapal kayu harus sesuai
dengan persyaratan BKI (Badan Klasifikasi Indonesia). Untuk ukuran balok-
balok konstruksi dari kapal kayu sendiri tergantung pada angka penunjuk
L(B/3 + H) dan daerah pelayaran (pantai atau lokal). Berikut macam-macam
balok konstruksi kapal kayu :

4
Gambar 2.1 Gading Tunggal

(Materi Kapal Kayu, 2019)

Gambar 2.2 Gading Ganda

(Materi Kapal Kayu, 2019)

Proses pembuatan kapal kayu juga secara garis besar memiliki


kesamaan dengan kapal-kapal pada umumnya melalui pentahapan seperti
tahap awal, dimana pada tahap tersebut, kayu dibentuk dengan dibersihkan,
ditandai, dipotong, dibengkokkan, dan lainnya. Lalu pada tahap selanjutnya
ada tahap perakitan awal dimana sebagian dari kayu mulai dilakukan proses
penyambungan atau pengeleman sehingga membentuk komponen lunas,
wrang, linggi, braket, gading, dan pasak (jika diperlukan). Dilanjutkan dengan
tahap perakitan dimana semua komponen baik yang datang dari pembuatan

5
maupun dari perakitan awal dirakit secara pyramid (disusun dari dasar ke
atas). Selanjutnya ada proses Outfitting, dimana pekerjaan outfitting meliputi
pembuatan pintu dan jendela, pembuatan tangga, tempat tidur, lemari dan lac,
kamar mandi, penutup palkah, dan lainnya. Terakhir adalah tahap Finishing,
dimana proses ini adalah proses terakhir dalam pembuatan bangunan kapal
seperti pengecatan dan pembersihan.

2.2 Kapal Pencalang


Kapal Pencalang adalah kapal tradisional Indonesia yang befungsi
sebagai kapal dagang Nusantara pada jaman dahulu. Pada awalnya, kapal
jenis Pencalang ini dibuat oleh orang-orang Melayu dari daerah Riau dan
Semenanjung Melayu, yang kemudian diikuti oleh pembuat kapal dari Jawa.
Pencalang memiliki kharakteristik yaitu dilihat dari satu atau dua tiang layar,
dengan geladak yang menutupi sepanjang lambung dan sebuah bilik di tengah
yang berfungsi sebagai ruang muatan. Pencalang memiliki buritan depan dan
belakang dibentuk sangat melengkung dan dasar lambung bundar dengan
lunas.

Gambar 2.3 Kapal Pencalang PPNS

(Dokumen Tim, 2022)

Kapal pencalang bangunan PPNS memiliki dimensi ukuran panjang


11.02 meter, lebar 4 meter, tinggi 1.05 meter, dan sarat maksimum 1 meter.
Kapal Pencalang PPNS didesain mengikuti karakteristik kapal pencalang
sendiri yaitu memiliki 2 tiang layar dan geladak yang menutupi hampir semua

6
lambung. Kayu yang digunakan untuk pembangunan kapal pencalang PPNS
ini direncanakan menggunakan kayu nyamplong dan jati yang dipesan dari
perkebunan di gresik, namun akibat kualitas kayu nyamplong yang tersedia
kurang kuat dan terjadi keretakan maka diganti dengan kayu merbau yang
juga merupakan pohon perkebunan. Sebagian besar bagian kapal pencalang
PPNS seperti bagian lunas, linggi, gading beserta bracket, sekat, dan wrang
menggunakan kayu merbau, lalu untuk kulit dan interior menggunakan kayu
jati. Kapal penccalang dirancang dengan kekuatan 8 knot yang menggunakan
mesin Waichai berspesifikasi … .

Proses pembuatan Kapal Pencalang PPNS ini sama dengan proses


pembuatan kapal kayu pada umumnya dimulai dengan proses mould loft yang
kemudian dilakukan proses fabrikasi lalu menuju tahap sub-assembly dan
assembly diteruskan ke tahap erection sampai akhirnya pada tahap finishing.
Semua proses pembangunan tersebut dikerjakan di workshop PPNS
Lamongan, sedangkan untuk pengadaan bahan dan material produksi
disediakan melalui Surabaya yang kemudia akan dikirim ke lokasi workshop.

2.3 Biaya Produksi


Biaya produksi atau bisa disebut biaya fabrikasi maupun biaya
manufaktur merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi
sebuah barang atau jasa dari awal sampai akhir.

2.3.1 Elemen biaya produksi


Terdapat 3 elemen biaya produksi yang merupakan
komponen yang sudah ditetapkan untuk menjalankan proses produksi.
Biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead. Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung
merupakan biaya utama (Prime Cost) sedangkan tenaga kerja
langsung dan overhead merupakan biaya konversi (Converstion Cost).

7
Gambar 2.4 Pembagian Biaya Utama dan Biaya Konversi

(Santi rahma dewi, 2019)

2.3.1.1 Biaya Bahan Baku Langsung


Biaya bahan baku langsung adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membeli bahan atau material yang
digunakan untuk produksi barang. Biaya bahan baku dapat
berubah sesuai dengan waktu pembelian dikarenakan harga
bahan merupakan sesuai yang fluktuatif dan dapat berubah
sewaktu-waktu.

2.3.1.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang
dianggarkan untuk membayar jasa karyawan yang berperan
langsung dalam memproduksi barang. Dalam kasus sebuah
proyek pembangunan kapal, biaya tenaga kerja langsung
dianggarkan untuk tukang kapal atau sub kontraktor yang
bertugas langsung dalam pembangunan sebuah kapal. Biaya
tenaga kerja langsung dapat berubah sesuai dengan durasi
pengerjaan dikarenakan adanya rate harga per jam.

2.3.1.3 Biaya Overhead


Biaya overhead adalah biaya yang dianggarkan diluar
biaya utama yang mencangkup biaya pemeliharaan pabrik,
mesin-mesin penunjang produksi, ataupun biaya sewa
tempat produksi. Sama seperti biaya tenaga kerja langsung,
biaya overhead juga dapat berubah sesuai durasi produksi.

8
2.3.2 Jenis – Jenis Biaya Produksi
Biaya produksi terdiri dari beberapa jenis dimana nantinya
biaya-biaya ini akan diakumulasikan sebagai penentuan harga jual
produksi.

2.3.2.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan tiap bulannya yang jumlahnya cenderung tidak
berubah. Biaya tetap pada dasarnya tidak berubah ataupun
terpengaruh oleh jumlah produksi. Contoh biaya tetap
seperti biaya sewa gedung dan gaji karyawan.

2.3.2.2 Biaya Variabel (Variabel Cost)


Biaya variabel meliputi semua biaya yang besar
kecilnya bergantung pada jumlah produksi barang. Dengan
kata lain, ketika jumlah produksi naik, maka biaya variabel
juga bertambah, begitupun sebaliknya. Saah satu contoh dari
biaya variabel ini adalah biaya pembelian bahan baku
produk.

2.3.2.3 Biaya Rata-Rata (Average Cost)


Biaya rata-rata adalah biaya barang per unit yang
berasal dari total biaya produksi dibagi dengan jumlah
produksi. Biaya rata-rata ini dibutuhkan untuk menentukan
persentase keuntungan yang ingin didapatkan.

2.3.2.4 Biaya Marginal (Marginal Cost)


Biaya marginal adalah biaya tambahan yang
dikeluarkan perusahaan untuk meningkatkan proses
produksi. Biaya ini didapatkan dengan cara menambahkan
biaya variabel pada proses produksi. Pada dasarnya, biaya
marginal berfungsi untuk memaksimalkan kegiatan
operasional perusahaan dan meningkatkan efektifitas serta
efisiensi produksi.

9
2.3.2.5 Biaya Total
Biaya total adalah total dari biaya tetap dan juga biaya
variabel. Biaya total ini merupakan total biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi. Biaya total baru bisa
diketahui ketika proses produksi sudah menghasilkan barang
siap jual. Seperti namanya, biaya total ini merupakan total
dari seluruh pengeluaran baik dari bahan baku, biaya
operasional, sampai biaya pemasaran.

2.3.3 Struktur Komponen Biaya Proyek


Biaya proyek merupakan anggaran yang harus dikeluarkan
untuk berjalannya sebuah proyek. Komponen biaya proyek
mengaitkan elemen-elemen biaya produksi dengan jenis-jenis biaya
produksi yang kemudian akan menjadi biaya proyek. Berikut
merupakan gambaran pembagian komponen biaya proyek :

Gambar 2.4 Komponen Biaya Proyek

(Dr. Oktri Mohammad Firdaus, 2020)

2.3.3.1 Biaya Langsung (Direct Cost)


Biaya langsung adalah biaya untuk segala sesuatu
yang akan menjadi komponen permanen hasil akhir proyek.
Contoh biaya langsung adalah sebagai berikut :

10
• Penyiapan Lahan (Site Preparation)
• Pengadaan Peralatan Utama
• Biaya merakit dan pemasangan Peralatan Utama
• Alat-alat Listrik dan Instrumen
• Fasilitas Pendukung
• Dsb.

2.3.3.2 Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)


Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk
manajemen, supervisi, dan pembayaran material serta jasa
dalam pengadaan bagian proyek yang tidak menjadi instalasi
atau produk permanen, tetapi diperlukan dalam rangka
proses pembangunan proyek. Contoh biaya tidak langsung
adalah sebagai berikut :

• Gaji tetap dan tunjangan tim


• Kendaraan dan Peralatan Konstruksi
• Pembangunan Fasilitas Sementara
• Pengeluaran Umum
• Overhead
• Pajak, Biaya Perizinan, Asuransi
• Dsb.

2.5 Durasi Proyek


Durasi proyek adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan proyek (Maharany dan Fajarwati, 2006).
Durasi proyek umumnya besifat pasti dan ketat. Hal ini dikarenakan durasi
proyek berkaitan langsung dengan biaya produksi dimana saat proyek
mengalami kemunduran maka akan berdampak pada biaya tenaga kerja
langsung dan overhead. Oleh karena itu, durasi proyek benar-benar harus
diperhitungkan dan diminimalisir keterlambatannya, sehingga waktu dan
biaya sesuai dengan yang sudah disepakati.

11
Terdapat beberapa hal yang menjadi pengaruh besar dalam durasi
sebuah proyek yang dapat mengakibatkan sebuah proyek berjalan sesuai
dengan durasi, lebih cepat, maupun terlampau lama. Hal-hal tersebut sebagai
berikut :

1. Volume pekerjaan
Volume pekerjaan adalah jumlah pekerjaan yang dikerjakan dalam
suatu proyek. Ketika jumlah pekerjaan dan jumlah tenaga kerja tidak
seimbang, maka akan berpengaruh kepada keberlangsungan proyek
dimana akan leih cepat atau sebaliknya lebih lama.
2. Metode pengerjaan
Metode pengerjaan cukup berpengaruh terhadap durasi proyek. Hal
ini dikarena setiap metode pengerjaan pastinya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing sehingga metode pengerjaan seharusnya
sudah direncanakan sebelum proyek dilaksanakan sehingga tidak tejadi
pengubahan metode pada saat proses pengerjaan yang mengakibatkan
keterlambatan proyek.
3. Kondisi lapangan
Kondisi lapangan artinya seluruh kejadian tak terduga yang terjadi
diluar perkiraan awal saat proses pengerjaan berlangsung. Kondisi
lapangan disini mencangkup banyak aspek, dari aspek lingkungan,
pengadaan material, kondisi material, sumber daya manusia, sampai
biaya. Contoh untuk kegiatan outdoor seperti kondisi cuaca pasti sangat
berpengaruh pada proses pengerjaan, untuk pengadaan material
contohnya barang-barang yang dibutuhkan tidak dapat tersedia tepat
waktu dikarenakan beberapa hal, dan lainnya.
4. Keterampilan tenaga kerja
Keterampilan tenaga kerja pastinya juga berpengaruh pada durasi
proyek karena dapat mempercepat proses pengerjaan dan meminimalisir
kesalahan pengerjaan yang mengakibatkan harus mengulang pekerjaan.
Tenaga kerja dengan pengalaman dan skill yang mumpuni pasti akan
selalu dipercayakan untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

12
2.6 Kualitas Produk
Menurut Kotler dan Keller (2016;37) bahwa kualitas produk
merupakan kemampuan produk untuk melakukan fungsi-fungsi yang
diperuntukkannya, hal itu meliputi daya tahan, kekuatan, kehandalan,
ketelitian yang dinilai dari keseluruhan produk. Sedangkan menurut Tjiptono
(2015;105) definisi dari kualitas secara konvensional merupakan performasi
dari suatu produk, kemudahan digunakan, ditambah dengan estetika dan
sebagainya.

Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan, maka perlu


dilakukan standarisasi kualitas. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas
produk yang dihasilkan agar sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.
Selain itu untuk mencapai suatu kualitas produksi yang diinginkan,
dibutuhkan pengawasan dalam proses produksi produk tersebut sehingga
dapat meminimalisir kesalahan dalam proses produksi yang mengakibatkan
penurunan kualitas produk.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir

Gambar 3.1 Diagram Alir

(Dokumen pribadi, 2023)

14
3.2 Penjelasan Diagram Alir
3.2.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan saat pengamatan pembuatan
kapal pencalang di lapangan pada saat melaksanakan kegiatan On The
Job Training dimana permasalahan yang diangkat adalah
membandingkan pembangunan Kapal Pencalang PPNS dari segi
biaya, durasi, dan kualitas apabila dibangun di workshop PPNS
Lamongan ataupun Surabaya.
3.2.2 Studi Lapangan
Studi lapangan dilaksanakan pasa masa On The Job Training
pada saat pembangunan Kapal Pencalang PPNS di workshop PPNS
Lamongan dan survey lapangan akomodasi di Surabaya. Pada studi ini
dilakukan observasi mengenai proses produksi, pengadaan material,
biaya transportasi dan biaya akomodasi yang diperlukan.
3.2.3 Studi Literatur
Studi literature dilakukan untuk mengumpulkan bahan
literatur terkait dengan biaya, durasi, dan kualitas pembangunan kapal
sesuai dengan jurnal yang menjelaskan tentang konsep biaya dan
keterkaitannya terhadap durasi dan kualitas produksi
3.2.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan agar data yang didapatkan
akurat sehingga dapat dibandingkan dan memperoleh hasil yang dapat
menentukan efisiensi dan efektivitas pembangunan Kapal Pencalang
PPNS. Data yang digunakan merupakan RAB dari Kapal Pencalang
PPNS itu sendiri yang didapatkan pada saat penulis melaksanakan On
The Job Training di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dan
biaya-biaya akomodasi serta transportasi yang didapat dari studi
lapangan.
3.2.5 Perhitungan Biaya, Durasi, dan Kualitas Pembangunan Kapal
Pencalang
Perhitungan biaya, durasi, dan kualitas pembangunan kapal
pencalang ini dilakukan pada dua tempat yang berbeda yaitu di
workshop PPNS Lamongan dan kampus PPNS yang berada di
Surabaya.
3.2.6 Analisis Perbandingan
Analisis perbandingan dilakukan setelah mendapatkan hasil
dari perhitungan biaya, durasi, dan kualitas pembangunan Kapal
Pencalang PPNS diantara dua tempat yang berbeda.

15
3.2.7 Kesimpulan
Setelah semua proses telah dilakukan, maka hasil analisis
akan dikumpulkan dan ditarik kesimpulan

16

Anda mungkin juga menyukai