Anda di halaman 1dari 104

PERANCANGAN PERPUSTAKAAN KOTA BANDAR LAMPUNG

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

(Skripsi)

Oleh

AGUNG DWITAMA ASMADI

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
ABSTRAK

PERANCANGAN PERPUSTAKAAN KOTA BANDAR LAMPUNG


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

Oleh

AGUNG DWITAMA ASMADI

Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi yang ditulis di


berbagai media cetak. Berdasarkan Indeks Aktivitas Literasi Membaca oleh
Kementrian Pendidikan dan Budaya (2019), Provinsi Lampung menempati
tingkat literasi ke 30 dari 34 provinsi di Indonesia. Rendahnya minat baca
masyarakat dipengaruhi oleh perubahan perilaku masyarakat dalam mendapatkan
informasi. Pada tahun 2020 penduduk Provinsi Lampung didominasi oleh
Generasi Z dan Milenial dimana masyarakat sudah erat dengan perkembangan
teknologi dan lebih memilih mendapatkan informasi melalui media audio visual
seperti televisi dan media online. Sarana untuk memfasilitasi kegiatan membaca
salah satunya adalah perpustakaan, tetapi kenyataannya perpustakaan yang
tersedia belum mampu memenuhi kebutuhan. Dibuktikan dengan kurangnya
fasilitas perpustakaan di Provinsi Lampung dengan tercatat sedikitnya jumlah
perpustakaan yang terakreditasi. Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi
Lampung hanya memiliki dua perpustakaan umum yang disediakan pemerintah
dan hanya satu yang terakreditasi.

Kota Bandar Lampung memiliki misi, “Meningkatkan Kualitas Dan Pelayanan


Pendidikan Masyarakat”. Untuk mewujudkannya, diperlukan fasilitas
perpustakaan sebagai salah satu pendukung keberhasilannya. Perpustakaan yang
dapat memfasilitasi kebutuhan informasi dengan memanfaatkan inovasi dan
teknologi, dapat mewadahi berbagai kegiatan, serta perpustakaan yang nyaman
untuk penggunanya. Untuk mencipatakan perpustakaan yang baik dan nyaman,
arsitektur bioklimatik digunakan sebagai pendekatannya. Arsitektur bioklimatik
merupakan pendekatan untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan
mempertimbangkan hubungan antara arsitektur dengan lingkungan dan iklim
sekitarnya. Perancangan perpustakaan dengan arsitektur bioklimatik bertujuan
untuk mewujudkan kenyamanan termal dan bangunan hemat energi sehingga
pengguna dapat merasa nyaman dalam beraktivitas di dalamnya.

Kata Kunci : Minat Baca, Perpusatakaan Kota, Kenyamanan Termal,


nnnnnnnnnnn Arsitektur Bioklimatik, Iklim
PERANCANGAN PERPUSTAKAAN KOTA BANDAR LAMPUNG
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

Oleh

AGUNG DWITAMA ASMADI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


Sarjana Arsitektur

Pada

Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada tanggal 5 Agustus 1999,


sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan suami-istri Bapak Drs.
Misman Asmadi dan Ibu Ir. Suyati.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis antara lain sebagai berikut :


 Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2011
 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 29 Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2014
 Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 9 Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2017

Pada tahun 2017, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi S1
Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Lampung. Pada tahun 2020 penulis
melakukan kerja praktik di PT. Budi Graha realty pada proyek pembangunan The
Bay Apartment serta menyusun laporan seminar arsitektur. Pada tahun 2021
penulis menyusun skripsi dengan judul “Perancangan Perpustakaan Kota
Bandar Lampung dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik” sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Teknik Strata 1 (S1) Program
Studi Arsitektur Universitas Lampung.

v
PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Doa dan shalawat tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Drs. Misman Asmadi dan
Ibu Ir. Suyati yang selalu mendoakan dan mendukung saya
sampai berada di titik ini.

Kakak dan adik-adik saya,


Reza Dika Asmadi S.Kom,
Thika Tri Aprilia, dan
Moris
yang selalu menemani dan mendukung saya.

Bapak dan Ibu Dosen Arsitektur yang telah membimbing dan


banyak memberikan ilmu yang bermanfaat.

Sahabat-sahabat saya yang selalu menyemangati, membantu,


menghibur, dan menemani saya

vi
MOTO

“Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran (yang
kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya
rasa sakit.”
(Ali bin Abi Thalib)

“Bukanlah ilmu yang seharusnya mendatangimu, tetapi kamulah yang harus


mendatangi ilmu itu.”
(Imam Malik)

vii
SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
“Perancangan Perpustakaan Kota Bandar Lampung dengan Pendekatan
Arsitektur Bioklimatik”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan


Sarjana Teknik Strata 1 (S1) Program Studi Arsitektur Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dengan tulus kepada :
1. Bapak Prof. Drs. Suharno, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Nandang, M.T. selaku Ketua Program Studi S1 Arsitektur serta
pembimbing utama saya atas kesediaannya dalam membimbing,
memberikan saran, dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Nugroho Ifadianto, S.T., M.Sc. selaku pembimbing kedua saya atas
kesediaannya dalam membimbing, memberikan saran, dan kritik dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ir. Kelik Hendro Basuki, S.T., M.T. selaku penguji utama pada ujian
skripsi serta pembimbing akademik atas kritik dan saran yang diberikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen beserta staff Arsitektur Universitas Lampung atas ilmu,
pelajaran, dan pengalaman yang penulis terima.
6. Orang tua saya, Bapak Drs. Misman Asmadi dan Ibu Ir. Suyati yang selalu
membantu dan mendukung saya setiap hari serta kakak dan adik-adik saya
Reza Dika Asmadi S.Kom, Thika Tri Aprilia, dan Moris yang turut
membantu, dan memberi saran kepada saya untuk menjadi lebih baik.

viii
7. Vikrama Putra, Muhammad Iqbal Ramadhan, dan sahabat-sahabat SMA
saya (BAE) yang selalu menemani, mendukung, menghibur serta
memberikan masukan dan saran.
8. Zanirah Nuraini, Brenda Nathasya Siahaan, Opsyah Miftahul Jannah, Yuli
Mucklis Amiroh, Farah Indreswari, Hafidz Muhammad Azhar, serta semua
teman seperjuangan arsitektur 2017 yang tidak dapat disebut satu persatu.
Sukses selalu untuk kita semua!
9. Teman-teman Studio Tugas Akhir Periode VIII, yaitu Vada, Putri, Kartika,
Kak Melia, dan lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu.
10. Semua pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu persatu, terima
kasih atas motivasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Bandar Lampung, 17 Desember 2021

Agung Dwitama Asmadi

ix
DAFTAR ISI

halaman
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi
MOTO................................................................................................................ vii
SANWACANA ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ 7
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 7
1.4 Tujuan Perancangan ................................................................................. 7
1.5 Manfaat Perancangan .............................................................................. 8
1.6 Sistematika Penulisan .............................................................................. 8
1.7 Kerangka Berfikir .................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................ 10


2.1 Tinjauan Bangunan ............................................................................... 10
2.1.1 Tinjauan Perpustakaan Kota ......................................................10
2.1.2 Perpustakaan sebagai Ruang Publik ........................................... 11
2.1.3 Jenis-jenis Perpustakaan ............................................................. 12

x
2.1.4 Ketentuan Perpustakaan Kota ....................................................13
2.1.5 Perpustakaan Umum di Kota Bandar Lampung ........................ 17
2.1.6 Konsep Perpustakaan ..................................................................24
2.1.7 Media Interaktif pada Perpustakaan .......................................... 26
2.1.8 Pengaruh Warna terhadap Pengguna Perpustakaan ...................28
2.2 Tinjauan Arsitektur Bioklimatik ........................................................... 30
2.2.1 Pengertian Arsitektur Bioklimatik .............................................30
2.2.2 Konsep Arsitektur Bioklimatik ..................................................31
2.2.3 Desain Bioklimatik pada Daerah Tropis ................................... 34
2.2.4 Prinsip-prinsip Arsitektur Bioklimatik ....................................... 35
2.3 Studi Preseden Bangunan Perpustakaan ............................................... 43
2.3.1 Long Beach Public Library ....................................................... 43
2.3.2 LocHal Public Library ............................................................... 46
2.3.3 Deichman Library ..................................................................... 49
2.4 Studi Preseden Bangunan Bioklimatik .................................................. 53
2.4.1 Menara Mesiniaga .................................................................... 53
2.4.2 Solaris ........................................................................................ 56
2.4.3 Singapore National Library ........................................................ 60
2.5 Keluaran Hasil Studi Preseden .............................................................. 64
2.5.1 Analisis Hasil Studi Preseden Bangunan Perpustakaan ........... 64
2.5.2 Analisis Hasil Studi Preseden Bangunan Bioklimatik............... 66

BAB III METODE PERANCANGAN ........................................................... 69


3.1 Ide Perancangan .................................................................................... 69
3.2 Pendekatan Perancangan ....................................................................... 70
3.3 Pengumpulan Data ................................................................................ 70
3.4 Analisis Perancangan ............................................................................ 72
3.5 Konsep Perancangan ............................................................................. 73
3.6 Alur Perancangan .................................................................................. 74

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN .......................................................... 75


4.1 Tinjauan Kawasan ................................................................................. 75
4.1.1 Profil Administrasi ..................................................................... 75
4.1.2 Kriteria Pemilihan Tapak ............................................................ 76

xi
4.1.3 Alternatif Pilihan Tapak ............................................................. 77
4.1.4 Penilaian Alternatif Tapak .......................................................... 80
4.2 Tinjauan Lokasi Tapak .......................................................................... 81
4.2.1 Data Umum ................................................................................. 81
4.2.2 Kondisi Iklim .............................................................................. 82
4.2.3 Detail Tapak ............................................................................... 84
4.2.4 Analisis SWOT ........................................................................... 87
4.3 Analisis Tapak ....................................................................................... 88
4.3.1 Kontur ......................................................................................... 88
4.3.2 Aksesibilitas ................................................................................ 90
4.3.3 View ............................................................................................ 91
4.3.4 Drainase ...................................................................................... 92
4.3.5 Tiang Listrik ............................................................................... 94
4.3.6 Angin .......................................................................................... 95
4.3.7 Matahari ...................................................................................... 96
4.3.8 Vegetasi ...................................................................................... 98
4.3.9 Kebisingan ................................................................................ 100
4.4 Analisis Fungsi .................................................................................... 101
4.5 Analisis Sirkulasi Pengguna ................................................................ 102
4.6 Analisis Aktivitas Pengguna ............................................................... 104
4.7 Analisis Kebutuhan Ruang .................................................................. 106
4.8 Diagram Hubungan Ruang .................................................................. 115
4.8.1 Bubble Diagram Makro ............................................................ 115
4.8.2 Bubble Diagram Mikro ............................................................. 116

BAB V KONSEP PERANCANGAN ............................................................ 119


5.1 Konsep Dasar ...................................................................................... 119
5.2 Konsep Tapak ...................................................................................... 119
5.2.1 Kontur ....................................................................................... 119
5.2.2 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian ............................................. 120
5.2.3 Konsep Ruang Luar atau Lansekap .......................................... 122
5.3 Konsep Gubahan Massa ...................................................................... 126
5.4 Konsep Zonasi ..................................................................................... 128

xii
5.5 Konsep Ruang Dalam .......................................................................... 129
5.6 Konsep Bioklimatik pada Perpustakaan .............................................. 132
5.6.1 Perlindungan Pasif dari Panas Matahari ................................... 132
5.6.2 Pendinginan Pasif ..................................................................... 138
5.6.3 Pencahayaan Alami .................................................................. 139
5.7 Konsep Sistem Struktur ....................................................................... 145
5.7.1 Pondasi ...................................................................................... 145
5.7.2 Struktur Tengah ........................................................................ 145
5.7.3 Struktur Atap ............................................................................ 146
5.8 Konsep Sistem Utilitas ........................................................................ 147
5.8.1 Sistem Air Bersih ...................................................................... 147
5.8.2 Sistem Air Kotor ....................................................................... 150
5.8.3 Sistem Air Hujan ...................................................................... 151
5.8.4 Sistem Jaringan Listrik ............................................................. 151
5.8.5 Sistem Proteksi Kebakaran ....................................................... 153
5.8.6 Sistem Penangkal Petir ............................................................. 157
5.8.7 Sistem Pembuangan Sampah .................................................... 158
5.9 Hasil Perancangan ............................................................................... 159
5.9.1 Block Plan ................................................................................. 159
5.9.2 Siteplan ..................................................................................... 159
5.9.3 Denah ........................................................................................ 160
5.9.4 Tampak ..................................................................................... 162
5.9.5 Potongan ................................................................................... 163
5.9.6 Detail ........................................................................................ 164
5.9.7 Interior ...................................................................................... 165
5.9.8 Eksterior .................................................................................... 167

BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 169


6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 169
6.2 Saran .................................................................................................... 170

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 171

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berfikir ............................................................ 9


Gambar 2.1 Jenis Buku yang diminati Pembaca .............................................. 14
Gambar 2.2 Bentuk Bangunan ......................................................................... 17
Gambar 2.3 Jendela Perpustakaan .................................................................... 18
Gambar 2.4 Denah Fasilitas Perpustakaan ....................................................... 18
Gambar 2.5 Tempat Pendaftaran ...................................................................... 18
Gambar 2.6 Ruang Tunggu .............................................................................. 18
Gambar 2.7 Denah Ruang Baca Umum ........................................................... 19
Gambar 2.8 BI Corner ...................................................................................... 19
Gambar 2.9 Komputer Penelusuran ................................................................. 20
Gambar 2.10 Meja Sirkulasi ............................................................................. 20
Gambar 2.11 Area Rak Koleksi Buku .............................................................. 20
Gambar 2.12 Area Baca Umum ....................................................................... 21
Gambar 2.13 Loker ........................................................................................... 21
Gambar 2.14 Area Baca Anak .......................................................................... 22
Gambar 2.15 Area Baca Ruang Referensi ........................................................ 22
Gambar 2.16 Area Rak Koleksi Buku Ruang Referensi .................................. 22
Gambar 2.17 Area Ruang Berkala ................................................................... 23
Gambar 2.18 Ruang Rapat ............................................................................... 23
Gambar 2.19 Aula ............................................................................................ 23
Gambar 2.20 Ilustrasi Layar Interaktif ............................................................. 26
Gambar 2.21 Sudut dan Jarak Pandang Layar ................................................. 27
Gambar 2.22 Ilustrasi Penggunaan AR ............................................................ 27
Gambar 2.23 Ilustrasi Penggunaan VR ............................................................ 28
Gambar 2.24 Skema Psikologi Warna ............................................................. 28
Gambar 2.25 Hubungan dalam Perspektif Bioklimatik ................................... 31

xiv
Gambar 2.26 Model Dasar Ventilasi Alami ..................................................... 33
Gambar 2.27 Kriteria dan Output Desain Bioklimatik ..................................... 35
Gambar 2.28 Orientasi Bangunan terhadap Matahari ...................................... 37
Gambar 2.29 Arah Bukaan Jendela .................................................................. 37
Gambar 2.30 Vegetasi Bangunan & Open Plan pada Lantai Dasar ................ 38
Gambar 2.31 Desain Dinding Bangunan .......................................................... 39
Gambar 2.32 Area Transisi Bangunan ............................................................. 39
Gambar 2.33 Pembayang Pasif Bangunan ....................................................... 40
Gambar 2.34 Area Balkon Bangunan ............................................................... 41
Gambar 2.35 Penempatan Core Bangunan ...................................................... 41
Gambar 2.36 Insulator Panas Bangunan .......................................................... 42
Gambar 2.37 Long Beach Public Library, Amerika Serikat ............................ 43
Gambar 2.38 Atrium Long Beach Public Library ............................................ 44
Gambar 2.39 Denah Lantai 1 ........................................................................... 44
Gambar 2.40 Ruang Baca ................................................................................. 45
Gambar 2.41 Denah Lantai 2............................................................................ 45
Gambar 2.42 Studio Makerspace ..................................................................... 46
Gambar 2.43 Collaborative Space ................................................................... 46
Gambar 2.44 LocHal Public Library, Belanda ................................................. 46
Gambar 2.45 Aula ............................................................................................ 47
Gambar 2.46 Meja pada Aula ........................................................................... 47
Gambar 2.47 Area Tangga ............................................................................... 47
Gambar 2.48 Jalan Interior ............................................................................... 47
Gambar 2.49 Layar Tekstil Interior .................................................................. 48
Gambar 2.50 Area Buku Anak-anak ................................................................ 48
Gambar 2.51 Mezzanine ................................................................................... 48
Gambar 2.52 Learning Lab .............................................................................. 49
Gambar 2.53 GameLab .................................................................................... 49
Gambar 2.54 Dialogue Lab ............................................................................... 49
Gambar 2.55 Word Lab .................................................................................... 49
Gambar 2.56 Deichman Library, Norwegia ..................................................... 49
Gambar 2.57 Konsep Diagram ......................................................................... 50

xv
Gambar 2.58 Interior Bangunan ....................................................................... 50
Gambar 2.59 Program Ruang Bangunan .......................................................... 50
Gambar 2.60 Auditorium Deichman Library ................................................... 51
Gambar 2.61 Langit-langit Lantai Dasar .......................................................... 51
Gambar 2.62 Suasana Perpustakaan Anak ....................................................... 51
Gambar 2.63 Area Jahit .................................................................................... 52
Gambar 2.64 Stasiun Musik ............................................................................. 52
Gambar 2.65 Area Baca ................................................................................... 52
Gambar 2.66 Ruang Pertemuan Mini ............................................................... 52
Gambar 2.67 Area Baca Lantai 4 ..................................................................... 53
Gambar 2.68 Suasana Bangunan ...................................................................... 53
Gambar 2.69 Menara Mesiniaga, Malaysia ...................................................... 53
Gambar 2.70 Diagram Skycourts ...................................................................... 54
Gambar 2.71 Kisi-kisi Fasad ............................................................................ 55
Gambar 2.72 Orientasi Bangunan .................................................................... 55
Gambar 2.73 Atap ............................................................................................ 55
Gambar 2.74 Lanskap pada Fasad .................................................................... 55
Gambar 2.75 Desain Bioklimatik pada Bangunan ........................................... 56
Gambar 2.76 Solaris, Singapura ....................................................................... 56
Gambar 2.77 Vertical Transcaped Ramp ......................................................... 57
Gambar 2.78 Exterior Plants ............................................................................ 57
Gambar 2.79 Skylight Atrium ........................................................................... 57
Gambar 2.80 Eco-Cell ...................................................................................... 58
Gambar 2.81 Atrium dan Skybridge ................................................................. 58
Gambar 2.82 High Performance Facade ......................................................... 58
Gambar 2.83 Roof Garden ............................................................................... 59
Gambar 2.84 Rooftop ....................................................................................... 59
Gambar 2.85 Desain Bioklimatik pada Bangunan ........................................... 60
Gambar 2.86 Singapore National Library, Singapura ...................................... 60
Gambar 2.87 Atrium ......................................................................................... 61
Gambar 2.88 Area Baca dan Kerja .................................................................. 62
Gambar 2.89 Fasad Depan ............................................................................... 62

xvi
Gambar 2.90 Jalan Internal .............................................................................. 62
Gambar 2.91 Sky Terrace Lt. 10 ...................................................................... 62
Gambar 2.92 Desain Bioklimatik pada Bangunan ........................................... 63
Gambar 3.1 Alur Perancangan ......................................................................... 74
Gambar 4.1 Alternatif Tapak 1 ......................................................................... 78
Gambar 4.2 Alternatif Tapak 2 ......................................................................... 78
Gambar 4.3 Alternatif Tapak 3 ......................................................................... 78
Gambar 4.4 Wilyah Kecamatan Sukarame ...................................................... 81
Gambar 4.5 Detail Tapak ................................................................................. 84
Gambar 4.6 Batasan Tapak .............................................................................. 85
Gambar 4.7 Analisis Kontur Tapak .................................................................. 89
Gambar 4.8 Profil Elevasi Tapak A-A ............................................................. 89
Gambar 4.9 Profil Elevasi Tapak B-B .............................................................. 89
Gambar 4.10 Aksesibilitas Tapak .................................................................... 90
Gambar 4.11 Ilustrasi Jalan Sekitar Tapak ....................................................... 91
Gambar 4.12 View dari Tapak ......................................................................... 91
Gambar 4.13 Drainase pada Tapak .................................................................. 92
Gambar 4.14 Ilustrasi Drainase pada Tapak .................................................... 93
Gambar 4.15 Drainase pada Selatan Tapak ...................................................... 93
Gambar 4.16 Drainase pada Utara dan Barat Tapak ....................................... 94
Gambar 4.17 Tiang Listrik pada Tapak ............................................................ 94
Gambar 4.18 Titik Tiang Listrik pada Tapak ................................................... 95
Gambar 4.19 Sirkulasi Angin Pada Tapak ....................................................... 96
Gambar 4.20 Sirkulasi Matahari Pada Tapak ................................................... 97
Gambar 4.21 Vegetasi pada Tapak ................................................................... 98
Gambar 4.22 Kebisingan pada Tapak ............................................................ 101
Gambar 4.23 Sirkulasi Pengunjung ................................................................ 103
Gambar 4.24 Sirkulasi Pengelola ................................................................... 103
Gambar 4.25 Sirkulasi Petugas Kebersihan dan Mekanikal .......................... 104
Gambar 4.26 Sirkulasi Petugas Keamanan .................................................... 104
Gambar 4.27 Diagram Hubungan Makro ....................................................... 115
Gambar 4.28 Diagram Hubungan Ruang Lantai 1 Perpustakaan .................. 116

xvii
Gambar 4.29 Diagram Hubungan Ruang Lantai 2 Perpustakaan .................. 116
Gambar 4.30 Diagram Hubungan Ruang Lantai 3 Perpustakaan .................. 117
Gambar 4.31 Diagram Hubungan Ruang Lantai 4 Perpustakaan .................. 117
Gambar 4.32 Diagram Hubungan Ruang Lantai atap .................................... 118
Gambar 5.1 Perubahan Kontur Tapak ............................................................ 120
Gambar 5.2 Ilustrasi 3D Kontur Tapak .......................................................... 120
Gambar 5.3 Sirkulasi Kendaraan Pengguna ................................................... 121
Gambar 5.4 Sirkulasi Kendaraan Servis ......................................................... 121
Gambar 5.5 Amphiteater ................................................................................ 122
Gambar 5.6 Monumen atau Gambar Sejarah ................................................. 123
Gambar 5.7 Ramp dengan Lansekap .............................................................. 123
Gambar 5.8 Ilustrasi Jalan Pedestrian ............................................................ 124
Gambar 5.9 Fasilitas Difabel pada Jalan Pedestrian ...................................... 124
Gambar 5.10 Penempatan Vegetasi pada Tapak ............................................ 125
Gambar 5.11 Bentuk Awal Massa .................................................................. 126
Gambar 5.12 Transformasi Bentuk Massa .................................................... 127
Gambar 5.13 Bentuk Massa Perpustakaan ..................................................... 128
Gambar 5.14 Zonasi Makro Bangunan .......................................................... 128
Gambar 5.15 Zonasi Per Lantai ...................................................................... 129
Gambar 5.16 Ilustrasi Kaca Low-E ................................................................ 133
Gambar 5.17 Kisi-kisi pada Fasad ................................................................. 133
Gambar 5.18 Pencahayaan pada Fasad Timur ............................................... 134
Gambar 5.19 SimulasiPencahayaan pada Fasad Timur ................................. 134
Gambar 5.20 Pencahayaan pada Fasad Barat ................................................. 135
Gambar 5.21 SimulasiPencahayaan pada Fasad Timur ................................. 135
Gambar 5.22 Secondary Skin pada Fasad ...................................................... 136
Gambar 5.23 Ilustrasi Secondary Skin pada Fasad ......................................... 136
Gambar 5.24 Vegetasi pada Fasad ................................................................. 137
Gambar 5.25 Komponen Green Roof ............................................................. 137
Gambar 5.26 Bukaan dengan Vegetasi .......................................................... 138
Gambar 5.27 Sirkulasi Angin Pada Atrium .................................................... 138
Gambar 5.28 Ventilasi pada Curtain Wall ..................................................... 139

xviii
Gambar 5.29 Ventilasi pada Skylight ............................................................. 139
Gambar 5.30 Air Hujan pada Curtain Wall ................................................... 140
Gambar 5.31 Air Hujan pada Skylight ............................................................ 140
Gambar 5.32 Sunpath Diagram ...................................................................... 141
Gambar 5.33 Ilustrasi Pencahayaan Matahari ................................................ 141
Gambar 5.34 Orientasi Bangunan .................................................................. 142
Gambar 5.35 Pencahayaan pada Pagi dan Sore Hari ..................................... 142
Gambar 5.36 Pencahayaan melalui Skylight .................................................. 142
Gambar 5.37 Sun Shading Reflektif ............................................................... 142
Gambar 5.38 Pondasi Tiang Pancang ............................................................. 145
Gambar 5.39 Ilustrasi Struktur Rigid Frame .................................................. 146
Gambar 5.40 Atap Green Roof ....................................................................... 146
Gambar 5.41 Ilustrasi Struktur Space Truss ................................................... 146
Gambar 5.42 Ilustrasi Skylight ....................................................................... 147
Gambar 5.43 Skema Distribusi Air Bersih ..................................................... 148
Gambar 5.44 Skema Distribusi Air Kotor ...................................................... 150
Gambar 5.45 Skema Air Hujan ...................................................................... 151
Gambar 5.46 Skema Distribusi Listrik ........................................................... 152
Gambar 5.47 Skema Proteksi Kebakaran ....................................................... 153
Gambar 5.48 Detektor Kebakaran .................................................................. 153
Gambar 5.49 Main Control Fire Alarm ......................................................... 154
Gambar 5.50 Kotak Hidran ............................................................................ 154
Gambar 5.51 Alat Pemadam Kebakaran ........................................................ 155
Gambar 5.52 Hidran Halaman ........................................................................ 155
Gambar 5.53 Sprinkler ................................................................................... 156
Gambar 5.54 APAR ....................................................................................... 156
Gambar 5.55 Ilustrasi Penangkal Petir ........................................................... 157
Gambar 5.56 Skema Pembuangan Sampah .................................................... 158
Gambar 5.57 Block Plan................................................................................. 159
Gambar 5.58 Siteplan ..................................................................................... 159
Gambar 5.59 Denah Lantai 1 ......................................................................... 160
Gambar 5.60 Denah Lantai 2 ......................................................................... 160

xix
Gambar 5.61 Denah Lantai 3 ......................................................................... 161
Gambar 5.62 Denah Lantai 4 ......................................................................... 161
Gambar 5.63 Denah Lantai Atap .................................................................... 162
Gambar 5.64 Tampak Depan .......................................................................... 162
Gambar 5.65 Tampak Sisi Kanan.................................................................... 162
Gambar 5.66 Tampak Sisi Kiri........................................................................ 163
Gambar 5.67 Tampak Depan .......................................................................... 163
Gambar 5.68 Potongan A-A ........................................................................... 163
Gambar 5.69 Potongan B-B ........................................................................... 164
Gambar 5.70 Potongan Prinsip ....................................................................... 164
Gambar 5.71 Detail Fasad Depan ................................................................... 164
Gambar 5.72 Detail Secondary Skin ............................................................... 165
Gambar 5.73 Detail Vertical Plant ................................................................. 165
Gambar 5.74 Lobby dan Area Informasi ........................................................ 165
Gambar 5.75 Ruang Berkala dan Atrium ....................................................... 166
Gambar 5.76 Exhibition Area ......................................................................... 166
Gambar 5.77 Area Baca dan Koleksi ............................................................. 166
Gambar 5.78 Area Perpustakaan Anak .......................................................... 166
Gambar 5.79 Area Lesehan dan Ruang Diskusi ............................................. 167
Gambar 5.80 Digilab dan Ruang Multimedia ................................................ 167
Gambar 5.81 Suasana Outdoor ....................................................................... 167
Gambar 5.82 Suasana Outdoor ....................................................................... 167
Gambar 5.83 Suasana Outdoor ....................................................................... 168
Gambar 5.84 Suasana Depan Bangunan ........................................................ 168
Gambar 5.85 Perspektif Bird Eye View .......................................................... 168

xx
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kegiatan yang digemari gen Z ............................................................ 3


Tabel 1.2 Ketersediaan & Kebutuhan Perpustakaan Indonesia .......................... 4
Tabel 2.1 Warna dan Pengaruhnya terhadap Psikologi ..................................... 29
Tabel 2.2 Analisis Studi Preseden Bangunan Perpustakaan ............................. 64
Tabel 2.3 Analisis Studi Preseden Bangunan Bioklimatik ............................... 66
Tabel 4.1 Daftar dan Luas Kecamatan di Kota Bandar Lampung .................... 76
Tabel 4.2 Kriteria Pemilihan Tapak .................................................................. 76
Tabel 4.3 Alternatif Lokasi Pilihan Tapak ........................................................ 78
Tabel 4.4 Data Kriteria Alternatif Tapak .......................................................... 79
Tabel 4.5 Penilaian Tapak berdasarkan Kriteria ............................................... 80
Tabel 4.6 Suhu pada Kecamatan Sukarame, 2020 ............................................ 82
Tabel 4.7 Pencahayaan Matahari pada Kecamatan Sukarame, 2020 ................ 83
Tabel 4.8 Curah Hujan pada Kecamatan Sukarame, 2020 ................................ 83
Tabel 4.9 Pencapaian Sarana Pendidikan dari Tapak ....................................... 85
Tabel 4.10 Pencapaian Sarana Kesehatan dari Tapak ....................................... 86
Tabel 4.11 Pencapaian Sarana Lainnya dari Tapak .......................................... 86
Tabel 4.12 Alternatif Vegetasi .......................................................................... 99
Tabel 4.13 Analisis Aktivitas dan Kebutuhan Ruang ..................................... 104
Tabel 4.14 Analisis Kebutuhan Ruang Area Perpustakaan ............................. 111
Tabel 4.15 Analisis Kebutuhan Ruang Area Penerimaan ............................... 112
Tabel 4.16 Analisis Kebutuhan Ruang Area Pengelola .................................. 112
Tabel 4.17 Analisis Kebutuhan Ruang Area Penunjang.................................. 113
Tabel 4.18 Analisis Kebutuhan Ruang Parkir ................................................. 114
Tabel 4.19 Total Kebutuhan Ruang ................................................................ 115
Tabel 5.1 Konsep Ruang Dalam ..................................................................... 129
Tabel 5.2 Kebutuhan Daya Perangkat Komputer ............................................ 143

xxi
Tabel 5.3 Kebutuhan Daya Perangkat E-reader .............................................. 143
Tabel 5.4 Kebutuhan Daya Perangkat VR ...................................................... 144
Tabel 5.5 Pemakaian Air Rata-rata Per Orang Setiap Hari ............................. 148

xxii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara yang maju adalah negara dengan minat baca masyarakat yang
tinggi karena dengan tingginya minat baca pada masyarakat, menunjukkan
banyaknya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Maka dari
itu, tingkat minat baca pada masyarakat merupakan aspek penting untuk
menentukan kemajuan suatu bangsa. Membaca adalah suatu kegiatan untuk
mendapatkan informasi yang ditulis. Dengan membaca, masyarakat dapat
mendapatkan informasi dengan mudah, baik dari membaca buku, majalah,
koran, serta media cetak lainnya. Menurut Hasanah, dkk (2011:34) minat
baca merupakan hasrat yang kuat seseorang baik disadari ataupun tidak
yang terpuaskan lewat perilaku membacanya. Untuk meningkatkan minat
baca masyarakat diperlukan kesadaran dari setiap individu akan pentingnya
membaca.
Walaupun membaca merupakan hal yang penting, tetapi tingkat literasi
di Indonesia masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil studi PISA
(Programme for International Student Assessmen) pada tahun 2018 yang
dilakukan oleh OECD (The Organisation for Economic Co-operation and
Development) dengan menilai 600.000 anak dari 79 negara. Hasil dari studi
tersebut, Indonesia menempati posisi tingkat literasi ke 74 dari 79 negara
yang berpartisipasi dengan nilai rata-rata 371. yang menunjukkan tingkat
literasi Indonesia yang menurun dari hasil studi PISA sebelumnya pada
tahun 2015, yaitu dengan nilai rata-rata 397.

1
Grafik 1.1 Indeks Aktivitas Literasi Membaca
Sumber : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019

Berdasarkan indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) oleh


Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) untuk mengetahui
tingkat literasi di Indonesia didapatkan hasil bahwa Provinsi Lampung
menempati tingkat literasi ke 30 dari 34 provinsi atau tingkat literasi
terendah kelima di Indonesia.
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca masyarakat.
Masyarakat yang tidak biasa dengan budaya membaca merupakan salah
satu penyebab minat baca masyarakat rendah di Indonesia. Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk Provinsi Lampung pada tahun
2020 didominasi oleh Generasi Z sebanyak 27,8% dan Generasi Milenial
sebanyak 26,54% dari total penduduk di Provinsi Lampung.

Grafik 1.2 Komposisi Penduduk Provinsi Lampung menurut Generasi , 2020


Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung, 2021

2
Perubahan pola perilaku masyarakat dalam mendapatkan informasi
menjadi salah satu penyebab minat baca masyarakat rendah. Pada tahun
2016 Nielsen Consumer & Media View (CMV) menerbitkan hasil survei
yang dilakukan di 11 kota di Indonesia tentang minat membaca media cetak
dan buku yang dilakukan dari tahun 2010 hingga 2016 dengan 17.000
responden berusia 10 sampai 19 tahun. Dari survei tersebut, generasi Z
lebih menyukai kegiatan olahraga dan menonton televisi, sedangkan
kegiatan membaca buku merupakan kegiatan yang paling tidak diminati
oleh generasi Z.

Tabel 1.1 Kegiatan yang digemari gen Z


Sumber : Nielsen Consumer & Media View Q2, 2016

Berdasarkan hasil survei IDN Research Institute, dalam memenuhi


kebutuhan informasi ditemukan bahwa TV dan media online adalah media
yang paling banyak diakses masyarakat, khususnya generasi milenial dalam
mencari informasi. Hal ini membuktikan bahwa penyebaran informasi yang
menjangkau ke seluruh daerah di Indonesia adalah televisi.

Grafik 1.2 Media yang diakses masyarakat


Sumber : cdn.idntimes.com

3
Dari hasil survei-survei tersebut dapat dilihat bahwa masyarakat lebih
memilih untuk mendapatkan informasi melalui media audio visual seperti
televisi dan media online dari pada buku atau media cetak lainnya.
Upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat salah satunya
adalah dengan menyediakan sarana/fasilitas yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan kegiatan membaca. Salah satu sarana untuk
memfasilitasi kegiatan membaca masyarakat adalah perpustakaan, tetapi
pada kenyataannya perpustakaan yang ada di Indonesia belum mampu
memenuhi kebutuhan penggunanya. Perpustakaan yang ada kurang diminati
masyarakat dikarenakan perpustakaan identik dengan sesuatu yang kaku
dan monoton. Perpustakaan yang bersifat konvensional masih banyak di
Indonesia, fungsinya terbatas hanya sebagai ruang tempat penyimpanan
buku, peminjaman buku, dan tempat membaca buku serta kondisi
perpustakaan yang seadanya saja menyebabkan masyarakat kurang tertarik
dan kurang nyaman untuk melakukan aktivitas dan menghabiskan waktu di
dalam perpustakaan. Perpustakaan yang tersedia di Indonesia belum mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat. Jumlah perpustakaan yang tersedia di
Indonesia masih kurang dari jumlah perpustakaan yang dibutuhkan.

Tabel 1.2 Ketersediaan & Kebutuhan Perpustakaan Indonesia


Sumber : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019

Hal ini dibuktikan dengan kurangnya fasilitas perpustakaan di Provinsi


Lampung dengan tercatat sedikitnya jumlah perpustakaan yang sudah
terakreditasi atau memenuhi standar minimal. Perpustakaan yang
terakreditasi adalah perpustakaan yang sudah mengalami rangkaian proses
pengakuan formal oleh lembaga akreditasi perpustakaan yang menyatakan
bahwa lembaga perpustakaan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan

4
kegiatan pengelolaan perpustakaan. Berdasarkan Kepala Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Lampung, Ratna Dewi, saat ini
Provinsi Lampung baru memiliki 16 perpustakaan yang sudah terakreditasi
dan tersebar di 15 kabupaten/kota. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas
perpustakaan yang memadai di Provinsi Lampung setidaknya hanya ada
satu di setiap kabupaten/kota sehingga fasilitas perpustakaan di Provinsi
Lampung masih kurang baik dari jumlah ketersediaan perpustakaan serta
fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan yang sudah ada.
Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung hanya
memiliki dua perpustakaan umum yang disediakan pemerintah, yaitu
perpustakaan umum yang terletak pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Bandar Lampung dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Lampung. Dari kedua perpustakaan umum tersebut hanya perpustakaan
pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Lampung yang telah
terakreditasi atau memenuhi standar minimal. Meskipun perpustakaan
umum di Kota Bandar Lampung belum memadai, pemustaka pada
perpustakaan umum di Kota Bandar Lampung mengalami kenaikkan. Hal
ini membuktikan bahwa masyarakat membutuhkan sarana atau fasilitas
untuk memenuhi kebutuhan informasi. Maka dari itu, Kota Bandar
Lampung masih membutuhkan fasilitas perpustakaan yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakatnya.
Pemustaka yang mengunjungi perpustakaan Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Lampung pada tahun 2018 sebanyak 335.005
pemustaka yang terdiri dari 134.043 mahasiswa, 153.072 pelajar, dan
47.890 umum serta mengalami peningkatan pada tahun 2019 sebanyak
342.518 pemustaka yang terdiri dari 125.210 mahasiswa, 168.261 pelajar,
dan 49.047 umum.

5
Mahasiswa Pelajar Umum

Grafik 1.3 Statistik Pemustaka Perpustakaan Umum di Kota Bandar Lampung


Sumber : Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Lampung

Dari statistik tersebut, pemustaka perpustakaan masih didominasi oleh


mahasiswa dan pelajar padahal kebutuhan informasi tidak hanya terbatas
pada mahasiswa dan pelajar saja. Maka dari itu, perpustakaan dituntut untuk
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat umum saat ini sehingga
masyarakat umum tertarik untuk mengunjunginya.
Kota Bandar Lampung memiliki misi untuk meningkatkan kualitas dan
pelayanan pendidikan masyarakat. Untuk mewujudkan misi tersebut,
fasilitas perpustakaan dibutuhkan sebagai salah satu pendukung
keberhasilannya. Perpustakaan yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat sebagai sarana edukatif dan rekreatif, yaitu perpustakaan yang
dapat memfasilitasi kebutuhan informasi masyarakat dengan memanfaatkan
inovasi dan teknologi, perpustakaan yang dapat mewadahi berbagai macam
kegiatan yang dibutuhkan masyarakat, serta perpustakaan yang nyaman
sehingga masyarakat senang untuk melakukan aktivitas di dalamnya.
Perpustakaan harus memiliki bangunan gedung yang memadai,
kelengkapan sarana dan prasarana, kelengkapan koleksi, dan penerapan
teknologi yang mendukung.
Untuk mencipatakan fasilitas perpustakaan yang baik dan nyaman bagi
penggunanya, digunakan arsitektur bioklimatik sebagai pendekatannya.
Arsitektur modern berbasis lingkungan ini bertujuan untuk menciptakan
bangunan perpustakaan yang sesuai zamannya dan nyaman bagi pengguna
dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat masa kini dengan iklim dan

6
lingkungan sekitar sebagai acuan. Pendekatan arsitektur bioklimatik
digunakan untuk mewujudkan kenyamanan termal dan bangunan yang
hemat energi sehingga pengguna bangunan dapat merasa nyaman dalam
beraktivitas di dalamnya.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Kurangnya sarana fasilitas perpustakaan yang memadai sebagai ruang
belajar masyarakat di Kota Bandar Lampung
2. Fungsi perpustakaan yang terlalu kaku dan monoton (konvensional)
3. Diperlukan fasilitas perpustakaan yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat saat ini serta fasilitas perpustakaan yang nyaman untuk
penggunanya

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mewujudkan perpustakaan kota dengan fungsi edukatif dan
rekreatif yang mampu memenuhi berbagai kegiatan yang dibutuhkan
masyarakat saat ini?
2. Bagaimanan mewujudkan kenyamanan pada bangunan perpustakaan
dengan pendekatan arsitektur bioklimatik?

1.4 Tujuan Perancangan


Tujuan dari perancangan ini adalah :
1. Meningkatkan kualitas dan pelayanan pendidikan masyarakat di Kota
Bandar Lampung.
2. Mengetahui perancangan “Perpustakaan Kota” sebagai sarana belajar
masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini serta
memberikan kenyamanan kepada pengguna dalam beraktivitas melalui
pendekatan arsitektur bioklimatik.

7
1.5 Manfaat Perancangan
Adapun manfaat dari perancangan ini antara lain:
1. Menambah wawasan kepada penulis dan pembaca mengenai
perancangan perpustakaan kota.
2. Menambah wawasan kepada penulis dan pembaca mengenai konsep
pendekatan arsitektur bioklimatik.

1.6 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah pemahaman, penulisam skripsi ini disusun
dengan susunan yang sistematis, yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelititan, dan Sistematika Penulisan, dan
Kerangka Berfikir.
BAB II TINJAUAN TEORI
Menguraikan pembahasan mengenai “Perpustakaan”, tinjauan tentang
bangunan perpustakaan dan pendekatan arsitektur bioklimatik dan studi
preseden yang akan menjadi dasar perancangan.
BAB III METODE PERANCANGAN
Menguraikan metode dan tahapan yang digunakan dalam perancangan
“Perpustakaan Kota Bandar Lampung”.
BAB IV ANALISIS PERANCANGAN
Menguraikan tentang analisa perancangan yang meliputi analisa makro,
analisa mikro, analisa kebutuhan ruang, analisa kegiatan, analisa program
ruang dan zonasi bangunan.
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Menguraikan konsep yang digunakan dalam perancangan berupa
konsep massa, tata ruang dalam, tata ruang luar, fasad, material, sistem
struktur, dan sistem utilitas dengan pendekatan arsitektur bioklimatik.
BAB VI PENUTUP
Menguraikan hasil dari konsep perancangan serta kesimpulan dan saran.

8
1.7 Kerangka Berfikir
LATAR BELAKANG
 Kurangnya fasilitas perpustakaan sebagai tempat belajar masyarakat di Kota
Bandar Lampung
 Fungsi perpustakaan yang terlalu kaku dan monoton
 Diperlukan fasilitas perpustakaan yang memadai, dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat saat ini serta fasilitas perpustakaan yang nyaman
untuk penggunanya
 Meningkatkan kualitas dan pelayanan pendidikan masyarakat di Kota
Bandar Lampung

PERMASALAHAN
Bagaimana menciptakan fasilitas perpustakaan yang mampu memenuhi
kebutuhan penggunanya sebagai fasilitas belajar yang edukatif dan rekreatif
bagi masyarakat.

SOLUSI Arsitektur Bioklimatik


 Menyediakan Perpustakaan dengan  Passive Solar Heat Protection
fasilitas yang dapat memenuhi  Passive Cooling Techinque
kebutuhan penggunanya, baik  Natural Daylighting System
fasilitas edukatif maupun rekreatif
 Menyediakan ruang dan tempat
perpustakaan yang nyaman Bangunan yang nyaman dan
sehingga pengguna dapat hemat energi
beraktivitas dengan baik di
dalamnya.

Perancangan “Perpustakaan Kota Bandar Lampung” dengan pendekatan


Arsitektur Bioklimatik
 Perpustakaan yang memiliki fungsi edukatif dan rekreatif dengan
memberikan fasilitas-fasilitas yang dapat mewadahi berbagai kegiatan
masyarakat yang dibutuhkan
 Perpustakaan yang sesuai dengan konteks zamannya
 Perpustakaan yang nyaman sehingga pengguna dapat beraktivitas dengan
baik di dalamnya
Gambar 1.1 Diagram kerangka berfikir
Sumber : Ilustrasi Penulis, 2021

9
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Bangunan


2.1.1 Tinjauan Perpustakaan Kota
1. Pengertian
Berdasarkan UU Nomor 43 Tahun 2007, perpustakaan
adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,
dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang
baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.
Perpustakaan kota adalah perpustakaan umum yang
disediakan oleh pemerintah daerah tingkat kota yang berfungsi
sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan,
perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian dan perpustakaan
pelestarian yang berkedudukan di kota sebagai fasilitas
pelayanan publik yang dapat diakses oleh seluruh kalangan
masyarakat.
2. Fungsi Perpustakaan
Menurut Taslimah Yusuf (1996:21) perpustakaan yang
digunakan untuk kepentingan masyarakat umum mempunyai
beberap fungsi, yaitu :
a. Fungsi edukatif
Berbagai jenis bahan bacaan berupa karya cetak maupun
karya rekam yang disediakan perpustakaan sebagai sumber
belajar dan menambah pengetahuan/pengalaman secara mandiri
oleh masyarakat. Budaya mandiri dieprlukan untuk membentuk

10
masyarakat yang dapat belajar seumur hidup dan gemar
membaca;
b. Fungsi informatif
Sama seperti perpustakaan lainnya, perpustakaan yang
digunakan untuk masyarakat umum menyediakan berbagai
bacaan seperti buku-buku referensi, bacaan ilmiah populer dan
majalah ilmiah serta data -data penting lainnya yang diperlukan
pembaca;
c. Fungsi kultural
Perpustakaan menyediakan berbagai bahan pustaka yang
disimpan dalam bentuk tercetak atau terekam sebagai hasil
budaya bangsa. Perpustakaan berfungsi sebagai tempat
berbagai karya budaya manusia tersimpan dan terkumpul yang
dapat diikuti perkembangannya melalui perpustakaan;
d. Fungsi rekreasi,
Perpustakaan tidak hanya menyediakan bacaan-bacaan
yang bersifat ilmiah, tetapi juga menyediakan bacaan hiburan
berupa buku-buku fiksi dan majalah hiburan untuk anak-anak,
remaja, dan dewasa. Bacaan fiksi dapat menambah pengalaman
atau menumbuhkan imajinasi pembacanya dan banyak digemari
oleh anak-anak dan dewasa.

2.1.2 Perpustakaan sebagai Ruang Publik


1. Pengertian
Perpustakaan kota yang dapat diakses dan terbuka untuk
seluruh masyarakat berfungsi juga sebagai ruang publik
masyarakat kota tersebut. Ruang publik adalah ruang yang
difungsikan untuk menampung aktivitas masyarakat, baik
aktivitas secara individu maupun secara berkelompok dimana
bentuk ruang publik tergantung pada pola dan susunan massa
bangunan (Rustam Hakim, 1987). Ruang publik berfungsi
sebagai pusat aktivitas dan interaksi masyarakat.

11
2. Jenis-jenis Ruang Publik
Berdasarkan sifat ruangnya, ruang publik dibagi menjadi :
a. Ruang publik tertutup
Ruang publik yang terdapat di dalam bangunan. Ruang
publik ini dapat berupa bangunan-bangunan pemerintah seperti
perpustakaan umum dan bangunan sejenisnya yang dapat
diakses semua masyarakat.
b. Ruang publik terbuka
Ruang publik yang terdapat di luar bangunan dan biasa
disebut dengan ruang terbuka (open space) yang dapat
digunakan untuk oleh semua masyarakat untuk berbagai
kegiatan. Contoh ruang publik terbuka adalah taman, jalur
pejalan kaki, lapangan, plaza, dan lainnya.
3. Fungsi Ruang Publik
Perpustakaan sebagai ruang publik berfungsi memberikan
wadah untuk masyarakat beraktivitas baik di dalam maupun
luar bangunan. Menurut Soenarno (2002:2) fungsi utama ruang
publik adalah sebagai wahana interaksi antar komunitas untuk
berbagai tujuan, baik individu maupun kelompok. Ruang publik
berfungsi sebagai nilai tambah lingkungan sekitarnya, seperti
estetika kota, pengendalian pencemaran udara, pengendalian
iklim mikro, serta memberikan “image” dari suatu kota.

2.1.3 Jenis-jenis Perpustakaan


Berdasarkan UU No. 43 tahun 2007, jenis-jenis perpustakaan
meliputi :
1. Perpustakaan Nasional;
Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintah non
departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan
dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai
perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan perpustakaan

12
deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan
pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota
negara.
2. Perpustakaan Umum;
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan
bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang
hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama,
dan status sosial-ekonomi.
3. Perpustakaan Sekolah / Madrasah;
Menurut Depag RI (dalam Sukardi, 2005: 11), Perpustakaan
sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan di
lingkungan sekolah sebagai penunjang proses belajar mengajar
di sekolah.
4. Perpustakaan Perguruan Tinggi;
Menurut Sutarno (2003: 35) Perpustakaan Perguruan Tinggi
merupakan perpustakaan yang berada dalam suatu perguruan
tinggi dan sederajat yang berfungsi mencapai Tri Dharma
Perguruan Tinggi, sedangkan penggunanya adalah seluruh
civitas akademika.
5. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diperuntukkan
secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga
pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan
keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lain.

2.1.4 Ketentuan Perpustakaan Kota


1. Koleksi Perpustakaan
Koleksi perpustakaan kota harus menyesuaikan kebutuhan
masyarakat. Perpustakaan menyediakan berbagai jensi koleksi,
seperti koleksi referensi, koleksi, umum, koleksi berkala,
koleksi khusus, dan jenis koleksi lainnya sesuai kebutuhan
masyarakat yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu serta

13
mengakomodasi koleksi berdasarkan umur, pekerjaan, dan
kebutuhan khusus.

Gambar 2.1 Jenis Buku yang diminati Pembaca


Sumber : www.picodi.com, 2019

Grafik 2.2 Jenis Buku yang diminati 2018-2020


Sumber : Gramedia (www.datawrapper.de)

Koleksi buku yang disediakan disesuaikan dengan minat


masyarakat terhadap jenis bukunya. Berdasarkan data dari
Picodi, buku yang diminati masyarakat adalah buku fiksi
dengan presentasi 75% dan diikuti dengan buku non fiksi
dengan presentase 41%. Berdasarkan data dari gramedia, buku
yang banyak diminati masyarakat dari tahun 2018-2020 adalah
buku sekolah dan diikuti oleh novel. Berdasarkan data tersebut,
koleksi buku fiksi (novel dsb) dan buku non fiksi (buku
sekolah/pelajaran dsb) disediakan lebih banyak daripada jenis
buku yang lain, seperti komik, literatur hobi, literatur sains, dan
buku religius.

14
a. Jenis koleksi
Berdasarkan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2017 koleksi
perpustakaan kota terdiri dari :
 Karya tulis, terdiri dari koleksi literatur kelabu,
manuskrip.
 Karya cetak, terdiri dari buku dan terbitan berkala.
 Karya rekam, terdiri dari koleksi audio visual,
rekaman video,
 Karya dalam bentuk elektronik termasuk koleksi
digital.
b. Koleksi per kapita
Perpustakaan umum yang berada di tingkat kota, koleksi
buku yang dimiliki minimal sebanyak 5.000 judul.
Berdasarkan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2017 terdapat tiga tipe
perpustakaan kota, yaitu perpustakaan tipe C dengan
jumlah judul koleksi paling sedikit 5.000 judul, tipe B
dengan jumlah judul koleksi paling sedikit 6.000 judul, dan
tipe A dengan jumlah judul koleksi paling sedikit 7.000
judul.
2. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2017 berikut adalah sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh perpustakaan kota :
a. Lokasi
Perpustakaan berlokasi di tempat yang strategis dimana
lokasi perpustakaan kota dapat diakses dan dicapai dengan
mudah oleh masyarakat.
b. Gedung Perpustakaan
Gedung Perpustakaan perlu memperhatikan aspek
kenyamanan, keindahan, pencahayaan, ketenangan,

15
keamanan, dan penghawaan serta menyediakan ruang
untuk koleksi, staf, dan penggunanya. Perpustakaan
menyediakan area parkir, fasilitas umum, dan fasilitas
khusus untuk mendukung kegiatan penggunanya.
c. Ruang Perpustakaan
Berdasarkan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2017 perpustakaan
kota menyediakan ruang, yaitu :
 Perpustakaan minimal menyediakan ruang untuk area
koleksi, area baca, dan area staf yang ditata secara
efektif, efisien, dan estetik.
 Perpustakaan harus mempunyai ruang penyimpanan
untuk koleksi, akses informasi, dan fasilitas pelayanan
perpustakaan.
 Ruang penyimpanan untuk koleksi minimal berupa
alat yang menyesuaikan bahan perpustakaan yang
tersedia.
d. Fasilitas Perpustakaan
 Fasilitas untuk mengakses informasi minimal berupa
peralatan dan sistem temu kembali informasi
 Fasilitas ruang pelayanan minimal peralatan yang
sesuai dengan jenis perpustakaan, seperti berikut :
a) Satu set alat kerja untuk setiap pengguna yang
dapat menunjang kegiatan dalam mendapatkan
informasi dan mengelola perpustakaan yang
terdiri dari kursi dan meja baca untuk pemustaka,
meja sirkulasi, dan meja multimedia.
b) Satu set alat penyimpanan yang digunakan untuk
menyimpan koleksi perpustakaan dan peralatan
pengelolaan lainnya yang terdiri dari rak koleksi
buku, rak majalah, rak surat kabar, lemari/laci
katalog, dan loker penyimpanan

16
c) Satu set alat multimedia yang setidaknya terdiri
dari satu set komputer yang dilengkapi dengan
teknologi informasi dan komunikasi

2.1.5 Perpustakaan Umum di Kota Bandar Lampung


Perpustakaan umum yang disediakan pemerintah di Kota
Bandar Lampung terdapat pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Bandar Lampung yang terletak di Tanjung Karang Timur dan
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Lampung yang terletak
di Teluk Betung Utara. Saat ini, perpustakaan umum yang sudah
terakreditasi atau memenuhi syarat minimal adalah perpustakaan
pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Lampung dengan
akreditasi B.

Gambar 2.2 Bentuk Bangunan


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

Bentuk bangunan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan


Kearsipan Provinsi Lampung dibuat lebih besar keluar pada lantai
duanya sehingga bentuk bangunan terlihat lebih besar pada bagian
atasnya. Dinding luar bangunan didominasi dengan penggunaan
keramik sebagai materialnya. Keramik yang digunakan didominasi
dengan penggunaan keramik berwarna putih dan keramik berwarna
cokelat. Pada lantai dua, jendela-jendela ruangan menggunakan
sistem fasad ganda sehingga cahaya matahari tidak masuk langsung
ke dalam ruangan.

17
Gambar 2.3 Jendela Perpustakaan
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

Lantai satu perpustakaan pada Dinas Perpustakaan dan


Kearsipan Provinsi Lampung menyediakan beberapa fasilitas yang
dapat digunakan untuk mendukung kegiatannya, diantaranya adalah :

Gambar 2.4 Denah Fasilitas Perpustakaan


Sumber : Olah data penulis, 2021

1. Lobby
Saat memasuki bangunan, pengunjung akan langsung menemui
area lobby yang dilengkapi dengan tempat pendaftaran dan
ruang tunggu.

Gambar 2.5 Tempat Pendaftaran Gambar 2.6 Ruang Tunggu


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021 Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

18
2. Ruang Baca Umum

Gambar 2.7 Denah Ruang Baca Umum


Sumber : Olah data penulis, 2021

Pada ruang baca umum dengan luas ruangan ± 315m2, terdapat


beberapa fasilitas untuk mendukung kegiatan penggunanya,
diantaranya :
a. BI Corner
Terdapat BI corner pada ruang baca umum, yaitu suatu
fasilitas yang di berikan Bank Indonesia untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat tentang ekonomi dan
peranan BI.

Gambar 2.8 BI corner


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

b. Komputer
Pada ruang baca umum terdapat tiga unit komputer yang
dapat digunakan untuk penelusuran menggunakan sistem
OPAC (Online Public Access Catalog), yaitu sistem
penelusuran katalog secara online yang terintegrasi.

19
Gambar 2.9 Komputer penelusuran
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

c. Meja Sirkulasi
Meja sirkulasi adalah tempat dimana staf mengurus
peminjaman, pengembalian, dan perpanjangan bahan
koleksi pustaka.

Gambar 2.10 Meja sirkulasi


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

d. Area rak koleksi buku


Tempat dimana koleksi-koleksi buku perpustakaan
diletakkan. Pengguna dapat meminjam atau sekedar
membaca buku-buku yang terdapat pada rak-rak koleksi
buku ini.

Gambar 2.11 Area rak koleksi buku


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

20
e. Area Baca Umum
Terdapat area baca yang dilengkapi dengan meja dan kursi
yang dapat digunakan pengguna untuk membaca buku dan
mengerjakan tugas ataupun bekerja. Area baca ini memiliki
kapasitas kursi sebanyak 32 dan meja sebanyak 8 buah.

Gambar 2.12 Area baca Umum


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

f. Loker penyimpanan
Terdapat loker penyimpanan yang dapat digunakan
pengguna untuk menyimpan atau meletakkan barang
pribadinya.

Gambar 2.13 Loker


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

3. Ruang Baca Anak


Ruang baca anak dengan luas ± 67,5m2 dibuat dengan tampilan
interior berwarna-warni sehingga ruangan tidak terlalu jenuh
dan anak-anak tertarik untuk mengunjungi. Pada area baca anak
terdapat meja sirkulasi, rak koleksi buku, dan area baca yang
juga berwarna-warni.

21
Gambar 2.14 Area baca anak
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

4. Ruang Referensi
Ruang referensi dengan luas ± 112,5m2 merupakan ruangan
yang berisi koleksi rujukan seperti kamus, ensiklopedia,
handbook, dan lainnya yang hanya bisa diakses atau dibaca
ditempat saja dan tidak dapat dipinjam oleh pemustaka.

Gambar 2.15 Area Baca Ruang Referensi


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

Gambar 2.16 Area Koleksi Buku Ruang Referensi


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

5. Ruang Berkala
Pada ruang berkala dengan luas ± 63m2 terdapat koleksi-koleksi
terbitan berkala seperti, jurnal, majalah, surat kabar dan lainnya.
Pada ruang berkala terdapat tiga unit komputer yang dapat
digunakan untuk penelusuran menggunakan sistem OPAC.

22
Gambar 2.17 Area Ruang Berkala
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

6. Ruang Rapat dan Aula


Pada lantai dua perpustakaan, terdapat ruang rapat dengan
kapasitas sebanyak 8 orang yang digunakan untuk staf atau
pengelola. Selain itu, terdapat ruang aula yang dapat digunakan
untuk acara pertemuan atau kegiatan ramai lainnya.

Gambar 2.18 Ruang Rapat Gambar 2.19 Aula


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021 Sumber : Dokumentasi pribadi, 2021

Untuk ruang pengelola atau kantor dinas berada di lantai dua


bangunan. Selain fasilitas-fasilitas tersebut, perpustakaan ini juga
menyediakan area parkir kendaraan beroda dua dan empat, toilet,
musholla, dan ruang penunjang lainnya di gedung yang berbeda
seperti Sembari Lampung, Gedung Peraga IPTEK, dan bioskop mini.
Sembari Lampung adalah ruangan yang berisi koleksi khusus
Lampung baik koleksi yang diterbitkan di Lampung dan ditulis atau
di buat oleh orang Lampung. Gedung Peraga IPTEK memiliki
sebanyak 10 alat peraga IPTEK. Gedung Peraga IPTEK dan bioskop
mini dapat digunakan untuk masyarakat umum dengan membuat
janji terlebih dahulu.

23
Pengelola pada perpustakaan ini dikelola langsung oleh Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Lampung. Perpustakaan ini
memiliki 31 pustakawan. Perpustakaan pada Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan Provinsi Lampung melayani pemustaka setiap hari,
kecuali hari libur nasional. Pada hari senin sampai dengan jumat
perpustakaan buka dari jam 8 pagi sampai dengan jam 3 sore,
sedangkan pada hari minggu perpustakaan buka dari jam 8 pagi
sampai dengan jam 12 siang.

2.1.6 Konsep Perpustakaan


Untuk mempertahankan eksistensinya, perpustakaan harus
dapat menyesuaikan konteks zamannya didukung dengan adanya
perkembangan teknologi sehingga penggunanya tidak merasa jenuh
untuk mengunjungi perpustakaan. Berikut adalah konsep-konsep
perpustakaan berdasarkan koleksi yang dimilikinya :
1. Perpustakaan Konvensional
Perpustakaan konvensional adalah konsep perpustakaan
yang identik dengan ruangan yang luas untuk menyusun dan
menyimpan berbagai koleksi tercetak sebagai fasilitas bagi
pengguna. Perpustakaan konvensional adalah suatu konsep
perpustakaan dimana hanya terdapat koleksi cetak yang dapat
diakses secara manual ditempat. Karakteristik perpustakaan
konvensional menurut WTEC hyper library adalah :
 Penekanan pada kekuatan dan pelestarian barang fisik atau
cetak, khususnya buku dan terbitan berkala.
 Membuat katalog pada tingkat tinggi daripada detail.
 Penelusuran koleksi berdasarkan kedekatan koleksi dari
materi yang berhubungan, misalnya, buku tentang sosiologi
berdekatan satu sama lain di rak.
 Passitivity; informasi secara fisik berkumpul di satu tempat;
pengguna harus pergi ke perpustakaan untuk mempelajari
apa yang ada di sana untuk memanfaatkannya.

24
2. Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital merupakan perpustakaan modern yang
memiliki koleksi bahan pustaka dalam bentuk format digital
yang disimpan dalam sistem komputer dan diakses melalui
komputer serta pada operasionalnya menggunakan sistem
automasi. Koleksi bahan pustaka pada perpustakaan digital
adalah dokumen digital yang terdiri dari lima jenis, yaitu teks,
gambar, suara, gambar bergerak (video), dan grafik (Susanto,
2010: 17).
Perpustakaan digital menyediakan koleksi digital yang
diharapkan memberikan keleluasaan kepada pengguna dalam
mengaksesnya meskipun bersamaan dengan pengguna lainnya
dalam waktu yang sama (Istiana, 2014: 47). Hal ini memberikan
keuntungan dengan berkurangnya kebutuhan akan tempat
(space) dan informasi yang tersebar lebih cepat.

3. Perpustakaan Hibrida
Perpustakaan hibrida adalah perpustakaan yang memiliki
‘dua muka’ yaitu merupakan perpaduan koleksi digital dan
koleksi konvensional (Suwarno, 2013:29). Perpustakaan hibrida
merupakan perpustakaan yang didesain untuk mengelola
koleksi dari dua sumber yang berbeda, yaitu sumber elektronik
dan sumber tercetak yang dapat diakses melalui jarak dekat
maupun jarak jauh (online) menggunakan internet.
Perpustakaan hibrida memiliki konsep dengan tetap
mempertahankan keberadaan koleksi cetak, karena pemustaka
tetap membutuhkan koleksi tercetak serta terdapat koleksi
tercetak yang tidak dapat digantikan ke sistem digital.

4. Perpustakaan Bookless
Kata bookless secara bahasa memiliki arti tidak
mempunyai buku. Perpustakaan bookless adalah konsep

25
perpustakaan dimana tidak tersedianya koleksi buku atau
koleksi cetak di dalamnya. Koleksi yang terdapat pada
perpustakaan bookless hanya terdiri dari koleksi buku
elektronik/digital yang juga dapat secara online. Berbeda
dengan perpustakaan digitial, walaupun konsep perpustakaan
bookless tidak menyediakan koleksi tercetak, tetapi tetap
membutuhkan tempat (space) atau bangunan fisik.
Koleksi buku yang tersedia pada perpustakaan bookless
dalam pemanfaatannya harus menyediakan alat khusus untuk
mengakses koleksinya, yaitu fasilitas e-reader. E-reader berupa
perangkat elektronik dapat berbentuk tablet dengan ukuran
layar yang bervariasi yang dapat menampilkan koleksi buku
elektronik/digital yang merupakan fasilitas baca yang
dibutuhkan penggunanya.

2.1.7 Media Interaktif pada Perpustakaan


Media interaktif adalah suatu alat yang memberikan layanan dalam
bentuk digital dengan sistem komputer yang dapat berinteraksi dengan
tindakan penggunanya dengan memberikan konten. Dengan memberikan
fasilitas media interaktif pada perpustakaan akan memberikan pengalaman
baru kepada pengguna dalam mencari informasi dan belajar. Dengan media
interaktif, perpustakaan tetap dapat menyesuaikan konteks sesuai
zamannya serta membuat suasana belajar di perpustakaan semakin menarik
dan tidak membosankan. Media interaktif yang dapat dimanfaatkan untuk
pengguna perpustakaan memenuhi informasi dan belajar diantaranya :
1. Display/layar interaktif

Gambar 2.20 Ilustrasi Layar Interaktif


Sumber : i.pinimg.com

26
Layar interaktif merupakan suatu perangkat atau media yang
menampilkan konten visual dimana pengguna dapat mengontrol
perangkatnya melalui sentuhan jari atau melalui gerakan tubuh
pengguna. Dengan memberikan layar interaktif sebagai media belajar
dan sumber informasi, pengguna akan mendapatkan pengalaman baru
dalam belajar serta membuat suasana belajar yang menarik dan
menyenangkan.

Gambar 2.21 Sudut dan Jarak Pandang Layar


Sumber : Neufert Architects Data

2. Augmented Reality

Gambar 2.22 Ilustrasi Penggunaan AR


Sumber : quantumera.com

Augmented reality merupakan teknologi dimana data digital


dihubungkan langsung dengan dunia nyata. Penggunaan teknologi
memungkinkan pengguna untuk memproyeksikan objek 2D maupun
3D ke dunia nyata melalui sebuah perangkat. Dengan menggunakan
teknologi ini pengguna dapat bereksplorasi serta memiliki pengalaman
baru dalam belajar dan mencari informasi.

27
3. Virtual Reality

Gambar 2.23 Ilustrasi Penggunaan VR


Sumber : www.library.illinois.edu

Virtual reality adalah sebuah perangkat teknologi yang dapat membuat


pengguna berinteraksi dengan sebuah lingkungan yang disimulasikan
oleh sistem komputer berupa sebuah lingkungan tiruan dari dunia
nyata ataupun sebuah lingkungan baru berdasarkan imajinasi.

2.1.8 Pengaruh Warna terhadap Pengguna Perpustakaan


Pemilihan warna pada bangunan dapat mempengaruhi kenyamanan
pengguna secara psikologis dan fisiologis dengan suasana ruang yang
ditimbulkan. Kenyamanan termal pada bangunan dapat dipengaruhi dengan
penggunaan warna yang tepat, terutama pada interior bangunan yang
banyak terjadi aktivitas. Penggunaan warna akan memberikan pengalaman
visual kepada pengguna bangunan. Pemilihan warna pada perpustakaan
bertujuan untuk menciptakan suasana ruangan yang dapat memotivasi
pemustaka untuk belajar serta memberikan suasana ruang yang nyaman.

Gambar 2.24 Skema Psikologi Warna


Sumber : Sulasmi, 2002

28
Berdasarkan efek yang dihasilkan dari skema sistem warna oswald
pada gambar di atas, warna dapat digolongkan menjadai warna panas dan
warna dingin. Warna panas mengarah kepada warna jingga (J) dimana
warna-warna lain disekitarnya, seperti warna merah dan kuning
digolongkan sebagai warna panas atau hangat sedangkan warna dingin
mengarah ke warna biru hijau (BH) dimana warna-warna lain disekitarnya,
seperti warna hijau dan biru digolongkan sebagai warna dingin atau sejuk.

Warna Efek Psikologis dan Fisiologis


Memiliki karakteristik warna yang panas atau
Jingga hangat dan memberikan kesan keingintahuan,
kegembiraan, dan suasana yang cerah.
Memiliki karakteristik warna yang panas atau
hangat, menimbulkan kegembiraan dan
Merah kegairahan. Warna merah juga dapat
menimbulkan kesan mengganggu, memicu
emosi dan agresivitas.
Memberikan kesan hangat, menyenangkan, dan
ceria yang dapat meningkatkan semangat dan
Kuning kepercayaan diri. Warna kuning juga
memberikan suasana yang aktif dan luas pada
sebuah ruang.
Memiliki karakteristik dingin atau sejuk yang
Biru memberikan kesan yang menenangkan, damai,
dan santai.
Identik dengan warna alam yang memiliki
karakteristik kesan sejuk dan menyegarkan
Hijau
yang bersifat netral. Warna ini memberikan
kesan santai, menenangkan, dan damai.
Memiliki karakteristik dingin yang
memberikan kesan feminim dan mewah. Warna
Ungu
ini juga dapat memberikan kesan agresif dan
sedih.
Identik dengan material kayu yang memberikan
Cokelat
kesan alami dan hangat.

29
Memberikan kesan formal, tegas, dan kuat.
Warna hitam juga memberikan kesan yang
Hitam
berat, tidak menyenangkan, tertekan, sedih, dan
kedalaman
Memberikan kesan suci, bersih, ketenangan,
Putih
terang, keluasan, dan sederhana.
Tabel 2.1 Warna dan Pengaruhnya terhadap Psikologi
Sumber : Olah data penulis, 2021

2.2 Tinjauan Arsitektur Bioklimatik


2.2.1 Pengertian Arsitektur Bioklimatik
Arsitektur bioklimatik berkembang mulai dari tahun 1990-an
yang merupakan arsitektur modern yang dipengeruhi oleh iklim.
Menurut Yeang Kenneth bioklimatik adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara iklim dan kehidupan khususnya pengaruh dari
iklim terhadap kesehatan dan aktifitas sehari-hari.
Bangunan bioklimatik merupakan bangunan yang bentuk
bangunannya disusun oleh desain yang hemat energi, yang
berhubungan dengan iklim sekitarnya sehingga dihasilkan bangunan
yang merespon dengan lingkungan dengan perwujudan dan
operasinya serta penampilan berkualitas tinggi. (Yeang Kenneth
tahun 1996).
Secara keseluruhan, arsitektur bioklimatik merupakan suatu
pendekatan untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan
mempertimbangkan hubungan antara bentuk arsitektur dengan
lingkungan dan iklim sekitarnya.
Arsitektur Bioklimatik menggunakan prinsip yang bertujuan
untuk merancang bangunan yang dapat menanggapi iklim pada
daerah sekitarnya, yaitu iklim makro dan iklim mikro daerah
tersebut serta dapat menanggapi cara untuk mewujudkan
kenyamanan termal pada bangunan yang dapat dirasakan oleh
penggunanya.

30
2.2.2 Konsep Arsitektur Bioklimatik
Arsitektur bioklimatik merupakan pendekatan arsitektur yang
bertujuan untuk menciptakan kenyamanan kepada pengguna
bangunannya. Penerapan arsitektur bioklimatik harus dapat
memenuhi :
1. Kenyamanan Termal Pengguna Bangunan
Kenyamanan berdasarkan KBBI adalah suatu keadaan
yang nyaman. Kenyamanan termal adalah suatu keadaan di
sebuah lingkungan dengan tingkat suhu tertentu individu
merasa nyaman dalam melakukan aktivitas baik secara
psikologis, fisiologis, maupun perilaku. Kenyamanan termal
pada bangunan menciptakan suasana ruang yang nyaman bagi
pengguna dalam beraktivitas serta kesehatan pada pengguna
bangunan.
Mendesain bangunan yang respon terhadap iklim dan
lingkungan sekitarnya dengan menggunakan pendekatan
arsitektur bioklimatik menciptakan bangunan yang hemat
energi serta bangunan yang memfokuskan pada aspek
kenyamanan penggunanya.

Gambar 2.25 Hubungan dalam Perspektif Bioklimatik


Sumber : Larasati, 2000 (Larasati DZ, 2013)

31
Pendekatan arsitektur bioklimatik yang menfokuskan pada
kenyamanan pengguna dapat dicapai dengan :
a. Memadukan dan mengaitkan vegetasi dengan bangunan
 Juxtaposition, yaitu dengan meletakan material
hijau/vegetasi pada satu tempat atau lokasi pada
bentuk bangunan, seperti menggunakan planter box.
 Intermixing, yaitu dengan penyebaran secara berpola
pada area yang besar dengan vegetasi pada permukaan
bangunan atau area inorganik.
 Integration, yaitu dengan meletakan material hijau
pada fasad bangunan dengan cara memutar seperti
spiral dari bawah sampai ke atas bangunan.
b. Penempatan dan penggabungan ruang transisi dalam
bangunan gedung tinggi
Membuat area deep air zones, interstitial spaces atau
residual spaces pada bangunan.
 Pembuatan area deep air zones dengan membuat
ventilasi alami pada atrium yang terbuka sampai ke
atasnya dengan penutup louver/kisi-kisi;
 Interstitial spaces (ruang perantara) dengan balkon
yang tersembunyi (recessed balconies),
 Residual spaces dengan penggunaan skycourts.
c. Membuat desain bentuk bangunan dan dinding luar yang
merespon sinar matahari
Pada kondisi tertentu, dinding luar bangunan dapat
didesain untuk menciptakan lingkungan yang interaktif,
dengan bagian yang bergerak, penyelarasan dan
pengadaptasian yang dipengaruhi oleh perubahan iklim
luar dan keadaan iklim lokal. Metode ini dapat dilakukan
dengan transitional spaces, sehingga intensitas sinar
matahari yang masuk ke dalam bangunan menjadi
berkurang. Metode lainnya dengan sun shading yang

32
diletakan pada arah yang menerima intensitas cahaya yang
besar yaitu pada arah timur dan barat. Di samping itu sun
shading dilapisi dengan bahan yang mampu mengurangi
panas matahari atau bahan yang daya hantar panas rendah.

2. Menciptakan Ventilasi Alami


Pendinginan alami pada bangunan didasarkan dengan
penggunaan sistem ventilasi alami. Berdasarkan pendinginan
alami bangunan vernakular, terdapat tiga sistem ventilasi alami
yang dapat digunakan ke dalam arsitektur bioklimatik. Sistem
ventilasi alami berdasarkan penghawaan alami dan
penerapannya di bagian yang berbeda dapat dikategorikan
menjadi beberapa metode dasar dalam penerapannya :

Gambar 2.26 Model Dasar Ventilasi Alami


Sumber : Sørensen, 2008

a. Cross ventilation
Penghawaan alami berupa bukaan jalur udara berdasarkan
perbedaan tekanan pada bangunan. Sistem ini merupakan
sirkulasi udara dengan metode yang memanfaatkan dua
jalur bukaan dengan posisi yang saling berhadapan dalam
suatu bangunan.
b. Chimney Ventilation
Penghawaan alami berdasarkan stack effect, yaitu
pergerakan udara pada bangunan dengan daya penggerak
bouyancy (daya apung). Saat suhu udara meningkat,
kerapatannya menurun sehingga massa jenis udara lebih
ringan sehingga udara akan bergerak ke atas atau ke luar

33
bangunan. Semakin besar perbedaan suhu udara dan
elevasi bukaan, semakin besar penggerak daya apungnya
sehingga ventilasi alami lebih optimal.
c. Menara udara dan penangkap udara
Penghawaan alami berdasarkan overpressure (tekanan
berlebih) dan underpressure (kurang tekanan). Udara
bergerak dari yang bertekenan tinggi ke rendah. Udara
yang panas tekanannya menjadi rendah sehingga lebih
ringan. Udara panas ini akan mengalir ke atas atau luar
bangunan dan akan digantikan dengan udara yang sejuk
yang bertekanan tinggi.

2.2.3 Desain Bioklimatik Pada Daerah Tropis


Indonesia berada di wilayah iklim tropis yang berarti Indonesia
mendapatkan penyinaran matahari sepanjang tahun sehingga suhu
udara tinggi, kelembapan udara tinggi, dan curah hujan tinggi.
Desain bioklimatik pada daerah tropis seperti Indonesia digunakan
untuk meminimalisir panas pada bangunan oleh radiasi matahari
tanpa mengurangi pencahayaan alami pada bangunan. Pemanfaatan
cahaya matahari serta angin untuk ventilasi alami digunakan untuk
mendapatkan kenyamanan termal yang optimal pada bangunan.
Dalam merencanakan bangunan pada daerah tropis diperlukan
analisis yang meliputi (Larasati DZ, 2013):
 Komposisi massa (penempatan zonasi dan core) yang
mempengaruhi kenyamanan termal dan visual
 Orientasi bangunan untuk mengantisipasi tingginya radiasi
matahari
 Cladding dan desain dinding eksterior, yang akan
mempengaruhi kinerja termal, penahan matahari dan ventilasi
silang.
 Pemanfaatan ventilasi alami, yang akan mempengaruhi kinerja
kenyamanan termal dan kekakuan bangunan

34
 Desain lansekap horizontal dan vertikal untuk mendapatkan
manfaat estetika dan ekologis, menurunkan suhu iklim mikro,
meningkatkan kualitas udara melalui fotosintesis, dan
meningkatkan keanekaragaman hayati ekosistem.

Gambar 2.27 Kriteria dan Output Desain Bioklimatik


Sumber : Larasati DZ, 2013

2.2.3 Prinsip-prinsip Arsitektur Bioklimatik


Arsitektur bioklimatik berfokus pada iklim sekitar sebagai
konteks utama dari desain bangunannya, tidak menimbulkan
dampak negatif ke lingkungan sekitarnya, menggunakan energi yang
minim dalam operasional bangunanya, dan tetap mempertahankan
kenyamanan pengguna. Kunci dari desain bioklimatik adalah sistem
pasif yang berjalan tanpa terlalu bergantung pada peralatan mekanis,

35
menangani secara eksklusif desain dan sumber daya lokal untuk
mencapai efisiensi energi, dan menciptakan iklim mikro dalam
ruangan yang optimal.
Menurut Tze (2015), desain bioklimatik dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu :
1. Passive Solar Heat Protection (Minimal Heat Gain)
Sistem ini dicapai dengan menggunakan lokasi dan pemilihan
orientasi bangunan yang disesuaikan dengan lokasi untuk
melindungi bangunan dari panas berlebih yang diterima dari
sinar matahari. Desain yang dihasilkan harus disesuaikan
berdasarkan arah jalur matahari dan penempatan pohon atau
lanskap dan juga pemilihan material yang dapat menyerap
panas matahari dan radiasi matahari pada bangunan.
2. Passive Cooling Techinque (Maximum Heat Loss)
Pendinginan pasif digunakan untuk memaksimalkan
kenyamanan pada bangunan, karena perlindungan dari matahari
belum tentu maksimal. Penempatan bukaan dilakukan
berdasarkan arah angin agar ventilasi alami pada bangunan
dapat bekerja secara optimal.
3. Natural Daylighting System
Sistem pencahayaan alami berfungsi dengan menempatkan
bukaan atau jendela dan permukaan reflektif pada lokasi
bangunan berdasarkan pada jalur matahari (sun path).
Penempatan bukaan jendela disarankan berada pada fasad
bangunan yang berorientasi ke utara dan selatan. Hal ini
bertujuan untuk memberikan cahaya alami yang besar dan
pencahayaan internal yang efektif di siang hari dengan
menghindari silau dari cahaya matahari. Sistem ini
memaksimalkan kenyamanan visual dan meminimalisir
konsumsi energi pada bangunan karena sedikit pencahayaan
buatan yang digunakan.

36
Prinsip arsitektur bioklimatik menurut Ken Yeang adalah
sebagai berikut :
1. Orientasi

Gambar 2.28 Orientasi Bangunan terhadap Matahari


Sumber : Yeang, 1994

Orientasi pada bangunan bioklimatik dioptimalkan pada


sisi selatan dan utara yang memberikan keuntungan dalam
pencahayaan. Pada bangunan tinggi, pencahayaan dan radiasi
matahari yang diterima tinggi. Maka dari itu, penentuan
orientasi bangunan sangat penting terhadap konservasi energi
bangunan. Mengatur bukaan bangunan menghadap utara dan
selatan memberikan keuntungan besar dalam mengurangi
insolasi panas. Penyesuain dan peneduh tambahan diperlukan
pada bangunan yang tidak sesuai jalur matahari (sunpath).

2. Bukaan Jendela

Gambar 2.29 Arah Bukaan Jendela


Sumber : Yeang, 1994

37
Pada bangunan bioklimatik bukaan jendela sebaiknya
dibuat menghadap utara dan selatan, kecuali dibutuhkan
orientasi lain untuk kebutuhan pemandangan. Untuk estetika
bangunan dapat digunakan curtain wall pada fasad yang tidak
menghadap matahari langsung dan pemakaian sun shading/kisi-
kisi untuk mengantisipasi radiasi matahari serta mengatur
intesitas cahaya matahari yang diterima.

3. Hubungan dengan lanskap

Gambar 2.30 Vegetasi Bangunan & Open Plan pada Lantai Dasar
Sumber : Yeang, 1994

Pada daerah tropis, lantai dasar bangunan bioklimatik


dibuat terbuka ke luar serta berhubungan dengan lingkungan
sekitarnya. Atrium pada lantai dasar dapat mengurangi tingkat
kepadatan pada jalan. Terdapat bukaan sebagai koneksi dari
pintu masuk ke luar bangunan serta sebagai area pergerakan
udara dan cahaya yang melewati bangunan.
Tumbuhan dan lansekap berfungsi sebagai ekologi
bangunan. Ketika terjadi integrasi antara elemen biotik
(tanaman) dan elemen abiotik (bangunan) dapat memberikan
efek dingin pada bangunan, membantu penyerapan O2 dan
pelepasan CO2.

38
4. Desain Dinding

Gambar 2.31 Desain Dinding Bangunan


Sumber : Yeang, 1994

Desain dinding merupakan suatu lapisan yang berfungsi


sebagai kulit pelindung bangunan. Pada daerah iklim tropis,
dinding luar bangunan harus dapat mengendalikan dan
memungkinkan terjadinya ventilasi silang yang baik untuk
menciptakan kenyamanan dalam bangunan, memberikan
perlindungan dari matahari, mengatur jatuhnya hujan yang
dipengaruhi oleh angin dan memfasilitasi pembuangan air hujan.

5. Transisi

Gambar 2.32 Area Transisi Bangunan


Sumber : Yeang, 1994

Area transisi pada bangunan bioklimatik diwujudkan


dengan atrium yang dileatkkan di tengah bangunan dan
sekeliling bangunan yang berfungsi sebagai ruang udara. Ruang
transisi berfungsi sebagai ruang perantara yang terletak di
antara interior dan eksterior bangunan. Bagian atas atrium
dilindungi dengan louver/kisi-kisi yang berfungsi mendorong

39
aliran angin masuk ke dalam bangunan. Untuk mengontrol
ventilasi alami pada bagian dalam bangunan, penggunaan
louver/kisi-kisi berfungsi sebagai wind scoops.

6. Pembayang Pasif

Gambar 2.33 Pembayang Pasif Bangunan


Sumber : Yeang, 1994

Pembayangan pasif berarti pembiasan sinar matahari pada


dinding yang menghadap matahari secara langsung sebagai
pencahayaan alami. Pada fasad kaca bangunan yang menghadap
langsung ke arah matahari diperlukan pelindung seperti
penggunaan sun shading. Pelindung berfungsi meminimalisir
panas yang diterima serta mencegah masuknya panas matahari
langsung pada bangunan.
Pergerakan udara yang baik meningkatkan emisi panas dari
permukaan tubuh manusia dan memberikan rasa nyaman.
Ventilasi silang digunakan untuk memberikan sirkulasi udara
segar masuk dan mengeluarkan udara panas dari ruangan.
Skycourts, balkon, dan atrium sebagai ruang terbuka dan ruang
transisi pada bangunan mendorong aliran angin ke ruang
internal. Ventilasi sebagai wind scoops yang terletak di tepi
fasad berfungsi menangkap angin sehingga angin dapat
disalurkan ke langit-langit untuk memberi ventilasi ruang dalam.

40
7. Balkon

Gambar 2.34 Area Balkon Bangunan


Sumber : Yeang, 1994

Penggunaan balkon pada bangunan bioklimatik dapat


mengurangi sisi panas pada bangunan. Balkon berupa teras
yang lebar akan memudahkan membuat vegetasi yang berfungsi
sebagai pembayang alami dari sinar matahari. Balkon sebagai
area yang fleksibel akan memudahkan untuk penambahan
fasilitas yang akan tercipta dimasa yang akan datang.

8. Penempatan Core

Gambar 2.35 Penempatan Core Bangunan


Sumber : Yeang, 1994

Menurut Ken Yeang posisi core service pada desain


bangunan tinggi sangat penting, tidak hanya sebagai pendukung
struktur bangunan, tetapi mempengaruhi kenyamanan termal
pada bangunan. Core tidak hanya berfungsi sebagai struktur
pendukung bangunan saja tetapi juga sebagai ruang untuk
meminimalisir panas yang diterima bangunan. Core

41
berdasarkan posisinya diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu
inti pusat (central core), inti ganda (double core), dan inti satu
sisi (single sided core).
Untuk daerah yang beriklim tropis, core sebaiknya
diletakkan pada sisi timur atau barat bangunan, yaitu sisi yang
menerima banyak panas. Peletakkan core pada kedua sisi
bangunan yang menerima panas akan menjadi zona buffer,
yaitu area yang akan meminimalisir panas yang diterima.

9. Penyekat Panas pada Lantai

Gambar 2.36 Insulator Panas Bangunan


Sumber : Yeang, 1994

Insolator panas yang baik pada fasad bangunan dapat


mengurangi perpindahan panas dari matahari dengan udara
dingin yang berasal dari dalam bangunan. Karakterisitk utama
thermal insulation ditentukan oleh komposisinya. Thermal
insolation dibagi menjadi lima bagian utama. Penyekat utama
panas pada lantai bangunan bioklimatik adalah :
 Flake (serpihan)
Penyekat tersusun dari partikel-partikel kecil atau serpihan
yang terikat atau tidak terikat bersama serpihan yang lain.
 Fibrous (berserabut)
Penyekat tersusun dari serat-serat berdiameter kecil dari
organik maupun anorganik dan terikat atau tidak saling
terikat. Serat organik seperti kayu dan serat anorganik
seperti kaca, asbestos, atau karbon.

42
 Granular (butiran – butiran)
Penyekat tersusun dari butiran-butiran kecil yang berongga
seperti batu atau pasir.
 Cellular (terdiri dari sel)
Penyekat tersusun dari sel individu yang kecil terpisah dari
yang lainnya yang dihasilkan pada kaca, karet, dan plastik.
 Reflective (memantulkan)
Penyekat tersusun dari lembaran paralel yang tipis atau foil.
Pemantulan suhu panas yang tinggi dan memantulkan
radiasi panas pada sumbernya.

2.3 Studi Preseden Bangunan Perpustakaan


2.3.1 Long Beach Puplic Library

Gambar 2.37 Long Beach Public Library, Amerika Serikat


Sumber : www.archdaily.com

Long Beach Public Library atau Billie Jean King Main Library
merupakan perpustakaan publik yang berlokasi di Kota Long Beach,
California, Amerika Serikat. Perpustakaan dirancang oleh Skidmore,
Owings & Merrill (SOM). Pada bangunan ini SOM menunjukkan
penggunaan kayu sebagai solusi struktural dengan kayu menyusun 80%
bangunan. Bangunan memiliki luas 93.500 kaki2 dengan jumlah lantai 2
dan 2 basement yang digunakan untuk fungsi servis.

43
Gambar 2.38 Atrium Long Beach Public Library
Sumber : www.archdaily.com

Perpustakaan memberikan lingkungan yang ramah dan fleksibel


dalam melayani kegiatan belajar serta interaksi baru diantara
masyarakatnya. Atrium bangunan dengan kesan luas dan diatapi clerestory
dengan pencahayaan alami. Perpustakaan tidak hanya memfasilitasi
kegiatan untuk edukasi saja, perpustakaan dilengkapi dengan berbagai
fasilitas yang dapat menunjang aktivitas pengguna di dalamnya.

Gambar 2.39 Denah Lantai 1


Sumber : www.archdaily.com

Pada lantai satu perpustakaan terdapat area literatur anak-anak, toko


perpustakaan, family learning center, koleksi multimedia, koleksi spesial,
ruang pertemuan, studio seni, dan kantor yang berpusat ke atrium dan
galeri seni.

44
Pada lantai satu terdapat pusat informasi difabel yang menyediakan
perangkat dan program yang dapat membantu pengguna difabel dalam
memenuhi kebutuhan informasi seperti program pembaca layar untuk
tunanetra dengan mengubah teks ke suara dan program pembesaran dan
pembacaan yang memungkinkan pengguna melihat dan mendengar semua
yang ada di layar atau sebagian layar yang dipilih.

Gambar 2.40 Ruang baca


Sumber : www.archdaily.com

Gambar 2.41 Denah Lantai 2


Sumber : www.archdaily.com

Pada lantai dua perpustakaan terdapat rak-rak koleksi buku dengan


area membaca yang tenang, ruang belajar, area remaja, studio makerspace,
3D printing lab, serta tempat duduk lounge yang menawarkan
pemandangan Lincoln Park dan lingkungan sekitarnya.

45
Gambar 2.42 Studio Makerspace Gambar 2.43 Collaborative Space
Sumber : www.archdaily.com Sumber : www.archdaily.com

Terdapat layanan perpustakaan digital yang menyediakan akses


koleksi online, mendengarkan buku audio, kelas online, majalah, dan
lainnya. Komputer dapat diakses oleh publik dengan batas pemakaian
untuk setiap pengunjung selama 120 menit/hari.

2.3.2 LocHal Public Library

Gambar 2.44 LocHal Public Library, Belanda


Sumber : www.archdaily.com

LocHal Public Library merupakan perpustakaan publik yang


terletak di Tilburg, Belanda. Didesain oleh Civic Architects, bangunan ini
memiliki tiga lantai dengan luas sebesar 11.200m2. Interaksi antar
pengunjung menghadirkan cara yang lebih dalam untuk memperoleh
pengetahuan dan informasi, sehingga perpustakaan ini berfungsi sebagai
ruang publik tertutup, organisasi seni, dan fasilitas kerja bersama. Terdapat
aula dengan meja baca besar (berfungsi ganda sebagai podium), area
pameran, dan kios kopi. Ruang terlipat menjadi tangga lebar yang dapat

46
digunakan oleh individu atau sebagai tempat duduk acara untuk lebih dari
seribu penonton.

Gambar 2.45 Aula Gambar 2.46 Meja pada Aula


Sumber : www.archdaily.com Sumber : www.archdaily.com

Dari aula, lanskap tangga membawa pengunjung ke atas menuju


galeri untuk menelusuri buku atau ke salah satu area membaca yang lebih
tenang. Sirkulasi dalam bangunan melalui jalan interior yang terapit oleh
rak buku. Terdapat dinding rak buku di sisi kantor dengan penampilan
yang transparan untuk memberikan staf keseimbangan antara privasi dan
koneksi dengan area perpustakaan.

Gambar 2.47 Area Tangga Gambar 2.48 Jalan Interior


Sumber : www.archdaily.com Sumber : www.mecanoo.nl

Enam layar tekstil memungkinkan pemisahan area yang fleksibel


dan meningkatkan akustik. Layar dengan luas permukaan 4.125 m2 dapat
diatur posisinya dalam berbagai konfigurasi. Layar dapat dipindahkan
untuk memisahkan area kerja bersama dari lantai perpustakaan yang lebih
tinggi atau melintasi salah satu tangga untuk membuat auditorium kecil
semi-pribadi; lengkap dengan akustik dan lighting yang sesuai.

47
Gambar 2.49 Layar Tekstil Interior
Sumber : www.archdaily.com

Pada lantai satu terdapat cafe, area baca dan open stage, area
pameran seni, youth library, DigiLab, rak-rak buku umum dan anak-anak,
lab memasak, ruang pertemuan, dan kantor. Area perpustakaan anak
terinsprasi oleh taman hiburan Efteling dengan suasana ruang warna-warni
dan ceria. Area mezzanine yang dimanfaatkan untuk area kerja
terkonsentrasi. DigiLab dapat digunakan untuk bereksperimen dengan
media serta perangkat keras dan lunak modern dimana pengunjung dapat
mengedit foto dan video atau membuat game serta terdapat printer 3D dan
greenscreen untuk film.

Gambar 2.50 Area Buku Anak-anak Gambar 2.51 Mezzanine


Sumber : www.mecanoo.nl Sumber : www.mecanoo.nl

Pada lanati dua, terdapat Youthzone, learning lab, lab heritage,


ruang diskusi dan debat, concert hall, area kerja, dapur, dan ruang
konferensi. Youthzone termasuk GameLab di dalamnya memberikan ruang
untuk pembelajaran yang berbeda, seperti kerja terkonsentrasi, kolaborasi,
dan pertemuan.

48
Gambar 2.52 Learning Lab Gambar 2.53 GameLab
Sumber : www.mecanoo.nl Sumber : www.mecanoo.nl

Gambar 2.54 Dialogue Lab Gambar 2.55 Word Lab


Sumber : www.mecanoo.nl Sumber : www.mecanoo.nl

Pada lantai tiga, terdapat tribun, area kerja informal, area koleksi
sains, concert hall, ruang proyek, area kerja khusus, balkon dengan
restoran, dan layar tekstil.

2.3.3 Deichman Library

Gambar 2.56 Deichman Library, Norwegia


Sumber : www.archdaily.com

49
Perpustakaan Sentral Deichman berada di tepi laut Kota Oslo,
Norwegia di samping gedung opera rancangan Snøhetta. Perpustakaan
Sentral Deichman dirancang oleh Atelier Oslo dan Lundhagem, merupakan
bangunan lima lantai dengan satu basement yang berisi ruang untuk
450.000 buku yang membungkus atrium besar dengan pencahayaan dari
atas yang menghubungkan setiap lantai. Bangunan ini memliki luas
19.600m2 dan selesai dibangun pada tahun 2020.

Gambar 2.57 Konsep diagram Gambar 2.58 Interior bangunan


Sumber : www.archdaily.com Sumber : www.archdaily.com

Perpustakaan dirancang untuk menawarkan berbagai ruang berbeda


dalam satu ruang besar yang terhubung. Program perpustakaan diatur
dengan semakin kelantai atas bangunan suasana ruangan akan hening dan
kontemplatif. Interior bangunan yang dibuat terbuka menciptakan suasana
mengundang bagi pengunjungnya untuk terus menjelajahi setiap sudut
bangunan untuk menemukan area baru perpustakaan.

Area perpustakaan
terbuka
Auditorium dan Cinema
Restaurant dan Cafe
Penyimpanan media
Koleksi spesial
Area kantor
Teknis dan servis
Area pengiriman

Gambar 2.59 Program Ruang Bangunan


Sumber : www.archdaily.com

50
Pada basement bangunan terdapat sebuah bioskop dan auditorium
dengan kapasitas 200 orang serta ruang-ruang untuk teknis dan servis
perpustakaan. Pada lantai dasar terdapat katalog koran, jurnal, dan majalah,
restoran dan kafe yang dapat dikunjungi pengunjung untuk bersantai serta
terdapat area informasi.

Gambar 2.60 Auditorium Gambar 2.61 Langit-langit


Deichman Library Lantai Dasar
Sumber : deichman.no Sumber : deichman.no

Pada lantai satu terdapat area perpustakaan dengan aktivitas untuk


pembaca muda yang memiliki koleksi buku fiksi dan anak-anak. Pada area
anak-anak dibuat dengan desain yang menarik sehingga menyenangkan
untuk dinikmati anak-anak.

Gambar 2.62 Suasana Perpustakaan Anak


Sumber : www.world-architects.com

Pada lantai dua pengunjung akan menemukan perpustakaan dan


dunia musik, film, komik, game, serta prosa yang luar biasa. Pengunjung
juga dapat mengakses ruang yang menyediakan printer 3D, mesin jahit,

51
pemotong vinil, printer tekstil, printer format besar, setrika solder, dan
banyak lagi. Terdapat stasiun film, stasiun musik, studio audio, bioskop
mini, ruang permainan, dan panggung kecil.

Gambar 2.63 Area Jahit Gambar 2.64 Stasiun Musik


Sumber : deichman.no Sumber : deichman.no

Pada lantai tiga terdapat ruang kelas, ruang kelompok, dan ruang
belajar untuk pengunjung yang membutuhkan suasana ruang yang tenang.
Pada lantai tiga terdapat perpustakaan dengan buku-buku tentang seni,
arsitektur, kesehatan, teknologi, dan ilmu alam.

Gambar 2.65 Area Baca Gambar 2.66 Ruang Pertemuan Mini


Sumber : deichman.no Sumber : deichman.no

Pada lantai atas, yaitu lantai empat terdapat area belajar, ruang baca,
ruang untuk bersantai, perpustakaan dengan buku-buku ilmu sosial, sejarah,
psikologi, filsafat, agama serta literatur tentang Oslo. Pada lantai atas
terdapat proyek perpustakaan masa depan pada sebuah ruang khusus di
mana teks asli dari 100 penulis akan disimpan. Setiap tahun, antara tahun
2014-2114 satu penulis akan diundang untuk menyumbangkan teks baru.

52
Gambar 2.67 Area Baca lantai 4 Gambar 2.68 Suasana bangunan
Sumber : deichman.no Sumber : www.flickriver.com

Perpustakaan dirancang untuk tidak hanya berisi buku-buku, tetapi


juga sebagai tempat berkumpulnya masyarakat untuk bertemu dan belajar
bersama. Perpustakaan dirancang untuk menghilangkan kesan
perpustakaan tua yang identik dengan lantai yang besar diisi dengan
deretan rak buku. Perpustakaan ini menciptakan variasi baru yang
memungkinkan banyak kegiatan berlangsung di dalamnya

2.4 Studi Preseden Bangunan Bioklimatik


2.4.1 Menara Mesiniaga

Gambar 2.69 Menara Mesiniaga, Malaysia


Sumber : www.archdaily.com

Menara Mesiniaga berada di Petaling Jaya, Malaysia (tepat di luar


Kuala Lumpur), merupakan bangunan yang pertama mewujudkan prinsip-
prinsip desain bioklimatis Yeang. Perwujudan dari tujuan untuk membawa

53
desain pasif ke iklim di Asia Tenggara. Bentuk bangunan berfungsi sebagai
diagram dari berbagai prinsip matahari dan ventilasi alami pasif yang
menginformasikan desain. Struktur menara melingkar didukung oleh
delapan kolom tepat di luar selubung bangunan, memungkinkan
fleksibilitas maksimum pada interior. Lift dan core tangga yang
berventilasi alami terletak di sisi timur gedung untuk menghalangi
perolehan matahari dari sinar matahari pagi yang intens.
Vegetasi menerus dari bawha menara sampai ke atas dalam bentuk
spiral "Skycourts" lanskap yang diukir pada fasad silinder. Selain
meningkatkan sirkulasi udara dan ventilasi alami, Skycourts menyediakan
koneksi ke alam untuk penghuni gedung, sangat kontras dengan konstruksi
komersial yang monoton. Skycourts yang dalam memberikan perlindungan
untuk ruang interior yang berdekatan, sementara kaca dari lantai ke langit-
langit, dan pintu kaca geser menjaga kontak dengan bagian luar bangunan.

Gambar 2.70 Diagram Skycourts


Sumber : www.archdaily.com

Fasad dilengkapi dengan kisi-kisi aluminium yang membantu


mencegah perolehan panas matahari. Pengaturan kisi-kisi menggambarkan
jalur matahari khatulistiwa di lokasi: fasad utara dan selatan, yang
menerima sedikit sinar matahari langsung, diarsir dengan kisi-kisi bergaris
tipis, sedangkan bagian barat bangunan dilindungi oleh kisi-kisi aluminium
yang lebar untuk menghalangi teriknya matahari.

54
Gambar 2.71 Kisi-kisi fasad Gambar 2.72 Orientasi Bangunan
Sumber : www.archdaily.com Sumber : www.archnet.com

Di bagian atas menara, mahkota dari baja tubular dimaksudkan


untuk mendukung pemasangan panel fotovoltaik untuk memenuhi
kebutuhan listrik pada bangunan. Mahkota ini juga memberikan
perlindungan untuk area rekreasi dan kolam renang di atap menara.

Gambar 2.73 Atap Gambar 2.74 Lanskap pada Fasad


Sumber : Yeang, 1994 Sumber : Yeang, 1994

Kolom khas yang menonjol di atas lantai kolam pada akhirnya akan
mendukung pemasangan panel surya, yang selanjutnya mengurangi
konsumsi energi bangunan yang didinginkan oleh ventilasi alami, tabir
surya, dan pendingin udara. Strategi desain Yeang yang ramah lingkungan
dan ekologis mengurangi biaya pemeliharaan jangka panjang dengan
menurunkan penggunaan energi.

55
Gambar 2.75 Desain Bioklimatik pada Bangunan
Sumber : Yeang, 1994

2.4.2 Solaris

Gambar 2.76 Solaris, Singapura


Sumber : commons.wikimedia.org

Pendekatan holistik dan konsekuen terhadap arsitektur bioklimatik


dapat diamati di Solaris (2011, Singapura,) yang dirancang oleh TR
Hamzah & Yeang. Ramp perimeter dengan panjang 1,5 km, dirancang
untuk memasukkan area hijau ke dalam bangunan secara maksimal. Ramp
membentuk hubungan antara One-north Park yang mencapai langsung
fasad bangunan dan menara Solaris. Menara yang lebih tinggi memiliki 15
lantai dan 9 lantai untuk menara yang lebih rendah. Keduanya memiliki
fasilitas penelitian dan perkantoran.

56
Gambar 2.77 Vertical Transcaped Ramp Gambar 2.78 Exterior Plants
Sumber : www.greenroofs.com Sumber : www.greenroofs.com

Lantai kantor dihubungkan oleh serangkaian skybridge yang


membentang di atrium. Bangunan ini akan menjadi titik fokus yang
dinamis untuk masyarakat melalui pengenalan ruang interaktif terbuka,
penggunaan skylight dan halaman secara kreatif untuk cahaya alami dan
ventilasi, serta jalan lanskap spiral yang membentuk hubungan ekologis
yang mengikat taman di atap dengan teras yang menembus fasad bangunan.
Ramp sepanjang 1,5 kilometer dengan lebar minimal 3 meter yang
tidak terputus menghubungkan One-North Park yang berdekatan di lantai
dasar bangunan dan Eco-cell basement. Pemeliharaan ramp lanskap spiral
dicapai melalui jalur paralel yang memungkinkan untuk melayani penanam
tanpa memerlukan akses dari ruang internal. Ramp juga berfungsi sebagai
taman linier yang membentang dari bidang tanah ke area atap paling atas
bangunan. Ramp dengan overhang yang dalam dan tanaman peneduh yang
besar merupakan salah satu elemen dalam strategi komprehensif untuk
pendinginan ambien fasad bangunan.

Gambar 2.79 Skylight Atrium


Sumber : www.trhamzahyeang.com

57
Poros diagonal yang menembus lantai atas Menara memungkinkan
cahaya siang hari masuk ke dalam bangunan. Pencahayaan internal
beroperasi pada sistem sensor yang mengurangi penggunaan energi dengan
mematikan lampu secara otomatis saat pencahayaan siang hari memadai.

Gambar 2.80 Eco-cell Gambar 2.81 Atrium dan skybridge


Sumber : www.trhamzahyeang.com Sumber : himaartra.petra.ac.id

Eco-cell memungkinkan vegetasi, cahaya matahari, dan ventilasi


alami meluas ke tingkat basement. Level terendah dari Eco-cell berisi
tangki penyimpanan dan ruang pompa dari sistem daur ulang air hujan.
Atrium menyediakan ruang untuk kegiatan komunal dan
pertunjukan kreatif. Lantai dasar berventilasi alami ini beroperasi sebagai
zona mode campuran (tanpa AC) dengan atap berongga kaca yang dapat
dioperasikan di atas atrium yang memberikan perlindungan sambil
memungkinkan ventilasi penuh saat diperlukan. Lanskap terhubung ke
One-North Park memungkinkan ventilasi silang dari atrium lantai dasar
dan menyediakan tempat untuk acara sosial / interaktif.

Gambar 2.82 High Performance Facade


Sumber : www.greenroofs.com

58
Desain fasad responsif berasal dari analisis jalur matahari lokal.
Singapura berada di ekuator dan jalur matahari hampir persis di timur-barat.
Studi fasad yang menganalisis jalur surya menentukan bentuk dan
kedalaman kisi-kisi, yang berfungsi ganda sebagai rak lampu. Strategi
peneduh matahari ini semakin mengurangi perpindahan panas ke seluruh
fasad perimeter kaca-ganda rendah bangunan. Dalam hubungannya dengan
ramp lanskap spiral, taman langit, dan overhang yang dalam, kisi-kisi juga
membantu dalam membangun iklim mikro yang nyaman di ruang yang
layak huni di sepanjang eksterior bangunan.

Gambar 2.83 Roof Garden Gambar 2.84 Rooftop


Sumber : www.greenroofs.com Sumber : www.greenroofs.com

Lanskap vertikal bertindak sebagai penyangga termal dan


menciptakan area untuk relaksasi dan ruang acara. Semua area bangunan
terhubung ke ramp spiral dan atrium berventilasi pasif. Total area lanskap
proyek ini mencapai 8.363 m2, dengan luas situs 7.734 m2. Hal tersebut
menghasilkan rasio bentang alam terhadap situs sebesar 108% dan luas
bentang alam 95% berada di atas permukaan tanah.

59
Gambar 2.85 Desain Bioklimatik pada Bangunan
Sumber : himaartra.petra.ac.id

Konsep bioklimatik menggabungkan solusi tradisional yang


dikembangkan untuk zona iklim panas dan lembab dengan teknologi dan
pengetahuan paling kontemporer. Desain fasad yang responsif terhadap
iklim didasarkan pada studi kondisi iklim lokal, termasuk analisis jalur
matahari.

2.4.3 Singapore National Library

Gambar 2.86 Singapore National Library, Singapura


Sumber : www.archute.com

60
Gedung Perpustakaan Nasional di Singapura memerlukan desain
berkelanjutan yang berfungsi sebagai ikon untuk kawasan tersebut. Desain
bangunan memiliki dua blok yang dipisahkan satu sama lain oleh sebuah
atrium. Atrium ini memiliki penerangan penuh pada siang hari dan semi-
tertutup untuk mengarahkan cahaya ke berbagai bagian bangunan sambil
membantu memfasilitasi ventilasi. Jembatan di atrium bertindak sebagai
penghubung antara dua blok bangunan. Blok proyek yang lebih besar
mengakomodasi perpustakaan yang terletak di atas plaza berventilasi alami
yang terbuka ke langit. Blok yang lebih kecil menampung semua aktivitas
bising termasuk pameran, auditorium, dan ruang multi-media.

Gambar 2.87 Atrium


Sumber : www.archute.com

Diferensiasi dalam hal konfigurasi ruang dengan dua bagian yang


merepresentasikan bagian perpustakaan yang tenang dengan ruang kegiatan
publik yang bising. Tujuannya adalah untuk menciptakan fasilitas
perpustakaan yang dapat menarik orang, tidak hanya untuk tujuan
membaca tetapi juga kegiatan umum dan kreatif lainnya. Bangunan
berorientasi menjauhi sumbu Timur-Barat untuk menghindari paparan sinar
matahari sore. Sisi barat daya memiliki dinding kokoh yang secara
permanen mencegah sinar matahari langsung masuk ke dalam bangunan.
Pelindung sinar matahari telah dipasang pada fasad bangunan untuk
mencegah panas dan silau yang berlebihan. Fasad lainnya juga memiliki

61
panel kaca yang memungkinkan masuknya cahaya matahari secara alami.
Penggunaan pencahayaan dalam ruangan buatan diminimalkan dengan rak
lampu yang memantulkan cahaya matahari lebih dalam ke dalam bangunan
untuk membantu masuk menerangi ruang interior.

Gambar 2.88 Area Baca dan Kerja Gambar 2.89 Fasad Depan
Sumber : www.archute.com Sumber : www.archute.com

Atrium, yang oleh arsitek, TR Hamzah & Yeang disebut sebagai


'jalan' internal adalah titik fokus utama dari bangunan, berfungsi sebagai
penghubung antara dua jalan aktif (Jalan Victoria dan Jalan Jembatan
Utara), yaitu plaza acara umum; ruang komunal yang juga mengarahkan
pengunjung ke serambi utama. Area ritel, kafe, dan toko perpustakaan
membawa aktivitas ke dalam atrium.

Gambar 2.90 Jalan Internal Gambar 2.91 Sky Terrace Lt. 10


Sumber : www.archnet.com Sumber : www.archute.com

14 taman lanskap di dalam kompleks dipenuhi dengan 120 spesies


tanaman tropis yang membantu mengatur suhu siang hari di dalam gedung.
2 taman yang dapat diakses oleh publik terletak di dua tingkat gedung yang

62
berbeda. Halaman, yang terletak di lantai 5 dilengkapi dengan fasilitas
audio-visual, taman kedua terletak di lantai 10 dan menawarkan jalur
refleksi kaki berkerikil. Taman lainnya biasanya ditutup tetapi mungkin
dibuka untuk acara-acara khusus.
Sistem teknologi pintar diadopsi gedung Perpustakaan Nasional
untuk membantu mengurangi konsumsi energi. Sensor hujan mengurangi
jumlah air yang masuk ke sistem irigasi untuk taman dalam ruangan selama
musim hujan. Sensor cahaya meredupkan atau mematikan lampu dalam
ruangan ketika ruang interior menunjukkan pencahayaan siang hari yang
cukup. Sensor gerak dipasang di eskalator dan keran toilet untuk
memastikan fasilitas ini hanya menyala saat digunakan. Sistem pendingin
udara sering disesuaikan untuk mengatur tingkat karbon dioksida di dalam
gedung serta menjaga suhu yang sesuai.
Pertimbangan holistik dari bahan ramah lingkungan arsitek Ken
Yeang untuk mengurangi dampak bahan bangunan terhadap lingkungan
alam. Bangunan mencapai penghematan energi hingga 31% dibandingkan
dengan bangunan non-hijau pada ukurannya dengan sistem yang
membantu menuju desain berdampak rendah yang ramah lingkungan.

Gambar 2.92 Desain Bioklimatik pada Bangunan


Sumber : www.archnet.com

63
Respon bioklimatik menciptakan zona iklim mikro yang sejuk
sekaligus memungkinkan cahaya matahari alami mencapai area sirkulasi
bangunan. Kaca surya yang lebar mengontrol sinar matahari langsung dan
silau selain menciptakan gambar bentuk bangunan yang responsif terhadap
iklim kontemporer. Taman skycourts memberikan efek psikologis hijau
yang positif pada pengguna sekaligus meningkatkan keanekaragaman
hayati situs dan memperbaiki lingkungan kerja. Core servis berfungsi
sebagai penyangga termal ke fasad Barat Laut dan Barat Daya.

2.5 Keluaran Hasil Studi Preseden


2.5.1 Analisis Hasil Studi Preseden Bangunan Perpustakaan
1. Fasad
Fasad bangunan perpustakaan dibuat terbuka atau transparan dengan
penggunaan material didominasi dengan kaca. Fasad perpustakaan yang
bersifat terbuka memberikan kesan bangunan perpustakaan yang
terhubung dengan lingkungan sekitarnya dan memberikan suasana yang
mengundang kepada masyarakat untuk mengunjunginya.
2. Massa Bangunan
Dari studi preseden perpustakaan dapat disimpulkan bangunan
perpustakaan dibuat dalam satu massa bangunan. Penggunaan satu massa
bangunan dapat memudahkan penggunanya dalam melakukan kegiatan,
karena semua fasilitas yang dibutuhkan berada atau berpusat di tempat
yang sama sehingga segala kegiatan yang ada terjadi dalam satu massa
bangunan tersebut.
3. Zonasi
 Lantai dasar digunakan untuk area publik atau area dengan kegiatan
ramai, seperti atrium atau aula dengan bukaan void yang menerus ke atas
bangunan untuk menciptkan konektivitas di seluruh lantai bangunan.
 Lantai dua dan seterusnya difungsikan untuk area perpustakaan dan juga
area penunjang lainnya serta ruang-ruang yang bersifat tertutup (semu
publik) untuk mendapatkan suasana tenang dan nyaman.
 Ruang pengelola dan ruang lainnya yang bersifat privat dibuat dengan
desain yang terkesan tertutup dan dapat diletakkan di area depan
bangunan untuk kemudahan akses atau di area bangunan lainnya yang

64
tidak terlalu terekspos.
 Area servis pada bangunan diletakkan di sisi bangunan yang kurang
terekspos, sehingga keberadaanya tidak terlalu mencolok, tetapi dapat
dijangkau dengan mudah. Basement dimanfaatkan untuk area servis,
seperti area parkir ataupun ruang-ruang servis.
4. Fasilitas
Long Beach  Pada lantai satu terdapat atrium/galeri, area anak-anak, meja
Public sirkulasi, toko perpustakaan, family learning center, koleksi
Library multimedia, area koleksi khusus, ruang pertemuan,
kantor/ruang kerja, studi seni, dan pusat informasi difabel.
 Pada lantai dua, terdapat meja informasi, display berkala,
koleksi buku, ruang baca, ruang belajar, studio makerspace, 3D
printing lab, area kolaboratif, dan kantor/ruang kerja.
LocHal  Fasilitas yang tersedia pada perpustakaan cukup beragam, pada
Public lantai satu bangunan terdapat cafe, area baca umum dan anak-
Library anak, open stage, ruang pameran, area koleksi, digilab, ruang
rapat, lab memasak, dan kantor.
 Pada lantai dua terdapat ruang diskusi, ruang pameran, area
kerja, ruang pertemuan, concert hall, dan ruang konferensi.
 Pada lantai tiga terdapat tribun, area kerja informal, area kerja
khusus, ruang proyek, dan restaurant.
Deichman  Pada bangunan terdiri dari berbagai fasilitas, pada lantai dasar
Library terdapat atrium, area perpustakaan terbuka, cafe, restaurant,
dan area kantor/pengelola.
 Pada lantai satu, dua, tiga, dan empat terdapat area
perpustakaan terbuka dan kantor serta ruang penyimpanan.
 Pada lantai dua dan tiga terdapat studio rekaman, bioskop mini,
dan ruang permainan.
 Pada lantai empat terdapat area koleksi spesial/khusus.
5. Koleksi
Menggunakan konsep perpustakaan hibrida, yaitu perpustakaan yang
menyediakan koleksi dalam bentuk tercetak dan dalam bentuk digital
dimana koleksi tercetak disediakan di area koleksi yang disediakan
sedangkan untuk koleksi digital disediakan dengan bantuan perangkat
untuk mengaksesnya, seperti tablet atau komputer sehingga pembaca dapat
membaca koleksi digital di tempat.
Tabel 2.2 Analisis Studi Preseden Perpustakaan
Sumber : Olah data penulis 2021

65
2.5.2 Analisis Hasil Studi Preseden Pendekatan
No. Penempatan Core
Core servis terletak pada sisi timur bangunan sebagai area buffer,
Mesiniaga Tower yaitu area yang menahan panas dan menerima langsung cahaya
matahari pada siang hari.
Core servis terletak pada sisi timur dan barat bangunan. Core servis
pada sisi timur bangunan berfungsi sebagai area tangga darurat,
Solaris sedangkan core servis pada sisi barat berfungsi sebagai area
1. transportasi vertikal dan lavatory. Core pada bangunan ini berfungsi
sebagai pendukung struktur.
Core pada sisi utara-timur tidak terletak di sisi luar bangunan,
Singapore sehingga core ini berfungsi sebagai pendukung struktur. Core yang
terletak di atrium bangunan, berfungsi sebagai area tangga darurat.
National Library
Core yang berada di sisi selatan-barat difungsikan sebagai area servis
dan berfungsi sebagai pelindung dari panas matahari.
Desain Dinding
Fasad pada bangunan didominasi dengan material kaca sehingga
cahaya matahari yang di terima oleh bangunan banyak. Untuk
Mesiniaga Tower
meminimalisir panas yang diterima bangunan, fasad pada sisi timur
dan barat diberikan sun shading/kisi-kisi.
Fasad pada bangunan didominasi dengan material kaca. Kaca yang
2. digunakan pada bangunan ini adalah kaca Low-E, yaitu kaca yang
Solaris
dapat mengontrol aliran panas. Untuk memaksimalkan fungsi kaca
tersebut, diberikan sun shading yang luas di seluruh fasadnya.
Pada bangunan ini fasad bangungan menggunakan kaca Low-E double
Singapore glazed glass, yaitu kaca yang dapat menerima cahaya matahari masuk
ke dalam bangunan, tetapi tidak dengan panas atau radiasi dari
National Library
matahari. Untuk meminimalisir panas dan radiasi matahari yang
diterima diberikan sun shading.
Penyekat Panas
Pada bangunan ini untuk mengurangi perpindahan panas pada pada
Mesiniaga Tower
bangunan digunakan kisi-kisi aluminium pada fasad dan penggunaan
vegetasi pada ramp dan skycourts yang berfungsi mengurangi panas
yang diterima bangunan.
Pada bangunan ini untuk mengurangi perpindahan panas pada
3. bangunan digunakan kaca Low-E dan pemberian external sun
Solaris
shading. Lanskap vegetasi pada atap bangunan dan di sepanjang ramp
spiral digunakan untuk mengurangi panas yang diterima bangunan
Pada bangunan ini untuk mengurangi perpindahan panas pada
Singapore bangunan fasad menggunakan Low-E double glazed glass, yaitu kaca
National Library yang dapat mengontrol panas yang diterima dan dilengkapi dengan
pemberian sun shading pada fasadnya.
Hubungan dengan Lanskap
Lanskap vertikal dari bawah bangunan sampai atap berupa vegetasi
yang dibuat spiral menyesuaikan jalur pencahayaan matahari.
Mesiniaga Tower Vegetasi ini berfungsi untuk meredam radiasi panas yang diterima dan
4. menurunkan suhu udara atau angin yang akan masuk menuju ke dalam
bangunan.
Ramp lanskap dengan panjang 1,5 km yang terhubung dari lantai
Solaris dasar bangunan sampai dengan atap bangunan. Ramp lanskap spiral
ini berfungsi sebagai peneduh bangunan dan penghalang cahaya

66
matahari masuk langsung ke dalam bangunan.
Terdapat 14 taman lanskap pada bangunan yang berfungsi untuk
Singapore mengatur suhu di dalam bangunan agar tetap sejuk. Lanskap vegetasi
National Library diterapkan juga pada skycourts bangunan. Lanskap pada bangunan ini
berfungsi sebagai pelindung bangunan dari cahaya matahari langsung.
Transisi
Lantai dasar bangunan dibuat terbuka untuk menyatukan ruang luar
Mesiniaga Tower
dan ruang dalam bangunan dan menciptakan ventilasi alami.
Ruang transisi berupa atrium digunakan untuk kegiatan komunal
dengan sirkulasi udara dan ventilasi alami. Atrium berfungsi sebagai
Solaris
5. penghubung ruang luar dan ruang dalam bangunan serta sebagai
pemisah antara kedua blok tower bangunan.
Atrium pada bangunan ini berfungsi sebagai pemisah antara dua blok
Singapore bangunan. Atrium berfungsi sebagai pusat bangunan dan sebagai jalan
National Library internal penghubung dua jalan aktif di sekitarnya. Atrium berfungsi
sebagai ventilasi alami, yaitu tempat pertukaran udara terjadi.
Balkon
Penggunaan balkon (skycourts) berfungsi sebagai penghalang agar
cahaya matahari tidak langsung masuk ke dalam bangunan, sebagai
Mesiniaga Tower
area transisi udara yang masuk ke dalam bangunan tetap sejuk, dan
berfungsi mengalirkan udara ke seluruh bangunan.
Ramp dengan overhang dalam menciptakan area balkon pada
bangunan dengan memanfaatkan kisi-kisi/sun shading sebagai
6. Solaris penghalang sinar matahari langsung ke bangunan. Vegetasi pada area
ramp berfungsi sebagai transisi udara yang masuk ke dalam bangunan
sehingga udara yang masuk sejuk.
Balkon yang dilengkapi dengan vegetasi berfungsi untuk mengurangi
Singapore panas atau radiasi matahari ke bangunan dan sebagai tempat udara
masuk ke dalam bangunan. Balkon dengan vegetasi pada bangunan ini
National Library
terdapat pada sisi depan bangunan serta sudut-sudut pada sisi belakang
bangunan.
Pembayang Pasif
Pada bangunan ini pembayang pasif menggunakan sun shading
sebagai pengatur intensitas cahaya yang diterima bangunan dan
Mesiniaga Tower
balkon-balkon yang bertingkat berfungsi sebagai ventilasi alami di
luar bangunan
Pada bangunan ini pembayang pasif menggunakan sun shading
7. sebagai pengatur intensitas cahaya yang diterima bangunan dan
Solaris
ventilasi alami pada atrium yang berfungsi sebagai ruang pertukaran
udara dan mengalirkan udara panas keluar.
Pada bangunan ini pembayang pasif menggunakan sun shading pada
Singapore fasad sebagai pengatur intensitas cahaya yang diterima bangunan dan
National Library cross ventilation pada atrium bangunan sebagai tempat pertukaran
udara.
Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan berdasarkan entrance bangunan menunjukkan
bangunan menghadap ke arah barat laut. Bentuk bangunan yang
Mesiniaga Tower
8. melingkar membuat sisi bangunan yang terkena cahaya matahari
fleksibel.
Orientasi bangunan berdasarkan entrance bangunan menunjukkan
Solaris bangunan menghadap ke arah barat laut. Sisi bangunan yang
berorientasi pada jalur pergerakkan matahari dimanfaatkan untuk

67
menerima cahaya matahari pada siang hari sebagai pencahayaan alami
pada bangunannya.
Orientasi bangunan berdasarkan entrance bangunan menunjukkan
Singapore bangunan menghadap ke arah timur laut-barat daya. Orientasi
National Library bangunan yang berada di jalur pergerakkan matahari diberikan bukaan
yang berfungsi untuk pencahayaan alami di dalam bangunan.
Bukaan Jendela
Sisi timur dan barat yang banyak menerima sinar matahari
menggunakan core sebagai penghalang radiasi matahari dan pada sisi
barat menggunakan sun shading yang lebar untuk menghalang sinar
matahari masuk langsung ke dalam bangunan. Sisi utara dan selatan
Mesiniaga Tower menggunakan sun shading bergaris yang tipis sebagai penghalang
sinar matahari masuk langsung ke dalam bangunan. Penggunaan
material kaca pada fasad berfungsi untuk menerima cahaya matahari
semaksimal mungkin pada siang hari serta memaksimalkan view dari
dalam bangunan ke luar bangunan.
Fasad bangunan dengan penggunaan kaca untuk memaksimalkan
9. cahaya matahari ke dalam bangunan terdapat pada atrium
bangunannya. Fasad kaca digunakan untuk menerima pencahayaan
Solaris alami ke dalam bangunan dan memaksimalkan view dari dalam
bangunan ke lingkungan sekitarnya. Pada atap atriumnya juga
menggunakan kaca sebagai penutup atapnya yang berfungsi untuk
memasukkan cahaya matahari ke dalam atrium.
Pada bangunan ini, fasad bangunan di dominasi dengan penggunaan
curtain-wall (kaca) untuk memaksimalkan view dari dalam bangunan
Singapore ke luar bangunan. Bukaan pada fasad dimaksimalkan di seluruh
National Library bangunan untuk memaksimalkan cahaya matahari ke dalam bangunan.
Bukaan fasad dilengkapi dengan sun shading yang berfungsi
menghalangi cahaya matahari masuk langsung ke dalam bangunan.
Tabel 2.3 Analisis Studi Preseden Bangunan Bioklimatik
Sumber : Olah data penulis 2021

68
BAB III
METODE PERANCANGAN

3.1 Ide Perancangan


Pemilihan perancangan ini didasari oleh rendahnya tingkat literasi
masyarakat di Provinsi Lampung. Hal ini disebabkan karena berubahnya
pola perilaku masyrakat dalam memenuhi kebutuhan informasi.
Masyarakat lebih tertarik mendapatkan informasi melalui media audio
visual seperti TV. Untuk meningkatkan literasi masyarakat pemerintah
menyediakan sarana fasilitas untuk masyarakat membaca, yaitu
perpustakaan, tetapi pada kenyataannya perpustakaan yang tersedia belum
memadai, hal ini dibuktikan dengan masih kurangnya ketersedian jumlah
perpustakaan dan sedikitnya perpustakaan yang memenuhi standar atau
terakreditasi. Di Ibukota Provinsi Lampung, yaitu Kota Bandar Lampung
baru memiliki satu perpustakaan umum yang memenuhi standar minimal
atau terakreditasi. Selain itu, sarana fasilitas perpustakaan yang terkesan
seadanya saja membuat masyarakat tidak tertarik karena fasilitas yang
tersedia tidak membuat penggunanya nyaman dalam berkativitas.
Didasari dari permasalahan tersebut, diperlukan suatu sarana fasilitas
perpustakaan yang dapat memenuhi dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat saat ini. Hal ini dilakukan untuk mendukung misi Kota Bandar
Lampung, yaitu meningkatkan kualitas dan pelayanan pendidikan
masyarakat. Sebagai fasilitas pendidikan masyarakat kota, perpustakaan
tidak hanya dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi
juga harus memberikan kenyamanan sehingga pengguna merasa senang
untuk beraktivitas dan menghabiskan waktu di dalamnya.

69
3.2 Pendekatan Perancangan
Perpustakaan Kota merupakan fasilitas umum yang dapat digunakan
oleh seluruh masyarakat suatu kota untuk kegiatan edukasi, rekreasi, serta
sarana masyarakat untuk berinteraksi. Perpustakaan kota yang berfungsi
sebagai salah satu fasilitias pelayanan edukasi masyarakat membutuhkan
tempat yang nyaman bagi pengguna untuk beraktivitas di dalamnya.
Indonesia merupakan daerah beriklim tropis yang mendapatkan
penyinaran matahari sepanjang tahun sehingga suhu udara tinggi,
kelembapan udara tinggi, dan curah hujan tinggi. Maka dari itu, bangunan
pada daerah tropis perlu mempertimbangkan kondisi iklimnya sehingga
dihasilkan bangunan yang dapat merespon iklim daerahnya.
Iklim dan lingkungan sekitar sebagai acuan desainnya bertujuan untuk
mewujudkan kenyamanan termal pada bangunan dengan memperhatikan
panas yang diterima bangunan, penghawaan alami, dan pencahayaan alami.
Perancangan perpustakaan kota dengan pendekatan arsitektur
bioklimatik bertujuan untuk menciptakan desain bangunan yang tetap
sesuai konteks zamannya dengan memanfaatkan kondisi iklim daerah
sekitarnya sehingga dihasilkan bangunan yang memberikan kenyamanan
termal yang optimal bagi penggunanya serta bangunan yang hemat energi.

3.3 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk menunjang perancangan
perpustakaan kota dengan pendekatan arsitektur bioklimatik.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau
lapangan tanpa melalui perantara.
 Observasi
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung ke lokasi tapak dan kondisi objek di lapangan. Observasi
pada tapak dilakukan dengan mengamati kondisi existing pada
tapak serta kondisi lingkungan di sekitar tapak.

70
 Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan tanya jawab secara langsung maupun tidak langsung
dengan narasumber.
 Foto Lapangan
Foto lapangan dilakukan dengan melakukan pengambilan
gambar atau foto pada tapak dan objek terkait secara langsung.

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain.
 Studi Literatur
Melakukan pencarian data-data dari berbagai sumber tertulis,
baik berupa buku-buku, arsip, majalah, artikel ilmiah, dan jurnal,
atau dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti sehingga informasi yang didapat dari studi kepustakaan ini
dapat dijadikan rujukan untuk memperkuat argumentasi-
argumentasi yang ada.
 Studi Kasus atau Studi Preseden
Pengumpulan data dengan menilai dan mengidentifikasi
karakteristik dari bangunan yang sudah ada terkait massa
bangunan, zonasi ruang, kebutuhan ruang, serta desain arsitektur
yang diterapkan pada bangunan.
 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan sistematis dalam
melakukan, pencarian, pemakaian, dan penghimpunan dokumen
untuk memperoleh pengetahuan, keterangan, serta bukti.
Dokumentasi dilakukan dengan pengambilan data atau gambar
yang tidak dapat dilakukan secara langsung atau melalui internet.

71
3.4 Analisis Perancangan
Analisis perancangan merupakan suatu proses penyederhanaan data
yang berkaitan dengan objek perancangan untuk menghasilkan alternatif
atau solusi yang mudah dipahami. Analisa yang dilakukan diharapkan
berkaitan dengan pendekatan yang digunakan, yaitu arsitektur bioklimatik
dengan fokus kenyamanan termal.
1. Analisis Tapak
Analisa tapak dilakukan untuk mengetahui kondisi existing yang ada
pada tapak serta mengetahui kelebihan, kekurangan, dan potensi dari
tapak yang dipilih.
2. Analisis Fungsi
Analisis fungsi merupakan kegiatan menentukan ruang berdasarkan
fungsi yang dibutuhkan bangunan guna memenuhi kebutuhan
pengguna. Analisis fungsi dilakukan untuk menentukan fungsi primer,
sekunder dan tersier yang dibutuhkan dalam perancangan
perpustakaan kota.
3. Analisis Pengguna dan Aktivitas
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas apa saja yang
diperlukan penggunanya pada perancangan perpustakaan kota.
Analisis ini akan menentukan besaran kebutuhan ruang dan sirkulasi
sesuai fungsi yang telah dianalisis.
4. Analisis Ruang
Analisis ruang dilakukan untuk mengetahui persyaratan dan
karakteristik serta kebutuhan besaran setiap ruang yang dibutuhkan
agar pengguna mendapatkan kenyamanan.
5. Analisis Bentuk
Analisis bentuk dilakukan untuk mendapatkan karakter dan bentuk
dasar bangunan sesuai dengan pendekatan yang digunakan. Analisis
dilakukan pada tampilan bangunan pada tapak serta fungsi pada
bangunan dan tapak.

72
6. Analisis Struktur
Analisis struktur dilakukan untuk mengetahui sistem struktur dan
material yang akan digunakan yang sesuai dengan perancangan
perpustakaan kota. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan rencana
sistem struktur yang aman dan kuat pada bangunan.
7. Analisis Utilitas
Analisis utilitas dilakukan untuk mengetahui gambaran sistem utilitas
yang akan diterapkan pada bangunan. Analisis utilitas meliputi sistem
pendistribusian air bersih dan air kotor, drainase, sistem pembuangan
sampah, sistem jaringan listrik, dan sebagainya.

3.5 Konsep Perancangan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep berarti; pengertian,
gambaran mental dari objek, proses, pendapat (paham), rancangan (cita-
cita) yang telah dipikirkan. Setelah serangkain proses analisis dilakukan,
maka akan dihasilkan suatu kesimpulan yang akan dijadikan konsep
perancangan. Konsep perancangan merupakan proses integrasi dari
alternatif desain yang dihasilkan dari analisis. Konsep ini merupakan acuan
yang akan digunakan dalam merancang perpustakaan Kota Bandar
Lampung, yang terdiri dari :
1. Konsep pengolahan pada tapak
2. Konsep perancangan arsitektural bangunan
3. Konsep penerapan arsitektur bioklimatik pada bangunan
4. Konsep sistem struktur pada bangunan
5. Konsep sistem utilitas yang akan digunakan pada bangunan

73
3.6 Alur Perancangan

IDE PERANCANGAN
 Sarana fasilitas perpustakaan yang tersedia belum memadai
 Sedikitnya perpustakaan yang memenuhi standar minimal
 Sarana fasilitas perpustakaan yang terkesan seadanya sehingga masyarakat
kurang tertarik dan fasilitas yang tersedia tidak membuat penggunanya
nyaman dalam berkativitas.
 Meningkatkan kualitas dan pelayanan pendidikan masyarakat di Kota
Bandar Lampung

PENDEKATAN PERANCANGAN
 Dibutuhkan fasilitas perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat saat ini serta perpustakaan yang memberikan kenyamanan
pengguna dalam beraktivitas.
 Indonesia merupakan daerah beriklim tropis yang mendapatkan penyinaran
matahari sepanjang tahun sehingga suhu udara tinggi, kelembapan udara
tinggi, dan curah hujan tinggi. Maka dari itu, bangunan pada daerah tropis
perlu mempertimbangkan kondisi iklimnya sehingga dihasilkan bangunan
yang dapat merespon iklim daerahnya.
 Penggunaan arsitektur bioklimatik pada bangunan adalah untuk
menciptakan kenyamanan termal dalam bangunan sehingga pengguna
merasa nyaman dalam beraktivitas di dalamnya.

Primer PENGUMPULAN DATA Sekunder


 Observasi  Studi literautr
 Wawancara  Studi preseden
 Foto lapangan  Dokumentasi

ANALISIS PERANCANGAN
1. Analisis Tapak
2. Analisis Fungsi
3. Analisis Pengguna dan
Aktivitas
4. Analisis Ruang
5. Analisis Bentuk
6. Analisis Struktur
7. Analisis Utilitas

KONSEP HASIL RANCANGAN

Gambar 3.1 Alur Perancangan


Sumber : Ilustrasi Penulis, 2021

74
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat salah satunya
adalah dengan menyediakan sarana/fasilitas yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan kegiatan membaca. Salah satu sarana untuk
memfasilitasi kegiatan membaca masyarakat adalah perpustakaan.
Perancangan Perpustakaan Kota Bandar Lampung adalah salah satu
upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat Kota Bandar Lampung.
Sesuai dengan salah satu misi Kota Bandar Lampung, yaitu meningkatkan
kualitas dan pelayanan pendidikan masyarakat, maka diharapkan
perancangan perpustakaan ini dapat menjadi salah satu pendukung
keberhasilannya misi tersebut.
Untuk menarik masyarakat mengunjungi perpustakaan, dibutuhkan
sarana perpustakaan yang dapat memfasilitasi kebutuhan informasi
masyarakat dengan memanfaatkan inovasi dan teknologi, perpustakaan
yang dapat mewadahi berbagai macam kegiatan yang dibutuhkan
masyarakat, serta perpustakaan yang nyaman sehingga masyarakat senang
untuk melakukan aktivitas di dalamnya.
Untuk mencipatakan fasilitas perpustakaan yang baik dan nyaman bagi
penggunanya, digunakan arsitektur bioklimatik sebagai pendekatannya.
Pendekatan arsitektur bioklimatik digunakan untuk mewujudkan
kenyamanan termal pada bangunan dan bangunan yang hemat energi
sehingga pengguna bangunan dapat merasa nyaman dalam beraktivitas di
dalamnya.

169
Penerapan prinsip arsitektur bioklimatik pada perpustakaan ini adalah
mewujudkan perlindungan pasif dari panas matahari, pendinginan pasif, dan
pencahayaan alami. Berikut beberapa cara yang dilakukan :
1. Menggunakan double glazed Low-E pada fasad
2. Menggunakan sun shading dan kisi-kisi untuk mengurangi panas dan
cahaya matahari yang diterima
3. Menggunakan double facade atau secondary skin
4. Menggunakan vegetasi pada fasad dan green roof sebagai peredam
panas yang diterima bangunan
5. Membuat bukaan-bukaan pada fasad untuk mengalirkan udara masuk
ke dalam bangunan
6. Menciptakan ventilasi alami dengan memanfaatkan bukaan void-void
dan atrium dalam bangunan
7. Memaksimalkan pencahayaan alami dengan penggunaan fasad kaca
8. Memanfaatkan skylight sebagai sirkulasi cahaya matahari masuk saat
berada diatas bangunan
9. Menggunakan sun shading yang bersifat reflektif untuk area yang
pencahayaan dari skylight kurang optimal atau jauh.

6.2 Saran
Untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini, berikut saran yang dapat
penulis berikan :
1. Memperdalam kajian data dan analisis angin dan hujan terkait dengan
desain bioklimatik sehingga didapatkan hasil rancangan yang lebih
detail.
2. Melakukan lebih banyak pengumpulan data dari berbagai referensi
untuk memaksimalkan hasil penulisan.

170
DAFTAR PUSTAKA

OECD, PISA.2018. PISA 2018 Results, combined executive summaries.

Soenarno. 2002. Sambutan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Dalam


Rangka Seminar Manajemen Ruang Publik Jakarta. Ikatan Mahasiswa
Perencanaan Indonesia Korwil Ii. Jakarta.

Hasanah, Muakibatul, Nurchasanah & Hamidah, S. C. 2011. Membaca Ekstensif:


Teori, Praktik, dan Pembelajaran. Malang: Pustaka Kaiswaran.

Lampung akan Tambah Jumlah Perpustakaan Terakreditasi. 2021.


https://www.republika.co.id/berita/qq43lj438/lampung-akan-tambah-
jumlah-perpustakaan-terakreditasi. Diakses pada 20 Maret 2021.

Sutarno, N. S. (2003). Perpustakaan dan masyarakat. Yayasan Obor Indonesia.

Susanto, S. E. (2010). Desain dan standar perpustakaan digital. Jurnal Pustakawan


Indonesia, 10(2).

Istiana, Purwani. 2014.Layanan Perpustakaan, Yogyakarta: Ombak.

Suwarno, Wiji. 2013.Ilmu Perpustakaan Dan Kode Etik Pustakawan,Yogyakarta:


Arruz Media.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. Indeks Alibaca Indonesia.

171
https://bambangtrim.com/2016/10/gen-z-yang-makin-tak-sudi-membaca. Diakses
pada 20 Maret 2021.

IDN Research Institutue. 2018. Indonesia Millenial Report 2019.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007. Perpustakaan. 1


November 2007. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4774.
Jakarta.

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017. STANDAR NASIONAL
PERPUSTAKAAN KABUPATEN/KOTA.

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016. PEDOMAN NOMENKLATUR
DINAS PERPUSTAKAAN DAERAH.

Yusuf, Taslimah. 1996. Manajemen Perpustakaan Umum. Jakarta : Universitas


Terbuka.

Hakim, Rustam, Ir. 1987. Unsur Dalam Perancangan Arsitektur Landscape.


Jakarta: Balai Pustaka.

Husna, N. (2018). PERBEDAAN ANTARA PERPUSTAKAAN


KONVENSIONAL, DIGITAL, HIBRIDA DAN BOOKLESS. Al-Kuttab:
Jurnal Perpustakaan dan Informasi, 5(1), 15-28.

Harahap, W. R. (2018). Empat Jenis Perpustakaan Zaman" Now". JIPI (Jurnal


Ilmu Perpustakaan dan Informasi), 3(2), 194-202.

Majidah, M., Hasfera, D., & Fadli, M. F. M. (2019). PENGGUNAAN WARNA


DALAM DISAIN INTERIOR PERPUSTAKAAN TERHADAP

172
PSIKOLOGIS PEMUSTAKA. Ristekdik: Jurnal Bimbingan dan Konseling,
4(2), 95-106.

Marsya, I. H., & Anggraita, A. W. (2016). Studi pengaruh warna pada interior
terhadap psikologis penggunanya, studi kasus pada unit transfusi darah kota
x. Jurnal Desain Interior, 1(1), 41-50.

Lituhayu, C. (2012). Pengaruh warna terhadap psikologi pengguna dalam


perancangan fasilitas bedah plastik estetik (Doctoral dissertation, Bandung
Institute of Technology).

Andriana, F., Gunawan, I. V., & Santoso, M. E. (2019). Faktor daya tarik display
interaktif terhadap pengunjung di Museum Ocean World Trans Studio
Bandung. Aksen, 3(2).

Yeang, K. (1994). Bioklimatic Skyscraper. London: Artemis London Limited.

Yeang, K. (1996). The Skyscraper Bioclimatically Considered: A Design Primer.


London: Academy Group, Ltd.

Tze, J. B. (2015). Bioclimatic Architecture: A Sustainable Design Approach in


attemp to Connect with Nature while Maintain Building Comfort based on
Local Climate in Sekeping Serendah. Selangor: Taylor's University.

Larasari ZR, D., & Mochtar, S. (2013). Application of bioclimatic parameter as


sustainablity approach on multi-story building design in tropical area. The
3rd International Conference on Sustainable Future for Human Security
(pp. 822-830). Procedia Environmental Sciences 17.

Suwarno, N., & Ikaputra, I. (2020). ARSITEKTUR BIOKLIMATIK Usaha


Arsitek Membantu Keseimbangan Alam dengan Unsur Buatan.

173
Widera, B. (2015). Bioclimatic Architecture. Journal of Civil Engineering and
Architecture Research Vol. 2 No. 4, 567-578.

Wijaya, I. K. M. (2019). Telaah Teori, Metode dan Desain Arsitektur Bioklimatik


Karya Ken Yeang. Undagi: Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas
Warmadewa, 7(1), 36-41.

"Billie Jean King Main Library / Skidmore, Owings & Merrill" 16 Dec 2020.
ArchDaily. Diakses pada 8 April 2021.
<https://www.archdaily.com/953006/billie-jean-king-main-library-
skidmore-owings-and-merrill> ISSN 0719-8884.

"LocHal Library / CIVIC architects + Braaksma & Roos architectenbureau +


Inside Outside + Mecanoo" 16 Jan 2019. ArchDaily. Diakses pada 8 April
2021. <https://www.archdaily.com/909540/lochal-library-mecanoo-plus-
civic-architects-plus-braaksma-and-roos-architectenbureau> ISSN 0719-
8884.

https://www.mecanoo.nl/Projects/project/221/LocHal-Library. Diakses pada 8


April 2021.

https://deichman.no/aktuelt/_8270c70a-fb73-41b0-8d81-fe20fed69623. Diakses
pada 9 April 2021.

"Deichman Library / Atelier Oslo + Lund Hagem" 08 Jul 2021. ArchDaily.


Diakses pada 10 Juli 2021. <https://www.archdaily.com/942813/deichman-
library-atelier-oslo-plus-lund-hagem> ISSN 0719-8884.

174

Anda mungkin juga menyukai