ILMU LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH
SHAUQINA SARAYA
G1A016043
UNIVERSITAS MATARAM
2019
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Studi etnoekologi berawal dari pemahaman bahwa alam, kebudayaan, dan aspek produksi
merupakan satu kesatuan. Dalam studi etnoekologi perhatian tidak hanya dititik beratkan pada
aspek alamiah, tetapi juga mempertimbangkan aspek kebudayaan suatu kelompok etnik, dan
otonomi produksi yang dilakukan. Dengan demikian, etnoekologi merupakan disiplin ilmu yang
secara menyeluruh mengkaji aspek intelektual dan praktis dalam proses pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan, serta pengaruh yang ditimbulkan pada suatu kelompok masyarakat tertentu.
Studi tentang pengetahuan ekologi tradisional dan hubungannya dengan upaya konservasi
keanekaragaman hayati telah banyak dilakukan. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa
pengetahuan dan praktek pengelolaan lahan secara tradisional memiliki hubungan yang positif
dengan upaya konservasi (Sari, 2011).
Dasar‐dasar ilmu Etnoekologi sebenarnya sudah ada sejak tahun 50‐an, yaitu: berasal dari
ilmu bangsa‐bangsa atau Etnologi. Ilmu Etnoekologi yang menjadi pokok pikirannya adalah
manusia dan ekologi yang merupakan jembatan penghubung antara ilmu pengetahuan alam dan
ilmu pengetahuan kemasyarakatan. Pemisahan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan
kemasyarakatan di dalam ilmu Etnoekologi bersifat semu, hal ini karena dalam memahami dan
mempelajari hubungan manusia dan ekologi tak dapat dipisahkan. Ketika berbicara Etnoekologi,
peneliti sudah membawa dua pendekatan besar yakni Etnologi di satu sisi dan Ekologi pada sisi
yang lain. Bahkan pendekatan itu bisa saja berubah menjadi Etnografi manakala berusaha
melukiskan secara mendalam mengenai kelompok, suku atau komunitas tertentu (Bajari, 2019).
Dalam hal ini kajian kelompok atau komunitas yang dikaitkan dengan lingkungan
menghasilkan pendekatan yang disebut dengan Etnoekologi. Etnoekologi adalah kajian yang
menelaah cara-cara masyarakat tradisional memakai ekologi dan hidup selaras dengan lingkungan
alam dan sosialnya. Kehidupan masyarakat tradisional pada umumnya amat dekat dengan alam,
dan manusia mengamati alam dengan baik, mengenal karakteristiknya sehingga mereka tahu
bagaimana menanggapinya (Gunawan, 2017).
BAB III
METODE
Salah satu ilmu yang mempelajari relasi antara manusia sebagai objek dengan
lingkungannya adalah ilmu etnoekologi. Ilmu etnoekologi merupakan cabang ilmu yang
menelaah cara-cara masyarakat dalam memakai ekologi dan hidup selaras dengan
lingkungan alam dan sosialnya. Kehidupan masyarakat pada umumya bergantung pada
alam sehingga seharusnya lebih dekat dengan alam sehingga mereka dapat mengamati
alam dengan baik, mengamati karakteristiknya, dan tahu bagaimana cara mengelolanya.
Studi etnoekologi berawal dari pemahaman bahwa alam, kebudayaan, dan aspek
produksi merupakan satu kesatuan. Dalam studi etnoekologi, perhatian tidak hanya dititik
beratkan pada aspek alamiah, tetapi juga mempertimbangkan aspek kebudayaan suatu
kelompok etnik, dan otonomi produksi yang dilakukan.
Telah dilakukan studi etnoekologi dengan metode wawancara di Desa Jeruk Manis,
Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur. Wawancara dilakukan kepada salah satu
masyarakat bernama Zulfahmi yang berprofesi sebagai seorang wirausahawan berusia 23
tahun dengan tingkat pendidikan terakhir yaitu S-1. Wawancara yang dilakukan mengacu
pada kuisioner yang telah disiapkan. Terdapat beberapa pokok bahasan yang ada pada
wawancara yang kami lakukan, beberapa diantaranya yakni; bagaimana gambaran
masyarakat terhadap adat, norma maupun aturan yang ada di desa tersebut, bagaimana
potensi sumber daya alamnya, dan bahaya atau ancaman dari kegiatan manusia terhadap
hutan di kawasan desa tersebut, kemudian bagaimana sikap dan perilaku masyarakat
terhadap pengunjung yang datang, bagaimana keterlibatan atau partisipasi masyarakat
dalam mengelola maupun menjaga ekowisata yang ada, serta apakah ada upaya penyediaan
usaha ekonomi lokal pada sektor wisata yang ada di Desa Jeruk Manis.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan, kami mendapatkan
beberapa informasi terkait pokok-pokok bahasan yang kami tanyakan kepada responden,
yaitu :
1. Desa Jeruk Manis pertama kali muncul pada tahun 2013 yang merupakan hasil
pemekaran dari Desa Kembang Kuning, keberadaan desa ini diprakarsai oleh Nurhadi
Muis yang merupakan kepala desa di Desa Jeruk Manis saat ini.
2. Nyongkolan merupakan salah satu tradisi yang masih berlaku di Desa Jeruk Manis.
Nyongkolan ini perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk melestarisakan tradisi yang
ada.
3. Aturan-aturan adat yang ada di Desa Jeruk Manis berlaku kepada setiap warga desa itu
sendiri maupun kepada pengunjung yang datang. Upaya yang perlu dilakukan untuk
melestarikan aturan-aturan tersebut adalah dengan cara dilakukannya sosialisasi.
4. Tidak terdapat tempat-tempat yang secara adat dilindungi maupun aturan
adat/pantangan yang berlaku untuk melindungi hutan, sungai, serta hewan ataupun
tumbuhan yang ada, dan tidak ada perubahan aturan adat sehubungan dengan
pertumbuhan masyarakat desa di Desa Jeruk Manis.
5. Tidak ada hewan/tumbuhan khas yang ada di lingkungan desa. Namun terdapat hasil
hutan, seperti pakis (Cycas sp.) dan pohon manis yang dimanfaatkan sebagai tanaman
pangan maupun sebagai tanaman obat. Biasanya hasil-hasil hutan ini didapatkan secara
melimpah pada musim penghujan.
6. Menurut responden, kegiatan menebang hutan secara liar dapat mengganggu
kelestarian dari fungsi dan manfaat hutan bagi masyarakat dan dapat menyebabkan
bencana alam, seperti longsor. Salah satu upaya yang dilakukan apabila bencana
tersebut datang adalah dengan mengungsi, di mana peran masyarakat sangat diperlukan
dalam hal menjaga kelestarian hutan agar tidak musnah dan tidak menimbulkan
bencana yang dapat merugikan masyarakat desa.
7. Tidak ada pengaruh keberadaan pengunjung terhadap budaya local maupun adat
istiadat yang ada di Desa Jeruk Manis. Namun, pengaruh tersebut terlihat pada
beberapa aspek, yaitu cara berpakaian, cara berbicara dan juga tingkah laku masyarakat
desa.
8. Masyarakat desa tidak terlibat dalam pengelolaan wisata hutan/air terjun Jeruk Manis
maupun dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya perlindungan
lingkungan objek wisata dikarenakan terdapat pengurus-pengurus yang berwenang.
9. Objek wisata hutan/air terjun Jeruk Manis dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi
masyarakat desa Jeruk Manis melalui peluang kerja sebagai guide (pemandu wisata)
bagi wisatawan lokal maupun internasional dan meningkatkan keterampilan
masyarakat lokal dengan berbahasa asing. Selain itu, kegiatan wisata hutan/air terjun
Jeruk manis juga meningkatkan peluang usaha masyarakat setempat, meningkatkan
nilai jual barang dan jasa, dan meningkatkan kehidupan perekonomian dalam rumah
tangga masyarakat desa dengan adanya hutan/air terjun Jeruk Manis tersebut. Di mana
hal ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengunjung yang datang ke wisata hutan/air
terjun Jeruk Manis memberikan keuntungan ekonomi pada masyarakat desa setempat.
Salah satu tradisi yang masih berlaku di Desa Jeruk Manis adalah tradisi
nyongkolan (acara setelah melakukan pernikahan). Namun, tidak ada tradisi/kepercayaan
maupun aturan-aturan adat tertentu yang mengatur keberadaan hutan yang ada di Desa
Jeruk Manis tersebut. Dalam pemanfaatannya saja, masyarakat hanya mengambil hasil
hutan berupa pakis dan pohon manis untuk dijadikan sebagai makanan dan obat tradisional.
Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat setempat akan potensi
hutan tersebut dan kurangnya partisipasi/peran masyarakat secara langsung dalam
mengelola dan menjaga hutan yang ada di Desa Jeruk Manis.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa keberadaan
kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani yang ada di Desa Jeruk Manis dengan
masyarakat setempat menunjukkan tidak adanya hubungan secara langsung. Hal ini
dikarenakan kurangnya partisipasi/peran masyarakat setempat dalam pengelolaan maupun
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya perlindungan lingkungan objek wisata
yang ada di kawasan hutan tersebut.
5.2 Saran
Diharapkan pada praktikum lapangan selanjutnya dilakukan persiapan dengan lebih
baik agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Melalui Program Adiwiyata di SD Negeri Lidah Kulon 1/464 Surabaya. JPGSD. 06 (02)
: 1-11.
Bajari, A. 2018. Model Etnoekologi dan Etnografi Komunikasi Konstruksi Metodologis Interaksi
Iskandar, J., Iskandar, B. S. 2016. Etnoekologi dan Pengelolaan Agroekosistem oleh Penduduk
Desa Karangwangi Kecamatan Cidaun, Cianjur Selatan Jawa Barat. Biodjati. 1 (1) : 1-12.
Sari, D. A. 2011. Etnoekologi Masyarakat Kerinci di Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. UI. 1
(1) : 1-10.