Anda di halaman 1dari 38

EKOLOGI TUMBUHAN

Spektrum Bentuk Hidup

DISUSUN OLEH :

Nama : Tauhidah Bachtiar


Nim : 1214140010
Kelas : B (Biologi Sains)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2013
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Ekologi Tumbuhan dengan Judul Spektrum


Bentuk Hidup yang disusun oleh:

Nama : Tauhidah Bachtiar


NIM : 1214140010
Kelas / Kelompok : B / Biologi Sains
telah diperiksa secara seksama oleh Dosen Penanggung Jawab, maka dinyatakan
diterima.

Makassar, Nopember 2014

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab Praktikum,

DR. Ir. Muh. Wiharto, M.Si


NIP: 19660930 199203 1 004
ABSTRAK

ABSTRAC
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ayahanda Dr. Ir. Muh.
Wiharto, M. Si. Selaku Dosen Penanggung jawab mata kuliah ekologi tumbuhan
yang telah meluangkan waktunya untuk membagikan ilmunya kepada kami serta
mendampingi kami selama proses praktikum berlangsung. Serta kepada sahabat-
sahabat dan saudara-saudara tercinta atas perhatian, kasih sayang dan bantuannya
selama menyelesaikan laporan ini. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan yang berjudul “Spektrum Bentuk Hidup” ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang sudah ada sejak beratus tahun lalu,
pencetusnya adalah Ernest Haekel seorang zoologist berkebangsaan Jerman, kata
oekologie berasal dari kata Oikos yang artinya rumah.dan logos yang artinya
ilmu sehingga secara harafiah dimaksudkan kajian mengenai mahkluk hidup di
habitat atau dalam lingkungannya.Pengkajian pada tingkat hirarkhi makluk hidup
disamping memerlukan dukungan dan bantuan dari ilmu lain juga perkembangan
tekologi serta alat, tidak terkecuali dengan ekologi tumbuhan yang sangat terkait
dengan perkembangan ilmu morphologi tumbuhan dan klasifikasi tumbuhalam
serta alat yang dipergunakan untuk kajian lebih dalam. Pengkajian pada masing
masing hirarkhi makluk hidup membahas mengenai hubungan lingkungannya
dengan makhluk hidup tersebut, baik secara biotik dan aboiotik pada tingkatan
hirarkhinya (Sriwidoretno, 2014).
B. Tujuan
Tujuan praktikum yang berjudul Spektrum bentuk hidup ini adalah.
C. Manfaat
Manfaat dilakukannya praktikum yang berjudul Spektrum bentuk hidup
ini adalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Jani (2012) ialah Raunkaier (1934) menggolong-golongkan jenis


tumbuhan ke dalam bentuk pertumbuhan (life form) dengan berdasarkan kepada
posisi tunas, kuncup atau organ yang terdapat pada bagian atas atau bawah bagian
tanaman dan posisi dari lokasi berhubungan dengan permukaan tanah. Bentuk-bentuk
tumbuhan menurut Raunkaier yaitu :
 Fanerofita : pohon, semak atau liana dimana tunas-tunasnya tumbuh di batangnya
pada ketinggian di atas lebih dari 25 cm dari permukaan tanah.
 Khamaefita : tumbuhan yang tunas-tunasnya berada di permukaan tanah atau 25
cm berada di atas permukaan tanah.
 Hemikriptofita : Tumbuhan setahun yang tunas-tunasnya di dalam atau di bawah
permukaan tanah.
 Kriptofita : Tumbuh-tumbuhan yang tunasnya atau rimpangan berada di bawah
permukaan tanah
 Terofita : Tumbuhan musiman, dimana umur kehidupannya dalam periode
pendek dan dalam keadaan dorman dalam bentuk biji.
Selanjutnya klasifikasi Raunkaier ini di modifikasi menjadi 10 bentuk dengan
menambahkan bentuk tumbuhan sebagai berikut :
 Fitoplankton : mikroorganisme yang terdapat di dalam air, udara atau es
 Fitoedafon : mikroorganisme tanah
 Endofita : tumbuh-tumbuhan yang hidup di bagian badan dari beberapa
tumbuhan lainnya seperti lumut dan mikoriza.
 Hidrofita : Semua tumbuhan air, yang mana bagian tunasnya berada di dalam
air
 Epifit : tumbuhan yang akarnya tidak masuk kedalam tanah tetapi menempel
pada tanaman lainnya.
Klasifikasi ini kini jarang digunakan dan kalah denagn klasifikasi Sistem
Wettstein dan Sistem Engler yang menggunakan ciri morfologi sebagai dasar untuk
penggolongan jenis. Bahkan kini sistem klasifikasi menjadi lebih maju lagi melalui
pendekatan filogeni seperti pada sistem klasifikasi Angiosperm Phylogeny Group”
(APG) yang dikembangkan pada tahun 1998 dan di perbaharui pada tahun 2003.
Bahkan kini klasifikasi telah jauh lebih maju dengan berdasarkan pada studi
molekuler. Namun kelebihan sistem klasifikasi Raunkaier dapat mengetahui
Biological Specktrum yaitu spektrum bentuk tumbuh sebagai hasil adaptasi tumbuhan
terhadap adaptasi dimana pada komunitas vegetasi klimaks ditandai dengan spektrum
normal. Dengan analisis menggunakan sistem klasifikasi Raunkaier kita dapat
mengetahui arah perkembangan dari suatu komunitas vegetasi. Namun hal ini hanya
dapat diterapkan pada hutan yang masih alami tanpa adanya campur tangan manusia.
Saat ini hutan yang alami tersebut hampir tidak ada, oleh sebab itu juga klasifikasi
Raunkaier ini mulai ditinggalkan. Namun menurut saya metode klasifikasi Raunkaier
ini jangan sampai dilupakan, selain dapat dijadikan sebagai pengetahuan juga
mungkin dapat di adaptasikan sesuai dengan kondisi vegetasi yang ada saat ini dan
perkembangan (Jani, 2012).
Menurut Heni (2014) yaitu ‘’Bentuk kehidupan’’ atau ‘’bentuk pertumbuhan’’
suatu tumbuhan adalah bentuk yang dihasilkan oleh tubuh vegetatif sebagai akibat
segala proses kehidupan, termasuk proses-proses yang dipengaruhi oelh lingkungan
selama kehidupan tumbuhan dan tidak diwariskan. Meskipun bentuk kehidupan
tumbuhan merupakan salah satu ciri tumbuhan yang paling menarik perhatian, namun
sifatnya agak berubah –ubah. Dengan demikian individu-individu dalam satu jenis
kadang-kadang dapat tergolong dalam bentuk kehidupan yang bertalian, misalnya
bila tumbuhan dipiara dalam lingkungan yang berbeda. Kategori-kategori utama
sebagai berikut ;
1. Fanerofita (tumbuhan tinggi dalam udara). Tumbuhan menahun,
kebanyakan pohon atau semak, dengan kuncup-kuncup pembaharuan pada
tunas-tunas sekurang-kurangnya pada ketinggian 25 cm (kira-kira 10 inci)
diatas permukaan tanah, dan oleh karena itu terdadah pada cuaca yang
tidak menguntungkan. Fenerofita terdapat khusus melimpah-limpah di
daerah tropika dan subtropika yang lembab, di mana golongan tumbuhan
ini cenderung merajainya dalam jumlah jenis maupun dalam jumlah
individu . di tempat lain jumlah jenis biasanya lebih sedikit, meskipun
mungkin jumlah individunya besar dan dominasinya sangat
mengagumkan.
2. Kamaefita (tumbuhan permukaan). Terna perennial dan beberapa semak
kecil dengan kuncup-kuncup pembaharuan diantara permukaan tanah
dengan ketinggian 25 cm, oleh sebab itu biasanya hanya dapat
memperoleh perlindungan yang dapat diberikan oleh tumbuhan itu sendiri
atau oleh salju, dan berdasar sifat itu terdapat melimpah-limpah di daerah
sekitar Kutub Utara dan di daerah alpin.
3. Hemikriptofita (tumbuhan setengah di bawah tanah). Tumbuhan ini
mempunyai tunas-tunas yang perenial dan kuncup-kuncup pada ketinggian
permukaan tanah atau dalam lapisan permukaan tanah, dan oleh karenanya
terlindungi oleh habitatnya. Tumbuhan demikian itu terutama banyak
terdapat di daerah-daerah alpin yang tinggi dan daerah Kutub Utara, tetapi
juga melimpah-limpah di daerah iklim sedang. Contoh dari tumbuhan
Hemikriptofita.
4. Hidrofita (tumbuhan air). Golongan ini mencakup semua tumbuhan yang
hidup di air baik yang ‘’bersauh’’ (berakar dalam lumpur, dasar air) atau
tidak, di samping tipe mikroskopik yang mengapung bebas dan yang
berenang-renang yang merupakan dasar atama pembentukan kategori
tersendiri yang disebut ‘’plankton’’. Golongan hidrofita cenderung
melintas memotong golongan lainya, dan dengan itu sering ditiadakan dari
‘’spektrum biologi’’. Contoh yang paling sering ditemui adalah eceng
gondok yang mengapung di atas air untuk meningkatkan aerasi.
5. Terofita (tumbuhan anual). Tumbuhan yang menyelesaikan daur
hidupnya, dari perkecambahan sampai terbentuknya biji yang masak,
dalam waktu masa pertumbuhan vegetative yang terbatas, dan
mempertahan diri selama kala yang tidak menguntungkan dalam bnetuk
biji., spora, atau badan-badan untuk reproduksi yang khusus (biasanya
bersifat resisten). Timbuhan ini terutama melimpah-limpah didaerah gurun
yang kala buruk disitu sangat keras dan panjang, tetapi secara luas di
daerah Kutub Utara tidak terdapat, di mana musim pertumbuhan demikian
pendek atau panasnya tidak mencukupi untuk memungkinkan tumbuhan
itu menyelesaikan perkembangannya sebelum musim dingin tiba kembali.
6. Geofita (tumbuhan tanah)tumbuhan ini mempunyai organ-organ untuk
melewati kala buruk (seperti umbi lapis, umbi, atau rimpangan) yang
terbenam di dalam tanah dan oleh karna itu dalam musim-musim yang
tidak menguntungkan tidak terdadah. Tumbuhan ini cenderung merupakan
tumbuhan yang paling umum di daerah iklim sedang, tetapi juga dalam
jumlah yang cukup besar dapat mempertahankan diri di luar daerah iklim
sedang, baik kearah utara.
Rasengan (1992) menyatakan bahwa Raunkaler menggolongkan jenis
tumbuhan berdasarkan bentuk pertumbuhan dengan melihat pada posisi tunas,
kuncup dan organ lainnya. Bentuk tubuh ini kemudian dimodifikasi oleh Braunt-
Blanquet atas :
1. Fitoplankton
2. Fitoedafon
3. Terofita
4. Hidrifita
5. Geofita
6. Hemi-kriptofita
7. Endofita
8. Khamaefita
9. Fanerofita
10. Epifit
Anonim (2014) mengemukakan klasifikasi Raunkiaer (1934) : Klasifikasi
dunia tumbuhan berdasarkan letak pucuk pertumbuhan terhadap permukaan tanah
1. Phanerophyta
 Letak titik perpucukan yang bebas diudara minimal 25 cm di
atas permukaan tanah
 Semua tumbuhan berkayu baik itu pohon maupun perdu
1. Megaphanerophyta – letak perpucukan lebih dari 30 m
2. Mesophanerophyta – letak perpucukan (8 – 30) m
3. Microphanerophyta – letak perlucukan (2 – 8) m
4. Nanophanerophyta – letak perpucukan 25 cm – 2 m
2. Chamaephyta;
 perpucukan lebih rendah dari 25 cm di atas permukaan tanah
 Contoh: suffruticiosa; decumben; stoloniferous
3. Hemicryptophyta;
 perpucukan tepat di atas permukaan tanah
 Contoh: herba dan rerumputan
4. Cryptophyta; dan
 perpucukan berada di bawah tanah atau di dalam air.
 Contoh: tumbuhan berumbi dan rimpang
5. Therophyta
 Contoh: semua tumbuhan satu musim
Inventarisasi dilaksanakan untukmengetahui dan memperoleh data dan
informasi tentang keadaan sumberdaya alam, potensi kekayaan
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya secara menyeluruh dan lengkap.
Hasil inventarisasi ini digunakan sebagai dasar pengukuhan, penyusunan
rencana pengelolaan, dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan kawasan suaka
alam dan kawasan pelestarian alam. Inventarisasi sebagai dasar pengukuhan
menyajikan data dan informasi yang dapat mencerminkan statusdan keadaan
fisik ekosistem, keanekaragaman hayati, sosial ekonomi dan budaya
masyarakat yang mempengaruhinya, sehingga kawasan yang ditunjuk dan
ditetapkan tersebut mencerminkan satuan ekologi bentang alam (landscape
ecology) yang cukup efektif untuk dapat dikelolasebagai kawasan suaka alam
dan kawasan pelestarian alam (Suprayitno, 2008).
Suprayitno (2008) menyatakan bahwa inventarisasi sebagai dasar
penyusunan rencana pengelolaan maupun kepentingan pelaksanaan
pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam dilakukan
melalui tahapan-tahapan yang mencerminkan :
a. Eksplorasi;
Merupakan kegiatan penjelajahan setiap bagian dari
kawasan konservasi untuk memperoleh pengetahuan status dan
keadaan dari fisik lapangan, jenis flora dan fauna,tipe komunitas
atau ekosistem, kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat di dalam
dan di sekitar kawasan konservasi. Kegiatan eksplorasi umumnya
seringkali disertai dengan kegiatan identifikasi dan koleksi atas
specimen unsur-unsur penyusun sumber daya alam hayati dan
ekosistem. Kegiatan eksplorasi pada seluruh kawasan sebaiknya
dilakukan setiap lima tahun sekali.
b. Identifikasi dan koleksi yang menyertai eksplorasi;
Merupakan kegiatan yang menyertai eksplorasi, yang
umumnya dilakukan dengan metoda penjelajahan dan atau
pembuatan plot. Di bidang pengumpulan data ekologi
tumbuhan,dilakukan melalui kegiatan identifikasi secara garisbesar
menggunakan metoda sampling baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Kualitatif berupa deskripsi kondisi daerah kejadian
seperti spektrum bentuk hidup (fanerofita, kaemofita,
hemikriptofita, kriptofita, therofita), dan spektrum strategis
reproduksi. Kuantitatif dilakukan untuk melengkapi pendekatan
kualitatif melalui pengukuran yang lebih akurat dan konsisten
terhadap berbagai parameter dasar berupa kerapatan, dominasi,
frekuensi, biomass atau produktivitas dan perawakan. Untuk itu
diperlukan pengetahuan permasalahan pencuplikan untuk
menentukan lokasi, bentuk dan ukuran petak pengukuran.
Pengenalan struktur tumbuhan diawali melalui pengenalan struktur makro
berupa habitus dan bentuk hidup. Bentuk hidup (life form) menurut Raunkiaer’s
penting dalam pengenalan struktur makro variasi pola khusus kehidupan tumbuh
an. Kajian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat pemahaman bentuk hidup
Raunkiaers dengan pemahaman struktur tumbuhan mahasiswa. Analisis hubungan
pemahaman bentuk hidup Raunkiaer dengan tingkat pemahaman konsep esensial
dalam struktur tumbuhan dilakukan pada perkuliahan Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan semester genap 2011-2012 mahasiswa Program Studi Biologi dan
Pendidikan Biologi Fakultas Saintek Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Tiap mahasiswa memiliki tingkat pemahaman bentuk hidup
Raunkiaers tertentu. Tingkat pemahaman habitus dan bentuk hidup Raunkiaers
mahasiswa ternyata berhubungan signifikan (r=0,223) dengan tingkat pemahaman
konseptual teoritik struktur morfologis dan anatomis tumbuhan melalui test
opsional. Tingkat pemahaman habitus bentuk hidup Raunkiaers juga
berhubungan signifikan (r=0,239) dengan tingkat pemahaman konseptual visual
struktur tumbuhan melalui tes esay. Pemahaman habitus dan bentuk hidup Raunkiaers
tumbuhan dapat digunakan menjadi salah satu komponen indikator tingkat
pemahaman dan konstruksi konsep pada perkuliahan struktur tumbuhan (Widodo,
2012).
Raunkiaer (Botaniawan Denmark) pada tahun 1934 (Lovelless, 1989,
Rana et al., 2002., Decocq dan Hermy, 2003) dalam Widodo, 2014) membuat
sistem pengelompokan bentuk hidup berdasarkan jarak antara posisi tertinggi kuncup-
kuncup yang membawa tumbuhan melalui musim yang tidak menguntungkan
dengan permukaan tanah. Adaptasi terhadap musim -musim kering dan dingin
yang semakin keras dicapai dengan posisi kuncup-kuncup terminal yang semakin
dekat dengan permukaan tanah sampai akhirnya kuncup-kuncup terbenam dalam
tanah. Cara ekstrem adaptasi tumbuhan setahun (annual) yang menyelesaikan
daur hidupnya dalam satu musim dilakukan melalui pembentukan jaringan embrio
dalam biji yang dorman dan resisten. Deskripsi bentuk hidup tumbuhan menurut
Raunkiaer ini paling banyak digunakan diantara sistemsistem lainnya yang diajukan
Warming tahun 1909, Dansereau tahun 1957, Ellenberg dan Muller-Dombois tahun
1974, Box tahun 1981 (Rana et al., 2002). Pengelompokan bentuk hidup
tumbuhan menurut Raunkiaer (Raunkiaer’s life form) :
1. Fanerofit
Merupakan kelompok pohon dan perdu yang mempunyai kuncup-
kuncup terminal tumbuh dari tahun ke tahun. Kuncup
mencuat/terbuka ke udara. Berdasar ukuran ketinggiannya kelompok ini
sering di pecah lagi menjadi:
Megafanerofit: tinggi lebih 30 m
Mesofanerofit: tinggi 7,5 – 30 m
Mikrofanerofit: tinggi 2 – 7,5
Nanofanerofit: tinngi 0,25 – 2 m
2. Kamefit
Tumbuhan di permukaan tanah. Kuncup-kuncup terminal tumbuh dari
tahun ke tahun dekat dengan permukaan tanah (0-0,25 m) Jika
kuncup-kuncup tumbuh lebih dari 0,3 m selama musim tumbuh,
kuncup-kuncup itu akan mati dan digantikan kuncup kuncup baru
musim berikutnya. Kuncup-kuncup baru tumbuh dari batang tua yang
masih tetap hidup. Kelompok ini mencakup perdu-perdu kecil dan
berbagai tumbuhan yang batangnya menjalar di atas tanah atau
membentuk rumpun yang rapat
3. Hemikriptofit
Merupakan kelompok tumbuhan yang mempunyai kuncup-kuncup yang
tumbuh dari tahun ke tahun pada permukaan tanah dimana mereka
dilindungi oleh tanah sekelilingnya dan oleh sistem pucuk dari musim
sebelumnya. Tumbuhan kelompok ini sering mempunyai akar yang
besar dan membengkak dan pada permukaan tanah ditutupi oleh
batang yang memadat. Dari bagian tersebut daun-daun dan kuncup-
kuncup cabang tumbuh setiap tahun. Kelompok khas tumbuhan ini
adalah kelompok tumbuhan berbentuk roset.
4. Kriptofit
Kelompok ini mempunyai perlindungan yang lebih besar dari pada
kelompok hemikriptofit. Kuncup-kuncup terminal tumbuh di dalam
terkubur dalam tanah. Kelompok tumbuhan ini dibagi menjadi:
Geofit: Tumbuhan tanah dengan kuncup terminal terkubur di bawah
tanah, misalnya: umbi lapis, umbi, rimpang dll.
Helofit: Tumbuhan rawa musiman dengan kuncup-kuncup dalam
lumpur dan terendam air
Hidrofit: Tumbuhan air dengan kuncup-kuncup yan tumbuh di permukaan
air.
5. Terofit
Tumbuhan yang menyelesaikan daur hidupnya dalam waktu singkat,
kurang dari setahun. Adaptasi terhadap kondisi ekstrem dalam bentuk biji.
6. Batang sukulen
Kedua kelompok ini merupakan tumbuhan cirri khas di habitat-
habitat tertentu.
7. Epifit
Kaktus merupakan contoh batang sukulen. Bromeliacae dan Orchidaceae
merupakan epifit yang tumbuh di cabang-cabang pohon hutan tropis. Ilustrasi
skematis atau diagram life form Raunkiaer’s tumbuhan disempurnakan oleh
Tsuyuzaki (2007) untuk memperlihatkan diagram bentuk hidup epifit. Bentuk hidup
epifit merupakan bentuk adaptasi lanjut dari terofit (tumbuhan setahun) (Gambar 2).
Situs electronic learning Universitas Radboud Nijmegen menggambarkan skema life
form Raunkiaer’s ditunjukkan Gambar :
Konsep bentuk hidup Raunkiaer (Raunkiaer’s life form) tumbuhan lazim
dibahas dalam kajian-kajian ekologi. Konsep ini tepat digunakan karena mengenali
dan mengetahui jenis tumbuhan di alam liar secara cepat sulit dicapai. Kajian
ekologi yang bersifat holistik sistemik dan lebih mementingkan pemahaman
proses totalitas organisme sebenarnya tetap memerlukan pengetahuan tentang
jenis specimen agar pengkajian lebih tepat.Pembahasan konsep bentuk hidup
tumbuhan menurut Raunkiaer’s jarang dilakukan pada mata kuliah atau kajian
struktur tumbuhan. Konsep Raunkiaers dalam kajian/mata kuliah struktur
tumbuhan ditemukan dalam buku Struktur dan Perkembangan Tumbuhan (Nugroho
et al. 2010) dalam pembahasan struktur luar batang sebagai organ vegetative.
Loveless (1989) membahas bentuk hidup tumbuhan menurut Raunkiaer’s dalam
kajian komunitas tumbuhan berbunga (Widodo, 2012).
Konsep bentuk hidup tumbuhan menurut Raunkiaer dikaji dalam
pertemuan awal perkuliahan (pertemuan 2). Materi didasarkan pada Barbour
(1987), Loveless (1989), Nugroho (2010), Rana et al (2003), Tunstall (2008),
situsUniversitasRadboudNijmegen:http://www.vcbio.science.ru.nl?en/virtuall
essons/lanscape/raunkiaer/,Tsuyuzaki (2007). Perkuliahan dilanjutkan
dengan kegiatan eksploratif dengan worksheet. Evaluasi urgensi konsep
Raunkiaers life form dalam perkuliahan Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan dievaluasi berdasar analisis pembelajaran/perkuliahan Struktur
dan Perkembangan Tumbuhan pada semester genap tahun 2011-2012 pada
Program Studi Biologi dan pendidikan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pemahaman konsep mahasiswa
mengenai bentuk hidup tumbuhan diketahui melalui tes identifikasi
diagram visual pada Tabel 2. Hasil tes pemahaman visual skematis ini
dikorelasikan dengan hasil tes pemahaman struktur tumbuhan pada ujian
semester.
Konsep life form Raunkiaer’s atau bentuk hidup tumbuhan menurut
Raunkiaer merupakan bagian konsep atau pembangun konsep struktur tumbuhan
yang potensial. Konstruksi (bangunan) pemahaman struktur tumbuhan dapat
dibentuk dengan dasar konsep bentuk hidup tumbuhan menurut Raunkiaer.
Penguasan konsep life form Raunkiaer mahasiswa ditumbuhkan untuk
memberikan orientasi awal dan pemetaan awal struktur tumbuhan.
Pengembangan konsep life form Raunkiaer perlu dilakukan dengan perkuliahan
dilengkapi kegiatan eksploratif melalui worksheet. Pembahasan life form
Raunkiaer pada perkuliahan Struktur Tumbuhan lebih tepat dilakukan pada
pertemuan awal semester dengan urutan topik/materi-materi struktur morfologis
makro misalnya akar, batang, daun. Pembahasan struktur anatomis hendaklah
diintegrasikan dan didahului pembahasan struktur morfologis (Widodo, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat


Hari / Tanggal : Sabtu / 08 Nopember 2014
Waktu : Pukul 08.00 s.d 11.30 WITA
Tempat : Lapangan Saopanrita, Kampus UNM Parang Tambung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Patok
b. Mistar / Penggaris
c. Gunting
d. Kamera
e. Pensil
f. Batu
2. Bahan
a. Tumbuhan yang diamati
b. Tali rafia
c. Buku
C. Prosedur Kerja
1. Menentukan daerah yang akan diuji keanekaragaman vegetasinya.
2. Membuat kuadrat pada daerah yang sudah ditentukan ditempat tersebut
dengan luas 5 m2 x 5 m2 .
D. Teknik Pengolahan Data
#--------------------
#----------------
# SPEKTRUM LIFE FORM
#---------------------------------
#----Programmer : Tauhidah Bachtiar
#---- Makassar 20 November 2014-----------
#----------
rm(list=ls(all=TRUE))
setwd('D:/TUGAS KULIAH/SEMESTER V/EKOLOGI
TUMBUHAN/LAPORAN')
dataku<-read.table("SPEKTRUM LIFE FORM.csv",header=TRUE, sep =",", dec
= ".",stringsAsFactors=FALSE)
#tampilakan data-------------------
dataku
#cek strkuktur data----------------
str(dataku)
#------- Cek jenis-jenis spesies yang ada----------
unique(dataku$Spesies)
#--- Cek jenis-jenis bentuk hidup-------
unique(dataku$Bentuk.hidup)
#-----------------
#----------Menentukan rata-rata penutupan setiap bentuk hidup
#---spesies----
data1
<-
aggregate(dataku$Rata.rata,list(LForm=
dataku$Bentuk.hidup, Spesies=dataku$Spesies,Plot=
dataku$Plot),mean)
data1
#----------------------------------
#--Menentukan jumlah rata-rata penutupan tajuk setiap
#---spesies-----
#---Pada setiap plot---------
data2 <- aggregate(data1$x,list(LForm= data1$LForm, Plot=
data1$Plot), sum)
data2
#--------------
#--------Menentukan total rata-rata penutupan tajuk setiap----
#----bentuk hidup------
data3 <- aggregate(data2$x,list(LForm= data2$LForm), sum)
data3
#-------------
data4 <-sum(data3$x)/3
data <-(data3$x)/3
sum(data4)
rata.rata<-data4
data3<-data.frame(data3,rata.rata)
data3
LForm<-c('Ch')
x<-0
rata.rata <- 0
data5 <-data.frame(LForm, x, rata.rata)
data5
data3 <-rbind(data3,data5)
data3
jumrata<-sum(data3$rata.rata)
jumrata
#----------------------
#---- Fungsi untuk menentukan Life.Form.Pengamatan penutupan
#--- tajuk----
PPT <- function(a,b) {(a/b)*100}
#---Menghitung Lif.Form.Pengamatan penutupan tajuk
Life.Form.Pengamatan <-PPT(data3$rata.rata, jumrata)
#----- Menetapkan tiga angka dibelakang koma------------
options(digits=3)
data3 <-data.frame(data3,Life.Form.Pengamatan)
data3
#---Membuat vektor nilai penyebaran penutupan bentuk hidup
#----Raunkiaer----
Raunkiaer <-c(9,26,16,13)
data3 <- data.frame(data3,Raunkiaer)
data3
data <-as.matrix(data3)
#------------
#---- (1) Memotong data untuk membuat grafis harplot----
#-----------
data <-data3[,c(4,5)]
row.names(data)<-c('H','P','Th','Ch')
data.grafik <-as.matrix(data)
str(data.grafik)
class(data.grafik)
data.grafik
#-----(2) Transformasi data----
#---baris jadi kolum, kolum jadi baris----
data.grafik <-t(data.grafik)
data.grafik
#--------------
#--- (3) Grafik Bar Plot------
#-------
barplot(data.grafik, col =
heat.colors(length(rownames(data.grafik))), beside= TRUE,
width = 2, xlab='Bentuk Hidup (Life Form)',
ylab='Persentase Penutupan Life Form')
legend(16.5,73.5, fill =
heat.colors(length(rownames(data.grafik))), legend=
rownames(data.grafik))
#------------
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Data Hasil “Run”
2. Tabel Pertama
3. Tabel Setelah “Run”
4. Data Area Grafik Data Area

B. Pembahasan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diharapkan untuk
praktikum selanjutnya khususnya kepada praktikan agar lebih teliti dalam
mengukur plot dan mengidentifikasi spesies apa yang terdapat dalam plot
tersebut, sehingga diperoleh hasil praktikum yang diharapkan serta dapat lebih
memahami mengenai spektrum bentuk hidup .
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Tekhnik Lapangan dalam Ekologi Tumbuhan.


bio.unsoed.ac.id/.../13.%20TEKNIK%20LAPANGAN. Diakses pada
tanggal 21 Nopember 2014.

Master, Jani. 2012. Klasifikasi Raunkier.


http://staff.unila.ac.id/janter/2012/09/03/klasifikasi-raunkiaer/. Diakses
pada tanggal 21 Nopember 2014.

Pratiwi, Heni. 2014. Klasifikasi Menurut Bentuk Kehidupan.


http://henipratiwi88.blogspot.com/2014_04_01_archive.html. Diakses
pada tanggal 21 Nopember 2014.

Rasengan. 2012. Bentuk Pertumbuhan dan Fisiognomi.


http://www.slideshare.net/rasengan1992/karakteristik-komunitas-dalam-
ekosistem. Diakses pada tanggal 21 Nopember 2014.

Suprayitno. 2008. Bahan Ajar Tekhnik Pengelolahan Kawasan Konservasi.


Depertement Kehutan Pusat Diklat Kehutanan : Bogor.

Widodo. 2012. Konsep Raunkiaer’s Life Form dan Habitus Sebagai Komponen
Konstruksi Pemahaman Struktur Tumbuhan.
eprints.uns.ac.id/12652/1/1083-2469-1-SM.pdf. Diakses pada tanggal 21
Nopember 2014.
LAMPIRAN

Foto species plot I, II dan III

Anda mungkin juga menyukai