LAPORAN
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Umum yang
diampu oleh
Drs. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc., Drs. Amprasto, M.Si.,
dan Rini Solihat, S.Pd. M.Si.
oleh:
Kelas A
Kelompok 6
Agustina Nur Fauziah
1303761
Norma Fauziah
1303682
1300388
Rizki Akbar
1202476
Septiani Khaerunnisa
1300557
Siti Nurroniah
1300552
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interaksi organisme-organisme hidup (biotik) dengan segala aspek lingkungan
tidak hidupnya (abiotik) berhubungan erat tak terpisahkan dan saling mempengaruhi satu
sama lain. Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang
lainnya. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesies dan
interspesies. Interaksi intraspesies adalah hubungan antara organisme yang berasal dari
satu spesies, sedangkan interaksi interspesies adalah hubungan yang terjadi antara
organisme yang berasal dari spesies yang berbeda Hubungan dua organisme dimana
kedua pihak sama-sama mendapat keuntungan disebut mutualisme.
Kebun Botani UPI memiliki beranekaragam makhluk hidup yang memungkinkan
terjadinya interaksi. Oleh karena itu, kami ingin mengetahui berbagai interaksi
mutualisme yang terjadi di Kebun Botani UPI.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini adalah: Apa
saja interaksi mutualisme yang terjadi di Kebun Botani UPI?
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian
makalah ini
adalah:
1. Apakah interaksi mutualisme organisme di zona 3 dan 2 itu faktual?
2. Organisme apa saja yang melakukan interaksi mutualisme di zona 3 dan 2 kebun
botani UPI?
3. Bagaimana interaksi mutualisme yang terjadi di zona 3 dan 2 kebun botani UPI?
4. Bagaimana distribusi interaksi mutualisme di zona 3 dan 2 kebun botani UPI?
5. Bagaimana pola distribusi populasi semut Pseudomyrmex. di pohon Acasia
auriculiformis di zona 2 kebun botani UPI?
6. Bagaimana kelimpahan populasi semut Pseudomyrmex. di pohon Acasia
auriculiformis di zona 2 kebun botani UPI?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui interaksi mutualisme organisme di zona 3 dan 2 itu factual.
2. Untuk memahami organisme yang melakukan interaksi mutualisme di zona 3 dan 2
kebun botani UPI.
3. Untuk mengetahui interaksi mutualisme yang terjadi di zona 3 dan 2 kebun botani
UPI.
4. Untuk memahami distribusi interaksi mutualisme di zona 3 dan 2 kebun botani UPI.
5. Untuk mengetahui pola distribusi populasi semut Pseudomyrmex. di pohon Acasia
auriculiformis di zona 2 kebun botani UPI.
6. Untuk mengetahui kelimpahan populasi semut Pseudomyrmex. di pohon Acasia
auriculiformis di zona 2 kebun botani UPI.
E. Batasan Masalah
1. Hanya mengamati di zona 3 dan 2 kebun botani UPI
2. Hanya mengamati interaksi mutualisme tumbuhan dan hewan.
3. Hanya mengamati interaksi pada tumbuhan dengan ketinggian 2 m.
4. Hanya menghitung pola distribusi dan kerapatan semut Pseudomyrmex di pohon
Acasia auriculiformis di zona 2 kebun botani UPI.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Interaksi Antarspesies
Interaksi antar individu dapat terjadi dalam hal mendapatkan makanan,
mempertahankan diri, menjaga lingkungannya, dan melakukan perkawinan. Pertumbuhan
suatu populasi ditentukan oleh daya biak spesies, kondisi faktor lingkungan dan
kemampuan adaptasi (Master, 2009).
Di dalam komunitas terdapat hubungan antara populasi dan juga spesies. Dalam
hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika hubungan
yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik
merugikan satu pihak atau keduanya (bemusuhan) (Master, 2009). Hubungan ini ada
yang menguntungkan tetapi ada juga yang merugikan spesies lain. Jenis dan Tipe
Interaksi antara spesies dapat digolongkan sebagai berikut :
Tabel 1. Interaksi Antarspesies (Campbell, 2004)
Interaksi
Predasi/Pemangsaan (+/-)
(termasuk Parasitisme)
Kompetisi (-/-)
Komensalisme (+/0)
Mutualisme (+/+)
B. Interaksi Mutualisme
Simbiosis mutualisme adalah hubungan antara dua jenis makhluk hidup yang
saling menguntungkan. Dua spesies yang hidup bersama saling mendapatkan keuntungan
dari interaksi tersebut (Dwidjoseputro, 1994).
Menurut Campbell (2004), hubungan mutualisme mensyaratkan evolusi adaptasi
pada kedua spesies yang terlibat, karena perubahan dalam salah satu spesies
kemungkinan besar mempengaruhi daya tahan hidup dan reproduksi spesies yang lain.
Banyak diantara adaptasi mutualistik yang berko-evolusi misalnya: fiksasi nitrogen oleh
bakteri dalam bintil akar legum; pencernaan selulosa oleh mikroorganisme dalam saluran
pencernaan rayap dan mamalia ruminansia; fotosintesis oleh Protista uniseluser dalam
jaringan karang; asosiasi fungi dengan akar tumbuhan; dan interaksi spesifik penyerbuk
tertentu dengan tumbuhan berbunga.
makanan,
sedangkan
bunga
terbantu
proses
penyerbukannya
(Dwidjoseputro, 1994).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif karena hanya
E. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan
Tabel 2. Daftar alat yang digunakan
No
1.
2.
3.
4.
5.
Nama alat
Alat tulis
Camera
Meteran
Kompas bidik
Buku identifikasi species
Spesifikasi
-
Jumlah
1 set
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
F. Langkah Kerja
1. Sebelum Pengamatan
lokasi yang
akan diteliti
ditentukan
observasi
dilakukan
untuk
menentukan
masalah di
kebun botani
UPI
rancangan
penelitian
disusun
alat yang
dibutuhkan
untuk
pengamatan
disiapkan
rancangan
penelitian
dipresentasika
n
hasil interaksi
mutualisme
didokumentasikan
dan dicatat
pemetaan dibuat
dengan cara rotasi
baik di zona 2
atau 3.
dilakukan
penghitungan
berdasarkan
rumus pola
distribusi dan
kerapatan
dihitung luas
kapas dan
banyaknya semut
setiap kapas
pemetaan
interaksi
mutualisme
disetiap zona
dibuat dalam
kertas milmeter
blok
Data hasil
pengamatan diolah
dan dianalisis
laporan hasil
penngamatan
disusun
hasil pengamatan
dipresentasikan
A. Hasil Pengamatan
1. Pemetaan distribusi interaksi mutualisme
Tabel 3. Pemetaan distribusi interaksi mutualisme di zona 2 dan 3 kebun botani UPI
Zona 2
Interaksi
Keterangan
Semut merah
(Pseudomyrmex) Acacia
Kupu-kupu Bunga
Semut - Ficus sp.
Kupu-kupu Bunga
Gambar 5. Nymphalidae :
Gambar 6. Nymphalidae :
Bibildinae
Nymphalinae
(Doleschallia bisaltide)
(Hypolimnas bolina)
Gambar 8. Hesperiidae :
(Pelopidas agna)
(Dokumentasi kelompok 6A, 2016)
Gambar 9. Asteraceae
(Dokumentasi kelompok 6A, 2016)
(Pseudomyrmex)
(Dokumentasi kelompok.6A, 2016)
N
(
830992
596756
1,39
Gambar 16. Perangkap gula dan kapas untuk mengetahui persebaran semut Pseudomyrmex sp. di
pohon Acasia auriculiformis
(Dokumentasi kelompok 6A, 2016)
4. Kelimpahan populasi semut Pseudomyrmex
N = (S) =
A
N = individu per m2
S = jumlah rata-rata individu yang didapat (773 dibagi 5 = 146,6)
A = luas area perangkap
Jadi, diperkirakan jumlah individu semut Pseudomyrmex pada pohon
auriculiformis 48.867 ind/m2.
Acacia
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum populasi yang berjudul Interaksi
Mutualisme di zona 2 dan 3 Kebun Botani UPI, didapatkan hasil bahwa pada zona 2 dan
3 terdapat beberapa interaksi diantaranya :
1 Simbiosis Mutualisme antara Bunga dengan Kupu-kupu atau Kumbang
Menurut Sedgley & Griffin (dalam Fajarwati, Atmowidi dan Dorly, 2009), dari
simbiosis mutualismenya dengan tanaman, serangga mendapat keuntungan berupa
nektar dan serbuk sari sebagai sumber makanan, tempat berlindung, dan tempat
berkembang biak bagi serangga. Bagi tumbuhan, interaksi dengan serangga memberi
keuntungan, yaitu membantu dalam proses polinasi atau terjadinya penyerbukan yang
merupakan bertemunya serbuk sari dengan kepala putik.
Menurut Gulland dan Cranston (dalam Fajarwati dkk, 2009), di alam, serangga
membantu penyerbukan sekitar dua per tiga dari total tanaman berbunga dan sekitar
400 spesies tanaman pertanian. Serangga yang berperan dalam penyerbukan tanaman
adalah kumbang (ordo Hymenoptera), kupu-kupu, dan lain-lain.
Berdasarkan kajian Fajarwati dkk (2009), beberapa faktor yang mempengaruhi
kedatangan serangga pada bunga, diantaranya :
a Kandungan nectar
b Konsentrasi gula
c Kandungan senyawa kimia
d Kelimpahan bunga.
Menurut Plowright et al. (dalam Fajarwati, 2009), keragaman serangga
berkaitan dengan melimpahnya sumber daya tanaman, terutama serbuk sari dan nektar.
Bagi serangga, serbuk sari digunakan sebagai sumber protein, sedangkan nektar
sebagai sumber gula yang sangat dibutuhkan untuk kehidupannya. Kombinasi gula
dalam nektar menentukan keanekaragaman serangga yang mengunjungi. Selain serbuk
sari dan nektar, morfologi bunga berpengaruh terhadap keanekaragaman serangga
pengunjungnya. Keragaman serangga yang mendatangi suatu bunga bergantung dari
serbuk sari dan nektarnya yang terbuka dan mudah diakses oleh serangga.
Menurut Atmowidi dkk (dalam Fajarwati, 2009), pada saat serangga
mengunjungi suatu tanaman, mereka mampu menggetarkan kerucut benang sari,
sehingga serbuk sari jatuh di kepala putik yang menyebabkan terjadinya penyerbukan.
Serta ketika mengambil nektar dari suatu bunga, tanpa sengaja serbuk sari dari bunga
Semut yang berperan sebagai polinator yaitu hanya semut yang bersimbiosis
mutualisme dengan bunga tapak dara. Semut tersebut mendapatkan nectar dari bunga
tapak dara, dan bunga tapak dara pun mendapatkan bantuan dari semut dalam proses
penyerbukan bunga. Prosesnya sama dengan serangga yang lain sebagaimana yang
telah dijelaskan pada pembahasan interaksi bunga dengan kupu-kupu atau kumbang.
Sedangkan semut-semut yang berperan dalam melindungi pohon yaitu semut
Pseudomyrmex sp. (semut merah) dan semut hitam. Menurut Teuber (2014), semut
menjadikan pohon sebagai tempat hidup atau tempat tinggal serta sebagai sumber
makanan (semut mengkonsumsi nectar berupa cairan gula dan beltian berupa struktur
kecil dari tumbuhan tersebut yang kaya akan protein dan mengandung gula). Semut
berperan dalam melindungi pohon dari serangan serangga herbivor dan organismeorganisme parasit. Semut akan membunuh dan memakan serangga yang mengganggu
pohon tersebut serta merusak tanaman yang berusaha menyaingi pohon dalam dalam
ruang, nutrisi, dan sinar matahari.
Berdasarkan penelitian para ilmuwan di Institut Max Planck tentang Ekologi
Kimia, yaitu mereka membandingkan tanaman akacia yang bersimbiosis mutualisme
dengan semut Pseudomyrmex dengan tanaman Acacia auriculiformis yang tidak
bersimbiosis dengan semut Pseudomyrmex. Berdasarkan penelitian tersebut, tanaman
Acacia auriculiformis yang tidak bersimbiosis dengan semut mengalami banyak
kerusakan pada daun disebabkan serangga herbivor dan patogen mikroba. Jumlah
patogen tanaman dan luka dari jaringan tanaman meningkat pesat pada pohon Acacia
auriculiformis yang tidak bersimbiosis dengan semut Pseudomyrmex sp. Serta
tanaman ini menunjukkan respon imun yang kuat dalam bentuk peningkatan
konsentrasi asam salisilat, yaitu hormon yang mengatur pertahananan melawan
patogen. Penelitian telah menunjukkan bahwa hubungan ini sangat penting untuk
pohon ini bahwa apabila koloni semut dihilangkan dari pohon, maka pohon akasia
tidak akan mampu untuk bersaing dengan sukses dalam lingkungan dan akhirnya mati
(Teuber, 2014).
Pada pengamatan simbiosis mutualisme di zona 2 dan 3 Kebun Botani UPI,
kami memfokuskan dalam meneliti pola distribusi semut Pseudomyrmex sp. yang
bersimbiosis mutualisme dengan Pohon Acacia auriculiformis. Berdasarkan hasil
pengamatan, didapatkan hasil yang dihitung atau diuji dengan perhitungan Indeks
Morista yaitu sebesar 1,39. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pola persebaran atau
distribusi semut Pseudomyrmex sp. adalah berkelompok (clumped). Sedangkan untuk
karakteristik pohon-pohon yang dijadikan semut sebagai tempat tinggal dan pohon
yang mereka lindungi yaitu batangnya berkayu, kaya akan nektar dan beltian,
mempunyai tinggi lebih dari 6 meter. Untuk kelimpahan populasi semut
Pseudomyrmex pada pohon Acasia auriculiformis sendiri adalah sekitar 48.867 ind/m2.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Interaksi mutualisme di zona 2 dan 3 itu faktual (benar-benar ada dan terjadi).
2. Interaksi mutualisme yang terjadi di zona 2 kebun botani UPI yaitu Semut merah
(Pseudomyrmex) dengan Acacia auriculiformis, semut hitam dengan Terminalia
catapa, semut hitam dengan Pohon X dan kupu-kupu dengan Bunga, sedangkan
pada zona 3 nya terdapat interaksi mutualisme di antaranya semut dengan Ficus sp.,
semut dengan bunga tapak dara, kumbang (lady bug) dengan bunga tapak dara, dan
kupu-kupu dengan bunga.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. (2004). Biologi (jilid III). Jakarta: Erlangga
Dwidjoseputro. (1994). Ekologi manusia dengan lingkungannya. Jakarta: Erlangga.
Fajarwati, M. R., Atmowidi, Tri dan Dorly. (2009). Keanekaragaman erangga pada
bunga tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) di lahan pertanian organik. Jurnal
Entomologi Indonesia, 6 (2), hlm. 77-85
Master. (2009). Pola Interaksi organisme dalam Ekosistem. [Online]. Tersedia:
http://www.berpendidikan.com/2015/06/pola-interaksi-organisme-dalam-ekosistem.html
[Diakses tanggal 16 April 2016]
Teuber, M. G. (2014). Ants Protect Acacia Plants Against Pathogens. [Online]. Tersedia:
https://www.mpg.de/7747062/ants-acacia-plants-pathogens. [Diakses tanggal 16 April
2016]
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Yahya, Harun. (2013). Pohon Akasia dan Semut. [Online]. Tersedia:
id.harunyahya.com [Diakses tanggal 15 April 2016]
Gambar 2: Google Maps. (2016). Lokasi pengambilan data di zona 2 dan 3 kebun botani UPI.
[Online]. Tersedia: https://maps.google.com/ [Diakses tanggal 1 April 2016]