Ria Wikantari
Isu & Permasalahan
Kebutuhan manusia
Rekayasa rancang-bangun
Industri bahan
Teknologi informasi
WUJUD ARSITEKTUR
VERNAKULAR BENUA MARITIM
• Ekspresi jatidiri lokal
• Karakteristik ramah lingkungan
• Muatan sosial-budaya tradisional
WUJUD ARSITEKTUR
TROPIS KEPULAUAN
BENUA MARITIM
WUJUD ARSITEKTUR
MASA KINI:
• Cenderung pudarnya ekspresi jatidiri lokal
• Cenderung tak ramah lingkungan
• Muatan sosial-budaya kontemporer
Pemanasan global
Perubahan iklim
ATK-wikantari
Indonesia
Ketentuan karakteristik arsitektur ramah lingkungan di
Indonesia tentu mengacu pada wawasan lingkungan alam
wilayah Nusantara:
• Dicanangkan sebagai negara kepulauan (archipelagic
state) pada tahun 1957, dikenal sebagai Deklarasi Djuanda
• Isi pokok: “ …semua perairan di sekitar, di antara, dan
yang menghubungkan pulau-pulau atau sebagian pulau
yang termasuk wilayah daratan Negara RI, dengan tidak
memandang luas ataupun lebarnya adalah bagian dari
wilayah daratan Negara RI, dan demikian merupakan
bagian perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan
mutlak Negara RI. Wilayah ini kemudian dicanangkan
sebagai Benua Maritim“. (Adisasmita, 2013)
ATK-wikantari
Benua Maritim
• “ …satu kesatuan alamiah antara darat. laut, dan dirgantara di
atasnya, tertata secara unik yang menampilkan ciri-ciri benua dengan
karakteristik yang khas dari sudut pandang iklim dan cuaca
(klimatologi dan meteorologi), keadaan air dan perairan (oseanografi),
tatanan kerak bumi dan batuan (geologi), keragaman biota (biologi),
serta tatanan sosial budaya (antropologi) yang menjadi wilayah
yuridiksi Negara Kesatuan RI.”
ATK-wikantari
Analisis & Interpretasi
• Antropolog, arkeolog, dan sejarawan menyatakan bahwa
bangsa-bangsa dalam rumpun Austronesia menilik
kesamaan rumpun bahasa (Bellwood, Fox, Tryon, 2006;
Fox, 2006), juga dalam wujud arsitektur vernakularnya
(Waterson, 1990; 2006; Fox, 2006; Lotte, 2009, Laguana,
2012)
• Meskipun sangat beragam arsitektur hunian vernakular
bangsa-bangsa rumpun Austronesia memiliki banyak
kesamaan pada elemen bangunan maupun karakteristik
arsitekturalnya
• Pembahasan antropolog, arkeolog, dan sejarawan terbatas
memfokus pada perspektif sosial budaya dan artefak, tidak
mengupas lebih rinci mengenai karakteristik arsitektural
dalam perspektif kegayutan dan keberlanjutannya bagi
rancang-bangun arsitektur kontemporer ramah lingkungan
di masa depan
ATK-wikantari
Ragam Arsitektur Nusantara
ATK-wikantari
Ruma’
(Bajoe Bone, Sulawesi Selatan)
ATK-wikantari
bidok wabaroh/ papondok ruma’
babaroh
(interpretasi penulis)
ATK-wikantari
Mamminasata & Spermonde, Sulawesi Selatan
ATK-wikantari
Ragam Arsitektur Austronesia:
induk arsitektur Nusantara
ATK-wikantari
Kerangka Kajian
ATK-wikantari
Analisis Komparasi Evolusi Elemen Arsitektur
antara Perairan dan Daratan
ATK-wikantari
Kajian Keberlanjutan Elemen Arsitektur:
dari jejak-jejak menuju visi
JEJAK ARSITEKTUR VERNAKULAR REALITA ARSITEKTUR KONTEMPORER VISI ARSITEKTUR KONTEMPORER
TAPAK perairan, pantai, pesisir, daratan perairan, pantai, pesisir, daratan perairan, pantai, pesisir, daratan
RUANG lepa, bale, kolong, serambi, selasar, titian teras, ruang depan, tengah, belakang bale, kolong, serambi, selasar, titian
BENTUK naungan, berpanggung perlindungan, di permukaan tanah naungan, berpanggung
STRUKTUR kerangka, semi-menetap rangka dan dinding, menetap rangka dan dinding, menetap
JEJAK VISI
MASA LALU MASA DEPAN
ATK-wikantari
Kesimpulan
• Ciri khas wujud arsitektur ramah lingkungan sebagai VISI wujud
arsitektur kontemporer berwawasan Benua Maritim mencakup 3
aspek:
Ekspresi teraga
Kearifan tak-teraga
Kualitas ekologis berkelanjutan
• Ekspresi teraga bergantung pada 3 elemen:
(1) bentuk bangunan berpanggung
(2) ruang kolong dan serambi terbuka
(3) elemen selubung bangunan (lantai, dinding, langit-langit)
yang menggunakan prinsip tektonika beragam tirai (tirai-
mirai)
• Wujud akhir arsitektur yang tercipta akan sangat variatif
bergantung pada 5 elemen lain, yakni:
(1) tapak, (2) sistem struktur, (3) konstruksi, (4) bahan
bangunan, (5) ragam hias
ATK-wikantari
Acuan Pustaka
• Adisasmita, R. (2013). Pembangunan Ekonomi Maritim. Yogyakarta: Graha Ilmu.
• Bellwood, P., Fox, J.J., Tryon, D. (2006). Ed. The Austronesians: historical and Comparative Perspectives.
Canberra: ANU.
• Fox, J.J. (2006). Ed. Inside Austronesian Houses: Perspectives on Domestic Designs for Living. Canberra:
ANU.
• Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons.
• Hantoro, W.S. (n.d). Pengaruh Karakteristik Laut dan Pantai terhadap Perkembangan Kawasan Kota Pantai.
Prosidings – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di
Indonesia. http://sim.nilim.go.jp/GE/SEMI3/PROSIDING/01-WAHYU.doc, 14 Agustus 2013.
• IBEC. (2001). CASBEE (Comprehensive Assessment System for Built Environment Efficiency).
http://www.ibec.or.jp/CASBEE/,10 April 2011.
• Jahnkassim, P.S. (n.d.). Linking bioclimatic theory and environmental performance in its climatic and cultural
context – an analysis into the tropical highrises of Ken Yeang. http://www.unige.ch/cuepe
/html/plea2006/pdf/969_Jahnkassim.pdf, 14 Agustus 2013.
• Koentjaraningrat. (1996). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
• Laguana, Andrew. (2012). A Story of Latte. Micronesia 42 (1/2), 80-120.
• Lotte, Kemkens. (2009). Living on Boundaries: the Orang Bajo of Tinakin Laut, Indonesia. Bachelor’s thesis
on Social Anthropology. Utrecht: University of Utrecht.
• Oliver, P. (2006). Built to Meet Needs: Cultural Issues in Vernacular Architecture. Amsterdam, Boston,
Oxford: Architectural Press.
• Rapoport, A. (1969). House Form and Culture. Cambridge, Mass.: MIT Press.
• Sato, K. 1991. Menghuni Lumbung. Beberapa Pertimbangan mengenai Asal-Usul Konstruksi Rumah
Panggung di Kepulauan Pasifik. Antropologi Indonesia, No.49, Th.XV Mei-Agustus, 31-47
ATK-wikantari
• Sato, K. 2007. To Dwell in the Granary. The Origin of Pile-Dwellings in the Pacific. 10 September 2011,
http://www.sumai.org/asia/refer/sem9102.htm
• USGBC. (1998). Leadership in Energy and Environmental Design (LEED). Rating System.
http://www.usgbc.org/leed/rating-systems pada 10 April 2011.
• Waterson, R. (1992). The Living House. The Anthropology of Architecture in South-East Asia. Singapore:
Oxford University Press.
• Waterson, R. (2006). Houses and the Built Environment in Island South East-Asia: tracing some shared
themes in the uses of space. In Fox, J.J. (Ed). Inside Austronesian Houses: Perspectives on Domestic
Designs for Living, 227-242. Canberra: ANU.
• Wikantari, R. & Syam, Syahriana. (2006). Tetean: A Sustainable Place in Bajonese Coastal Settlement of
Bajoe, Bone, South Sulawesi. Proceedings of 7th International Seminar on Sustainable Environment and
Architecture (SENVAR 7), 133-143. Makassar: Universitas Hasanuddin.
• Wikantari, R. (2008). Citra Kearifan Arsitektur Lokal dalam Pewujudan Kota Tropis. Prosidings Seminar
Nasional Arsitektur Perkotaan dalam Mewujudkan Kota Tropis, 43-48. Semarang: Universitas Diponegoro.
• Wikantari, R. (2009). Wujud, Makna, dan Keberlanjutan Ruang Kolong (Siring) pada Arsitektur Makassar.
Prosidings Hasil Penelitian Fakultas Teknik, TA.13.1-6. Makassar: FT Universitas Hasanuddin.
• Wikantari, R. (2011). Architectural Sustainability in Small Island Settlements: case of Lae-Lae and
Barranglompo, Makassar. Proceedings – 12th International Conference on Sustainable Architecture and
Environment (SENVAR 12), A3.1-8. Malang: Universitas Brawijaya.
• Wikantari, R. (2012). Arsitektur Kolong dan Beranda: Teknologi Tradisi dan Terkini di Kawasan Bahari’.
Kumpulan Makalah (dipresentasikan) – Seminar Nasional Jelajah Arsitektur Tradisional IV, 22.1-9. Makassar:
Balai Pengembangan Teknologi Pe-rumahan Tradisional (BPTPT), Puskim Balitbang Kementerian Pekerjaan
Umum.
ATK-wikantari
DISKUSI:
Bagaimana Wujud
Arsitektur Tropis Kepulauan Kontemporer
Masa Kini dan Masa Depan?
ATK-wikantari
Tinjauan Ragam Arsitektur Kontemporer:
Jejak-jejak Keberlanjutan Arsitektur Tropis Kepulauan
Nusantara & Austronesia??
ATK-wikantari
ATK-wikantari
ATK-wikantari
ATK-wikantari
TUGAS:
Temukan Kasus-kasus dan Evaluasi
Arsitektur Tropis Kepulauan Kontemporer
Masa Kini
ATK-wikantari