Anda di halaman 1dari 94

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA

Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)

ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA


Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)

Tim Penulis:

Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan

Editor:

Dr. Ir. Purnama Salura, MT., MM.


ii
KATA PENGANTAR

KEPALA PUSLITBANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Arsitektur tradisional menjadi saksi bahwa arsitektur sebagai bagian dari ilmu tertua di dunia dan dunia mengakui adanya
potensi yang besar yang tersimpan didalam arsitektur tradisional Indonesia. Arsitektur tradisional merupakan bentuk kearifan
lokal yang menjadi kekayaan khasanah arsitektur Indonesia. Arsitektur tradisional terbentuk melaluli akumulasi waktu yang
cukup panjang sehingga terbukti mampu beradaptasi dan tanggap terhadap bencana alam, iklim dan lain sebagainya.

Penelitian mengenai arsitektur rumah tradisional ini berangkat dari upaya untuk mengenali nilai-nilai yang melekat dalam
arsitektur rumah adat maupun lingkungan adat. Upaya untuk mengidentifikasi bukanlah kegiatan yang sifatnya teknis semata,
tetapi upaya untuk memahami system kehidupan yang tumbuh di daerah yang lingkungannya masih mengedepankan adat
leluhur di selaraskan dengan perkembangan jaman mengenai ilmu arsitektur.

Buku “Eksplorasi Arsitektur Sumatera Edisi Etnis Melayu (Godang & Lontik)” ini berisikan informasi dan pengetahuan sekilas
mengenai arsitektur tradisional Melayu Godang dan Lontik dalam rangka mengenal dan menggali kekayaan rumah tradisional
sumatera khususnya Etnis Melayu Godang dan Lontik. Dengan penerbitan buku ini diharapkan masyarakat, pemerintah,
pemerhati arsitektur tradisional dapat memiliki kepedulian dalam rangka pelestarian rumah tradisional Melayu khusunya Godang
dan Lontik melalui pengembangan teknologi rumah tradisional agar dapat diwariskan pada anak cucu kita sebagai peninggalan
budaya leluhurnya yang tercermin dalam wujud arsitektur.

Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan penelitian tentang perumahan dan
permukiman tradisional khususnya wilayah sumatera sudah selayaknya memulai membangun data base tentang arsitektur
tradisional guna pengembangan permukiman ke depan melalui teknologi permukiman yang berbasis kondisi lokal,
perkembangan teknologi dengan tetap mempertimbangkan warisan budaya luhur bangsa.

Saya mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan, yang telah berupaya
menuliskan buku ini sebagai sarana publikasi hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan. Sebagai bagian dari
Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang wilayah kerjanya
meliputi Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan yang berpusat di Medan sudah berjalan sesuai dengan peta jalan yang sudah
dibuat Puslitbang Perumahan dan Permukiman yang mencakup kegiatan identifikasi arsitektur, pengkajian kehandalan struktur
dan pengkajian kinerja termal pada rumah tradisional. Beberapa permukiman tradisional yang sudah dikaji antara lain Provinsi

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) i


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau dan Sumatera Barat yang terdiri dari etnis Batak, Etnis Melayu Sumatera Utara, Etnis
Melayu Riau dan Kepulauan Riau serta etnis Minangkabau.

Puslitbang Perumahan dan Permukiman melalui Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan akan meneruskan penulisan buku ini,
dengan topik atau edisi selanjutnya yang merupakan hasil penelitian pada rumah tradisional yang telah dilakukan dalam bentuk
yang lebih baik dan menarik. Penulisan buku seperti ini diharapkan dapat menjadi wahana pembelajaran bagi para pejabat
fungsional peneliti dan perekayasa yang dituntut untuk dapat melakukan publikasi ilmiah nasional maupun internasional, salah
satunya dengan penulisan buku.

Akhirnya dengan menyadari bahwa buku ini masih merupakan inisiasi penulisan bagi tim penulis Balai Litbang Perumahan
Wilayah I Medan, maka dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan buku ini dan buku selanjutnya.

Kepala Puslitbang Perumahan dan Permukiman.

Prof (R). Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES.

ii

ii EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
FOREWORD

HEAD OF RESEARCH INSTITUTE FOR HOUSING AND HUMAN SETTLEMENT

Traditional architecture becomes a part of science in the world and the world acknowledged a big role in the architecture of
Indonesia. Traditional architecture is a form of local wisdom that became the wealth of Indonesian architecture repertoire.
Traditional architecture formed through a long process that proved to adapt and respond to natural disasters, climate and so
forth.

Research on the architecture of this traditional house departs from efforts to recognize the values inherent in the architecture of
traditional houses and custom environment. Attempts to identify are not purely technical activities, but attempts to understand
the living systems that grow in areas where the environment still promotes the ancestral customs in harmony with the
development of the era of the science of architecture.

The book "Architecture Exploration of Sumatra - Malay Ethnic Edition (Godang & Lontik)" contains information and a glimpse of
traditional Malay Godang and Lontik architecture in order to recognize and explore the wealth of traditional houses of Sumatra,
especially the Malay Godang and Lontik. With the publication of this book is expected community, government, observers of
traditional architecture can have a concern in order to preserve traditional Malay house especially Godang and Lontik through
the development of traditional home technology to be inherited to our children and grandchildren as a relic of ancestral culture
that is reflected in the form of architecture.

Office of the Housing Research and Development Center Region I, which has duties and functions of conducting research on
housing and traditional settlements, especially in Sumatra region, should start building a database on traditional architecture for
future settlement development through locally based technology based settlements, technological developments with
consideration of cultural heritage Noble nation.

I would like to thank the colleagues of OHRDC Region I for Medan, who have tried to write this book as a means of publicizing
the results of research and development that has been done. As part of the Housing and Settlement Research and Development
Center, the Research and Development Centre of the Ministry of Public Works and People's Housing whose working areas
include Sumatra Island and Borneo Island based in Medan has been run in accordance with the road map that has been made
by the Research and Development Center of Housing and Settlement which includes the activities of architectural identification,
assessment of structural reliability and assessment Thermal performance in traditional homes. Some of the traditional
iii

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) iii
ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
settlements that have been studied are North Sumatera, Riau, Riau Islands and West Sumatra which consist of Batak ethnic,
Malay ethnic of North Sumatera, Riau Malay and Riau Islands and Minangkabau ethnic.

Housing and Settlement Research and Development Centre through OHRDC Region I Medan will continue the writing of this
book, with the topic or the next edition which is the result of research on traditional houses that have been done in a better and
interesting form. Writing a book like this is expected to be a vehicle for learning functional officials of researchers and engineers
who are required to be able to perform national and international scientific publications, one of them with the writing of books.

Finally by realizing that this book is still the initiation of writing for the writers team of OHRDC Reguion I Medan, hence with all
humility we receive criticism and suggestions that are constructive for the perfection of this book and the next book.

Head of Reseach Institute for Housing and Human Settlement.

Prof (R). Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES.

iv

iv EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
KATA PENGANTAR PENULIS

Segala puji dan syukur kembali tim penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan buku yang ketiga ini.

Buku ini juga merupakan hasil penelitian dari kegiatan Litbang Loka Teknologi Permukiman Medan pada Tahun 2012, yaitu
“Identifikasi Arsitektur Rumah dan Desa Tradisional Melayu di Provinsi Riau dan Kepualauan Riau”, dan merupakan seri ke-3 dari
buku Eksplorasi Arsitektur Sumatera.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Kepala Puslitbang Perumahan dan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada tim penulis untuk menyusun buku tentang
“Eksplorasi Arsitektur Sumatera Edisi Etnis Melayu (Godang & Lontik)”.

Tim penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada tim pelaksana kegiatan tahun anggaran 2016, Ka Satker, PPK, dan
editor penulisan buku EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) yang telah banyak
membantu proses pengumpulan data dan proses penulisan buku ini, serta kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam
proses penulisan buku ini hingga selesai. Semoga kehadiran buku ini dapat memberikan informasi terkini mengenai etnis Melayu
(Godang & Lontik) dan bermanfaat bagi kita semua.

Tim penulis menyadari buku ini masih banyak memiliki kekurangan, baik materi maupun penulisan. Untuk itu tim penulis
menerima dengan segala kerendahan hati saran dan masukan berbagai pihak demi kesempurnaan buku ini.

Medan, Desember 2016

Tim Penulis

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) v


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
AUTHOR FOREWORD

All praise and gratitude to Allah SWT who has given his grace and guidance so the authors can complete the preparation of this
third book.

This book is the result of the research activities of Medan Research office for Human Settlement Technology in 2012, namely
"Architectural Identification of Malay House and Traditional Village in Riau and Riau Islands", and this is the 3rd series of
Architectural Exploration of Sumatra.

The authors would like to say a great gratitude to the Head of the Research Center for Housing and Human Settlement, Ministry
of Public Works and Housing, which has given the permission and opportunity to compile a book on "Architectural Exploration of
Sumatra : Malay Ethnic (Godang & Lontik) Edition".

The authors also expressed gratitude to the managing team activities fiscal year 2012, Ka Satker, PPK, and the editor of the
book of Sumatera Architectural Explorations Etnis Melayu (Gondang & Lontik) which has helped process of data collection and
the process of writing this book. Hopefully this book can provide the latest information on the Malay ethnic (Godang & Lontik)
and beneficial for all of us.

The authors realized there are a lot of lack in this book, both in the material and the writing. For that, with all due respect, the
authors accept suggestions and input for the perfection of this book.

Medan, Desember 2016


Authors

vi

vi EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
DAFTAR ISI

Kata Pengantar Kapus .................................................................................................................................. i


Kata Pengantar Penulis ................................................................................................................................. v
Daftar Isi ..................................................................................................................................................... vii
Daftar Gambar ............................................................................................................................................. xi
Daftar Tabel ................................................................................................................................................. xv
Bagian I – Pengenalan Terhadap Suku Melayu ...................................................................................... 1
Latar Belakang .............................................................................................................................. 2
Letak Geografis ............................................................................................................................. 5
Kosmologis dan Asal Muasal ........................................................................................................... 9
Sistem Kekerabatan ....................................................................................................................... 11
Sistem Mata Pencaharian ............................................................................................................... 13
Pengetahuan Membangun Setempat .............................................................................................. 14
Bagian II – Pola dan Struktur Ruang ...................................................................................................... 18
Pola Permukiman Tradisional Melayu .............................................................................................. 18
Sarana dan Prasarana Rumah Tradisional ....................................................................................... 28
Perubahan Budaya Berhuni ............................................................................................................ 32
Bagian III – Tipologi Arsitektur Rumah Tradisional Melayu ................................................................. 34
Rumah Tradisional Melayu ............................................................................................................. 34
Struktur Rumah Godang ................................................................................................................ 35
Struktur Rumah Lontik ................................................................................................................... 45
Potongan ...................................................................................................................................... 51
Detail-detail .................................................................................................................................. 54
Sistem Struktur ............................................................................................................................. 56
Tinjauan Bagian Bawah Rumah Godang dan Lontik ......................................................................... 56
Tinjauan Bagian Tengah Rumah Godang dan Lontik ........................................................................ 58
Tinjauan Bagian Atas RUmah Godang dan Lontik ............................................................................ 58
Bagian IV – Ornamen Pada Rumah Melayu ............................................................................................ 61

vii

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) vii
ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Hiasan/Ornamen ........................................................................................................................... 61
Ukiran atau Motif ........................................................................................................................... 62
Bagian V – Penutup .................................................................................................................................. 66
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 69
Biodata Penulis ............................................................................................................................................. 70

viii

viii EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)
ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
TABLE OF CONTENT

Foreword ..................................................................................................................................................... iii


Author Foreword .......................................................................................................................................... vi
Table of Content .......................................................................................................................................... ix
List of Figure ................................................................................................................................................ xiii
List of Table ................................................................................................................................................. xv
Part I – Introducing of Malay Ethnic ....................................................................................................... 1
Background ................................................................................................................................... 2
Geographical Location ................................................................................................................... 5
Cosmology and Origins .................................................................................................................. 9
Kinship System .............................................................................................................................. 11
Local Livelihood System ................................................................................................................. 13
Local Building Knowledge ............................................................................................................... 14
Part II – Pola dan Struktur Ruang .......................................................................................................... 18
Malay Traditional Settlement Patterns ............................................................................................. 18
Facilities and Infrastrucutre of Traditional Houses ............................................................................ 28
Inhabited Culture Change .............................................................................................................. 32
Part III – Tipologi Arsitektur Rumah Tradisional Melayu ...................................................................... 34
Traditional Malay Houses ............................................................................................................... 34
The Structure of Godang House ..................................................................................................... 35
The Structure of Lontik House ........................................................................................................ 45
Sections ........................................................................................................................................ 51
Details ........................................................................................................................................... 54
Structure System ........................................................................................................................... 56
Bottom Section Overview of the Godang and Lontik House .............................................................. 56
The Central Section Overview of the Godang and Lontik House ........................................................ 58
The Upper Section Overview of the Godang and Lontik House ......................................................... 58

ix

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) ix


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Part IV – Ornamen Pada Rumah Melayu ................................................................................................ 61
Decoration/Ornaments ................................................................................................................... 61
Carving or Patterns ........................................................................................................................ 62
Part V – Closing ........................................................................................................................................ 66
Biliography ................................................................................................................................................... 69
Authors Biography ........................................................................................................................................ 70

x EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Wilayah Provinsi Riau .......................................................................................................... 3

Gambar 1.2 Lokasi Kabupaten Kampar .......................................................................................................... 8

Gambar 1.3 Peta Kab. Kuantan Sengingi ........................................................................................................ 9

Gambar 2.1 Ilustrasi Pola Permukiman Terkait Aliran Angin ............................................................................ 19

Gambar 2.2 Pembagian Ruang Pada Rumah Tradisional Melayu ...................................................................... 22

Gambar 2.3 Ilustrasi Tampak Depan dan Samping Rumah Tradisional Melayu .................................................. 23

Gambar 2.4 Pola Spesial Desa Kuok ............................................................................................................... 24

Gambar 2.5 Pola Spasial Permukiman ............................................................................................................ 27

Gambar 2.6 Elemen di Sekitar Ruma Lontik .................................................................................................... 29

Gambar 2.7 Teras Pelantar Pada Rumah Godang Piliang ................................................................................. 31

Gambar 2.8 Balai Adat dan Masjid ................................................................................................................ 32

Gambar 2.9 Transformasi Pada Rumah Lontik ................................................................................................ 33

Gambar 2.10 Perubahan Fungsi RUang Pada Rumah Godang .......................................................................... 33

Gambar 3.1 Denah Kolom Panggung ............................................................................................................. 36

Gambar 3.2 Denah Lantai Panggung ............................................................................................................. 38

Gambar 3.3 Kondisi Eksisting Loteng ............................................................................................................. 39

Gambar 3.4 Penggambarab Ulang Tampak Depan Rumah Godang .................................................................. 41

Gambar 3.5 Kondisi Eksisting Tampak Depan Rumah Godang ......................................................................... 42

Gambar 3.6 Penggambaran Ulang Tampak Samping Rumah Godang ............................................................... 43

xi

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) xi


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 3.7 Kondisi Eksisting Tampak Samping Rumah Godang ...................................................................... 43

Gambar 3.8 Penggambaran Ulang Tampak Belakang Rumah Godang .............................................................. 44

Gambar 3.9 Denah Struktur Panggung Rumah Lontik ..................................................................................... 46

Gambar 3.10 Denah Lantai Panggung Rumah Lontik ...................................................................................... 48

Gambar 3.11 Loteng Rumah Lontik ............................................................................................................... 49

Gambar 3.12 Penggambaran Ulang Rumah Lontik .......................................................................................... 50

Gambar 3.13 Kondisi eksisting Tampak Depan Rumah Lontik .......................................................................... 50

Gambar 3.14 Penggambaran Ulang Tampak Samping Rumah Lontik ............................................................... 50

Gambar 3.15 Kondisi Eksisting Tampak Samping Rumah Lontik ....................................................................... 50

Gambar 3.16 Kondisi Eksisting Tampak Belakang Rumah Lontik ...................................................................... 51

Gambar 3.17 Potongan A-A RUmah Godang ................................................................................................... 52

Gambar 3.18 Potongan B-B RUmah Godang ................................................................................................... 52

Gambar 3.19 Potongan A-A RUmah Lontik ..................................................................................................... 53

Gambar 3.20 Potongan B-B RUmah Lontik ..................................................................................................... 53

Gambar 3.21 Detail Sambungan A ................................................................................................................. 54

Gambar 3.22 Detail Sambungan B ................................................................................................................. 54

Gambar 3.23 Detail Sambungan C ................................................................................................................. 54

Gambar 3.24 Detail Sambungan D ................................................................................................................. 55

Gambar 3.25 Detail Sambungan E ................................................................................................................. 55

xii

xii EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)
ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
LIST OF FIGURES

Figure 1.1 Map of the Riau Province .............................................................................................................. 3

Figure 1.2 Map of Kampar District ................................................................................................................. 8

Figure 1.3 Map of Kuantan Sengingi District ................................................................................................... 9

Figure 2.1 Illustration of Windflow Patterns .................................................................................................... 19

Figure 2.2 Distribution Space in Traditional Malay House ................................................................................ 22

Figure 2.3 Illustration of Front and Side of Traditional Malay House ................................................................. 23

Figure 2.4 Spatial Pattern Village Kuok ........................................................................................................... 24

Figure 2.5 Spatial Pattern of Settlement ......................................................................................................... 27

Figure 2.6 Elements Around The House Lontik ............................................................................................... 29

Figure 2.7 Terrace mediator on the Home Godang Piliang ............................................................................... 31

Figure 2.8 Customary Hall and Mosque .......................................................................................................... 32

Figure 2.9 Transformation at Lontik House ..................................................................................................... 33

Figure 2.10 Function Space Change in Malay House ....................................................................................... 33

Figure 3.1 Column Plan Stage ....................................................................................................................... 36

Figure 3.2 Floor Stage Godang House ............................................................................................................ 38

Figure 3.3 Existing Condition Attic ................................................................................................................. 39

Figure 3.4 Frontside Redrawing of Godang House .......................................................................................... 41

Figure 3.5 Frontside Existing of Godang House ............................................................................................... 42

Figure 3.6 Sideview Redrawing of Godang House ........................................................................................... 43

xiii

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) xiii
ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Figure 3.7 Sideview Existing of Godang House ............................................................................................... 43

Figure 3.8 Rearview Redrawing of Godang House ........................................................................................... 44

Figure 3.9 Structure Plan Stilt Lontik House .................................................................................................... 46

Figure 3.10 Floor Plan Lontik House ............................................................................................................... 48

Figure 3.11 The Attic of Lontik House ............................................................................................................ 49

Figure 3.12 The Lontik House redrawing ........................................................................................................ 50

Figure 3.13 Frontside Existing of Lontik House ............................................................................................... 50

Figure 3.14 Sideview Redrawing of Lontik House ............................................................................................ 50

Figure 3.15 Exiting Condition Sideview of Lontik House ................................................................................... 50

Figure 3.16 Existing Rearview of Lontik House ............................................................................................... 51

Figure 3.17 A-A Section of Godang House ...................................................................................................... 52

Figure 3.18 B-B Section of Godang House ...................................................................................................... 52

Figure 3.19 A-A Section of Lontik House ........................................................................................................ 53

Figure 3.20 B-B Section of Lontik House ........................................................................................................ 53

Figure 3.21 A-Connection Details ................................................................................................................... 54

Figure 3.22 B-Connection Details ................................................................................................................... 54

Figure 3.23 C-Connection Details ................................................................................................................... 54

Figure 3.24 D-Connection Details .................................................................................................................. 55

Figure 3.25 E-Connection Details ................................................................................................................... 55

xiv

xiv EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)
ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Guna Lahan Di Desa Kuok .............................................................................................................. 25

Table 3.1 Jenis Bahan Bangunan Rumah Godang ........................................................................................... 59

Table 3.2 Jenis Bahan Bangunan Rumah Lontik .............................................................................................. 60

Table 4.1 Jenis Ukiran/Motif Pada Rumah Melayu ........................................................................................... 63

LIST OF TABLES

Table 2.1 Land use in Kuok Village ................................................................................................................ 25

Table 3.1 Types of Building Material Godang House ........................................................................................ 59

Table 3.2 Types of Building Material Lontik House .......................................................................................... 60

Table 4.1 Types of Craving/Patterns in Malay House ....................................................................................... 63

xv

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) xv


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
xvi EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)
ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Bagian I - Part I
PENGENALAN TERHADAP SUKU MELAYU -INTRODUCTION OF MALAY ETHNIC

Etnis Melayu merupakan etnis yang termasuk kedalam Malay ethnic are included in the Austronesian race
rumpun ras Austronesia. Etnis melayu bermukim di group. Malay Ethnic settled in most of Malaysia,
sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, Sumatra's east coast, around the coast of Kalimantan,
sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, southern Thailand, Mindanao, Southern Myanmar, as
Mindanao, Myanmar Selatan, serta pulau-pulau kecil well as small islands that spread along the Straits of
yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Malacca and Karimata. In Indonesia, the number of
Karimata. Di Indonesia, jumlah Suku Melayu sekitar Malay Ethnic approximately 3.4% of the population,
3,4% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mostly inhabit North Sumatra, Riau, Kepulauan Riau,
mendiami propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Jambi, South Sumatra, Bangka Belitung and West
Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan.
Kalimantan Barat.
Etnis Melayu Riau memiliki latar belakang sejarah, adat The Riau Malay Ethnic has a historical background,
istiadat serta arsitektur rumah tradisional yang unik customs and unique architecture of traditional houses
s dan menarik untuk dibahas. Buku ini menjelaskan and it is interesting to be discussed. This book
tentang etnis Melayu Riau dari pemahaman describes the Riau Malay Ethnic on the architectural
arsitektural, meski demikian diawal buku tetap perspective. even so iat the beginning of this book still
berisikan sejarah dan latar belakang etnis Melayu Riau, contains historical and ethnic backgrounds of Riau
letak geografis yang menjadi tempat asal muasal dan Malay Ethnic, geographical location as a place of origin
berdiamnya etnis Melayu Riau, kosmologi, sistem mata and the indwelling of the Riau Malay Ethnic, cosmology,
pencaharian penduduk, dan tata cara mendirikan the system of people's livelihoods, and procedures to
bangunan tradisional Melayu Riau. build Riau’s Malay traditional houses.

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 1


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Latar Belakang Background
Menurut Ismail Hussein (1994) kata Melayu merupakan According to Ismail Hussein (1994) the word Malay is a
istilah yang meluas dan agak kabur. Istilah ini term that extends and a little vague. This term means
maknanya merangkumi suku bangsa serumpun di to encompass allied tribes of the archipelago which in
Nusantara yang pada zaman dahulu dikenali oleh ancient times recognized by the people of Europe as a
orang-orang Eropa sebagai bahasa dan suku bangsa language and ethnicity in trade and commerce. The
dalam perdagangan dan dan perniagaan. Masyarakat Malay community are famous people and skillful in
Melayu adalah orang-orang yang terkenal dan mahir seamanship and involved in trade and exchange
dalam ilmu pelayaran dan turut terlibat dalam aktivitas activities of goods and arts from various regions of the
perdagangan dan pertukaran barang dan kesenian dari world. Meanwhile, according to Hall (1994) the term of
pelbagai wilayah dunia. Sementara menurut Hall Malay comes from the Sanscrit known as Malaya,
(1994) Istilah Melayu berasal dari bahasa Sanskerta which is an area known as the land surrounded by
yang dikenal sebagai Malaya, yaitu sebuah kawasan ocean.
yang dikenali sebagai daratan yang dikelilingi oleh
lautan.
Provinsi Riau memiliki 2 kota dan 10 kabupaten yaitu : The Riau Province has 2 cities and 10 districts, namely:
(1) Kota Pekanbaru, (2) Kota Dumai, (3) Siak, (4) (1) Pekanbaru, (2) Dumai, (3) Siak, (4) Rokan Hilir, (5)
Rokan Hilir, (5) Rokan Hulu, (6) Kuansing, (7) Kampar, Rokan Hulu, (6) Kuansing, (7) Kampar, ( 8) Indragiri
(8) Indragiri Hulu, (9) Bengkalis, (10) Meranti, (12) Hulu, (9) Bengkalis, (10) Meranti, (12) Indargiri Hilir
Indargiri Hilir dan (12) Pelalawan, dengan ibukota and (12) Pelalawan, and the provincial capital is
Provinsi di Pekanbaru. Pekanbaru.

2 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Sebagian besar kawasan dataran rendah di Riau Most of the lowland areas in Riau are swamp and thick
berupa rawa dan tanah bergambut tebal, yang dialiri peaty soil, with the four major rivers namely Rokan,
empat sungai besar yaitu Rokan, Siak, Kampar, dan Siak, Kampar and Kuantan-Indragiri flowing through it.
Kuantan-Indragiri Riau’s area have a wet tropical climate with rainfall
Daerah Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata average between 2000-3000 mm/year which affected
curah hujan berkisar antara 2000-3000 mm/tahun by the dry and rainy season. The rainfall average is
yang dipengaruhi oleh musim kemarau serta musim about 160 days in a year.
hujan. Rata-rata hujan pertahun sekitar 160 hari.

Gambar 1- 1 Peta wilayah Provinsi Riau Figure 1.1 Map of the Riau Province

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 3


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Riau, baik Riau daratan maupun Riau kepulauan, Riau Province, both the mainland and the archipelago,
mempunyai latar belakang sejarah yang cukup has a long historical background. The remains of
panjang. Berbagai tinggalan budaya masa lampau various ancient culture was found in many regions of
banyak ditemukan di wilayah provinsi itu. Riau the province. Riau Islands had triumphed with the
Kepulauan pernah berjaya dengan Kerajaan Riau- Riau-Lingga Kingdom with Penyengat Island as its
Lingga dengan pusatnya di Pulau Penyengat. capital. Remains of the culture exist in form of a
Tinggalan-tinggalan budaya itu ada yang berupa benda moving object also immovable property such as
bergerak maupun benda tak bergerak seperti mosques, palaces, forts and tombs of the kings of
bangunan masjid, istana, benteng, dan makam raja- Riau-Lingga.
raja Riau-Lingga.
Dalam buku Sejarah Melayu disebut bahwa Melayu In the book of ‘Sejarah Melayu’ mentioned that Malay
adalah nama sungai di Sumatera Selatan yang is the name of a river in South Sumatra which flows
mengalir disekitar bukit Si Guntang dekat Palembang. around the Si Guntang Hill near Palembang. Si
Si Guntang merupakan tempat pemunculan pertama Guntang is where the three kings first appeared who
tiga orang raja yang datang ke alam Melayu. Mereka came to the Malay world. They were the descendants
adalah asal dari keturunan raja-raja Melayu di of the Malay kings in Palembang (Singapore, Malacca
Palembang (Singapura, Malaka dan Johor), and Johor), Minang and Tanjung Pura.
Minangkabau dan Tanjung Pura.

4 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Letak Geografis Geographical Location
Berdasarkan data dari Kanwil Badan Pertanahan Based on the data from Riau Province Regional Office
Nasional Provinsi Riau, Provinsi Riau terletak antara of the National Land Agency, Riau Province lies
01°5’00” Lintang Selatan - 02°25’00” Lintang Utara dan between 01°5'00" south latitude - 02°25'00" north
100°00’00” - 105°05’00” Bujur Timur dengan luas latitude and 100°00'00"- 105°05'00" East Longitude
wilayah 8.915.016 Ha. Provinsi Riau membentang dari with an area of 8,915,016 Ha. Riau Province stretches
lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka yang from the slopes of the Bukit Barisan up to the Malacca
dilalui oleh 15 sungai, 4 sungai diantaranya memiliki Strait through 15 rivers and four of them have an
peranan penting dalam aspek transportasi yaitu Sungai important role in transportation is the Siak River (300
Siak (300 km), Sungai Rokan (400 km), Sungai Kampar km), Rokan River (400 km), Kampar River (400 km)
(400 km) dan Sungai Indragiri (500 km). Batas-batas and Indragiri River (500 km). The boundaries of the
provinsi Riau antara lain: Riau province are:
 Sebelah utara berbatasan dengan provinsi  In the North bordering with the North
 Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatra provinces and the Malacca Strait,
Jambi dan Sumatera Barat,  In the South bordering with the Jambi
 Sebelah timur berbatasan dengan Selat province and West Sumatra,
Malaka, dan Provinsi Kepulauan Riau,  In the East bordering with the Malacca Strait
 Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi and the Riau Islands Province,
Sumatera Barat dan Sumatera Utara.  In the West bordering with the province of
 West Sumatra and North Sumatra.
Secara administratif, wilayah Provinsi Riau terdiri dari Administratively, Riau Province consists of 12
12 Kabupaten/Kota. Pada tahun 2010 jumlah penduduk regencies/cities. In 2010 the population reached
mencapai 5.538.367 jiwa. Secara geografis, wilayah 5,538,367 inhabitants. Geographically, Riau province is
Provinsi Riau berbatasan dengan Malaysia, dan berada bordering with Malaysia, and it is on the densest
pada jalur lalu lintas laut internasional terpadat. Daerah international marine traffic. Riau area has a wet tropical
Riau memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata curah climate with average rainfall range between 1700-4000
hujan berkisar antara1700-4000 mm per tahun yang mm per year which are affected by the rainy and dry
dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. season.

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 5


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Mengingat luasnya geografis daerah Melayu Riau, maka Given the enormous geographical area of Riau Malay,
dalam pemaparan obyek kajian tentang Rumah therefore the object study of the traditional Malay
tradisional Melayu yang dijadikan sebagai objek kajian house is located in the Kuok Village in the Kampar
adalah rumah tradisional yang terletak di Desa Kuok di District and Koto Sentajo Village in Kuantan Singingi
Kabupaten Kampar dan Desa Koto Sentajo di District. The choice of location is based on the location
Kabupaten Kuantan Singingi. Pemilihan lokasi kajian accessibility as well as data availability, and
didasarkan pada keterjangkauan terhadap lokasi serta documentation of authentic traditional Malay houses
pertimbangan tentang ketersediaan data dan that has not had a lot of changes in the representation
dokumentasi rumah tradisional Melayu yang relatif of the Lontik and Godang houses typology to the
masih asli dan belum memiliki banyak perubahan serta province.
mewakili tipologi rumah Melayu Lontik dan Melayu
Godang pada Provinsi.

6 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Secara geografis Desa Kuok terletak pada 1°00’40” LU Geographically, Kuok Village is located at 1°00'40" N
sampai 0°27’00” LS dan 100°28’30” – 101°14’30” Bujur and 0°27'00" latitude and 100°28'30" - 101°14'30" east
Timur. Desa Kuok terletak di pinggiran sungai Kampar longitude. Kuok Village located on the riverside of
yang panjangnya ± 413,5 km dengan kedalaman rata- Kampar River in length ± 413.5km with an average
rata 7,7 m dan lebar rata-rata 143 m. Sungai - sungai depth of 7.7m and an average width of 143m. Some
besar yang terdapat di Kabupaten Kampar sebagian major rivers in Kampar District still serves as a
masih berfungsi baik sebagai prasarana perhubungan, transportation infrastructure, clean water sources, fish
sumber air bersih, budi daya ikan maupun sebagai farming and as well as a source for electrical energy
sumber energi listrik (PLTA Koto Panjang). Kabupaten (hydroelectronic power plant Koto Panjang). Kampar
Kampar umumnya beriklim tropis dengan suhu District generally temperates tropical climate with a
maksimum 32° C. maximum temperature of 32°C.

Kondisi tofografi desa Kuok adalah wilayah dataran The topography of the Kuok Village is in the lowland
rendah yang dilalui oleh Sungai Kampar. Beberapa areas which pased by the Kampar River. A few years
tahun yang lalu desa tersebut selalu mengalami banjir ago, the village was flooded cause by the overflowing
yang diakibatkan oleh meluapnya sungai Kampar. of the Kampar river. But now it rarely happen because
Namun pada saat sekarang banjir sudah sangat jarang of a flood prevention structures are installed on both
karena pada kedua sisi sungai Kampar sudah dipasang sides of the river. Until now, the Kuok Village are in the
benteng pencegah banjir. Hingga saat ini, desa Kuok developing stage. The coronation of the village into a
berada dalam tahap sedang berkembang. Penobatan Lontik House Heritage is a very supportive factor for
desa menjadi Obyek Wisata Rumah Lontik menjadi the village development. From the observation shows
faktor yang sangat mendukung bagi proses that beside from agriculture, the Kuok’s villager also
pengembangan desa. Dari hasil pengamatan, selain have the expertise to make craft items and traditional
menggantungkan hidup dari hasil pertanian, food. The product has been manufactured in small
masyarakat Desa Kuok juga memiliki keahlian membuat industrial scale.
barang-barang kerajinan dan makanan tradisional khas
Desa Kuok. Produk tersebut telah diproduksi skala
industri kecil.

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 7


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 1.2 Peta Lokasi Kabupaten Kampar Figure 1.2 Map of Kampar District

Secara administratif, Desa Koto Sentajo terletak di Administratively, Koto Sentajo Village is located in the
Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Middle Kuantan Sub-District, Kuantan Singingi District,
Singingi, Provinsi Riau. Secara geografis Desa koto Riau Province. Geographically, it is located in 0° LU - 1°
Sentajo terletak pada 00 LU - 10 LS dan 10102’ – 101055’ LS and 101°2' - 101°55' BT. With a height of 25-30 m
BT. Dengan ketinggian 25 – 30 m diatas permukaan above sea level and a slope of 0-45°. The topography
laut serta kemiringan lereng 0 – 450. Kondisi Tofografi of Koto Sentajo Village is hilly, flat and sloping. On the
Desa Koto Sentajo adalah berbukit, datar dan landai. Di south side there is the Batang Kuantan River. The
sebelah selatan terdapat sungai Batang Kuantan. existence of the river tends to fill the area around it
Keberadaan sungai tersebut menyebabkan daerah di with water (swampy).
dekat sungai cenderung tergenang air (berawa).

8 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 1.3 Peta Kab. Kuantan Singingi Figure 1.3 Map of Kuantan Singingi District

Kosmologis Dan Asal Muasal Suku Melayu Cosmology and Origins of Malay
Jika kita menelusuri sumber sejarah yang menyangkut If we trace the historical sources concerning the Malay,
Melayu, maka kata Melayu sudah disebut-sebut dalam Malay word has been mentioned in the notes of I-Tsing
catatan I-Tsing yang mengunjungi Sriwijaya pada who visited Srivijaya in 672 AD. The Malay word used
tahun 672. Kata Melayu dipakai sebagai nama tempat to name a place that indicates Jambi Now (Tsurumi
yang menunjukkan Jambi Sekarang (Tsurumi Yoshiyuki Yoshiyuki 1981: 78). According to Casparis, Srivijaya
1981:78). Menurut Casparis, Kerajaan Melayu conquered The Malay Kingdom before the year of 688
ditaklukkan Sriwijaya sebelum tahun 688, sesuai AD, according to the inscription on the riverside of
dengan prasasti di Karang Berahi di tepi Sungai Merangin River in Karang Berhai, a branch of Batang
Merangin, yaitu cabang Sungai Batang Hari, di Hulu Hari River, in Jambi River upstream.
Sungai Jambi.

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 9


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Jika merujuk spekulasi Hendrik Kern (berbangsa If referring to speculation of Hendrik Kern (a
Belanda), nenek moyang orang Melayu disebut rumpun Dutchman), the ancestors of the Malays, called
penutur bahasa Austronesia adalah bangsa penghijrah Austronesian-speaking clumps, is the nation of
dari Tonkin, tempat di antara utara Vietnam dan immagrants from Tonkin, somewhere between
selatan China. Tonkin dianggapnya sumur penjana northern Vietnam and southern China. Tonkin is
manusia ke Nusantara kerana penduduk di wilayah considered the main reason to migrate to Nusantara
tersebut lebih padat daripada di Nusantara. ‘Bukti’ yang because the residents are densely populated than in
diajukannya ialah kerana wujudnya persamaan Nusantara. 'The Evidence' that he proposed is the
perkataan dalam kalangan masyarakat peribumi, similarity of the words among the indigenous
tumbuh-tumbuhan dan binatang di wilayah tersebut communities, plants and animals in that region with
dengan di wilayah Nusantara. Robert Heine van Nusantara region. Robert Heine van Geldern (1945,
Geldern mengatakan (1945, 1950, 1952a, 1952b, 1956, 1950, 1952, 1952b, 1956, 1966) says that the
1966) penghijrahan masyarakat peribumi di Asia migration of indigenous communities in Southeast Asia
Tenggara itu berlaku dalam dua fasa iaitu: Kaum occurred in two phases: The first migratory consists of
penghijrah pertama terdiri daripada nenek moyang ancestral Aboriginal that happen at a time about 2,500
Orang Asli yang menurutnya berlaku pada suatu waktu years ago. He gave the name of the ethnic group that
kira-kira 2,500 tahun dahulu. Beliau memberikan nama early immigrant as Proto-Malay. According to him, the
kumpulan etnik yang menurutnya penghijrah awal itu ancestral ethnic groups include the Seman (Negrito),
sebagai Melayu-Proto. Menurut beliau nenek moyang Temiar (Senoi), Seman, Jakun, Sakai and some other
kumpulan etnik tersebut meliputi orang Seman groups. The second migratory consists of the ancestors
(Negrito), Temiar (Senoi), Seman, Jakun, Sakai dan of the Malays. According to him, the ancestors of the
beberapa kelompok lagi. Sementara Kaum penghijrah Malays migrated to Southeast Asia at a time about
kedua terdiri daripada nenek moyang orang Melayu. 1,500 years ago.
Menurut beliau, nenek moyang orang Melayu berhijrah
ke Asia Tenggara pada suatu waktu kira-kira 1,500
tahun dahulu.

10

10 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Sistem Kekerabatan Kinship Systems
Jika pada mulanya suatu kampung di Riau didiami oleh At first a village in Riau inhabited by one tribe, later in
mereka yang sesuku, maka pada perkembangan the progress there were many new residents that are
kemudian telah banyak penduduk baru yang bukan immigrants who participated to lived in the village. The
sesuku merupakan penduduk pendatang yang ikut arrival of new residents may be due to the marriage and
berdiam di kampung tersebut. Datangnya penduduk there is also their livelihood due to the place. Thus, the
baru mungkin disebabkan perkawinan dan ada pula village community was not bound by the unity of the
disebabkan adanya mata pencaharian ditempat tersebut. tribe, but with the new developments, they are no
Dengan demikian, masyarakat kampung tadi tidak longer tribal, but are tied because of the unity of the
terikat oleh karena kesatuan suku, tetapi dengan residence and hometown.
perkembangan baru itu, ikatan tersebut tidak lagi
bersifat, tetapi terikat karena kesatuan tempat tinggal
dan kampung halaman.
Kampung dipimpin oleh seorang kepala kampung yang The Village is led by a chief called "Penghulu" and now
disebut “Penghulu” dan sekarang merupakan pamong called the village officials and ected based on
desa dan dipilih berdasarkan peraturan pemerintah. government regulations. Besides this, there is also the
Disamping penghulu ini terdapat pula pimpinan bidang religious chief called the "Imam". Imam takes care of
agama, yaitu “imam”. Imam adalah yang mengurus any religion issues, such as being Imam of the mosque,
segala persoalan yang menyangkut keagamaan, seperti recitals and religious instructions,
menjadi imam mesjid, pengajian dan pelajaran agama, marriage/divorce/reconciliation, inheritance, collecting
nikah/cerai/rujuk, pembagian warisan, pengumpulan alms and others. Thus, Penghulu accompanied by an
zakat dan lainnya. Dengan demikian penghulu dengan Imam is the leader of the village.
didampingi oleh imam merupakan pimpinan Kampung.
Dalam suatu kesatuan hidup setempat erdapat In a union of local life there are various terms for
bermacam-macam sebutan untuk pimpinan. Pada leadership. At first the unitary structure of the local life
mulanya struktur kesatuan hidup setempat berdasarkan based on ethnicity then the leaders are called chiefs or
kesukuan, maka pemimpin adalah kepala suku atau hinduk. There are several kinds of chiefs or masters
kepala hinduk. Gelar kepala suku atau kepala hinduk ini degree, as follows:
bermacam-macam, yaitu sebagai berikut:

11

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 11


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
1. Datuk, disamping menjadi kepala suku, 1. Datuk, in addition to being the head of the
sekaligus menjadi pimpinan territorial yang tribe, as well as the leader of a bigger
agak luas yang mencakup dan membawahi territorial that cover and oversees several
beberapa kepala suku dan hinduk-hinduk. chiefs and hinduk-hinduk.
2. Penghulu disebut juga batin, tua-tua, jenang 2. Penghulu also called batin, tua-tua, jenang
dan monti adalah gelar untuk kepala suku and monti are the degree to chiefs and
dan hinduk-hinduk. Perkembangan kemudian hinduk. Later development also caused
menyebabkan pula perubahan batas territorial boundary change, if at first
territorial, kalau pada mulanya territorial followed the tribal territory, which is where
mengikuti suku, yaitu dimana suku tersebut the tribes settled, then the neighborhood was
menetap, maka lingkungan tempat a territory. But this situation reversed the
tinggalnya itu menjadi daerah kekuasaannya. territorial tribes that follow so-called
Tetapi keadaan ini kemudian berbalik, yaitu "kampung", "rantau" or "banjar". Those who
suku yang mengikuti territorial sehingga live in the neighborhood are a resident of the
disebut “kampung”, “rantau” atau“banjar”. village and the village itself includes several
Mereka yang tinggal dalam lingkungan tribal. For this kampung, rantau or banjar
tersebut menjadi penduduk kampung dan appointed a village head called "penghulu".
dengan sendirinya kampung ini mencakup
beberapa kesukuan. Untuk kampung, rantau
atau banjar ini diangkat seorang kepala
kampung yang disebut “penghulu”.

12

12 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Sistem Mata Pencaharian Penduduk Setempat Local Peoples Livelihood Systems
Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya The majority of Malays who live in the village run their
menjalankan aktivitas pertanian dan menangkap ikan. activities by agriculture and fishing. Agricultural
Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman activities are paddy crop cultivate, rubber, palm,
padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman coconut, and mixtures planting (mixed farming). Malays
campuran (mixed farming). Orang Melayu yang tinggal who live in cities mostly work in the service area, as
di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, workers in the industry, trade, transportation, and
sebagai pekerja di sektor perindustrian, perdagangan, others. Economic controls among urban Malays are still
pengangkutan, dan lain-lain. Penguasaan ekonomi di relatively low compared to the control of the economy
kalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah by the non-indigenous population, particularly the
dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh Chinese. But now there are several Malays who have
penduduk non-pribumi, terutamanya orang Tionghoa. been successful in the field of commerce and become
Tetapi kini telah ramai orang Melayu yang telah sukses an expert corporates. Many lived in big cities and were
dalam bidang perniagaan dan menjadi ahli korporat. able to have fancy cars and houses. Besides that, many
Banyak yang tinggal di kota-kota besar dan mampu Malays have a higher education, university level at
memiliki mobil dan rumah mewah. Selain itu itu juga, home and abroad.
banyak orang Melayu yang mempunyai pendidikan
yang tinggi, setingkat universitas di dalam maupun di
luar negeri.

13

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 13


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Pengetahuan Membangun Setempat Local Building Knowledge
Tata cara mendirikan bangunan tradisional The procedure to build a traditional Malay house
Melayu Based on the information collection from locals and
Berdasarkan hasil pengumpulan informasi dari experts sources (including Malayan home builders),
narasumber pakar dan narasumber lokal (diantaranya there are generally three (3) stages of building Malay
tukang pembuat rumah melayu), tahap pembangunan houses, it consists of:
rumah melayu pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) a) Establish a framework of building and installing
tahapan yaitu : the bottom (floor) of the house. Making the frame
a) Mendirikan kerangka bangunan dan memasang of the house begins with upholding the “Tuo” pole
bagian bawah (lantai) rumah. Pembuatan and proceed with the installation of the beams,
kerangka rumah diawali dengan menegakkan girders, and sills. Framework of the house that
tiang Tuo dan dilanjutkan dengan pemasangan has not been roofed, floored and walled called the
rasuk, gelegar, dan bendul. Kerangka rumah yang Lako House.
belum beratap, berlantai dan berdinding disebut b) Installing the middle and the top part of the
Rumah Lako. house. At this stage is attaching the poles, reeds,
b) Memasang bagian tengah dan bagian atas. Pada frame and roof. Framework of the house that
tahap ini yang dilakukan adalah memasang tutup already has a wall, a door, a window called the
tiang, alang, kerangka dan atap. Kerangka rumah Rumah Siap.
yang sudah mempunyai Mendirikan kerangka
bangunan dan memasang bagian bawah (lantai)
rumah. Pembuatan kerangka rumah diawali
dengan menegakkan tiang Tuo dan dilanjutkan
dengan pemasangan rasuk, gelegar, dan bendul.
Kerangka rumah yang sudah mempunyai dinding,
pintu, jendela disebut Rumah Siap.

14

14 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
c) Memasang hiasan dan penyelesaian akhir. Pada c) Decoration Installation and finishing. This stage is
tahap ini ditandai dengan pemasangan dinding, marked by the installation of walls, attics, doors
loteng, pintu dan jendela, dan memasang hiasan and windows, ornaments installation and
serta menghaluskan bagian–bagian yang belum smoothing parts that have not been perfect. In
sempurna. Pada kondisi ini, ketika ketika rumah this condition, when the house and the
sudah selesai dibangun lengkap dengan ragam decoration is completed, then the house is called
hiasnya, maka rumah disebut sebagai Rumah the dressed house or Rumah Lengkap.
Didandani atau Rumah Lengkap.
Berdasarkan hasil identifikasi, data/informasi mengenai Based on the identification result, data/information on
metode konstruksi rumah tradisional Melayu relatif the traditional Malay house construction method is
sangat minim. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan relatively minimal. This shows that the majority of
masyarakat Melayu saat ini tidak lagi mengetahui Malay community is now no longer know the
proses pembuatan rumah Melayu. Namun secara construction process of the Malay houses. But in
umum diketahui bahwa proses membangun rumah general, it is known that construction process of a
tradisional Melayu memiliki beberapa tahapan yang traditional Malay house has several stages which is a
bersifat tradisi/adat-istiadat. Beberapa di antaranya traditions/customs. Some of them like a procession of
seperti prosesi tepung tawar terhadap tanah/lahan flouring on soil/land which will be used, selection of
yang akan digunakan, pemilihan hari/waktu pertama the first day/time to build a house, the main pole site
membangun rumah, pemilihan lokasi tiang utama selection (tiang tuo or tiang ibu), the main pole
(tiang tuha atau tiang ibu), proses tiang utama preserved or dilangi, and the good wishes before get
dilangi/diawetkan, hingga doa selamat sebelum masuk into a new home. Even so, not all the process is
rumah baru. Meski begitu, tidak semua proses terkait associated with building technical aspect, mostly it is
dengan aspek keteknisan bangunan, kebanyakan lebih inclined towards socio-cultural aspects.
cenderung terhadap aspek sosial-budaya.

15

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 15


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Rumah tradisional Melayu yang identik dengan rumah Malay traditional houses are identical with wooden stilt
panggung berbahan kayu memiliki kearifan lokal houses which have local wisdom related to the
terkait desain rumah yang adaptif terdapat iklim dan adaptive design to climate and environmental
kondisi lingkungan sekitarnya. Adaptasi tersebut terkait conditions. The adaptation is related to tropical climate
dengan kondisi iklim tropis dimana kebanyakan rumah conditions where most homes are located, such as
tersebut berada, seperti temperatur dan kelembaban temperature and high humidity, windy and the sun.
udara yang tinggi, berangin, serta terik sinar matahari. According to Yuan (1987), the adaptive design to the
Menurut Yuan (1987), desain yang adaptif terhadap climate, indicated by the various number of air
iklim tersebut antara lain ditunjukkan dengan openings/ventilation, room interior with minimal
banyaknya bukaan udara/ventilasi, interior ruangan partition, raising the elevation of the room interior with
dalam yang minim partisi, peninggian elevasi rumah minimal partition, raising the elevation of the house
(bentuk panggung) untuk melancarkan ventilasi, (on stilts) to expedite the ventilation, use of building
penggunaan bahan bangunan yang tidak menyerap materials that does not absorb heat, until the east-
panas, hingga orientasi rumah barat-timur yang west orientation of the house to reduce direct sunlight.
mereduksi sinar matahari langsung. Demikian pula Similarly stated by Hashim and Nasir (2011) that the
dinyatakan oleh Hasyim dan Nasir (2011) bahwa use of stilts are intended to reduce the impact of
penggunaan bentuk panggung dimaksudkan untuk moisture from the soil, while the area under the roof
mengurangi dampak kelembaban dari tanah, (attic) is left open to improve air circulation in the
sementara area bawah atap (loteng) dibiarkan terbuka house to minimize the heat and humidity.
untuk meningkatkan sirkulasi udara di dalam rumah
sehingga meminimalisir suhu panas dan kelembaban
udara.
Rumah Godang merupakan tipologi rumah berbentuk The Godang house is a stilt house typology with saddle
panggung dengan atap tipe pelana yang terbelah dua. type’s roof that are split in half. The materials for
Material untuk rumah godang hampir seluruhnya Godang house are almost entirely from wood which
menggunakan kayu yang berasal dari kawasan hutan come from protected forests surrounding the village.
lindung disekitar desa. Berdasarkan informasi Based on the resources, the wood used as Godang
narasumber, kayu yang digunakan sebagai material house material is Petatal wood (Kulim wood), while

16

16 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Rumah Godang adalah kayu petatal (kayu kulim), for the wall usually use Meranti wood. The
sedangkan untuk dinding biasanya menggunakan kayu construction process of Godang house conducts
meranti. Proses pembangunan rumah godang through several stages where every stage is a series of
dilakukan melalui beberapa tahapan dimana tahapan events that can not be separated from local customs
tersebut merupakan rangkaian acara yang tidak lepas and culture. The process of making Godang house
dari usur adat dan budaya setempat. Proses takes about ± 3 months with the following stages:
pembuatan rumah godang memakan waktu ± 3 bulan a. The search of Kulim or Ppetatal wood for the
dengan tahapan sebagai berikut: home first pole made with communnal work
a. Pencarian kayu kulim atau petatal untuk tiang (“gotong-royong”). The search for wood is in the
pertama rumah yang dilakukan dengan gotong "protected forest" or "forbidden forest". The wood
royong. Pencarian kayu dilakukan di “hutan selection process is done by the village elders.
lindung” atau “ hutan larangan”. Proses pemilihan b. The installation of first Tua pole is also done by
kayu dilakukan oleh orang tua kampung. communnal work. The process begins with the
b. Pemasangan tiang tua pertama yang juga establishment of Pelancar and Sigetan, making
dilakukan dengan bergotong royong; Proses gulung-gulung (a roof "Atok"), joist, gulung-
pendirian rumah dimulai dengan membuat gulung, atok, beams, floors, and walls.
Pelancar dan Sigetan, membuat gulung – gulung c. Furthermore is the ox/gule slaughtered (animals
(tempat atap “atok”), memasang kasau jantan, butchering) event, which is a manifestation of
gulung – gulung, atok, galogar, lantai, dan homeowner gratitude on the completion of
dinding. houses construction ses. After the celebration,
c. Selanjutnya adalah acara bantai jawi/gule continued with the handover of the house to the
(Menyembeli hewan) yang merupakan 3 tribe by bringing betel leafs cone as a tribute.
manisfestasi dari rasa syukur pemilik rumah atas
selesainya pembangunan rumah. setelah acara
syukuran dilanjutkan dengan acara penyerahan
bangunan kepada 3 suku dengan membawa sirih
yang mengerucut sebagai penghormatan.

17

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 17


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Bagian II – Part II

POLA DAN STRUKTUR RUANG PERMUKIMAN SERTA AKTIVITASNYA

PATTERN OF SPATIAL SETTLEMENT STRUCTURES AND ACTIVITIES

Pola Permukiman Tradisional Melayu Malay Traditional Settlement Patterns

Keberadaan rumah-rumah tradisional Melayu dulunya The existence of traditional Malay houses can not be
tidak dapat dilepaskan dari adanya detach from their surroundings Malay
perkampungan/permukiman Melayu yang villages/settlements. Characteristics of traditional Malay
melingkupinya. Karakteristik permukiman tradisional settlements include houses distribution pattern
Melayu antara lain pola sebaran rumah yang berbanjar alongside the river or road, where the distance
mengikuti sungai atau jalan, dimana jarak antar rumah between houses is not too close and has a low building
tidak terlalu dekat dan kepadatan bangunannya density, with natural vegetation in the area. According
rendah, dengan vegetasi alami yang rindang di to Yuan (1987), unlike the distribution pattern of
sekitarnya. Menurut Yuan (1987), tidak seperti pola modern houses with rigid neighborhoods, the
sebaran rumah di permukiman modern yang rigid, pola distribution pattern of traditional Malay houses built at
sebaran rumah tradisional Melayu dibangun secara random and patterned so it allows the wind to move
acak dan tidak terpola sehingga memungkinkan angin naturally with the optional flow unhindered by building
dapat bergerak secara alami dengan bebas mengikuti houses (illustration see Figure 2- 1). In addition, there
alirannya tanpa terhalang oleh bangunan rumah is no clear boundary between the land area of one
(ilustrasi lihat Gambar 2-1). Selain itu, tidak ada house with another. Sometimes not all homes have
batasan yang jelas antara area lahan rumah yang satu direct access to the main road, but it must go through
dengan lainnya. Terkadang tidak semua rumah a neighbor's yard in front of him. main road, but it
memiliki akses langsung terhadap jalan utama, namun must go through a neighbor's yard in front of him.
harus melalui pekarangan rumah tetangga yang ada di
depannya. rumah yang satu dengan lainnya.
Terkadang tidak semua rumah memiliki akses langsung
terhadap jalan utama, namun harus melalui
pekarangan rumah tetangga yang ada di depannya.

18

18 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 2.1 Ilustrasi Pola Permukiman terkait Aliran Angin - Figure 2.1 Illustration of Wind Flow Patterns Related
Resettlement

19

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 19


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Jumlah rumah dalam satu kampung biasanya lebih dari The number of houses in the village are usually more
40 rumah. Kampung Melayu biasanya terpencar than 40 houses. Malay Village usually spread open,
terbuka, sebagiannya merupakan pusat pola berbanjar. some in a central line pattern. Each village has its own
Tiap-tiap kampung mempunyai lingkungan tanah farm environment. There is also a village, which can be
pertanian tersendiri. Terdapat pula dusun, yang dapat defined as a group that consists of several residential
diartikan sebagai sekelompok perumahan yang terdiri home, located in a remote area. Usually each village
dari beberapa rumah saja, yang terletak di satu daerah has a nearby village as a main village. In the village,
terpencil. Biasanya setiap dusun berinduk kepada public roads are located on every house front yard and
sebuah kampung yang lokasinya terdekat. Di dalam throughout the villager gardens there, which is usually
kampung, pada setiap muka halaman rumah dan di not straight. But in the middle of the village, the road is
sepanjang kebun-kebun penduduk terdapat sejalur a bit stretched and widened, which is called the
jalan umum, yang biasanya bentuknya tidak lurus. "arena". This public space is used by villagers to do
Namun pada bagian tengah kampung, jalan tersebut cockfight or playing sports (Husny, 1976). The
agak melurus dan melebar, yang disebut dengan characteristic of traditional Malay houses can be said to
”gelanggang”. Ruang publik ini digunakan warga symbolize "Tiga Tungku Sejerangan", which marked
kampung untuk tempat menyabung ayam atau bermain the three functions of the space, namely (i) the main-
sepak raga (Husny, 1976). Sifat rumah tradisional house space; (ii) the front porch/guest space; and (iii)
melayu dapat dikatakan melambangkan simbol ”Tiga kitchen/back porch space (Husny, 1976).
Tungku Sejerangan”, yang ditandai pada tiga fungsi
pembagian ruangan, yaitu (i) ruang rumah induk; (ii)
ruang serambi muka/tamu; dan (iii) ruang
dapur/serambi belakang (Husny, 1976).

20

20 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Karakteristik rumah tradisional melayu dipengaruhi Characteristics of traditional Malay houses affected by
oleh 2 aspek, yaitu: two aspects, namely:

 Iklim Setempat  Local Climate

Pengaruh iklim dimanifestasikan dalam bentuk rumah Climatic effect is manifested in the form of hollow-
berkolong/panggung dan bertiang tinggi. Hal ini housing/stilt and high-poster. It is intended to (i)
dimaksudkan untuk (i) mengantisipasi bahaya anticipate the danger of flooding/tidal, (ii) avoidance of
banjir/pasang-surut, (ii) penghindaran dari moisture, (iii) safekeeping from the threat of wild
kelembaban, (iii) pengamanan dari ancaman binatang animals, and (iv) air space tunnel. Another
buas, dan (iv) terowongan ruang udara. Karakteristik characteristic shown by the doors, windows, and the
lain ditunjukkan dengan adanya pintu, jendela, dan wind holes which aims to provide enough air and light
lubang-lubang angin yang tujuannya untuk memberi for the residents. (Husny, 1976).
udara dan cahaya yang cukup bagi penghuninya.
(Husny, 1976).

21

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 21


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 2.2 Pembagian Ruang pada Rumah Tradisional Melayu - Figure 2.2 Distribution Space in Traditional Malay
House

 Syarat Agama  Terms of Religion

Keberadaan syarat agama (Syariat Islam) juga The existence of the religious requirements (Islamic
mempengaruhi bentuk arsitektur rumah tradisional Shari’a) also affects the architecture of traditional Malay
melayu, di antaranya berupa pemisahan ruang lelaki houses, of which form the spatial separation of men
dengan ruang kaum perempuan (Sinar, 1993). Selain and women space (Ray, 1993). It is also seen from the
itu juga terlihat dari ukiran-ukiran dinding dan tiang carvings on the wall and the pole to avoid human or
yang menghindari motif hewan ataupun manusia animal motifs as prohibited by Islam. Therefore, the
sebagaimana yang dilarang oleh agama Islam. Karena dominant motif used is flowers shaped, leaves, fruit and
itu, motif yang dominan digunakan adalah berbentuk tendrils. (Husny, 1976).
bunga, daun, dan buah, serta sulur-suluran. (Husny,
1976).

22

22 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 2.3 Ilustrasi Tampak Depan dan Samping Rumah Adat Tradisional Melayu - Figure 2.3 Illustration of Front and
Side of Traditional Malay House

Sumber : Nasution - Source: Nasution

23

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 23


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Desa Kuok yang terletak di Kecamatan bangkinang Kuok village is located in the West Bangkinang sub-
Barat, Kabupaten Kampar terletak di wilayah bantaran district, Kampar District, which is located in the
Sungai Kampar. Pada kawasan ini, keberadaan Rumah riverside of Kampar river. In this area, the existence of
Melayu Lontik masih relative banyak, namun rumah Lontik house is still relatively many, but the house that
yang masih layak untuk dihuni sudah sangat jarang. still eligibility for occupancy is very rare. Most of the
Kebanyakan rumah sudah ditinggalkan penghuninya houses have been abandoned and left empty and not
dan dibiarkan kosong dan tidak terawat dengan kondisi well maintained with a badly damaged condition.
rusak parah. Umumnya rumah masyarakat dibangun di Generally the community houses were built at a
pinggir jalan dan polanya memanjang mengikuti jalan roadside and the pattern extends alongside the road
yang sejajar dengan Sungai Kampar. Pola Desa Kuok parallel to the Kampar River. The Kuok village pattern
dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. can be seen in Figure below.

Gambar 2.4 Pola Spasial Desa Kuok - Figure 2.4 Spatial Pattern village Kuok

(Sumber: Survey Lapangan, Februari 2012) - (Source: Field Survey, February 2012)

24

24 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Desa Kuok memiliki luas wilayah sebesar 5.315 ha. Kuok village has an area of 5,315 ha. The majority of
Mayoritas lahan tersebut digunakan sebagai lahan the land is used as residential land, rice fields and
permukiman, persawahan dan perkebunan. Tata guna plantations. The Land use can be seen in the Table 2.1
lahan tersebut terlihat pada tabel. 2-1 sebagai berikut. as.follows.
Table 2.1 Land use in the Kuok Village
Tabel 2-1. Guna Lahan di Desa Kuok
Land Use Area
Luas
Guna Lahan Area (Ha)
(Ha)
Human
Permukiman 4.435 4.435
Settlements
Persawahan 300 Rice fields 300

Perkebunan 500 Plantation 500

Kuburan 5 Cemetery 5

Pekarangan 50 Yard 50

Parks 10
Taman 10
Offices 5
Perkantoran 5
Other public
Prasarana 10
infrastructures
umum 10
(Source: Field Survey, February 2012)
lainnya

(Sumber: Survey Lapangan, Februari 2012)

25

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 25


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Sama hal nya dengan Desa Kuok, Desa Koto Sentajo di Same thing with Kuok Village, Koto Sentajo village in
Kabupaten Kuantan Singingi juga terletak di kawasan Kuantan Singingi district also located in the riverside
bantaran Sungai Kuantan. Desa ini memiliki topografi area of Kuantan River. The village has a sloping
yang landai. Secara spasial, guna lahan pada Desa topography. Spatially, land use in Koto Sentajo village
Koto Sentajo didominasi oleh permukiman dengan dominated by human settlements with low to moderate
kepadatan bangunan yang rendah hingga sedang. building density. The distance between the houses vary
Jarak antar rumah bervariasi dari dekat hingga jarang, from close to sparse, and inserted with yards that is
dan disisipi oleh pekarangan yang ditumbuhi pohon- overgrown with palm trees and other garden plants.
pohon kelapa dan tanaman pekarangan lainnya.

26

26 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 2.5 Pola Spasial Permukiman - Figure 2.5 Spatial Pattern of Settlement

Sumber: Digambar ulang dari hasil survey lapangan, 2012 - Source: Redrawn from the results of the field survey, 2012

27

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 27


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Sarana Dan Prasarana Rumah Tradisional Facilities and Infrastructure of Traditional
Houses
Elemen yang pada umumnya selalu terdapat disekitar
rumah Melayu Lontik atau keberadaannya selalu Elements that are generally always found around the

mengikuti keberadaan rumah adalah bangunan Lontik house or the whereabouts that always follows

lumbung atau disebut “rangkiang”. Rangkiang atau the house is a barn or a building called "Rangkiang".

lumbung berbentuk panggung dengan atap limas yang Rangkiang or barn on stilt with a pyramid roof curved

melengkung di dua ujungnya (Gambar). Bangunan in two ends (Figure 2.6). The barn is a rectangular

lumbung berbentuk segi empat dengan dinding dibuat building with sloped walls and an opening at the top to

miring dan terdapat bukaan di atas untuk memasukan insert the harvest. The building materials for the barn

hasil panen. Material bangunan untuk membuat are partly the same as the materials used to make the

lumbung sebagian sama dengan material yang house, but there are several different materials such as

digunakan untuk membuat rumah, namun ada the walls. The walls are using materials from bamboo

beberapa material yang berbeda seperti dinding. plaits or so-called "tadie". This barn can accommodate

Dinding menggunakan bahan dari anyaman bambu one year harvest for the needs of a single family. Other

atau disebut “tadie”. Lumbung ini dapat menampung elements are the tub at the left front side that

hasil panen satu tahun untuk kebutuhan satu keluarga. contained water used to wash the feet before entering

Elemen lainnya adalah bak yang terdapat disebelah the house.

depan kiri yang digunakan untuk mencuci kaki sebelum


masuk ke dalam rumah.

28

28 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
a b

Gambar 2.6 Elemen yang terdapat disekitar rumah lontik - Figure 2.6 Elements that are around the house lontik

(a) rangkiang untuk menyimpan padi (b) kolong rumah yang digunakan untuk tempat ternak

(a) Rangkiang to store grain (b) space under the house which is used for livestock

29

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 29


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Sama halnya dengan Rumah Melayu Lontik, Rumah Similarly to the Lontik house, the Godang House also
Melayu Godang juga selalu memiliki bangunan always had a barn building placed at the front of the
lumbung yang diletakkan di bagian depan rumah. house. The barn also serves as crops-storage in a
Lumbung tersebut juga berfungsi sebagai tempat year. In addition to the barn, there is also a terrace or
penyimpanan hasil panen dalam kurun waktu setahun. often called a "pelantar" in the front of the Godang
Selain lumbung, terdapat teras atau sering disebut house. Terrace or "pelantar" have 4 to5 pieces of
“pelantar” pada bagian depan Rumah Godang. Teras stairs (tanggo). Stairs or "tanggo" contained in the
atau “Pelantar” memiliki 4 – 5 buah anak tangga pelantar has a width of ± 1 m. These stairs functioned
(tanggo). Anak tangga atau “tanggo” yang terdapat as a means to climb the terraces or "pelantar". Besides
di pelantar mempunyai lebar ± 1 m. Anak tangga ini its function as the access to the house, the stairs is
lebih difungsikan sebagai sarana untuk menaiki teras also used for lounging, especially for girls, in order to
atau “ pelantar”. Anak tangga selain berfungsi interact and socialize with the surrounding community.
sebagai aksebilitas ke dalam rumah juga digunakan
untuk duduk-duduk khususnya untuk anak gadis,
dengan tujuan berinteraksi dan bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar.

30

30 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 2.7 Teras “pelantar” pada Rumah Godang Paliang - Figure 2.7 Terrace "mediator" on the Home Godang Paliang

Selain elemen tersebut, pada permukiman di Desa In addition to these elements, in the Koto Sentajo
Koto Sentajo juga terdapat bangunan lain yang village there are also other buildings whose
keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari whereabouts can not be separated from the human
permukiman. Bangunan tersebut antara lain Balai yang settlement. The buildings include a hall which is used
digunakan tempat untuk melakukan musyawarah/ to conduct meetings / discussions, and the old
perundingan, dan Mesjid tua Raudhatul Jannah yang Raudhatul Jannah mosque that still exists used by local
masih eksis digunakan oleh masyarakat setempat people as a place of worship.
sebagai sarana ibadah.

31

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 31


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 2.8 Balai adat dan Masjid yang terdapat di Desa Koto Sentajo - Figure 2.8 Customary hall and mosque located
in the village of Koto Sentajo
Perubahan Budaya Berhuni Inhabited Culture Change
From the observation of some traditional Malay house
Dari hasil observasi terhadap beberapa rumah
located in the Kuok and Koto Sentajo village, identified
tradisional melayu yang terdapat di Desa Kuok maupun
that transformation related to the building and its
Desa Koto Sentajo, setelah diidentifikasi bahwa
architectural occurs only in function space under the
transformasi terkait bangunan dan arsitekturalnya hanya
house and not the additions to the main house.
terjadi pada fungsi kolong rumah dan bukan
Currently, most space under the house is used for
penambahan pada bagian induk rumah. Saat ini
motorcycle parking lot, warehouse / storage of goods.
kebanyakan kolong rumah digunakan untuk tempat
parkir motor, gudang/ penyimpanan barang. In general, the house has been remodeled, so there has
been a transformation of building materials. But the new
Secara umum rumah tersebut telah dirombak total,
renovation result has the same shape as the original
sehingga telah terjadi transformasi bahan bahan
building, with building materials that approaches the
bangunan. Namun rumah baru hasil renovasi memiliki
quality of the original building materials. Changes in
bentuk yang sama dengan bangunan asli, dengan bahan
building materials located on roof components, which
bangunan yang mendekati kualitas bahan bangunan
formerly used sago palm leaves changed to iron
asli. Perubahan bahan bangunan terdapat pada
sheeting. As for the other components are still
komponen atap, dimana dahulu menggunakan rumbia
dominated by wood, although wood that is used is not
diganti menjadi seng. Sementara untuk komponen
the same as the original house.
lainnya masih didominasi oleh kayu, walaupun kayu
32
yang digunakan sudah tidak seasli bangunan awal.

32 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 2.9 Transformasi pada rumah lontik pada bagian kolong dan komponen atap - Figure 2.9 Transformation at
Lontik house on the space under te house and roof components

Gambar 2.10 Perubahan Fungsi Ruang Pada Rumah Melayu Godang di Desa Koto Sentajo Kab. Kuantan Singingi -
Figure 2.10 Function Space Change In Malay house in the village of Koto Sentajo Godang Kab. Kuantan Singingi

33

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 33


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Bagian III – Part III
TIPOLOGI ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL MELAYU (GODANG & LONTIK) – MALAY
TRADITIONAL HOUSES ARCHITECTURAL TYPOLOGY (GODANG & LONTIK)

Rumah Tradisonal Melayu Traditional Malay house

Bentuk rumah tradisional Melayu relatif bervariasi The form of Malay traditional house relatively varies
mulai yang karakter arsitektur Melayu-nya relatif from the relatively complex architectural Malay
kompleks hingga yang sederhana seperti rumah character to a simple as a regular stilthouse (the house
panggung biasa (rumah di permukiman atas air). in the settlement over the water). In general, the
Secara umum, bentuk rumah Melayu yang masih asli shapes of the original Malay houses are still visible
terlihat dari: from:

1. Bentuk atap rabung lima meski di Riau terdapat 1. A five-ridge-shape roof although in Riau there are
rumah beratap pelana (lipat kajang atau lontik ); houses with saddle-shape roof (lipat kajang or
2. Jendela berbentuk jerajak (tidak menggunakan lontik);
kaca); 2. Railing-shaped window (without glass);
3. Pasangan papan dinding disusun vertikal, meski 3. Wallboard arranged vertically, although some
beberapa rumah yang lebih muda usianya disusun newer houses arranged it horizontally;
horisontal; 4. The presence of carved ornaments on the edge of
4. Keberadaan ornamen ukiran pada ujung atap the roof, which is called selembayung;
rumah, yang biasa disebut selembayung;

34

34 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Bila diperbandingkan, terdapat kemiripan bentuk antara When compared, there are similarities between the
rumah di Kepulauan Riau dengan rumah di Riau houses in the Riau Islands with the Riau mainland on
daratan di pesisir timur (seperti di Kab. Bengkalis). the east coast (as in the Bengkalis District). While
Sementara rumah di Riau daratan di sebelah barat houses in the western Riau mainland has the similarity
memiliki kemiripan bentuk atap yang melengkung of a curved roof like the Minang architecture (West
seperti arsitektur Minang (Sumbar) sehingga berbentuk Sumatra) like the shape of Lontik house (as in the
rumah Lontik (Seperti di Kab. Kampar) juga Kampar District) are also curved. Moreover, it is
melengkung. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa undeniable that the Malay houses are also affected by
rumah Melayu juga terpengaruh oleh arsitektur kolonial colonial architecture (West), such as the use of large
(barat) seperti penggunaan kolom bata yang besar brick columns on a house pole, the height of the ceiling
pada tiang rumah, ukuran langit-langit yang relatif is relatively high and the use of modern materials (iron
tinggi, maupun penggunaan material modern (seng, shetting, roof tile, red brick). It is commonly found in
genteng, bata). Hal ini banyak ditemukan pada rumah- homes of Malay royalty.
rumah bangsawan Melayu.
This book will explore more deeply to traditional
Buku ini akan membahas lebih dalam lagi terkait rumah
Godang Malay house and Lontik Malay house.
tradisional Melayu Godang dan Lontik.
The Structure of the Godang House
Struktur Rumah Godang
Roof truss structure in the front space of the house are
Struktur rangka atap rumah bagian ruang depan ada
not yet covered with ceiling and some already covered
yang belum ditutupi plafond dan ada juga yang sudah
with asbestos. The connection of the center pole
ditutupi asbes. Sambungan tiang tengah (seri) masih
(series) is still using the dowels system. Likewise,
dengan sistem pasak. Begitu juga antara tiang kolom
between the columns and beams under the floor is also
dan balok dibawah lantai rumah juga masih
still using the dowels.
menggunakan pasak.

35

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 35


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
The columns are made of wood with a rectangular
Tiang kolom rumah terbuat dari bahan kayu dengan
shape that is placed on the stone pedestals foundation
bentuk persegi empat yang diletakkan diatas pondasi
which is also rectangular.
batu umpak yang juga berbentuk persegi empat.

Gambar 3-1 Denah Kolom Panggung Rumah Godang - Figure 3.1 Column Plan Stage Godang House

36

36 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Denah Lantai Panggung Rumah Godang The Stage Floor Plan of the Godang House
The stilt-floor area has a size of 6.84 x 15.87 m 2 with a
Denah lantai panggung mempunyai ukuran 6,84 x
height of 1.75 m from ground level. The house room
15,87 m2 dengan tinggi 1,75 m dari permukaan tanah.
spaces are divided into several rooms, namely, the
Zona ruangan rumah terbagi menjadi beberapa
Common Zone that serves as a gathering place for
ruangan yaitu, Zona umum yang berfungsi sebagai
the invited guests or a public space, the Main Zone
tempat berkumpulnya para undangan atau yang
which is more sacred in which serves as a place for the
sifatnya umum, Zona utama yang sifatnya lebih
gathering of the datuk and elders a long time ago,
sakral yang mana ruangan ii tempat untuk
Mintuo Zone is a slepping room for the in-laws and
berkumpulnya para datukdan ninik mamak pada zaman
service Zone/kitchen. Stairs and door (Entrance)
dahulu, Zona mintuo merupakan kamar atau tempat
- Figureon
ambar 3-2 Denah Kolom Panggung Rumah Godang located 3.1the
Column Plan Stage
right front Godang
side. On House
the front centre wall
tidur mertua dan Zona servis/dapur. Tangga dan
there are three (3) windows with dimensions of 0.80 x
pintu masuk (Entrance) terletak di sisi depan sebelah
1:50 m2. The front door opening has a dimensions of
kanan. Pada dinding ruang tengah bagian depan
1,72x 0.85m2. The stilt floor is using wood boards with
terdapat 3 (tiga) jendela dengan dimensi 0.80 x 1.50
a thickness of 2 cm and a width of 17 cm. The front
m2 Bukaan pintu bagian depan mempunyai dimensi
and back stairs are made of wood in which has 6 steps
1,72x 0.85m2. Lantai panggung menggunakan papan
and each has the dimensions of 2 span of an adults
dengan tebal 2 cm dan lebar 17 cm. Tangga masuk
hands.
bagian depan dan belakang terbuat dari material kayu
yang mana jumlah anak tangga berjumlah 6 anak
tangga dengan dimensi 1 anak tangga 2 jengkal
tangan orang dewasa.

37

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 37


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 3-2 Denah Lantai Panggung Rumah Godang - Figure 3.2 Floor Stage Godang House

38

38 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Denah Lantai Atas (Loteng/Plafon) The Top Floor (Attic/Ceiling)

Loteng rumah godang selain berfungsi sebagai plafon, The attic of the Godang house has a function as the
dulunya digunakan untuk penyimpanan barang-barang ceiling, but once it was also used for storage of goods,
namun saat ini loteng tersebut kelihatan sangat kotor. and now it looks very dirty. The dimension of the attic
Dimensi loteng 46.7 m2 yang dapat diakses melalui is 46.7 m2 and can be accessed from the inside by
ruang dalam dengan menggunakan tangga. Lantai using the stairs. The attic floor is located above the
loteng ini terletak diatas ruang utama di dalam rumah. main room in the house. The attic floor use wood
Lantai loteng menggunakan papan dengan ukuran t 2 boards with a dimension of 2 cm height, 17 cm width x
cm, l 17 cm x 2.20 m semua rangka menggunakan 2,20 m length and all parts are using wood beams with
kayu balok dengan ukuran 5/9 x 5/14. a dimension of 5/9 x 5/14.

Gambar 3-3 Kondisi Eksisting Loteng - Figure 3.3 Existing Condition Attic

39

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 39


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Tampak Depan Rumah Godang The Frontside of the Godang House

Tampak depan pada dari rumah tradisional godang The frontside of the Godang house are generally facing
secara umum kebanyakan menghadap kearah Utara towards to the North and South. Aside from facing the
dan Selatan. Selain karena menghadap jalan juga road, it is also believed to bring a lot of luck, rare
karena diyakini mendatangkan banyak rejeki, jarang affected by the disease and always prosperous, while
ditimpa penyakit dan selalu berkecukupan sedangkan the facing toward to the south is not good neither bad.
arah selatan tidak baik dan tidak pula buruk. Pada There is a difference in the floor elevation of the
rumah godang terdapat perbedaan elevasi pada lantai Godang house between the main room floors with the
rumah yaitu antara lantai ruang utama dengan lantai kitchen floor, where the main room floor is higher than
dapur, dimana bagian lantai ruang utama lebih tinggi the kitchen floor. In the front, there are three (3) main
elevasinya dibanding elevasi lantai dapur. Bagian depan windows with each having two (2) shutters. When
terdapat 3 (tiga) jendela utama dengan masing-masing viewed in this part of the front facade of the house look
mempunyai 2 (dua) daun jendela. Apabila dilihat bagian extends to form 2 (two) storied gable roof and along
fasad depan rumah ini kelihatan memanjang dengan the listplank there are ornaments.
bentuk atap pelana yang bertingkat 2 (dua) dan
disepanjang listplank terdapat ornamen.

40

40 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 3-4 Penggambaran Ulang Tampak Depan Rumah Godang - Figure 3.4 Frontside Redrawing of the Godang House

41

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 41


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 3-5 Kondisi Eksisting Tampak Depan Rumah - Figure 3.5 Frontside Existing Condition of the
Godang House Godang

Bagian kolong atau panggung rumah godang digunakan The space under the Godang house is used for firewood
untuk penyimpanan kayu bakar, tidak ada terdapat storage and there are no ornaments on the walls,
ornamen pada dinding, jendela dan pintu rumah. Posisi windows and doors. The ladder position is located on
tangga terletak disebelah kanan pintu masuk jika the right side of the entrance of the house. The Godang
menghadap rumah, material tangga menggunakan house has a building height of 8.22 m above ground
rumah godang ini mempunyai tinggi badan bangunan level to the roof.
8,22 m dari atas permukaan tanah sampai atap.

42

42 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Tampak Samping Rumah Godang The Side View of the Godang House

Tampak samping kiri dan kanan pada rumah godang There are no uniqueness or prominent to be seen from
tidak ada terdapat keunikan atau yang menonjol untuk the left or right side of the Godang house, in the right
dilihat, disisih kanan rumah terdapat 1 (satu) jendela side there is 1 (one) small window. There are no
kecil. Tidak ada terdapat ornamen pada sisi samping ornaments on the side of the house either on the wall
rumah baik dari dinding rumah ataupun ornamen pada or on the windows and roof. The walls of this house
jendela dan atap. Dinding pada rumah ini using the wooden plank.
menggunakan susunan papan.

Gambar 3-6 Penggambaran Ulang Tampak Samping Gambar 3-7 Kondisi Eksisting Tampak Samping Rumah
Tampak Depan Rumah Godang - Figure 3.6 Sideview Godang - Figure 3.7 Existing Condition Sideview
Redrawing of the Godang House Godang House

43

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 43


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Tampak Belakang Rumah Godang The Rearview of the Godang House

Pada bagian belakang rumah godang dinding At the rear side of the Godang house, the material
menggunakan material papan tidak ada ornamen, used for the wall is using wood board with no
rumah ini tidak memiliki jendela dan ventilasi dibagian ornamentation, this house has no windows and airvents
belakang, hanya terdapat 1 (satu) pintu untuk akses at the rear, there is only one (1) door for in and out
keluar masuk dengan dimensi 0.85 x 1.72 m 2. Fasade access with a dimensions of 0.85 x 1.72 m2. This
rumah godang ini memang sangat sederhana dan tidak Godang house facade is indeed very simple and
dijumpai ornamen. without any ornaments.

Gambar 3- Penggambaran Ulang Tampak Belakang Rumah Godang - Figure 3.8 Rearview Redrawing of the Godang
House

44

44 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Struktur Rumah Lontik The Structure of the Lontik House

Bagian rangka atap terdiri dari kuda – kuda (disebut The roof truss consists of timber roof truss (called
kasau), gulung – gulung dan tempat pertemuan ujung kasau), gulung-gulung and the connection point of the
kasau (disebut tulang bubung) hingga pasak (disebut joist (called tulang bubung) to the dowel (called rasuk)
rasuk) dan juga pasak yang ukurannya lebih kecil and also dowels in smaller size (called gelegar). The
(disebut gelegar). Bahannya terbuat dari kayu yang material is made of wood which are connected with
disambung dengan beberapa jenis sambungan. Pada some kind connection types. In framework like roof
rangka seperti kuda-kuda, balok, dan kolom truss, beams, columns and joints are using bolts. While
sambungannya menggunakan baut. Sedangkan pada at the bottom part (floor), between the beams to the
bagian bawah (lantai rumah), antara balok dengan columns the connections is using the dowel system.
tiang kolom sambungannya menggunakan sistem Related to the Lontik house foundation, the wooden
pasak. Terkait dengan pondasi rumah lontik tiang kayu pole position placed on the ground and then uses
posisinya hanya ditaruh di tanah dan kemudian masonry surrounded the pole and cast it into the
sekelilingnya menggunakan pasangan batu yang dicor ground (± 0.5m).
ke dalam tanah (± 0,5 meter).

Bentuk tiang rumah melayu Riau sendiri ada yang The Malay house pole shape itself is a square, hexagon
persegi empat, enam sampai sembilan, dan ada juga to nonagon, and there is also a round shape, the house
yang bulat, tiang rumah yang diobservasi model segi that are observed has a hexagon pole model. On the
enam. Pada tiang bagian luar diberi hiasan khusus yang outside of the pole are given with a special decoration
disebut tiang gantung yang berfungsi sebagai called gallows which serves as the support frame of the
penopang kerangka dinding sebelah bawah. Tiang ini bottom wall. The pole was carved and doweled to the
dipahat dan dipasakkan ke tiang tempat tiang main pole. The number of poles of traditional Malay
induknya. Jumlah tiang rumah tradisional melayu pada houses are generally consist of 24 pieces, was
umumnya 24 buah, didirikan 6 barisan dan masing – established in six rows and each four pillars including
masing 4 buah tiang termasuk tiang seri. Tiang lainnya tiang tua, tiang penghulu, tiang tengah, tiang bujang
digolongkan sebagai tiang tua, tiang penghulu, tiang dan tiang dua belas.
tengah, tiang bujang dan tiang dua belas.

45

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 45


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 3-3 Denah Struktur Panggung Rumah Lontik - Figure 3.9 Structure Plan Stilt Lontik House

46

46 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Denah Lantai Panggung Rumah Lontik The Stage Floor Plan of the Lontik House

Susunan ruang rumah melayu di provinsi Riau The space composition of the Malay house in the Riau
sebenarnya pada umumnya hanya terdiri dari 3 (tiga) province generally consists of only 3 (three) room, the
ruangan saja, yaitu ruang bawah, ruang tengah dan basement, the living room and the back room (called
ruang belakang (disebut pendapuan). Alasan mengapa pendapuan). The reason why the Malay house consists
ruangan rumah melayu riau harus 3 ruangan karena only 3 rooms is because of according to "Alam Nan
sesuai dengan “ Alam Nan Tigo” yakni tata pergaulan Tigo" which is the the social order in public life. “Ruang
dalam kehidupan bermasyarakat. Ruang bawah yakni bawah” or basement is lower than the main house
berlantai lebih rendah dari lantai rumah induk. floor. It is actually united with the main house itself,
Sebenarnya bersatu dengan rumah induk itu sendiri, this room is separated only by a wall and sill (bedul).
ruangan ini hanya dipisahkan oleh dinding dan bendul. Ruang bawah or basement consists of a “ruangan
Ruang bawah terdiri dari ruangan ujung bawah atau ujung bawah” or the right side room used for the seats
sebelah kanan yang digunakan untuk tempat duduk for the elders and guests in certain ceremonies, while
ninik mamak dan undangan dalam upacara tertentu, the left side room is called “pangkal rumah” that is
sedang yang sebelah kiri disebut pangkal rumah untuk used for homeowner’s elders seats. “Ruang tengah” or
tempat duduk ninik mamak pemilik rumah. Ruang living room is a room that adjacent to the “ruang
tengah adalah ruangan yang berbatasan dengan ruang bawah”. “Ruang tengah” consists of a “ruangan ujung
bawah. Ruang tengah terdiri dari ruangan ujung tengah” which the room to the right side is used for
tengah yakni sebelah kanan masuk yang digunakan wedding aisle in a wedding ceremony and the room to
untuk gerai pelaminan pada upacara perkawinan dan the left side is called “ruangan poserek” as a gathering
yang sebelah kiri disebut ruangan poserek yaitu place for parents and children
sebagai tempat berkumpul orang tua dan anak-anak.

47

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 47


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Pada ruang belakang terdapat ruangan Sulopandan “Ruang belakang” or back room, there is a room called
sebagai tempat meletakkan barang-barang keperluan Sulopandan as a place to put daily stuff and kitchen
sehari-hari dan peralatan dapur dan pedapuan sebagai utensils and pedapuan as a cook place. The living room
tempat memasak. Berdasarkan hasil observasi, dapat is lower than the basement and the back room is lower
dilihat bahwa pembagian ruang rumah tradisional than the living room. The difference now is that there
melayu saat ini masih terdiri dari ruang bawah, ruang are also sleeping rooms in the house so the residents
tengah, ruang belakang. Ruang tengah lebih rendah no longer have to sleep in the living room as before.
dari ruang bawah, dan ruang belakang lebih rendah
dari ruang tengah. Perbedaannya juga saat ini sudah
ada bilik (kamar) yang digunakan untuk tidur, jadi
penghuni rumah tidak lagi tidur di ruang tengah seperti
dahulunya.

Gambar 3-4 Denah Lantai Panggung Rumah Lontik - Figure 3.10 Floor Plan of Lontik House

48

48 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Denah Lantai Atas (Loteng) The Top Floor (Attic)

Loteng rumah lontik selain berfungsi sebagai plafon, The Lontik house attic besides functioning as the
dulunya digunakan untuk penyimpanan barang-barang ceiling, it was once used to store goods that can be
yang dapat diakses melalui ruang dalam dengan accessed through the space by using the stairs. The
menggunakan tangga. Lantai loteng ini terletak diatas attic floor is located above the main room. The attic
ruang utama di dalam rumah. Lantai loteng floor use wood boards with a dimension of 2 cm height,
menggunakan papan dengan ukuran t 2 cm, l 25 cm x 25 cm width x 2 m length, all the frames are using
2 m semua rangka menggunakan kayu balok dengan wood beams with a size of 4/8 x 4/15.
ukuran 4/8 x 4/15.

Gambar 3-11 Loteng Rumah Lontik - Figure 3.11 The Lontik House redrawing
Tampak Depan Rumah Lontik The Frontside of the Lontik House

Rumah yang diobservasi dikabupaten Kampar memiliki The house that observed in Kampar District had enough
cukup banyak ornamen berupa ukiran maupun gambar ornaments in the form of carvings and colorful images.
berwarna. Ornamen tersebut antara lain terdapat pada The ornaments are in the roof (selembayung), walls,
atap (selembayung), dinding, pintu, jendela dan lubang doors, windows and ventilation holes. Most ornaments
ventilasi. Kebanyakan ornamen berwarna berwarna are in gold or wood-brown colored to the original color
emas atau coklat kayu mengikuti warna rumah aslinya. of the house. There are numerous ornaments on the
Ornamen yang paling banyak terdapat pada sisi kanan right and left side of the walls and the bottom side of
dan kiri dinding pada rumah dan sisi bagian bawah pada the walls. Currently, most of the house underspace is
dinding. Saat ini kebanyakan kolong rumah digunakan used for motorcycle parking lot, storeroom/storage of
untuk tempat parkir motor, gudang/penyimpanan goods. Position of the ladder is on the right side in front
barang. Posisi tangga terletak tepat di depan pintu of the entrance, the stairs are made from wood.
masuk, material tangga menggunakan kayu.
49

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 49


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 3-12 Penggambaran Ulang Rumah Lontik - Gambar 3-5 Kondisi Eksisting Tampak Depan Rumah
Figure 3.12 The Lontik House Redrawing Lontik - Figure 3.13 The Frontside Existing Condition
of the Lontik House
Tampak Samping Rumah Lontik The Sideview of the Lontik House

Tampak samping kiri dan kanan pada rumah godang There are no uniqueness or prominent to be seen on
tidak ada terdapat keunikan atau yang menonjol untuk the left and right side of the Godang house, in the right
dilihat, disisih kanan rumah terdapat 1 (satu) jendela side there are 2 (two) small windows. There are no
kecil. Tidak ada terdapat ornamen pada sisi samping ornaments on the side of the house either on the wall
rumah baik dari dinding rumah ataupun ornamen pada or in the windows and roof. The walls of this house are
jendela dan atap. Dinding pada rumah ini using the wood board.
menggunakan susunan papan.

Gambar 3-14 Penggambaran Ulang Tampak Samping Gambar 3-14 Penggambaran Ulang Tampak Samping
Rumah Lontik - Figure 3.14 Sideview Redrawing of the Rumah Lontik - Figure 3.14 Sideview Redrawing of the
Lontik House Lontik House

50

50 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Tampak Belakang Rumah Lontik The Rearview of the Lontik House

Pada bagian belakang rumah lontik dinding At the rear of the Lontik house the material for the wall
menggunakan material papan tidak ada ornamen, is using wood board plank with no ornamentation, this
rumah ini tidak memiliki jendela dan ventilasi dibagian house has no windows and airvents at the rear, there is
belakang, terdapat 1 (satu) pintu berada di samping only one (1) door for in and out access with a
rumah untuk akses keluar masuk dengan dimensi yang dimensions of 0.8 x 1.6 m2.
sama yakni, 0.8 x 1.6 m2.

Gambar 3-6 Kondisi Eksisting Tampak Belakang Rumah Lontik - Figure 3.16 Existing Condition Rearview Lontik House
Potongan Sections

Potongan memanjang dan melintang bangunan rumah The sections, lengthwise and crosswise, of the Malay
Melayu Godang dan Lontik dapat dilihat bentuk struktur Godang and Lontik houses can show the shape and
dan kontruksinya. Rumah Melayu Godang dan Lontik structure of the construction. The Malay Godang and
mempunyai struktur yang dibentuk oleh rangka kolom Lontik house has a structure formed by order of
dan balok. Terdapat kolom yang menerus columns and beams. There is a continuous column
(memanjang) dari muka tanah sampai rangka atap. (lengthwise) from ground level to the top of the roof.

51

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 51


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
2.7 2.7 2.7 2.7 2.5 2.3
0 0 0 15.6 2 0 0
2

Gambar 3.17 Potongan A-A Rumah Godang - Figure 3.17 A-A Section of Godang House

Gambar 3-7 Potongan B-B Rumah Godang - Figure 3.18 B-B Section of Godang House

52

52 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 3-8 Potongan A-A Rumah Lontik - Figure 3.19 A-A Section of Lontik House

Gambar 3-9 Potongan B-B Rumah Lontik - Figure 3.20 B-B Section of Lontik House

53

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 53


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Detail – detail – Details

Gambar 3-10 Detail Sambungan A - Figure 3.21 A-Connection Details

Gambar 3-23 Detail Sambungan C – Figure 3.23 C-


Connectipon Details

Gambar 3-22 Detail Sambungan B – Figure 3.22 B-Connectipon Details

54

54 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Gambar 3-24 Detail Sambungan D - Figure 3.24
D-Connection Details

Gambar 3-25 Detail Sambungan E – Figure


3.25 E-Connection Details

55

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 55


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Sistem Struktur Structure System

Sistem struktur utama rumah godang dan lontik The main structure of the Godang and lontik house
dibangun dengan bahan dasar kayu, Jenis sambungan built with wood materials . The connection Type used is
yang digunakan adalah sistem pasak yang diperkuat the dowels system reinforced with nails made of wood
dengan paku yang terbuat dari kayu (pada beberapa (in some parts). For the foundation, the main house
bagian). Untuk pondasi, rumah induk yang bertiang with wooden pole use a pedestal foundation of natural
kayu menggunakan pondasi umpak dengan batu alam stone as the base.
sebagai alas.

Tinjauan Bagian Bawah Rumah Godang dan The Bottom Section Overview of Godang and

Lontik Lontik Houses

Batu pondasi (batu umpak) - The foundation Tiang - Pole


stone (stone pedestals)

Untuk pondasi, rumah induk yang bertiang kayu Tiang rumah ada yang berbentuk persegi empat,
menggunakan pondasi umpak dengan batu alam sebagai enam, sembilan, dan ada juga yang bulat.
alas

For the foundation, the mainhouse with wooden pole use


The house poles are shaped in a square,
a pedestals of natural stone as the base.
hexagone, nonagon, and also round.

56

56 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Tangga Rumah Godang - Godang House Stairs Tangga Rumah Lontik - Lontik House Stairs

Tangga masuk terdapat di bagian depan rumah sebelah Posisi tangga terletak tepat di depan pintu masuk,
kanan dulunya tangga terbuat dari kayu yang mana material tangga menggunakan kayu.
jumlah anak tangga berjumlah 6 anak tangga. Namun
Stairs is located on the right side of the entrance, it
sekarang sudah diganti menjadi pasangan bata.
made from wood.
Stairs is on the front right side of the house. The ladders
were made of wood with 6 steps. But now has changed
to masonry

57

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 57


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Lantai Floor

Pada umumnya material lantai menggunakan papan, In general, floor materials use a wood plank, floor
perbedaan ketinggian lantai berfungsi sebagai level difference serves as the placement of social
penempatan status sosial. Lantai yang tertinggi status. The highest floor is sacred because in this
dikatakan sakral karena karena pada ruang ini room the elders of the Piliang ethnic gather around
berkumpul para datuk dan ninik mamak suku Piliang for the gathering event or discuss about everything
pada waktu acara silaturahmi atau membicarakan to do with ethnicity.
segala sesuatu yang berkaitan dengan kesukuan.

Tinjauan Bagian Tengah Rumah Godang dan


Lontik The Central Section Overview of Godang and
Lontik Houses
Dinding
Wall
Seperti rumah tradisional pada umumnya dinding
The walls of traditional houses in general are made of
rumah terbuat dari papan dengan ukuran 2 cm x 20
wood planks with a dimension of 2 cm x 20 cm
cm yang disusun secara vertical, mempunyai bukaan
vertically arranged, has openings in the walls that
pada dindingnya yang berfungsi sebagai pintu dan
serve as doors and windows. The dimensions of door
jendela. Dimensi bukaan pintu dan jendela tidak
and window openings are not too much different. The
terlalu jauh berbeda. Bentuk bukaan tersebut
opening shape indicates an attempt to maximize
menandakan adanya upaya untuk memaksimalkan
ventilation in the house.
ventilasi di dalam bangunan.

Tinjauan Bagian Atas Rumah Godang dan


Lontik The Upper Section Overview of Godang and

Atap Lontik Houses

Secara umum bentuk atap rumah godang dapat Roof

dikategorikan sebagai belah bubung dan rumah lontik In general the Godang house roofs can be categorized
berbentuk lontik. Material atap rumah eksisting as a split ridgepole and the Lontik house as a lontik-
terbuat dari atap seng gelombang yang didatangkan shaped. The existing roof materials are ironshetting
dari luar daerah. imported from outside the region.

58

58 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Bahan Bangunan Building Materials

Material Bahan Bangunan Rumah Godang - Building Materials of Godang House

Tabel 3.1.Jenis Bahan Bangunan Rumah Godang - Table 3.1 Types of Building Materials Godang House

Komponen Bangunan - Jenis Bahan Bangunan - Building Materials Type


Building components

Atap - Roof Seng - Iron Sheeting

Dinding - Wall Kayu Seminai - Seminai Wood

Lantai - Floor Kayu Seminai - Seminai wood

Tangga - Stairs Kayu kulim - Kulim wood

Pintu - Door Kayu Medang - Medang wood

Jendela - Window Kayu Medang - Medang wood

Struktur Bangunan - Building Tiang kolom dan balok serta rangka atap menggunakan kayu modang dan meranti,
structure sedangkan pondasi dari umpak yang dicor - The columns, beams and roof trusses
using Medang and Meranti wood, while the foundations of pedestals that were
concrete casted.

59

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 59


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Material Bahan Bangunan Rumah Lontik - Building Materials Lontik House

Tabel 3.2.Jenis Bahan Bangunan Rumah Lontik - Table 3.2 Types of Materials Building Lontik House

Komponen Bangunan - Jenis Bahan Bangunan - Building Materials Type


Building components

Atap - Roof Seng - Iron sheeting

Dinding - Wall Kayu Kulim/kayu dau-dau - Kulim / Dau-dau wood

Lantai - Floor Kayu Seminai - Seminai wood

Tangga - Stairs Kayu tembesu - Tembesu wood

Pintu - Door Kayu tembesu - Tembesu wood

Jendela - Window Kayu tembesu - Tembesu wood

Struktur Bangunan - Building Tiang kolom dan balok serta rangka atap menggunakan kayu, sedangkan pondasi
structure dari umpak yang dicor - The columns, beams and roof trusses using Medang and
Meranti wood, while the foundations of pedestals that were concrete casted.

60

60 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Bagian IV - Part IV
ORNAMEN PADA RUMAH MELAYU - MALAY HOUSE ORNAMENTS

Hiasan/Ornamen Decoration/Ornaments
Rumah ini memiliki cukup banyak ornamen berupa The Malay house has a lot of ornaments in the form of

ukiran mengingat rumah ini merupakan rumah ketua cravings considering this house is the house of the adat

adat dan bukan rakyat biasa. Ornamen tersebut antara leader and not the common people. The ornaments are

lain terdapat pada atap (selembayung), dinding, pintu, placed in the roof (selembayung), walls, doors,

jendela dan lubang ventilasi. Ornamen yang ada windows and ventilation holes. The color in this

dirumah ini warnanya tidak khusus tapi mengikuti ornaments are not particular but it follows the original

warna rumah aslinya. Ornamen yang paling banyak color of the houses. Most of the ornaments are on the

terdapat pada sisi kanan dan kiri dinding pada rumah right and left sidewalls of the house and also on the

dan sisi bagian bawah pada dinding. bottom side of the wall.

Ornamen yang terdapat pada rumah tradisional didesa The ornaments found in traditional houses in Koto

Koto Sentajo ini antara lain terdapat pada tiang balok Sentajo village are partly located on the beam in the

pada ruang tengah, lisplang, dinding bilik, sisi teras, living room, lisplank, walls, porch and stairs.

dan tangga.
Berdasarkan hasil identifikasi, kebanyakan rumah Based on the identification, most of the traditional

tradisional Melayu, yang merupakan rumah rakyat tidak Malay house, which is common people house do not

memiliki ornamen/ragam hias sama sekali. Ornamen have ornaments/decorations at all. Ornaments tend to

cenderung ditemukan pada rumah bangsawan atau be found in a noble house or tradition houses, with

rumah adat, dengan bentuk yang bervariasi, terutama varying shapes, especially patterned plants. The

bermotif tumbuh-tumbuhan. Ornamen tersebut dapat ornaments may be images/paint and craving, which is

berupa gambar/cat maupun ukiran, dimana biasanya usually found on sections of the roof, walls, doors,

terdapat pada bagian pada atap dinding, pintu, jendela windows and ventilation holes. Especially the carved

dan lubang ventilasi. Khusus pada ornamen ukiran ornaments on the roof, selembayung tunjuk langit, are

pada atap, selembayung tunjuk langit juga ditemukan seen in some common people's houses. This ornament

pada beberapa rumah rakyat. Ornamen ini dinilai is a differentiator between Malay in Riau mainland with

pembeda antara rumah Melayu Riau daratan dengan the Riau islands. Meanwhile, when compared, there is

61

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 61


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
kepulauan. Sementara bila dibandingkan, ragam more varied range of ornaments found in the houses of
ornamen lebih bervariasi ditemukan pada rumah-rumah Malay in Riau mainland compared to the Riau islands.
Melayu di Riau Daratan dibandingkan dengan rumah-
rumah di Riau kepulauan.
Ukiran atau Motif Carving or Patterns

Seni Ukir terdapat pada rumah-rumah ,alat-alat rumah Carvings are found on houses, household tools, fishing

tangga alat penangkap ikan, alat persenjataan, alat equipment, weapon tools, water vehicle tools and

kenderaan air dan peralatan upacara-upacara. Secara ceremony equipments. It is not sure where the origins

pasti belumlah dapat diketahui dari mana asal usul of these carvings were. Carving with leaves, flowers and

ukiran ini. Ukiran dengan motif-motif daun-daunan, animals pattern has been developed in the days of

bunga dan binatang ini sudah berkembang di zaman Pelalawan empire and kingdoms before. How important

kerajaan Pelalawan dan kerajaan-kerajaan sebelumnya. the carvings in ancient times is proofed by relics of old

Betapa pentingrya seni ukir di zaman silam dibuktikan remains, in addition to information from the elders and

dengan peninggalan-peninggalan lama yang masih chief leaders of local communities. There are several

tersisa, disamping keterangan dari para orang tua-tua types of carvings found in the traditional Malay house

pemuka masyakat dan kepala adat setempat. Ada among others are dragon carvings, flower carving,

beberapa jenis ukiran yang terdapat di rumah diamond carving, star carvings, nail carving, bird

tradisional melayu antara alain ukiran awan larat, ukiran carvings, “itik sekawan”, kuntum tak jadi” carvings,

bunga-bungaan, ukiran itik sekawan, ukiran bintang- “kisi-kisi larik” carvings, hanging bees carvings, “awan

bintangan, ukiran paku, ukiran burung-burungan, ukiran larat” carvings, bamboo shoots carvings, “sayap laying-

wajik, ukiran kuntum tak jadi, kisi-kisi larik, ukiran lebah layan” carvings, “selembayung” carvings, “siku keluang”

bergantung, naga-nagaan, ukiran pucuk rebung, ukiran carvings, “tanggam bersanggit” carvings, “takuk

sayap laying-layang,ukiran selembayung, ukiran siku bersusun” carvings, “combak berlenggek” carvings dan

keluang, ukiran tanggam bersanggit, ukiran takuk “umbang” carvings.

bersususn, ukiran combak berlenggek dan ukiran


umbang.

62

62 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Beberapa jenis ukiran yang ditemukan pada rumah Lontik antara lain:
Some types of carvings found in the house Lontik among others:
Tabel 4 - 1 Jenis Ukiran/Motif Pada Rumah Melayu - Table 4.1 Types of Craving/Patterns in Malay House
Bentuk Ornamen - Shape Ornament Nama Motif - Name Makna - Purpose
Ular menggantung Penjaga/pelindung dari marabahaya
Hanging snake Guard / protector of peril

Trisula Pengaruh dari kebudayaan Hindu


Trident The influence of Hindu culture

Keris Ada sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh


kasat mata
Keris There is something that can not be seen
by the naked eye

Gasing Identik dengan ilmu hitam


Gasing Identical to black magic

Tumbuhan dan Bunga Melambangkan sifat perempuan yang


lembut
Plants and flowers Reflects the nature of women's tenderness

63

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 63


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Bentuk Ornamen - Shape Ornament Nama Motif - Name Makna - Purpose
Ukiran pada dinding
pembatas
Wall barrier carving

Ukiran pada dinding


Wall carvings

Ornament pada jendela


yang berfungsi sebagai
ventilasi
Ornaments on the windows
for ventilation

Ukiran pada dinding,


berfungsi sebagai ventilasi
The carvings on the walls,
serves as a ventilation

64

64 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Bentuk Ornamen - Shape Ornament Nama Motif - Name Makna - Purpose
Ukiran pada tangga Tangga yang berjumlah 5 buah anak
tangga yang melambangkan rukun Islam.
Dalam pepatah adat dikenal dengan istilah
Bajonjang naiak batanggo tughun,
maknanya ada tingkatan yang harus dilalui
dalam musyawarah. Terdapat sandaran di
anak tangga tempat duduk anak gadis
menyisir rambut. di pucuk tangga terdapat
pananggahan sebagai tempat
mengucapkan salam sebelum masuk dan
tempat pengumuman keputusan
musyawarah.
Stairs carving Stairs with 5 steps symbolizing the five
pillars of Islam. In the traditional saying
known as Bajonjang naiak batanggo
tughun, meaning there are levels that
must be passed in the meeting. The
backsupport in the steps is for the girls
combing their hair. At the top of the stairs
there is pananggahan placed as a greeting
before entry and a consensus decision
announcement.

65

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 65


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Bagian V - Part V
PENUTUP - CLOSING

Suku Melayu di Indonesia selain terdapat di Provinsi Malay ethnic groups in Indonesia are found in North
Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Sumatera, Riau Islands, Jambi, South Sumatra, Bangka
Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat, juga Belitung and West Kalimantan, also in Riau Province.
terdapat di Provinsi Riau. Suku Melayu di Provinsi Riau Malay tribe in Riau Province also has a traditional house
juga memiliki rumah tradisional yang tak kalah menarik, that is not less interesting, and has unique and unique
dan memiliki nilai – nilai arsitektur yang khas dan unik. architectural values. Among the traditional Malay houses
Diantara rumah tradisional Melayu yang ada di Provinsi in Riau Province, there are 2 (two) traditional houses
Riau terdapat 2 (dua) rumah tradisional yang dikenal known as Rumah Lontik located in Kampar Regency and
dengan Rumah Lontik yang terdapat di Kabupaten Rumah Godang in Kuantan Singingi Regency, Riau
Kampar dan Rumah Godang di Kabupaten Kuantan Province. Visually the typology of the two traditional
Singingi Provinsi Riau. Secara visual tipologi kedua houses looks different from the shape of the roof, and
rumah tradisional tersebut tampak berbeda dari bentuk the front of the house wall. Roof shape Lontik House flick
atap, dan dinding rumah bagian depan. Bentuk atap or curve on the right and left side of the roof of the
Rumah Lontik melentik atau melengkung pada bagian house, and the front wall of a boat-shaped house that
sisi kanan dan kiri atap rumah, dan dinding bagian depan indicates the Malay tribe in this region love to wander.
rumah berbentuk perahu yang menandakan suku Melayu Rumah Lontik is usually called Rumah Lontiok, Rumah
didaerah ini gemar merantau. Rumah Lontik biasa Lancang or Rusmah Pencalang. While the shape of
disebut Rumah Lontiok, Rumah Lancang atau Rumah Godang's roof roof resembles a spindle or stratum
Pencalang. Sementara bentuk atap rumah Godang commonly called the roof batingkek
menyerupai belah bubung atau bertingkat yang biasa
disebut atap batingkek.

66

66 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
rumahruang
Pola yangdi satu
rumahdengan
Lontiklainnya.
dan Godang
Terkadang
juga hampir Spatial patterns in the house Lontik and Godang also
tidak semua
rumah terdiri
sama, memiliki
dariakses
ruanglangsung
depan, ruang
terhadap
tengah
jalan
danutama, almost the same, consisting of the front room, living
ruang namun
harus melalui
belakang pekarangan
dengan peletakan rumah tetangga
yang sudah yang ada room
disesuaikan di and back room with the laying that has been
depannya.
dengan fungsi dan kedudukannya masing – masing. adapted to the function and position respectively - each.
Demikan juga dengan sistem struktur dan kontruksi Similarly with structural systems and constructions made
yang keseluruhannya terbuat dari kayu, dan entirely of wood, and using a peg type connection
menggunakan jenis sambungan pasak yang diperkuat reinforced by wooden spikes and foundation foundations
oleh paku yang terbuat dari kayu dan pondasi pondasi with natural stone as a base.
umpak dengan batu alam sebagai alas.
The second building material of traditional house made
Bahan bangunan kedua rumah tradisional terbuat dari of local wood which formerly existed in the forest
kayu lokal yang dahulunya terdapat di hutan sekitar around the village. The components of the center of the
perkampungan. Komponen bagian tengah rumah Lontik house Lontik made of wood Baniawan, Kayu Kulim,
terbuat dari kayu Baniawan, Kayu Kulim, Seminal dan Seminal and Tembesu. While the components of Godang
Tembesu. Sementara komponen Rumah Godang terdiri House consists of wood Seminal, Kulim, Meranti and
dari kayu Seminal, Kulim, Meranti dan Medang. Bahan Medang. The roof material of both traditional houses is
atap kedua rumah tradisional saat ini sudah terbuat dari now made of zinc, with more practical reasons and the
seng, dengan alasan lebih praktis dan langkanya bahan scarcity of fibers currently. The process of establishing
ijuk saat ini. Proses pendirian Rumah Lontik dan Rumah Rumah Lontik and Rumah Godang also can not be
Godang juga tidak lepas dari aspek teknis bangunan, separated from the technical aspects of the building,
aspek sosial dan budaya yang di wujudkan dalam acara social and cultural aspects embodied in traditional
- acara adat. events.

67

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 67


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Pola permukiman tradisional rumah Lontik saat ini The traditional settlement pattern of Lontik house has
sudah mulai menghilang. Satu persatu penghuni rumah now disappeared. One by one residents of the house
lontik mulai meninggalkan rumah dengan alasan lontik start to leave the house on the grounds of
merantau atau beralih pada rumah modern yang dirasa wandering or switch to a modern home that is more
lebih mengakomodasi. Sementara permukiman Rumah accommodating. While the residence of Godang House
Godang di Kabupaten Kuantan Singingi masih terlihat in Kuantan Singingi Regency still looks exist even
eksis meskipun satu persatu penghuninya juga mulai though one by one its inhabitants also began to replace
mengganti rumahnya dengan rumah modern. his house with modern house.

Pada dasarnya keseluruhan komponen dan elemen Basically all components and elements of Rumah Lontik
Rumah Lontik dan Rumah Godang sangat merespon and Rumah Godang are very responsive to the
lingkungan yang ada di sekitarnya. Mulai dari bentuk surrounding environment. Starting from the shape of
struktur panggung, pintu, jendela, bukaan dan jalusi the stage structure, doors, windows, openings and
serta ventilasi yang terdapat di rumah tersebut sangat jalousies as well as the ventilation contained in the
memungkinkan untuk pergerakan angin yang sangat house is very possible for the movement of the wind
leluasa, sehingga dapat memberikan kenyamanan very freely, so as to provide thermal comfort for
termal bagi penghuninya senantiasa. residents always.

Sudah saatnya keberadaan Rumah Lontik dan Godang It is time for the existence of Rumah Lontik and
perlu dijaga kelesatariannya agar tidak sampai punah Godang need to be kept kelesatariannya so as not to
dan tidak dikenali oleh generasi berikutnya. Salah satu extinct and not recognized by the next generation. One
caranya dengan mempelajari dan mengenali local way to learn and recognize local knowledge contained
knowledge yang terkandung yang terkandung pada in the traditional house for home applications in the
rumah tradisional tersebut untuk aplikasi rumah di future.
masa yang akan datang.

68

68 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
DAFTAR PUSTAKA - BIOGRAPHY

Anonim. 2009. Laporan Akhir Penelitian Desa-Desa Tradisional di Provinsi Bali, NTB, dan NTT. Balai Pengembangan
Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar.
Anonim. 2010. Laporan Akhir Kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi Arsitektur Rumah Tradisional Batak di Provinsi
Sumatera Utara (Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, dan Pak-pak/Dairi). Loka Teknologi Permukiman Medan.
Hasyim, W. dan Nasir, A.H.. 2011. “The Traditional Malay House”. Institut Terjemahan Negara Malaysia Berhad. Kuala
Lumpur.
Husny, M.L.. 1976. Bentuk Rumah Tradisi Melayu. Medan.
Hutagalung, Ostovia dan Harsono, Syafiz. 2008. Mengembalikan Citra Melayu pada Wajah Kota Medan. Universitas
Sumatera Utara
Nasution, F. dan Sembiring, A.B.. Budaya Melayu. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Sinar, Tengku Lukman. 1993. Motif dan Ornament Melayu. Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Seni Budaya
Melayu. Medan.
Yuan, L.J. 1987. “The Malay House: Rediscovering Malaysia’s Indigenous Shelter System”. Institut Masyarakat. Pulau
Pinang.
Rumah Lancang (Rumah Tradisional Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1917.
diakses Tanggal 13 Februari 2012

69

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 69


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
BIODATA PENULIS – AUTHORS BIOGRAPHY

Agus Sarwono, Lahir di Jakarta tanggal 09 Oktober 1960. Pendidikan S1 Jurusan


Teknik Mesin ISTN Jakarta 1990, dan S2 pada Universitas Winaya Mukti Bandung
Program Pendidikan Pasca Sarjana Program Studi Magister Manajemen Sumber Daya
Manusia (SDM). Sejak tahun 2016 Kepala Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jabatan fungsional Perekayasa
Madya sejak 29 Juni 2009. Karya Tulis Ilmiah: Audit Energi Gedung Blok B1 Departemen
Pekerjaan Umum Sebagai Implementasi Inpres No. 10 Tahun 2005 tentang
Penghematan Energi (Oktober 2009), Konsep Model Penyertaan Masyarakat Dalam
Pengelolaan Resiko Kebakaran Melalui Pemberdayaan Balakar (Satlakar) dan Faktor-
Faktor Pendukungnya (Oktober 2010), Kriteria Kelayakan Penerapan Fire Safety
Management (FSM) pada Bangunan Gedung dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
(April 2011), Peningkatan Layanan Institusi Pemadam Kebakaran Melalui Penerapan
Rencana Induk Kebakaran (RIK) Studi Kasus Kota Pontianak Kalimantan Barat (Agustus
2011). Pembicara: Sertifikasi Layak Fungsi Guna Menjamin Bangunan Gedung Temu Wicara Regional VI Jabar Banten
Forum Komunikasi Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 25 Juli 2008, Fire Proofing in
Regulation Seminar Fire Proofing Asosiasi Coating Indonesia Jakarta 11 Maret 2010, Standar Mendukung Pemberlakuan
Green Building di Indonesia Badan Standarisasi Nasional (BSN) Jakarta 7 Desember 2011. Penanggung jawab:
Kegiatan Identifikasi Sebaran dan Tipologi Rumah Tradisional Melayu di Jambi dan Sumatera Selatan (2016),
Identifikasi Sebaran dan Tipologi Rumah Tradisional Melayu di Bangka Belitung dan Kalimantan Barat (2017).

Racmat Pramudji, SST, MT, sebagai Koordinator penulisan Buku “Eksplorasi Arsitektur
Sumatera Edisi Etnis Melayu (Godang & Lontik)” Lahir di Bandung tanggal 03 Juli 1971.
Pendidikan D3 Jurusan Teknik Sipil, D4 Jurusan Teknik Sipil dan S2 pada Sekolah Pasca
Sarjana Program Studi Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Bekerja sebagai PNS sejak tahun 1994 diKantor Pusat Litbang
Permukiman Bandung, Kepala Loka Teknologi Permukiman Cilacap (2012-2016), Kasi
Layanan Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan (2016-sekarang).

70

70 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Dany Cahyadi, Lahir di Bandung tanggal 1 April 1981. Meraih gelar sarjana Teknik
Sipil dari Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung pada tahun 2003 dan gelar
Magister Teknik Sipil dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta tahun 2014. Mulai
bekerja di Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Balitbang, Kementerian PUPR pada
tahun 2006 sebagai staf teknis di Balai Bahan Bangunan dan menjadi fungsional
peneliti bidang bahan bangunan pada tahun 2009 sampai dengan sekarang. Dari
tahun 2006-2016 telah banyak terlibat di berbagai kegiatan penelitian baik sebagai
ketua tim maupun koordinator. Sebagai fungsional peneliti muda telah banyak karya
tulis ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional terakreditasi. Jabatan saat ini yaitu
sebagai Kepala Seksi Penyelenggara Teknis, Balai Litbang Perumahan Wilayah I
Medan.

Dian Taviana, lahir pada tanggal 08 Nopember 1964 di Langsa. Gelar Sarjana Teknik
Sipil diperoleh dari Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Medan. Masuk menjadi
Pegawai Negeri Sipil di Kantor Loka Teknologi Permukiman Medan – Pusat Litbang
Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum tahun 1995. Jabatan fungsional perekayasa
sejak tahun 2010. Kegiatan penelitian yang pernah dilakukan tentang struktur rumah
tradisional Batak Toba, rumah tradisional Nias Selatan, rumah tradisional melayu di
Provinsi Riau, rumah tradisional di Provinsi Sumatera Barat dan Kenyamanan termal
rumah tradisional Toba, Nias Utara, Riau dan Padang. Jabatan saat ini yaitu sebagai
Kepala Sub Baian Tata Usaha, Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan.

Asnah Rumiawati, Lahir di Medan tanggal 11 Oktober 1970. Pendidikan S1 Jurusan


Teknik Kimia, dan S2 pada Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan (PSL) Universitas Sumatera Utara. Bekerja sebagai PNS sejak
tahun 1999 di Kantor Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan, Kementerian Pekerjaan

71

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 71


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Umum dan Perumahan Rakyat. Jabatan fungsional Peneliti Pertama sejak tahun 2014. Kegiatan penelitian yang
dilakukan sejak tahun 2010 meliputi identifikasi arsitektur rumah tradisional (2010 – 2014), kenyamanan termal pada
rumah tradisional (2013 dan 2015) , dan penerapan taman atap ( roof garden) pada atap seng dan atap beton, serta
Pemanfaatan Tumbuhan Air Untuk Meningkatkan Kualitas Air.

Gun Faisal, Lahir di Taluk Kuantan, Kuantan Singingi, Riau, tanggal 31


Oktober 1988. Meraih gelar Sarjana Arsitektur dan Magister Arsitektur dari
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 2011 dan 2013. Bekerja
sebagai Tenaga Pengajar pada Program Studi Arsitektur Universitas Riau
sejak 2014. Aktif meneliti rumah tradisional dan vernakular sejak tahun
2012 sampai sekarang. Terlibat dalam kegiatan penelitian rumah tradisional
Balai Litbang Permukiman Wilayah I Medan yaitu Prototipe Bahan
Bangunan Dinding Kulit Kayu Laminasi untuk Masyarakat pedalaman di
provinsi Riau (2016). Selain itu Melakukan Penelitian Mandiri meliputi;
Tipomorfologi Rumah Suku Talang Mamak: Studi Kasus Di Kecamatan Rakit
Kulim Indragiri Hulu Riau (2013), Kajian Arsitektur Vernakular Pesisir:
Konstruksi Rumah Suku Akit Di Pulau Rupat (2016).

Tani Frisda lahir di Pereulak ( Aceh Timur ) pada tanggal 26 Desember 1982.
Tamatan Sarjana Teknik Sipil ini mulai menjadi PNS tahun 2011 dan bekerja di
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ( 2011 – Maret 2014 ) dan
sejak April 2014 – sekarang bekerja di Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan,
Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Fungsional Peneliti
Pertama. Kegiatan penelitian yang pernah dilakukan yaitu penelitian tentang
struktur rumah tradisional (2013 – 2015). Penelitian tentang keberterimaan rumah
murah dengan bahan bangunan dan kearifan lokal di Provinsi Aceh (2015)

72

72 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Anikmah Ridho Pasaribu, Lahir di Janjimartahan (Samosir) tanggal 8 Mei 1990.
Meraih gelar A.Md dari Institut Pertanian Bogor di bidang Teknik dan Manajemen
Lingkungan pada tahun 2010. Diterima sebagai PNS pada Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat pada tahun 2010 dan mulai aktif bekerja di Balai Litbang
Perumahan Wilayah I Medan sejak Februari 2011 sebagai staf teknis. Sebagai pembantu
peneliti, terlibat dalam kegiatan penelitian rumah tradisional yang meliputi Identifikasi
Arsitektur Rumah Tradisional Nias dan Melayu (2011), Identifikasi Arsitektur Rumah
Tradisional Melayu Riau dan Kepulauan Riau (2012), Identifikasi Pola Sebaran dan
Tipologi Perumahan Tradisional Melayu (2014), Kajian Kinerja Termal Bangunan Rumah
Tradisional Melayu Lontik dan Godang di Provinsi Riau (2013), serta Kajian Kinerja
Termal Bangunan Rumah Tradisional Melayu (2015). Kegiatan penelitian lainnya adalah
Pengolahan air bersih dengan metode filtrasi di Kabupaten Deli Serdang (2012), serta penerapan taman atap (roof
garden) pada bangunan atap seng (2014) serta penerapan taman atap (roof garden) pada atap beton (2014).

Heri R. H. Lumbantobing dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1986 di Porsea, Toba


Samosir. Meraih gelar A.Md. Politeknik Negeri Medan pada Tahun 2008 di bidang
Teknik Sipil dan menyelesaikan Gelar Sarjana S1 Teknik Sipil pada Tahun 2014 di
Universitas Indonesia. Diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil pada tahun 2010 dan
mulai aktif bekerja di Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai salah satu staf teknis.
Semenjak bekerja sebagai PNS telah mengambil peran dalam penelitian terkait
kehandalan struktur rumah tradisional Batak Toba, Melayu dan Minangkabau.

73

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 73


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Uma Meriah Siregar, Lahir di Medan tanggal 21 Juni 1988. Meraih
gelar Sarjana Arsitektur dari Universitas Medan Area pada tahun
2011. Mulai bekerja pada Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat pada tahun 2011 -2012. Kemudian aktif lagi pada
tahun 2015 sebagai pembantu Lapangan, terlibat dalam kegiatan
penelitian rumah tradisional yang meliputi Identifikasi Arsitektur
Rumah Tradisional Nias dan Melayu (2011), Identifikasi Arsitektur
Rumah Tradisional Melayu Riau dan Kepulauan Riau (2012), Kajian
Kinerja Termal Bangunan Rumah Tradisional Melayu (2015). Serta
sebagai ketua tim dalam kegiatan penelitian rumah tradisional yang
meliputi Identifikasi Sebaran dan Tipologi Rumah Tradisional melayu
di Jambi dan Sumatera Selatan (2016).Dan saat ini terlibat sebagai ketua tim kegiatan Identifikasi Sebaran dan Tipologi
Rumah Tradisional Melayu di Bangka Belitung dan Kalimantan Barat.

Marlina Irene Hutagalung, Lahir di Pematangsiantar tanggal 16 Mei 1991. Meraih


gelar Sarjana Sosial dari Universitas Sumatera Utara pada tahun 2013. Diterima
sebagai PNS pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun
2015 dan mulai aktif bekerja di Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan sejak Mei
2016. Sebagai pembantu peneliti, terlibat dalam kegiatan penelitian rumah tradisional
yang meliputi Identifikasi Sebaran dan Tipologi Rumah Tradisional melayu di Jambi dan
Sumatera Selatan (2016). Selain itu, saat ini sedang ikut terlibat pada kegiatan Model
Rancangan Penanganan Perumahan Masyarakat Anak Dalam sebagai ketua tim (2017)
dan Identifikasi Sebaran dan Tipologi Rumah Tradisional Melayu di Bangka Belitung
dan Kalimantan Barat.

74

74 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Razakiko Harkani Lubis, lahir di Kota Bukittinggi tanggal 21 April
1991. Merupakan anak ke-dua dari lima bersaudara. Meraih gelar
Sarjana Sosial dari jurusan Antropologi Universitas Sumatera Utara pada
tahun 2014. Mulai bekerja pada Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat pada tahun 2016. Selama berkarier di Balai Litbang
Perumahan Wilayah-1 Medan telah terlibat dalam berbagai kegiatan
penelitian, diantaranya ialah: Pemetaan Karakteristik Sistem Sanitasi
Permukiman Tepi Danau di Sumatera (2016), Identifikasi Sebaran dan
Tipologi Rumah Tradisional Melayu Bangka Belitung dan Kalimantan
Barat (2017), dan Model Rancangan Penanganan Perumahan Kampung
Masyarakat Anak Dalam (Orang Rimba) di Jambi (2017).

Nanda Pratama Putra, lahir di kota Medan pada tanggal 11 Mei 1988. Meraih
gelar Sarjana Teknik Sipil dari Universitas Islam Sumatera Utara pada tahun 2012.
Mulai bekerja di Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun
2011. Selama bekerja telah terlibat dalam kegiatan penelitian terkait Identifikasi
Arsitektur Rumah Tradisional Melayu Riau dan Kepulauan Riau, Kehandalan
Struktur Rumah Tradisional Batak Toba, Melayu dan Minangkabau, dan
Kenyamanan Termal Pada Rumah Tradisional.

75

EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK) 75


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)
Ridho Kurnia, lahir di Kota Cane pada tanggal 9 Agustus 1990. Telah menamatkan
pendidikan di bangku Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Simpang Kiri,
Subulussalam pada tahun 2010. Mulai bekerja sebagai Pembantu Lapangan di Balai
Litbang Perumahan Wilayah 1 Medan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat pada tahun 2016. Adapun kegiatan penelitian yang pernah diikuti,
diantaranya ialah: Prototipe Bahan Bangunan Dinding Kulit Kayu Laminasi untuk
Masyarakat Pedalaman di Provinsi Riau (2016-2017) dan Pemanfaatan Material
Vulkanik Gunung Sinabung untuk Bahan Bangunan (2017).

76

76 EKSPLORASI ARSITEKTUR SUMATERA Edisi: ETNIS MELAYU (GODANG & LONTIK)


ARCHITECTURAL EXPLORATION OF SUMATRA Edition: MALAY ETHNIC (GODANG & LONTIK)

Anda mungkin juga menyukai