Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696

Buku 1: ”Teknologi dan Sains“ ISSN (E) : 2540 - 7589

KONSEP TEKNOLOGI BANGUNAN TRADISONAL ARSITEKTUR MELAYU DI


DESA RANTAU BAIS, KABUPATEN ROKAN HILIR, PROVINSI RIAU

Repi Repi¹, Rika Cheris², Dian Amalia³


Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Lancang Kuning
Email: repi@unilak.ac.id, rikacheris@unilak.ac.id, dianamalia@unilak.ac.id

Abstrak
Bangunan arsitektur Melayu yang berada di desa Rantau Bais dalam
perkembangan teknologi tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat
dan budaya. Nilai, makna dan kebiasaan mendorong berkembangnya
teknologi. Bangunan arsitektur melayu yang berada di desa Rantau Bais,
Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau dari
sejarahnya merupakan Distrik pertama yang dikembangkan Belada pada
tahun 1880. Disepanjang sungai Rokan desa Rantau Bais masih terdapat
bangunan yang berumur diatas 100 tahun, berarsitektur Melayu. Tujuan
dilakukan penelitian ini untuk mengidentifikasi konsep teknologi bangunan
tradisional arsitektur melayu serta memperoleh fenomena teknologi bangunan
arsitektur Melayu khususnya di desa Rantau Bais. Untuk memperoleh tujuan
metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan
grounded theory. Pengumpulkan data, analisis dan kedudukan teori yang
memiliki hubungan satu dengan yang lainnya serta mengetahui bagaimana
kehidupan budayanya mempengaruhi teknologi bangunan. Terbentuknya
teknologi pada bangunan berarsitektur Melayu di desa Rantau Bais tidak
terlepas dari tradisi dan adaptasi masyarakatnya terhadap alam dengan
mempertimbangkan potensi lokal serta pengaruh pertukangan dari Cina.
Tradisi masyarakat desa Rantau Bais memberikan tatanan pada arsitektur
melalui ruang, bentuk dan konstruksi dengan menggunakan teknologi
sederhana dan tepat guna.

Kata Kunci: konsep teknologi bangunan tradisional

1. Pendahuluan
Desa Rantau Bais terletak di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir
Provinsi Riau. Pada tahun 1880 kenegerian yang ada di kabupaten Rokan Hilir (Kubu,
Bangko dan Tanah Putih) merupakan distrik pertama dikembangkan Belanda. Negeri ini
memiliki kekayaan alam salah satunya karet.(Repi, 2014) Keberadaan desa Rantau Bais
di tepian Sungai Rokan dan menjadi daerah singgahan perdagangan antara Pasaman,
Sumatera Barat ke Malaka dan Singapura.(Ruslan, 2013)Dimana sepanjang sungai
terdapat pusat permukiman, pemerintahan, perdagangan dan pengembangan
agama.Desa Rantau Bais secara geometri, merupakan area persegi panjang yang
berkembang sesuai dengan pola dasar sungai Rokan. Peran tokoh pemangku adat dan
ulama memiliki peran penting dalam penataan ruang kampung Rantau Bais, sehingga
desa di bagi 2 dusun yakni dusun kampung Bais dan dusun kampung teluk Sono.(Repi,
Masrul, & Amalia, 2018) Peninggalan bangunan arsitektur Melayu memiliki bentuk khasan
dan unik. Bangunan-bagunan yang berada di tepian sungai Rokan rata-rata berumur
diatas 100 tahun, khususnya bangunan rumah tinggal dulunya dibangun dari uang
pemberian Belanda yang disebut uang kopun yakni pembagian cuma-cuma dari Belanda
dengan syarat setiap kepala keluarga memiliki kebun karet. Pembangunan rumah dengan
mendatangkan tukang Cina dari Singapura, sehingga terdapat beragam gaya arsitektur.
Tidak hanya bentuk arsitektur, lingkungan dan alam yang kaya masih terjaga secara
alamiah hal ini dikarenakan desa Rantau Bais memiliki aturan hukum adat yang kuat dan
masih dijalankan serta dipatuhi oleh masyarakat setempat. Bangunan tradisional yang

1.67.1
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknologi dan Sains“ ISSN (E) : 2540 - 7589

berarsitektur Melayu pada kawasan ini berbentuk rumah panggung dengan konstruksi
dari kayu, beberapa rumah sudah ada yang rusak atau lapuk dikarenakan usianya
dantidak terawat dengan baik karena ditinggal pemiliknya. Bangunan yang berarsitektur
tradisional Melayu merupakan kearifan lokal memiliki gagasan-gagasan lokal bersifat
bijaksana, kearifan dan bernilai baik yang diikuti oleh masyarakat setempat. Sehingga
perlu di lestarikan, plestarian dalam bangunan maupun perkotaan merupakan salah satu
daya tarik bagi sebuah kawasan, dimana bangunan kono-bersejarah memberikan ikatan
kesinambungan yang erat antara masa kini dan masa lalu. (Antariksa, 2015)

2. Studi Pustaka

2.1. Arsitektur Tradisional Melayu


Dalam budaya Melayu, seni pembangunan rumah tradisional disebut dengan istilah
“seni bina, bagi masyarakat Melayu ungkapan rumah tradisional adalah “cahaya hidup di
bumi, tempat beradat berketurunan, tempat berlabuh kaum kerabat, tempat singgah
dagang lalu, hutang orangtua kepada anak” (Mahyudin Al Mudra, 2003) ”. Rumah
memiliki arti yang sangat penting karena bukan saja sebagai tempat tinggal dimana
kegiatan kehidupan dilakukan dengan sebaik-baiknya, tetapi juga menjadi lambang
kesempurnaan hidup. Secara fungsi bangunan tradisional Melayu merupakan suatu
bangunan yang utuh, dapat dijadikan tempat kediaman keluarga, tempat bermusyawarah,
tempat beradat berketurunan, tempat berlindung siapa saja yang memerlukannya.
Jenis rumah Melayu dibedakan menurut bentuk kemiringan atap, bentuk atap
seperti rumah lipat pandan, rumah lipat kajang, rumah atap layar atau rumah ampar labu,
atap limas, dan atap lontik .sedangkan tata letak rumah beruparumah perabung panjang
yaitu rumah yang sejajar dengan jalan sedangkan yang melintang jalan disebut rumah
perabung melintang.
Keberadaan arsitektur rumah tradisional Melayu Riau selain menjadi identitas
masyarakat Melayu juga berfungsi sebagai berikut: untuk mengenal asal usul jati diri
suatu bangsa, untuk mengenal pemecahan masalah lingkungan yang telah dilakukan oleh
para leluhur yang dijadikan sebuah pedoman atau arahan untuk generasi sekarang dan
mendatang.

2.2. Kearifan Lokal dalam Masyarakat


Secara umum kearifan lokal dipahami sebagai gagasan-gagasan lokal yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan dan bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh masyarakat
(Soumilena & Nicoll, 2010). Kearifan lokal perlu dijaga, dilindungi dan dilestarikan agar
tidak punah, dikarenakan sangat penting. Setiap kearifan lokal (lokal wisdom) teruji
secara alamiah dan bernilai baik, dikarenakan dilakukan berulang-ulang yang akan
mengalami penguatan (reinforcemen) dengan berjalannya waktu.
Penelusuran kearifan lokal dimasyarakat dapat dilakukan dengan pengamatan
suatu kelompok yang terorganisir, mewakili masyarakat tersebut. Kearifan lokal menjadi
penting dan bermanfaat ketika masyarakat lokal mewarisi sistem pengetahuan mau
menerima dan menjadikan pengetahuan sebagai bagian dari kehidupan (Santosa & Edi,
2011) Pada masyarakat Melayu bentuk, ruang, konstruksi dan tata letak serta jenis
material bangunan menjadi pertimbangan dalam membangun. Tradisi ini dilakukan secara
turun temurun, maka beberapa daerah peran kepala suku, pemimpin agama sangat
berperan dalam membangun, sedangkan tukang hanya terlibat dalam proses
pelaksanaan atau melihat ketepatan dalam ukuran bangunan. Dalam kehidupan
masyarakat kearifan lokal dapat berupa bentuk ide, gagasan, nilai, norma, peraturan
dalam ranah kebudayaan, sedangkan dalam kehidupan sosial berupa sistem teknologi
dan peralatan. (Koentjaraningrat, 2007)

1.67.2
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknologi dan Sains“ ISSN (E) : 2540 - 7589

3. Metodologi Penelitian
Metode penelitian untuk mengidentifikasi konsep teknologi bangunan arsitektur
tradisional Melayu di Desa Rantau Bais menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan grounded theory. Pendekatan grounded theory untuk menemukan fenomena-
fenomena atau informasi tanpa bekal teori, dengan mengumpulkan data, analisis dan
kedudukan teori yang memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Pendekatan lainya
mengetahui bagaimana kehidupan budayanya mempengaruhi teknologi bangunan,
dengan melakukan observasi dalam pengumpulan data (Groat & Wang, 2002)

4. Hasil dan Pembahasan


Perkembangan teknologi merupakan sesuatu yang terintegrasi dengan
perkembangan masyarakat dan kebudayaan, baik berupa norma, nilai, makna, keyakinan
dan kebiasaan. Sedangkan nilai kultural tertentu di dalam sebuah masyarakat mendorong
perkembangan teknologi, sebaliknya ada nilai yang justru menghambat perkembangan
nya. (Piliang, Y, 2014) Desa Rantau Bais secara geografis terletak di sepanjang sungai
Rokan dengan alamnya kaya akan hasil hutan, sehingga kehidupan masyarakatnya
bergantung dengan apa yang ada di sekitar mereka. Masyarakat desa Rantau Bais pada
masa lalu umumnya adalah petani, nelayan dan pedagang. Dalam membangun rumah
dan fasilitas lainya masyarakat Melayu memanfaatkan apa yang ada di alam. Sedangkan
bentuk arsitektur melayu, pola permukiman dan lingkungannya memiliki bentuk
kejamakan.(Rika Cheris, Repi, & Amalia, 2019)Pada bangunan arsitektur melayu memiliki
karakter yang khas dengan elemen-elemen bernilai seni arsitektur yang tinggi, mampu
menceritakan mengenai kejayaan masa lalu. Secara tipologi fungsi bangunan rumah
tinggal arsitektur Melayu dapat berupa rumah bulatan (perseorangan), rumah nelayan,
rumah pedagang, gudang, kedai/toko dan rumah toko.(Cheris & Repi Repi, 2017)
Bangunan yang berarsitektur tradisional di desa Rantau Bais secara fungsi terdiri
dari bangunan rumah tinggal dan tempat ibadah (masjid dan surau). Secara tipologi
bangunan rumah tinggal yang berada di sepanjang sungai Rokan berbentuk persegi
dengan bentuk atap limas. Berikut bentuk bangunan rumah tinggal disepanjang sungai
Rokan.

Gambar 1. Bentuk bangunan rumah tinggal yang menggukan atap limas


Sumber: Dokumentasi pribadi

Fungsi bangunan lain yang ada di desa ini adalah berupa bangunan ibadah yakni
bangunan masjid dan surau atau tempat suluk. Mengingat wilayah ini merupakan daerah
singgahan dan tempat pengembangan agama Islam. Para perantau atau pedagang yang

1.67.3
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknologi dan Sains“ ISSN (E) : 2540 - 7589

melewati sungai Rokan dari Hulu sungai menuju Melaka, sebelum melanjutkan
perjalanannya akan singgah bahkan menetap di desa ini, membangun rumah tinggal
beserta fasilitas ibadah.

Gambar 2. Bentuk bangunan surau dan masjidtertua di Desa Rantau Bais


Sumber: Dokumentasi pribadi

Bentuk bangunan baik rumah tinggal maupun tempat ibadah merupakan bangunan
rumah panggung dengan konstruksi dari kayu. Beberapa faktor yang mempengaruhi
bentuk bangunan di desa Rantau Bais adalah sejarah yang mendasari proses
terbentuknya budaya, iklim dan potensi lokal. Berdasarkan sejarah bangsa melayu dalam
membangun terjadi proses pembauran teknologi dengan beberapa Negara maritime
dengan puncaknya abad ke- 16 saat bangsa Mongolia mengadakan ekspansi militer.
Bentuk rumah panggung tidak hanya dimiliki oleh negeri-negeri yang termasuk jaringan
perdagangan internasional Malaka, namun terdapat juga di negeri-negeri Asia Tenggara
bagian Selatan dari Asia Timur Jauh termasuk Jepang dan pulau Madagaskar disebelah
timur Benua Afrika.(Susanto et al., 2003) Masyarakat desa Rantau Bais pada saat itu juga
memiliki mata pencaharian dengan berdagang hingga ke Malaka serta nelayan dan juga
pembuat perahu.
Dalam membuat rumah panggung masyarakat Melayu umumnya pelaut dan
pembuat perahu dan sekaligus pembuat rumah, Istilah rumah panggung memiliki
kemiripan dengan dengan istilah sebuah perahu. Kaitan antara perahu dan rumah adalah
dari kelebihan dan kesederhanaan pembuatan perahu diangap memiliki kesamaan
dengan cara membuat rumah panggung.Sehingga rumah panggung dikatakan bagaikan
perahu yang terapung di darat. Kesamaan istilahnya berupa: Tiang dipakai sebagai
tongggak panjang untuk menyokong rumah, pada perahu untuk memasang layar, lantai
digunakan pada bagian bawah rumah sedangkan di perahu untuk geladak perahu, tebar
layar bermakna kain yang dibentangkan untuk menadah angin di perahu, pada rumah
melayu menunjukkan bagian ujung rumah yang berbentuk segitiga yang menutupi ruang
antar dua kasau yang bersilang dan menyambung papan tidak menggunakan paku serta
rusuk(Susanto et al., 2003) Rumah tradisional di desa Rantau Bais berbentuk rumah
panggung, dikarenakan letak desa berada di tepian sungai dan waktu-waktu tertentu air
sungai meluap yang mengakibatkan banjir.
Pembangunan beberapa rumah yang berada di tepian sungai Rokan dengan tahun
bangunan di atas 100 tahun, pembangunannya oleh tukang Cina yang di datangkan dari
Singapura. sehingga pengaruh dari pertukangan Cina terdapat pada bangunan yang ada.
Salah satunya penggunaan pondasi umpak, terbuat dari guci yang Bahasa melayu adalah
takeyang merupakan peralatan khas dari Cina. Dimana guci atau take menjadi pondasi
bangunan rumah tinggal. Sistem pemasangan guci dengan kondisi kosong yang
ditelungkupkan bagian atasnya ke tanah, sedangkan bagian bawahnya menjadi alas dari
tiang bangunan. Selain itu juga bentuk pola ventilasi yang berbentuk bulat yang umumnya
digunakan oleh rumah-rumah para pendatang Cina yang ada di Bagan Siapiapai,
kabupaten Rokan Hilir.

1.67.4
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknologi dan Sains“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Gambar 3. Pondasi umpak bangunan dari guci atau take


Sumber: Dokumentasi pribadi

Tiang bangunan rumah tinggal berupa kayu balok berbentuk persegi dengan jenis
kayu modang, sambungan kayu yang di gunakan pada balok lantai dan tiang rumah
menggunakan sambungan pen dan lobang. Konstruksi bangunan baik pada lantai,
dinding dan atap terlihat sederhana dan tepat guna.

Gambar 4. Sambungan kayu pada bangunan rumah


Sumber: Dokumentasi pribadi

5. Kesimpulan
Bangunan tradisional desa Rantau Bais memiliki nilai-nilai yang ada di masyarakat,
dengan ungkapan rumah tradisional adalah cahaya hidup di bumi, tempat beradat
berketurunan, tempat berlabuh kaum kerabat, tempat singgah dagang lalu hal ini
membentuk tumbuhnya kampung. Faktor yang mempengaruhi bentuk arsitektur berupa
sejarah, tradisi,budaya, iklim dan pertukangan cina, hal ini yang mendorong
perkembangan teknologi pada masyarakat Rantau Bais dalam bentuk sederhana.Tradisi
pada masyarakat Melayu memberikan suatu jaminan untuk melanjutkan kontinuitas akan
tatanan sebuah arsitektur melalui persepsi ruang, bentuk, dan konstruksi yang dipahami
sebagai sebuah warisan, yang akan mengalami perubahan secara perlahan melalui
suatu kebiasaan.

Daftar Pustaka
Cheris, R., & Repi Repi. (2017). Inventory of Heritage Building in Kampung Bandar
Senapelan Pekanbaru City, RIAU. In IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science (Vol. 97). https://doi.org/10.1088/1755-1315/97/1/012021

Koentjaraningrat. (2007). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta.

Piliang, Y, A. (2014). Transformasi Budaya Sains dan Teknologi Membangun Daya

1.67.5
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknologi dan Sains“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Kreativitas. Jurnal Sosioteknologi, Volume 13,.

Repi. (2014). Perkembangan Struktur dan Bentuk Ruang Kota Bagan Siapiapi. Arsitektur
Melayu Dan Lingkungan, 1(2), 75–94.

Repi, Masrul, W., & Amalia, D. (2018). Morfologi Desa Rantau Bais Kabupaten Rokan
Hilir. Pekanbaru.

Rika Cheris, Repi, & Amalia, D. (2019). Identifikasi Bangunan Tradisional Arsitektur
Melayu Sebagai Usulan Cagar Budaya Desa Kuapan Kabupaten Kampar, Riau.
Pekanbaru: Seminar Nasional Pakar ke 2.

Ruslan. (2013). Jas Merah Rantau Bais. Bagansiapiapi, Rokan Hilir.

Susanto, B., Fukuhima, C., Hayashi, K., Matsuda, H., Tjakradharma, I., Nakatani, N., …
Mimura, Y. (2003). Rumah Panggung, Perahu di Kota, Warisan Sejarah Arsitektur Medan.
Medan: acetate.

1.67.6

Anda mungkin juga menyukai