Bahasa Indonesia
Disusun oleh :
Jurusan
Fakultas
Universitas
Jakarta
2019
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan karunia dan rahmatnya saya bisa menyelesaikan makalah mengenai
Pengaruh Arsitektur di Indonesdia dengan baik. Serta saya juga berterima kasih
kepada Ibu selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang sudah bersedia
membimbing dan mengarahkan saya dalam proses penyusunan makalah ini.
Saya sangat berharap makalah ini akan bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan kita menyangkut pengaruh arsitektur, dan juga dapat
mengetahui dampak-dampak dari adanya arsitektur. Sekiranya laporan yang sudah
disusun ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri ataupun orang yang membacanya.
Jakarta, Mei 2019
DAFTAR ISI
Prakata.................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................... 1
3.1 Simpulan..................................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Pada tahun 1996 pariwisata mulai berkembang di NTT, keadaan ini memberikan
dampak yang cukup berarti bagi kehidupan masyarakat di Ngadha baik secara
sosial maupun ekonomi. Muncul kritik ketika rumah-rumah adat
dikomersialisasikan (dijual). Menurut kaum wanita, menjual sesuatu kepada orang
luar menghilangkan nilai sakral dan status “rumah” (Cole, 2008). Cole
menyebutkan terdapat 3 kriteria yang menjadi identitas masyarakat adat Ngadha
Nusa Tenggara Timur yakni: rumah, pakaian, bhaga (miniatur rumah), ngadhu,
batu, dan reba (upacara adat menyambut panen). Hal-hal ini banyak terpengaruhi
dengan adanya aktivitas kepariwisataan yang menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan dalam kultur masyarakat Ngadha. Satu contohnya adalah
telah diperbolehkannya wisatawan memasuki bagian sakral dari rumah tradisional
yang dulunya terlarang meski dalam jumlah yang sangat terbatas dan persyaratan
tertentu (Cole, 2008).
Arsitektur rumah tradisional dengan otentitas dan karakter tersebut seharusnya
seharusnya mempunyai nilai jual yang tinggi. Beberapa wilayah di Indonesia
banyak dipenuhi dengan latar belakang sejarah budaya dan kekayaan arsitektur
tentunya mempunyai nilai otentitas sejarah yang hanya bisa ditemui di tempat
asalnya. Nilai otentitas sejarah dan budaya yang terkandung di dalam masyarakat
tradisional tertentu dapat juga dikatakan hampir tidak mungkin diimitasi daerah
lainnya di Indonesia yang mempunyai basis kebudayaan tersendiri. Arsitektur
sebagai daya tarik juga seharusnya mempunyai nilai otentitas yang mampu
menarik wisatawan sebagai bagian dari pencarian akan pengalaman-pengalaman.
Sementara sebagaimana masyarakat lokal mempunyai peran dalam menciptakan
pengalaman wisatawan, tentunya budaya masyarakat lokal juga mempunyai peran
yang sangat signifikan dalam membentuk otentitas (McCannell, 1988). Hal ini
tentunya dapat membantu pemberdayaan masyarakat lokal dalam memelihara dan
melesatarikan kebudayaan yang dimiliki melalui perwujudan arsitektur rumah
tradisional.
Karena arsitektur adalah seni visual, sebagian besar entri secara alami memiliki
representasi grafis.(D.K Ching, 2008:15)
4
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu bentuk arsitektur candi, yaitu bangunan keagamaan atau tempat ibadah
peninggalan masa lalu yang berasal dari zaman Hindu-Buddha 2. Keindahan candi
nampak pada arsitektur, relief, serta arcanya, dan pesan yang disapaikan erat
dengan spiritualitas, kreatifitas, dan keterampilan para pembangun candinya.
Arsitektur candi yang paling terkenal adalah Candi Borobudur, yang terletak di
wilayah Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Masjid-masjid kuno memiliki ciri khas yang sangat terkait dengan daerah tempat
masjid itu berada. Misalnya saja Menara Kudus yang mirip dengan bangunan
kerajaan Majapahit. Atau juga masjid di beberapa daerah lain yang bentuknya
mirip dengan unsur bangunan zaman Hindu-Buddha.
4. Arsitektur Kolonial
Bangunan dengan arsitektur ini berkembang pada saat Indonesia dijajah Belanda
selama tiga setengah abad. Arsitektur kolonial mengarah pada gaya Belanda yang
dibangun oleh pemerintah penjajah masa itu. Selama beberapa abad tersebut, gaya
5
arsitektur pun ikut berkembang. Mulai dari khas Prancis karena pemimpinnya
kala itu merupakan mantan pimpinan Napoleon, sampai seni kaca, dan juga tren
modern Belanda yang disesuaikan iklim tropis Indonesia.2
5. Arsitektur Kontemporer
2 Rini Santoso, Pengaruh Religi Terhadap Perkembangan Arsitektur (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), hlm 37
6
3
sketsa dan gambar dengan bantuan meja gambar teknik, kini diera
sekarang lebih terpadunya menggunakan sketsa, gambar kerja dengan
bantuan komputer dengan software Auto Cad, 3D Max, Sketchup, dengan
file berupa soft copy dan hard copy berupa hasil print.
7
sedangkan kini meja gambar teknik sedikit-demi sedikit mulai
ditinggalkan diganti dengan software autocad pada komputer untuk
Dampak positif
Kawasan baru yang diberi julukan kota mandiri tersebut tidak mampu
menunjukkan kemandiriannya. Kawasan tersebut menjadi kawasan hunian yang
nyaman, tapi ketergantungan terhadap Kota Jakarta tidak dapat dilepaskan. Pada
pagi hari warga ”kota mandiri” itu berduyun-duyun menuju Jakarta, sedangkan
pada sore hingga malam hari mereka kembali berduyun-duyun meninggalkan
Kota Jakarta. Akibatnya, keberadaan kawasan baru yang dimaksudkan
sebagai ”Kota Mandiri” itu justru menambah deret kemacetan menuju Kota
Jakarta. Kehadiran bangunan-bangunan baru pencakar langit itu makin menambah
padat Kota Jakarta, yang selama ini sudah dipenuhi oleh tempat-tempat
perbelanjaan. Berdasarkan data Biro Perekonomian DKI Jakarta, di DKI Jakarta
saat ini ada sekitar 364 pusat perbelanjaan, baik yang berupa mall, toserba,
pertokoan, dan lainnya yang tersebar di lima wilayah: Jakarta Selatan, Jakarta
Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Pembangunan Arsitektur di Indonesia ini tidak hanya berdampak positif tapi juga
berdampaak negatif, ada baiknya tidak terlalu fokus pada satu dampak saja, tapi
pelajari lebih lagi agar dampak positif dan negatif dapat menjadi seimbang.
10
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
3.1 Simpulan
3.2 Saran