Anda di halaman 1dari 18

METODA PERANCANGAN ARSITEKTUR

TUGAS KE 1
“PERIODISASI SEJARAH INDONESIA KHUSUSNYA PADA ARSITETKUR BALI”

DI SUSUN OLEH:

NAMA : I GUSTI AYU AGUNG CANISHYA MITA SARI


NIM : 202062121163
KELAS : A3

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

FALKUTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS WARMADEWA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunianya saya bisa menyelesaikan Resume dari materi pada mata kuliah Metode
Perancangan Arsitektur 3 yang berisikan tentang penjelasan mengenai “Periodisasi Sejarah
Indonesia Khususnya Pada Arsitetkur Bali”
Tugas resume ini merupakan tugas ke-1 dari matakuliah Metoda Perancangan Arsitektur
3. Resume ini saya buat dengan menonton dan mempelajari terlebih dahulu materi dan video
yang telah diberikan oleh dosen pengampu. saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dari segi penyusunannya. Dalam kesempatan ini saya sebagai mahasiswa mengharapkan kritik
dan juga saran agar kedepannya ketika membuat resume agar bisa jauh lebih baik dari yang
sebelumnya.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya.

Denpasar, 28 Maret 2022

I Gusti Ayu Agung Canishya Mita Sari

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1


1.3 Tujuan Pembahasan .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2

2.1 Pemahaman Periodisasi Sejarah ....................................................................... 2


2.2 Mulai Dikenalnya Pulau Bali dan Arsitektur Bali ............................................ 2
2.3 Arsitektur Masa Pra Teks di Bali ...................................................................... 3
2.4 Arsitektur Pada Masa Klasik Di Bali................................................................ 4
2.5 Hibridasi Kebudayaan Bali ............................................................................... 5
2.6 Arsitektur Sebagai Simbol Kekuasaan ............................................................. 6
2.7 Bali Pada Pra Colonial ...................................................................................... 7
2.8 Arsitektur Bali Pada Awal Abad Ke-20 ......................................................... 8
2.9 Pariwisata Dan Arsitektur Bali ....................................................................... 10
2.10 Kapitalisme global dalam arsitektur bali ...................................................... 10
2.11 New Bali Style Dalam Arsitektur Bali ......................................................... 12
2.12 Akhir Penyusunan Periodisasi Pada Arsitektur Bali .................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 8


3.2 Saran ........................................................................................................... 8

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur merupakan ilmu dan seni perencanaan dan perancangan


lingkungan binaan (artefak), mulai dari lingkup makro seperti perencanaan dan
perancangan kota, kawasan, lingkungan, dan lansekap hingga lingkup mikro
seperti perencanaan dan perancangan bangunan, interior, furnitur, dan produk.

Arsitektur bali sangat dinamis, selalu dalam keadaan yang tidak diam,
dan selalu bergerak, dilihat dari adanya perubahan pola
kemasyarakatan/organisasi, pergantian rezim pemerintahan, dan dinamika
ekonomi. Untuk itu bagaimana cara kita mengetahui perubahan yang terjadi?
Kita perlu mempelajarinya dari masa ke masa agar kita dapat mengetahuinya
perubahan dan kemiripan yang masih terdapat dari arsitektur masa dulu dan
sekarang.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini :
1. Apa itu Periodisasi Sejarah di Indonesia dan tujuannya?
2. Bagaimana Perkembangan Arsitektur Bali dari masa ke masa?
3. Apa saja hal yang ditemukan dalam periodisasi pada arsitektur Bali?

1.3 Tujuan Pembahasan


Pembuatan makalah ini bertujuan untuk membahas salah satu masalah
desain arsitektur dan ditujukan kepada mahasiswa jurusan arsitektur pada masa
awal pendidikannya. Diharapkan setelah membaca laporan ini, mahasiswa
lebih mampu mendalami ilmu arsitektur dan pada akhirnya menjadi seorang
arsitek yang handal.

1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemahaman Periodisasi Sejarah
Periode berasal dari bahasa Yunani. “periodos”yang memiliki arti
“sirkulasi”. Makna kata tersebut adalah menunjukan pandangan pada
siklussiklus sejarah. Sebagai pengganti, disebut dengan nama “strukur sejarah”.
Periodisasi adalah sebuah tingkat perkembangan masa. Dapat dikatakan pula
pengertian periodisasi adalah pembabakan suatu masa. Periodisasi di dalam
sejarah merupakan tingkat perkembangan masa di dalam sejarah. Tujuan umum
dari periodisasi untuk mempermudah pemahaman serta pembahasan sejarah
mengenai kehidupan manusia.

Adapun tujuan lain dari periodisasi:

• Mempermudah mendapat sebuah gambaran,


• Menyederhanakan kisah sejarah,
• Mengetahui peristiwa secara kronologis dan sebagainya.

2.2 Mulai Dikenalnya Pulau Bali dan Arsitektur Bali


Bali merupakan salah satu atau destinasi yang patut dikunjungi di
Indonesia. Hampir seluruh Dunia mengenal Bali, dari sisi keromantisannya,
kebudayaannya dan tak luput Arsitekturnya. Bali baru dikenal akhir abad 19
dan awal abad 20 secara intens mulai di publikasikan ke seluruh dunia sehingga
di pertengahan abad 20 pulau bali sudah sangat di kenal di berbagai daerah. Itu
tidak lain disebabkan oleh banyaknya orang asing yang menulis buku / jurnal
tentang pulau bali. Dalam sebuah kutipan menyatakan “Arsitektur di Bali
sangat dinamis, dipengaruhi oleh faktor perubahan pola
kemasyarakatan/organisasi sosial, pergantian rezim pemerintahan, dinamika
ekonomi.

2
2.3 Arsitektur Masa Pra Teks di Bali

Arsitektur bali terus berubah dan mengalami transformasi mulai dari


prateks yang bisa ditemui di temuan-temuan arkeologis berupa kapak
genggam. yang membentuk dugaan bahwa bali telah dihuni sejak masa pra-
sejarah. Pada masa itu manusia masih menjadi pemburu dan peramu, mereka
hidup nomaden. Penemuan-penemuan akan bukti arkeologis pada Masa
Prasejara di Bali ditemukan oleh Arkeolog, hal ini disimpulkan bahwa ada
bukti manusia berkembang dan hidup disana sebelumnya. Bukti - bukti
ditemukan di Bali bagian utara dan ditemukan di sembiran, seputaran danau
batur hingga trunyan. Serta di Bali Selatan pada kawasan Pecatu terdapat bukti
arkeologis namun perbedaannya masyarakatnya sudah hidupnya menetap
tetapi masih memanfaatkan naungan yang dibentuk secara alami seperti gua.
Menurut informasi dari masyarakat mereka percaya kalau leluhur mereka
datang dari wilayah utara dan menyebar kearah selatan.

Pada masa yang lebih muda, penduduk sudah mulai mengenbangkan cara
bercocok tanam dan domestikasi binatang. Pada masa ini diperkirakan mulai
terbentuk tatanan organisasi kemasyarakatan sehingga sudah mulai timbul
bahasa. Kelompok-kelompok masyarakat ini diduga sudah menghuni sebagian
besar lahan subur di berbagai wilayah diantaranya : palasari, kediri, bantiran,
pulukan, kerambitan, payangan, ubud, pejeng, slunglung, kesiman, selat
bahkan nusa penida. Karena sudah tinggal menetap makan patut diduga sudah

3
muncul arsitektur buatan manusia. Faktor penentu utama bentuk permukiman
dan arsitektur adalah kondisi alam, dan kepercayaan lokal.

2.4 Arsitektur Pada Masa Klasik di Bali


Pada abad ke VII Rsi Markandeya dengan 800 pengikutnya datang ke
bali membangun permukiman. Tetapi mengalami kegagalan pada kesempatan
pertama. Setalh itu 400 orang berhasil membuahkan hasil. Dan mulai
membentuk permukiman, pada masa ini sudah membentuk struktur sosial.
Keturunan Rsi Markandeya menghasikan Bujangga Waisnawa, Pendeta istana.
Kemudian muncul organisai supra desa yang dimana organisasi berbentuk
sebuah sistem kerajaan.

Kemudian pada prasasti Sukawana tahun 882 menyebutkan tentang


kerajaan Singa Madawa dari dinasti Sanjaya dengan pusat pemerintahan ada
di Sukawana. Kerajaan ini diperkirakan berdiri Pada tahun 804-888. Pada
periode yang sama (835) terdapat juga kerajaan Singadwala di sekitar Pura
Besakih. Kemudian beberapa Prasasti dan Artefak juga ditemukan di daerah
Pejeng-Bedahulu, Samuan Tiga-kurti.

Arsitektur Rumah tinggal mirip seperti gua, dapur yang diletakn dekat
pintu masuk, area sakral di paling dalam dan tersembunyi.

Diberapa daerah dataran pola tempat tinggal juga masih sama yaitu :

4
• Posisi bangunan menghadap jalan
• Menetapkan pilihan ukuran-ukuran lahan. Melindungi lahan dengan
membangun paduraksa
• Menetukan letak pintu masuk.

2.5 Hibridasi Kebudayaan Bali

Percampuran budaya menjadi salah satu faktor penting dalam


memajukan kebudayaan dalam wacana transcultural, sebagai sebuah proses,
hibridisasi budaya membuka banyak peluang baru melalui interference,
combination, fusion dari berbagai pola-pola budaya. Dalam pandangan
poskolonial, hibriditas budaya dibahas sebagai tool yang dapat membantu kita
untuk mengonsumsi realitas trans-cultural dalam keadaan saat border masih
exist tetapi sebagian besar budaya tidak lagi mengenalinya. Kemajuan dalam
bidang navigasi membuka pelayaran antar pulau, mengintensifkan interaksi
antar kerajaan yang ada dipisahkan olah laut.

Dalam hibiridisasi ini kebudayaan bali dan kebudayaan jawa


memunculkan sesuatu yang baru, misalkan: kemunculan struktur tata sosial
yang baru dalam pemimpin didasari atas keturunan, memunculkan idiom
arsitektur baru dalam pengelompokkan tempat pemujaan yang lebih kompleks
bentuknya serta terpisah dan berbeda dengan rumah tinggal, memunculkan
pengelompokkan pekerjaan yang sudah terbagi- bagi.

5
2.6 Arsitektur sebagai simbol kekuasaan

Arsitektur digunakan sebagai simbol kekuasaan para raja baik dari sisi
tata ruangnya maupun sisi besarnya, ragam hiasnya, material banguan dan luas
serta megahnya bangunan.Semakin rendah bangunan maka membuktikan
bahwa semakin banyak desa-desa yang bisa dikuasai. Beberapa contoh
arsitektur puri yang mencolok dari jalanan Candi bentar, Kori Agung dan Bale
bunder.

Di Bali pra-kolonial Robinson tahun 1995 berargumen bahwa dalam


upayanya untuk mendapat pengaruh paling kuat serta pengakuan sebagai yang
paling berkuasa kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Bali berupaya untuk
menjalin kongsi ekonomi dan politik dengan kekuatan ekonomi dan politik
dari luar pulau termasuk dengan Belanda. Hal ini melahirkan hubungan dan
akulturasi unsur-unsur budaya yang diserap diadopsi dan mengalami
apropriasi serta diinternalisasi menjadi bagian arsitektur lokal.

Dari pertemanan ini memunculkan keuntungan dari segi perkembangan


aspirasi politik. Pemanfaatan arsitektur ini untuk menunjukkan bahwa mereka
memiliki afiliasi yang kuat. Banyak idiomidiom Belanda yang masuk ke dalam
aspek arsitektur misal kolom-kolom doric, bentuk segi 8, bentuk crown dan
juga idiom cina terlihat dari bentuk atap.

6
2.7 Bali Pada Pra-Kolonial

Untuk mengokohkan kedudukannya Kerajaan dibali berupaya menjalin


kerjasama ekonomi dan politik dengan kekukatan ekonomi dan politik dari luar
pulau termasuk juga dengan belanda. Kemudian melahirkan alkuturasi dimana
unsur-unsur budaya luar tersebut diserap,diadopsi, mengalami apropriasi serta
diinterminalisasi menjadi bagian dari arsitektur lokal.

Petemanan dan kerja sama yang dijalin dengan pihak luar ini berakhir
dengan pertikaian. Yang menyebabkan penaklukan kerajaan-kerajaan Bali dan
raja Bali. Yang kemudian dimanfaatkan oleh Belanda untuk mengadu domba.
Kemudian melakukan penaklukan kerjaan bali di bagian utara.

Arsitektur Belanda di Bali Utara

Keresidenan Bali dan Lombok dibentuk untuk membendung kekuatan


ekspansif pedagang-pedagang Inggris sekaligus melindungi laut disebelah
utara sebagai lintasan perdagangan kapal-kapal Belanda. Semenjak itu :

• Pelabuhan diperbaiki sehingga kapal-kapal Belanda bisa masuk.


• Gudang dan kantor dagang juga dibangun
• Penataan kota untuk mengakomodir perdagangan dikenalkan.

Studi studi mendalam tentang Bali tentang Bali mulai dilaksanakan pada tahun
1949 di akhir abad ke-19. Setelah dikuasai belanda dilakukan penataan
pelabuhan hingga bisa didatangi oleh orang China, Arab.

7
2.8 Aritektur Bali Pada Awal Abad ke 20

Dengan maju nya daerah Bali Utara membuat jalan ke daerah Selatan,
yang membuat daerah Selatan bisa ditaklukan. Yang membuat daerah Selatan
dan Utara terhubung dengan jalan-jalan yang besar. Kota denpasar pada
pemerintahan belanda.

Kemudian adanya jalan raya yang menguhubungkan bagian Utara dan Selatan
menyebabkan :

• Hambatan-hambatan fisik mulai dibatasi


• Daerah berseteru kini terhubung
• Bagian utara, yang berhubungan langsung dengan dunia luar, terhubung
dengan kawasan selatan
• Arus deras orang, ide, material, dan informasi mulai menyebar.

Kemudian di wilayah selatan, tepatnya di Denpasar mulai di tata ulang.


Bangunan pusat kota Denpasar mulai di gantikan oleh bangunan kolonial.

Kritik, Bencana dan Konservasi

8
• Penaklukan Bali bagian selatan mendapat banyak kritik di Eropa Belanda
melarang beberapa praktek yang dianggap kurang sesuai dengan standar
kehidupan mereka
• Tulisan dan publikasi tentang 'nostalgia romantisme' Bali muncul sebagai
respons atas kritik
• Imaji tentang Bali sebagai tempat yang indah, nostalgic dan eksotic terbentuk
di masyarakat luar negeri terutama Eropa dan Amerika
• Tahun 1917 terjadi gempa besar yang merusak hampir seluruh wilayah bali.
Dan warga bali harus membangun kembali wilayah Bali dengan cara baru
yang tidak disukai pihak Belanda.

Restorasi oleh Belanda di lakukan di bali misalkan dalam restorasi


terhadap pura besakih di tahun 1918 dengan dana dari Ratu Belanda. Dimana
Belanda berupaya mengembalikan citra Pulau Bali. Kemudian Belanda sendiri
mulai melihat bahwa Bali bisa dikembangkan sebagai potensi arsitektur.
Belanda melihat dari arah utara-selatan untuk bagian pariwisata. Kemudian
dari pihak Belanda juga ingin mempertahankan identitas lokal Bali yang beda
dengan daerah Jawa yang dianggap sudah modern.

9
2.9 Pariwisata dan Arsitektur Bali

Penaklukan Bali pada bagian selatan banyak mendapatkan kritik dari


Eropa Belanda juga melarang beberapa praktek yang dianggap kurang sesuai
dengan standar kehidupan mereka. Pemerintah Belanda sendiri mulai melihat
bahwa Bali memiliki potensi untuk dikembangkan secara arsitektural
contohnya: Di utara mulai ada beberapa bangunan yang bisa dipakai tempat
menginap, Di arah selatan di sekitar Munduk, Buleleng dibikin penginapa
dengan taman di dalamnya. Dan Di pusat kota membangun Bali Hotel.

Seorang turis yang berkunjung ke Bali pada masa itu merasa Bali Hotel
tidak sesuai dengan yang dibayangkan. Maka beliau merencanakan sebuah
hotel dengan nuansa Bali Kental. Pembangunan Kuta Beach Hotel dibantu
dengan undagi untuk membentuknya sesuai dengan arsitektur lokal. Dan
karyawannya menggunakan pakaian adat Bali. Pada 1963 - 1966 Moderenisasi
terlihat dari pemerintahan Soekarno dengan membentuk Indonesia negara maju
dengan pembangunan berskala besar di

Jakarta dan di Bali hotel di Bali di Bali Beach

2.10 Kapitalisme Global dalam Arsitektur Bali

Dalam era kapital Global memunculkan Bali Tourism Master Plan. Pada
Bali Tourism Master Planan orang – orang lokal jarang terlibat dalam tim
konsultan. Studi SCETO menjumpai bahwa turis menginginkan budaya lokal

10
yang asli sementara warga lokal menghendaki kemajuan. Dalam hal ini
seharusnya kebudayaan lokal dibiarkan tidak tersentuh dan sementara para
pelancong harus ditempatkan terpisah dengan pemukiman tradisional.

Pada era Bali Tourism Master Plan ini juga memunculkan Turisme
dalam skala besar yang merupkan sebuah ideologi baru, seperti hotel yang
memiliki kamar lebih dari 200. Contohnya: hotel pertama yang menerapkan
ideologi ini yakni Nusa Dua Beach Hotel. Pembawaan Arsitektur dengan
bangunan skala sangat besar ini menimbulkan kekurangan pada sisi
romantisme dan kemurnian Bali. Namun untungnya pemerintah dan
masyarakat Bali sadar bahwa itu akan menimbulkan kerugian pada Bali sendiri
sehingga pada Tahun 1999 Dinas Pariwisata Provinsi Bali menyelenggarakan
seminar untuk upaya pemurnian Bali kembali.

11
2.11 New Bali Style Dalam Arsitektur Bali

Pada tahun 1990 munculnya gaya baru dengan mempertahankan


tradisional Bali tetapi tetap menunjukkan arsitektur berskala besar dengan
syarat atmosfir bangunan menggunakan gaya Tradisional Arsitektur Bali

Pada Orde Baru munculnya gaya yang lebih bersih dan lega mengikuti
style Jepang contohnya seperti: Maya Ubud. Adanya Perkembangan
Sustainability untuk membangun sebuah bangunan berskala besar tetapi ramah
lingkungan dengan material bambu, misalkan: green school. Gaya Arsitektur
ini membuat peluang baru untuk memunculkan pembangunan di daerah yang
terjal. Temporary style seperti shelter dengan bahan tenda contohnya: Cappella
Ubud yang terinspirasi dari shelter orang Eropa di tahun 1800 an.

12
2.12 Akhir Penyusunan Periodisasi Pada Arsitektur Bali
Dari Periodisasi pada Arsitektur Bali ini di bagi menjadi 3 kacamata
Arsitektur di bagi menjadi 3 kacamata yang 1. sejarah-sejarah sebagai proses
invensi, 2. sejarah sebagai romantisme masa lalu dan 3. sejarah sebagai alat
kebijakan.

Beberapa persoalan penyusunan periodisasi, yakni level transformasinya:

• Transformasi spasial,
• Transformasi arsitektural,
• Transformasi tektonika

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas dapatlah dikatakan bahwa Bali
memiliki kekayaan arsitektur yang patut untuk dilestarikan. Meskipun
kekayaan arsitekturnya tidak sepenuhnya ada dan tumbuh dari budaya lokal,
namun dengan adanya akulturasi dari Belanda, Pedaagang Cina dan Arab kita
ambil sisi postifinya dengan adanya akulturasi kebudayaan di Bali menjadi
semakin beragam sehingga mencirikan dari suatu bangunan bahwa bangunan
itu berasal dari Bali.

Untuk pemerintah daerah bertujuan untuk tetap menegakkan


undangundang untuk melestarikan arsitektur Bali asli. Hal ini untuk
mengantisipasi kemungkinan bahwa perkembangan jaman menuntut adanya
ruang-ruang baru yang sebelumnya tidak ada pada arsitektur Bali terdahulu.
Jika terjaganya arsitektur Bali, Bali ini akan senantiasa terjaga unsur
kemurniannya dan romantismenya.

3.2 Saran

Seorang arsitek harus mampu memahami fungsi yang termuat dalam


ilmu arsitektur. Karena, jika arsitek tidak memiliki pegangan tersebut, tentu
saja gambar yang dihasilkan akan menjadi kurang maksimal sehingga kinerja
sebagai seorang arsitek akan diragukan di kalangan masyarakt awam,
khususnya pada saat menangani klien.

14
15

Anda mungkin juga menyukai