Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SEJARAH BATIK INDONESIA

MATA KULIAH KETERAMPILAN MEMBATIK


Dosen Pengampu : Drs. Tri Budiyarto, M. Pd.

DISUSUN OLEH:
RESTU PENI WINAHYU K7115138

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan berkat daon rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Batik
Indonesia” ini.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Tri Budiyarto, M. Pd.
selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Inklusi serta teman–teman yang
telah memberikan sumbangan baik berupa pemikiran maupun saran-sarannya.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk meyelesaikan tugas mata kuliah
Keterampilan Membatik.
Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Penulis berharap kritik dan saran pembaca sebagai bahan
perbaikan dan penyusunan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis mauapun pembaca.

Surakarta, November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................3

A. Sejarah Batik Indonesia...............................................................................3

B. Motif Batik di Indonesia..............................................................................7

C. Cara Membatik...........................................................................................11

BAB III............................................................................................................13

PENUTUP........................................................................................................13

A. Simpulan....................................................................................................13

B. Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan sebagai ”kultur” dalam bahasa
Indonesia. Definisi Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi
ke generasi. Budaya tebentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-
orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya juga dapat diartikan
sebagai suatu pola hidup menyeluruh , budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan prilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka
yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. Kebudayaan Indonesia
bisa diartikan seluruh ciri khas suatu daerah yang ada sebelum terbentuknya
nasional indonesia, yang termasuk kebudayaan Indonesia itu adalah seluruh
kebudayaan lokal dari seluruh ragam suku-suku di Indonesia

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah batik di Indonesia?

2. Apasaja corak batik yang ada di Indonesia?

3. Bagaimana cara membatik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah batik di Indonesia?

2. Untuk mengetahui corak batik yang ada di Indonesia?

3. Untuk mengetahui cara membatik?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Batik Indonesia

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan


kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam
beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa
kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
 Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan
Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya.

2
Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia
dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad
ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad
ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau
sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak
daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan
kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan
Muslim melawan perekonomian Belanda.
 Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang
menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu.
Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk
pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari
pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh
mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya
meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk
mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian
keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita
maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil
tenunan sendiri.
 Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan
asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi,
soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari
tanah lumpur.

Jaman Majapahit
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, dapat
ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah
yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal
nama Mojokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan
perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah

3
riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan
di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang
sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah
Bonorowo, yang pada saat berkembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh
seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan
Majapahit.
 Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapati,
Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar
desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas
tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah
Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga
membawa kesenian membuat batik asli.
Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari,
Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang.
Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di
Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun
sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan
sebagainya.
 Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang
dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal
bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di
Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar
Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal
sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring
dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik
Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil
usahanya. Sesudah krisis kegiatan pembatikan timbul kembali sampai Jepang
masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan pembatikan
lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana
Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.

4
 Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama
dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna
coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang
lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai
riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro
tahun 1825.
 Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun
perkembangan batik mulai menyebar pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta
dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa
perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih
dipengaruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
 Didalam berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan
pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan
Kyai Mojo mengundurkan diri kearah timur dan sampai sekarang bernama
Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa
Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya
seorang kiyai yang statusnya trun-temurun. Pembuatan batik Majan ini
merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang
Diponegoro itu.
 Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna
babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom.
Sebagai batik setra sejak dahulu kala terkenal juga didaerah desa Sembung,
yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Sala yang datang di
Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Hanya sekarang masih terdapat
beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang menetap didaerah Sembung.
Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di
Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian
kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis.
 
 Jaman Penyebaran Islam

5
Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo,
yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini.
Riwayat Batik. Disebutkan masalah seni batik didaerah Ponorogo erat
hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan
dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan
Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro
Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang
ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan.
 Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah
pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan
Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama
Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan.
Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden
Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja
Kraton Solo.
 Waktu itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena
putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke
Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. disamping itu banyak pula
keluarga kraton Solo belajar dipesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa
seni bafik keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang
dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar, dalam masyarakat akan
menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-bidang kepamongan dan
agama.
 Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah
Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa
Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten,
Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat
yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-
kayuan antara lain; pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan
kainputihnyajugamemakai buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih
import bam dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19.

6
 Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia
pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas.
Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila
yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari
Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-
pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi
Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua
terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap
kasar Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia.

B. Motif Batik di Indonesia


Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing.
Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa
corak hanya boleh di pakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap
berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga para penjajah.
Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga
mempopulerkan corak phoenix. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya,
dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing
corak memiliki perlambangan masing-masing.
Adapun jenis-jenis Batik Berdasarkan Corak / Motifnya yang ada di
Indonesia sampai saat ini adalah sebagai berikut :
1. Batik Pekalongan
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan
pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantar. Ikon
bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan
selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga
Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya industri yang menghasilakan produk batik. Karena terkenal
dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu
datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama

7
periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan,
serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat,
faktor sejarah perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima
paham serta pemikiran baru.
Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna.
Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis.
Jika dibandingkan dengan batik pesisir lainnya Batik Pekalongan ini sangat
dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda. Motif Batik Pekalongan
sangant bebas, dan menarik, meskipun sering kali dimodifikasi dengan variasi
warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8
warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis.
Keistimewaan Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu
mengikuti perkembangan zaman. Misalnya pada waktu penjajahan jepang,
maka lahir batik dengan nama ” Batik Jawa Hokokai” yaitu batik dengan
motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada tahun enam puluhan juga
diciptakan batik dengan nama ”Tritura”. Bahkan pada tahun 2005, sesaat
setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif ”SBY” yaitu motif
batik yang mirip dengan kain tenun ikat dan songket. Warga Pekalongan tidak
pernah kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik.

2. Batik Mega Mendung


Hampir di seluruh wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya batik yang
khas. tentu saja ada daerah-daerah yang lebih menonjol seperti Solo, Yogya,
dan Pekalongan. tetapi kekayaan seni batik daerah Cirebon juga tidak kalah
dibanding kota-kota lainnya. Menurut sejarahnya, di daerah cirebon terdapat
pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar
negri. Salah satu pendatang yang cukup berpengaruh adalah pendatang dari
Cina yang membawa kepercayaan dan seni dari negerinya.
Dalam Sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang
mengembangkan ajaran Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang
putri Cina Bernama Ong TIe. Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada

8
bidang seni, khususnya keramik. Motif-motif pada keramik yang dibawa dari
negeri cina ini akhirnya mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi
perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina.
Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik
Mega Mendung atau Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam
bentuk maupun warnanya bergaya selera cina. Motif Mega Mendung
melambangkan pembawa hujan yang di nanti-natikan sebagai pembawa
kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna biru,
mulai biru muda hingga biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap
yang mengandung air hujan, pemberi kehidupan, sedangkan warna biru muda
melambangkan semakin cerahnya kehidupan.

3. Batik motif Truntun


Boleh dibilang motif Truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi
kembali. Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton
Yogyakarta. Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja,
merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk
mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik.
Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit
yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan
Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai
mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau
perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja
terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali
atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai
lambang cinta Raja yang bersemi kembali.

4. Batik Jlamprang
Motif – motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik adalah
salah satu batik yang cukup popular diproduksi di daerah Krapyak
Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari

9
India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau mata angin
dan menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat. Batik
Jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu jalan di Pekalongan.

5. Batik Pegantin
Setiap motif pada batik tradisional klasik selalu memiliki filosofi
tersendiri. Pada motif Batik, Khususnya dari daerah jawa tengah, terutama
Solo dan Yogya, setiap gambar memiliki makna. Hal ini ada hubungannya
dengan arti atau makna filosofis dalam kebudayaan Hindu-Jawa. Pada motif
tertentu ada yang dianggap sakral dan hanya dapat dipakai pada kesempatan
atau peristiwa tertentu, diantaranya pada upacara perkawinan. Motif Sido-
Mukti biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada acara
perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang). Sido berarti terus
menerus atau menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan
kebahagiaan. jadi dapat disimpulkan motif ini melambangka harapan akan
masa depan yang baik, penuh kebahagiaan unuk kedua mempelai. Selain Sido
Mukti terdapat pula motif Sido Asih yang maknanya hidup dalam kasih
sayang. Masih ada lagi motif Sido Mulyo yang berarti hidup dalam kemuliana
dan Sido Luhur yang berarti dalam hidup selalu berbudi luhur.
Ada pula motif yang bukan sawitan kembar, tetapi biasanya dipakai
pasangan pengantin yaiu motif Ratu Ratih berpasangan dengan Semen Rama,
yang melambangkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Sebenarnya
masih banyak lagi motif yang biasa dipakai pasangan pengantin, semuanya
diciptakan dengan melambangkan harapan, pesan, niat dan itikad baik kepada
pasangan pengantin. Pada Upacara Perkawinan Orang tua pengantin biasanya
memakai motif Truntum yang dapat pula berarti menuntun, yang maknanya
menuntun kedua mempelai dalam memasuki liku-liku kehidupan baru yaitu
berumah tangga.
Dikenal juga motif Sido Wirasat, wirasat berarti nasehat, dan pada motif
ini selalu terdapat kombinasi motif truntum di dalamnya, yang melambangkan

10
orangtua akan selalu memberi nasehat dan menuntun kedua mempelai dalam
memasuki kehidupan berumahtangga.

6. Batik Tiga Negeri


Kerumitan membuat sepotong batik tulis ternyata masih belum cukup
jika kita tahu sejarah motif Batik Ttiga Negeri. Motif Batik Tiga Negeri
merupakan gabungan batik khas Lasem, Pekalongan dan Solo, pada jaman
kolonial wilayah memiliki otonomi sendiri dan disebut negeri. Mungkin kalau
hanya perpaduan motifnya yang khas masing-masing daerah masih wajar dan
biasa, tetapi yang membuat batik ini memiliki nilai seni tinggi adalah
prosesnya. Konon menurut para pembatik, air disetiap daerah memiliki
pengaruh besar terhadap pewarnaan, dan ini masuk akal karena kandungan
mineral air tanah berbeda menurut letak geografisnya. Maka dibuatlah batik
ini di masing-masing daerah.
Pertama, kain batik ini dibuat di Lasem dengan warna merah yang khas,
seperti merah darah, setelah itu kain batik tersebut dibawa ke Pekalongan dan
dibatik dengan warna biru, dan terakhir kain diwarna coklat sogan yang khas
di kota Solo. Mengingat sarana transportasi pada zaman itu tidak sebaik
sekarang, maka kain Batik Tiga Negeri ini dapat dikatakan sebagai salah satu
masterpiece batik.

7. Batik Pagi Sore


Desain batik pagi sore mulai ada pada jaman penjajahan Jepang. Pada
waktu itu karena sulitnya hidup, untuk penghematan, pembatik membuat kain
batik pagi sore. Satu kain batik dibuat dengan dua desain motif yang berbeda.
Sehingga jika pada pagi hari kita menggunakan sisi motif yang satu, maka
sore harinya kita dapat mengenakan motif yg berbeda dari sisi kain yang
lainnya,jadi terkesan kita memakai 2 kain yang berbeda padahal hanya 1
lembar kain. Tentu saja sekarang jarang sekali orang yang memakai kain
kebaya (jarik) untuk sehari-hari, tetapi motif pagi/sore masih banyak di buat
pada produk batik lainnya. Biasanya kain sutra ada yang dibuat 2 motif pada

11
satu lembar kain jadi dapat dibuat dua baju, ada pula scarf yang biasa dipakai
untuk jilbab, dibuat setengah polos dan setengah motif. Batik pagi sore
memang alternatif untuk memiliki ragam batik dengan biaya terbatas.

Jenis-jenis Batik Berdasarkan Tekniknya adalah sebagai berikut :


1. Batik Tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik
menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih
2-3 bulan.
2. Batik Cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang
dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik
jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.  Batik Lukis adalah
proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.

Jenis-jenis Batik Berdasarkan Asal Pembuatannya adalah sebagai berikut:


1. Batik Jawa
Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia,
khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik
Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa
terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan
hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat
dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu
dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa
disebut dengan batik Solo.

C. Cara Membatik
Mari bersama kita melestarikan budaya batik dan kesenian Bangsa dengan
mengetahui cara pembuatan batik tulis. Alat dan bahan yang harus disiapkan
adalah sebagai berikut :
1. Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)

12
2. Canting sebagai alat pembentuk motif,
3. Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain)
4. Lilin (malam) yang dicairkan
5. Panci dan kompor kecil untuk memanaskan
6. Larutan pewarna
Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembuatan batik tulis :
1. Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani.
Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda.
Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih
memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap
dipakai di Indonesia sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik,
yang banyak bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri
khas natural seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design atau motif
ini dapat menggunakan pensil.
2. Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan
(lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti
pola tersebut.
3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan
tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas
untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan
bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup
oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.
5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan
lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap
dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.
8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara
meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.

13
9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses
pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk
menahan warna pertama dan kedua.
10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali
sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
11. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna
direbus air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin,
sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak
perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda
gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti
lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik
tersebut telah siap untuk digunakan.
12. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian
xmengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan
dipakai.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan sebagai ”kultur” dalam
bahasa Indonesia. Definisi Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya tebentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
pakaian, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan

14
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari. Budaya juga dapat diartikan sebagai suatu pola hidup
menyeluruh , budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan prilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren
untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain. Kebudayaan Indonesia bisa diartikan
seluruh ciri khas suatu daerah yang ada sebelum terbentuknya nasional
indonesia, yang termasuk kebudayaan Indonesia itu adalah seluruh
kebudayaan lokal dari seluruh ragam suku-suku di Indonesia

B. Saran
1. Sebagai literasi bagi pembaca sehingga dapat memperoleh wawasan
tentang karakteristik anak berkebutuhan khusus dalam lingkup tuna
netra, tuna rungu, tuna wicara, dan tuna grahita.
2. Sebagai sumber wacana bagi pembaca untuk memahami karakteristik
anak berkebutuhan khusus dalam lingkup tuna netra, tuna rungu, tuna
wicara, dan tuna grahita.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sarahlila, B. dan Lailatul. (2014). Makalah Tentang Batik. Diunduh di


http://laltlayunimakalah.blogspot.com/2014/09/makalah-tentang-batik.html
pukul 1:47 WIB 6 November 2018.

16

Anda mungkin juga menyukai