Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
“Kerajinan Anyaman Purun” dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan kali
ini saya mengucapkan terima kasih terutama kepada Artpedia yang telah memberi
saya kesempatan membuat makalah ini untuk sarana ilmu pengetahuan tentang
seni khususnya seni anyaman purun. Saya menyadari makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari pembaca sebagai masukan untuk menyempurnakan makalah ini masih sangat
saya harapkan. Akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita
semua, terutama bagi saya sendiri.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar………………………………………………………………….. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………... 2
BAB I PENDAHULUAN....……………………………………………………. 3
1.1 Pengertian Kerajinan Anyaman ..……………..……………………. 4
1.2 Sejarah Kerajinan Purun……………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………. 5
2.1 Kerajian Anyaman Purun ...………………………………………… 5
2.2 Macam – macam Anyaman Purun …………………………………. 6
2.3 Cara Membuat Kerajian ……………………………………………. 6
2.4
Pendahuluan
1. Pengertian
Purun yang dalam bahasa latin disebut Eleocharis dulcis
merupakan gulma yang tumbuh subur menempati lahan rawa yang
masam. Gulma ini menjadi salah satu tumbuhan indikator bagi lahan
rawa sulfat masam. Gulma ini termasuk jenis rumput dengan daun
berbentuk garis dan berongga. Gulma ini sangat adaptif dengan kondisi
tanah masam pH 3-4 sehingga memenuhi lahan bahkan saluran-
saluran yang ditempati air masam (pH 3-4) yang tampak bening, tetapi
dilidah terasa sepat (kelat). Gulma ini menyenangi kondisi berair
daripada kering.
Bagi petani sawah, gulma ini sangat tidak disenangi karena sukar
diberantas dan mengganggu pertumbuhan padi. Lahan-lahan rawa
yang dibuka dan kemudian tidak lagi ditanami dan ditinggal sering
menjadi padang purun. Hamparan purun semakin luas karena semakin
banyaknya lahan rawa yang kering (overdraine).
Bagi masyarakat rawa, gulma purun ini mempunyai arti penting
sebagai bahan pembuat tikar, topi, tas (bakul, kampil, anjat), alas meja,
alas piring makan, dan sejenisnya sehingga dapat diandalkan sebagai
mata pencaharian sampingan. Di pasar Amuntai, Hulu Sungai Utara,
Kalimantan Selatan, harga 1 tikar purun biasa dengan ukuran lebar 100
cm x 150 cm dijual Rp 20.000/lembar, dan 1 tikar purun yang berwarna
ukuran 100 cm x 200 cm dijual Rp 30.000/lembar, sedangkan 1 tas
(map) berwarna dijual Rp 1.500/lembar.
Di lahan rawa terdapat beberapa jenis purun, namun demikian,
potensi tersebut diatas dapat dijadikan peluang. Oleh karena itu, bagi
petani atau masyarakat rawa, gulma ini ditanam sebagaimana layaknya
padi, yang kemudian dipanen. Setelah dipanen, dipukul, diberi warna
(celup), kemudian dijemur untuk dikeringkan, dan baru dianyam sesuai
dengan keinginan. Pusat kerajinan purun ini kita bisa temui di Desa
Teluk Cati, Kecamatan Tabukan, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan
dan sekitar Desa Palingkau, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Peluang bagi petani ini barangkali memerlukan dorongan, rangsangan,
dan dukungan wirausahawan atau pebisnis yang berpihak kepada petani agar
dapat lebih diandalkan sebagai usaha yang menguntungkan dan
menyejahterakan.
5. Hasil Kerajinan
Sumber foto: Google.com
http://amazingkalsel.blogspot.co.id/2015/02/kerajinan-tangan-bahan-purun-dari-
kota.html
Diakses pada Sabtu, 11 Februari 2017 pukul 10:39
http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=articl
e&id=1302&Itemid=5
Diakses pada Kamis, 9 Februari 2017 pukul 20:55
http://kicawan.blogspot.co.id/2014/03/kerajinan-anyaman-di-01-apr.html
Diakses pada Jumat, 10 Februari 2017 pukul 13:07
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1313/kerajinan-suku-banjar
Diakses pada Sabtu, 11 Februari 2017 pukul 10:43
http://pustakaborneo.org/membuat-anyaman-dari-tumbuhan-purun/
Diakses pada Kamis, 9 Februari 2017 pukul 20:41
http://www.katapengertian.com/2016/02/contoh-anyaman-dan-jenis-jenis-
anyaman.html
Diakses pada Jumat, 10 Februari 2017 pukul 12:51