Anda di halaman 1dari 11

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
“Kerajinan Anyaman Purun” dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan kali
ini saya mengucapkan terima kasih terutama kepada Artpedia yang telah memberi
saya kesempatan membuat makalah ini untuk sarana ilmu pengetahuan tentang
seni khususnya seni anyaman purun. Saya menyadari makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari pembaca sebagai masukan untuk menyempurnakan makalah ini masih sangat
saya harapkan. Akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita
semua, terutama bagi saya sendiri.

Banjarbaru, 10 Februari 2017

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar………………………………………………………………….. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………... 2
BAB I PENDAHULUAN....……………………………………………………. 3
1.1 Pengertian Kerajinan Anyaman ..……………..……………………. 4
1.2 Sejarah Kerajinan Purun……………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………. 5
2.1 Kerajian Anyaman Purun ...………………………………………… 5
2.2 Macam – macam Anyaman Purun …………………………………. 6
2.3 Cara Membuat Kerajian ……………………………………………. 6
2.4
Pendahuluan

Kerajinan anyaman merupakan kerajinan tradisional yang masih ditekuni


sampai saat ini. Disamping banyak kegunaannya juga karena unsur
kemudahaannya. Saat ini anyaman banyak mengalami perkembangan mulai dari
bentuk dan motif yang bevariasi sehingga bentuk dan motif tidak kelihatan
monoton. Dengan demikian maka anyaman adalah suatu kegiatan keterampilan
masyarakat dalam pembuatan barang dengan cara atau teknik susup menyusup,
tindih menindih dan saling lipat melipat antara lungsing dan pakan sehingga
saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya.
Anyaman ialah bukan suatu tenunan, tetapi dibuat dari susunan benang
yang dipersilangkan miring dari kiri kekanan dan kembali. Anyaman diajarkan
dengan tangan atau dikerjakan dengan mesin.
Dalam kamus bahasa indonesia (1988) anyaman diartikan sebagai
menganyam, mengatur (bilah, daun pandan dan sebagainya) tindih menindih dan
silang menyilang (seperti pembuatan tikar dan bakul). Anyaman adalah tenunan
yang dibuat dari susunan benang, bilah, daun pandan dan sebagainya. Dengan
tindih menindih, silang menyilang atau dipersilangkan miring dari kiri ke kanan
dan kembali begitu seterusnya, sehingga didapat hasil anyaman.
Kerajinan Anyaman Purun

1. Pengertian
Purun yang dalam bahasa latin disebut Eleocharis dulcis
merupakan gulma yang tumbuh subur menempati lahan rawa yang
masam. Gulma ini menjadi salah satu tumbuhan indikator bagi lahan
rawa sulfat masam. Gulma ini termasuk jenis rumput dengan daun
berbentuk garis dan berongga. Gulma ini sangat adaptif dengan kondisi
tanah masam pH 3-4 sehingga memenuhi lahan bahkan saluran-
saluran yang ditempati air masam (pH 3-4) yang tampak bening, tetapi
dilidah terasa sepat (kelat). Gulma ini menyenangi kondisi berair
daripada kering.

Bagi petani sawah, gulma ini sangat tidak disenangi karena sukar
diberantas dan mengganggu pertumbuhan padi. Lahan-lahan rawa
yang dibuka dan kemudian tidak lagi ditanami dan ditinggal sering
menjadi padang purun. Hamparan purun semakin luas karena semakin
banyaknya lahan rawa yang kering (overdraine).
Bagi masyarakat rawa, gulma purun ini mempunyai arti penting
sebagai bahan pembuat tikar, topi, tas (bakul, kampil, anjat), alas meja,
alas piring makan, dan sejenisnya sehingga dapat diandalkan sebagai
mata pencaharian sampingan. Di pasar Amuntai, Hulu Sungai Utara,
Kalimantan Selatan, harga 1 tikar purun biasa dengan ukuran lebar 100
cm x 150 cm dijual Rp 20.000/lembar, dan 1 tikar purun yang berwarna
ukuran 100 cm x 200 cm dijual Rp 30.000/lembar, sedangkan 1 tas
(map) berwarna dijual Rp 1.500/lembar.
Di lahan rawa terdapat beberapa jenis purun, namun demikian,
potensi tersebut diatas dapat dijadikan peluang. Oleh karena itu, bagi
petani atau masyarakat rawa, gulma ini ditanam sebagaimana layaknya
padi, yang kemudian dipanen. Setelah dipanen, dipukul, diberi warna
(celup), kemudian dijemur untuk dikeringkan, dan baru dianyam sesuai
dengan keinginan. Pusat kerajinan purun ini kita bisa temui di Desa
Teluk Cati, Kecamatan Tabukan, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan
dan sekitar Desa Palingkau, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Peluang bagi petani ini barangkali memerlukan dorongan, rangsangan,
dan dukungan wirausahawan atau pebisnis yang berpihak kepada petani agar
dapat lebih diandalkan sebagai usaha yang menguntungkan dan
menyejahterakan.

2. Sejarah Kerajinan Purun

Faktor kekayaan alam Kalimantan memberikan berbagai kemungkinan


kepada penduduknya untuk memanfaatkan hasil-hasil kekayaan alam tersebut
dengan berbagai cara antara lain dengan usaha-usaha kerajinan yang sejak
dulu telah dikembangkan di desa yang ada di Kalimantan Selatan. Awalnya
purun adalah gulma pengganggu yang memenuhi sawah, namun ternyata
purun dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan baku anyaman. Dapat
dikatakan bahwa usaha-usaha kerajinan yang terbanyak dikerjakan oleh
penduduk desa adalah sebagai usaha tambahan disamping mata pencaharian
utama bertani atau menangkap ikan. Usaha-usaha kerajinan tangan ini yang
berhubungan dengan kerajinan menganyam sejak turun temurun tetap hidup
dan berkembang sebagai tambahan penghasilan yang besar artinya bagi
penduduk.
Sejak dulu sampai sekarang terutama pengerjaannya masih manual,
terutama penduduk desa ialah kerajinan anyaman yang meliputi pembuatan
anyaman tikar purun, bakul purun dan topi purun. Demikian juga dengan
anyaman rotan yang masih tradisional. Maka tidak heran jika hasilnya ada
yang halus dan masih ada juga yang kasar. Barang-barang anyaman yang
halus dan yang kasar dihasilkan bermacam-macam seperti tangguk,
kipas, bintingan, kotak jahitan, kopiah. Sebenarnya seni anyaman ini di
Kalimantan biasanya dibagi dalam dua macam yaitu, seni anyaman suku
bangsa Dayak dan seni anyaman yang bukan suku Dayak. Seni anyaman pada
suku Dayak berhubungan erat dengan kepercayaan Kaharingan, terutaman
dalam nyanyian-nyanyian pujaan mereka, sehingga hasil anyaman mereka
merupakan wujud atau manifestasi keagamaan mereka.

3. Macam – Macam Anyaman Purun


Anyaman purun biasanya sering menggunakan dua macam anyaman :
a). Anyaman Datar
Jenis anyaman ini dibuat datar pipih dan lebar. Anyaman datar
biasanya digunakan sebagai bilik rumah tradisional, tikar, pembatas ruangan
dan barang-barang hias lainnya. Anyaman datar dapat dibentuk dengan
berbagai pola dan bentuk. Tentu, pembentukan pola ini membutuhkan ekstra
kelihaian tangan dan kecermatan dalam membentuk pola dan alur anyaman.
b). Anyaman Tiga Dimensi
Anyaman tiga dimensi berwujud benda tiga dimensi sebuah produk
benda kerajinan. Anyaman ini merupakan pengembangan bentuk dari
anyaman tradisional yang memiliki bentuk sederhana tetapi sudah lebih
dikembangkan dan ditekankan pada nilai seni dan fungsionalisnya yang
lebih tinggi. Misalnya tas, kursi, tempat wadah-wadah, dan lampion.

4. Cara Membuat Kerajinan


Cara mendapatkan purun yaitu dengan dicabut batang yang sudah
panjang dan tua (berwarna hijau tua dan berbuah). Kemudian dijemur sampai
kering sekitar 2-3 hari atau berwarna coklat. Batang purun yang sudah kering
bisa diberi warna dengan cara merebusnya dengan pewarna dan setelah itu
dijemur kembali sampai kering. Setelah kering purun diikat dengan cara
melilitkan batang dari pangkal sampai keujung, agar memudahkan proses
penumbukan. Sebelum ditumbuk, ikatan batang purun diinjak sampai pipih.
Kemudian ikatannya dirapikan agar padat. Lalu bundalan atau ikatan tersebut
ditumbuk sampai benar-benar pipih dan lentur. Batang purun pun siap untuk
dianyam.
1. Ambilah beberapa batang purun kering yang disusun berjejer. Kemudian
ambil lagi satu batang purun dan dimasukkan diantara batang purun yang
sudah disusun. Lakukan berulang-ulang sehingga membentuk anyaman.
Dan bentuklah anyaman tersebut menjadi suatu benda misalnya tikar
ataupun tas, dan lain-lain sebagainya. Apabila ingin memberi motif maka
purun yang dipakai adalah purun berwarna kemudian anyam sesuai dengan
keinginan.
2. Apabila besar anyaman sudah sesuai dengan yang diinginkan, pinggir
anyaman dikunci dengan anyaman pengunci atau dalam bahasa Dayak
disebut dengan Lipi.
3. Ujung purun yang masih tersisa dipinggir anyaman yang sudah dikunci
dipotong dengan menggunakan pisau atau gunting.
4. Hasil kerajinan selesai dan siap digunakan.

5. Hasil Kerajinan
Sumber foto: Google.com

6. Kerajinan Purun Khas Kota Amuntai

Kalimantan Selatan merupakan provinsi yang menyimpan adat budaya


dan ciri khas yang menarik. Suku dan etnis yang ada di Kalimantan juga
beraneka ragam namun mayoritasnya adalah suku Banjar. Kesultanan Banjar
sekarang terletak di Kota Martapura dan Sultan Khairul Saleh sebagai raja
kesultanan Banjar. Kebudayaan memang memberikan ciri khas pada setiap
masyarakat yang menganut kebudayaan tersebut. Provinsi Kalimantan selatan
lebih tepatnya di kabupaten Hulu Sungai Utara yaitu terletak di Kota Amuntai
ada kerajinan-kerajinan yang menjadi profesi masyarakat dan sekaligus
menjadi ciri khas daerah tersebut.
Kerajianan tangan seperti bakul purun, tikar purun, dan lanjung purun
masih diproduksi di kabupaten Hulu Sungai Utara ini. Bakul purun adalah
sejenis tas yang dibuat dari bahan purun yang dianyam menjadi sebuah
kerajianan tangan yang berbentuk tas
jinjing. Bakul purun biasanya dipakai
oleh masyarakat sebagai alat untuk
meletakan barang saat berbelanja ke
pasar atau ketika membawa barang-
barang agar mudah dibawa kemana-
mana. Tikar purun terbuat dari bahan
purun yang dianyam. Biasanya tikar purun dipakai masyarakat sebagai alas
duduk ketika berkumpul dalam jamuan, acara rumah tangga bahkan acara-
acara keagamaan. Menurut masyarakat dengan adanya tikar purun akan terasa
nyaman apabila duduk di lantai rumah karena memilki khas dan struktur tikar
yang lain dari tikar biasanya. Lanjung purun juga termasuk produk kerajianan
tangan bahan purun. Lanjung purun terbuat dari anyaman purun yang
berbentuk keranjang, biasanya lanjung digunakan masyarakat untuk tempat
meletakan hasil panen seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain.

Di Kota Amuntai pada hari kamis subuh diselenggarakan sebuah pasar


kerajian yang bertempat di depan pasar modern dan juga di sekitar taman
Putri Junjung Buih. Pada kegiatan pasar subuh ini banyak para pengrajin
purun berduyun-duyun menuju Jalan Basuki Rahmat untuk menjual
kerajinan. Mereka menyusun dagangan mereka berjejer rapi di tepi jalan
sehingga terlihat seperti sebuah pameran on the road. Mereka datang dari
berbagai penjuru, dan beraneka macam kerajian yang dibawa. Desain
kerajinan khas desa biasanya berbeda-beda berdasarkan kubu pengrajinnya,
ada desain yang tradisional ada pula yang sudah modern. Selain untuk
dipasarkan, ada pula para pedagang yang membawa hasil-hasil kerajian
mereka keluar daerah/pulau untuk dijual dan biasanya sangat menguntungkan
karena harga kerajian bernilai tinggi di luar Kalimantan.
Biodata

Nama : Aulia Hidayati


TTL : Amuntai, 12 Juni 1998
Alamat : Jalan Nelayan PCPI 1 Blok F No. 6 RT.9
RW.5 Desa Kota Raja Kec. Amuntai
Selatan Kab. Hulu Sungai Utara,
Kalimantan Selatan, 71452.
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik, ULM
Gol. Darah : A
Daftar Pustaka

http://amazingkalsel.blogspot.co.id/2015/02/kerajinan-tangan-bahan-purun-dari-
kota.html
Diakses pada Sabtu, 11 Februari 2017 pukul 10:39

http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=articl
e&id=1302&Itemid=5
Diakses pada Kamis, 9 Februari 2017 pukul 20:55
http://kicawan.blogspot.co.id/2014/03/kerajinan-anyaman-di-01-apr.html
Diakses pada Jumat, 10 Februari 2017 pukul 13:07
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1313/kerajinan-suku-banjar
Diakses pada Sabtu, 11 Februari 2017 pukul 10:43

http://pustakaborneo.org/membuat-anyaman-dari-tumbuhan-purun/
Diakses pada Kamis, 9 Februari 2017 pukul 20:41

http://www.katapengertian.com/2016/02/contoh-anyaman-dan-jenis-jenis-
anyaman.html
Diakses pada Jumat, 10 Februari 2017 pukul 12:51

Anda mungkin juga menyukai