Untung suropati semula adalah budak belian dari bali. Karena ada persoalan asmara dengan putri majikanya yang bernama Suzanne, ia kemudian melarikan diri ke Batavia dan menjadi perampok untuk menyambung hidup. Korbanya adalah orang-orang Belanda. Karena kesulitan menghadapi Untung, Belanda kemudian mengajak bekerjasama. Untung kemudian dididik kemiliteran dan diangkat sebagai tentara dengan pangkat letnan. Untung suropati kemudian ditugaskan untuk menangkap Pangeran Purba, putra Sultan Ageng dari Banten yang melarikan diri ke Priangan. Tugas tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Saat melakukan serahterima tawanan, ada seorang letnam Belanda yang bernama Kuffeler melontarkan penghinaan terhadap Untung di muka umum. Untung Suropati marah, kemudian membunuh letnam Belanda tersebut beserta separuh anak buahnya. Ia kemudian melarikan diri dan kembali ke pekerjaan lamanya serta memerangi belanda. Pada sebuah pertempuran di Kertasura, Untung Suropati berhasil membunuh Kapten Tack beserta 70 orang anak buahnya. Peristiwa terbunuhnya pasukan Belanda tersebut terjadi pada tanggal 8 Februari 1686. Untung suropati pernah bekerjasama dengan Amangkurat 2 dari mataram. Dengan persetujuan Raja Mataram tersebut, ia kemudian membentuk kerajaan sendiri di pasuran. Untung kemudian memakai gelar Adipati Ariawiranegara. Pertempuran terakhir Untung Suropati dengan Belanda terjadi sewaktu dia mempertahankan daerah Bangil. Pada pertempuran tersebut, Untung mengalami luka-luka berat dan akhirnya gugur pada tanggal 5 Desember 1706. Untuk menghormati jasa-jasa Untung Suropati, berdasarkan Surat keputusan Presiden RI No. 106/TK/1975, Pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Kepadanya.
Untung Suropati
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari
Untung Suropati
Untung Suropati (lahir di Bali, 1660 meninggal dunia di Bangil, Jawa Timur, 5 Desember 1706 pada umur 45/46 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang di Pulau Jawa. Ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Asal-Usul Si Untung 2 Mendapat Nama Surapati 3 Terbunuhnya Kapten Tack 4 Bergelar Tumenggung Wiranegara 5 Kematian Untung Suropati 6 Perjuangan Putra-Putra Suropati 7 Untung Suropati dalam Karya Sastra 8 Kepustakaan 9 Pranala luar
Kapten Ruys (pemimpin benteng Tanjungpura) berhasil menemukan kelompok Untung. Mereka ditawari pekerjaan sebagai tentara VOC daripada hidup sebagai buronan. Untung pun dilatih ketentaraan, diberi pangkat letnan, dan ditugasi menjemput Pangeran Purbaya. Untung menemui Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Tanjungpura. Datang pula pasukan Vaandrig Kuffeler yang memperlakukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Untung tidak terima dan menghancurkan pasukan Kuffeler di Sungai Cikalong, 28 Januari 1684. Pangeran Purbaya tetap menyerah ke Tanjungpura, tapi istrinya yang bernama Gusik Kusuma meminta Untung mengantarnya pulang ke Kartasura. Untung kini kembali menjadi buronan VOC. Antara lain ia pernah menghancurkan pasukan Jacob Couper yang mengejarnya di desa Rajapalah. Ketika melewati Cirebon, Untung bertengkar dengan Raden Surapati anak angkat sultan. Setelah diadili, terbukti yang bersalah adalah Suropati. Surapati pun dihukum mati. Sejak itu nama Surapati oleh Sultan Cirebon diserahkan kepada Untung.
Untung Suropati alias Wiranegara tanggal 17 Oktober 1706. Namun ia berwasiat agar kematiannya dirahasiakan. Makam Suropati pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan putra-putranya dengan membawa tandu berisi Suropati palsu. Pada tanggal 18 Juni 1707 Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Ia menemukan makam Suropati yang segera dibongkarnya. Jenazah Suropati pun dibakar dan abunya dibuang ke laut.
Suprijadi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Artikel ini tidak memiliki referensi sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa diverifikasi.
Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Artikel yang tidak dapat diverifikasikan dapat dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus. Tag ini diberikan tanggal Januari 2011
Suprijadi
Lahir
13 April 1923 Trenggalek, Jawa Timur, Hindia Belanda Tanggal Meninggal tidak diketahui secara pasti hingga Saat ini. Katolik
Meninggal Agama
Fransiskus Xaverius Suprijadi (lahir di Trenggalek, Jawa Timur, 13 April 1923 meninggal tahun 2000 adalah pahlawan nasional Indonesia, pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Ia ditunjuk sebagai menteri keamanan rakyat pada kabinet pertama Indonesia, Kabinet Presidensial, tapi digantikan oleh Jendral Sudirman pada 20 Oktober 1945 karena Suprijadi tidak pernah muncul.
Selepas masa perjuangan kemerdekaan RI, beliau pernah mendampingi Presiden RI Soekarno sebagai pembantu (asisten) bersama dengan rekan seperjuangannya A.H Nasution pada waktu itu. Sekali berdinas di Departemen Pertanian di Jakarta menjabat Kepala Bagian Kepegawaian hingga memasuki usia pensiun.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Pendidikan 2 Karier saat pendudukan Jepang 3 Asal mula perlawanan 4 Pemberontakan terhadap Jepang 5 Pelantikan Sebagai Menteri Pertahanan 6 Refrensi
[sunting] Pendidikan
Sesudah menamatkan ELS (setingkat Sekolah Dasar), Suprijadi melanjutkan pendidikannya ke MULO (setingkat Sekolah Pertama), kemudian memasuki Sekolah Pamong Praja di Magelang sampai Jepang mendarat di Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, Suprijadi memasuki Sekolah Menengah Tinggi. Sesudahnya, ia mengikuti Latihan Pemuda (Seinendoyo) di Tangerang.