Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

UNSUR BUDAYA DAN TRADISI YANG TERKANDUNG


PADA PRASASTI KARANG BIRAHI
ISBD
Dosen Pengampu : Baitullah, M.Pd.

Laporan ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas


ujian akhir semester pada matakuliah ISBD.

Disusun Oleh :

Aris Leonardi
(210205110)

Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu


Pengetahuan Universitas Merangin
Tahun Pelajaran 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur pada Tuhan yang Maha Esa atas kesempatannya yang Ia berikan kepada
setiap individu terutama saya dan setiap anggota dari kelas kami dapat berkesempatan belajar
pada mata kuliah ISBD.

Terima kasih pula pada beberapa pihak yang telah mengajarkan, membatu dan
memberikan arahan diantaranya :

1) Baitullah, M.Pd. (Dosen Pengampu Mata Kuliah ISBD)


2) Weni Rahmayeni S,Sos (Pegawai Dinas Pendidikan Bidang Kebudayaan Daerah).

Beberapa pihak yang telah menyediakan waktunya untuk saya, untuk mendapatkan
bimbingan belajar secara baik dan benar.Serta beberapa pihak yang tidak bisa saya sebutkan
secara menyeluruh, saya ucapkan terima kasih sebesar besarnya karna telah membantu dalam
kelancaran pembuatan Laporan ini dari awal hingga penyelesaian akhir.

Semoga dengan laporan ini setiap pembaca dapat Ilmu tambahan dari laporan yang kami
buat ini, dapat membagikannya bagi orang yang membutuhkan dan laporan ini menjadi panduan
untuk kita juga. Kami pun menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, oleh karena itu
diminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan laporan ini.

ii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………......iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................................4
A. Pengertian Prasasti ................................................................................................4
B. Kebudayaan ..........................................................................................................5
C. Prasasti Karang Birahi ..........................................................................................6
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................8
A. Jenis Penelitian .....................................................................................................8
B. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................8
C. Teknik Analisi Data ............................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................11
A. HASIL ................................................................................................................11
B. PEMBAHASAN .................................................................................................13
KESIMPULAN ........................................................................................................14
SARAN .....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................17
LAMPIRAN .............................................................................................................18

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Merangin adalah salah satu kabupaten yang berada di Propinsi Jambi
dengan ibukota berkedudukan di Bangko. Daerah merangin terdiri dari beragam suku dan
sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin adalah dua suku asli yang
terdiri dari suku batin dan penghulu. Penggunaan bahasa ibu dalam masyarakat Merangin
juga beragam karena beragamnya budaya dan suku yang menempati daerah ini.
Kabupaten Merangin, terbagi 24 kecamatan salah satunya adalah Desa Karang
Birahi,Kecamatan Pamenang.
Prasasti merupakan sumber berharga dalam memahami sejarah, budaya, dan
tradisi suatu masyarakat pada masa lampau.Salah satunya adalah Prasasti Karang Biraḥi,
sebuah artefak bersejarah yang ditemukan di wilayah Indonesia khususnya daerah desa
Karang Birahi,Kecamatan Pamenang,Kabupaten Merangin,Provinsi Jambi, menjadi saksi
bisu dari kejayaan masa lalu Kerajaan Sriwijaya dan mengungkap jendela ke dalam
kehidupan, budaya, dan tradisi masyarakat pada zaman dahulu. Prasasti ini tidak hanya
menjadi batu tulis, tetapi juga sebuah petunjuk berharga dalam memahami warisan
budaya nenek moyang kita.
Prasasti Karang Biraḥi adalah salah satu artefak sejarah yang memiliki kekayaan
informasi budaya dan sejarah yang tak ternilai. Ditemukan di wilayah Indonesia yaitu
desa Karang Birahi,Kecamatan Pamenang,Kabupaten Merangin,Provinsi Jambi, prasasti
ini menjadi saksi bisu dari masa lalu yang kaya akan nilai budaya, tradisi, dan struktur
sosial masyarakat pada keemasan Kerajaan bercorak Buddha yaitu Sriwijaya yang
berkuasa sejak abad ke 7 hingga ke 11 masehi.
Dalam laporan ini, akan dikaji secara mendalam unsur-unsur budaya dan tradisi
yang tersemat dalam teks dan konteks Prasasti Karang Biraḥi. Keterbacaan prasasti ini
menjadi kunci untuk mengurai kearifan lokal, sistem sosial, serta nilai-nilai budaya yang
mendasari kehidupan masyarakat pada masa penulisan prasasti.

1
Penelitian terhadap prasasti ini menjadi sangat penting untuk menggali lebih
dalam aspek budaya yang terkandung di dalamnya. Pengungkapan unsur budaya dan
tradisi yang tercermin dalam teks Prasasti Karang Biraḥi menjadi kunci untuk memahami
keragaman budaya serta kehidupan masyarakat pada periode sejarah ketika prasasti
tersebut diciptakan.Pemahaman mendalam terhadap budaya dan tradisi yang tertuang
dalam Prasasti Karang Biraḥi menjadi landasan untuk menjelajahi perjalanan budaya
nenek moyang Indonesia. Pemetaan nilai-nilai, norma, kepercayaan, dan struktur sosial
yang tercermin dalam prasasti ini dapat memberikan cahaya baru dalam memahami
perjalanan sejarah dan identitas budaya bangsa Indonesia.
Melalui kajian yang teliti dan komprehensif terhadap Prasasti Karang Biraḥi,
diharapkan dapat terbuka ruang untuk melindungi dan melestarikan warisan budaya yang
berharga ini. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan wawasan baru dalam
memperkaya pemahaman kita tentang warisan budaya Indonesia serta menjadi pijakan
dalam upaya pelestarian identitas budaya yang unik dan berharga.
Penelitian ini diharapkan dapat membuka jendela yang lebih luas dalam
memahami kompleksitas budaya yang menjadi pondasi bagi peradaban masa lalu.
Dengan mendalami setiap baris tulisan pada prasasti ini, kita dapat merenungkan dan
mengapresiasi warisan intelektual serta kekayaan budaya yang diwariskan oleh leluhur
kita.
Kajian ini tidak hanya sekadar upaya merekam sejarah, tetapi juga sebuah
komitmen untuk menjaga dan melestarikan identitas budaya yang membentuk akar dari
keberagaman budaya bangsa. Semoga laporan ini dapat menjadi kontribusi yang berarti
dalam menguatkan upaya pelestarian dan pemahaman terhadap kearifan lokal yang
terkandung dalam Prasasti Karang Biraḥi.

B. Rumusan Masalah
Dalam kajian mengenai Prasasti Karang Biraḥi, beberapa rumusan masalah yang
muncul di antaranya:
1. Apa isi dan konteks Prasasti Karang Biraḥi secara keseluruhan?
2. Bagaimana unsur-unsur budaya yang tercermin dalam tulisan dan konteks
Prasasti Karang Biraḥi?

2
3. Bagaimana tradisi dan kebiasaan masyarakat pada masa yang sama tercermin
dalam prasasti ini?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah:

1. Mengungkap isi dan konteks Prasasti Karang Biraḥi secara komprehensif.


2. Menganalisis unsur-unsur budaya yang tercermin dalam teks dan konteks prasasti
tersebut.
3. Menyoroti tradisi dan kebiasaan masyarakat pada masa yang sama yang tercermin
dalam Prasasti Karang Biraḥi.
4. Memberikan pemahaman mendalam tentang unsur budaya dan tradisi yang dapat
memberikan gambaran kehidupan masyarakat pada masa lalu.

Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang Prasasti Karang Biraḥi,


diharapkan laporan ini dapat memberikan wawasan yang berharga mengenai kehidupan,
budaya, dan tradisi masyarakat pada masa lampau, serta menjadi pijakan penting dalam
melestarikan warisan budaya bangsa.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Prasasti

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan
tahan lama. Mereka sering ditemukan pada situs arkeologi dan dianggap sebagai sumber
penting untuk memahami sejarah, kebudayaan, dan kehidupan masyarakat pada masa
lampau. Mereka dapat berisi informasi tentang penanggalan, nama, alasan
dikeluarkannya, keputusan pengadilan, kutukan, sumpah, dan banyak lagi. Prasasti juga
dapat merujuk kepada segala sesuatu tulisan yang dituliskan atau dipahat pada batu, dan
dalam konteks modern, prasasti sering digunakan untuk peringatan, penghormatan, dan
sebagainya.
Zoetmulder (1982) Ahli epigrafi Zoetmulder mendefinisikan prasasti sebagai
"teks yang tertulis atau ukiran pada batu, tembaga, emas, perak, atau bahan lainnya yang
bersifat permanen, yang menyampaikan informasi tentang keadaan sosial, politik,
ekonomi, dan agama suatu masyarakat pada masa lalu.
Damais (1964) Seorang ahli epigrafi dari Indonesia, Damais, mendeskripsikan
prasasti sebagai "setiap sumber tertulis dari masa lalu yang dibuat dengan mengukir,
menulis, atau mencetak pada benda mati yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang
cukup lama."
Casparis (1956) Ahli epigrafi Casparis menjelaskan prasasti sebagai "dokumen
tertulis yang diukir atau ditulis pada benda mati seperti batu, tembaga, atau bahan
lainnya, yang memberikan informasi tentang sejarah, kebudayaan, atau hal lain dari masa
lalu."
Pengertian prasasti bisa bervariasi tergantung pada disiplin ilmu dan konteks
sejarah yang sedang dibahas. Namun, secara umum, prasasti merupakan sumber tertulis
pada benda mati yang memberikan informasi tentang masa lalu dan sangat penting dalam
memahami sejarah suatu peradaban(Tables, 2006).

4
2. Kebudayaan
1. Pengertian kebudayaan
Edward Burnett Tylor mendifinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang
sebagai anggota masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan proses belajar.
Menurut M. Jacobs dan B.J. Stern kebudayaan mencakup keseluruhan yang
meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta merupakan
warisan sosial.
Berdasarkan definisi di atas, maka kebudayaan dapat diartikan sebagai semua
hasil karya, rasa, dan cipta manusia atau masyarakat yang berkaitan dengan akal.
Dalam kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religious, dan lain-
lain(Astuti et al., 2015).
2. Unsur-unsur kebudayaan
Unsur kebudayaan menurut C. Kluckhohn dan Koentjaraningrat ada tujuh, yaitu:
1. Sistem bahasa
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Sistem religi dan upacara keagamaan
4. Sistem kesenian
5. Sistem pengetahuan
6. Sistem mata pencaharian hidup
7. Sistem teknologi dan peralatan
Melville J. Herskovist berpendapat bahwa ada empat unsure kebudayaan, yaitu:
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga

5
4. Sistem kekuasaan politik
Menurut Bronislaw Malinowski, unsure kebudayaan terdiri dari:
1. Sistem norma
2. Organisasi ekonomi
3. Alat-alat dan lembaga pendidikan
4. Organisasi kekuatan
3.Fungsi kebudayaan
Fungsi dari kebudayaan antara lain:
a. Mempersatukan masyarakat dan menciptakan stabilitas, di mana kebudayaan
dapat dijadikan sebagai sebuah sarana untuk dapat menjalin sosialisasi.
b. Memelihara ketidaksamaan sosial, dengan kata lain kebudayaan sesungguhnya
dapat menimbulkan rasa toleransi serta rasa empati dari masyarakat.
c. Kebudayaan berfungsi sebagai penentu batas, artinya kebudayaan dapat
menciptakan perbedaan yang membuat setiap kelompok masyarakat memiliki ciri
khasnya dan membedakannya dengan kelompok masyarakat lain.
d. Kebudayaan dapat meningkatkan rasa nasionalisme pada masyarakat yang
memiliki budaya tersebut, karena budaya memberikan rasa identitas pada anggota
kelompoknya.
e. Kebudayaan juga berfungsi sebagai media belajar, sebab dalam upaya
pewarisannya melalui proses belajar.

3. Prasati Karang Birahi


Prasasti Karang Berahi dijumpai di Desa Karang Berahi, Kecamatan Pemenang,
Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Prasasti ini mula-mula ditemukan oleh L.
Berkhout,seorang pengawas berkebangsaan Belanda, di Desa Karang Berahi pada
tahun 1904. Prasasti ini termasuk salah satu prasasti Peninggalan Sriwijaya yang
berisi kutukan dan peringatan bagi siapa saja yang ingin membangkang atau tidak
bersedia mengabdi untuk raja. Karang Berahi ditemukan berdekatan dengan hulu
Sungai Merangin, Jambi. Pada saat pertama kali ditemukan,prasasti ini terletak di
tempat wudhu sebuah masjid. Prasasti ini pertama kali dibaca oleh Kern pada 1906,
setelah residen Palembang J.A. van Rijn van Alkemade membuat kertas acuan akan

6
prasasti tersebut (Alnoza et al., 2020). Museum Negeri Sumatera Selatan memiliki
replika prasasti yang berukuran lebar 62 cm dan tinggi 78 cm (Samsudin et al.,
2021:39-40). Prasasti ini tidak memuat unsur penanggalan, namun berdasarkan
bentuk huruf-hurufnya diperkirakan tidak terpaut jauh dari prasasti-prasasti lain dari
masa Sriwijaya, yaitu kira- kira abad ke-7 atau ke-8 Masehi (Izza, 2019).Prasasti ini
memakai bahasa Melayu Kuno dengan aksara Pallawa yang memuat kutukan-
kutukan kepada orang-orang yang tidak tunduk atau tidak setia terhadap
Sriwijaya(Samsudin et al., 2021: 39-40). Disamping itu, terdapat pula keterangan
mengenai peristiwa buruk dan maut akibat kutukan kepada mereka yang tidak mau
tunduk kepada Sriwijaya (Izza,2019).

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitan
Deskripstif Kualitatif

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan,dan kegunaan. Cara ilmialt berarti kegiatan
penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Kata kualitatif merupakan turunan dari kualitas, sering dipahami oleh masyarakat sebagai
lawan dari kuantitas yang menunjuk pada jumlah (angka) atau banayaknya suatu objek
tertentu seperti kuantitas air, kuantitas penduduk dan sebagainya. Penelitian kualitatif lebih
melihat pada kualitas objek penelitian misalnya nila,makna , emosi manusia ,penghayatan
keberagaman koma keindahan karya seni , nilai sejarah dan lain-lain . Untuk dapat melihat
kualitas diperlukan pendekatan yang tepat misalnya semiotika hermeneutika fenomenologi
(Kaelan,2005:28) berdasarkan penjelasan yang dapat diketahui bahwa yang dimaksud
penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih difokuskan untuk mendeskripsikan keadaan
sifat atau hakikat nilai suatu objek atau gejala tertentu(Sugiyono, 2013).

B. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.Kalau wawancara
dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pad a
orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.Observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua
di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan

8
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gej ala alam dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar.Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
2. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang dirisendiri
atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan
juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut.
1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sarna dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan
telepon(Sugiyono, 2013).
3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan
untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan
angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung
penelitian. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian
ditelaah.Dokumentasi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah foto yang
diambil pada saat kegiatan observasi dan wawancara.

9
C. Teknik Analisis Data

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi(Sugiyono,
2013).

Analisis data pada penelitian ini menggunakan hasil observasi dan hasil wawancara yang
telah dilakukan oleh peneliti.Dengan begitu peneliti akan mendeskripsikan penemuan-
penemuan yang berhasil didapat selama penelitian mengenai prasati Karang Birahi

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Prasasti Karang Birahi adalah sebuah artefak bersejarah yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya
di Indonesia tepatnya terletak di Desa Karang Birahi,Kecamatan Pamenang,Kabupaten merangin
dan Provinsi Jambi. Selain menyimpan informasi sejarah, prasasti ini juga mengandung unsur
budaya dan tradisi yang menceritakan nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku pada masa
tersebut.

Unsur Budaya dan Tradisi dalam Prasasti Karang Birahi

1) Bahasa dan Aksara


Prasasti ini ditulis dalam bahasa Kawi dan menggunakan aksara Pallawa.
Penggunaan bahasa Kawi dan aksara Pallawa menunjukkan warisan kebudayaan dan
kesusastraan yang penting pada masa Kerajaan Sriwijaya. Hal ini mencerminkan nilai
pentingnya pemeliharaan bahasa dan sistem penulisan pada masa itu.
2) Penghormatan terhadap Raja
Prasasti ini juga menampilkan penghormatan yang tinggi terhadap raja.
Penggunaan bahasa yang sopan dan pujian yang dituangkan dalam prasasti
menggambarkan pentingnya kedudukan raja dan kepatuhan yang diharapkan dari
rakyatnya. Hal ini menyoroti struktur sosial yang hierarkis dan otoriter pada masa
tersebut.
3) Peringatan atau Kutukan
Terdapat unsur peringatan atau kutukan terhadap mereka yang tidak mematuhi
perintah raja dalam prasasti ini. Kutukan tersebut menjadi penanda kekuatan dan
legitimasi kekuasaan raja dalam menjaga ketaatan rakyatnya. Hal ini mencerminkan
kepercayaan akan hukuman atau konsekuensi negatif bagi orang yang melanggar norma
sosial atau otoritas kerajaan.

11
Hal tersebut dapat ditemukan pada isi prasasti sebagai berikut :

"Siddha titaŋ havvan variavai. Kandra kāyet ndipaihumpaan numuha ulu lavan
tandrun luaḥ makamatai tandrun luaḥ vinunu paihumpaan hakairu muaḥ kāyet nilumpa
unai tuṅai umenteŋ bhakti niulun haraki unai tuṅai umenteŋ bhakti ni haraki unai tuṅai.
We savaňakta devata maharddhika sannidhāna maŋraksa yaŋ kadatuan śrīvijaya. We tuvi
tabrun luaḥ vanākta devata mūlāňa yaŋ paraṣumpahan parāvis.Kadāci yaŋ uraŋ di dalaŋňa
bhūmi ājňáňa kadatuan inī parāvis drohaka haṅun. Samavuddhi lavan drohaka. maṅujāri
drohaka. Niujāri drohaka tāhu diŋ drohaka. Tīda yamargpādaḥ tīda ya bhakti. Tīda ya
tāvārjava diy āku. dṅan di iyaŋ nigalarku sanyāsa datūa. Dhava vuatňa uraŋ inan.Nivunuh
ya sumpaḥ nisuruḥ tāpik ya mulaŋ. tāvvāṇḍan dātu śrīvijaya. Tālu muaḥ ya dṅan
gotrasantānāňa. Tathāpi savaňaňakňa yaŋ vuatňa jāhat. makalaṅit uraŋ. Maka sākit. Maka
gīla. Mantrā gada. viṣaprayoga. upuḥ tūva. Tāmvaal. Sarāŋvaat. Kasīhaan. vaśīkaaraṇa.
ityevaamādi.jāṅan muaḥ ya siddha. Pulaŋ ka iya muaḥ. Yaŋ doṣāňa vuatňa jāhat inan.
Tathāpi nivvunuḥ yasumpah. Tuvi muulaŋ yaŋ maňuruḥ marrjaahāti. Yaŋ marrjaahāti yaŋ
vatu nipraatiṣṭha ini tuvi nivuunuḥ ya sumpaḥ tālumuaḥ ya mulaŋ. Sarambhāňa uraŋ
drohaka tidabhakti tidatatvārjjava diyāku dhavavuatňa nivunuḥ yasumpaḥ. Ini graṅ
kadāci iya bhakti tatvārjjava diy āku dṅan di yaŋ nigalarku sanyāsa datūa. Śānti muaḥ
kavuatāňa dṅan gotrasantānāňā smṛddhasvastha. Niroga nirupadrava subhikṣa muaḥyaŋ
vanuāňaparāvis. Śaksavarsatītā 608 diŋpratipada śuklapakṣavulan vaiśaka. Tatkāňa
yaŋmaŋmaŋ sumpaḥini.Nipāhatdi velāňa yaŋvala śrīvijaya kalivat manāpik yaŋbhūmi
jāvatida bhaktika śrīvijaya (Coedes 2014b, 67).

Kesuksesan! ( dilanjutkan dengan mantra kutukan yang sulit dimengerti). Demi


Dewa Yang berkuasa, yangmenghimpun dan menjaga wilayah (Kedatuan) Sriwijaya ini,
juga engkau Tandrun Luah (?) dan seluruh Dewa yang memulai setiap mantra kutukan!
Jika di pedalaman seluruh wilayah bhumi (yang bernaung di bawah wilayah kedatuan ini)
terdapat orang-orang yang suka berbicara dengan para pembangkang, sering kali
mendengarkan ucapan- ucapan para pembangkang, mengetahui adanya para
pembangkang, berperilaku tidak hormat, tidak tunduk, tidak setia kepada saya dan kepada
orang-orang yang saya tunjuk sebagai datu, maka biarkanlah mereka (yang menjadi
pelaku perbuatan- perbuatan tersebut) binasa di bawah kutukan,maka segera kirimkanlah

12
ekspedisi untuk memerangi mereka dibawah pimpinan datu (atau beberapa datu? ) Dari
Sriwijaya, dan hendaknya mereka dihukum bersama dengan kaum dan kerabat mereka.
Terlebih lagi, biarlah semua tindakannya membuat orang menjadi sakit, membuat orang
menjadi gila, menggunakan mantra-mantra, ramuan-ramuan, melakukan pemaksaan
kehendak terhadap orang lain dan sebagainya, (semoga tindakan-tindakan tersebut)
menjadi tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan tindak
kejahatan, biarlah mereka juga binasa karena kutukan-kutukan. Lebih lanjut, semoga
mereka yang menghasut orang untuk melakukan pengrusakan,dan yang merusak batu
yang ada di tempat ini, juga ikut mati terkena kutukan dan mendapatkan hukuman secara
langsung.) Semoga para pelaku pembunuhan, para pemberontak, mereka yang durhaka,
mereka yang membangkang, mereka yang tidak setia kepada-Ku, biarlah para pelaku
tindakan-tindakan seperti itu binasa di bawah kutukan). Sebaliknya, jika orang-orang
patuh, taat, setia kepada saya dan kepada mereka yang telah saya tunjuk menjadi datu,
maka semoga usaha keras mereka menjadi diberkati, begitu pula suku dan keluarga
mereka: dengan kejayaan, kedamaian, kesejahteraan, kesehatan, terhindar dari
malapetaka, berlimpahnya segala sesuatu untuk seluruh negeri mereka! ( Pada tahun Saka
608, hari pertama dari paruh terang bulan Waisakha, ketika kutukan itu diucapkan:
pemahatan terjadi ketika pasukan Sriwijaya baru saja bersiap-siap untuk menggempur
tanah-tanah Jawa (bhumi| Jawa yang masih belum ditundukkan kepada Sriwijaya
(Coedes 2014b, 68-69).

Dari temuan tersebut maka dapat di mengerti bahwasanya tidak hanya terdapat
unsur budaya,bahasa dan kebiasaan tetapi juga terdapat unsur peringatan dan pantangan
yang tertulis pada prasasti Karang Birahi.

B. Pembahasan
Prasasti Karang Birahi merupakan bukti yang menunjukkan bagaimana ketaatan
pada otoritas, terutama terhadap raja, merupakan nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam
masyarakat Sriwijaya. Kepatuhan pada raja tidak hanya dianggap sebagai sebuah norma
sosial, tetapi juga sebagai kewajiban yang tidak boleh dilanggar. Hal ini tercermin dari
kutukan yang disebutkan dalam prasasti tersebut, yang menegaskan konsekuensi negatif
bagi mereka yang melanggar perintah atau otoritas raja.

13
Ketika masyarakat pada masa Sriwijaya menginternalisasi nilai-nilai ini, mereka
secara efektif memperkuat struktur sosial yang berdasarkan otoritas yang kuat. Ketaatan
ini tidak hanya menciptakan stabilitas politik tetapi juga mengukuhkan posisi otoritas raja
dalam mempertahankan kedaulatan dan ketertiban di wilayah kerajaan.
Prasasti Karang Birahi juga menyoroti bagaimana norma-norma budaya dan nilai-nilai
sosial digunakan untuk menjaga keteraturan dan stabilitas dalam masyarakat. Penggunaan
bahasa yang penuh dengan penghormatan terhadap raja adalah contoh konkret bagaimana
nilai-nilai tersebut tercermin dalam struktur bahasa dan komunikasi pada masa itu.
Kutukan atau peringatan terhadap mereka yang melanggar otoritas raja juga
berfungsi sebagai mekanisme penegakan norma sosial. Ancaman kutukan ini menjadi
sarana untuk mengontrol perilaku anggota masyarakat agar tetap patuh dan tidak
melanggar norma yang telah ditetapkan.
Meskipun berlangsung pada masa lampau, prinsip-prinsip tentang ketaatan pada
otoritas dan pengaturan struktur sosial yang terdapat dalam Prasasti Karang Birahi tetap
memiliki relevansi yang signifikan dalam memahami dinamika kekuasaan, hirarki, dan
nilai-nilai sosial dalam masyarakat modern.
Nilai-nilai ini tetap relevan dalam konteks masyarakat modern karena konsep
kepatuhan pada otoritas, walaupun dengan bentuk yang lebih beragam, masih merupakan
bagian penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, politik, dan organisasi pada saat
ini. Begitu juga dengan peran norma-norma budaya yang masih menjadi perekat dalam
menjaga keteraturan sosial.

Kesimpulan

Prasasti Karang Birahi tidak hanya mengandung informasi sejarah, tetapi juga
merupakan cerminan nilai-nilai sosial, penghormatan terhadap otoritas, dan mekanisme
pengaturan struktur sosial pada masa Kerajaan Sriwijaya. Analisis yang lebih mendalam
terhadap prasasti ini membantu dalam pemahaman tentang bagaimana nilai-nilai tersebut
mempengaruhi dinamika sosial dan kekuasaan pada masa lampau, serta relevansinya
dalam konteks nilai-nilai sosial yang masih berlaku pada masyarakat modern.

14
Saran

Berdasarkan pembahasan mengenai Prasasti Karang Birahi dan unsur-unsur budaya serta
tradisi yang terkandung di dalamnya, beberapa saran dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pentingnya Memahami Warisan Budaya dan Nilai Tradisional


Dalam rangka memahami sejarah dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, penting
bagi masyarakat untuk menghargai dan mempelajari warisan budaya mereka. Dukungan
terhadap pendidikan sejarah lokal, bahasa, dan nilai-nilai tradisional dapat memperkaya
pengetahuan generasi saat ini tentang asal-usul dan budaya mereka.
2. Pengintegrasian Nilai-Nilai Historis dalam Pendidikan Modern
Menyelipkan nilai-nilai yang terkandung dalam prasasti atau dokumen bersejarah lainnya
dalam kurikulum pendidikan dapat membantu memperkenalkan generasi muda dengan
nilai-nilai penting seperti kepatuhan pada otoritas yang berlandaskan rasa hormat dan
tanggung jawab terhadap struktur sosial.
3. Adaptasi Nilai-Nilai Tradisional dalam Konteks Modern
Nilai-nilai seperti ketaatan pada otoritas atau kepatuhan terhadap struktur sosial dapat
diadaptasi ke dalam konteks masyarakat modern. Namun, hal ini perlu dilakukan dengan
bijaksana dan sesuai dengan perkembangan zaman, memperhatikan nilai-nilai keadilan,
kesetaraan, dan partisipasi masyarakat.
4. Penghormatan Terhadap Budaya Lokal dan Identitas Kebangsaan
Mendorong penghargaan terhadap budaya lokal dan identitas kebangsaan menjadi
penting dalam memelihara keberagaman dan memperkukuh jati diri suatu bangsa.
Prasasti seperti Karang BIRahi merupakan bagian dari warisan budaya yang dapat
menjadi sumber inspirasi dalam memperkuat rasa bangga akan warisan budaya yang
dimiliki.
5. Penelitian dan Pelestarian Artefak Bersejarah

15
Mengamati, memelihara, serta melakukan penelitian lebih lanjut terhadap artefak
bersejarah seperti prasasti ini sangat penting. Dukungan terhadap institusi dan organisasi
yang fokus pada pelestarian dan penelitian artefak bersejarah akan membantu memahami
sejarah serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
6. Penggunaan Teknologi untuk Diseminasi Informasi
Memanfaatkan teknologi modern seperti digitalisasi prasasti dan sumber sejarah lainnya
dapat memperluas akses masyarakat terhadap informasi dan nilai-nilai historis. Dengan
cara ini, pengetahuan tentang warisan budaya dapat diakses oleh lebih banyak orang
tanpa mengorbankan keaslian artefak itu sendiri.
Melalui penerapan saran-saran di atas, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami,
menghargai, dan merespons nilai-nilai budaya dan tradisional yang terkandung dalam
prasasti dan artefak bersejarah lainnya, sambil menjaga relevansinya dalam konteks
sosial, budaya, dan politik yang berkembang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S. I., Arso, S. P., & Wigati, P. A. (2015). Budaya Dan Kebudayaan. Analisis Standar
Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat Jalan Di RSUD Kota Semarang, 3, 103–111.
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Tables, I. (2006). I ma 2. 1(46), 260–261.
Syarifudin,Dkk,(2023).Buku koleksi Museum Sumatra Selatan,Beningsmedia Publishing,2023
https://en.wikipedia.org/wiki/Khmer_inscriptions
https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/prasasti/
https://www.kompas.com/stori/read/2023/08/08/190000379/pengertian-prasasti-dan-fungsinya?
page=all
https://kumparan.com/ragam-info/mengenal-pengertian-prasasti-dan-contoh-contohnya-
213GhUwterA

17
Lampiran

18
19

Anda mungkin juga menyukai