Anda di halaman 1dari 34

Kode/Rumpun Ilmu : 426/Teknik Arsitektur

USULAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING

STABILISASI KEBERLANJUTAN PERMUKIMAN


TRADISIONAL SASAK BERDASARKAN KONSEP
ECO-HOUSE DAN ECO-LIVING DI SADELOMBOK-NUSA TENGGARA BARAT

TIM PENGUSUL
Ir. Agus Zulkarnain Arief., MSA.
NPK : 466/FT; NIDN : 0715076102.

Ni Made Wiati, S.Si, MT.

NPK : 668FT; NIDN: 0714086903.

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


Maret 2013

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
RINGKASAN
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang..
1.2.
Tujuan Penelitian..
1.3.
Urgensi Penelitian
1.4.
Luaran Penelitian ..

1
1
2
2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Permukiman Sasak dan Tata Ruangnya...
2.2.
Arsitektur Tradisional Sasak.
2.3.
Rumah Ekologis, Kehidupan Ekologis, Kampung Ekologis
2.4.
Rancangan Arsitektur Ekologis
2.5.
Simulasi Bangunan dengan CFD.

2
3
4
7
9

BAB 3

METODE PENELITIAN
3.1.
Kerangka Penelitian .
3.2.
Teknik Pengambilan Data
3.3.
Metode Analisis Data.
3.3.1. Analisis dan Kajian Sustainibilitas
3.3.2. Analisis dan Rekonstruksi Rumah Adat..
3.3.3. Analisis dan Formulasi Model Stabilisasi

11
12
13
13
14
15

BAB 4

BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN


4.1. Anggaran Biaya
4.2. Jadwal Penelitian .

16
16

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

17

RINGKASAN
Suku Sasak merupakan salah satu suku asli Indonesia yang hidup di Pulau Lombok.
Sampai saat ini mereka masih mempertahankan adat dan budayanya dan menetap di
Sembalun,Senaru, Segenter, dan Sade. Permukiman tradisional di Dusun Sade, Desa
Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat
tapaknya tidak bertambah sehingga dikawatirkan daya dukungnya akan terlampaui dan
dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran adat dan budayanya. Penelitian ini
bertujuan:(1) menganalisis keberlanjutan permukiman tradisional Sasak di Sade, (2)
menganalisis dan mengkonstruksi konsepsi tata letak, konfigurasi massa, organisasi ruang
dan struktur-konstruksi bangunan rumah adat Sasak, di Sade, dan (3) memformulasikan
model stabilisasi desain rumah ekologis pada permukiman tradisional Sasak di Sade.
Untuk menganalisis tingkat keberlanjutan permukiman tradisional Sade dipergunakan
kuesioner Community Sustainability Analysis. Penganalisisan konstruksi konfigurasi
massa, tata letak, organisasi ruang, struktur konstruksi dilakukan melalui pembuatan detail
engineering development menggunakan program Computer Aided Design dan model
ikoniknya. Formulasi stabilisasi konsepsi rumah ekologis berdasarkan gambar teknik dan
model ikonik dianalisis sistem penghawaaan dan pengiklimannya dengan teknik simulasi
menggunakan program Computational Fluid Dynamic Solid Work. Hasil yang diharapkan
dari penelitian ini adalah suatu model stabilisasi rumah ekologis dalam rangka
melestarikan arsitektur tradisional Sasak, melalui upaya memperkecil pengaruh negatif,
seperti deterioration, suksesi lingkungan dan gangguan iklim, terhadap eksistensi
permukiman tradisional Sade.

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak lama manusia hidup dalam komunitas yang dekat dengan alam dengan
struktur sosial yang saling mendukung. Sejumlah komunitas permukiman tradisional di
Indonesia, berjuang untuk tetap hidup berkelanjutan. Pada sisi lain ada tantangan dimana
desain arsitektur saat ini cenderung kehilangan sentuhan kearifan lokus, klimatologi, dan
sumberdaya yang selaras dengan alam. Kecenderungan tersebut nampak dari cara
mengatasi masalah lingkungan buatan/binaan dengan penggunaan teknologi yang banyak
mengkonsumsi energi dan menghasilkan polusi.
Kondisi permukiman tradisional yang ada di Indonesia perlu digali nilai-nilai dan
kaidah-kaidah keunggulannya serta kesesuaiannya dengan desain ekologis. Hingga saat ini
sebagian besar komunitas tersebut masih tetap mempertahankan adat dan budayanya dan
belum terpengaruh modernisasi. Dengan kondisi tapak permukiman tradisional mereka
yang tidak bertambah, dan populasinya bertumbuh terus, dikawatirkan daya dukung
tapaknyaakan terlampaui. Oleh sebab itu dibutuhkan model konseptual untuk menjaga
keberlanjutan permukiman tradisional Sasak, di Dusun Sade. Kekayaan budaya seperti
permukiman tradisional Sasak di Dusun Sade harus distabilisasikan keberlanjutannya
berdasarkan konsep ecohouse dan ecoliving sehingga dapat diwariskan kepada generasi
mendatang.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menganalisis dan mengkaji tingkat keberlanjutan permukiman tradisional Suku
Sasak di Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok
Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Menganalisis dan merekonstruksi konfigurasi massa, tata letak, organisasi
ruang,denah, tampak, potongan, struktur dan konstruksi rumah adat pada
permukiman tradisional Sasak di Sade.
3. Menganalisis kenyamanan termal dan iluminasi bangunan pada permukiman
tradisional Sasak di Sade, guna penyusunan formulasi model stabilisasinya
berdasarkan konsep ecohose dan ecoliving.
1

1.3. Urgensi Penelitian


Penelitian tentang komunitas rumah ekologis dan kehidupan ekologisbelum pernah
dilakukan pada permukiman tradisional Suku Sasak di Dusun Sade, Desa Rembitan,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan
dilakukannya penelitian ini akan diketahui tingkat keberlanjutan permukiman tradisional di
Sade dalam aspek ekologis, sosial dan kultural/spiritual. Selain itu akan diketahui nilainilai lokalnya dan kesesuaiannya dengan konsep desain ekologis baik ditinjau dari aspek
kenyamanan termal maupun iluminasinya. Keberadaan dan keberlanjutan tersebut, penting
untuk diformulasikan model stabilisasi desainnya karena permukiman tradisional Sade ini
merupakan salah satu aset kekayaan milik bangsa yang tidak ternilai.
1.4. Luaran yang Diharapkan
Luaran penelitian ini adalah sebuah model stabilisasi keberlanjutan permukiman
tradisional Sasak di Sade, Lombok, Nusa Tenggara Barat yang tersusun berdasarkan driven
factor sustainibilitas bangunanadat dalam bentuk design guidelineuntukdesain bangunanbangunan tradisional Sasak sebagai aset kekayaan bangsa melalui pendekatan konsep ecohouse dan
ecoliving, sehingga diperoleh bangunan hunian yang sehat, liveable dan ramah lingkungan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Permukiman Sasak dan Tata Ruangnya


Terbentuknya kampung tradisional Suku Sasak di Pulau Lombok biasanya dimulai
dari sekelompok orang (suku) yang membentuk suatu desa kecil yang kemudian kian lama
kian sempurna (Monografi Daerah NTB jilid I, 1977; Yusuf , M & Sukandi, 1987;
Subadyo, 2003). Keberadaan desa- kampung tradisional tersebut cenderung menyebar
hingga bukit-bukit atau bahkan di kaki gunung, yang terjadi karena adanya bentrokan antar
suku, keyakinan, dan lain-lain, sehingga untuk menghindarkan diri dari kejaran musuh,
mereka harus mencari tempat-tempat yang sukar dicapai (Sulistianto, 2005).
Kampung tradisional Sasak di Pulau Lombok terdiri dari sejumlah rumah adat,
bangunan berugak, bangunan tempat menyimpan padi (lumbung), kandang ternak dan
lingkungan sekitarnya. Tata ruang kampung Sasak pada dasarnya merupakan semacam
miniatur dari penataan yang lebih besar yaitu dari tata ruang kawasan (Yusuf , M &
Sukandi, 1987;Subadyo, 2003). Pada permukiman tradisioanal Suku Sasak di Pulau
2

Lombok terdapat beberapa fungsi ruang maupun bangunan. Perbedaan fungsi ini di
terapkan pada penataan kawasan, penataan permukiman maupun penataan bangunan
termasuk rumah. Penataan bangunan pada permukiman tradisional Sasak di Pulau Lombok
dikenal juga peruntukan dari kawasan dan bangunan yang bersifat pribadi, sosial dan
ditambah dengan fungsi sakral (Sulistianto, 2005).
Berdasarkan konfigurasi massa, pola dan bentuk bangunan secara keseluruhan
berorientasi menghadap Gunung Rinjani yang merupakan manifestasi dari garis kosmis
imajiner kepercayaan masyarakat terhadap tempat bersemayamnya roh-roh leluhur serta
sebagai simbol interaksi masyarakat dengan lingkungan kosmologisnya, dimaknai
hidupnya melalui rumah adatnya (Subadyo, 2003).
2.2. Arsitektur Tradisional Sasak
Yusuf , M & Sukandi (1987), menyatakan bahwa rumah tradisional Sasak di Pulau
Lombokadalah salah satu wujud kebudayaan komunitas Sasak di Lombok yang memiliki
ciri khusus dan tidak kalah unik dengan rumah-rumah tradisional daerah lain. Rumah adat
Sasak di Pulau Lombok secara vertikal merupakan cerminan pembagian jagad raya. Kaki atau tiang
melambangkan dunia bawah (dunia kegelapan, neraka), badan atau dinding dan ruang di dalamnya
melambangkan dunia tengah ( dunia kehidupan alam semesta) dan atap melambangkan dunia atas
(dunia abadi, kahyangan).

Bagi komunitas adat Sasak di Pulau Lombok mendirikan rumah atau bangunan
lainnya, harus dimulai dengan niat dan ini dianggap sebagai perbuatan suci, artinya harus
diperhitungkan syarat-syarat yang diperlukan (Subadyo, 2003; Sulistianto, 2005). Biasanya
syarat-syarat tersebut meliputi : cara memilih bahan bangunan, syarat dan pantangan
membangun rumah, arah hadap rumah, memilih hari hari baik dan dilakukannya
selamatan-selamatan.
Selain arsitektur bangunan rumah adat (tradisional), berugak merupakan salah satu
bangunan tradisional yang menjadi sarana sosialisasi yang dilakukan komunitas Suku
Sasak di Pulau Lombok dengan yang lainnya atau berfungsi juga sebagai tempat
musyawarah ataupun dalam penyelenggaraan upacara-upacara adat.Berugak adalah
bangunnan yang berbentuk panggung tanpa adanya dinding penyekat kecuali di sisi
sebelah selatan (Subadyo, 2003; Sulistianto, 2005).

Lumbung merupakan bangunan tradisional Suku Sasak yang juga banyak terdapat
pada dusun-dusun di Pulau Lombok. Keberadaan lumbung bukan hanya digunakan sebagai
tempat untuk menyimpan padi ketika panen, tetapi lumbung juga dijadikan sebagai tanda
tingkat kekastaan seseorang (Subadyo, 2003; Sulistianto, 2005).. Bentuk lumbung yang
tertinggi derajatnya adalah yang hanya diperuntukkan bagi kaum bangsawan.
Teknologi yang dimiliki orang Suku Sasak di Pulau Lombok masih tergolong
sederhana, namun sangat menjunjung tinggi kearifan lingkungan. Struktur bangunan
tradisional Sasak adalah sistem rangka yang terbuat dari kayu berupa balok dan tiang
persegi empat. Sementara penutup dinding terbuat dari anyaman bambu (bilik), yang
dibiarkan pada warna dan karakter aslinya
Konstruksi bangunan disambung dengan menggunakan sistem ikatan, tumpuan,
pasak, tumpuan berpaut dan sambungan berkait. Selain sistem tersebut di atas maka
dilarang untuk digunakan (Subadyo, 2003). Bahan bangunan yang dipergunakan untuk
mengikat suatu sambungan adalah bahan rotan dan bambu. Konstruksi penutup atap
digunakan rumbia, yang didukung oleh konstruksi bambu dan di ikat dengan menggunakan
ijik atau bambu.
2.3. Rumah Ekologis, Kehidupan Ekologis dan Kampung Ekologis
Sistem membangun yang ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaan sumber
daya, disebut sebagai rumah ekologis (Soegijanto, 1998; Frick & Suskiyatno B, 1998;
Frick & Darmawan, 2008; Widyarti, 2011). Pencapaian membangun tersebut dapat
dilakukan melalui pendekatan terintegrasi dalam desain. Bangunan rumah yang
berkelanjutan (sustainable building) dimaknai juga sebagai rumah ekologis. Manfaat yang
dicapai dari penerapan konsep ruamh ekologis adalahpengurangan biaya operasional
(penggunaan energi dan air bersih), meningkatkan kesehatan penghuni, dengan
memperbaiki kualitas udara dalam bangunan, dan mengurangi dampak lingkungan
(meminimalisir limbah cair dan dampak pemanasan dalam bangunan).
Kehidupan ekologis (ecoliving)adalah kehidupan untuk berkomitmen dalam cara
hidup untuk lebih baik dengan memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan agar terciptanya ecologically sustainable living ( Seo, 2001; The UNSW
Ecoliving Centre, 2006). Konsep ini merupakan suatu turunan darikampung
4

ekologis(ecovillage)yang dikembangkan sebagai pilihan hidup dalam masyarakat baik


pedesaan atau perkotaan dengan mengintegrasikan kelestarian lingkungan, sosial secara
menyeluruh melihat aspek desain ekologis, permaculture, bangunan ekologis, energi
alternatif, efisiensi air, dan sebagainya (GEN, 2000).
Masyarakat Indonesia secara tradisional telah mempunyai filosofi mengenai
perlindungan terhadap sumber daya alami sehingga mereka dapat hidup di dalam suatu
ekosistem yang berkelanjutan (Arifin et al. 2003). Kehidupan ekologis (ecoliving) dapat
juga diwujudkan dalam bentuk gaya hidup karena dengan gaya hidup yang sehat dan
memperhatikan kebijakan dan kearifan manusia dalam menerapkan hasil teknologi yang
ada untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan yang ada dapat
menghasilkan suatu kehidupan yang berwaswasan lingkungan (Budihardjo,1999).
Definisi kampung ekologisyang digunakan oleh Global Eco-villages Network
(GEN) (2000); Widyarti, (2011) adalah; permukiman berskala manusia yang berkualitas
(full-featured settlement) dimana kegiatan penghuninya terintegrasi dengan alam dan
mendukung perkembangan kesehatan manusia serta dapat berlangsung sampai waktu yang
tidak terbatas. Pendekatan untuk mencapai impian inilah yang kemudian disebut sebagai
kampung ekologis (Gilman,1991). Lebih jauhWidyarti, (2011) menyatakan bahwa,
prinsip pembangunan berdimensi ekologis dalam kampung ekologisantara lain: (1)
penggunaan tanah sesuai daya dukungnya; (2) pemanfaatan sumberdaya alam yang efisien;
(3) lingkungan yang sehat; (4) penggunaan bahan bangunan lokal non toxic; (5) preservasi
terhadap vegetasi dan fauna yang kritis dan habitat alam; (6) optimasi pemanenan energi
alam; (7) sistem struktur ekonomi yang ramah lingkungan; dan (8) penerapan sistem daur
ulang pada seluruh produk yang digunakan.
Prinsip pembangunan ekologis seperti di atas dijadikan landasan pemikiran tentang
keberlanjutan dengan pemahaman yang mendalam bahwa seluruh sumber daya alam, baik
yang dapat diperbaharui maupun yang tidak jumlahnya terbatas, oleh sebab itu aktivitas
manusia tidak boleh melebihi kapasitas pendukungan ekosistem dibumi (Randla, 2002).
White &Masset (2003), menyatakan bahwa tingginya tingkat keberlanjutan dari
komunitasditentukan oleh besaran derajat dari komunitas untuk dapat mampu
berkecukupan dan berdiri sendiri.

Guna

memperoleh

keterukuran

keberlanjutan

suatu

komunitas,

GEN

(2000)mengembangkan suatu konsep tentang cara mengaudit suatu keberlanjutan sebagai


dasar untuk menilai individual, dan komunitas yang ada untuk dibandingkan statusnya saat
ini dengan tujuan ideal dari keberlanjutan ekologi, sosial dan spiritual/kultural (Widyarti,
2011). Instrumen dan unit analisis yang dipergunakan sebagai pengambilan tindakan agar
individual dan komunitas dapat menjadi lebih berkelanjutan disebut Community
Sustainability Assessment (CSA).
Penelitian penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan bangunan hunian (rumahperumahan-permukiman) yang lebih ramah lingkungan (Widyarti ,2011), antara lain
penelitin Kim (2005), Gaitani (2007) dan Mahdavi (2008). Saat ini arsitektur modern tidak
mempunyai kapasitas untuk mengontrol lingkungan mikro di dalam suatu bangunan tanpa
penggunaan teknologi yang mengkonsumsi energi banyak dan hal ini akan berdampak
pada masalah lingkungan. Pernyataan tersebut merupakan kesimpulan dari penelitian Kim
(2005), tentang perbandingan kontrol lingkungan dalam bangunan pada arsitektur
tradisional Korea dengan arsitektur modernnya.
Selanjutnya, penelitian Gaitani (2007) di Great Athens tentang pentingnya
menerapkan kriteria bioklimatik arsitektur dan sistem pendinginan pasif dan prinsip
konservasi energi dalam rangka meningkatkan kondisi kenyamanan termal pada bagian
luar suatu bangunan. Yang menjadi latar belakang dari penelitian ini adalah ketidakpuasan
terhadap sensasi kondisi iklim diluar bangunan. Hasil analisis dari penelitian ini
menghasilkan perbandingan struktur konvensional dengan lainnya yaitu desain yang
memperbaiki prinsip bioklimat.
Sementara itu Mahdavi (2008) melakukan penelitian tentang aktifitas penghuni
untuk mengontrol kondisi iklim utamanya termal didalam bangunan. Peran dan fungsi
elemen bangunan seperti jendela, naungan, penerangan dan sumber panas dan kipas angin
biasanya dilakukan untuk mengkondisikan ruang agar tercapai kondisi dalam bangunan
sesuai dengan yang diinginkan. Hasil penelitian Mahdavi (2008), mengkuatkan bahwa
pengkondisian perilaku iklim mikro dalam bangunan dan penghematan penggunaan energi,
lewat pengontrolan ini memberi dampak yang sangat signifikan.

2.4. RancanganArsitektur Ekologis


Pada saat ini perancangan arsitektur sudah banyak kehilangan sentuhan dan
pengetahuan khusus tentang lokus tertentusehingga menjadikan banyak desain arsitektur
kehilangan identitas (Ryn,1998; Soegijanto, 1998;

dan Widyarti, 2011). Unruk itu

diperlukan perancangan arsitekturekologis dimana ada keterikatan dengan lokus dan


sumberdaya alam. Dengan kata lain rancangan arsitektur yang berkelanjutan adalah
rancangan

arsitektur

yang

memperhatikan

kaidah-kaidah

yang

bertaut

dengan

dilakukannya penelusuran terhadap dampak lingkungan akibat dari rancangan arsitektur


yang dibuat.
Sejumlah

penelitian

yang

dilakukan

untuk

perbaikan

perancangan

arsitektur(Widyarti ,2011), antara lain dilakukan oleh Smeds (2007) di Stockholm, Sweden
yang meneliti tentang kunci keberhasilan dari suatu desain untuk menghasilkan suatu
rumah yang ramah lingkungan dan menghasilkan efisiensi dalam penggunaan energy
didaerah yang beriklim dingin. Ia membandingkan antara konstruksi perumahan apartment
dengan perumahan yang menggunakan teknologi yang terbaik untuk apartment menurut
regulasi Nordic Building Codes of 2001 dan desain rumah sesuai standar IEA Task 28,
serta bangunan berkelanjutan (sustainable solar housing). Hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa rumah yang dirancang dengan baik dapat mengurangi lebih dari 85%
penggunaan energi.
Penelitian tentang pengaruh faktor iklim di daerah yang beriklim tropika panas dan
lembab yang mempunyai curah hujan yang tinggi, dilakukan oleh Engin (2007). Analisis
terhadap kehidupan sehari-hari di rumah, termasuk kebutuhan yang ada sekarang dan
mendatang sangat membantu menyeleksi faktor penting sebagai dasar untuk mendesain
rumah yang memadai. Hasil dari penelitian ini memberikan informasi tentang arsitektur
tradisional wilayah Timur Laut Hitam dan hubungan antara bentuk arsitektur tradisional
tersebut dengan iklim.
Hal yang penting untuk dievaluasi dalam setiap desain adalah terpenuhinya ruang
untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari (Widyarti, 2011). Sekait dengan tuntutan tersebut
Sozen (2007) membuat penelitian untuk memastikan adaptasi dari rumah tradisional yang
lama terhadap iklim setempat (di Diyarbakkir, sebelah Selatan dari wilayah Turki). Dalam
penelitian ini, seluruh bagian dari arsitektur tradisional rumah Diyarbakir, seperti tata letak,
7

denah, dinding, atap dan elemen naungan dievaluasi sebagai suatu kriteria fisik sebuah
bangunan. Hasil penelitian ini menjelaskan pentingnya suatu bangunan tradisional dalam
hal membuat desain bangunan yang efisien penggunaan energinya untuk membuat suatu
bangunan yang ramah lingkungan. Rumah tradisional Diyarbakir merupakan suatu contoh
kesuksesan dari bangunan yang dapat beradaptasi dengan iklim panas dan kering
(Widyarti, 2011). Hal ini dapat tercapai dengan gaya hidup lama dan dengan kebutuhan
dan penggunaan material lokal.
Penelitian tentang sejauh mana melakukan simulasi di dalam bangunan dapat
membantu arsitek dalam tahap pembuatan konsep desain dilakukan oleh Xia (2008). Hasil
dari penelitian tersebut membuktikan bahwa untuk mendapatkan suatu hasil desain
arsitektur yang baik maka penting untuk dilakukan simulasi di saat tahap perancangan
bangunan. Proses simulasi bangunan akan sangat membantu perancang dalam membuat
rancangan pengkondisian udara. Selain itu terbukti bahwa dengan dilakukannya simulasi
pada tahap awal yaitu saat pembuatan konsep perancangan bangunan maka akan dapat
dilakukan efisiensi dalam penggunaan energi dalam bangunan.
Tekanan pada setiap sisi bangunan dapat ditentukan berdasarkan ranah suatu
wilayah. Coffey (2007) melakukan penelitian tentang keefektifan suatu aliran ventilasi
berbasis sifat apung udara (buoyancy) yaitu perpindahan panas dalam ruang (Widyarti,
2011). Hasil dari penelitian ini didapatkan suatu perbandingan secara kuantitatif tentang
perbedaan aliran yang dapat dipergunakan apabila terjadi perbedaan kerapatan udara antara
lingkungan luar dan dalam bangunan. Penelitian tentang penggunaan cerobong dalam
meningkatkan ventilasi alam didalam bangunan dilakukan oleh Livermore (2006). Hasil
yang diperoleh membuktikan dengan menggunakan cerobong akan meningkatkan besaran
ventilasi untuk suatu lantai bangunan, yaitu meningkatnya besaran ventilasi yang melalui
lantai di atasnya, terutama bilamana lantai dibawahnya mempunyai inlet yang luas.
Ternyata cerobong bisa juga digunakan untuk mengarahkan ventilasi pada lantai bangunan
dengan beban panas yang kecil untuk menambah besaran tekanan gaya apung (buoyancy)
yang ada guna memacu aliran udara. Udara akan keluar dari ruang yang lebih hangat
melalui cerobong sehingga akan mengakibatkan aliran melalui lantai yang bertemperatur
rendah.

Penelitian tentang penggabungan pengudaraan aktif dan pasif dalam mendesain


suatu bangunan dilakukan oleh Tenorio (2007).Konsep ini telah dikembangkan untuk
percobaan pada sebuah bangunan prototipe di daerah beriklim tropika di Brasil. Kedua
model uji tersebut dioperasikan secara paralel. Tingkat kenyamanan termal dan
penggunaan energi dibandingkan lama penggunaannya, kelebihan pemanasan atau
kekurangan pemanasan dan pendinginan. Penggunaan sumber daya lainnya seperti air, dan
material pada bangunan prototipe juga diamati. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
pada daerah beriklim tropis, penggunaan energi campuran telah mengoptimisasi
penggunaan energi dan memberikan level kenyamanan termal yang baik. Pada beberapa
kasus, penggudaraan energi campuran dapat meningkatkan kenyamanan termal dapat
meningkat sampai 65% dan mengurangi penggunaan energi untuk pendinginan sampai
mencapai 80%.
Sementara itu penelitian Andersen (2007) menganalisis kemungkinan besaran
aliran udara dengan mengkombinasikan ventilasi alam dan ventilasi silang dalam ruangan.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa bukaan ganda pada ruang memperlihatkan
terjadinya ketidak stabilan dan histeria pada penghuni.
2.5. Simulasi Bangunan dengan Computational Fluid Dynamic (CFD).
Pemakaian simulasi CFD ini telah dilakukan oleh Wong (2007), yang membuat
pengukuran lapang dan simulasi energi untuk mengevaluasi keefektifan metoda
pengudaraan/pengikliman pasif dalam pendinginan bangunan. Beban pendinginan
disimulasi untuk mengevaluasi keefektifitasan berbagai metode pasif. Hasil dari penelitian
ini menemukan penggunaan sistem spesial untuk atap sebagai penghalang panas
merupakan metoda yang paling efisien untuk mengurangi beban pendinginan ruang.
Penelitian tentang kinerja dari efek dari bangunan perumahan yang berpori
(porous) untuk memperoleh ventilasi alam dan pengurangan beban pendinginan pada
bangunan dilakukan oleh Hirano pada tahun 2006.Subyek penelitian adalah mengevaluasi
dua model perumahan dengan rasio bukaan 0% dan 50 % .Analisis dilakukan terhadap
aliran dan jaringan termal dan udara yang terjadi dengan CFD. Analisis pada komponen
dari beban panas menunjukkan dan bahwa peningkatan kualitas dari ventilasi alam
meningkat secara signifikan akibat bukaan dengan rasio 50% dan mengurangi beban
pendinginan untuk ruangan.
9

Sebelumnya Bastide (2006) melakukan penelitian tentang cara mengoptimisasi


penggunaan energi pada bangunan di daerah beriklim tropis dengan cara mengurangi
perioda pemberian pendingin udara dan menggantinya dengan penggunaan ventilasi alam
dan desain bioklimatik. Metoda ini sangat membantu para arsitek dalam mendesain ruang
yang sesuai dengan penggunaannya dan kondisi iklim mikro dalam ruang yang diinginkan.
Menurut pendapatBastide (2006) sangat penting untuk mengatur agar selimut bangunan
dilimitasi kontribusi energinya dan optimisasi aliran udara berdasarkan hasil analisis
jaringan ventilasi alamiahnya. Oleh karena itu Bastide mengimplementasikan alat seperti
model nodal dan zonal dalam kode energi pada bangunan dan mengevaluasi transportasi
energi antara luar dan dalam bangunan.
Teknik simulasi CFD merupakan penggantian persamaan-persamaan diferential
parsial dari kontinuitas, momentum, dan energi dengan persamaan-persamaan aljabar
(Widyarti, 2011). Pemecahan simulasi dan pendefinisian geometri bangunan menggunakan
software CFD SolidWork 2012 memiliki 3 (tiga) elemen utama, yaitu pre-processor, solver
dan post-processor.
a. Pre-processor Komponen pre-processor merupakan komponen input dari
permasalahan aliran ke dalam program CFD dengan menggunakan interface yang
memudahkan operator, berfungsi sebagai pengubah input berikutnya ke dalam bentuk yang
sesuai pemecahan oleh solver.
b. Solver Proses ini merupakan tahapan pemecahan masalah secara matematik
dalam CFD. Metode yang digunakan adalah volume hingga (finite volume) yang
dikembangkan dari metode beda hingga (finite difference) khusus. Pada proses solver,
terdapat 3 (tiga) persamaan aliran fluida yang menyatakan hukum kekekalan fisika, yaitu:
(1) massa fluida kekal (kekekalan massa) ; (2) laju perubahan momentum sama dengan
resultansi gaya pada partikel fluida (Hukum Newton II) ; dan (3) laju perubahan energi
sama dengan resultansi laju panas yang ditambahkan dan laju kerja yang diberikan pada
partikel fluida (Hukum Termodinamika I).
c. Kekekalan Massa Tiga Dimensi Steady State. Keseimbangan massa fluida
menyatakan laju kenaikan (pertambahan) massa elemen fluida sama dengan laju net aliran
massa ke dalam elemen fluida. Dalam bentuk persamaan dinyatakan sebagai berikut:

10

= 0.. (1)

d. Persamaan Momentum Tiga Dimensi Steady State


Persamaan momentum dikembangkan dari persamaan Navier-Strokes dalam bentuk
sesuai dengan metode finite volume.
Momentum x:
+

.. (2)

Momentum y:

.. (3)

Momentum z:

+
+

(4)

e. Persamaan Energi Tiga Dimensi Steady State


Persamaan energi tiga dimensi Steady Statediturunkan dari Hukum Termodinamika
I yang menyatakan bahwa : Laju perubahan energi partikel fluida = laju penambahan
panas ke dalam partikel fluida ditambah dengan laju gaya yang diberikan pada partikel.
Secara matematik dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
+

(5)

f. Post-processor . Post-processor menampilkan hasil dari dua tahap sebelumnya.


Tampilan yang disajikan meliputi: (1) tampilan geometri domain dan grid; (2) plot
vektor;(3) plot permukaan 2 (dua) dimensi dan 3 (tiga) dimensi; (4) pergerakan partikel;(5)
manipulasi pandangan ; dan (6) output warna.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Tahapan dalam pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.berikut

11

TUJUAN

ANALISIS

HASIL

Tata Ruang

Menganalisis
Eksistensi Komunitas
Permukiman
Tradisionil Suku
Sasak di Sade dengan
CSA

Tata
Bangunan
Tata
Lingkungan

Tata letak
Rumah
Organisasi
Ruang

Merekonstruksi Tata
Letak Permukiman,
Desain Arsitektur
Tradisional Rumah
dan Struktur
Konstruksinya

Struktur
/Konstruksi
dan Bahan

Analisis
desain tata
letak dan
organisasi
ruang
Menganalisis dan
memformulasikan
Konsep Desain
Rumah Ekologis
pada Permukiman
Tradisionil Suku
Sasak di Sade

Analisis orientasi & tata


ruang/ tata letak rumah
Analisis desain elemen
& atribut

Pengukuran Suhu,
Kelembaban, Cross
Ventilation
Analisis
Penghawaaan,
Pengikliman
dan Iluminasi

Perbandingan hasil
perhitungan dengan
verifikasi simulasi

Tingkat Sustainibilitas
Komunitas Permukiman
Tradisionil Sasak di
Sade, Berdasarkan
Aspek Ekologi, Sosial &
Kultural/Spiritual

DETAIL
ENGINERING
DEVELOPMENT
DAN MODEL
ICONIC
ARS ITEKTUR
TRADISIONAL
SASAK DI SADE

Konsep
rancangan
rumah liveable
& ekologis

TAHUN
KEDUA

MODEL STABILISASI
PERMUKIMAN
TRADISIONAL SASAK DI
SADE BERBASIS KONSEP
ECOHOUSE & ECOLIVING

Interpretasi
Verifikasi
/Simulasi
Rumah
Ekologis

Gambar . 3.1. Kerangka Penelitian

3.2. Teknik Pengambilan Data


Pada rencana penelitian ini akan dilakukan pengambilan data sekunder yang
ditelusur berdasarkan sejumlah sumber yang representatif serta relevan dengan topik
penelitian ini, sedangkan data primer akan diambil langsung di lapangan.Pengambilan data
12

TAHUN
PERTAMA

primer akan dilakukan melalui interview dengan menggunakan kuesioner dari CSA dan
untuk melakukan konfirmasi dan pemahaman tentang lokasi maka dilakukan survey
pengamatan pada lokasi.
3.3. Metoda Analisis Data
3.3.1.Analisis dan KajianSustainibilitas Permukiman Tradisional Sasak di Sade
Untuk menganalisis dan mengkaji tentang keberlanjutan komunitas permukiman
tradisional Sasak di Sade akan dipergunakan kuesioner CSA. Pengumpulan data penelitian
dilakukan dengan interviewmelalui teknik Focus Group Discussion (FGD) dengan sampel
responden kunci (pemuka adat, tetua kampung,dan tokoh mayarakat Suku Sasak).
Responden ditetapkan dengan strategi purposive sampling. Pengambilan data akan
dilakukan pada saat malam hari setelah responden ada di rumah. Selain itu juga akan
dilakukan pengamatan lokasi dengan mengukur dan merekam seluruh faktor yang penting
dengan membuat sketsa dan catatan. Alat yang akan dipergunakan adalah kompas,
anemometer, Global Positioning System (GPS).
Tabel 3.1. Parameter dalam Community Sustainibility Assessment
No
1
2
3
4
5
6
7

1
2
3
4
5
6
7

1
2
3
4
5

Parameter Aspek Ekologis


Makna dari tempat tinggal
Ketersediaan makanan ( produksi & distribusi )
Infrastruktur (bangunan & transportasi)
Pola (konsumsi &pengelolaan limbah padat)
Air (sumber, kualitas & pola penggunaan)
Manajemen (limbah cair & polusi air)
Energi (sumber& penggunaan)
Jumlah nilai untuk parameter ekologis
Parameter Aspek Sosial
Keterbukaan ( kepercayaan& keamanan; ruang bersama)
Komunikasi (aliran gagasan & informasi)
Jaringan (pencapaian & jasa)
Keberlanjutan sosial
Pendidikan
Pelayanan kesehatan
Keberlanjutan ekonomi (tingkat kesehatan ekonomi lokal)
Jumlah nilai untl parameter sosial
Parameter Aspek Kultural/ Spiritual
Keberlanjutan budaya
Seni dan rekreasi
Keberlanjutan keyakinan religiolitas
Keterikatan komunitas
Ketahanan komunitas
13

Bobot
*
*
*
*
*
*
*
A
*
*
*
*
*
*
B
*
*
*
*
*

6
7

New Holographic (pandangan global)


Kedamaian/keterteraman dan pemikiran global
Jumlah nilai untuk parameter kultural
Total nilai keseluruhan (A+ B + C)

*
*
C
T

Sumber : Hildur, 2006 & Widyarti, 2011.

Berdasarkan acuan dari CSA suatu permukiman tradisional komunitas dikatakan


berkelanjutan mencapai nilai yang disajikan pada tabel 3.2.
Tabel 3. 2. Nilai dan Kondisi Sustainibilitas
Keterangan
Parameter (*)

Nilai
50+
26 - 49
0 - 25

Aspek (A + B + C)

333 +
166 - 332
0 - 165

Total Setiap Aspek

999 +
500 - 998
0 - 499

Kondisi Sustainibilitas
Menunjukkan progres sangat baik menuju
keberlanjutan
Menunjukkan permulaan yang baik menuju
keberlanjutan
Menunjukkan harus dilakukan tindakan guna
mencapai taraf keberlanjutan
Menunjukkan progres sangat baik menuju
keberlanjutan
Menunjukkan permulaan yang baik menuju
keberlanjutan
Menunjukkan harus dilakukan tindakan guna
mencapai taraf keberlanjutan
Menunjukkan progres sangat baik menuju
keberlanjutan
Menunjukkan permulaan yang baik menuju
keberlanjutan
Menunjukkan harus dilakukan tindakan guna
mencapai taraf keberlanjutan

Sumber : Hildur, 2006 & Widyarti, 2011.

3.3.2.Analisis dan Rekonstruksi Tata Letak, Konfigurasi Massa, Organisasi Ruang,


Denah, Tampak Potongan dan Struktur Konstruksi Rumah Adat Sasak.
Pengambilan data untuk melakukan analisis dan merekonstruksi tata letak,
konfigurasi massa, denah, tampak, potongan dan struktur konstruksi rumah adat Sasakdi
Sade akan dilakukan dengan teknik interview menggunakan daftar pertanyaan, melakukan
pengukuran untuk mengambil data primer dan pengamatan pada lokasi.
Hasil survey akan didokumentasikan berupa catatan dan sketsa dari bangunan
tradisional Sasak di Dusun Sade. Rekonstruksi dilakukan dengan membuat gambar teknik
detail engineering developmentmenggunakan program CAD, melalui penggambaran
terhadap pictorial site plan lokasi permukiman tradisional Sasak di Sade, lay out plan,
14

denah rumah, tampak potongan dan detail teknik arsitektural.Selanjutnya dibuat miniatur
(model ikonik) rumah adat pada permukiman tradisional komunitas Suku Sasak.
3.3.3. Analisis dan Formulasi Model Stabilisasi Keberlanjutan Permukiman
Tradisional Sasak
Analisis dan formulasi model stabilisasi permukiman tradisional Sasak di Sade,
meliputi konsep tata letak, konfigurasi massa dan dan orientasi rumah, organisasi ruang,
desain fisik dan pengudaraan pasif bangunan. Untuk pengudaraan pasif bangunan,
direncanakan akan dipergunakan teknik simulasi. Simulasi direncanakan akan dibuat
menggunakan software programCFD SolidWork 2012.
Untuk pengambilan data dan simulasi direncanakan akan dipergunakan sebuah maket
model ikonik - miniatur rumah adat Sasak Sade. Pengambilan data pada maket model
ikonik - miniatur rumah adat Sasak Sade direncanakan akan dilakukan di Laboratorium
Ruang dan Lapangan Sain Bangunan dan Lingkungan, Jurusan Arsitektur Universitas
Merdeka Malang.Data yang diperoleh selanjutnya akan divalidasikan dengan hasil simulasi
untuk mengetahui nilai kepercayaan dari simulasi.
Untuk mengetahui besar eror data hasil simulasi maka hasil simulasi akan
dibandingkan dengan data hasil pengukuran. Nilai eror dari kedua teknik pengambilan data
tersebut kemudian diuji dengan root mean square error (RMSE). Jika nilai
kepercayaannya < 5% maka berarti hasil simulasi dapat dipercaya dan dapat dipergunakan
untuk menduga kondisi rumah tradisional Suku Sasak di Sade.
Selanjutnya akan dilakukan simulasi pada bangunan berskala 1: 1. Simulasi ini
direncanakan akan dilakukan dengan kondisi lingkungan untuk mengetahui kondisi
pengudaraan pasif di dalam bangunan rumah tradisional Suku Sasak. Hasil simulasi yang
dibuat adalah besar temperatur, RH, dan aliran udara pada bangunan rumah tradisional
Suku Sasak di Sade. Setelah itu juga akan dianalisis kesesuaiannya dengan standard
kenyamanan bangunan ada.

15

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN


4.1. Anggaran Biaya
Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian
No
1
2
3
4
5

Jenis Pengeluaran

Biaya yang diusulkan (Rp)


Tahun I
Tahun II
Rp. 19.800.000,Rp. 19.800.000,Rp. 8.750.000,Rp. 8.750.000,Rp. 20.942.500,Rp. 19.842.500,Rp. 14.500.000,Rp. 14.500.000,Rp. 6.000.000,Rp. 7.000.000,Rp. 68.992.500,Rp. 69.992.500,Rp.138.985.000,-

Honor Tim Peneliti


Peralatan Penunjang
Bahan Habis Pakai
Biaya Perjalanan
Lain-lain
Jumlah
Jumlah Keseluruhan

4.2. Jadwal Penelitian


Rencana penelitian tersaji pada tabel- tabel berikut
TAHUN I : Stabilisasi Keberlanjutan Permukiman Tradisional Sasak Berdasarkan
Konsep Ecohouse dan Ecoliving di Sade, Lombok Tengah, NTB.
No.

BULAN

Kegiatan
1

1.

Persiapan/pengurusan ijin

2.

Pemantapan desain penelitian melalui


eksplorasi teori dan Kajian Pustaka

3.

Penghimpunan data sekunder dan


penggambaran obyek

4.

Interview berdasarkan Kues CSA, observasi


lapang dan FGD di permukiman tradisional
Sasak, pengukuran fisik di lapang.

5.

Analisis sustainibilatasdan rekonstruksi


pembuata gambar piktorikal teknikal dan
model ikonik bangunan tradisional Sasak
Sade)

5.

Seminar hasil dan Monev

6.

Penyusunan laporan akhirdan publikasi


ilmiah

16

10

TAHUN II : Stabilisasi Keberlanjutan Permukiman Tradisional Sasak Berdasarkan


Konsep Ecohouse dan Ecoliving di Sade, Lombok Tengah, NTB.
BULAN
No.
Kegiatan
1

1.

Persiapan/pengurusan ijin

2.

Verifikasi hasil pengukuran lapang di


Permukiman Tradisioanal Sade Lombok
Tengah, NTB.

10

Uji coba model ikonik bangunan


tradisional Sasak Sade di Laboratorium
Sain Lingkungan JTA Unmer Malang
3.

Pengukuran aspek termal dan iluminasi


(daylighting) pada specimen model ikonik
bangunan tradisional Sasak Sade

4.

Simulasi Bangunan dengan Computational


Fluid Dynamic dan Uji Perbandingannya

5.

Seminar Hasil dan Monev

6.

Penyusunan laporan akhir dan publikasi di


jurnal ilmiah

DAFTAR PUSTAKA
Andersen KT. 2007. Airflow rates by combined natural ventilation with opposing wind
unambiguous solutions for practical use. Journal Building and Environment 42:
534 -542.
Arifin HS, NHS Arifin, IGP Suryadarma. 2003. Integrating the value of local tradition and
culture in ecological landscape planning in Indonesia. Di dalam: Hayashi Y,
Manuwoto S, Hartono S, edotir. Susutainable Agriculture in Rular Indonesia. Ed.
Ke-1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Bastide A et al. 2006. Building energy efficiency and thermal comfort in tropical climates :
Presentation of a numerical approach for predicting the percentage of wellventilated living space in buildings using natural ventilation. Journal Energy and
Buildings 38 : 1093 1103.
Budihardjo E. 1999. Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota. Ed-2 Yogyakarta : Andi
Offset.
Capra F. 2003. What is an kampung ekologis. http://www.kampung
ekologis.findhorn.com/building. html.
Chunhai X. 2008. Building simulation as assisstance in the concepttual design. Journal
Building Simulation 1 : 46 52.
Duangporn and Jitkhajornwanich N, Panin O, Chindavanig T. 2004. Thermal comfort and
adaptation to living for local people, Silpakom University Bangkok, Thailand.

17

Engin N et al. 2007., Climatic effect in the formation of vernacular housess in the Eastern
Black Sea Region. Journal Building and Environment 42 : 960 -969.
Frick H, Suskiyatno. 1998. Dasar-dasar Eko-Arsitektur, Konsep Arsitektur berwawasan
Lingkungan serta Kualitas Konstruksi dan Bahan Bangunan untuk Rumah Sehat
dan Dampaknya atas Kesehatan Manusia. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Frick H, Ardiyanto A, Darmawaan AMS. 2008. Ilmu Fisika Bangunan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Gaitani N et al. 2007, On the use of bio climatic architecture principles in orde to improve
thermal comfort conditions in outdoor spaces. Journal Building and Environment
42 : 317 324.
Gilman R. 1991., Ecovillage definition. http://www.contect.org/ICCIB/Jc29/gilman.html.
Global Ecovillage Network. (GEN) 2007, Community Sustainibility Assessment,
http://gen.kampung ekologis.org/activities/index.html.
Hildur

J. 2006, Global Ecovillage Network,


jackson.com/copy-of book/global.html.

Gaia

Trust,

http://www.ross-

Hirano T et al. 2006, A study on porous residential building model in hot and humid
regions : Part 1 the natural ventilation performance and the cooling load reduction
effect of the building model. Journal Building and Environment 41: 21 31.
Kim DK. 2007, The natural environmentcontrol system of Korean traditional architecture:
comparison with korean contemporary architecture. Journal Building and
Environment 7 : 1810-1816.
Livermore SR, Woods AW. 2006. Natural ventilation of multistorey buildings : The use of
stack for secundary ventilation. Journal Building and Environment 40 : 1505-1411.
Maciel AA. Et al. 2007 . Main influences on the design philosophy and knoladge basis to
bioclimatic integration into architechtural design. Journal Building and Simulation
42: 2450-2460
Mahdavi A et al. 2008. Shading and lighting operation in office building in Austria : A
study of user control behavior. Journal Building and Environment 16: 45-87.
Rilatupa J. 2008. Aspek kenyamanan termal pada pengkondisian ruang dalam. Jurnal
Sains dan Teknologi EMAS 18 : 3-13.
Ryn S, Cowan S. 1998. Ecological Design, USA : Island Press.
Subadyo, A. Tutut. 2003. Arsitektur Tradisional Lombok. Jurusan Arsitektur Universitas
Merdeka Malang.
Sulistianto, MI. 2005. Perencanaan Lansekap Permukiman Tradisioanl Segenter Sebagai
Kawasan Wisata Budaya. IPB Bogor.
Soegijanto. 1998. Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis ditinjau dari Aspek Fisik
Bangunan. Direktorat Jenderal Pendididkan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
Smed J, Wall M. 2007. Enhanced energy conservation in houses throug high performance.
Journal Building and Environment42:2072 -2081.

18

Sozen MS, Gedik GZ. 2007, Evaluation of traditional architecture in terms of building
physics : Old Diyarbakir houses. Journal Building and Environment 42 : 20722082.
Tenorio R. 2007. Enabling the hybrid use of air conditioning : A prototype on sustainable
housing in tropical regions. Journal Building and Environment 42 : 605 - 613.
White H, Masset. E. 2003. Importance of household size and composition in construction
poverty. Journal Development and Change 34 : 1-11.
Widyarti M. 2011. Kajian dan Rekonstruksi Konsep Eco-village dan Eco-house pada
Permukiman Baduy Dalam berdasarkan Community Sustainibility Assessment.
Disertasi. IPB Bogor.
Wong NH et al. 2007. Environmental study of the impact of greenery in an institution
campus in the tropics.Journal Building and Environment 42 : 2949-1970.
Wong NH, Lin S. 2007. A study of the effectiveness of passive climate control in naturaly
ventilated residential buildings in Singapore. Journal Building and Environment 42
: 1395 1405.
Yusuf, M & Sukandi. 1987. Selintas Rumah Tradisioanl Sasak di Lombok. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum Negeri
Nusa Tenggara Barat.

19

Lampiran 1:
JUSTIFIKASI ANGGARAN
1. HONOR
Honor

Honor/J
am (Rp)

Ketua
Anggota 1
Surveyor 1 (mahasiswa)
Surveyor 2 (mahasiswa)
Surveyor 3 (mahasiswa)
Draftman 1
(mahasiswa)
Draftman 2
(mahasiswa)
2. PERALATAN
Material
GPSGarmin
(sewa 2 bulan)
Anemometer
(sewa 2 bulan)
RH meter (sewa
2 bulan)
Kompas (sewa
2 bulan)
Thermocouple
(sewa 2 bulan)
Wheater Station
(sewa 2 bulan)
Hybrid recorder
(sewa 2 bulan)
Baling-baling
(sewa 2 bulan)
Bandul kertas
Schetboard

Minggu

27.500,20.000,7.500,7.500,7.500,10.000,-

Waktu
(jam
/minggu)
10
10
10
10
10
10

32
32
8
8
8
16

8.800.000,6.400.000,600.000,600.000,600.000,1.600.000,-

8.800.000,6.400.000,600.000,600.000,600.000,1.600.000,-

10.000,-

10

16

1.600.000,-

1.600.000,-

19.800.000,-

19.800.000,-

Justifikasi
Pemakaian
Pengukuran
posisi dan
penentuan
koordinat obyek
Pengukuran
angin
Pengukuran
kelembaban
Penentuan
orientasi arah
hadap bangunan
Pengukuran
suhu
Pengukuran
cuaca
Perekaman hasil
pengukuran
klimatologi
Indikator arah
angin
Indikator arah
angin
Pencataan dan
sketsa data
lapang

3. BAHAN HABIS PAKAI


Material
Justifikasi
Pemakaian

Sub Total (Rp)


Kuantitas

Honor per Tahun


Tahun I
Tahun II

1 buah

Harga
Satuan
(Rp)
200.000,-

2 buah

200.000,-

400.000,-

400.000,-

16 buah

200.000,-

3.200.000,-

3.200.000,-

2 buah

100.000,-

200.000,-

200.000,-

16 buah

200.000,-

3.200.000,-

3.200.000,-

2 buah

200.000,-

400.000,-

400.000,-

2 buah

200.000,-

400.000,-

400.000,-

2 buah

200.000,-

400.000,-

400.000,-

2 buah

50.000,-

50.000,-

50.000,-

6 buah

50.000,-

300.000,-

300.000,-

Sub Total (Rp)

8.750.000,-

8.750.000,-

Kuantitas

Harga
Satuan
(Rp)

Harga Peralatan Penunjang


(Rp)
Tahun I
Tahun II
200.000,200.000,-

Biaya per Tahun (Rp)


Tahun I
Tahun II

Kertas HVS A4
Kertas HVS A3
CDRW Blank
Kertas Kalkir
Cardtrige Black
Cardtridge
Color
Searching
internet
Fotocopy data
Distribusi
Community
Sustainability
Assessment
(CSA)
Questioner&
FGD di Sade
Software CFD
Solid Work 2012
Updating
Software CFD
Solid Work 2012
Scannig Data
Visual
Pengukuran
Tipologi
Bangunan Adat
Rekonstruksi
DED Tipologi
Bangunan Adat
Simulasi CFD
Solid Work 2012
Pembuatan
Iconic Model
Tipologi
Bangunan Adat
Sasak Skala
1:10
Pengujian Iconic
Model
Revisi &
Penempatan
Model Iconic di
Laboratorium
Lapangan
Pengukuran
Termal dan
Illuminasi pada

Penulisan
laporan
Penulisan
laporan
Penyimpanan
data
Penggambaran
DED
Pencetakan
laporan
Pencetakan
laporan
Kelengkapan
data
Penggandaan
Interview ke
komunitas
penghuni
permukiman
tradisional
Sasak diSade

5 rim

32.500,-

162.500,-

162.500,-

2 rim

40.000,-

80.000,-

80.000,-

2 boks

100.000,-

200.000,-

200.000,-

5 roll

100.000,-

500.000,-

3 set

300.000,-

900.000,-

900.000,-

2 set

300.000,-

600.000,-

600.000,-

Lumpsum

500.000,-

500.000,-

Lumpsum
Lumpsum

500.000,1.000.000,-

500.000,1.000.000,-

500.000,-

Program
simulasi
Kalibrasi

1 program

5.000.000,-

5.000.000,-

1 program

5.000.000,-

5.000.000,-

Tbulasi Image

300
lembar
Lumpsum

2.500,-

750.000,-

1.000.000,-

1.000.000,-

1.000.000,-

3 Tipologi

750.000,-

2.250.000,-

1 package

1.000.000,-

1.000.000,-

1.000.000,-

3 package

2.000.000,-

6.000.000,-

3 package

1.000.000,-

3.000.000,-

Repair model
sesuai hasil uji
konstruksi

3 package

1.000.000,-

3.000.000,-

Penghimpunan
data fisika
bangunan

3 package

1.000.000,-

3.000.000,-

Proporsi dan
material
bangunan
Detail
Engineering
Development
Simulasi data
awal
Pembuatan
maket bangunan
tradisional
Sasak sesuai
dengan material
aslinya
Uji konstruksi

Model Iconic
Permodelan
melalui simulasi
CFD dan
validasi hasil

Entri data
laboratorium ke
dalam program
simulasi

3. PERJALANAN
Material
Transportasi 2
orang Peneliti
(Malang
Mataram, NTB,
pp)
Akomodasi &
Konsumsi 2
orang Peneliti
Transportasi
lokal 3 orang
Surveyor
(Mataram
Praya Pujut)
pp
Konsumsi &
Konsumsi 3
orang Surveyor
selama
pengukuran
lapangan
Perjalanan untuk
mempresentasi
hasil pada
Seminar
Nasional
Perjalanan untuk
mempresentasi
hasil pada
Seminar
Pemantauan
5. LAIN-LAIN
Kegiatan
Administrasi
dan perijian
Penggandaan
dan penjilidan
laporan
Seminar Hasil di
Institusi internal

Justifikasi
Perjalanan

3 package

500.000,-

Sub Total (Rp) 20.942.500,Kuantitas

1.500.000,-

19.942.500,-

Harga
Biaya per Tahun (Rp)
Satuan
Tahun I
Tahun II
(Rp)
4.000.000,
4.000.000,4.000.000,-

Pengambilan
data primer di
lapangan

1 kali

Pengambilan
data primer di
lapangan
Pengambilan
data primer di
lapangan

3 hari

1.000.000,
-

3.000.000,-

3.000.000,-

3 hari

750.000,-

2.250.000,-

2.250.000,-

Pengambilan
data primer di
lapangan

3 kali

750.000,-

2.250.000,-

2.250.000,-

Presentasi hasil
pada forum
ilmiah

1 kali

1.500.000,
-

1.500.000,-

1.500.000,-

Presentasi hasil
pada monev
kelayakan

1 kali

1.500.000,
-

1.500.000,-

1.500.000,-

Sub Total (Rp)

14.500.000,-

14.500.000,-

Justifikasi

Kuantitas

Surat menyurat
dan pengurusan
ijin riset
Arsip lembaga

Lumpsum

Harga
Biaya per Tahun (Rp)
Satuan
Tahun I
Tahun II
(Rp)
500.000,500.000,-

5 ekp

100.000,-

500.000,-

500.000,-

Diseminasi ke
sejawat

1 kali

500.000,-

500.000,-

500.000,-

Presentasi di
Seminar
Nasional
Publikasi di
Jurnal Nasional
Publikasi di
Jurnal
Internasional
terindex Scopus

Diseminasi hasil
secara oral pada
forum ilmiah
Diseminasi hasil

1 kali

2.000.000,
-

2.000.000,-

1 kali

2.500.000,-

Diseminasi hasil

1 kali

2.500.000,
6.000.000,
-

6.000.000,-

Sub Total (Rp)

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SETIAP


TAHUN (Rp)

6.000.000,-

7.000.000,-

68.992.500,-

69.992.500,-

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SELURUH


TAHUN (Rp)

138.985.000,-

Lampiran 2:
SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS
No

Nama / NIDN

Ir. Agus
Zulkarnain
Arief, MSA.
0715076102

Instansi
Asal

Bidang
Ilmu

Universitas Sain
Merdeka
Bangunan
Malang

Alokasi
Waktu
(jam/minggu)
10 jam

Uraian Tugas

Merancang
instrumen penelitian,
menyusun konsep
kajian tentang
keberlanjutan
komunitas
permukiman
tradisioanl Sasak di
Sade .
Menyusun kuesioner
CSA. Dan
melakukan interview.
Menggunakan
teknikFocus Group
Discussion
(FGD)dengan
komunitas
permukiman
tradisional, tetua

adat, key person


pemangku
kepentingan.
Memandu measuring
tipologi bangunan
adat yang ada di
Sade.
2

Ni Made Wiati,
S.Si, MT.
0714086903

Universitas Fisika
Merdeka
Malang

10 jam

Membantu
menyusun analisis
sistem lingkungan
dengan program
Power Sim dan
penyiapan gambar
teknik piktorial ke
model ikonik dan
membantu analisis
standar pelayanan
minimum (SPM) dan
design criteria
(DCA) berdasarkan
konsep rumah
ekologis

Lampiran 3.
KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN
Penelitian ini direncanakan akan didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang
ada (thermocouppel, sling psychrometer, dial gauge, hygrometer, aneometer,digital
stopwatch, alat simulasi, dan lain-lain) pada Laboratorium Sain Bangunan dan Lingkungan
; Pusat Studi Tata Lingkungan dan Bentang Alam (Peta Rupa Bumi, Peta Tematik, Peta
Topografi, Peta Genangan, RTRK Kawasan, RTRW Kabupaten Lombok Tengah, Digital
Map, dan lain-lain) Jurusan Arsitektur Unmer Malang.

Lampiran 4:
BIODATA KETUA PENELITI
A.Identitas Diri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Jabatan Fungsional
NIP/NIK
NIDN
Tempat dan Tanggal lahir
Email
Nomor Telepon/Faks/HP
Alamat Kantor
Nomor Telepon/Faks/
Lulusan yang Telah Dihasilkan
Mata Kuliah yang Diampu

B. Riwayat Pendidikan
Strata PT
Nama
Tinggi

Ir. Agus Zulkarnain Arief, MSA


Laki-laki
Lektor Kepala / 4 a
466/FT
0715076102
Sidoarjo, 15 Juli 1961
cakagus@ yahoo.com
0341 723029 / 0341 714383
Jl. Terusan Raya Dieng No. 62 64 Malang
0341 584293 Fax 0341 564994
S1 = > 50 orang; S2 = -; S3: 1. Sistem Bangunan III
2. Teknologi Bangunan I

S-1
Perguruan Institut
Teknologi
Sepuluh
Nopember
(ITS) Surabaya
Bidang Ilmu
Arsitektur
Tahun Lulus
1986
Judul
Skripsi Rumah Sususn Untuk
/Thesis/Disertasi
GolonganEkonomi
Menengah Kebawah
di Surabaya
Nama
Prof. Ir. Happy Ratna
Pembimbing/Promotor S., MSc

S-2
S-3
Institut
Teknologi Curtin
University
Bandung (ITB)
Australia
Arsitektur
1992
Suatu Kajian Tentang
Penerangan
Alami
(Day Lighting) Atrium
di Indonesia
Prof. Ir. Gunawan
Atmosutjipto, M
Arch.

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


No
1

Tahun
2007

2008

2009

2011

Judul Penelitian
Pengembangan Desain Selubung
Bangunan Kaca dengan Konsep Movable
sun shading Pada Iklim Tropis Lembab.
Penelitian Hibah Bersaing, DP2M Dikti.
2007 (Ketua Peneliti).
Pembuatan Tenda Pneumatic Sistim
Knock Down yang Ringkas dan Cepat
Bangun Sebagai Bangunan Penampung
Sementara untuk Korban Bencana Alam
(Anggota Peneliti)
Aplikasi dan Pengujian Tenda Pneumatic
Sistim Knock Down yang Ringkas dan
Cepat Bangun untuk Fasilitas Darurat di
Kawasan Bencana (Anggota Peneliti)
Strategi Pengembangan Kawasan Wisata
Pantai di Koridor Jalur Lintas Selatan
(JLS) Jawa Timur ; Segmen Balekambang

Arsitektur
-

Pendanaan
Sumber
Jml (Juta Rp)
PHB, DP2M
40

PHB, DP2M

40

PHB, DP2M

40

PHB, DP2M

40

2012

2013

Sendang Biru (Ketua Peneliti)


Desain Pembangunan Infrastruktur
Terpadu yang Sustainable Dalam
Pengembangan Kawasan Agropolitan
Poncokusumo Malang (Anggota Peneliti).
Desain Pembangunan Infrastruktur
Terpadu yang Sustainable Dalam
Pengembangan Kawasan Agropolitan
Poncokusumo Malang (Anggota Peneliti).
Lanjutan on going

PHB DP2M

32

PHB DP2M

50

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


No

Tahun

2007

2008

2009

2009

Pendanaan
Sumber
Jml (Juta Rp)

Judul Pengabdian Kepada Masyarakat


Penataan Kawasan Jl. Terusan Raya
Dieng (Pintu Gerbang / Dieng Plasa
Istana Kawasan Istana Dieng).
Renovasi Interior Gedung Fakultas
Teknologi Informatika Universitas
Merdeka Malang.
Pembangunan Gedung SD NU Kelurahan
Lumpur Kecamatan Gresik. (Thn. 2009)
sebagai arsitek perencana
Renovasi Interior Gedung Fakultas
Hukum Universitas Merdeka Malang,

Pengembang
Istana Dieng
Malang
Yayasan YPTM
Malang

25

PC NU
Kecamatan
Lumpur
Kabupaten Gresik
Yayasan YPTM
Malang

50

30

35

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir


No
1

Judul Artikel

Nama Jurnal

Penggunaan Atrium Pada Bangunan Jurnal Ilmu-ilmu


Komersiel:
Penghematan
Energi Teknik Diagonal
Penerangan dan Kenyamanan Pengguna
Bangunan
Atria Taxonomy in Indonesia
Jurnal Ilmu-ilmu
Teknik Diagonal

Volume/
Nomor/Tahun
Volume 3 Nomor 1/
Mei 2001. p: 25 37.
ISSN : 1410 8186.

Volume 8 Nomor
1/February 2007 ISSN
14108186

F.Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) Dalam 5 Tahun Terakhir


No

1
2
3

Nama Pertemuan Ilmiah /


Seminar
Seminar Nasional
Pendidikan Arsitektur

Seminar Nasional:
Identitas Kota Kota Masa
Depan di Indonesia
Simposium Nasional Ke 10
Rekayasa Aplikasi
Perancangan dan Industri.

Judul Artikel Ilmiah

Waktu dan Tempat

Mempersiapkan Sarjana Arsitektur


Sebagai Profesional

Jurusan Arsitektur FT
Universitas Brawijaya,
Malang Agustus 2006.
Dirjen Penataan Ruang
DPU,
Denpasar,
Desember 2009.
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta, 13 Desember
2011.

Kota Hijau
Strategi Pengembangan Kawasan
Wisata Pantai di Koridor jalur
Lintas Selatan (JLS) Jawa Timur :
Segmen Balekambang Sendang
Biru

BIODATA ANGGOTA PENELITI


A.Identitas Diri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Jabatan Fungsional
NIP/NIK
NIDN
Tempat dan Tanggal lahir
Email
Nomor Telepon/Faks/HP
Alamat Kantor
Nomor Telepon/Faks/
Lulusan yang Telah Dihasilkan
Mata Kuliah yang Diampu

Ni Made Wiati, S.Si, MT


Perempuan
Asisten Ahli / 3A
668/FT
0714086903
Singaraja-Bali, 14 Agustus 1969
madewiati@gmail.com
0341 565032; 081805076060
Jl. Terusan Raya Dieng No. 62 64 Malang
0341 568395
S1 = > 10 orang; S2 = -; S3: 1. Fisika II
2. Mekanika Teknik
3. Perancangan TLPF

B. Riwayat Pendidikan

S-1
S-2
Nama
Perguruan Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya
Tinggi
Malang
Malang
Bidang Ilmu
Mipa - Fisika
Teknik
dan
Manajemen Industri
Tahun Lulus
1994
2010
Judul
Skripsi Metode Spektroskopi Usaha Peningkatan
/Thesis/Disertasi
Fotoakustik
untuk Kualitas Layanan Pada
mendeteksi kandungan Usaha Laundry Kiloan
Amoniak
Nama
Ir. Sudjatmoko, SU
Dr.
Ir.
Gembong
Pembimbing/Promotor
Baskoro, M.Sc.

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


No
-

Tahun
-

Judul Penelitian
-

S-3

Pendanaan
Sumber
Jml (Juta Rp)
-

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


No

Tahun

Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendanaan
Sumber
Jml (Juta Rp)

2008

Oven pada Industri Kerajinan Keramik


Teknik Dalam Upaya Peningkatan
Kapasitas Produksi Menuju Industri
Kecil Yang Mandiri.

DIKTI

15

2008

Mesin Pemisah Kulit Kedelai Pada


Industri Kecil Tempe Dalam Upaya
Peningkatan Kapasitas Produksi

DIKTI

15

Anda mungkin juga menyukai