Anda di halaman 1dari 16

MAKNA BENTUK DAN TATA RUANG RUMAH ADAT SUKU SASAK

DUSUN SEGENTER, KEC BAYAN, LOMBOK UTARA, NTB

Penyusun:

Safira Azzahra
18/424924/TK/46619

Program Studi Arsitektur


Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sangat kaya akan adat, suku, budaya, kepercayaan, dan kesenian. Menurut
sensus BPS yang dilakukan pada tahun 2010, Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok
etnis dan lebih tepatnya 1340 suku bangsa. Salah satunya merupakan suku sasak yang
memiliki populasi etnis cukup banyak kurang lebih 3 juta jiwa dan mayoritas menetap di
pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Suku sasak memiliki rumah adat yang khas dan unik
karena dibangun sesuai dengan kepercayaan luhur. Rumah adat sasak menjadi identitas
yang merupakan penerapan dari kepercayaan adat, dan budaya suku sasak itu sendiri.
Dibalik bentuk rumah adat yang menarik yang merupakan salah satu daya tarik wisatawan
ini, ternyata memiliki makna dan arti dari bentuk atap, peletakan ruangan, hingga
penggunaan material bangunan.

Rumah adat sasak ini mulai terancam punah karena tidak adanya upaya pelestarian
maupun pemeliharaan rumah adat yang telah ada. Perkembangan zaman dan dengan
kurangnya upaya untuk melestarikan rumah adat ini menjadi faktor utama terancam
punahnya rumah adat suku sasak. Beberapa rumah adat bahkan telah mengalami
perubahan yang mengikuti perkembangan zaman tanpa mempertimbangkan kepercayaan
luhur dan adat tradisi.

Rumah adat Dusun Segenter memiliki konsep yang unik, baik dalam tata bangunan,
pola ruang dan bentuk arsitekturnya. Rumah adat ditata berdasarkan sistem kepercayaan,
norma norma setempat, serta orientasi sakral profan. Nilai kebudayaan yang tercermin
dari konsep rumah adatnya merupakan warisan budaya bangsa yang sudah sepatutnya
dapat diketahui dan dilestarikan oleh generasi mendatang. Salah satu upaya untuk
melestarikan adat budaya dan kepercayaan ini adalah dengan memahami makna bentuk
dan tata ruang rumah adat suku sasak tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana bentuk dan pembagian ruang rumah adat suku Sasak dusun Segenter?
B. Apakah makna yang mempengaruhi bentuk dan pembagian ruang rumah adat suku
Sasak dusun Segenter?

1.3 Tujuan
A. Mengetahui bentuk dan pembagian ruang rumah adat suku Sasak dusun Segenter
B. Memahami makna yang mempengaruhi bentuk dan pembagian ruang rumah adat
suku Sasak dusun Segenter
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Arsitektur Vernakular


Arsitektur vernakular adalah gaya arsitektur yang dirancang berdasarkan
kebutuhan lokal, ketersediaan bahan bangunan, dan mencerminkan tradisi lokal. Definisi
luas dari arsitektur vernakular adalah teori arsitektur yang mempelajari struktur yang
dibuat oleh masyarakat lokal tanpa intervensi dari arsitek profesional. Arsitektur
vernakular bergantung pada kemampuan desain dan tradisi pembangunan lokal. Istilah
vernakular berasal dari kata vernaculus di Bahasa Latin, yang berarti "domestik, asli,
pribumi", dan dari Verna, yang berarti "budak pribumi'' atau "budak rumah-lahir". Dalam
linguistik, vernakular mengacu pada penggunaan bahasa tertentu pada suatu tempat,
waktu, atau kelompok. Dalam arsitektur, vernakular mengacu pada jenis arsitektur yang
asli pada waktu atau tempat tertentu (tidak diimpor atau disalin dari tempat lain).
Arsitektur vernakular ini paling sering digunakan untuk bangunan tempat tinggal.

Menurut beberapa ahli, pengertian arsitektur vernakular adalah:


1. Menurut Romo Manguwijaya Arsitektur Vernakular itu adalah pengejawentahan
(manifestasi) yang jujur dari tata cara kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan
sejarah dari suatu tempat.
2. Menurut Buku Vernacular Architecture (Turan), Arsitektur Vernakular adalah Arsitektur
yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan
berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial
and error), menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting
lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya
transformasi.
3. Amos Rapoport (House Form and Culture, 1969) Arsitektur Vernakular adalah Karya
Arsitektur yang tumbuh dari segala macam tradisi dan mengoptimalkan atau
memanfaatkan potensi-potensi local seperti material, teknologi, dan pengetahuan.

2.2 Suku Sasak


Suku Sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok dan menggunakan
bahasa Sasak. Kata Sasak berasal dari kata sak sak, artinya satu satu.Kata sèsèk berasal dari
kata sesak, sesek atau saksak. Sèsèk dilakukan dengan cara memasukkan benang satu
persatu(sak sak), kemudian benang disesakkan atau dirapatkan hingga sesak dan padat
untuk menjadi bentuk kain dengan cara memukul mukulkan alat tenun.Itulah asal kata
sasak yang kemudian diambil sebagai nama suku di pulau Lombok.
Mayoritas suku Sasak memeluk agama Islam. Selain itu, ada juga yang menganut
agama Hindu, Budha, dan Animisme. Penduduk minoritas lainnya ada menganut
kepercayaan kuno sebelum masuknya agama Islam, yaitu Boda. Kemudian sekitar 1%
masyarakat Sasak menganut kepercayaan Islam yang agak berbeda, yaitu Wetu Telu.
Salah satu pemukiman suku Sasak adalah pada Desa Segenter yang terletak di
Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara (Gambar 2.1). Desa Segenter menjadi salah
satu dari dua desa adat khas Sasak yang oleh Pemerintah Lombok dijadikan sebagai desa
wisata budaya. Desa Segenter didiami oleh suku Sasak asli yang masih mempertahankan
adat dan tradisi asli yang diwariskan secara turun-temurun melalui nenek moyang mereka.
Aktivitas penduduk di desa adat ini pada umumnya adalah bertani dan berladang sehingga
desa terlihat sepi penduduk dari pagi hingga siang hari. Selain itu juga penduduk desa
setempat membuat kerajinan anyaman yang terbuat dari bambu. Kerajinan ini menjadi
salah satu produk lokal tradisional pemukiman ini.

Gambar 2.1 Lokasi Desa Segenter

2.3 Bentuk Rumah Adat Suku Sasak Desa Segenter


Bangunan tradisional Sasak yang terdapat di Desa Segenter terdapat beberapa jenis
yang dibedakan berdasarkan fungsinya. Rumah adat utama yang digunakan untuk tempat
tinggal adalah Bale Tani. Bale tani ini berbentuk seperti rumah joglo dengan bentuk atap
seperti gunungan, menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5-2 meter dari permukaan
tanah karena memiliki ruang di dalam atapnya (Gambar 2.2). Atap dan bubungan nya
(bungus) terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman bambul. Bale tani ini juga
tidak memiliki jendela, dan hanya memiliki 1 pintu untuk akses keluar dan masuk. Ukuran
bale tani ini tidak terlalu luas karena fungsi nya hanya untuk tempat tinggal keluarga inti,
sedangkan untuk berkumpul dengan kerabat lainnya, dilakukan pada sekenem.
Gambar 2.2 Bale Tani

2.4 Pola Perkampungan Suku Sasak Desa Segenter

Gambar 2.3 Pola Perkampungan Suku Sasak Desa Segenter


Rumah-rumah penduduk berjejer rapi membentuk empat kelompok besar dinamakan
bantar, dimana tiap kelompok besar membujur dari selatan ke utara. Tiap-tiap bantar dari
selatan ke utara memiliki beberapa baris bangunan dimana tiap baris terdiri dari satu
rumah di sebelah timur dan satu rumah barat yang mengapit sebuah sekenem (Gambar
2.4). Yang dimaksud dengan sebuah rumah adalah satu bangunan utama dengan satu buah
sekenem sebagai bangunan tanpa dinding serta pekarangan yang berada diantara
bangunan utama dan sekenem. Bangunan sekenem merupakan milik bersama oleh dua buah
rumah adat apabila rumah tersebut tinggal berdampingan di barat dan timur sekenem
(Gambar 2.4). Tradisi dan peraturan di Dusun Segenter menempatkan posisi rumah di
sebelah timur sekenem sebagai rumah generasi yang lebih tua. Apabila keluarga tersebut
berkembang maka perkembangannya akan menuju ke arah utara, jadi generasi lebih tua
berada di bagian selatan. Tradisi ini merupakan tradisi turun temurun yang diwariskan
oleh nenek moyang (papuk balog) mereka.

Gambar 2.4 Hubungan Rumah Utama dan Sekenem

2.4 Tata Ruang Rumah Adat Suku Sasak Desa Segenter

Gambar 2.5 Denah Rumah Adat Suku Sasak Desa Segenter


Rumah adat suku Sasak Desa Segenter saling berhadapan antara 2 rumah, dan
memiliki 1 buah sekenem diantaranya yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya 2
keluarga yang tinggal di 2 rumah yang mengapitnya. Denah rumah memiliki 2 tipe yaitu
rumah yang berada di timur sekenem dan yang berada di barat sekenem.
Sebuah bangunan utama rumah adat di Dusun Segenter secara garis besar terbagi
menjadi dua bagian, yaitu ruang dalam dan ruang peralihan. Ruang peralihan disebut
sebagai teras (sirap), sedangkan ruang dalam adalah ruang-ruang yang terdiri atas paon,
klepok (lumbung padi bulu dalam rumah), amben beleq (dipan besar), dan inan bale (ibu
rumah).
BAB 3
ANALISIS

3.1 Analisis Tata Letak Bangunan Rumah Adat Suku Sasak Desa Segenter

Gambar 3.1 Tata Letak Rumah Adat Suku Sasak


Tata letak rumah adat suku Sasak berorientasi pada arah Gunung Rinjani. Gunung
Rinjani menurut kepercayaan setempat merupakan tempat yang paling sakral dan
diagungkan. Sehingga tata letak bangunan rumah adat yang paling selatan ditempati untuk
masyarakat yang di tua kan. Makna simboliknya adalah masyarakat yang di tua kan /
generasi pertama diletakkan pada rumah yang paling selatan karena masyarakat setempat
menghormati kalangan sepuh/ generasi pertama.

3.2 Analisis Tata Ruang dalam Rumah Adat Suku Sasak Desa Segenter

Gambar 3.2 Denah Rumah Adat Suku Sasak Desa Segenter


Secara umum, tata ruang pada rumah adat suku Sasak ini terbagi menjadi 2 bagian
yaitu bagian luar /sirap yang berfungsi sebagai tempat penerima tamu, dan tempat tidur
untuk anak laki laki, dan bagian dalam yang memiliki beberapa ruang, seperti paon, klepok
(lumbung padi bulu dalam rumah), amben beleq (dipan besar), dan inan bale (ibu rumah).
Pembagian tata ruang seperti ini sesuai dengan kepercayaan suku sasak yaitu rumah
(bagian dalam) merupakan tempat yang sangat private sehingga tersedia sirap sebagai
ruang penerima tamu yang tidak terlalu dekat. Sirap juga memiliki fungsi sebagai tempat
tidur untuk anak laki laki, hal ini dilakukan karena anak laki laki dinilai sebagai pelindung
keluarga.
Sirap merupakan tempat terluar dari rumah adat yang berfungsi sebagai area
transisi dari ruang luar (pekarangan) untuk masuk ke ruang dalam rumah adat. Sirap juga
berfungsi sebagai tempat untuk bersantai, tempat tidur di malam hari untuk anak laki-laki
dewasa. Selain daripada itu seringkali sirap juga digunakan sebagai tempat untuk
meletakkan peralatan pertanian.
Paon merupakan ruang pertama yang terlihat apabila kita masuk ke dalam rumah
adat. Paon adalah tempat para penduduk beraktivitas memasak untuk kebutuhan
sehari-hari. Rumah adat Dusun Segenter yang berada di timur seken memiliki posisi paon di
sebelah timur laut dari tengah ruangan, sedangkan yang berada di barat sekenem berada
di barat daya dari tengah ruangan. Paon dilengkapi oleh dua tungku.
Klepok merupakan sebuah ruangan dengan sebuah tempat untuk menaruh hasil
panen padi bulu yang dihasilkan dari sawah musiman mereka. Klepok untuk rumah yang
berada di timur sekenem terletak di daerah selatan dari tengah ruangan utama. Rumah
yang berada di barat sekenem memiliki klepok yang terletak di daerah utara dari tengah
ruangan utama.
Amben beleq merupakan ruang dalam bale yang mengalami kenaikan level
sekitar 60 cm dari level dalam ruangan. Oleh karena levelnya yang cukup tinggi,
amben beleq dilengkapi dengan tangga kecil. Amben beleq merupakan tempat untuk
menaruh barang-barang seperti beras dan peralatan memasak dan juga sebagai tempat
tidur orangtua dan tempat bebersih diri sebelum memasuki inan bale. Amben beleq Ini juga
merupakan tempat pijakan untuk naik ke ruang inan bale.
Gambar 3.3 Potongan Rumah Adat Suku Sasak

Inan bale merupakan ruang yang terletak di tengah-tengah dalam ruangan


rumah adat. Inan bale menjadi ruangan paling tinggi (lihat Gambar 3.3) di dalam
rumah oleh enam buah tiang kayu. Inan bale memiliki banyak fungsi, antara lain
sebagai tempat untuk memohon penganugerahan kesehatan apabila penduduk
mendapatkan kegeringan(musibah), sebagai tempat tidur anak perempuan pada malam
hari, sebagai tempat untuk berbulan madu bagi pasangan yang baru menikah,serta sebagai
tempat penyimpanan barang-barang pusaka (keris, lontar), peralatan untuk upacara,
serta barang-barang yang mereka anggap berharga. Inan bale ini terletak di atas karena
fungsinya sebagai ruang yang diagungkan/ ruang yang paling sakral. Inan bale ini juga
berfungsi sebagai tempat tidur anak perempuan di malam hari, sesuai dengan kepercayaan
suku Sasak, anak perempuan harus yang paling dijaga, dan juga anak perempuan sebelum
keluar rumah harus izin kepada orang tua (melewati ruang tempat tidur orang tua di
amben beleq.

Gambar 3.4 Denah Inan Bale

Selain ruangan yang sudah dijelaskan, terdapat pula area karang lamin yang terletak pada
bagian atap rumah. Area karang lamin ini berfungsi sebagai tempat meletakkan barang
pusaka, peralatan adat, dan barang berharga.
Gambar 3.5 Zonasi Rumah Adat Suku Sasak

Sesuai penjelasan sebelumnya, rumah adat suku sasak ini memiliki ruang ruang
yang terbagi menjadi 3 berdasarkan tingkat ke-sakral an nya. Zona profan yang merupakan
zona umum, bukan merupakan area religius biasanya juga disebut zona semi publik. Zona
sakral + profan, yang merupakan ruang campuran antara kegiatan umum dan juga sakral,
biasanya disebut area semi private. Dan terdapat zona sakral yang merupakan inti
bangunan, paling sakral dan private (lihat Gambar 3.5).

.
Gambar 3.6 Zonasi Vertikal Rumah Adat Suku Sasak
3.3 Fasad Rumah Adat Suku Sasak Desa Sengenter

Gambar 3.7 Fasad Rumah Adat Suku Sasak

Dapat terlihat pada (Gambar 3.7) dari perbandingan skala, fasad rumah adat suku
Sasak ini memiliki area dominan yaitu pada bagian atap. Atap dirancang tinggi hampir 2
kali tinggi dinding rumah, karena memiliki makna simbolik rumah yang agung dan juga
karena memiliki ruang inan bale di dalamnya yang merupakan ruang paling sakral.
Pada fasad rumah adat ini juga sangat sederhana, hanya terdapat 1 buah pintu untuk
akses keluar masuk dan tidak memiliki jendela. Hal ini dikarenakan faktor privasi.
Masyarakat suku Segenter mempercayai bahwa bale tani merupakan bangunan paling
private, sehingga tidak adanya jendela mendukung kepercayaan tersebut.
Dalam rumah adat suku Sasak, pintu tidak hanya berfungsi sebagai keamanan dan
proteksi dari ruang luar, pintu juga berfungsi sebagai strategi meningkatkan nilai
privasi. Antara satu bangunan utama di timur dengan bangunan utama lainnya di
seberangnya (barat), pintu bangunan utama di timur sekenem berada di area lebih utara,
sedangkan untuk pintu bangunan utama di timur sekenem berada di area lebih selatan.
Ruangan dalam tidak akan terlihat dari satu pintu ke pintu lainnya. Nilai privasi ditekankan
dalam rumah adat Dusun Segenter.
Di bagian sirap, di ketiga sisinya tidak memiliki dinding sehingga dari arah selatan
maupun utara akan terlihat ruang kosong diantara bangunan utama dan kolom-kolom
sirap. Atap sirap yang rendah membuat pemilik rumah menundukkan kepalanya untuk
dapat memasuki bagian ruang sirap dari pekarangan rumah, hal ini menyimbolkan
penghormatan kepada pemilik rumah (lihat Gambar 3.7).
Tidak terdapat pewarnaan selain warna natural dari material yang ada. Begitu
pula dengan ukiran, tidak terdapat satu ukiran pun di rumah adat Dusun Segenter. Secara
konsep tampak dua buah bangunan utama, antara bangunan utama satu dengan yang
lainnya, sekenem menjadi orientasi bangunan-bangunan tersebut. Jarak antara bangunan
utama pertama dan kedua ke sekenem memiliki jarak yang sama, terlihat dari arah
utara-selatan menjadi simetris.
BAB 4
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Haryadi dan Setiawan, B (1995) Arsitektur Lingkungan dan Perilaku: Suatu Pengantar
ke Teori, Metodologi dan AplikasiYogyakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kusumawati, M, et all (2007) Jejak Megalitik Arsitektur Tradisional SumbaYogyakarta:
Graha Ilmu. Nasution (1988) Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif Bandung:
Tarsito.Noble, A G (2007) Traditional BuildingsNew York: I.B. Tauris & Co.
Ltd.Norberg-Schulz, C (1985) The Concept of Dwelling: On The Way To Figurative
Architecture New York: Electa /Rizzoli.Rapoport, A (1969) House Form and
CultureMilwaukee: University Of Wincosin.Sarwono, S W (1995) Psikologi Lingkungan
Jakarta: PT. Gramedia
.http://www.lombokutarakab.go.id/html/images/peta_wilayah/bayan.jpg, diakses 17 April
2021

Anda mungkin juga menyukai