Penyusun:
Safira Azzahra
18/424924/TK/46619
Rumah adat sasak ini mulai terancam punah karena tidak adanya upaya pelestarian
maupun pemeliharaan rumah adat yang telah ada. Perkembangan zaman dan dengan
kurangnya upaya untuk melestarikan rumah adat ini menjadi faktor utama terancam
punahnya rumah adat suku sasak. Beberapa rumah adat bahkan telah mengalami
perubahan yang mengikuti perkembangan zaman tanpa mempertimbangkan kepercayaan
luhur dan adat tradisi.
Rumah adat Dusun Segenter memiliki konsep yang unik, baik dalam tata bangunan,
pola ruang dan bentuk arsitekturnya. Rumah adat ditata berdasarkan sistem kepercayaan,
norma norma setempat, serta orientasi sakral profan. Nilai kebudayaan yang tercermin
dari konsep rumah adatnya merupakan warisan budaya bangsa yang sudah sepatutnya
dapat diketahui dan dilestarikan oleh generasi mendatang. Salah satu upaya untuk
melestarikan adat budaya dan kepercayaan ini adalah dengan memahami makna bentuk
dan tata ruang rumah adat suku sasak tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana bentuk dan pembagian ruang rumah adat suku Sasak dusun Segenter?
B. Apakah makna yang mempengaruhi bentuk dan pembagian ruang rumah adat suku
Sasak dusun Segenter?
1.3 Tujuan
A. Mengetahui bentuk dan pembagian ruang rumah adat suku Sasak dusun Segenter
B. Memahami makna yang mempengaruhi bentuk dan pembagian ruang rumah adat
suku Sasak dusun Segenter
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
3.1 Analisis Tata Letak Bangunan Rumah Adat Suku Sasak Desa Segenter
3.2 Analisis Tata Ruang dalam Rumah Adat Suku Sasak Desa Segenter
Selain ruangan yang sudah dijelaskan, terdapat pula area karang lamin yang terletak pada
bagian atap rumah. Area karang lamin ini berfungsi sebagai tempat meletakkan barang
pusaka, peralatan adat, dan barang berharga.
Gambar 3.5 Zonasi Rumah Adat Suku Sasak
Sesuai penjelasan sebelumnya, rumah adat suku sasak ini memiliki ruang ruang
yang terbagi menjadi 3 berdasarkan tingkat ke-sakral an nya. Zona profan yang merupakan
zona umum, bukan merupakan area religius biasanya juga disebut zona semi publik. Zona
sakral + profan, yang merupakan ruang campuran antara kegiatan umum dan juga sakral,
biasanya disebut area semi private. Dan terdapat zona sakral yang merupakan inti
bangunan, paling sakral dan private (lihat Gambar 3.5).
.
Gambar 3.6 Zonasi Vertikal Rumah Adat Suku Sasak
3.3 Fasad Rumah Adat Suku Sasak Desa Sengenter
Dapat terlihat pada (Gambar 3.7) dari perbandingan skala, fasad rumah adat suku
Sasak ini memiliki area dominan yaitu pada bagian atap. Atap dirancang tinggi hampir 2
kali tinggi dinding rumah, karena memiliki makna simbolik rumah yang agung dan juga
karena memiliki ruang inan bale di dalamnya yang merupakan ruang paling sakral.
Pada fasad rumah adat ini juga sangat sederhana, hanya terdapat 1 buah pintu untuk
akses keluar masuk dan tidak memiliki jendela. Hal ini dikarenakan faktor privasi.
Masyarakat suku Segenter mempercayai bahwa bale tani merupakan bangunan paling
private, sehingga tidak adanya jendela mendukung kepercayaan tersebut.
Dalam rumah adat suku Sasak, pintu tidak hanya berfungsi sebagai keamanan dan
proteksi dari ruang luar, pintu juga berfungsi sebagai strategi meningkatkan nilai
privasi. Antara satu bangunan utama di timur dengan bangunan utama lainnya di
seberangnya (barat), pintu bangunan utama di timur sekenem berada di area lebih utara,
sedangkan untuk pintu bangunan utama di timur sekenem berada di area lebih selatan.
Ruangan dalam tidak akan terlihat dari satu pintu ke pintu lainnya. Nilai privasi ditekankan
dalam rumah adat Dusun Segenter.
Di bagian sirap, di ketiga sisinya tidak memiliki dinding sehingga dari arah selatan
maupun utara akan terlihat ruang kosong diantara bangunan utama dan kolom-kolom
sirap. Atap sirap yang rendah membuat pemilik rumah menundukkan kepalanya untuk
dapat memasuki bagian ruang sirap dari pekarangan rumah, hal ini menyimbolkan
penghormatan kepada pemilik rumah (lihat Gambar 3.7).
Tidak terdapat pewarnaan selain warna natural dari material yang ada. Begitu
pula dengan ukiran, tidak terdapat satu ukiran pun di rumah adat Dusun Segenter. Secara
konsep tampak dua buah bangunan utama, antara bangunan utama satu dengan yang
lainnya, sekenem menjadi orientasi bangunan-bangunan tersebut. Jarak antara bangunan
utama pertama dan kedua ke sekenem memiliki jarak yang sama, terlihat dari arah
utara-selatan menjadi simetris.
BAB 4
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi dan Setiawan, B (1995) Arsitektur Lingkungan dan Perilaku: Suatu Pengantar
ke Teori, Metodologi dan AplikasiYogyakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kusumawati, M, et all (2007) Jejak Megalitik Arsitektur Tradisional SumbaYogyakarta:
Graha Ilmu. Nasution (1988) Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif Bandung:
Tarsito.Noble, A G (2007) Traditional BuildingsNew York: I.B. Tauris & Co.
Ltd.Norberg-Schulz, C (1985) The Concept of Dwelling: On The Way To Figurative
Architecture New York: Electa /Rizzoli.Rapoport, A (1969) House Form and
CultureMilwaukee: University Of Wincosin.Sarwono, S W (1995) Psikologi Lingkungan
Jakarta: PT. Gramedia
.http://www.lombokutarakab.go.id/html/images/peta_wilayah/bayan.jpg, diakses 17 April
2021