Anda di halaman 1dari 4

Rumah Adat Suku Osing dalam Konteks Budaya

Sekitar yang Melatarbelakanginya


Nama : Annida Nisrina Putri
NIM : 205060500111017
Mata Kuliah / Kelas : Arsitektur Nusantara 1 / A
Dosen Pemberi Tugas : Prof. Ir. Antariksa, M.Eng., Ph.D,

Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam
budaya, suku, dan agama. Rumah adat
merupakan salahsatu wujud nyata sejarah
nusantara yang memilki banyak jenis sehingga
menarik untuk ditelusuri, termasuk
keterkaitannya dengan arsitektur vernakular.
Arsitektur vernakular merupakan arsitektur yang
memiliki dasar-dasar mengenai filsafat, ekologi,
teknologi, sosiologi, estetika, dan tata ritual
secara lengkap, komprehensif dan mendalam
yang mampu diwariskan secara turun-temurun
(Haryanto, 2011).

Suku Osing merupakan suku asli Kabupaten Gambar 1 Peta Desa Kemiren, Kecamatan Glagah,
Banyuwangi yang dipercaya merupakan suku Kabupaten Banyuwangi
Sumber: Bappeda Kabupaten Banyuwangi,
keturunan Kerajaan Blambangan. Suku Osing Modifikasi Peta Citra Satelit, 2020
memiliki adat budaya yang kuat, banyak
kegiatan tradisi suku tersebut yang masih Pembahasan
berjalan hingga sekarang. Salah satu daerah
yang hampir seluruhnya ditinggali oleh Suku Rumah Tradisional Osing
Osing adalah Desa Kemiren. Rumah tradisional merupakan suatu bangunan
dengan struktur, cara pembuatan, bentuk dan
Seiring dengan perkembangan zaman, Rumah fungsi serta ragam hias yang memilki ciri khas
Adat Osing semakin sulit ditemukan karena tersendiri, diwariskan secara turun – temurun
masyarakat saat ini beralih ke pembangunan dan dapat digunakan untuk melakukan
yang lebih modern. Kondisi tersebut menjadi kegiatan kehidupan oleh penduduk sekitarnya
pertimbangan untuk dilakukannya pelestarian (Said,2004: 47).
terhadap objek-objek budaya lokal setempat.
Hal ini juga dapat disebabkan oleh sistem
budaya di lingkungan masyarakat itu sendiri.
Perubahan rumah adat atau permukiman dalam
konteks perubahan kebudayaan tidak berjalan
secara langsung dan menyeluruh, akan tetapi
tergantung kedudukan komponen yang berubah
dalam sistem kebudayaan secara keseluruhan Gambar 2Rumah Adat Osing
(Rapoport, 1980). Sumber: Indonesia Travel

Rumah Adat Suku Osing dalam Konteks Budaya Sekitar yang Melatarbelakanginya - 1
Rumah adat merupakan bangunan tempat
tinggal yang dihasilkan dari aktivitas penghuni
dengan budayanya, kepercayaan, dan
lingkungan sekitarnya, yang mampu diwariskan
secara turun-temurun.

Rumah adat Osing merupakan tempat tinggal


salahsatu etnis di Banyuwangi yaitu suku
Osing. Suku Osing di Desa Kemiren
Gambar 3 Pola tata ruang permukiman Suku Osing
merupakan komunitas paling dominan dari 13 memanjang dan berkembang linier
komunitas lainnya. Letaknya berada di Sumber: Modifikasi Peta Citra Satelit, 2020
Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Suku Osing memiliki kepercayaan terhadap
orientasi kosmologi dimana rumah tidak boleh
Konsep Desain menghadap gunung dan laut (hulu-hilir),
sehingga rumah cenderung menghadap ke
Konsep yang digunakan pada rumah ini adalah arah utara-selatan atau diharuskan
arsitektur vernakular. Rumah adat Osing menghadap ke jalan (lurung).
merupakan warisan turun temurun. Bentuk dan
pola rumah tercipta dari proses adaptasi
manusia terhadap kondisi iklim dan lingkungan.
Selain itu, rumah ini masih memperlihatkan
tata kehidupan sosial budaya. Dalam proses
pembangunannya, Suku Osing memiliki
aturan-aturan serta kepercayaan tertentu.

Rumah adat Osing juga berkaitan dengan


Gambar 4 Konsep tradisi pembangunan rumah adat Suku
ekologi arsitektur, dimana ilmu arsitektur Osing berdasarkan hubungan kekeluargaan
dipadukan dengan ilmu lingkungan. Sumber: Jurnal "Konsep Arsitektur Rumah Adat Suku Osing
di Desa Kemiran, Banyuwangi", 2021
Perancangan rumah ini menyesuaikan dengan
kondisi dan potensi setempat, seperti
Pola Tata Ruang Rumah Adat
pemilihan material yang dapat diolah kembali
(daur ulang) dan hemat energi. Iklim juga Pola rumah dibagi menjadi tiga ruangan
mempengaruhi dalam perancangan, seperti sebagai elemen inti, diantaranya adalah bale,
penempatan bangunan terhadap cahaya jrumah, dan pawon. Terdapat juga elemen
matahari, bentuk denah dan kosntruksi. penunjang yaitu amper (teras depan) dan
ampok (ruang di kiri-kanan bangunan).
Pola Permukiman
Bale merupakan ruangan depan yang
Ruang lingkup permukiman meliputi skala diperuntukan kepada laki-laki untuk melindungi
makro yaitu sistem perdesaan Desa Kemiren, serangan dari luar. Jrumah berada di tengahn
skala meso meliputi rumah adat individu, dan bangunan yang diperuntukan bagi penghuni
skala mikro meliputi komponen rumah. Pola dan kerabat dekat. Pawon berada di bagian
permukiman Suku Osing cenderung belakang yang merupakan area pelayanan
memanjang. Hal ini disebabkan oleh faktor dan zona perempuan. Amper sebagai area
kekeluargaan yaitu lokasi rumah anak selalu penerima tamu sebatas tetangga dan ampok
berada di depan rumah orang tuanya. sebagai ruang perlintasan.

Rumah Adat Suku Osing dalam Konteks Budaya Sekitar yang Melatarbelakanginya - 2
Konsep pola tata ruang pada rumah adat Suku
Osing memperlihatkan adanya teritori, baik
dari segi aktivitas maupun fungsi ruang yang
ada. Perkembangan pola tata ruang yang
terbentuk berkembang disesuaikan dengan
fungsi dan aktivitas pemilik yang dilakukan
dalam rumah.

Gambar 7 Bentuk
rumah tikel, baresan,
cerocogan (dari atas
ke bawah)
Sumber: Jurnal
"Konsep Arsitektur
Rumah Adat Suku
Osing di Desa
Gambar 5 Denah rumah adat suku osing Kemiran, Banyuwangi",
Sumber: Suprijanto, Rumah Tradisional Osing : Konsep dan 2021
Bentuk, 2002

Struktur dan Filosofinya


Bentuk Rumah
Struktur utama rumah adat ini yaitu dengan
Bentuk atap rumah adat Suku Osing empat tiang utama yang disebut saka guru,
mengambil konsep dasar dari bentuk atap dengan menggunakan sistem tanding tanpa
tradisional Jawa. Berdasarkan bentuk atap menggunakan paku melainkan sasak pipih
dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu rumah (paju).
tikel, baresan dan cerocogan. Penggunaan 1. Saka Tepas adalah empat tiang utama di
tiga jenis atap pada rumah adat Suku Osing tengah bangunan. Empat tiang ini memiliki
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan makna persatuan dua belah pihak
kekeluargaan yang harmonis didalamnya. keluarga, seperti dua orang tua dan
Rumah tikel memilki bentuk kampung yang besannya.
berjumlah 4 atap atau 4 rab. Rumah baresan 2. Jait Cendek dan Dowo merupakan
memiliki 3 atap atau 3 rab. Rumah cerocogan pengikat saka tepas yang berfungsi
memiliki jumlah 2 atap atau 2 rab. sebagai pengikat struktur.
3. Ander adalah tiang penyangga dan
kerangka atap. Reng adalah tiang
penyangga genteng yang disusun secara
vertikal dan horizontal, gabungan reng ini
disebut sebagai Rab. Rab berasal dari
kata Rabi yang berarti menikah atau
Gambar 6 Bentuk atap Rumah Adat Osing
Sumber: Nur, dkk, 2010;66
berumah tangga dalam Bahasa Osing.
Susunan vertikal dan horizontal dari reng
Rumah adat Suku Osing tidak memiliki dilambangkan sebagai dua orang suami
tingkatan struktur sosial penghuni. Bentuk istri yang saling bahu membahuutama.
rumah adat Suku Osing merupakan bentuk 4. Doplak adalah ukiran khas Banyuwangi
dari golongan masyarakat biasa yang berada dibawah ander.

Rumah Adat Suku Osing dalam Konteks Budaya Sekitar yang Melatarbelakanginya - 3
5. Ampik-ampik adalah dinding kayu yang
berada di depan ander. Ampik-ampik
berbentuk segitiga ini biasa dibuat dengan
papan kayu yang kadang diberi ukiran khusus
bagi pemilik rumah yang ingin memberikan
kesan berbeda untuk rumahnya (sebagai
dekorasi/hiasan).
6. Lambyang adalah kayu yang terletak
dibawah ampik-ampik yang berfungsi sebagai
penguat konstruksi utama saka tepas yang
disatukan dengan glandar. Sedangkan
Lambyang Pekul adalah kayu yang terletak di
tengah bangunan sebagai penguat njait dowo.
7. Glandar adalah kayu sebagai penguat Gambar 9 Struktur rumah adat Suku Osing pada bentuk
cerocogan
konstruksi utama. Sumber: Jurnal "Konsep Arsitektur Rumah Adat Suku Osing
8. Ampog adalah atap tambahan di samping di Desa Kemiran, Banyuwangi", 2021
rumah yang berfungsi sebagai penghalang air
hujan agar tidak mengenai dinding secara Penutup
langsung.
9. Hek adalah tiang dari kayu bendo yang
Kesimpulan
berfungsi sebagai pembatas antara njerumah Rumah adat Osing merupakan salahsatu
dengan amper atau pembatas antara Bale budaya leluhur di Indonesia. Pembangunan
dengan Pendopo. rumah melibatkan aspek iklim, lingkungan, dan
10. Gedheg adalah dinding dari anyaman sosial. Rumah adat Osing dapat dibedah
bambu dan diperkuat dengan tali tampar berdasarkan budaya suku Osing seperti
kedug yang terbuat dari serat kayu pohon permukiman dan rumah adat. Elemen rumah
aren. adat suku Osing dipengaruhi oleh faktor
11. Gebyug adalah dinding yang memiliki kekerabatan, kepercayaan kosmologi, serta
ukiran dan terbuat dari kayu. hubungan dengan alam dan lingkungan. Hal
12. Genteng adalah atap yang terbuat dari ini dapat disimpulkan bahwa budaya suku
tanah liat. Osing mempengaruhi arsitektur rumah adat
13. Bentur adalah sebutan untuk halaman suku Osing.
rumah (pekarangan) yang ditanami dengan
tanaman-tanaman.
Daftar Referensi
Noor, I Made Kriswikana, dkk. 2021. Konsep
Arsitektur Rumah Adat Suku Osing di Desa
Kemiren, Banyuwangi. Space, Vol. 8, No. 2,
Oktober.
Wijaya, P. Yolanda, dkk. 2017. Studi Rumah
Adat Suku Osing Banyuwangi Jawa Timur.
Simposium Nasional RAPI XVI FT UMS.
Zulfikar, Fachri. 2020. Kearifan Lokal dalam
Arsitektur Rumah Adat Osing sebagai Sumber
Gambar 8 Struktur bangunan Rumah Adat Osing
Sumber: Jurnal "Studi Rumah Adat Suku Osing Banyuwangi Pembelajaran IPS. Jurnal Pendidikan Sejarah
Jawa Timur", 2017 Indonesia, Vo 3, No. 1.

Rumah Adat Suku Osing dalam Konteks Budaya Sekitar yang Melatarbelakanginya - 4

Anda mungkin juga menyukai