Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman (LOSARI)

Konsep Dan Bentuk Ruang Rakkeang Rumah Tradisional Bangsawan


Bugis di Bone Sulawesi Selatan
1
Andi Muhammad Akbar
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muslim Indonesia

Intisari

Arsitektur tradisional Bugis erat kaitannya dengan sejarah kerajaan Bugis pada masa lalu, dimana Kota Bone
sebagai basisnya di Sulawesi Selatan. Didalam rumah tradisional bangsawan Bugis Bone terbagi atas 3 ruang
secara vertikal yaitu: Rakkeang, Alle Bola dan Awa Bola. Konsep bentuk ruang yang khas pada Rakkeang
mampu memberikan ekspresi karakteristik tersendiri, sehingga perlu diteliti lebih mendalam sebagai aset karya
arsitektur nasional penghubung masa yang lalu dan masa yang akan datang. Tujuan penelitian ini menemukan
konsep bentuk ruang Rakkeang yang berpengaruh terhadap karakter arsitektur rumah tradisional bangsawan
Bugis. Penelitian ini mencakup basis kerajaan suku Bugis di Kabupaten Bone. Metedologi penelitian ini
kualitatif dengan pendekatan paradigma rasionalistik. Hasil penelitian bentuk ruang Rakkeang ini secara
spasial terletak simetris dengan Indo Bola dan cenderung mengikuti pola ruang yang ada dibawahnya, semakin
besar ukuran ruang Rakkeang semakin tinggi derajat kebangsawanannya, Sedangkan orientasi ruang Rakkeang
menghadap kejalan dan hirarki ruang merupakan simbol kewibawaan dengan fungsi khusus yang sifatnya
privasi. Secara fisik konsep bentuk Rakkeang simetris berukuran lebih besar dan kemampuan variasi
konstruksinya lebih varatif. Hal ini sebagai simbol derajat sosial dan kemampuan penghuni secara ekonomis.
Sedangkan bentuk elemen-elemen Rakkeang dimaksudkan agar hegemoni kebangsawanan tetap diterjaga, dan
dapat mempengaruhi persepsi setinggi apa status sosialnya dalam masyarakat.

Kata Kunci: Konsep Bentuk Rakkeang Bangsawan Bone

1. PENDAHULUAN kekuasaan diturunkan oleh Dewata kepada manusia


Arsitektur tradisional di Indonesia memiliki bentuk melalui raja sebagai wakil dewa di dunia. Didalam
yang sangat khas dan bervariasi, namun sejumlah rumah tradisional suku Bugis, alam semesta ini
ciri-ciri khusus masih kurang terlihat. Ciri-ciri sebagai pandangan hidupnya yang terdiri atas 3
umum yang sering kita lihat merupakan warisan bagian dilihat secara vertikal, dimana dunia atas
budaya dari leluhur austronesian, yaitu bentuk atap digambarkan sebagai tempat penyembah terhadap
dan tiang-tiang yang tinggi pada bangunan rumah Dewa Langi’ yang diadakan di rakkeang sebutan
tradisionalnya. Arsitektur tradisional suku Bugis umum sebagai tempat yang tertinggi dari struktur
juga memiliki unsur kebudayaan nasional yang rumah atau biasa juga disebut loteng atau
mempunyai bentuk fisik, fungsi dan style serta tollangeng, sedangkan dunia tengah dari struktur
proses pembuatannya senantiasa memberikan ruang rumah suku Bugis yaitu tempat penyembahan
karakter tersendiri. Suku Bugis memandang Dewa Malino yang dianggap berdiam di Ale Bola
rumahnya tidak hanya sekedar tempat tinggal tetapi atau badan rumah dan dunia bawah dari struktur
juga sebagai ruang pusat siklus kehidupan yaitu: ruang rumah Bugis yaitu tempat penyembahan
tempat manusia dilahirkan, dibesarkan, menikah dan Dewa UwaE yang dianggap bersemanyam di Awa
meninggal, oleh karena itu membangun rumah Bola atau kolong rumah(2)
haruslah didasarkan tradisi dan kepercayaan yang Dunia atas pada rumah tradisional bangsawan
diwarisi secara turun temurun dari leluhur.(1) Bugis biasa dan sering juga disebut Rakkeang
Arsitektur tradisional suku Bugis di Sulawesi dalam bahasa Bugis, yaitu ruang yang berada
Selatan sangat erat kaitannya dengan sejarah dibawah atap. Analogi yang sering kita dengar dari
kerajaan Bugis pada masa lalu, dimana Kota Bone berbagai pendapat atau cerita dari masyarakat Bugis
dahulu sebagai pusat kerajaan suku Bugis di bahwa Dunia Atas atau Botting langi merupakan
Sulawesi Selatan sehingga bangunan yang dibuat penjelmaan kehidupan diatas alam sadar manusia
umumnya menghadap ke arah laut seperti halnya yang terkait dengan kepercayaan yang tidak tampak
istana Soraja Petta Ponggawa’E di kota Bone. yaitu: disakralkan, dikeramatkan, disucikan, dan
Wujud fisik rumah tradisional masyarakat Bugis kebaikan lainnya, atau sugestilainnya. Pemahaman
sangat dipengaruhi stratafikasi sosial yang berlaku ini mereka mengibaratkan sebagai sesuatu yang
dimasyarakatnya, pemahaman ini berdasar Lontara ditinggikan atau Arrajange dalam bahasa Bugisnya,
Sure La Galigo, dimana Tomanurung mengajarkan sedangkan pemahaman masyarakat biasa suku
paham ketatanegaraan turun dari langit sebagai Bugis lainnya di Sulawesi Selatan menyatakan
Dewata Seuwae untuk memerintah bumi, dimana bahwa; dunia atas adalah tempat bersemayamnya

55
Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman (LOSARI)

Sange-Serri atau Dewi Padi, dengan pemahaman Sumber Informasi ini ada dua, yaitu: 1) Informasi
ini masyarakat suku Bugis menganggap bahwa verbal, yaitu informasi yang berupa kata-kata atau
loteng atau tollangeng dijadikan sebagai tempat penjelasan yang diperoleh saat melakukan
penyimpanan padi atau hasil pertanian lainnya. wawancara mendalam yang dilakukan terhadap
Adanya struktur ruang yang jelas serta pola ruang penghuni rumah tradisional bangsawan Bugis dan
yang unik pada ruang rakkeang rumah tradisional tokoh masyarakat yang berada pada lokasi obyek
bangsawan suku Bugis menjadikan karakteristik penelitian. 2) Informasi tekstual tertulis diperoleh
yang khas dan melekat serta mampu menaungi dari media cetak berupa literatur atau tulisan yang
penghuni dan melindungi diri dari gangguan alam terkait dengan fokus dan tema penelitian. Alat
yang teraga dan tidak teraga pada lingkungan penelitian ini merupakan instrumen utama penelitian
sekitar menjadikan rumah tradisional Bangsawan ini, adalah peneliti sendiri dengan latar belakang
Bugis di Bone Sulawesi Selatan menarik untuk yang dimiliki digunakan untuk mengumpulkan
diteliti secara mendalam. informasi-informasi tekstual dan verbal serta
menginterpretasikan makna simbolik yang ada pada
obyek penelitian.
Kesulitan Dalam Penelitian yaitu penghuni rumah
pada umumnya orang-orang modern pewaris
kepemilikan rumah orang tuanya yang membuat dan
menghuni rumah itu sebelumnya serta kurang
mengetahui latar belakang didirikannya rumah
tersebut,

2. ISI PENELITIAN
2.1 Teori Bentuk pada Rumah Tradisional
Bentuk rumah tradisional Bugis dapat
diidentifikasikan melalui susunan timpa lajanya
yang merupakan penutup ruang Rakkeang, yang
dapat diklasifikasikan atas susunan (lanta) 5 untuk
rumah raja, lanta 3 untuk keturunan bangsawan dan
lanta 1 untuk masyarakat umum. Bentuk atap juga
dihubungkan dengan arti simbol mikro-
makrokosmos, unsur alam sekitar serta dihubungkan
dengan perbedaan status sosial penghuninya. Dari
Gambar.1: Konsep susunan ruang secara vertikal rumah
tradisional Bugis
klasifikasi bentuk atap tersebut terdapat hierarki
(Sumber: Analisis Penulis 2016) kesempurnaan/keutamaan dilihat dari kompleksitas
struktur, teknik pengerjaan, jumlah material, biaya
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif serta tenaga yang dibutuhkan. Perbedaan ini
dengan paradigma penelitian rasionalistik, yang menunjukan perbedaan status sosial, sedangkan
bertolak dari kerangka teoritik dan dibangun dari persamaan dalam susunan ruang menandakan
pemaknaan hasil penelitian terlebih dahulu, sehingga adanya pandangan hidup yang diwujudkan melalui
sumber kebenaran yang menjadi acuan. Lokasi aturan-aturan dalam kehidupan rumah tangga.
penelitian dilakukan didaerah utama suku Bugis di Bahan utama umumnya kayu, yang dinilai sebagai
Sulawesi Selatan pada yaitu Kabupaten Bone. bahan yang alami dan mengandung nilai-nilai baik .
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada Ragam hias umumnya bersifat konstruktif (menyatu
pertimbangan basis kerajaan suku Bugis yang dengan elemen lain) dengan motif flora, fauna, alam,
pernah berpusat di Bone(12). Sebagai obyek agama dan lain-lain. Dua aspek non-fisik dominan
penelitian adalah ruang Rakkeang rumah tradisional adalah arah dan lambang tubuh manusia. Hal itu
Bangsawan suku Bugis di Bone yang kondisinya juga akan mempengaruhi proses pembangunan
masih baik dan dihuni. Rumah yang dipilih sebagai rumah, dimana penentuan orientasi, waktu dan
kasus penelitian adalah rumah tradisional yang tempat merupakan hal yang penting, sedangkan
dipandang sebagai rumah asli bangsawan Bugis lambang tubuh manusia menentukan skala dan
dengan kriteria struktur dan bentuk bangunan yang bentuk rumah. Melalui bentuk, ruang berhubungan
tidak mengalami perubahan signifikan yang dipilih dengan tempat, kemudian dikenali, dikaitkan, diberi
secara acak dan mewakili bentuk komposisi dan makna dan diidentifikasi sesuai kesepakatan budaya,
elemen-elemen fasad yang sama. yang menjelaskan bentuk spesifik, seperti sakral-
profan, privat-publik, terbuka-tertutup dan lain-lain.

56
59
58
Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman (LOSARI)

Gambar.2 : Konfigurasi massa ruang rumah tradisional bangsawan Bugis


(Sumber: Analisis Penulis 2016)

2.2 Rumah Tradisional Bugis di Sulawesi Selatan tempat mengadakan pertemuan, tempat
membaringkan mayat. 2) Ruang Tengah (Lontang
Dalam naskah Sure Galigo dikemukakan tentang
Ritengngah): berfungsi sebagai tempat tidur bagi
ihwal kejadian dunia bagi suku Bugis yang
kepala keluarga bersama isteri dan anak-anaknya.
dikisahkan sebagai mitos To Manurung, yaitu
Kegiatan keluarga juga berlangsung di ruang ini
turunnya manusia pertama dibumi disertai istananya
seperti makan, ruang bagi ibu yang akan melahirkan.
yang bernama Soukotta, yang merupakan cermin
3) Ruang Belakang (Lontang Rilaleng): ruang ini
pandangan masyarakat suku Bugis terhadap rumah
berfungsi sebagai ruang anak gadis dan orang-orang
bukan hanya sebagai faktor luar yang sekedar
tua yang lanjut usia.
digunakan sebagai sarana perlindungan terhadap
2.3 Konsep Ruang Terhadap Fungsi, Bentuk dan
alam, akan tetapi merupakan suatu kesatuan nilai-
Ekspresi Rumah Tradisional
nilai kehidupan dan spiritual, yang mengisyaratkan
keselamatan hidup dunia dan akhirat, murah reseki Keterkaitan Konsep Ruang Terhadap Fungsi, Bentuk
dan terhindar dari bencana(6). Soukotta bukanlah dan Ekspresi rumah tradisional dapat
semata-mata istana atau kediaman Batara Guru diidentifikasikan pada produk tiga dimensi yaitu;
sebagai manusia pertama dalam legenda Bugis tetapi produk budaya (budaya membangun), nilai personal
sebagai penggambaran jagad raya yang merupakan dan interpersonal desain. Fungsi, bentuk dan
mikrokosmos dan merupakan dasar arsitektural ekspresi pada ruang terwujud sebagai fenomena fisik
rumah tradisional Bugis. Demikian pula rumah yang memberikan peluang untuk menjadi beragam,
tinggalnya sebagai wujud mikrokosmos, secara sebagai akibat respon masyarakat dengan latar
analogi terbagi atas tiga susunan secara vertikal lingkungan fisik, sosial, kultural dan ekonomi yang
yaitu : 1) Ruang Atas ( Rakkeang ) : Ruang ini beragam pula. Untuk dapat memahami ruang hunian
dipandang sebagai ruang yang suci, dengan fungsi sebagai fenomena fisik menjadi jelas jika karakter
menyiratkan hal-hal yang sangat yang diagungkan. kultur, pandangan dan tata nilai masyarakat setempat
2) Ruang Tengah ( Ale Bola ) : Merupakan ruang dapat digali dan ditemukan. Persamaan dan
aktifitas penghuni sehari-hari (bersosialisasi), perbedaan kultur dengan kultur lainnya dapat dinilai
biasanya disebut sebagai badan rumah. 3) Ruang dan ditandai berdasarkan unsur dalam sistem
Bawah ( Awa Bola ) : Tempat ternak, tempat kebudayaan yang terangkum dalam 3 wujud, yaitu :
penyimpanan alat pekerjaan sehari-hari dan tempat 1) Culturals system, yaitu wujud kebudayaan
santai. sebagai kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
Disamping itu tata ruang bangunan induk rumah norma dan peraturan yang bersifat abstrak. 2) Social
tradisional Bugis secara horisontal terdapat system, yaitu wujud kebudayaan sebagai kompleks
Lontang/petak yaitu jarak antara tiang pada ruang aktifitas kelakuan yang berpola dari manusia dalam
dalam rumah Bugis. Bentuk dan fungsi lontang masyarakat. 3) Physical system, yaitu wujud
pada rumah golongan bangsawan dan rakyat biasa kebudayaan benda-benda hasil karya manusia yang
adalah sama, yang membedakan adalah luasannya, mempunyai sifat yang paling kongkrit, dapat diraba,
untuk rumah raja 9 petak, keturunan raja 4 sampai 7 diobservasi dan didokumentasikan atau disebut juga
petak, sedangkan masyarakat golongan biasa tidak kebudayaan fisik. Ketiga wujud ini satu kesatuan
bisa melebihi 3 petak. Susunan ruang dalam Alle sosial yang selalu ada pada setiap lingkungan
Bola terbagi atas tiga zoning yang terdiri atas: 1) budaya, dimana arsitektur merupakan bagian dari
Ruang Depan (Lontang Risaliweng): memiliki unsur kebudayaan tersebut(9). Sistem-sistem tersebut
fungsi seperti menerima tamu, tempat tidur tamu, saling berpengaruh dan membentuk keseimbangan,

59
Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman (LOSARI)

dengan demikian jika salah satu sistem mengalami sebagai arah orientasi sangat dipengaruhi oleh
perubahan akan berpengaruh terhadap sistim yang kebutuhan privasi fungsional dan pemikiran
lain. Kesatuan sistem tersebut akan membentuk rasional sang pemilik rumah yang mendasarkan
karakteristik/ciri khas yang dapat dikenali(10). pada mental spiritual kepercayaan yang dianut
Lebih mendalam oleh Habraken menilai gambaran agar ruang privasi tetap terjaga selamanya.
konsep bentuk secara keseluruhan bangunan atau Sedangkan arah hadap ruang ke ruang terbuka
ruang arsitektur merupakan suatu kesatuan sistem didasari oleh adanya anggapan terhadap kondisi
yang terdiri atas: 1) Spatial system atau organisasi iklim tropis, yaitu untuk mendapatkan pengaliran
ruang terkait dengan konfigurasi pola ruang, letak udara dan pencahayaan yang baik kedalam ruang
ruang serta orientasi dan hirarki ruang. 2) Phisical Rakkeang. Konsep ini sesuai dengan falsafah
system yang berhubungan dengan konstruksi dan Sulapa Eppana Ogie yang menganggap alam
bahan atau material yang digunakan oleh ruang, raya ini terdiri dari empat segi penjuru mata
terdiri dari struktur rangka, konstruksi atap, lantai, angin, oleh karenanya ruang Rakkeang umumnya
dinding dan sebagainya. 3) Stylistic system yaitu simetris mengikuti arah bangunan induk rumah
kesatuan ekspresi bentuk komposisi elemen-elemen Bugis sebagai mikrokosmos berbentuk segi
ruang serta komponen lay out dan ragam hias, baik empat. Bangunan rumah boleh menghadap ke
yang ada pada ruang dalam maupun berada pada segala arah manapun, karena semua arah sama
ruang luar. nilai-nilai ritualnya.
2.4 Sistem Spasial Ruang Rakkeang: d) Hirarki ruang Rakkeang yang ditandai oleh
pembatas yang tegas berupa lantai Rakkeang dan
a) Umumnya ruang Rakkeang terletak simetris
tangga penghubung ruang Rakkeang dengan
dengan ruang bangunan induk rumah (Indo
ruang Indo Bola sebagai simbol yang disucikan
Bola), Letak ruang Rakkeang yang simetris ini
dan tinggikan atau hal yang diagungkan. Dimana
cenderung mengikuti pola ruang pada bangunan
ruang Rakkeang letaknya lebih tinggi dari pada
tradisional Bugis yang terdiri atas lontang ri
ruang-ruang lainnya yang ada dalam rumah
saliweng, lontang ri tenggah dan lontang ri
Bangsawan Bugis Bone. Hirarki seperti ini
laleng. Tata ruang ini merupakan simbol privasi
terdapat pada konsep duality dalam bangunan
dari ruang rakkeang bangsawan Bugis agar
rumah tradisional bangsawan Bugis, yang
senantiasa terjaga oleh semua anggota keluaraga
membedakan antara dua hal yang berlawanan
yang ada didalam bangunan induk rumah dan
seperti; tinggi dan rendah serta bersih dan kotor.
tidak boleh dimasuki oleh orang lain kecuali
Pemisahan ruang Rakkeang yang tegas juga
anggota keluaraga.
merupakan simbol penghargaan pemenuhan
b) Letak ruang Rakkeang yang simetris dengan Indo
kebutuhan privasi penghuninya akan ketenangan
Bola memiliki ukuran lebih luas dan lebih lebar
ritual berkomunikasi dengan Dewata Seuwae.
dibandingkan yang Asimetris. Hal ini merupakan
Hal ini dikarenakan para bangsawan
perwujudan simbol derajat kebangsawanan
menganggap ruang Rakkeang adalah tempat
pemilik ruang Rakkeang tersebut, dimana dalam
bersemayamnya Dewata Seuwae. Selain itu,
penelitian ini ditemukan semakin besar ukuran
tangga pada jalan masuk ke ruang Rakkeang
ruang Rakkeang, semakin tinggi derajat
terletak diruang tidur anak gadis Bangsawan
kebangsawanan pemilik rumah tersebut. hal ini
Bugis di Bone dikarenakan fungsi ruang
merupakan salah satu perwujudan sebagai
Rakkeang juga digunakan sebagai tempat berias,
golongan bangsawan yang ingin menunjukkan
menenun dan bermain anak gadis Bangsawan,
derajat kebangsawanannya di wilayah yang
hal ini dikarenakan anak gadis bangsawan tidak
dikuasainya(13).
diperbolehkan bermain diluar rumah seperti
c) Orientasi ruang Rakkeang simetris rumah
gadis kampung lainnya, demikian juga untuk
tradisional bangsawan Bugis di Bone umumnya
aktifitas menenun anak gadis Bangsawan tidak
mengikuti orientasi Indo Bola menghadap kearah
diperbolehkan menenun dibawah rumah/awa
jalan, sedangkan ruang Rakkeang asimetris
bola seperti yang sering dilakukan anak gadis
menghadap kearah ruang terbuka yang terdapat
kampung lainnya. Hal ini merupakan simbol
disebelah kiri kanan badan rumah (Indo Bola),
kewibawaan anak gadis bangsawan Bugis
hal ini ditandai dengan lubang jalan masuk ruang
Tersebut.
Rakkeang tersebut, dimana letak lubang jalan
masuk ruang Rakkeang yang ditemui dilapangan
2.5 Sistem Fisik Ruang Rakkeang:
umumnya berada sejajar diatas ruang tidur anak
gadis Bangsawan atau berada pada lontang ri a) Modul struktur alliri (tiang rakkeang) kearah
laleng bangunan induk rumah. Orientasi panjang dan lebar tidak sama, hal ini disebabkan
Rakkeang semata-mata dipengaruhi letak lubang oleh pola ruang Rakkeang simetris dan asimetris
jalan masuk atau pencapaian ruang Rakkeang membentuk memanjang kebelakang. Jumlah
dan tidak terfokus pada satu arah mata angin alliri pada ruang bentuk simetris lebih banyak
(utara, selatan, timur, barat) karena menganggap dibandingkan Rakkeang asimetris dikarenakan
semua arah baik secara ritual. Pencapaian pola ruang simetris yang lebih besar dan luas

59
58
Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman (LOSARI)

dibanding asimetris, sedangkan untuk ukuran dudukan timpa laja yang merupakan status
tiang alliri yang lebih besar sebagai simbol simbol derajat kebangsawanan pemilik rumah
derajat sosial pemilik rumah dan juga dan juga berfungsi sebagai ventilasi/lubang angin
dikarenakan ketinggian dan bentangan struktur pada ruang Rakkeang), serta bahan material
atap yang ditopang sangat panjang, hal ini penutup atapnya (dinding arah kiri kanan
dimugkinkan karena pola ruang Rakkeang Rakkeang) banyak dipengaruhi oleh kemampuan
umumnya simetris dengan badan rumah atau penghuni secara ekonomis dan tingkatan derajat
Indo Bola. sosial yang lebih tinggi.
2.6 Bentuk Elemen-Elemen Ruang Rakkeang:
a) Penggunaan tiang-tiang (alliri) Rakkeang yang
besar, tinggi dan kokoh, hal ini bukan saja terkait
masalah konstruksi alliri yang menerus dari
ruaang bawah (awa bola) keruang atas
(Rakkeang) atau susunan struktur atap yang
ditopang diatasnya serta pola keseimbangan
komposisi pada badan dengan kepala bangunan
rumah, akan tetapi juga lebih dipengaruhi oleh
simbol kekuasaan dan kewibawaan bangsawan
orang Bugis yang menempati rumah tersebut
tentang aturan atau adat istiadat yang masih
Gambar.3: Sistem Spasial Ruang Rakkeang
dipegang dalam rangka membangun rumah
(Sumber: Analisis Penulis, 2016) tradisional Bugis. Hal ini diyakini bahwa
semakin besar allri yang sampai keruang
b) Sistem konstruksi kayu pada struktur lantai Rakkeang semakin tinggi status derajat sosialnya
papan ruang Rakkeang menggunakan konsep dilingkungan masyrakatnya, hal ini dikarenakan
Mappasituppu (menumpuk) pada struktur untuk mendapatkan tiang-tiang kayu yang besar,
tinebba dan pattolok riase. Masing-masing ruang panjang serta kuat dan utuh sampai keatas
Rakkeang pola simetris dan asmetris lebih diruang Rakkeang sangatlah susah dibutuhkan
cenderung mengikuti pola, ukuran dan luas lantai satu batang pohon besar untuk satu tiang/alliri
ruang yang sejajar secara vertikal ruang rumah. Hal tersebut diatas hanya bisa didapatkan
dibawahnya. atau dimiliki oleh seorang raja atau keturunan
c) Pada dinding atau renring ruang Rakkeang Raja, Sejalan dengan kategorisasi pemikiran
rumah tradisional Bangsawan Bugis di Bone Ronald (1993) elemen-elemen fisik pada rumah
tidak memakai renring secara langsung pada tradisional bangsawan merupakan manifestasi
arah kiri dan kanan ruang Rakkeang, hal ini kekuasaan dan kekuatan sebagai cerminan
dikarenakan posisi ruang rakkeang berada paling karakter tubuh manusia yang dimilikinya yaitu
atas yang juga berfungsi sebagai penutup/atap dirinya sendiri.
rumah dengan konstruksi kayu, dimana konsep b) Lubang jalan masuk ruang Rakkeang salah satu
rumah tradisional Suku Bugis bentuk atapnya simbol yang sangat privasi dikarenakan ukuran
pelana (atap kampung) dengan kemiringan 45 lubang yang kecil dimaknakan orang yang bisa
derajat, memasukinya dikhususkan bagi anggota
keluarga yang mempunyai garis keturunan darah
langsung yang tinggal dirumah tersebut.
Demikian juga letak lubang Rakkeang yang
sejajar ke atas ruang tidur anak gadis merupakan
simbol privasi, dimana pada konsep ruang rumah
tradisional suku Bugis ruang tidur anak gadis
ditempatkan pada ruang atau lontang yang paling
dalam (Lontang rilaleng), yang bermakna ruang
tersebut sangat diproteksi dari ganguan luar.
c) Ventilasi pada ruang Rakkeang semata-mata
bertujuan untuk mendapatkan pencahayaan atau
penerangan alami dan penghawaan cukup tanpa
makna khusus pada bentuk ventilasinya.
Pencahayaan dan penghawaan alami yang
terdapat pada ruang Rakkeang umumnya
Gambar.4: Sistim Fisik Ruang Rakkeang didapatkan dari susunan timpa laja sebagai
(Sumber: Analisis Penulis, 2016) penutup muka belakang ruang Rakkeang Rumah
sedangkan pada arah depan dan belakang ruang bangsawan tersebut. Hal ini menandakan
Rakkeang dindingnya berfungsi sebagai tempat bahwasanya kurangnya bukaan yang

59
Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman (LOSARI)

berhubungan dengan dunia luar, menegaskan lainnya untuk anak gadis bangsawan. Penandaan
ruang Rakkeang merupakan ruang yang sangat kesemua lay out yang ada merupakan symbol
diproteksi dari ganguan dunia luar. kesakralan dan privasi ruang Rakkeang tersebut

Gambar.5: Tiang, Ventilasi dan Lubang Gambar.6: Tangga, Timpa Laja,


Masuk Rakkeang Lay Out Rakkeang
(Sumber: Koleksi Penulis 2016) (Sumber: Koleksi Penulis, 2016)

d) Tangga Rakkeang terbuat dari kayu yang 3. KESIMPULAN & SARAN


berfungsi sebagai jalan masuk dan juga Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan
merupakan salah satu simbol privasi ruang pembahasan konsep bentuk ruang Rakkeang rumah
rakkeang, hal ini bisa dilihat dari perletakan tradisional Bangsawan Bugis di Bone Sulawesi
tangga pada semua kasus penelitian yang di Selatan, disimpulkan bahwa :
jumpai umumnya tangga ruang Rakkeang 3.1 Konsep bentuk ruang Rakkeang secara
terletak di kamar tidur anak gadis yang tidak bisa spasial
dimasuki atau dilihat oleh siapapun yang tidak terletak simetris dengan ruang induk rumah (Indo
memiliki garis keturunan darah secara langsung Bola) dan cenderung mengikuti pola ruang yang ada
kecuali Ayah, ibu, nenek dan kakek dan saudara dibawahnya yang terdiri atas lontang ri saliweng,
kandung sang gadis bangsawan tersebut. lontang ri tenggah dan lontang ri laleng. Ruang
e) Penggunaan timpa laja bukan saja sebagai Rakkeang yang simetris memiliki ukuran lebih luas
struktur penutup atap bagian muka dan belakang dan lebih lebar dibandingkan yang Asimetris. Hal ini
atau sebagai ventilasi lubang angin pada perwujudan simbol derajat kebangsawanan pemilik
Rakkeang, akan tetapi lebih dominan sebagai ruang Rakkeang tersebut, dimana dalam penelitian
aturan-aturan adat yang masih berlaku pada ini ditemukan semakin besar ukuran ruang
rumah trumah radisional Bangsawan Bugis yang Rakkeang, semakin tinggi derajat kebangsawanan
merupakan simbol strata sosial pemiliknya. pemilik rumah tersebut. Sedangkan konsep orientasi
f) Lay out prabot pada ruang Rakkeang Bangsawan ruang Rakkeang mengikuti orientasi Indo Bola
Bugis yang ditemui umumnya menyesuaikan menghadap kearah jalan, hal ini ditandai dengan
fungsi dari pada ruang Rakkeang sebagai tempat lubang dan tangga jalan masuk ruang Rakkeang
berkomunikasinya raja secara ritual dengan terletak sejajar diatas ruang tidur anak gadis
Dewata Seuwae. Selain itu Lay out Perabot yang Bangsawan atau berada pada lontang ri laleng indo
ditemui diperuntukkan tempat penyimpanan bola. Pada hirarki ruang Rakkeang ditandai oleh
pusaka keluarga dan juga alat berias dan aktifitas pembatas yang tegas berupa lantai dan tangga

61
58
60
Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman (LOSARI)

penghubung ruang Rakkeang dengan ruang Indo jati dirinya. Akhirnya penulis menyarankan bahwa “
Bola sebagai makna diagungkan karna berada pada dengan mempelajari arsitektur rumah tradisional
ruang yang tertinggi pada rumah, hal ini merupakan Bugis, para arsitek dapat menentukan sikap terhadap
simbol kewibawaan dengan fungsi yang khusus dan perencanaan dan perancangan pembangunan pada
sebagai hal yang sifatnya privasi serta menyatakan masa-masa yang akan datang.
hirarki yang melekat para pemakai ruang Rakkeang
tersebut. DAFTAR PUSTAKA
3.2 Konsep ruang Secara fisik  Akbar, Andi Muhammad, “Faktor-Faktor
Terlihat pada sistim fisik pada ruang Rakkeang yang Pembentuk Karakter Arsitektur Rumah
lebih besar yaitu terdapat pada Rakkeang bentuk Tradisional Bangsawan Bugis di Sulawesi
simetris, serta mempunyai kemampuan variasi dan Selatan”. Tesis untuk memperoleh gelar Magister
sistem konstruksi yang lebih leluasa. Seperti halnya Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada,
penggabungan struktur bentuk atap pelana Yogyakarta: UGM, 2007.
(kampung) dan atap limasan. Apabila ditinjau lebih  Mattulada, Kebudayaan Bugis-Makassar, dalam
dalam, mengapa konstruksi fisik Rakkeang asimetris Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di
lebih kecil dan terkesan sempit, hal ini cenderung Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1997.
sebagai simbol status derajat sosial dan keterbatasan  Tjahjono, G. Cosmos, Center and Duality in
kemampuan penghuni yang secara sosial dan Javanese Architectural Tradition; The Symbolic
ekonomis mempunyai tingkatan yang lebih rendah Dimension of House Shapes in Kotagede and
dari pada golongan penghuni ruang Rakkeang surroundings. Dissertation Doctor of
simetris. Sehingga dengan keterbatasn tersebut Phylosophy, University of California at
mereka mempergunakan struktur konstruksi yang Berkeley. 1990.
terjangkau serta relatif lebih mudah didapatkan dan  Silas, J. Arsitektur Tradisional Daerah Jawa
dapat dikerjakan lebih cepat. Timur. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
3.3 Konsep bentuk elemen-elemen ruang Kebudayaan Daerah, Depdikbud. Surabaya.
Rakkeang 1984.
Dimaksudkan agar hegemoni kebangsawanan tetap  Pangarsa, G.W, Tjahjono, R dan Pamungkas,S.T.
diterjaga, karena setiap elemen-elemen ruang Deformasi dan Dampak Ruang Arsitektur
Rakkeang yang ada dapat mempengaruhi persepsi Madura Pedalungan di Lereng Utara Tengger.
bagi yang melihat sebesar apa pengaruh seseorang Laporan Hasil Penelitian, Universitas Brawijaya.
dan setinggi apa status sosialnya dalam masyarakat. Malang. 1994.
Hal-hal yang dapat disarankan penulis kepada pihak  Mappangara, Suriadi, Ensiklopedia Sejarah
berkepentingan demi memperluas manfaat penelitian Sulawesi Selatan sampai Tahun 1905. Makassar:
ini adalah terbatasnya jumlah obyek yang diteliti dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
pembatasan wilayah penelitian dapat mengurangi Sulawesi Selatan, 2004.
keakuratan temuan penelitian. Oleh karena itu untuk
 Muhammad, Amin Data, Bentuk Rumah Bugis-
membuktikan hypothesis tersebut kepada peneliti Makassar, Ujung Pandang: Depdikbud, 1990.
berikutnya perlu melakukan komparatif yang lebih
 Hamid, Abu, Kebudayaan Bugis. Makassar:
luas dengan obyek yang lebih banyak dalam kurun
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
waktu yang berbeda, sehingga semakin memperkaya
Sulawesi Selatan, 2006.
wacana tentang arsitektur rumah tradisional Bugis
 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan
dinusantara tercinta ini, yang saat ini masih sangat
Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka
jarang dilakukan. Penulis menyadari, karena
Utama, 2004.
keterbatasan waktu dan kesimpulan yang bersifat
hypothesis tersebut masih perlu dikaji lebih  Lewcock, Ronald dan Gerald Brans, The Boats
mendalam, oleh karena itu perlu dilakukan as an Architectural Symbol, dalam Paul Oliver
penelitian lebih lanjut dan mendalam. Temuan (ed) Shelter, Sign, and Symbol. New York: The
penelitian ini tidak hanya sekedar untuk mengetahui Overlock Press, 1980.
seperti apa dan bagaimana karakteristik ruang  Habraken, N.J, General Principles Of About The
Rakkeang rumah tradisional bangsawan Bugis di Way Environment Of Architecture,
Bone Sulawesi Selatan, namun lebih dari itu proses Massachussets: MIT, 1978.
terbentuknya arsitektur rumah tradisional Bugis  Pelras, Christian, Manusia Bugis. Jakarta: Forum
hendaknya juga dapat digali dan diteliti lebih Jakarta-Paris Ecole Francaise d”Extreme-Orient,
mendalam guna berbagi pengalaman kepada arsitek- 2006.
arsitek selanjutnya bagaimana merencanakan suatu  Ronald, Arya, 1993. Ciri-ciri Karya Budaya di
karya arsitektur yang peduli terhadap lingkungan Balik Tabir Keagungan Rumah Jawa,
sekitarnya dan mengangkat nilai-nilai kearifan lokal Yogyakarta: Uneversitas Atmajaya, 1993.
daerahnya serta bagaimana melakukan penyesuaian-  Kluckhohn, C, dalam Koentjaraningrat,
penyesuaian sehingga nilai-nilai arsitektur Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan,
tradisional setempat tidak akan kehilangan identitas Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.

6159

Anda mungkin juga menyukai