BAB I
PENDAHULUAN
Rumah adat merupakan rumah tradisional yang pada suatu daerah memiliki ciri khas
tersendiri sehingga membuatnya berbeda dari rumah adat yang lain. Rumah adat yang
terdapat di Kampung Naga termasuk dalam rumah adat Sunda. Saat ini keberadaan rumah
adat Sunda sudah jarang ditemukan, terutama di kota-kota besar di Jawa Barat. Akan
tetapi, rumah adat Sunda ini masih dapat ditemukan di Kampung Naga.
Kampung Naga merupakan kampung adat yang terletak di daerah Sunda Priangan,
tepatnya berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi
Jawa Barat. Letaknya sekitar 40 km atau 1 jam perjalanan darat dari Kota Tasikmalaya ke
arah Barat menuju Kabupaten Garut.
Pada Kampung Naga ini, masyarakatnya masih memegang teguh dan melestarikan adat
Sunda, terutama pada bangunan rumah tinggalnya. Dilihat dari bentuk rumah, konstruksi
dan bahan bangunan, letak dan arah rumah, terdapat keunikan tersendiri, Karena itulah
sangat penting untuk mempelajari bangunan rumah tinggal di Kampung Naga. Dalam
laporan ini, akan mengungkap tipologi bangunan rumah adat Sunda yang ada di Kampung
Naga, pembagian ruang yang terdapat dalam bangunan rumah tinggal, konstruksi serta
bahan bangunan dan elemen pendukung lain yang terdapat pada bangunan rumah tinggal
di Kampung Naga.
1.2.1. Tujuan
a. Menjelaskan tipologi bangunan rumah tinggal di Kampung Naga.
b. Menjelaskan fungsi, pembagian ruang, konstruksi dan bahan bangunan serta
elemen pendukung yang terdapat pada bangunan rumah tinggal di Kampung
Naga.
1.2.2. Manfaat
a. Mengetahui dan memahami perihal bangunan rumah tinggal di Kampung Naga.
b. Mengetahui mengenai fungsi, pembagian ruang, konstruksi dan bahan
bangunan serta elemen pendukung yang terdapat pada bangunan rumah
tinggal di Kampung Naga.
1
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri atas latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode
pengumpulan data dan analisa penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA,
Berisi teori dan penjelasan mengenai pengertian arsitektur tradisional,
arsitektur tradisional Indonesia serta arsitektur tradisional Sunda meliputi
definisi ruang, tipologi dan konstruksi bangunan dalam rumah adat Sunda.
BAB III DATA
Berisi data tinjauan umum Kampung Naga dan bangunan rumah tinggal di
Kampung Naga.
BAB IV ANALISA
Berisi analisa tipologi bangunan, pembagian ruang, struktur, konstruksi
dan bahan bangunan serta elemen pendukung pada bangunan rumah
tinggal di Kampung Naga.
BAB V KESIMPULAN
Berisi kesimpulan dari keseluruhan laporan.
2
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1
YB. Mangunwijaya, 1992 dalam Juhana
2
KBBI
3
Laporan KKL Angkatan 2009 JAFT UNDIP
3
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
4
Laporan KKL Angkatan 2009 JAFT UNDIP
4
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
d. Kaca Kaca
Konsep kacakaca dipahami sebagai batas antar ketinggian tempat,
perbedaan material tempat, atau benda yang diletakkan pada tempat
tertentu sebagai symbol dari dua arah yang berbeda. Area tertentu
kampung sering diberi batas spasial seperti kacakaca kulon dan kacakaca
wetan. Konsep ini juga dipahami sebagai cara melihat penciptaan wadah
fisik. Bagaimana menyambung dua material baik yang berbeda atau sama
dalam satu rumah lebih dipandang penting dari pada material itu sendiri .
5
Badudu (1982:44-46) - Badudu, J.S., dkk. 1982. Tipe Rumah Tradisional Khas Sunda di Jawa Barat. Bandung
: ITB Fakultas Teknik Arsitektur.
5
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
Selain dari segi tipologi bangunan, rumah adat Sunda dapat dilihat dari segi
bentuk atapnya dan segi perletakan pintu masuk (entrance). Dari segi bentuk
atapnya rumah adat Sunda dibagi menjadi 5 bentuk atap 6, diantaranya :
a. Suhunan Lurus (Suhunan Jolopong)
Dalam bahasa Sunda, istilah Jolopong memiliki arti
tergolek lurus. Bentuk atap shunan lurus adalah
bentuk atap pelana. Kedua bidang atap dipisahkan
oleh jalur suhunan yang terletak di bagian
tengahnya. Bentuk atap suhunan lurus merupakakn
bentuk dasar atap rumah adat Sunda, bentuk atap
ini hamper seluruh rumah adat Sunda di
perkampungan Jawa Barat menggunakannya.
6
Muanas, dkk (1984:29-35) - Muanas, D., dkk, 1984. Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat. Bandung :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat.
6
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
d. Parahu Kumureb
Bentuk atap ini memiliki 4 buah bidang atap
menyerupai bentuk atap limasan. Sepasang bidang
atap sama luasny, berbentuk trapezium sama kaki.
Letak kedua bidang atap ini sebelah menyebelah
dan dibatasi oleh garis suhunan yang merupakan sisi
bersama. Jenis atap parahu kumureb ini banyak
digunakan sebagai atap pada rumah adat Sunda.
Bentk atap ini disebut bentuk atap jubleg nangkup
(lesung yang menelungkup).
e. Julang Ngapak
7
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
Istilah buka palayu untuk menunjukkan letak pintu muka dari rumah
tersebut menghadap ke arah salah satu sisi dari bidang atapnya. Dengan
demikian, jika dilihar dari arah muka rumah, tampak dengan jelas ke seluruh
garis suhunan yang melintang dari kiri ke kakan. Pada umumnya, rumah
dengan gaya buka palayu didirikan atas dasar keinginan dari pemiliknya,
untuk menghadapkan keseluruhan bentuk bangunan dan atapnya kea rah
jalan yang ada di depan rumahnya. Letak pintu buka palayu pada umumnya
menggunakan bentuk atap perahu tengkureb (perahu kumureb) dan atap
suhunan lurus (suhunan jolopong).
b. Buka Pongpok (menghadap ke bagian pendeknya)
Sama halnya dengan buka palayu, rumah dengan gaya buka pongpok
didirikan atas dasar keinginan pemiliknya untuk menghadapkan pintu muka
kea rah jalan. Rumah buka pongpok adalah rumah yangmemiliki pintu
masuk pada arah yang pendek, keseluruhan batang suhunan tersebut tidak
Nampak sama sekali. Yang Nampak terlihat ialah bidang atap segitiga dari
rumah tersebut.
7
Muanas, dkk, 1984:29-35 - Muanas, D., dkk, 1984. Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat. Bandung :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat.
8
Laporan KKL Angkatan 2009 JAFT UNDIP
8
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
a. Pondasi
Bentuk pondasi rumah tradisional Sunda mirip dengan pondasi umpak yang
dipakai untuk rumahrumah tradisional jaman sekarang. Perbedaan yang
dapat dilihat dari pondasi rumah tradisional Sunda dengan pondasi umpak
yang sering dipakai sekarang adalah bentuk pondasi yang unik yaitu kolom
bangunan hanya diletakan di atas sebuah batu datar yang sudah terbentuk
di alam.
Tujuan pembuatan pondasi seperti ini adalah untuk menghindari keretakan
atau pada kolom bangunan pada saat terjadi gempa, sedangkan bentuk
lantai panggung bertujuan untuk memungkinkan sirkulasi udara dari bawah
lantai dapat berjalan baik, sehingga kemungkinan terjadi kelembaban pada
lantai bangunan dapat dihindari.
b. Lantai
Lantai rumah tradisional Sunda terbuat dari pelupuh (bambu yang sudah
dibelah). Alasan pembuatan lantai dari pelupuh adalah seperti yang telah
dijelaskan di atas yaitu agar udara yang melewati kolong rumah dapat
masuk ke ruangruang, selain itu dengan mengunakan lantai bambu,
tingkat kelembaban di dalam rumah jugah akan berkurang, mengingat
ketinggian lantai rumah tradisional Sunda tidak seperti rumah tradisional
lain pada umumnya yaitu berkisar antara 50 60 meter dari permukaan
tanah.
c. Dinding, Pintu dan Jendela
Dinding bangunan terbuat dari anyaman bambu yang dapat dilewati udara,
jendela yang selalu terbuka dan hanya ditutupi kisi-kisi bambu maka udara
dapat bebas masuk dalam ruangan, sehingga suhu didalam ruangan tidak
panas. Dinding yang ringan terbuat dari anyaman bambu yang dapat
menyerap dan mencegah terjadinya panas akibat radiasi matahari sore hari.
d. Konstruksi Dinding Dan Detail
Selain itu ada juga pintu dan jendela yang mempunyai daun pintu dan daun
jendela tunggal. Materialnya terbuat dari kisi kisi bambu yang dapat
ditembus oleh udara, hal ini membuat suasana di dalam rumah tetap
nyaman.
e. Plafon
Plafon selain sebagai penghias langit langit rumah juga berfungsi sebagai
tempat untuk menyimpan barang. Kerangka plafon terbuat dari susunan
bambu bulat, dan di atasnya diletakan pelupuh sebagai bahan penutup
plafon.
f. Atap
Atap dari rumah Sunda terbuat dari ijuk, alasan pemilihan ijuk sebagai
material atap karena ijuk merupakan material yang dapat menyerap panas
dengan baik sehingga tidak menimbulkan suasana gerah di dalam rumah.
Tritisan pada sisi depan rumah mempunyai panjang 2 meter. Hal ini
membuat dinding bangunan tidak langsung terkena cahaya matahari
sehingga dinding sebagai penyekat tidak panas dan ruang di dalamnya
tetap dingin.
9
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
BAB III
DATA
9
http://aristastar21.wordpress.com/makalah-kebudayaan-masyarakat-kampung-naga-2/
10
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
mengelabui musuh agar pusaka tetap aman. Dipilih-nyalah suatu lahan di kaki bukit,
ditepi sungai Ciwulan, tersembunyi dikelilingi bukit-bukit.
Di tempat itu Singaparna membangun per-mukiman untuk melanjutkan
kehidupannya.Lahan yang strategis itu bagaikan tersembunyi di tempat yang
terang. Sungai, mata air, hutan, lahan subur serta aliran udara yang menyediakan
semuanya yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan permukiman. Lahan dari
kampung naga ini sendiri berada di lereng gunung yang terjal dan tersembunyi dari
luar sehingga penggunaan teknologi yang digunakan dalam pembangunan rumah
maupun lahan menggunakan system sengkedan dan bahan-bahan alam yang
berada di sekitarnya sehingga antara semuanya memiliki satu kesatuan dan saling
terikat juga tidak merusak alam sekitarnya , hal itu di karenakan hukum adat yang di
pegang oleh masyarakat Naga sangat di jaga dan yang memimpin dari kesemuanya
itu adalah seorang kuncen yang dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin
mereka.
10
http://id.wikipedia.org/wiki/Kampung_Naga
11
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
Rumah dan bangunan di Kampung Naga berjumlah 113 buah, tertata rapi dalam pola
mengelompok dan tanah lapang di tengah. Rumah harus menghadap kesebelah utara atau
ke sebelah selatan dengan memanjang kearah Barat-Timur.
Tanah lapang merupakan pusat aktivitas sosial dan ritual masyarakat, sekaligus
tempat orientasi. Di sekitarnya ada masjid, balai pertemuan dan beberapa rumah
penduduk. Di tempat yang lebih tinggi, sebelah barat kampung, terdapat Bumi Ageung dan
rumah kuncen (kepala adat). Semua bangunan diletakkan memanjang ke arah barat timur,
sehingga kampung seakan terlihat menghadap ke sungai Ciwulan yang berfungsi sebagai
area servis penduduk. Dekat sungai, dalam kampung, terdapat kolam2 (balong) dan
beberapa pancuran air.
12
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
persegi panjang ini ditata secara teratur di atas tanah berkontur berbentuk teras2
yang diperkuat dengan sengked/turap batu. Bentuk rumah panggung terkait
kepercayaan warga Naga bahwa dunia terbagi menjadi dunia bawah, tengah dan
atas. Dunia tengah melambangkan pusat alam semesta dengan manusia sebagai
pusatnya. Tempat tinggal manusia di tengah, dengan tiang sebagai penopang yang
tak boleh menyentuh tanah, sehingga diletakkan di atas tatapakan/ umpak batu.
13
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
Jenis konstruksi dan atap yang digunakan sangat genial dalam memecahkan
masalah iklim setempat. Struktur tiang dan umpak membuat bangunan adaptif
terhadap gempa dan kontur tanah. Umpak juga mencegah tiang kayu lapuk terkena
kelembaban tanah dan serangan serangga tanah. Ventilasi diatur agar rumah tetap
kering dan sejuk, mengimbangi kondisi iklim tropis. Bentuk atap pelana rumah adat
Kampung Naga disebut suhunan panjang atau suhunan julang ngapak (bila sisi
rumah ditambah sosompang) dan terbuat dari ijuk. Selain kedap air, atap juga
menjaga kehangatan rumah saat malam, karena teritis antar rumah yang nyaris
bersentuhan itu membentuk lorong yang mengurangi masuknya angin. Berdasar
kepercayaan bahwa manusia tak boleh menentang kodrat alam, maka pada ujung
timur dan barat atap, sesuai arah edar matahari, diletakkan dekorasi cagak
gunting atau capit hurang untuk menghindari mala petaka.
14
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
BAB IV
ANALISA
Bentuk atap bangunan rumah tinggal di kampung naga ini termasuk dalam tipe
julang ngapak karena bentuk dasar rumah berbentuk empat persegi panjang, dengan
bubungan arah memanjang, dalam bahasa sunda disebut suhunan panjang. Istilahnjulang
ngapak sudah dikenal oleh masyarakat Sunda sejak waktu lampau. Bentuk atap julang
ngapak adalah bentuk atap yang melebar di kedua bidang sisi atapnya.
15
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
Bangunan rumah tinggal di Kampung Naga ini termasuk dalam jenis Buka Palayu
(menghadap ke bagian panjang). Istilah buka palayu digunakan untuk menunjukkan letak
pintu dari rumah tersebut menghadap ke arah salah satu sisi dari bidang atapnya. Dengan
demikian, jika dilihat dari arah muka rumah, tampak dengan jelas keseluruhan garis
suhunan yang melintang dari sisi kiri ke kanan.
Dari paparan di atas, dapat dikatan bahwa Kampung Naga memiliki tipologi
bangunan yang sama antara rumah satu dengan rumah lainnya, walaupun ukuran
bangunannya berbeda tetapi tetap memiliki tampak bangunan yang sama. Bahan
bangunan yang digunakan pada rumah adat di Kampung Naga menggunakan bahan
bangunan yang didapatkan langsung dari alam seperti kayu dan bambu.
Berdasarkan pengamatan pada bentuk atap, rumah di Kampung Naga
menggunakan atap julang ngapak dengan setengah leang-leang karena letak rumah yan
gsaling berhimpitan dengan kemiringan atap yang landai. Atap julang ngapak sering
digunakan di daerah Sunda Priangan, sebagai bentuk atap yang dominan di Kampung
Naga.
Bentuk, jenis, dan material rumah semuanya merupakan ketentuan adat.
Penyimpangan dari ketentuan ini merupakan sesuatu hal yang sulit diterima oleh setiap
warga masyarakat Kampung Naga, karena takut berakibat buruk apabila melanggarnya.
Terkecuali bagi mereka yang sudah keluar dari Kampung Naga, hal ini tidak menjadi sesuatu
hal yang dipantang apabila mereka ingin membangun rumah seperti layaknya masyarakat
luas yang ada di luar Kampung Naga.
16
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
a. Daerah netral, merupakan daerah pusat yang terletak di tengah, yaitu antara
daerah muka dengan belakang. Daerah ini, atau lazim disebut tengah imah, dapat
di pergunakan bersama-sama, baik pria maupun wanita. Karena sifatnya yang netral
upacara-upacara selamatan biasanya dilakukan di ruang tengah ini. Selain tengah
imah, yang merupakan daerah netral juga adalah kamar tidur atau pangkeng.
Walaupun demikian fungsi kamar tidur berbeda dengan tengah imah, anak-anak
misalnya, tidak boleh bermain di dalamnya.
b. Daerah depan, meskipun diperuntukkan bagi pria (daerah pria), namun kadang-
kadang juga wanita boleh duduk di bagian ini. Tamu umumnya diterima di daerah
ini. Tamu dalam bahasa Sunda tatamu, harus ditata dan dijamu, artinya harus
dihormati. Cara memberikan penghormatan tersebut ialah dengan cara
menempatkan tamu di muka. Karena itu tamu harus di terima di ruang muka.
c. Bagian belakang, merupakan daerah wanita. Pada bagian ini terdapat goah dan
dapur. Goah atau disebut juga padaringan merupakan daerah khusus wanita, laki-
laki dilarang memasukinya. Fungsi goah atau padaringan adalah tempat menyimpan
beras atau padi. Yang mengambil beras dari padaringan hanya wanita, laki-laki
dilarang melakukanya. Goah dapat diletakan di dua tempat, yaitu sebelah Timur
atau Barat. Dapur juga merupakan daerah wanita. Di tempat inilah wanita memasak
untuk keperluan makan keluarga.
4.3. Struktur, Konstruksi dan Bahan Bangunan pada Bangunan Rumah Tinggal di Kampung
Naga
Bagi masyarakat Kampung Naga, hunian mereka memiliki keunikan struktur
tersendiri dengan bangunan lainnya. Ciri khas rumah tinggal mereka yaitu bangunannya
yang berbentuk persegi panjang, dengan ukuran denah yang relative kecil dengan umpak
sebagai struktur utama bangunan. Rumah tidak menggunakan dinding bata, melainkan
dengan material bambu atau kayu. Ciri khas lain dari hunian masyarakat Kampung Naga
yaitu terdapat glodog atau teras kecil pada bagian depan bangunan.
17
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
18
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
a. Sub-structure
Pondasi umpak batu kali
Struktur bagian bawah bangunan berupa landasan utama berdirinya sebuah
bangunan yang dikenal dengan istilah pondasi. Pondasi pada bangunan
rumah tinggal menggunakan batu kali yang dipasang berdiri secara vertical.
19
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
Alasan digunakannya pondasi batu agar kayu sebagai material utama dalam
bangunan tidak dimakan rayap dan tetap awet dalam jangka waktu lama. Hal
ini memnunjukkan bahwa masyarakat Kampung Naga telah mengenal
teknologi sederhana dalam membangun, namun tetap memperhatikan
keselarasan dengan alam dengan menggunakan material batu. Kolong di
bawah bangunan dimungkinkan untuk aliran udara. Batu pondasi/tatapakan,
ada dua jenis tatapakan, yaitu tatapakan jangkung dengan permukaan atas
20cx20cm dan permukaan bawah 25x25cm, dan tatapakan buleud (bundar).
Gaya berat rumah tersalur ke dalam tanah melalui banyak titik tatapakan,
yaitu 5 titik disisi panjang (palayu) dan 4 titik di sisi pendek (pongpok).
Struktur lantai.
Golodog, merupakan ruang peralihan sebelum masuk ke dalam rumah,
terbuat dari kayu atau bambu dengan bentuk persegi panjang.
Ketinggiannya tergantung pada pondasi, sehingga dapat mempunyai 1
atau 2 undakan.
Lantai, material asli dari lantai rumah menggunakan bambu yang telah
dibuka dan diratakan, disebut lantai palupuh, kemudian disusun
memanjang di atas rangka panggung yang juga terbuat dari kayu,
bambu yang digunakan untuk palupuh adalah jenis awi surat
berdiameter 20 cm.
20
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
b. Upper-Structure
Tiang/tihang/sasaka, terbuat dari kayu albasia yang dipotong 10x10 cm.
Supaya lebih awet, tiang dan bahan kayu lain direndam dalam lumpur
minimal 40 hari, dibersihkan dan dijemur. Untuk menghindari kelembaban
dari tanah, tiang/tihang tidak diletakkan langsung di atas tanah melainkan
diberi alas batu yang disebut tatapakan.
Dinding, mempunyai rangka dari kayu albasia berukuran 5x10 cm, untuk
penutupnya digunakan anyaman sasag, anyaman bilik dan papan kayu. Jenis
bambu yang digunakan untuk dinding adalah bambu awi (awi tali). Sebelum
digunakan, semua bahan bambu dijemur terlebih dahulu untuk meningkatkan
keawetannya.
21
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
22
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
Bagian unik dari rumah tradisional di Kampung Naga adalah tanduknya yang
memberikan symbol budaya masyarakat sunda. Dari segi arsitektural, tanduk ini
berfungsi menyalurkan air agar tidak merembes ke dalam para (langit-langit
rumah). Tanduk ini selalu ada di setiap rumah, karena merupakan cirri dari rumah
kampung naga. Tetapi karena dimakan waktu, banyak rumah yang sudah tidak
memiliki tanduk.
b. Penerangan
23
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
d. Perabotan
Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, misalnya kursi, meja, dan tempat
tidur. Rumah tidak boleh mempunyai daun pintu di dua arah berlawanan. Karena
menurut anggapan masyarakat Kampung Naga, rejeki yang masuk kedalam rumah
melaui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu belakang. Untuk itu dalam
memasang daun pintu, mereka selalu menghindari memasang daun pintu yang
sejajar dalam satu garis.
e. Tanda Angin.
Seluruh bangunan rumah memiliki ciri yaitu berupa tanda angin. Tanda ini
digantung di pintu depan. Menurut Bapak Ucu ini tanda ini berguna untuk menolak
bala atau menolak sesuatu yang buruk/musibah bagi penghuni rumah. Tanda angin
yang dipajang di depan rumah berasal dari tumbuh-tumbuhan yang didapatkan
dengan beberapa syarat ritual dan dari beberapa tempat.
24
BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI KAMPUNG NAGA
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan analisa yang telah diuraikan dapat ditarik kesimpulan bahwa warga
Kampung Naga sangat menjaga tradisi dan kepercayaan yang mereka anut termasuk dalam
membangun rumah. Tipologi bangunan pada rumah-rumah di Kampung Naga memiliki tampak
yang sama meskipun luas rumah yang satu dengan lainnya berbeda. Sedangkankan tata ruang
pada rumah Kampung Naga terbilang unik yaitu dengan penempatan kamar mandi, kolam, serta
kandang hewan ternak diluar area rumah.
Rumah- rumah pada kampung naga juga memiliki filosofi yang unik yaitu kaki sebagai pondasi,
badan sebagai bangunan tengah, dan kepala sebagai atap dengan menggunakan material bahan
bangunan yang dari alam disekitar tempat tinggal mereka seperti bamboo untuk lantai dan
dinding, kayu untuk rangka bangunan, ijuk untuk atap, serta penggunaan pondasi umpak yang
terbuat dari batu kali. Sehingga rumah tinggal Kampung Naga dapat digolongkan sebagai rumah
yang ramah lingkungan.
25