Anda di halaman 1dari 11

Executive Summary

2.1. Kebudayaan dan perubahan sosial.

Beberapa teori yang relevan untuk kegiatan identifikasi dan


eksplorasi adat kebudayaan dalam kehidupan manusia, yang biasa
memiliki realitas bersifat ganda, konstruktif dan holistik maupun
karakter yang lain. Untuk melihat dan mengurai identifikasi dan
eksplorasi, digunakan teori perubahan sosial dari Koentjaraningrat
tahun 1999 dan teorinya John Lang tahun 1987.

Dari Survey lokasi kegiatan Rencana Tindak Permukiman


Tradisional di Papua ditentukan 4 wilayah yaitu Kota Jayapura,
Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya, dan Kabupaten
Merauke.

Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional II - 1


Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Merauke.
Executive Summary

 Di Kota Jayapura lokasi permukiman tradisonal adalah di


Kampung Enggros Distrik Vim dihuni oleh suku Enggros,
merupakan kampung tradisonal dan bersejarah masuknya injil
di Kota Jayapura seratus tahun yang lalu.

 Di Kabupaten Jayapura lokasi Rencana Tindak Permukiman


Tradisional berada di Kampung Asei Kecil Distrik Sentani Timur
(lokasi Festival Budaya Danau Sentani) dan Kampung Doromena
Distrik Depapre tempat kelahiran Pahlawan Nasional asal Papua
yaitu Marthen Indey.

 Di Kabupaten Merauke Rencana Tindak Permukiman Tradisional


di Kampung Wasur Distrik Merauke dihuni oleh suku Marind,
merupakan suku asli Kabupaten Merauke berada pada lokasi
Taman Nasional Wasur sehingga perlu penataan kampung
tradisional agar dapat menjadi bagian dari rangkaian Wisata
Alam Taman Nasional Wasur.

 Di Kabupaten Jayawijaya, Rencana Tindak Permukiman


Tradisional berlokasi di Kampung waisaput Distrik Wamena,
dihuni oleh suku Dani, merupakan salah satu suku besar di
Kabupaten Jayawijaya.

Dari Keempat lokasi yang terpilih, masing-masing lokasi memiliki


akses yang mudah dan merupakan pusat budaya, sehingga
perubahan yang terjadi tidak signifikan dengan perkembangan
social yang ada saat ini.

Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional II - 2


Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Merauke.
Executive Summary

Gambar 2.1.
Diagram Perkembangan Sosial budaya

2.2. Akar-Akar Arsitektur Tradisional Nusantara

Arsitektur tradisional lekat dengan tradisi yang masih hidup,


tatanan, wawasan, dan tata laku yang berlaku secara umum.
dalam dikotomi modern tradisional: modernisme dalam arsitektur
selalu menunjuk pada hal-hal yang bersifat konkrit, profan dan
konsep yang jelas; sebaliknya arsitektur tradisional menunjuk
pada hal-hal yang bersifat abstrak, spiritual dan bahkan konsep
religius atau "way of thinking" (Sumalyo, 2000). Arsitektur
Tradisional dimatangkan melalui proses evolusi berabad-abad.
Memiliki karakteristik spesifik kontekstual terhadap: (1) setting
alamiah; (2) setting kultur; (3) setting sejarah; (4) setting
ekonomi; (5) setting politis.

Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional II - 3


Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Merauke.
Executive Summary

2.3. Konsep Tradisional

1. Menurut Amos Rapoport (1969), bahwa tradisi itu sendiri


mempunyai kekuatan hukum yang dihormati oleh setiap orang
dengan persetujuan bersama. Demikian halnya dengan “rumah
tradisional” dapat diartikan sebuah rumah yang dibangun
dengan cara yang sama beberapa generasi. Istilah lain untuk
rumah tradisional adalah rumah adat atau rumah rakyat.
Rapoport juga mengatakan bahwa rumah dan lingkungan adalah
suatu pengekspresian masyarakat tentang budaya, termasuk
didalamnya, agama, keluarga, struktur sosial dan hubungan
sosial antar individu.

2.4. Penyusunan Model Pengembangan.

Langkah inventarisasi permukiman tradisional diharapkan mampu


memenuhi semua data permukiman. Adapun penguraian
lingkungan permukiman tradisional dijabarkan sebagai berikut.

1. Faktor struktural, yang melingkupi aspek-aspek sebagai


berikut:
a. Sistem struktur Bangunan
komponen material bangunan seperti :
 hubungan pondasi dan kolom
 hubungan kolom dan balok
 hubungan balok dan plat lantai
 hubungan plat lantai dan plat lantai

b. Elemen Struktur
Elemen struktur dapat dibagi menjadi dua, sub struktur
yaitu pondasi dan upper struktur yaitu kolom, balok dan plat
lantai. Pondasi dalam hal ini umumnya menggunakan
konstruksi batu kali yang dibentuk atau kayu, untuk
mentransfer gaya/beban dari struktur bangunan atas ke

Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional II - 4


Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Merauke.
Executive Summary

tanah. Pemilihan sistem struktur bawah sangat bergantung


dari kondisi tanah & lingkungan alamnya.

c. Teknologi Bangunan
 Teknologi bahan
Pada pengolahan bentukan arsitektur perumahan
berkaitan erat dengan pemberian kesan pada bangunan di
samping estetika. Adanya kesan besaran luas
menggunakan warna dan tekstur bahan bangunan yang
digunakan pada bahan dinding, plafond dan lantai.

 Peranan Komponen struktur bangunan


Komponen struktur bangunan seperti dinding, balok,
kolom, plat lantai dan penutup atap menentukan faktor
keselamatan bangunan termasuk penghuninya.

 Arsitektural
Tampak /fasade bangunan erat kaitannya dengan
dimensi, gubahan dan komposisi massa dan ruang
terbuka yang dibentuk. Hal ini juga menentukan
kepadatan lingkungan permukiman dan
pemandangan/view permukiman.

 Utilitas, ME, sanitasi;

d. Perencanaan Tapak
 Jarak dan tinggi bangunan
Karakteristik lingkungan alam dan tradisi budaya dalam
membentuk ruang terlihat pada beberapa lingkungan
permukiman tradisional. Pengembangan yang mungkin
terjadi akan selalu disesuaikan dengan kaidah setempat.

 lnfrastruktur tapak

Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional II - 5


Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Merauke.
Executive Summary

 Ruang terbuka
lapangan terbuka dapat berupa taman sebagai
penghijauan, tempat bermain anak, lapangan olah
raga, kebutuhan standar minimal 20% dari luas tanah
lingkungan.
 Sirkulasi
Lingkungan permukiman harus dilengkapi dengan jalan
berupa minimal jalan setapak, jalan untuk kendaraan,
serta tempat parkir. Yang dimaksud dengan jalan
setapak adalah jalan yang digunakan untuk pejalan
kaki dengan ketentuan ukuran badan jalan adalah
sekurang-kurangnya 2 meter dengan ukuran lebar
perkerasan 1,5 meter dilengkapi dengan bahu jalan
selebar 0,25 meter di kiri dan kanannya. Saluran tepi
jalan dapat dibuat pada salah satu satu kedua sisi
jalan.

 Tempat Parkir
Tempat parkir kendaraan harus dapat menampung
dengan ketentuan, jarak antara tempat parkir dengan
pintu bangunan terdekat tidak lebih dari 300 meter,
tempat parkir pada pertemuan antara pejalan kaki dan
jalan kendaraan harus diberikan ruang penghantar
yang memberikan kondisi aman bagi pejalan kaki
terhadap lalu lintas kendaraan, luas perkerasan tempat
parkir harus sesuai dengan kebutuhan yang sekurang-
kurangnya dengan perbandingan lima kepala keluarga
disediakan satu tempat parkir.

2. Pengembangan Lingkungan Permukiman Tradisional


Pada sisi lain disadari bersama, bahwa khasanah kebudayaan
dan peradaban bangsa Indonesia sangatlah kaya dan beragam,
termasuk diantaranya adalah khasanah lingkungan

Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional II - 6


Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Merauke.
Executive Summary

permukiman. Cukup banyak permukiman tradisional. dan


bersejarah yang dapat ditemui di berbagai daerah. Lingkungan
permukiman ini bukanlah hanya sekedar objek fisik, tetapi
juga merupakan suatu identitas sosial (jati diri) bagi para
penghuninya.

2.5. Tinjauan Teori Perancangan Pemukiman


Tradisional.

1. Sistem Tautan
Sistem tautan (linkage system) adalah tautan antara kawasan
yang mempunyai nilai place (spirit of Place). Tautan tersebut
dapat berupa fisik seperti jalan visual fisik bangunan maupun
citra (image). Pemukiman tradisional merupakan bagian yang
tidak dapat terpisahkan dengan permukiman-permukiman yang
ada di sekitarnya. Kampung-kampung tersebut terkait satu
sama lain yang masing-masing mempunyai spirit of place yang
dapat merupakan elemen-elemen yang komplementer (saling
melengkapi). Oleh sebab itu sebagai konsep dasar adalah
membuat sistem tautan (linkage system) antara kampung yang
satu dengan lainnya dalam hal:
a. Fungsi atau peran masing-masing kampung,
b. Elemen fisik-visual berupa jalan, bangunan maupun
c. Citra (image) sebagai persepsi manusia yang ada didalam

mental mapnya, yang ditunjukkan oleh tampilan visual yaitu


elemen fisik atau setting (rona) fisik dan kegiatan.

2. Historical Significance
Dibedakan atas bangunan dan kawasan bersejarah. Parameter
yang menentukan urgensinya adalah apabila kawasan warisan
budaya tersebut tergolong sangat memenuhi kriteria
konservasi yakni usianya telah mencapai 50 tahun atau bahkan

Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional II - 7


Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Merauke.
Executive Summary

lebih dari satu abad. Selain itu untuk mengidentifikasi apakah


kawasan tersebut memiliki potensi sebagai suatu locus solus
maka kawasan tersebut harus memiliki nilai lebih yang
merekam peristiwa-peristiwa penting yang berhubungan
dengan sejarah sosial, ekonomi dan atau peristiwa politik baik
yang berskala lokal, regional, nasionai hingga internasional.

3. Cultural Significance
Untuk bangunan bersejarah atau memenuhi kriteria sebagai
warisan budaya yang perlu dilestarikan maka penilaian yang
dilakukan adalah berdasarkan tipologi dan aestetika/arsitektur
yang meliputi penilaian terhadap elemen arsitektur, gaya,
detail/ornamen, material bangunan, warna, tata ruang dan
kejamakan. Penilaian terutama dikaitkan dengan eksistensi dan
entisitasnya. Nilai lebih dapat ditambahkan apabila bangunan
bersejarah tersebut sudah jarang atau keberadaannnya sangat
mencolok di urban fabric disekitarnya. Bangunan warisan
budaya tersebut temyata sangat dominan dalam arti tidak
dapat lagi ditemui di tempat lain dan atau peran kehadirannya
sangat mempengaruhi keberadaan urban fabric lain.

2.6. Tinjauan Pembangunan Pemukiman Tradisional

1. Tata Guna Lahan.


Ditentukan berdasarkan prosentase pemanfaatan ruang pada
masing-masing segmentasi kawasan. Kesesuaian terhadap
standar yang berlaku, daya dukung bangunan dan atau ruang
konservasi, daya dukung infrastruktur yang ada, kebutuhan
fasilitas pada saat itu, kondisi alam, posisi kawasan terhadap
lingkungan sekitar/ kota dan lain sebagainya. Konservasi
fungsi-fungsi lama yang bernilai sejarah, masih sesuai dengan
perkembangan jaman dan atau sesuai dengan tema kawasan.

Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional II - 8


Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Merauke.
Executive Summary

2. Sirkulasi kawasan
Jalur aksesibilitas memanfaatkan potensi alam terbesar
kawasan, termasuk jalan setapak, sungai, dan lain sebagainya.
Sistem sirkulasi internal maupun eksternal harus saling
mendukung, efisien dan jelas sehingga perlu dilengkapi dengan
perabotan dan penandaan sebagai pendukung. Sistem sirkulasi
harus memberikan kemudahan dan kenyamanan pencapaian
baik bagi pengguna jalan, pejalan kaki maupun bagi sirkulasi
kendaraan layanan kota dalam keadaan darurat seperti
pemadam kebakaran, dan lain sebagainya.

3. Sejarah dan Bentuk Arsitektur Tradisional


Bentuk Arsitektur Tradisional suatu kawasan dapat ditelusuri
dari sejarah perpindahan penduduk asli pada ratusan bahkan
ribuan tahun yang lalu. Bentuk arsitektur yang ada di Provinsi
papua ada dua macam, yaitu rumah panggung dan rumah
yang langsung dididirikan diatas tanah tanpa panggung.

2.7. Tinjauan Arsitektur Vernakular Tradisional

1. Penggunaan Dan Fungsi (Uses And Fungtion)


Sesuai dengan fungsinya, rumah/ bangunan adalah untuk
mewadahi kegiatan yang terjadi didalamnya. Dalam Arsitektur
Vernakular, ruang-ruang yang terbentuk dalam bangunan
rumah sesuai dengan kebutuhan ruang gerak dan aktifitas
serta budaya/tradisi masyarakat (Sugini,1999).

2. Lingkungan (Environment)
Semua budaya vernakular secara umum menurut Paul (1995)
merupakan bentuk spesifik yang berada dalam konteks
lingkungan, sedangkan menurut Rapoport (1977) tentang
cultural landscape disebutkan semua pertumbuhan yang
humanis cenderung mengarah secara vernakular.

Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional II - 9


Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Merauke.
Executive Summary

3. Bahan dan teknologi bahan


Menurut Frick (1997), bahan bangunan dapat dikategorikan
dalam bahan bangunan alami dan bahan bangunan buatan.
Bahan bangunan alami ada yang bersifat anorganik (batu
alam, tanah liat, tras), maupun bahan bangunan organic
(kayu, bambu, daun). Setiap bahan ini memiliki sifat yang
berbeda-beda, seperti batu, lambat atau sulit melepas
panas/dingin yang sudah dikandung, kayu tidak menyalurkan
dan tidak menyimpan panas, sedangkan logam, asbes,
cenderung menyerap dan menyalurkan panas. Beberapa bahan
yang dapat dimanfaatkan dalam bangunan: produk dari
binatang, rumah binatang, rerumputan dan palem, bebatuan,
kayu, penggunaan bahan reuse, transformasi material. Adanya
unsur-unsur ini dapat dijadikan per-timbangan parameter
dalam pengamatan lapangan.

4. Tipologi (Typologies)
Pendekatan tipologi dapat dilakukan dengan cara melakukan
kategorisasi dari beberapa unsur/ pendekatan yang dapat
ditangkap (secara fenome-nologi). Dengan sistem pendekatan
ini, dapat diperoleh deskripsi nilai vernakular. Beberapa unsur
yang dapat didekati dengan kategorisasi ini antara lain:
tipologi terhadap ketinggian, bentuk, hubungan spasial,
stuktur, dll (Paul, 1995).

Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional II - 10


Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Merauke.
Executive Summary

Rencana Tindak Penanganan Permukiman Tradisional II - 11


Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Merauke.

Anda mungkin juga menyukai