Definisi Kampung
/Kawasan Tradisional
Karakter Pemukiman
Tradisional
Unsur-unsur yang
mudah mengalami
perubahan dan faktor-
faktor penyebab
perubahan
Arah pengembangan
desa tradisional yang
ideal
KAWASAN
ARTINYA DAERAH YANG MEMILIKI CIRI KHAS TERTENTU ATAU BERDASARKAN
PENGELOMPOKAN FUNGSIONAL KEGIATAN TERTENTU, SEPERTI
KAWASAN INDUSTRI, KAWASAN PERDAGANGAN, KAWASANREKREASI DAN
KAWASAN TRADISIONAL.
Renovasi yakni upaya untuk mengubah sebagian atau beberapa bagian dari
bangunan/ kompleks tersebut dapat diadaptasi untuk menampung fungsi baru
ataupun fungsi yang sama dengan persyaratan – persyaratan yang sesuai
dengan kebutuhan baru/ modern. Upaya ini biasanya menyertai upaya
konservasi dan gentrifikasi suatu bangunan atau lingkungan.
0 10 20 40 M
2. SUBSTASI
1. Tinjauan Terhadap Kebijakan
2. Tinjauan Terhadap Adat
Istiadat dan Kebudayaan
Lampung
3. Arsitektur / Bangunan
Tradisional Lampung
4. Pola Permukiman Kawasan
tradisional Lampung
5. Identifikasi kawasan Tradisional
1. Tinjauan Terhadap Kebijakan
PEDOMAN UMUM
RENCANA TATA BANGUNAN
DAN LINGKUNGAN
2. Tinjauan Terhadap Adat Istiadat dan
Kebudayaan Lampung
Gambaran Umum
Dari segi budaya, masyarakat Lampung
dapat dibedakan menjadi dua kelompok
besar, yaitu masyarakat yang menganut
Adat Pepadun dan masyarakat yang me-
nganut Adat Sebatin. Masyarakat Adat
Pepadun terbagi enam: (A) Abung Siwo
Migo (Sembilan Kebuaian) yang terdiri
dari Buai Nunyai, Nuban, Unyi, Subing,
Anak Tuho, Selagai, Kunang, Belinyuk, dan
Nyerupo; (B) Pubian Telu Suku (Tiga
Kebuaian ) terdiri dari Buai Tamba Pupus,
Banyarat, Buku Jadi; (C) Mego Pak (Empat
Marga) terdiri dari Buai Tegamoaan,
Bolan, Suwy Umpu, dan Aji; (D) Way
Kanan (Lima Marga ) terdiri dari Buai
Pemuka, Bahuga, Semenguk, Barisakti,
dan Baradatu; (E) Sungkai Bunga Mayang;
(F) Melinting.
TINJAUAN GEOGRAFIS Secara ringkas unsur-unsur piil pesenggiri itu dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Secara geografis, mereka bermukim di sepanjang sungai-
sungai utama di Provinsi Lampung, yaitu sepanjang Way Kanan, A. Juluk Adek
Way Besai, Way Rarem, Way Sungkai, Way Pengubuan, Way Setiap anggota masyarakat adat Lampung mempunyai gelar adat (juluk-
Terusan, Way Seputih dan Way Sekampung. Bila dikaitkan adek).
dengan pemerintahan kabupaten/kota, Lampung Abung Siwo
Migo bermukim di Kabupaten Lampung Utara, Lampung Tengah, B. Nemui Nyimah
Lampung Timur, dan Kota Bandar Lampung. Pubian Telu Suku
bermukim di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, Secara harfiah nemui-nyimah berarti sikap pemurah, terbuka
tangan, suka memberi dan menerima dalam arti materiil sesuai
dan Tanggamus. Mego Pak bermukim di Kabupaten dengan kemampuan. Nemui-nyimah merupakan ungkapan asas keke-
Tulangbawang. Kelompok masyarakat Way Kanan bermukim di luargaan untuk menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan
Kabupaten Way Kanan. Kelompok masyarakat Sungkai serta silaturahmi
bermukim di Kabupaten Lampung Utara.
Masyarakat Adat Sebatin yang pada umumnya C. Nengah-nyappur
bermukim di sekitar pesisir pantai, mulai dari Kabupaten Menggambarkan bahwa anggota masyarakat Lampung mengutamakan
Lampung Selatan, Tanggamus, Kota Bandar Lampung, hingga
rasa kekeluargaan dan didukung dengan sikap suka bergaul dan bersa-
Kabupaten Lampung Barat.
habat dengan siapa saja, tidak membedakan suku, agama, tingkatan, asal
usul dan golongan
FALSAFAH HIDUP
Falsafah hidup orang Lampung sejak terbentuk dan D. Sakai-sambaiyan
tertatanya masyarakat Adat Pepadun adalah piil pesenggiri. Berarti tolong menolong dan gotong royong, artinya memahami makna
Piil (fiil=arab) artinya perilaku sedangkan pesenggiri kebersamaan atau guyub. Sakai-sambaiyan pada hakekatnya adalah
maksudnya bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri, tahu hak dan menunjukkan rasa partisipasi serta solidaritas yang tinggi terhadap
kewajiban berbagai kegiatan sosial pada umumnya
Diketahui bahwa asas kehidupan dari suatu keluarga dalam
masyarakat adat Lampung adalah :
(1). Kepemimpinan masyarakat adat kebuaiyan dipimpin oleh
penyimbang kebuaiyan/marga
(2). Kepemimpinan masyarakat adat di kampung/pekon/tiyuh
dipimpin oleh penyimbang tiyuh
Bangunan tempat musyawarah Tempat ibadah ada dua, yakni masjid Bangunan tempat menyimpan
masyarakat adat disebut sesat atau (mesjid/mesigit) dan surau (rang bahan makanan atau lumbung padi
bantaian. Sesat ngaji/pok ngaji). Masjid berukuran lebih disebut balai/walai. Ada yang
Selain sesat, tempat besardari surau. Berbeda dengan rumah memanfaatkan untuk menyimpan
musyawarah masyarakat adat dan sesat, masjid jarang berbentuk biji kopi dan getah damar. Lumbung
adalah di lamban/nowou balak. panggung. Beberapa surau ada yang berbentuk segi empat, bangunan
Sesat bentuk bangunannya seperti berupa bangunan panggung. Masyarakat panggung, dan mempunyai bubung
huruf “T” dengan kaki lebih pendek, Lampung cenderung membuat masjid perahu (serotong).Balai umumnya
persegi panjang, rumah panggung berbentuk segi empat dengan berada di belakang rumah bahkan
berdinding setengah bangunan bumbungan bertingkat atau beranak ada yang jauh dari rumah dan
(sekitar setengah meter) (pemugungan nganak). Sedangkan surau perkampungan. Hal ini bertujuan
lebih banyak yang segi panjang dengan menghindari debu (huwok) dari kulit
bumbungan perahu atau limas padi (dedak) bagi masyarakat
kampung serta hewan piaraan,
seperti ayam, ketika padi dijemur.
Sesat Adat Di Kab Way Kanan : Masjid di Tanjung Heran Lumbung Padi
POLA PEMUKIMAN KAWASAN
TRADISONAL Sebagaian besar
mempunyai struktur Linear /
Memanjang. Biasanya mengikuti pola
arah Jalan atau sungai.
5. Identifikasi Kawasan Tradisional
5.1 . Kabupaten Lampung Timur
a. Tinjauan Terhadap RTRW Kab. Lampung Timur
Wana Kecamatan Melinting
a. Visualisasi Lingkungan Pemukiman
b. Barang Barang peninggalan (wana)
c. Buku Tamu Kunjungan Wisatawan di wana
Bojong Kecamatan Sekampung Udik
a. Visualisasi Lingkungan Pemukiman
5.2 Kabupaten Lampung Barat
a. Visualisasi Lingkungan Pemukiman di Kenali