PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa adat sebagai warisan budaya yang aktif dan masih ada hingga saat ini
merupakan kekayaan budaya Indonesia. Keberadaan desa adat sebagai pewaris,
pelestari sekaligus pelaku aktif kearifan-kearifan lokal, sangat potensial dalam
mempertahankan identitas budaya serta membangun kesadaran akan keberagaman
budaya di Indonesia. Dengan demikian, desa adat merupakan bagian dari
kekayaan bangsa yang wajib dilestarikan dan salah satu upaya pelestariannya
adalah dengan melakukan revitalisasi. Desa adat memiliki hak asal usul dan hak
tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan
berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Desa adat memiliki susunan dan tata cara
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang spesifik (otonom).
Desa adat ditandai dengan adanya sekelompok orang yang berada pada
wilayah teritorial tertentu, dengan sistem aktivitas ekonomi yang seragam serta
adanya keterikatan genealogis. Selain itu, desa adat juga memiliki prinsip hidup,
pola interaksi berkelanjutan dalam aktivitas sehari-hari, serta memiliki
seperangkat aturan,baik tertulis maupun tidak tertulis yang dipatuhi
bersama.Selain keseragaman aktivitas ekonomi, sebuah desa adat sering ditandai
dengan keseragaman sistem kepercayaan berikut upacara adat, keseragaman pola
dan gaya hidup, serta keseragaman pola arsitektur bangunan. Kearifan lokal
memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional pada suatu tempat,
dalam kearifan lokal tersebut banyak mengandung suatu pandangan maupun
aturan agar masyarakat lebih memiliki pijakan dalam menenukan suatu tindakkan
seperti prilaku masyarakat sehari hari. Pada umumnya etika dan nilai moral yang
terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun-temurun, diwariskan dari
generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain dalam bentuk pepatah dan
peribahasa, folklore), dan manuskrip (Suyono Suyatno, 2013).
Pembentukan dan perkembangan budaya sangat mempengaruhi jati diri
bangsa, kesatuan masyarakat berperan serta dalam pembentukkannya. Setiap
1
daerah di Indonesia memiliki ciri khas budaya masing-masing yang patut untuk
dikembangkan dan dijaga keberadaannya sebagai identitas bangsa agar tetap
dikenal oleh generasi muda. Kearifan lokal akan tetap bertahan apabila
masyarakat tetap mempertahankan serta melaksanakan pandangan, aturan, nilai,
norma yang ada. Perkembangan budaya ditengah perkembangan jaman kadang
membuat kearifan lokal semakin dilupakan oleh masyarakat, kearifan lokal ada
dengan proses yang sangat panjang dan memiliki nilai-nilai leluhur yang ada
didalamnya dengan adanya kebudayaan sebagai bukti konkrit, namun semakin
lama budaya hanya digunakan sebagai suatu benda ataupun simbol tanpa memiliki
artian penting lagi. Fakta tersebut membuat nilai kearifan lokal yang terkandung
dalam kebudayaan semakin terlupakan oleh generasi berikutnya yang hanya
mementingkan suatu perkembangan tanpa melihat kebudayaan maupun kearifan
lokal.
Rumah Adat dan bangunan adat merupakan bagian penting dan strategis
dalam suatu desa adat untuk melestarikan serta mewariskan ketiga sistem tersebut
secara berkesinambungan. Bentuk, ukuran serta motif-motif yang terdapat pada
arsitektur bangunan adat menggambarkan sistem simbol yang menjelaskan dan
melestarikan pengetahuan arsitektur, sistem kepercayaan, sistem sosial serta
sistem ekonomi masyarakat desa adat. Keberadaan desa-desa adat oleh
Pemerintah dilestarikan untuk melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan
nilai-nilai budaya dan warisan tradisi bangsa. Seiring dengan bertambahnya usia
dan berkembangnya zaman baik itu dari segi teknologi maupun sosial budaya
Kawasan Desa Adat Kampung Kuta maka muncul penyimpangan tata ruang yang
tidak berlandaskan kearifan lokal, adanya kawasan yang terdegradasi
lingkungannya akibat kurangnya kesadaran masyarakat adat terhadap lingkungan,
bahkan beberapa kawasan yang nilai menurun, kondisi tersebut diperparah karena
komitmen pemda yang rendah dalam menata kawasan tersebut (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Revitalisasi
Kawasan).
Desa Adat tersebut masuk kedalam Kawasan Strategis Kabupaten Ciamis.
Penurunan tersebut dapat berupa penurunan kualitas fisik dan lingkungan, Sosial
2
Budaya, dan penurunan kegiatan Ekonomi. Menurut Jusmartinah (2014), potensi
penurunan kualitas kawasan tersebut bisa dindikasikan dengan terjadinya
penurunan kualitas di kawasan dengan (1) Adanya indikasi penurunan kualitas
fisik lingkungan dan visual kawasan, (2) Adanya indikasi penurunan kualitas
infrastruktur kawasan. (3) Adanya indikasi kecenderungan penurunan aktivitas
ekonomi pada kawasan. Maka dari itu perlu dilakukannya Kajian Identfikasi
Penilaian Vitalitas Desa Adat Kampung Kuta untuk mengetahui tingkat
keurgensian revitalisasi Desa Adat tersebut. Kajian Identifikasi Penilaian Vitalitas
dilakukan dengan melihat faktor, variabel dan indikator yang sudah ditentukan.
1.2 Rumusan Masalah
Keunikan yang dimiliki oleh Desa Adat Kampung Kuta yaitu kearifan
lokalnya terutama mengenai penataan kampung atau kawasan. Dalam membangun
rumah dan kawasan permukiman, masyarakat Kampung Adat Kuta patuh pada
aturan adat. Aturan adat tersebut juga mengatur mengenai tata ruang, sosial,
budaya dan ekonomi. Dari berbagai budaya yang cukup kaya dan unik ada salah
satu budaya yang sangat menarik untuk dipelajari, terutama tentang bagaimana
cara mereka merawat hutan agar tetap lestari.
Berbagai teknologi dan budaya luar yang berkembang saat ini pada
dasarnya memiliki potensi besar untuk merusak keseimbangan alam dan
lingkungan. Berbagai bentuk eksploitasi terhadap alam kini sudah merupakan hal
yang dianggap biasa Sehingga pada akhirnya secara perlahan-lahan kearifan-
kearifan lokal tersebut memudar bahkan menghilang di tengah-tengah kehidupan
masyarakat. Selain itu juga berakibat kepada terjadinya ketidak seimbangan
lingkungan yang dapat mengakibatkan terjadinya berbagai bencana alam.
Masuknya berbagai teknologi tersebut menyingkirkan peran kearifan lokal dalam
mengelola sumberdaya alam dan lingkungan.
Seperti permasalahan yang sudah dijelaskan pada latar belakang diatas
terjadinya penurunan nilai kearifan lokal yang berdampak pada lingkungan atau
tata ruang pada kawasan Desa Adat Kampung Kuta yang dimana vitalitas tersebut
berhubungan dengan nilai-nilai kearifan lokal seperti nilai ekonomi, nilai
3
lingkungan, dan nilai budaya sehingga perlu dilakukaanya kajian penilaian
vitalitas pada kawasan Desa Adat Kampung Kuta.
Dari uraian tersebut dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu :
- Bagaimana karakteristik kawasan Desa Adat Kampung Kuta ?
- Bagaimana tingkat vitalitas saat ini di kawasan Desa Adat Kampung
Kuta ?
- Bagaimana arahan pengembangan vitalitas kawasan Desa Adat Kampung
Kuta ?
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu menilai tingkat vitalitas di Kawasan Desa Adat
Kampung Kuta. Sehingga dapat teridentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
menurunnya vitalitas fisik lingkungan, sosial budaya dan ekonomi, serta
teridentifikasinya potensi-potensi yang dapat mengembalikan vitalitas Kawasan
Desa Adat Kampung Kuta dan dapat dirumuskan alternatif penanganannya.
1.3.2 Sasaran
Sasaran untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan yaitu sebagai berikut:
1. Teridentifikasinya karakteristik kawasan Desa Adat Kampung Kuta
2. Teridentifikasinya tingkat vitalitas saat ini di kawasan Desa Adat Kampung
Kuta
3. Terumuskannya arahan pengembangan vitalitas kawasan
4
masyarakatnya.Salah satu warisan ajaran leluhur yang mesti dipatuhi masyarakat
Kuta adalah pembangunan rumah.
Kampung Kuta terdiri atas 2 RW dan 4 RT. Kampung ini berbatasan
dengan Dusun Cibodas di sebelah utara, Dusun Margamulya di sebelah barat, dan
di sebelah selatan dan timur dengan Sungai Cijulang, yang sekaligus merupakan
perbatasan wilayah Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Kampung adat kuta
memiliki luas wilayah sebesar 185,195 hektar yang terdiri dari 44,395 hektar
lahan sawah dan 140,8 hektar, luas tanah darat dan lahan tersebut penggunaannya
di dominasi oleh perkebunan.
5
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu. Metode
penelitian ini dibedakan menjadi 4 jenis yaitu metode pendekatan, metode
pengumpulan data, sampel sumber data, dan metode analisis.
6
keakuratan dalam melihat keadaan yang sesungguhnya. Ada beberapa
strategi yang bisa diterapkan di sini yaitu peneliti akan meletakkan fokus
perhatiannya pada tempat yang diteliti dan perilaku orang-orangnya.
2. Wawancara
Wawancara diakukan dengan membentuk suatu percakapan antara
peawawancara dan narasumber yang bertujuan untuk menggali informasi
atau data. Selain itu wawancara ditujuan kepada orang yang dianggap
memiliki otoritas pada obyek yang diteliti, orang yang dijadikan
narasumber diperkirakan minimalnya harus mengetahui karakteristik
Kawasan Desa Adat Kampung Kuta baik itu dari sudut pandak
lingkungan, sosial, budaya maupun ekonomi.
3. Kuisioner
Kuisioner merupakan susunan daftar pertanyaan yang dikirim kepada
responden baik secara langsung maupun tidak langsung, narasumber yang
dituju diperkirakan dapat mengetahui kondisi Desa Adat Kampung Kuta
sehingga informasi yang dibutuhkan dapat ketahui dan diidentifikasi.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara untuk mendukung hasil observasi,
wawancara dan kuisioner sehingga dapat divisualisasikan untuk
menggambarkan penelitian.
B. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang sudah ada guna mendukung data primer yang berkaitan dengan
penelitian.
7
A. Teknik Sampling Wawancara
Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang lebih
sering digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar (Sugiyono,
2009:300). Sementara itu menurut Burhan Bungin (2012:53), dalam prosedur
sampling yang paling penting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key
informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi. Memilih sampel, dalam
hal ini informan kunci atau situasi sosial lebih tepat dilakukan dengan sengaja
atau bertujuan, yakni dengan purposive sampling.
B. Sampling Kuisioner
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas
ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-
8
ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka dengan kata lain, unit
sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang
diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau permasalahan penelitian. Dalam
penelitian ini. Dalam penentuan sampling penelitian ini menggunakan teori dari
Isaac dan Michael dimana Metode yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael
adalah cara untuk menentukan jumlah sampel yang memenuhi syarat berikut: (1)
diketahui jumlah populasinya; (2) pada taraf kesalahan (significance level) 1%,
5% dan 10%; dan (3) cara ini khusus digunakan untuk sampel yang berdistribusi
normal, sehingga cara ini tidak dapat digunakan untuk sampel yang tidak
berdistribusi normal, seperti sampel yang homogen. Dalam penelitian ini
menggunakan tingkat eror sebesar 5% dengan jumlah populasi 320, berdasarkan
tabel Isaac dan Michael maka diperoleh sampling sebesar 167 sampling.
9
munculnya suatu fenomena tertentu. Jadi peneitian komparatif adalah
jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua
kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu. Dimana biasanya metode
komparatif ini berbentuk tabel atau matrik sanding.
2. Reduksi
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Karena pada umumnya
data kualitatif sangat banyak, terutama hasil wawancara dan observasi.
Setelah melakukan reduksi data selanjutnya dikategorisasikan
berdasarkan varabel penelitian.
3. Triangulasi
Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331).
Triangulasi ini dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau
data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian peneliti ini
menggunakan metode wawancara, kuisiner, obervasi, dan survei. Untuk
memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh
mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode
wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.
Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk
mengecek kebenaran informasi tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan
jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan
penelitian diragukan kebenarannya.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir pada kegiatan analisis.
Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian
dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan akhir tidak
hanya terjadi pada waktu proses pengumpulan data saja, akan tetapi perlu
diverifikasi agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
10
5. Pembobotan
dilakukan pembobotan dengan menggunalan skala likert dengan tujuan
untuk mengukur sikap dan pendapat. Dengan skala likert ini responden
diminta untuk melengkapi kuisioner yang mengharuskan mereka untuk
menunjukan tingkat persetujuan terhadap serangkaian pertanyaan. Dalam
pembobotannya menggunakan 3 pilihan yaitu:
nilai 1 (satu) = tinggi
nilai 2 (dua) = sedang
nilai 3 (tiga) = rendah
kemudian nilai total dari hasil pembobotan tersebut dikalikan dengan
indeks dari masing masing variabel. Berikut ini merupakan penjelasn
lebih lengkap mengenai pembobotan dan pengukuran dari tiap variabel.
Tabel Indeks Penilaian Variabel Dalam Penelitian Tingkat Vitalitas Kawasan Desa
Adat Kampung Kuta
11
Variabel Indikator Kriteria Hasil Penilaian
Keutuhan kawasan inti Nilai total x indeks < 2,75% = Rendah
Kerusakan warisan Pelestarian bangunan Nilai total x indeks > 2,75% - < 3,85% =
budaya Pelestarian adat-istiadat Sedang
Nilai total x indeks > 3,85% = Tinggi
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 18 tahun 2010
12
B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena sangat tidak memungkinkan bagi seorang peneliti
melakukan penelitian tanpa variabel. Berikut ini merupakan variabel penelitian:
13
Metode
Teknik
Sasaran variabel Indikator Pengumpulan Sumber Data Output
Analisis
Data
sarana sosial budaya
dalam kawasan
sarana rumah dalam
kawasan
Kebudayaan Identifikasi kawasan inti Primer Wawancara, Karakteristik
Identifikasi jenis bangunan Sekunder Kebudayaan
Studi terdahulu
Kawasan
Identifikasi adat-istiadat
2. Teridentifikasinya Penurunan Lapangan kerja Primer Badan Pusat Kuantitatif Produktivitas
tingkat vitalitas produktivitas Unit ruang usaha Sekunder Statistik (Penilaian Ekonomi
kawasan Desa ekonomi pembobotan) Kawasan
Densitas penduduk
Adat Kampung
Kuta Degradassi Prasarana Dasar: Primer Wawancara, Kualitas
lingkungan Layanan prasarana air Sekunder Badan Pusat Lingkungan
bersih dalam kawasan Statistik Kawasan
Layanan jalan (dan
jembatan) dalam kawasan
Layanan prasarana
drainase dalam kawasan
Layanan prasarana sanitasi
dalam kawasan
Layanan prasarana
persampahan dalam
kawasan
Sarana dasar:
Layanan sarana ekonomi
dalam kawasan
Layanan sarana sosial
budaya dalam kawasan
Layanan sarana rumah
14
Metode
Teknik
Sasaran variabel Indikator Pengumpulan Sumber Data Output
Analisis
Data
dalam kawasan
Kerusakan Keutuhan kawasan inti Primer Observasi, Kondisi
warisan budaya Pelestarian bangunan Sekunder Wawancara, Data kebudayaan
Pelestarian adat-istiadat Sekunder Kawasan
3. Terumuskannya Penurunan Hasil analisis Penurunan Primer Data Penurunan Arahan
arahan Produktivitas Produktivitas Ekonomi Sekunder Produktivitas pengembangan
pengembangan Ekonomi Hasil Analisis Degradasi Ekonomi vitalitas
vitalitas kawasan Degradasi Lingkungan Data Degradasi Kualitatif kawasan
Lingkungan Hasil Analisis Kerusakan Lingkungan
Kerusakan Warisan Budaya Data Kerusakan
Warisan Budaya Warisan Budaya
15
1.6 Batasan Studi
Batasan dalam penelitian ini yaitu terdapat 3 sasaran diantaranya yaitu
mengidentifikasi karakteristik Kawasan Desa Adat Kampung Kuta,
Mengidentifikasi tingkat vitalitas Kawasan Desa Adat Kampung Kuta, dan
Merumuskan strategi pengembangan vitalitas Kawasan Desa Adat Kampung
Kuta. Dari ketiga sasaran tersebut hanya mempertimbangkan 3 variabel sesuai
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum N0 18 tahun 2010 dimana dalam
ketiga variabel tersebut yaitu:
Penurunan produktivitas ekonomi:
- Lapangan pekerjaan
- Unit ruang usaha
- Densitas penduduk
Degradasi lingkungan:
- Prasarana dasar
Layanan prasarana air bersih dalam kawasan
Layanan jalan (dan jembatan) dalam kawasan
Layanan prasarana drainase dalam kawasan
Layanan prasarana sanitasi dalam kawasan
Layanan prasarana persampahan dalam kawasan
- Sarana Dasar
Layanan sarana ekonomi dalam kawasan
Layanan sarana sosial budaya dalam kawasan
Layanan sarana rumah dalam kawasan
Kerusakan Warisan Budaya:
- Keutuhan kawasan inti
- Pelestarian bangunan
- Pelestarian adat-istiadat
Dari variabel dan indikator diatas dianalisis sehingga dapat menghasilkan
rekomendasi terhadap pengembangan vitalitas Kawasan Desa Adat tersebut.
16
1.7 Kerangka Teori
17
Menilai tingkati Vitalitas Kawasan Desa Adat Kampung
Kuta
Teridentifikasinya karakteristik kawasan Desa Adat Merumuskan arahan pengembangan vitalitas kawasan
Kampung Kuta
Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 18 tahun 2010
Undang-Undang No 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 18 tahun 2010 John Montgomery (1998) tentang aspek vitalitas kawasan
tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan Bois (2011) tentang indikator vitalitas kawasan
John Montgomery (1998) tentang aspek vitalitas kawasan
Bois (2011) tentang indikator vitalitas kawasan
18
1.8 Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir dibutuhkan untuk memperlancar proses dalam
penelitian dan upaya menganalisis tingkat vitalitas Kawasan Desa Adat, maka dari
itu diperlukan suatu kerangka berfikir yang dapat mempermudah dalam penelitian
ini. penelitian ini dilatar belakangi oleh kemajuan jaman baik dari segi teknologi
maupun sosial budaya sehingga perubahan tersebut berpotensi dalam mengikis
keseimbangan alam dan kearifan lokal yang ada. Untuk lebih jelasnya sebagai
berikut:
19
Latar Belakang
perkembangan budaya ditengah perkembangan jaman kadang Permasalahan
membuat kearifan lokal semakin dilupakan oleh masyarakat. kearifan Desa Adat Kampung Kuta memiliki
lokal akan tetap bertahan apabila masyarakat tetap mempertahankan keunikan tersendiri baik itu dari segi
serta melaksanakan pandangan, aturan, nilai dan norma yang ada. kearifan lokalnya maupun dari segi
potensi penurunan kualitas kawasan tersebut bisa dindikasikan dengan lingkungannya. Seiring berjalannya
terjadinya penurunan kualitas di kawasan dengan: waktu teknologi dan budaya luar semakin
1. Adanya indikasi penurunan kualitas fisik lingkungan dan visual berkembang yang pada dasarnya
kawasan memiliki potensi besar dalam merusak
2. Adanya indikasi penurunan kualitas infrastruktur kawasan keseimbangan ekosistem, hal tersebut
3. Adanya indikasi kecenderungan penurunan aktivitas ekonomi pada juga dapat mengakibatkan terkikisnya
kawasan kearifan lokal yang ada pada desa dat
Dengan semakin meningkatnya perkembangan modernisasi desa adat tersebut. Masuknya berbagai teknologi
akan mengalami degradasi baik itu dari segi fisik maupun budaya dan budaya luar tersebut menyingkirkan
maka dari itu vitalitas lingkungan dan vitalitas budaya kearifan lokal peran kearifan lokal dalam mengelola
harus dijaga dan tetap dilestarikan sumberdaya alam dan lingkungan
Metode Amalisis
20
1.9 Sistematika Pembahasan
Sistematika dalam penyusunan laporan penelitian ini diantaranya sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup, metode penelitian, batasan studi dan
kerangka pemikiran.
BAB IV Analisis
Mengidentifikasi tingkat vitalitas Kawasan Desa Adat Kampung Kuta
berdasarkan variabel yang sudah ditentukan.
21