RENCANA INDUK
JARINGAN JALAN
6
6.1 KONSEPSI DASAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK
Dalam ketentuan umum PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional disebutkan bahwa kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang
terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan
inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan
fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang
terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya
1.000.000 (satu juta) jiwa. Berdasarkan defenisi tersebut dapat disebutkan bahwa
kedudukan Kota Medan adalah sebuah kota metropolitan dengan kota-kota sekitarnya
sebagai kota satelit.
Lebih jauh, dalam Lampiran II PP tersebut disebutkan pula kedudukan Kota Medan
dalam sistem pusat perkotaan nasional adalah sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
PKN dalam Pasal 14 ayat (1) memiliki memiliki kriteria:
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau
Sebagai PKN, Kota Medan saat ini berstatus I/C/3 yang bermakna kota yang dalam
tahap pengembangan serta revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-Kota
pusat pertumbuhan dan revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi.
Beberapa kota lain di Propinsi Sumatera Utara yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah adalah Tebingtinggi, Sidikalang, Pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat,
Kisaran, Gunung Sitoli, Padang Sidempuan dan Sibolga. Pusat Kegiatan Wilayah
Dalam Lampiran IX dan X Dokumen RTRWN disebutkan pula kedudukan Kota Medan
terkait beberapa kota disekitar kota Medan yaitu Binjai, Deli Serdang dan Karo
(Mebidangro) ditetapkan sebagai sebuah kawasan andalan dan kawasan strategis
nasional. Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budi daya, baik di ruang darat
maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya, sementara
kawasan strategis nasional adalah adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia
Sementara itu, terkait dengan sistem transportasi kedudukan Kota Medan dalam
sistem jaringan transportasi nasional dapat ditunjukkan dari:
1. Pergerakan dengan jasa angkutan penumpang dan jasa barang melalui jaringan
jalan nasional dilayani oleh sistem arteri primer dan jalan tol.
Adapun kriteria jaringan jalan arteri primer adalah:
menghubungkan antar PKN, antara PKN dan PKW, dan/atau PKN/PKW dengan
bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer/sekunder/tersier dan
pelabuhan internasional/nasional;
berupa jalan umum yang melayani angkutan utama;
melayani perjalanan jarak jauh; memungkinkan untuk lalu lintas dengan
kecepatan rata-rata tinggi; dan
membatasi jumlah jalan masuk secara berdaya guna.
4. Pergerakan jasa angkutan udara saat ini masih dilayani oleh Bandara Polonia dan
akan dialihkan ke Bandara Kuala Namu denagn kedudukan sebagai pusat
penyebaran primer. Disebutkan bahwa pusat penyebaran primer idarahkan untuk
melayani penumpang dlaam jumlah besar dengan lingkup pelayanan nasional atau
beberapa propinsi dan berfungsi sebgai pintu utama untuk keluar negeri.
Kebijakan pengembangan tata ruang yang ditetapkan pada tingkat nasional dalam
RTRWN dan kemudian dipertimbangkan dalam RTRW Propinsi Sumatera Utara
meliputi:
Kota Medan dalam arahan struktur ruang Rencana Tata Ruang Propinsi termasuk
dalam hirarki pusat pelayanan primer, yaitu pusat yang melayani wilayah Propinsi
Sumatera Utara, wilayah Sumatera bagian utara dan wilayah nasional/internasional
yang lebih luas.
Adapun pembagian fungsi berdasarkan pendekatan kota inti dan kota satelit, adalah
sebagai berikut:
A. Fungsi kota inti : Kota Medan
Fungsi dan peran Kota Medan dalam Metropolitan Mebidangro adalah:
Pusat perdagangan dan jasa skala regional, nasional dan internasional;
Pusat kawasan industri (polusi ringan);
Pusat simpul pergerakan;
Pusat pendidikan;
Pusat permukiman perkotaan.
Wilayah pelayanan : Kecamatan Sunggal saja
3. Lubuk Pakam
Pusat perdagangan dan jasa
Pusat pemerintahan Kab. Deli Serdang
Pusat permukiman
Wilayah pelayanan : meliputi Kec. Lubuk Pakam dan Pagar Merbau.
4. Tanjung Morawa
Kawasan industri
Pusat perdagangan dan jasa
Pusat permukiman
Wilayah pelayanan : Kec. Tanjung Morawa dan Kec. Patumbak
5. Batang Kuis
Pusat perdagangan dan jasa (TOD)
Pusat permukiman
Wilayah pelayanan: Kec. Batang Kuis
6. Percut Sei Tuan
Pusat pengolahan perikanan
Pusat permukiman
Wilayah pelayanan : Kec. Percut Sei Tuan
7. Pancur Batu
Pusat perdagangan
Pusat pariwisata
Pusat distribusi pertanian (pasar induk sayuran regional)
Pusat permukiman
Wilayah pelayanan : Kec. Namo Rambe, Kec. Deli Tua adan Kec. Pancur Batu.
Salah satu strategi yang ditempuh pemerintah kota Medan adalah menyediakan lokasi
khusus industri kecil dan menengah yang diberi nama Perkampungan Industri Kecil
(PIK) yang terletak di kelurahan Medan tenggara, Kecamatan Medan Denai dengan
luas 14.495 m2.
Manajemen PIK juga yang menyediakan lahan yang harganya relatif erjangkau dan
berbagai fasilitas produksi dan prasarana lainnya yang dibutuhkan seperti halnya KIM,
manajemen PIK juga dapat memberikan bantuan untuk mendapatkan mitra usaha,
permodalan, pelatihan kewirausahaan, manajemen produksi, keuangan dan lain
sebagainya. Dengan berbagai jenis bantuan yang diberikan manajemn PIK diharapkan
dapat meningkatkan output dengan kualitas yang baik serta biaya produksi yang
relatif efisien sehingga memiliki daya saing baik dipasar lokal, domestik dan pasar
ekspor. Sampai saat ini, jumlah pengusaha kecil-menengah telah melakukan investasi
di lokasi ini dengan beragam jenis produk industri kecil yang telah dihasilkan.
Guna mengantisipasi kebutuhan lokasi industri yang lebih besar di masa yang akan
datang, memasuki era perdagangan bebas, dan perkembangan industri yang ada
serta semakin besarnya kontribusi sektor tertier dalam pembentukan PDRB,
Pemerintah Kota Medan mengambil kebijakan untuk menyediakan kawasan yang
disebut Kawasan Industri Baru (KIB). Kawasan ini berlokasi di Kecamatan Medan
Labuhan dengan luas650 Ha dan dapat diperluas sesuai dengan peruntukkan tanah
menjadi 1345 Ha. Seperti halnya KIM dan PIK, di Kawasan Industri baru ini juga
tersedia berbagai fasilitas dan prasarana yang dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhnnya. KIB berbeda dengan KIM dan PIK, karena KIB termasuk kawasan
berikat (bounded area) sehingga kebutuhan perijinan yang diperlukan dalam satu atap
(one stop service) dan diselenggarakan oleh manajemen KIB secara langsung.
A. Jaringan Jalan
C. Terminal
B. Stasiun KA
Stasiun KA yang ada saat ini sudah cukup tersebar di kawasan penting Metropolitan
Mebidang. Untuk mendukung pengembangan konsep Transit Oriented Development
(TOD) maka diperlukan pembangunan stasiun kereta api baru, yaitu di lokasi sebagai
berikut Stasiun Medan Polonia (CBD Polonia), Stasiun Simalingkar, Stasiun Kuala
Bekala, dan Stasiun Johor.
C. Moda Angkutan KA
A. Pelabuhan Laut
Pengembangan pelabuhan laut yang diarahkan pada:
a) Pengembangan Pelabuhan Belawan sebagai Pelabuhan Utama dan Internasional
untuk melayani kegiatan ekspor dan impor berbagai komoditas dari wilayah
Sumatera Bagian Utara.
b) Pembangunan fasilitas-fasilitas penunjangnya dengan skala internasional.
c) Rencana Pengembangan Pelabuhan Belawan dan sekitarnya harus dapat
mengantisipasi Trend Transhipment Port dalam pola perdagangan, sehingga peran
Pelabuhan Belawan dapat dipertahankan dan ditingkatkan dalam skala nasional
maupun internasional.
Pelabuhan Belawan merupakan salah satu pelabuhan strategis dan diposisikan sebagai
pelabuhan internasional. Dengan posisi ini keberadaan Pelabuhan Belawan secara
langsung atau tidak langsung memberi dampak pada pertumbuhan kawasan
sekitarnya sebagai kawasan industri, pergudangan, center of bussiness district (CBD)
serta pemukiman yang mendukung kegiatan indusri. Setidaknya di kawasan
Pelabauhan Belawan dan sekitarnya terdapat dua pusat industri yaitu Kawasan
Industri Lamhotma di Belawan (KIB) dan Kawasan Industri Medan (KIM) di Mabar.
Adapu jenis industri yang berkembang adalah industri baja, rotan, meubel, cold
storage, makanan-minuman, kimia, yang bahan bakunya dari daerah hinterland
(Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Langkat, Karo dan Kecamatan lain di
daerah Mebidang) serta Kawasan Industri Medan Star di Tanjung Morawa
Disamping itu dengan melihat rencara struktur tata ruang yang memposisikan
kawasan Utara Medan sebagai pusat pengembangan primer maka keadaan
transportasi yang diharapkan adalah:
1. Peningkatan jaringan sarana jalan dan prasarana rel kereta api yang melayani
angkutan penumpang dan barang sehingga ke terminal;
2. Pengembangan konsep multimoda untuk mendukung pertumbuhan kawasan
pengembangan primer;
3. Pengembangan konsep jaringan logistik;
4. Perlunya dilakukan sinkronisasi dan saling mendukung dalam menyusun rencana
tata ruang Kota Medan, pengembangan Pelabuhan Belawan dan kebijakan
transportasi.
Transportasi laut di Kawasan Metropolitan Mebidang saat ini ditujukan untuk melayani
pergerakan penumpang dan barang, terutama untuk kepentingan ekspor dan impor.
Dengan demikian, pengembangan moda angkutan laut diarahkan pada peningkatan
pelayanan terhadap angkutan barang dengan orientasi ekspor-impor.
Hal ini penting karena wilayah pelayanan pelabuhan Belawan, baik impor maupun
ekspor cukup luas. Adanya rencana pengembangan Pelabuhan Belawan untuk
melayani peningkatan permintaan angkutan barang, maka perlu diupayakan
peningkatan jumlah angkutan barang untuk mengakomodasi demand yang ada.
6.3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MEDAN (RTRW KOTA MEDAN
2011-2031)
6.3.1 Strategi Pengembangan Kota
Dalam menyusun konsep dan kebijakan tata ruang kota, digunakan pendekatan
strategi pengembangan Kota Medan sebagai berikut:
1. Core Strategy (Strategi Utama) yaitu komitmen serta kesungguhan untuk
mewujudkan perkembangan kawasan Medan Utara;
2. Consequency Strategy (Strategi Konsekwensi) yaitu konsekwensi dari strategi
utama yang beroreitnasi pada pengembangan kawasan Medan Utara, maka perlu
dilakukan pembangunan sistem sarana dan prasarana oleh pemerintah kota di
kawasan Medan Utara yang kemudian diikuti oleh pengembangan kemitraan
dengan swasta;
3. Custumer Strategy (Strategi Pelanggan) yaitu pembangunan kawasan Medan
Utara dilakukan dengan berorientasi pada pelanggan yang dalam hal ini dapat
dilakukan dengan melaksankan kebijakan pemberian intensif pada sisis fisik,
Sistem pusat pelayanan Kota Medan direncanakan terdiri atas 1 (satu) pusat primer di
CBD Polonia yang merangkap sebagai pusat primer dan 8 (delapan) pusat sekunder
(di Kota Medan).
Adanya dua pusat ini dimaksudkan untuk lebih mendorong perkembangan kota bagian
selatan dan utara dapat lebih merata. Pengembangan pusat primer utara juga
merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi terhadap inti
pusat Kota Medan.
Pengembangan pusat-pusat sekunder pada tiap bagian wilayah kota (BWK) berfungsi
sebagai penyangga dua pusat primer dan meratakan pelayanan pada skala bagian
kota. Penyebaran pusat sekunder juga dimaksudkan untuk mendukung keserasian
perkembangan kegiatan pembangunan antar wilayah bagian wilayah kota.
Secara geografis pusat primer baru akan terletak pada wilayah Medan Utara, namun
tetap bersineri/berkaitan dengan pusat dan sub pusat yang telah ada. Pusat baru akan
berperan sebagai penunjang eksistensi kota yang telah ada/berkembang, karenanya
harus didukung oleh sistem transportasi yang handal untk mebilitas ulang-alik antara
pusat baru dengan pusat lama. Adapaun rencana letak geografis pusat primer dan
pusat sekunder adalah sebagai berikut:
1. Pusat Primer Utara : antara Kecamatan Labuhan dan Marelan
2. Pusat Primer CBD Polonia: Kecamatan Medan Polonia
3. Pusat Sekunder Medan Marelan: Kecamatan Medan Marelan
4. Pusat Sekunder Medan Labuhan: Kecamatan Medan Labuhan
5. Pusat Sekunder Medan Timur: Kecamatan Medan Timur
6. Pusat Sekunder Medan Perjuangan: Kecamatan Medan Tembung
7. Pusat Sekunder Medan Helvetia: Kecamatan Medan Helvetia
8. Pusat Sekudner Medan Selayang: Kecamatan Medan Tuntungan
9. Pusat Sekunder Medan Area: Kecamatan Medan Area
10. Pusat Sekunder Belawan: Kecamatan Belawan
Rencana pola pemanfaatan ruang meliputi rencana pola pemanfaatan kawasan lindung,
rencana pola pemanfaatan kawasan budidaya, rencana pengembangan sistem
transportasi, rencana pengembangan prasarana dan sarana kota serta rencana daya
tampung dan daya dukung lingkungan.
Pengembangan baru ke wilayah Medan Utara akan dilakukan new development yaitu
pembangunan baru lengkap dengan ketersediaan sarana dan prasarananya dengan
konsep pengembangan pusat pertumbuhan baru. Pengembangan kawasan Medan utara
dapat dilakukan dengan konsep lingkungan siap bangun (LISIBA) dan kawasan siap
bangun (KASIBA).
2) Pemerintahan
Rencana pusat pemerintahan di Kota Medan di arahkan di kawasan Tanjungmulia yaitu di
sekitar simpang susun jalan tol. Pada kawasan ini terdapat lahan kosongsekitar 100 Ha
yang cocok untuk dikembangkan pada tingkat propinsi meliputi DPRD Sumut, kantor
Gubernur, gedung pengadilan serta kantor instansi lainnya dan pusat pemerintahan
tingkat kota yang meliputi kompleks DPRD, kantor Walikota dan instansi tingkat kota
lainnya.
3) Perdagangan
A. Pasar
Rencana pemanfaatan ruagn untuk pasar terdiri dari pasar regional dan pasar
lokal. Pasar regional diarahkan di pinggiran kota Medan sedangkan pasar-pasar
lokal diarahkan pada pusat kegiatan sekunder pada setiap WBK. Unutk pasar ini
bisa berupa pasar modern (Shopping mall) ataupun pasar tradisional namun
dengan penataan dan pengaturan yang ketat. Rencana tersebut meliputi:
Perubahan fungsi Pusat Pasar Sambu menjadi pasar lokal, sementara untuk
pasar regional perlu dibangun di daerah selayang
Redevelopment pasar yang ada
Pengaturan dan penataan pasar yang masih sesuai dengan peruntukan di
seluruh kecamatan
Relokasi pasar lingkungan kelurahan/kecamatan yang sudah tidak sesuai
dengan peruntukannya.
Konsep jaringan multimoda adalah konsep transportasi menggunakan lebih dari satu
moda dalam mendistibusi pergerakan demand atau permintaan perjalanan yang ada
menuju suatu daerah tertentu untuk tujuan efisiensi.
Konsep pengembangan transportasi Medan tidak terlepas dari wilayah yang lebih luas
yaitu Mebidang, sehingga konsep pengembangan transportasi yang diusulkan ada dua,
pertama konsep pengembangan transportasi massal komuter Mebidang dengan moda
kereta api. Dalam hal ini jenis angkutan massal yang melayani pusat kota (lingkar kota
Medan) merupakan suatu pilihan terbuka yang perlu kajian lanjut dalam penetapannya,
apakah bus lane, busway, monorail, LRT atau heavy rail.
Untuk memenuhi persyaratan itu, maka SAUM harus merupakan sistem transportasi baru
yang tidak terikat dengan jaringan jalan raya yang telah ada, dan alternatif terbaik
adalah sarana kereta api yang khusus melayani kebutuhan masyarakat di kawasan
perkotaan. Adapun penempatan jaringan rel dari kereta api ini dapat dipilih dari tiga
alternatif mulai dari yang termurah hingga termahal, yaitu di permukaan tanah (trem),
diatas tanah (kereta layang/sky train), maupun bawah tanah (kereta bawah
tanah/subway).
Syarat kondisi kebijakan full motorization adalah tercukupinya rasio antara kendaraan
bermotor dan sarana jalan. Di Kota Medan ternyata kondisi tersebut tidak dapat
diakomodasi, jumlah kendaraan bermotor meningkat terus sesuai dengan pertumbuhan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tetapi pertumbuhan prasarana
jalan cenderung lambat termasuk pertumbuhan prasarana infrastuktur lainnya. Kondisi
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan tidak diimbangi oleh peningkatan
prasarana jalan membuat kondisi lalu lintas di ruas-ruas jalan di Kota Medan sudah
jenuh. Penambahan sedikit saja jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan jumlah
antrian dan mengakibatkan peningkatan biaya transportasi lebih tinggi dari kondisi biasa.
Kondisi prasarana jalan yang buruk mengakibatkan meningkatnya biaya operasi
kendaraan dalam jumlah yang signifikan. Seluruh kondisi tersebut membuat adanya
inefisiensi transportasi.
1. Pemantapan stasiun kereta api ke arah Binjai yang ada yang meliputi stasiun KA ke
arah Binjai seperti Stasiun Seikambing, Sunggal, Diski dan Binjai;
2. Pemantapan stasiun ke arah Belawan yang meliputi Stasiun Pulau Brayan, Mabar,
Titipapan, Kampungbesar, Labuhan, Belawan;
3. Pengembangan stasiun kereta api ke arah Bandara yang meliputi Stasiun Medan
Pasar, Kebunpisang, Bandarkalipah, Batangkuis, Serdang, Araskapu, dan
Lubukpakam;
4. Terkait dengan pengembangan CBD Polonia, maka perlu dikembangkan stasiun
terpadu dan pengembangan stasiun-stasiun ke arah selatan;
5. Meningkatkan keamanan perlintasan kereta api dengan lalu lintas moda lain melalui
perbaikan dan pemeliharaan pintu perlintasan atau mengupayakan pembangunan
perlintasan tidak sebidang. Pembangunan perlintasan tidak sebidang (fly over/under
pass) di beberapa perlintasan KA untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan
kecelakaan;
6. Untuk kawasan pusat kota dapat diusulkan jenis transportasi massal dapat
menggunakan monorail, busway atau trem dan perlu studi lanjut.
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-32
6.3.4.4 Rencana Pengembangan Transportasi Jalan
Pada dasarnya rencana pengembangan jalan meliputi 4 (empat) hal yang berkaitan
dengan fungsi dan hirarki jalan, kapasitas jalan, pengembangan jalan alternatif dan
ketersediaan fasilitas parkir. Berkaitan dengan 4 (empat) hal tersebut diatas, maka
rencana pengembangan transportasi jalan adalah sebagai berikut:
Penataan rute angkutan umum dalam rangka meningkatkan distribusi pelayanan serta
efisiensi penggunaan jalan adalah sebagai berikut:
1. Memisahkan antara moda angkutan dalam kota dan luar kota;
2. Pengembangan sistem angkutan umum massal (SAUM) yang dapat mengangkut
penumpang dalam jumlah besar, beroperasi secara cepat, nyaman, aman, terjadwal,
dan berfrekuensi tinggi pada koridor-koridor utama (jalur primer) berbasis rel atau
jalan raya. Dalam hal ini angkot diarahkan sebagai angkutan pengumpan (feeder)
untuk moda angkutan dengan hirarki yang lebih tinggi diteruskan kepada jalur-jalur
primer (trunk route) yang dilayani oleh kereta api;
3. Pengembangan terminal untuk melayani pergerakan regional dengan membangun
terminal terpadu di CBD Polonia;
4. Pengembangan terminal angkutan barang terpadu di Belawan yang dilengkapi
dengan pergudangan, perkantoran, pool kendaraan dan terpadu dengan angkutan
lanjutannya yaitu kereta api;
5. Penataan pelayanan angkutan paratransit yang berkualitas dan terpadu dengan
pelayanan angkutan umum lain. Angkutan paratransit ini merupakan angkutan umum
yang tidak mempunyai lintasan dan waktu pelayanan tetap. Termasuk dalam
angkutan paratransit adalah taksi, becak, ojek. Sebagai kota jasa, maka kriteria
minimum kelengkapan dan pelayanan minimum bagi seluruh angkutan umum kota
Medan harus mengikuti ketentuan yang berlaku.
Perencanaan arah pengembangan jaringan jalan nasional sebagai bagian dari sistem
transportasi harus dilakukan dengan baik dan komprehensif. Yang dimaksud dengan
pengembangan jaringan disini adalah pengembangan jaringan prasarana maupun
jaringan pelayanan. Untuk itu perencaaan arah pengembangan harus dilakukan dengan
Pada dasarnya rencana pengembangan transportasi jalan meliputi empat hal yaitu
berkaitan dengan:
1) fungsi dan hirarki jalan,
2) kapasitas jalan,
3) pengembangan jaringan jalan dan
4) tingkat pelayanan jalan.
Berkaitan dengan empat hal tersebut, maka rencana pengembangan jaringan jalan di
Kota Metropolitan Medan adalah sebagai berikut :
1. Penataan hirarki jalan yang sesuai dengan rencana pengembangan wilayah dan
tata ruang (tata guna lahan);
2. Memelihara fungsi jaringan jalan primer dengan membatasi jalan akses lokal dan
pengendalian pemanfaatan ruang di sepanjang jaringan jalan;
3. Meningkatkan fungsi jaringan jalan yang sudah ada dan pembangunan jaringan
jalan baru untuk peningkatan kapasitas jaringan jalan.
4. Mengembangkan jalan-jalan penghubung yang diprioritaskan, yaitu: dibukanya
lintas utara-selatan dan barat-timur.
5. Mengembangkan jalan bebas hambatan dalam kota yang layak ditinjau dari
pertimbangan teknis, pembiayaan, ekonomi kota dan pemerintah kota,
lingkungan, hukum, politik, dan sosial;
6. Mengembangkan jalan bebas hambatan dalam kota yang menguntungkan adalah
memberikan keuntungan bagi investor, pemerintah kota, masyarakat pemakai,
dan masyarakat yang terkena dampak pembangunan jalan tersebut;
7. Melengkapi rambu dan marka jalan pada seluruh ruas jalan kota dalam rangka
meningkatkan keamanan dan ketertiban lalu lintas;
8. Pelaksanaan rekayasa lalu lintas yang terintegrasi dengan sistem pelayanan
jaringan jalan dan mengoptimalkan seluruh kapasitas jaringan jalan yang ada.
Program penanganan jaringan jalan yang dikaji dalam rencana induk ini merupakan
program pemeliharaan jaringan jalan (road network preservation program). Program
penanganan jaringan jalan yang difokuskan pada jaringan jalan nasional eksisting
termasuk juga jalan non status dan rencana jalan kota yang akan diusulkan untuk
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-37
perubahan fungsi. Penanganan jaringan jalan eksisting dilakukan atas dasar kondisi jalan
eksisting serta prediksi kondisi jaringan jalan dimasa datang dengan beban lalu lintas
yang harus dilayani.
Penetapan penanganan jaringan jalan secara bertahap dalam jangka pendek dijabarkan
dalam program penanganan pertahun pada masing-masing ruas jalan. Program
penanganan ini dijabarkan pada Tabel 6.1.
Rekomendasi Penanganan
No NOMOR RUAS Nama Ruas
2016 2017 2018 2019 2020 2025 2035
JALAN EKSISTING
1 003 11 K JLN. ZAENAL ARIFIN (STABAT) preventive preventive preventive preventive preventive preventive Preventive
2 004 BTS. KOTA STABAT - BTS. KOTA BINJAI preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
3 004 11 K JLN. JENDERAL SUDIRMAN preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
4 004 12 K JLN. AMIR HAMZAH (BINJAI) preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
5 005 JLN. LINGKAR LUAR BINJAI rutin kondisi preventive rehabilitasi minor
minor minor minor minor
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
6 006 BTS. KOTA BINJAI - BTS. KOTA MEDAN preventive preventive preventive preventive
minor minor minor
7 006 11 K JLN. SOEKARNO-HATTA (BINJAI) preventive preventive rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi preventive rehabilitasi minor
8 006 12 K JLN. BINJAI RAYA (MEDAN) preventive preventive rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi preventive preventive
BTS. KOTA MEDAN - BTS. KOTA LUBUK
9 007 preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
PAKAM
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
10 007 11 K JLN. INDUSTRI (MEDAN) rutin kondisi preventive rehabilitasi minor
minor minor minor minor
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
11 007 12 K JLN. NGUMBAN SURBAKTI (MEDAN) rutin kondisi preventive rehabilitasi minor
minor minor minor minor
rehabilitasi rehabilitasi
12 007 13 K JLN. A.H. NASUTION (JLN. TRITURA/JLN. KA rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi preventive preventive
minor minor
13 007 14 K JLN. SISINGAMANGARAJA (MEDAN) preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
rehabilitasi rehabilitasi
14 007 15 K JLN. MEDAN (LUBUK PAKAM) rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rehabilitasi minor
minor minor
BTS. KOTA MEDAN - TEMBUNG - LUBUK
15 008 rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi
PAKAM
16 008 11 K JLN. PERTAHANAN/JLN. CEMARA (MEDAN) preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
17 008 12 K JLN. KOLONEL BEJO (MEDAN) rutin kondisi rutin kondisi preventive preventive preventive preventive preventive
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
18 008 13 K JLN. PANCING (MEDAN) rutin kondisi preventive
minor minor minor minor minor
rehabilitasi
19 008 14 K JLN. KRAKATAU preventive rutin kondisi preventive preventive preventive rehabilitasi minor
minor
20 008 15 K JLN. LETDA SUJONO (MEDAN) rutin rutin rutin rutin rutin rutin rutin
rehabilitasi
21 009 MEDAN - BELAWAN (MEDAN) preventive preventive preventive preventive preventive preventive
minor
rehabilitasi rehabilitasi
22 009 11 K JLN. ASRAMA (MEDAN) preventive preventive preventive preventive rehabilitasi minor
minor minor
23 009 12 K JLN. KAPTEN SUMARSONO (MEDAN) preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
Pengembangan jaringan jalan yang dikaji dalam rencana induk ini difokuskan pada
pengembangan jaringan jalan berupa program pengembangan jalan (road network
expansion program) yang meliputi pembangunan jaringan jalan baru sebagai jalan
nasional di wilayah Kota Metropolitan Medan. Pembangunan jalan baru yang dianalisis
juga meliputi peningkatan jalan eksisting yang akan dibangun menjadi jalan nasional.
Hasil analisis rencana pengembangan jaringan jalan di Kota Metropolitan Medan yang
dimasukkan sebagai bagian dari Rencana Induk Pengembangan Jaringan Jalan
Nasional tersebut dijabarkan pada Tabel 6.4.
Tabel 6.2 Penanganan Jaringan Jalan Eksisting Berdasarkan Status dan Kelas Jalan
Tahun Kelas Jalan
No Kode Baru Nama Ruas Kapasitas
2016 2017 2018 2019 2020 2025 2035 Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
Tabel 6.4 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Nasional Kota Metropolitan Medan
Rencana Tahun
NO. RENCANA PENGEMBANGAN ISU STRATEGIS
Implementasi
Jaringan Jalan
Besarnya arus lalu lintasi di Ruas Jln. Medan - Jl. Sisingamangaraja hingga Jl. Industri
sehingga menimbulkan kemacetan pada ruas-ruas tersebut.
1. Lingkar Luar Selatan 2018-2019
Terhambatnya arus periwisata dari Kualanamu/lubuk pakam menuju Danau Toba
dikarenakn kondisi di atas.
Menindaklanjuti Rencna Lingkar Luar Selatan, dengan menyambungkan trase tersebu
2. Lingkar Luar Barat Selatan hingga Kota Binjai guna mnegurangi atau mengurai kemacetan yang terjadi di ruas Jl. 2020
Sisingamangaraja/ Jln. AH. Nasution
Adanya isu pengembangan kawasan terpadu di belawan, ruas ini dapat membantu
3. Lingkar Luar Barat Utara 2025
menghunbungkan dari Kota Binjai menuju Belawan.
Jalan alternatif menuju batang kuis – Lubuk Pakam dari Kota Medan untuk
4. Lingkar Luar Utara 2018-2019
menghindarkan dari padatnya arus lalu lintas di jaln Williem Iskandar/ Jl. Pancing.
Adanya isu pengembangan kawasan terpadu di belawan, ruas ini dapat membantu
5. Lingkar Pantai Utara 2025
menghubungkan dari Kabupaten Lubuk Pakam menuju Belawan.
Meningkatkan sektor perekonomian dan perdagangan kota yang terlewati trase yaitu
6. Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi 2016-2017
Kota Medan, Lubuk Pakam dan Tebing Tinggi.
Kondisi lalu lintas yang tinggi di ruas 006 dan 00612k terutama di pinang baris shingga
7. Tol Medan-Binjai 2017-2018
membutuhkan allternatif jalan lain utk menuju medan (tol Balmera)
Terdapatnya titik kemacetan yang sering terjadi di ruas Jln. Yamin Ginting –
8. Tanjung Morawa- Brastagi Tuntungan, sehingga perlu ada alternatif jalan untuk melalui ruas tersebut untuk 2025
menuju Brastagi dari medan
Simpang Tidak Sebidang (FO)
1. Underpass Katamso Antisipasi kemacetan lalu lintas pada konflik persimpangan 2016
Besarnya volume lalu lintas pada simpang Gatot Subtoto antrian kendaraan yang
2. FO. Gatot Subroto 2017
cukup panjang di Jl. Industri, Jl. Binjai Raya, dan Jl. Asrama
Besarnya volume lalu lintas pada simpang Pinang Baris yang merupakan pusat
3. FO. Pinang Baris
kegiatan perdagangan
4. FO. Sentis Antisipasi kemacetan lalu lintas pada konflik persimpangan 2019
5. FO. Batang Kuis (Perlintasan KA) Aspek keselamatan jalan & kelancaran akses Bandara Kuala Namu 2019
Antisipasi kemacetan lalu lintas pada konflik persimpangan & kelancaran akses
6. FO. Kayu Besar 2019
Bandara Kuala Namu
Analisis Konsultan, 2015
Sejalan dengan program pengembangan yang dijabarkan pada Tabel 6.5 dan Tabel
6.6, maka mapping tahapan tahun rencana pengembangan jaringan jalan untuk
jaringan jalan nasional di Kota Metropolitan Medan digambarkan pada Gambar 6.9.
Tabel 6.5 Detail Program Pembangunan Jalan Baru di Kota Metropolitan Medan
Gambar 6.9 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Nasional di Kota Metropolitan Medan
Contents
6 .................................................................................................................. 6-1
6.1 Konsepsi dasar Penyusunan Rencana Induk ........................................... 6-1
6.2 Kebijakan dan Rencana Strategis Pengembangan Wilayah ....................... 6-2
6.2.1 Kebijakan Pembangunan Nasional (RTRWN) .................................... 6-2
6.2.2 Kebijaksanaan Pembangunan Propinsi Sumatera Utara (RTRWP) ........ 6-4
6.2.3 Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan Mebidangro .................... 6-6
6.2.3.1 Visi dan Misi .......................................................................... 6-6
6.2.3.2 Kerangka Dasar Pembangunan dan Struktur Pemanfaatan Ruang 6-6
6.2.3.3 Pengembangan Kawasan....................................................... 6-10
6.2.3.4 Arahan Pusat Kegiatan Transit Oriented Development (TOD) ..... 6-12
6.2.3.5 Rencana Sistem Jaringan Transportasi .................................... 6-13
6.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan (RTRW Kota Medan 2011-2031) .. 6-
19
6.3.1 Strategi Pengembangan Kota ....................................................... 6-19
6.3.2 Rencana Struktur Tata Ruang Kota ............................................... 6-20
6.3.2.1 Pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK) .................................. 6-20
6.3.2.2 Sistem Pusat Pelayanan ........................................................ 6-20
6.3.2.3 Struktur Kegiatan Fungsional ................................................. 6-24
6.3.3 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang ................................................ 6-24
6.3.4 Rencana Sistem Transportasi ....................................................... 6-27
6.3.4.1 Konsep Pengembangan Transportasi Multimoda ....................... 6-27
6.3.4.2 Pengembangan Peran Moda Unggulan .................................... 6-30
6.3.4.3 Rencana Pengembangan Transportasi Massal .......................... 6-32
6.3.4.4 Rencana Pengembangan Transportasi Jalan ............................. 6-33
6.3.4.5 Rencana Pengembangan Angkutan Umum ............................... 6-34
6.4 Rencana Induk Pengembangan Jaringan jalan ...................................... 6-34
6.4.1 Arahan Pengembangan ............................................................... 6-34
6.4.2 Tahapan Pengembangan ............................................................. 6-35
6.5 Rencana Pengembangan Jaringan JAlan .............................................. 6-37
6.5.1 Dasar Pengembangan Jaringan Jalan ............................................ 6-37
6.5.2 Penanganan Jaringan Jalan .......................................................... 6-37
6.5.3 Pemenuhan Persyaratan Teknis Jalan............................................ 6-41
6.5.4 Pengembangan Jaringan Jaringan................................................. 6-41
6.5.5 Tahapan Pengembangan Jaringan Jalan ........................................ 6-45
Tabel 6.1 Program Rencana Penanganan dan Pembangunan Jalan Tahun 2016-
2035 6-39
Tabel 6.2 Penanganan Jaringan Jalan Eksisting Berdasarkan Status dan Kelas Jalan
6-42
Tabel 6.3 Penanganan Jaringan Jalan Eksisting Berdasarkan Peningkatan Kapasitas
6-43
Tabel 6.4 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Nasional Kota Metropolitan
Medan 6-44
Tabel 6.5 Detail Program Pembangunan Jalan Baru di Kota Metropolitan Medan 6-46