Anda di halaman 1dari 50

6

RENCANA INDUK
JARINGAN JALAN

6
6.1 KONSEPSI DASAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK

Penyusunan rencana induk pengembangan jaringan jalan nasional didasarkan pada


konsepsi dasar mengenai jalan yang dijabarkan pada Peraturan Pemerintah No. 24
tahun 2006 tentang Jalan. Konsepsi dasar untuk pengembangan jaringan jalan harus
sesuai dengan ketentuan yang ada dalam regulasi tersebut termasuk juga
memperhatikan peraturan perundangan yang terkait khususnya tata ruang.

Konsepsi dasar dalam penyusunan rencana induk pengembangan jaringan jalan


nasional di Kota Metropolitan Medan ini dijabarkan pada poin-poin sebagai berikut,
 Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori, dan jalan kabel;
 Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
 Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan
dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki;
 Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah
dan dengan memperhatikan keterhubungan antarkawasan dan/atau dalam
kawasan perkotaan;
 Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
a) menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan
wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
b) menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-1


 Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
 Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas,
jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan jalan,
penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan tidak terputus.
 Persyaratan teknis jalan harus memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan, dan
lingkungan.

6.2 KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS PENGEMBANGAN WILAYAH

6.2.1 Kebijakan Pembangunan Nasional (RTRWN)

Dalam ketentuan umum PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional disebutkan bahwa kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang
terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan
inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan
fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang
terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya
1.000.000 (satu juta) jiwa. Berdasarkan defenisi tersebut dapat disebutkan bahwa
kedudukan Kota Medan adalah sebuah kota metropolitan dengan kota-kota sekitarnya
sebagai kota satelit.

Lebih jauh, dalam Lampiran II PP tersebut disebutkan pula kedudukan Kota Medan
dalam sistem pusat perkotaan nasional adalah sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
PKN dalam Pasal 14 ayat (1) memiliki memiliki kriteria:
 kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

 kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau

 kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama


transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

Sebagai PKN, Kota Medan saat ini berstatus I/C/3 yang bermakna kota yang dalam
tahap pengembangan serta revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-Kota
pusat pertumbuhan dan revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi.

Beberapa kota lain di Propinsi Sumatera Utara yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah adalah Tebingtinggi, Sidikalang, Pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat,
Kisaran, Gunung Sitoli, Padang Sidempuan dan Sibolga. Pusat Kegiatan Wilayah

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-2


(PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

Dalam Lampiran IX dan X Dokumen RTRWN disebutkan pula kedudukan Kota Medan
terkait beberapa kota disekitar kota Medan yaitu Binjai, Deli Serdang dan Karo
(Mebidangro) ditetapkan sebagai sebuah kawasan andalan dan kawasan strategis
nasional. Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budi daya, baik di ruang darat
maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya, sementara
kawasan strategis nasional adalah adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia

Sebagai kawasan andalan maka kawasan perkotaan metropolitan Medan-Binjai-Deli


Serdang-Karo (Mebidangro) memiliki sektor unggulan yaitu industri (pengolahan),
perkebuhan, pariwisata, pertanian dan perikanan. Sementara sebagai kawasan
strategis nasional Kawasan Perkotaan Medan–Binjai–Deli Serdang–Karo (Mebidangro)
(Provinsi Sumatera Utara) memiliki status (I/A/1) yang bermakna kawasan
pengembangan kota tahapan I, rehabilitasi dan pengembangan kawasan strategis
nasional dengan sudut kepentingan ekonomi serta rehabilitasi/revitalisasi kawasan.

Sementara itu, terkait dengan sistem transportasi kedudukan Kota Medan dalam
sistem jaringan transportasi nasional dapat ditunjukkan dari:

1. Pergerakan dengan jasa angkutan penumpang dan jasa barang melalui jaringan
jalan nasional dilayani oleh sistem arteri primer dan jalan tol.
Adapun kriteria jaringan jalan arteri primer adalah:
 menghubungkan antar PKN, antara PKN dan PKW, dan/atau PKN/PKW dengan
bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer/sekunder/tersier dan
pelabuhan internasional/nasional;
 berupa jalan umum yang melayani angkutan utama;
 melayani perjalanan jarak jauh; memungkinkan untuk lalu lintas dengan
kecepatan rata-rata tinggi; dan
 membatasi jumlah jalan masuk secara berdaya guna.

Sementara jalan tol dikembangkan untuk mempercepat perwujudan jaringan jalan


bebas hambatan sebagai bagian dari jaringan jalan nasional. Untuk jaringan jalan

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-3


bebas hambatan Kota Medan akan dilayani oleh jalan bebas hambatan antar kota
dan dalam kota, yaitu:
 Jalan bebas hambatan antar kota:
 Pengembangan Tol Medan – Kuala Namu – Tebing Tinggi;
 Jalan bebas hambatan dalam kota:
 Pemantapan Tol Belmera (Belawan – Medan – Tanjung Morawa);
 Pembangunan Tol Medan – Binjai.
2. Pergerakan dengan jasa angkutan kereta api dilayani oleh jaringan rel lintas
utama. Jaringan jalur kereta api umum terdiri atas jaringan jalur kereta api
antarkota dan jaringan jalur kereta api perkotaan, dengan
 Jaringan jalur kereta api antarkota dikembangkan untuk menghubungkan:
a. PKN dengan pusat kegiatan di negara tetangga;
b. antar-PKN;
c. PKW dengan PKN; atau
d. antar-PKW.
 Jaringan jalur kereta api perkotaan dikembangkan untuk:
a. menghubungkan kawasan perkotaan dengan bandar udara pusat
penyebaran skala pelayanan primer/sekunder/tersier dan pelabuhan
internasional/nasional; dan
b. mendukung aksesibilitas di kawasan perkotaan.
3. Pergerakan dengan jasa angkutan laut dilayani oleh pelabuhan Belawan.
Pelabuhan Belawan diarahkan sebagai pelabuhan internasional yang diarahkan
unutk melayani kegiatan dan alih muat petikemas angkutan laut nasional dan
internasional dalam jumlah besar dan jangkauan pelayanan sangat luas serta
berfungasi sebagai simpul jaringan transportasi nasional.

4. Pergerakan jasa angkutan udara saat ini masih dilayani oleh Bandara Polonia dan
akan dialihkan ke Bandara Kuala Namu denagn kedudukan sebagai pusat
penyebaran primer. Disebutkan bahwa pusat penyebaran primer idarahkan untuk
melayani penumpang dlaam jumlah besar dengan lingkup pelayanan nasional atau
beberapa propinsi dan berfungsi sebgai pintu utama untuk keluar negeri.

6.2.2 Kebijaksanaan Pembangunan Propinsi Sumatera Utara (RTRWP)

Kebijakan pengembangan tata ruang yang ditetapkan pada tingkat nasional dalam
RTRWN dan kemudian dipertimbangkan dalam RTRW Propinsi Sumatera Utara
meliputi:

a. Menetapkan Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional;

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-4


b. Menetapkan Pematang Siantar, Rantau Prapat, Kisaran dan Sibolga sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW);

c. Menetapkan kawasan andalan sekitar PKW untuk pengembangan sektor unggulan;

d. Menetapkan kawasan perkotaan Medan–Binjai–Deli Serdang-Karo (Mebidangro)


sebagai kawasan tertentu yang mempunyai nilai strategis untuk diprioritaskan
pengembangannya dalam konstelasi Indonesia – Malaysia – Thailand Growth
Triangle (IMT-GT) (Gambar 6.1)

e. Menetapkan Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhn utama sekunder, Pelabuhan


Sibolga dan Kuala Tanjung sebagai pelabuhan pengumpul regional, serta
Pelabuhan Gunung Sitoli dan Teluk Nibung sebagai pelabuhan pengumpan lokal.

f. Bandar Udara Polonia Medan diarahkan sebagai pusat penyebaran primer.

Gambar 6.1 Konstelasi Indonesia – Malaysia – Thailand Growth Triangle (IMT-GT)

Kota Medan dalam arahan struktur ruang Rencana Tata Ruang Propinsi termasuk
dalam hirarki pusat pelayanan primer, yaitu pusat yang melayani wilayah Propinsi
Sumatera Utara, wilayah Sumatera bagian utara dan wilayah nasional/internasional
yang lebih luas.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-5


Pengembangan Kota Medan sekitarnya sebagai pusat pelayanan primer ’A” diarahkan
sebagai pusat aktivitas sekunder dan tersier bagi Propinsi Sumatera Utara dengan
fungsi utama:
 Pusat pemerintahan provinsi;
 Pusat perdangan dan jasa regional;
 Pusat distribusi dan kolektor barang dan jasa regional;
 Pusat pelayanan jasa pariwisata;
 Pusat transportasi darat, laut, dan udara regional;
 Pendidikan tinggi;
 Industri.

6.2.3 Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan Mebidangro

6.2.3.1 Visi dan Misi


Visi Rencana Tata Ruang Metropolitan Mebidangro adalah mewujudkan Kawasan
Metropolitan Mebidang sebagai pusat perekonomian nasional dan internasional,
permukiman yang nyaman, didukung infrastruktur yang terpadu serta yang
berwawasan lingkungan.

Adapun misi Rencana Tata Ruang Metropolitan Mebidangro adalah:


1. Mewujudkan perekonomian yang tangguh dan dinamis, tidak hanya menjadi pusat
perekonomian di Indonesia bagian barat tetapi juga dalam konstelasi IMT-GT
(Indonesia Malaysia Thailand-growth triangle).
2. Mewujudkan Metropolitan Mebidang sebagai pusat pelayanan tidak hanya bagi
kawasan metropolitan dan Provinsi Sumatera Utara, tetapi juga bagi wilayah Pulau
Sumatera.
3. Menjadikan Metropolitan Mebidang sebagai simpul pergerakan regional, nasional
dan internasional.
4. Mewujudkan prasarana dan sarana perkotaan yang terintegrasi, handal dan
berwawasan lingkungan.
5. Mewujudkan Kawasan Metropolitan Mebidang yang aman, nyaman, tertib dan
religius melalui pembangunan perkotaan yang berkeadilan.
6. Mewujudkan masyarakat kota yang berilmu pengetahuan, menguasai teknologi,
beriman, bertaqwa serta mandiri.

6.2.3.2 Kerangka Dasar Pembangunan dan Struktur Pemanfaatan Ruang


Prediksi jumlah penduduk di Metropolitan Mebidang dibuat selain berdasarkan trend
pertumbuhan, juga mempertimbangkan aspek-aspek penting lainnya yang akan

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-6


mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran penduduk. Adapun aspek-aspek
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Rencana pengembangan beberapa Kota Satelit baru di Kabupaten Deli Serdang;
2. Rencana Pengembangan Transit Oriented Development (TOD) di Kawasan
Metropolitan Mebidangro, baik di Kota Medan, Binjai dan Deli Serdang. Pada TOD
ini akan dikembangkan kegiatan-kegiatan perkotaan seperti pusat perdagangan
dan jasa, perumahan dengan intensitas tinggi, dan berbagai fasilitas sosial;
3. Rencana pembangunan prasarana transportasi skala regional dan internasional,
seperti rencana pembangunan Bandara Udara Kuala Namu di Deli Serdang,
pengembangan Pelabuhan Belawan, dan rencana pembangunan jalan tol;
4. Potensi pengembangan (ketersediaan lahan) untuk pengembangan perkotaan di
Kota Medan sudah terbatas;
5. Potensi pengembangan (ketersediaan lahan) untuk pengembangan perkotaan di
Deli Serdang masih cukup besar;
6. Potensi pengembangan (ketersediaan lahan) untuk pengembangan perkotaan di
Kota Binjai masih memungkin walaupun tidak sebesar di Deli Serdang;
7. Rencana pengembangan kampus USU II di selatan Kota Medan (Kecamatan Pancur
Batu dan Namo Rambe, Deli Serdang);
8. Pengembangan Kawasan Industri Star di Tanjung Morawa.

Adapun pembagian fungsi berdasarkan pendekatan kota inti dan kota satelit, adalah
sebagai berikut:
A. Fungsi kota inti : Kota Medan
Fungsi dan peran Kota Medan dalam Metropolitan Mebidangro adalah:
 Pusat perdagangan dan jasa skala regional, nasional dan internasional;
 Pusat kawasan industri (polusi ringan);
 Pusat simpul pergerakan;
 Pusat pendidikan;
 Pusat permukiman perkotaan.
 Wilayah pelayanan : Kecamatan Sunggal saja

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-7


Gambar 6.2 Rencana Arahan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Mebidangro

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-8


B. Fungsi dan peran Kota-Kota Satelit
1. Binjai
 Pusat perdagangan dan jasa
 Pusat kawasan industri
 Pusat agrobisnis
 Pusat permukiman
 Wilayah pelayanan seluruh wilayah kecamatan Kota Binjai yaitu: Kec. Binjai
Timur, Kec. Binjai Barat, Kec. Binjai Utara dan Kec. Binjai Selatan
2. Sunggal
 Kawasan industri
 Pusat permukiman
 Wilayah pelayanan: Kecamatan Sunggal saja.

3. Lubuk Pakam
 Pusat perdagangan dan jasa
 Pusat pemerintahan Kab. Deli Serdang
 Pusat permukiman
 Wilayah pelayanan : meliputi Kec. Lubuk Pakam dan Pagar Merbau.
4. Tanjung Morawa
 Kawasan industri
 Pusat perdagangan dan jasa
 Pusat permukiman
 Wilayah pelayanan : Kec. Tanjung Morawa dan Kec. Patumbak
5. Batang Kuis
 Pusat perdagangan dan jasa (TOD)
 Pusat permukiman
 Wilayah pelayanan: Kec. Batang Kuis
6. Percut Sei Tuan
 Pusat pengolahan perikanan
 Pusat permukiman
 Wilayah pelayanan : Kec. Percut Sei Tuan
7. Pancur Batu
 Pusat perdagangan
 Pusat pariwisata
 Pusat distribusi pertanian (pasar induk sayuran regional)
 Pusat permukiman
 Wilayah pelayanan : Kec. Namo Rambe, Kec. Deli Tua adan Kec. Pancur Batu.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-9


8. Kuala Namu dan Pantai Labu
 Waterfront City
 Pusat pariwisata bahari
 Simpul pergerakan (Bandara Udara Kuala Namu)
 Pusat jasa pergudangan
 Wilayah pelayanan : Kecamatan Pantai Labu dan Beringin.
9. Hamparan Perak
 Pusat distribusi hasil pertanian
 Kawasan industri pengolahan hasil perkebunan
 Pusat perdagangan dan jasa
 Pusat permukiman
 Wilayah pelayanan: Kec. Hamparan Perak dan Kecamatan Labuhan Deli.

6.2.3.3 Pengembangan Kawasan


Untuk mendorong minat investor lokal dan asing, pemerintah kota Medan telah
menyediakan kawasan khusus sebagai lokasi industri sesuai dengan kebijakan tata
ruang dan peruntukannya serta pembagian wilayah pengembangan ekonomi kota
Medan. Di kota Medan telah disediakan kawasan industri yaitu Kawasan Industri
Medan (KIM), Perkampungan Industri Keci (PIK) dan Kawasan Industri Baru (KIB).

A. Kawasan Industri Medan (KIM)


Kawasan Industri Medan memiliki fasilitas yang lebih lengkap disbanding ke 2 (dua)
kawasan industri ini termasuk dalam WPP B yang memiliki luas 514 Ha. Letak
kawasan ini sangat strategis karana dekat dengan Pelabuhan Laut Belawan, Bandara
Polonia, dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan pintu gerbang tol di Mabar
dan Tanjung Mulia di kelurahan Mabar, kecamatan Medan Deli. Manajemen KIM telah
menyediakan berbagai fasilitas untuk kebutuan perusahaan industri seperti listrik, air,
telepon, gas alam, oxygen/nitrogen, unit pengolahan limbah dan lain sebagainya.
Manajemen KIM juga siap membantu utuk mendapatkan izin usaha dengan biaya dan
waktu yang telah distandarisasi, sederhana dan cepat. Masih luasnya lahan kosong di
KIM dengan harga tanah yang relative murah uga diharapkan dapat mendorong
investor lokal dan asing.

B. Perkampungan Usaha Kecil (PIK)


Dalam menghadapi krisis ekonomi di tahun 1998 yang lalu, ternyata usaha kecil dan
menengah UKM memiliki daya tahan yang lebih kuat dibandingkan dengan
perusahaan besar. Kebijakan pengembangan sector industri yang ditempuh

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-10


pemerintah kota Medan juga mencakup pengembangan sub sector industri kecil dan
menengah.

Salah satu strategi yang ditempuh pemerintah kota Medan adalah menyediakan lokasi
khusus industri kecil dan menengah yang diberi nama Perkampungan Industri Kecil
(PIK) yang terletak di kelurahan Medan tenggara, Kecamatan Medan Denai dengan
luas 14.495 m2.

Manajemen PIK juga yang menyediakan lahan yang harganya relatif erjangkau dan
berbagai fasilitas produksi dan prasarana lainnya yang dibutuhkan seperti halnya KIM,
manajemen PIK juga dapat memberikan bantuan untuk mendapatkan mitra usaha,
permodalan, pelatihan kewirausahaan, manajemen produksi, keuangan dan lain
sebagainya. Dengan berbagai jenis bantuan yang diberikan manajemn PIK diharapkan
dapat meningkatkan output dengan kualitas yang baik serta biaya produksi yang
relatif efisien sehingga memiliki daya saing baik dipasar lokal, domestik dan pasar
ekspor. Sampai saat ini, jumlah pengusaha kecil-menengah telah melakukan investasi
di lokasi ini dengan beragam jenis produk industri kecil yang telah dihasilkan.

C. Kawasan Industri Baru (KIB)

Guna mengantisipasi kebutuhan lokasi industri yang lebih besar di masa yang akan
datang, memasuki era perdagangan bebas, dan perkembangan industri yang ada
serta semakin besarnya kontribusi sektor tertier dalam pembentukan PDRB,
Pemerintah Kota Medan mengambil kebijakan untuk menyediakan kawasan yang
disebut Kawasan Industri Baru (KIB). Kawasan ini berlokasi di Kecamatan Medan
Labuhan dengan luas650 Ha dan dapat diperluas sesuai dengan peruntukkan tanah
menjadi 1345 Ha. Seperti halnya KIM dan PIK, di Kawasan Industri baru ini juga
tersedia berbagai fasilitas dan prasarana yang dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhnnya. KIB berbeda dengan KIM dan PIK, karena KIB termasuk kawasan
berikat (bounded area) sehingga kebutuhan perijinan yang diperlukan dalam satu atap
(one stop service) dan diselenggarakan oleh manajemen KIB secara langsung.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan


pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom (Khususnya pasal 2 (3)
point 5 f. kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi tinggal hanya tahap pengaturan
kawasan berikat, sedangkan bidang perizinan kewenangannya telah diserahkan
kepada pemerintah daerah. Kawasan ini masih relatif baru, namun diharapkan dapat
tumbuh dan berkembang di masa datang.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-11


6.2.3.4 Arahan Pusat Kegiatan Transit Oriented Development (TOD)
Adapun jenis kegiatan di masing-masing Transit Oriented Development (TOD) adalah
sebagai berikut:
1. Belawan (Kecamatan Labuhan Deli dan Kecamatan Medan Belawan) : Pelabuhan
penumpang (TOD), pelabuhan laut petikemas internasional, kawasan industri,
pergudangan dan ekspedisi, Export Processing Zone (EPZ) dan pusat pemukiman;
2. Labuhan (Kecamatan Medan Marelan): pusat perdagangan Pekan Labuhan (TOD),
pusat pelayanan kawasan industri, kawasan industri high technology (KE), pusat
pemukiman industri, perlindungan kawasan dan bangunan bersejarah, water front
city, dan theme park;
3. Kampung Besar (Kecamatan Medan Labuhan): pusat pemukiman (TOD);
4. Titi Papan: psuat perdagangan (TOD) dan pusat pemukiman;
5. Mabar (Kawasan Industri Medan), Kecamatan Medan Deli: pusat perdagangan
(TOD), pusat kawasan industri (KIM 1, KIM 2 dan KIM 3) , pusat pemerintah
(provinsi dan Kota Medan) dan pusat pemukiman;
6. Pulo Brayan (Medan Perjuangan): pusat perdagangan (TOD), regional hub (kereta
api, jalan lingkar dan jalan tol) dan pusat pemukiman;
7. Medan Pusat: pusat perdagangan dan jasa, Air Port City Check In (TOD) dan pusat
pemukiman;
8. Medan Polonia (CBD Polonia): pusat perdagangan dan jasa skala internasional
(TOD), hub transpor regional (kereta api dan jalan tol) dan pusat pemukiman
9. Simalingkar: pusat pemukiman/Perumnas Simalingkar (TOD);
10. Kwala Bekala: pusat pendidikan tinggi (TOD) dan pusat rekreasi (kebun binatang);
11. Pancur Batu: pusat perdagangan, pusat pemukiman dan pusat distribusi hasil
pertanian;
12. Johor: pusat pemukiman;
13. Deli Tua: pusat perdagangan dan pusat pemukiman;
14. Medan Pasar (Medan Denai): pusat perdagangan (TOD) dan pusat pemukiman;
15. Kebun Pisang (Kec. Medan Denai): pusat pemukiman/Perumnas Mandala (TOD);
16. Bandar Kalipah/Tembung (Kec. Medan Tembung): pusat pemukiman/Perumnas
(TOD);
17. Batang Kuis: pusat perdangan dan jasa (TOD) dan pusat pemukiman;
18. Aras Kabu (Pagar Merbau dan Pantai Labu): Bandara Kuala Namu (TOD) dan pusat
pergudangan dan ekspedisi;
19. Lubuk Pakam: pusat perdagangan dan jasa (TOD), pusat pemerintahan Kabupaten
Deli Serdang dan pusat pemuliman;
20. Galang: pusat pemukiman (TOD);
21. Sei Sikambing: pusat perdagangan dan jasa dan pusat pemukiman;

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-12


22. Medan Sunggal: pusat perdagangan dan jasa dan pusat pemukiman;
23. Diski: kawasan industri, pusat perdagangan dan jasa dan pemukiman;
24. Binjai: pusat perdagangan dan jasa, pusat kawasan industri, pusat agrobisnis dan
pusat pemukiman;
25. Tanjung Morawa: kawasan industri, pusat perdagangan dan jasa dan pusat
pemukiman;
26. Amplas: pusat perdagangan dan jasa dan pusat pemukiman;
27. Sunggal: kawasan industri dan pusat pemukiman.

6.2.3.5 Rencana Sistem Jaringan Transportasi


Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi meliputi pengembangan jaringan
transportasi darat, laut dan udara. Secara umum rencana tersebut dapat dilihat pada
Gambar 6.3 berikut.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-13


Gambar 6.3 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Mebidangro

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-14


1) Pengembangan Transportasi Jalan
Karakteristik lalu lintas di Kota Medan di dominasi oleh kegiatan pemerintahan,
perdagangan, jasa dan pendidikan dengan pola pergerakan utama berorientasi ke
pusat kota di pagi hari dan sebaliknya di sore hari. Kemacetan lalu lintas yang tinggi
terjadi terutama pada jam kerja yang melibatkan kenderaan pribadi secara dominan
(mobil dan sepeda motor). Dalam konteks ini maka keadaan transportasi jalan yang
diharapkan adalah:
1. Perlunya kebijakan yang mengatur kepemilikan dan menata penggunaan
kenderaan pribadi, terutama sepeda motor;
2. Perlunya pendekatan yang proaktif dalam mengedepankan keselamatan
berlalulintas dan penegakan hukum secara konsisten dan transparan;
3. Perlunya penataan angkutan umum (armada, rute, jaringan pelayanan, tingkat
jasa dan hirarki pelayanan moda) untuk mendorong penggunaan angkutan umum.
4. Dikembangkan penggunaan moda angkutan massal;
5. Perlunya dibangun jaringan jalan lintas untuk angkutan barang yang akan
melewati Kota Medan ataupun menuju ke Pelabuhan Belawan;
6. Perlunya dibangun kawasan khusus untuk angkutan barang sebagai pusat transfer
dari angkutan berat ke angkutan sedang yang hendak menuju pusat Kota Medan;
7. Peningkatan panjang jaringan jalan dengan mengembangkan konsep jalan lingkar;
8. Peningkatan kondisi jalan untuk meningkatkan aksesibilitas dan mendukung
tumbuhnya BWK;
9. Perlunya pembangunan jalan tidak sebidang (jalan dengan jalan, jalan dengan rel
kereta api);
10. Penataan lalu lintas dari dan ke terminal sehingga pelayanan dapat optimum;
11. Peningkatan kinerja pelayanan terminal angkutan umum baik dari sisi fasilitas,
kenyamanan, keamanan dan informasi sehingga terminal dapat berperan
sebagaimana mestinya;
12. Perlunya dikembangkan bus pemadu moda yang memfasilitasi kemudahan
pergerakan antara:
 Pelabuhan Belawan dengan pusat kota/terminal atau moda lainnya.
 Bandara udara dengan pusat kota/terminal atau moda lainnya.
 Stasiun kereta api dengan pusat kota/terminal atau moda lainnya.

A. Jaringan Jalan

Jaringan jalan dikembangkan dengan perencananan pembangunan jalan baru antara


lain:
(1) Rencana pembangunan Jalan Tol : Jalan Tol Medan – Binjai, Jalan Tol Medan–
Batang Kuis – Kuala Namo – Lubuk Pakam dan Jalan Tol CBD Polonia – Patumbak;

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-15


(2) Rencana pembangunan Jalan Outer Ring Road : Tanjung Morawa - Pancur Batu –
Sunggal - Hamparan Perak - Perbatasan Langkat;
(3) Rencana peningkatan jalan Inner Ring Road Kota Medan (Medan Timur-Medan
Tembung - Medan Denai - Medan Amplas - Medan Johor - Medan Tuntungan -
Medan Selayang - Medan Sunggal - Medan Helvetia);
(4) Rencana pembangunan jalan Inner Ring Road : Jalan Inner Ring Road Medan
Timur – Medan Marelan dan Jalan Inner Ring Road Medan Marelan – Labuhan Deli
(Export Prossesing Zone).

B. Moda Angkutan Jalan

Pengembangan moda angkutan jalan diarahkan terutama untuk melayani pergerakan


penumpang (termasuk komuter). Hal ini dilakukan melalui penyediaan moda angkutan
perkotaan, baik dalam bentuk bus kota maupun minibus, dengan trayek yang
disesuaikan pola pergerakan masyarakat saat ini.

C. Terminal

Sebagai titik pengumpul pergerakan, terutama pergerakan penumpang,


dikembangkan fasilitas terminal. Pengembangan terminal diarahkan pada
pemanfaatan secara optimal terminal-terminal yang sudah ada saat ini.

2) Pengembangan Jaringan Rel KA


Penggunaan kereta api sebagai moda transportasi masih belum optimal dan masih
dapat dikembangkan lagi. Hal ini dikarenakan jaringan rel eksisting baik yang masih
aktif maupun tidak relatif luas jangkauannya. Untuk itu diharapkan:
1. Dilakukannya revitalisasi jaringan rel kereta api dengan memperhatikan kelayakan
dan persaingan moda;
2. Meningkatkan fasilitas stasiun, gerbong, informasi dan tingkat pelayanan kereta
api untuk mendorong penggunaan kereta api sebagai angkutan penumpang dan
barang;
3. Peningkatan fasilitas keselamatan pada jaringan rel yang sebidang dengan jalan;
4. Mengembangkan konsep kereta api sebagai salah satu moda angkutan massal
yang berbasis rel pada jaringan internal kota;
5. Pengembangan konsep multimoda yaitu melakukan integrasi jaringan prasarana
dan teknologi operasi moda kereta api dan moda lainnya untuk angkutan barang
dan penumpang;

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-16


A. Jaringan Rel

KA merupakan alternatif moda angkutan yang diunggulkan untuk dikembangkan bagi


para komuter di Kawasan Metropolitan Mebidang. Kondisi pelayanan saat ini yang
masih terbatas, menyebabkan pelayanan masih belum optimal dan terpadu. Untuk itu,
direncanakan pengembangan jaringan rel KA baik membangun double track atau
jaringan kereta api layang untuk meningkatkan kapasitas angkut penumpang komuter
Medan – Binjai – Deli Serdang. Melihat penggunaan lahan di Kota Medan pada saat ini,
maka pengembangan jaringan kereta api rel KA yang memungkinkan di Medan adalah
jaringan kereta api layang, sedangkan di Binjai dan Deli Serdang masih
memungkinkan pembangunan double track.

B. Stasiun KA

Stasiun KA yang ada saat ini sudah cukup tersebar di kawasan penting Metropolitan
Mebidang. Untuk mendukung pengembangan konsep Transit Oriented Development
(TOD) maka diperlukan pembangunan stasiun kereta api baru, yaitu di lokasi sebagai
berikut Stasiun Medan Polonia (CBD Polonia), Stasiun Simalingkar, Stasiun Kuala
Bekala, dan Stasiun Johor.

C. Moda Angkutan KA

Pengembangan moda angkutan KA diarahkan pada peningkatan kapasitas KA dan


waktu operasi KA, mengingat saat ini KA yang ada masih beroperasi hanya 1 kali per
hari dengan kapasitas terbatas. Kapasitas gerbong dan frekuensi operasi KA perlu
ditingkatkan secara besar-besaran. Hal ini karena moda angkutan KA merupakan
moda angkutan komuter yang dapat diharapkan dapat mengatasi masalah
transportasi Metropolitan Mebidang.

3) Pengembangan Transportasi Laut

A. Pelabuhan Laut
Pengembangan pelabuhan laut yang diarahkan pada:
a) Pengembangan Pelabuhan Belawan sebagai Pelabuhan Utama dan Internasional
untuk melayani kegiatan ekspor dan impor berbagai komoditas dari wilayah
Sumatera Bagian Utara.
b) Pembangunan fasilitas-fasilitas penunjangnya dengan skala internasional.
c) Rencana Pengembangan Pelabuhan Belawan dan sekitarnya harus dapat
mengantisipasi Trend Transhipment Port dalam pola perdagangan, sehingga peran
Pelabuhan Belawan dapat dipertahankan dan ditingkatkan dalam skala nasional
maupun internasional.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-17


d) Adanya sistem transportasi antarmoda yang terintegrasi antara angkutan laut
dengan moda lainnya, termasuk penyediaan moda angkutan jalan raya dan kereta
api.

B. Moda Angkutan Laut

Pelabuhan Belawan merupakan salah satu pelabuhan strategis dan diposisikan sebagai
pelabuhan internasional. Dengan posisi ini keberadaan Pelabuhan Belawan secara
langsung atau tidak langsung memberi dampak pada pertumbuhan kawasan
sekitarnya sebagai kawasan industri, pergudangan, center of bussiness district (CBD)
serta pemukiman yang mendukung kegiatan indusri. Setidaknya di kawasan
Pelabauhan Belawan dan sekitarnya terdapat dua pusat industri yaitu Kawasan
Industri Lamhotma di Belawan (KIB) dan Kawasan Industri Medan (KIM) di Mabar.
Adapu jenis industri yang berkembang adalah industri baja, rotan, meubel, cold
storage, makanan-minuman, kimia, yang bahan bakunya dari daerah hinterland
(Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Langkat, Karo dan Kecamatan lain di
daerah Mebidang) serta Kawasan Industri Medan Star di Tanjung Morawa

Disamping itu dengan melihat rencara struktur tata ruang yang memposisikan
kawasan Utara Medan sebagai pusat pengembangan primer maka keadaan
transportasi yang diharapkan adalah:
1. Peningkatan jaringan sarana jalan dan prasarana rel kereta api yang melayani
angkutan penumpang dan barang sehingga ke terminal;
2. Pengembangan konsep multimoda untuk mendukung pertumbuhan kawasan
pengembangan primer;
3. Pengembangan konsep jaringan logistik;
4. Perlunya dilakukan sinkronisasi dan saling mendukung dalam menyusun rencana
tata ruang Kota Medan, pengembangan Pelabuhan Belawan dan kebijakan
transportasi.

Transportasi laut di Kawasan Metropolitan Mebidang saat ini ditujukan untuk melayani
pergerakan penumpang dan barang, terutama untuk kepentingan ekspor dan impor.
Dengan demikian, pengembangan moda angkutan laut diarahkan pada peningkatan
pelayanan terhadap angkutan barang dengan orientasi ekspor-impor.

Hal ini penting karena wilayah pelayanan pelabuhan Belawan, baik impor maupun
ekspor cukup luas. Adanya rencana pengembangan Pelabuhan Belawan untuk
melayani peningkatan permintaan angkutan barang, maka perlu diupayakan
peningkatan jumlah angkutan barang untuk mengakomodasi demand yang ada.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-18


Kemudian, seiring dengan rencana pembangunan terminal CPO di Pelabuhan Belawan,
maka perlu diupayakan penyediaan sarana/moda transportasi laut khusus untuk
angkutan sawit/CPO.

4) Pengembangan Transportasi Udara


Pengembangan Bandara Udara Baru Kuala Namu telah disepakati akan dibangun
secara bertahap mulai sejak tahun 2007. Fungsi Bandara Udara Polonia secara
bertahap akan dialihkan ke Bandara Udara Kuala Namu. Arahan pengembangan
transportasi udara akan lebih diarahkan pada pengembangan infrastruktur dan
fasilitas penunjangnya, seperti :
 Pembangunan Bandara Udara Kuala Namu memiliki panjang lintasan pacu, luas
terminal, dll, yang sesuai dengan skala bandara udara internasional;
 Rencana pembangunan Bandara Udara Kuala Namu terintegrasi dengan wilayah di
sekitarnya. Selain dilengkapi pergudangan, Bandara Udara Kuala Namu juga
dilengkapi dengan fasilitas perdagangan, jasa dan wisata (perhotelan dan tempat
wisata);
 Pembangunan Bandara Udara Kuala Namu harus mengantisipasi terjadinya banjir
baik di bandara maupun wilayah sekitarnya (lokasi bandara udara berpotensi
banjir) yaitu dengan pembangunan folder-folder penampung air, teknikal
pembangunan memperhatikan aspek hidrologi dan dilengkapi drainase yang baik;
 Pengembangan moda angkutan jalan dari dan ke Bandar Udara Kuala Namu,
sebagai bentuk integrasi antarmoda angkutan.

6.3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MEDAN (RTRW KOTA MEDAN
2011-2031)
6.3.1 Strategi Pengembangan Kota

Dalam menyusun konsep dan kebijakan tata ruang kota, digunakan pendekatan
strategi pengembangan Kota Medan sebagai berikut:
1. Core Strategy (Strategi Utama) yaitu komitmen serta kesungguhan untuk
mewujudkan perkembangan kawasan Medan Utara;
2. Consequency Strategy (Strategi Konsekwensi) yaitu konsekwensi dari strategi
utama yang beroreitnasi pada pengembangan kawasan Medan Utara, maka perlu
dilakukan pembangunan sistem sarana dan prasarana oleh pemerintah kota di
kawasan Medan Utara yang kemudian diikuti oleh pengembangan kemitraan
dengan swasta;
3. Custumer Strategy (Strategi Pelanggan) yaitu pembangunan kawasan Medan
Utara dilakukan dengan berorientasi pada pelanggan yang dalam hal ini dapat
dilakukan dengan melaksankan kebijakan pemberian intensif pada sisis fisik,

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-19


hukum, sosial dan ekonomi guna menarik para pelanggan (stakeholder) untuk
berinvestasi di kawasan Medan Utara;
4. Control Strategy (Strategi Pengendalian) yaitu kebijakan pengendalian aglomerasi
dan eksploitasi di kawasan Medan selatan yang dalam hal ini dapat dilakukan
dengan melaksanakan kebijakan disintensif terhadap pembangunan di kawasan
Medan Selatan;
5. Culture Strategy (Strategi Kebudayaan) yaitu penggunaan strategi kebudayaan
untuk merubah dan menciptakan perilaku (mind set) masyarakat dalam
menggunakan dan dan memanfaatkan ruang publik (public facility);
6. Sinergy Strategy (Strategi Sinergis) yaitu melakukan kerjasama secara sinergis
baik antar wilayah (administratif) Kota Medan dengan wilayah sekitarnya
(Mebidangro), maupun kerjasama persektor yang terkait.

6.3.2 Rencana Struktur Tata Ruang Kota

6.3.2.1 Pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK)


Untuk mendukung struktur ruang yang direncanakan, wilayah Kota Medan dibagi
menjadi 9 (sembilan) Bagian Wilayah Kota (BWK) dan 2 (dua) pusat primer. Selain itu
untuk mengantisipasi perkembangan Kota Medan diarahkan adanya perluasan kota.
Adapun pembagian tersebut sebagai berikut: (Gambar 6.4)
1. BWK Belawan terdiri dari Kecamatan Medan Belawan;
2. BWK Medan Labuhan terdiri dari Kecamatan Medan Labuhan;
3. BWK Medan Marelan terdiri dari Kecamatan Medan Marelan;
4. BWK Medan Perjuangan terdiri dari Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan
Tembung;
5. BWK Medan Area terdiri dari Kecamatan Medan Area, Medan Kota, Kecamatan
Medan Denai, dan Kecamatan Medan Amplas;
6. BWK Medan Polonia terdiri dari Kecamatan Medan Polonia dan Medan Maimun;
7. BWK Medan Helvetia terdiri dari Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan
Petisah, dan Kecamatan Medan Sunggal;
8. BWK Medan Selayang terdiri dari Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan
Baru, Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor;
9. BWK Medan Timur terdiri dari Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Timur dan
Kecamatan Medan Barat.

6.3.2.2 Sistem Pusat Pelayanan

Sistem pusat pelayanan Kota Medan direncanakan terdiri atas 1 (satu) pusat primer di
CBD Polonia yang merangkap sebagai pusat primer dan 8 (delapan) pusat sekunder
(di Kota Medan).

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-20


Dikembangkannya 2 pusat primer akan mengubah dari satu pusat (monosentrik)
menjadi dua pusat (duosentrik) (Gambar 6.5). Selain itu adanya perluasan kota,
diharapkan bentuk Kota Medan semakin kompak dan memudahkan sistem pelayanan
kota.

Adanya dua pusat ini dimaksudkan untuk lebih mendorong perkembangan kota bagian
selatan dan utara dapat lebih merata. Pengembangan pusat primer utara juga
merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi terhadap inti
pusat Kota Medan.

Pengembangan pusat-pusat sekunder pada tiap bagian wilayah kota (BWK) berfungsi
sebagai penyangga dua pusat primer dan meratakan pelayanan pada skala bagian
kota. Penyebaran pusat sekunder juga dimaksudkan untuk mendukung keserasian
perkembangan kegiatan pembangunan antar wilayah bagian wilayah kota.

Secara geografis pusat primer baru akan terletak pada wilayah Medan Utara, namun
tetap bersineri/berkaitan dengan pusat dan sub pusat yang telah ada. Pusat baru akan
berperan sebagai penunjang eksistensi kota yang telah ada/berkembang, karenanya
harus didukung oleh sistem transportasi yang handal untk mebilitas ulang-alik antara
pusat baru dengan pusat lama. Adapaun rencana letak geografis pusat primer dan
pusat sekunder adalah sebagai berikut:
1. Pusat Primer Utara : antara Kecamatan Labuhan dan Marelan
2. Pusat Primer CBD Polonia: Kecamatan Medan Polonia
3. Pusat Sekunder Medan Marelan: Kecamatan Medan Marelan
4. Pusat Sekunder Medan Labuhan: Kecamatan Medan Labuhan
5. Pusat Sekunder Medan Timur: Kecamatan Medan Timur
6. Pusat Sekunder Medan Perjuangan: Kecamatan Medan Tembung
7. Pusat Sekunder Medan Helvetia: Kecamatan Medan Helvetia
8. Pusat Sekudner Medan Selayang: Kecamatan Medan Tuntungan
9. Pusat Sekunder Medan Area: Kecamatan Medan Area
10. Pusat Sekunder Belawan: Kecamatan Belawan

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-21


U

Gambar 6.4 Pembagian BWK (Bagian Wilayah Kota)

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-22


Gambar 6.5 Rencna Struktur Pelayanan Kota

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-23


6.3.2.3 Struktur Kegiatan Fungsional
Struktur kegiatan fungsional Kota Medan dibagi menjadi kegiatan primer yang melayani
wilayah lebih luas dari Kota Medan, dan kegiatan sekunder yang melayani internal Kota
Medan.
1. Kegiatan Primer meliputi:
 Pelabuhan
 Industri dan pusat perdagangan terpadu
 Pariwisata
 Pusat Pemerintahan Provisni Sumatera Utara dan sekitarnya
 Kompleks pertahanan dan keamanan Kodam
 Kompleks industri
 CBD Polonia yang diarahkan sebagai pusat kegiatan komersial internasional
 Stasiun kereta api
 Terminal terpadu Polonia
 Kebun Binatang di Simalingkar di Medan Tuntungan
 Kawasan komersial di inti pusat kota
 Kawasan perdagangan grosis/kulakan diarahkan di sekitar Kecamatan Medan
Selayang
 Universitas
 Rumah Sakit tipe A
 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
2. Kegiatan Sekunder meliputi:
 Kantor-kantor Pemerintahan Kota Medan dan Kantor Dinas-dinas yang ada di Kota
Medan
 Pusat komersial berupa pasar, mall dan pertokoan
 Rumah sakit, puskemas dan poliklinik
 Kawasan komersial dan perdagangan eceran di beberapa ruas jalan utama kota
 Kawasan pendidikan tinggi, SMA, SMP
 Jasa (keuangan, bank, asurasni, konsultan, kontraktor dan travel biro)
 Pariwisata dan rekreasi

6.3.3 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

Rencana pola pemanfaatan ruang meliputi rencana pola pemanfaatan kawasan lindung,
rencana pola pemanfaatan kawasan budidaya, rencana pengembangan sistem
transportasi, rencana pengembangan prasarana dan sarana kota serta rencana daya
tampung dan daya dukung lingkungan.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-24


Berikut adalah penjelasan singkat beberapa pola pemanfaatan ruang.
1) Perumahan
Diperkirakan pada tahun 2006 Kota Medan masiha kekurangan jumlah rumah sebesar
88.564 rumah. Hal ini terjadi karena berdasarkan jumlah penduduk maka kebutuhan
rumah total adalah sebesar 403,470 rumah, sementara jumlah rumah yang ada pada
tahun 2006 berjumlah 314,906 rumah. Diperkirakan setiap tahun permintaan akan
rumah akan semakin besar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Dengan luas
wilayah terbatas, maka pengembangan perumahan akan cenderung intensif di tengah
koat dan makin ekstensif ke wilayah luar kota Medan.

Pengembangan baru ke wilayah Medan Utara akan dilakukan new development yaitu
pembangunan baru lengkap dengan ketersediaan sarana dan prasarananya dengan
konsep pengembangan pusat pertumbuhan baru. Pengembangan kawasan Medan utara
dapat dilakukan dengan konsep lingkungan siap bangun (LISIBA) dan kawasan siap
bangun (KASIBA).

2) Pemerintahan
Rencana pusat pemerintahan di Kota Medan di arahkan di kawasan Tanjungmulia yaitu di
sekitar simpang susun jalan tol. Pada kawasan ini terdapat lahan kosongsekitar 100 Ha
yang cocok untuk dikembangkan pada tingkat propinsi meliputi DPRD Sumut, kantor
Gubernur, gedung pengadilan serta kantor instansi lainnya dan pusat pemerintahan
tingkat kota yang meliputi kompleks DPRD, kantor Walikota dan instansi tingkat kota
lainnya.

3) Perdagangan
A. Pasar
Rencana pemanfaatan ruagn untuk pasar terdiri dari pasar regional dan pasar
lokal. Pasar regional diarahkan di pinggiran kota Medan sedangkan pasar-pasar
lokal diarahkan pada pusat kegiatan sekunder pada setiap WBK. Unutk pasar ini
bisa berupa pasar modern (Shopping mall) ataupun pasar tradisional namun
dengan penataan dan pengaturan yang ketat. Rencana tersebut meliputi:
 Perubahan fungsi Pusat Pasar Sambu menjadi pasar lokal, sementara untuk
pasar regional perlu dibangun di daerah selayang
 Redevelopment pasar yang ada
 Pengaturan dan penataan pasar yang masih sesuai dengan peruntukan di
seluruh kecamatan
 Relokasi pasar lingkungan kelurahan/kecamatan yang sudah tidak sesuai
dengan peruntukannya.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-25


B. Pusat Perbelanjaan/Pertokoan
Rencana pusat perbelanjaan dan pertokoan diarahkan di pusat BWK dan di pusat
primer. Untuk pusat perbelanjaan skala bagian wilayah kota diarahkan di pusat
primer, sementara untuk skala pelayanan internasional di arahkan di pusat primer
Utara dan untuk skala pelayanan nasional dan regional diarahkan di CBD Polonia.

4) Rencana CBD Polonia


Kawasan eks Bandara Polonia seluas 590 Ha merupakan kawasan bernilai jual tinggi
karena lokasinya yang berada di pusat kota. Karenanya kawasan ini sesuai bila
dikembangkan sebagai pusat kegiatan komersial ataupun perumahan kelas menengah ke
atas dengan kepadatan tinggi. Disamping itu, kawasan ini juga berfungsi sebagai paru-
paru Kota Medan, mengingat semakin padatnya kawasan pembangunan di pusat kota
dan kurannya fasilitas taman dan rekreasi dalam kota.
5) Rencana Pengembangan Wilayah Medan Utara
Kawasan Medan Utara idntik dengan image yang buruk, sehingga untuk
mengembangkan kawasn ini perlu didukung dengan kegiatan yang menarik. Adpaun
kegiatan yang diusulkan untuk dikembangkan antara lain:
 Taman hiburan (theme park) Water Front City;
 Pengembangan pelabuhan Belawan;
 Kawasan industri;
 Kawasan Ekonomi khusus (KEK).

Gambar 6.6 Rencana Pengembangan Wilayah Medan Utara

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-26


Pusat primer yang dicadangkan berlokasi di Jalan Yos Sudarso berbatasan dengan
Kecamatam Medan Marelan dan Medan Labuhan. Pemilihan lokasi ini karena letaknnya
yang strategis yaitu berada di Jalan Yos Sudarso yang merupakan ruas jalan arteri
primer.

6) Industri dan Pergudangan


Kegiatan industri yang ada saat ini di Kota Medan adalah kawasan industri sekitar
pelabuhan Belawan (Lamhotma) dan area industri di KIM di daerah Medan Deli. Adapun
konsep pengembagnan industri di Kota Medan adalah:
 Industri high tech yang meliputi industri komputer, multimedia, penerbitan dan
percetakan, perusahaan jasa lainnya yang menggunakan teknologi menengah dan
tinggi serta pergudangan terpadu di alokasikan di Medan Utara.
 Industri padat karya di Selatan Medan
 Industri yang tidak berwawasan lingkungan dan menimbulkan dampak terhadap
lalulintas dan jaringanjalan harus keluar dari Kota Medan secara bertahap
 Industri yang tidak berwawasan lingkungan diarahkan untuk menjadi industri
berwawasan lingkungan atau dialihkan menjadi kegiatan jasa
 KEK akan menempati area di Kecamatan Medan Belawan dengan kegiatan utama
berupa industri dan perdagangan berorientasi ekspor.

6.3.4 Rencana Sistem Transportasi

6.3.4.1 Konsep Pengembangan Transportasi Multimoda


Untuk menghubungkan struktur ruang di Kota Medan digunakan pendekatan sistem
transportasi multimoda saat ini sangat perlu dilakukan mengingat sudah semakin
padatnya arus lalu lintas terutama di jalan. Perangkutan yang sangat efisien sangat
diperlukan dan disesuaikan dengan karakteristik pergerakan yang ada. Kesesuaian
perangkutan akan mengarah kepada efisiensi dan efektifitas perangkutan yang
berkelanjutan seperti terlihat pada Gambar 6.7.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-27


Gambar 6.7 Rencana Pengembangan Angkutan Multimoda

Konsep jaringan multimoda adalah konsep transportasi menggunakan lebih dari satu
moda dalam mendistibusi pergerakan demand atau permintaan perjalanan yang ada
menuju suatu daerah tertentu untuk tujuan efisiensi.

Konsep pengembangan transportasi Medan tidak terlepas dari wilayah yang lebih luas
yaitu Mebidang, sehingga konsep pengembangan transportasi yang diusulkan ada dua,
pertama konsep pengembangan transportasi massal komuter Mebidang dengan moda
kereta api. Dalam hal ini jenis angkutan massal yang melayani pusat kota (lingkar kota
Medan) merupakan suatu pilihan terbuka yang perlu kajian lanjut dalam penetapannya,
apakah bus lane, busway, monorail, LRT atau heavy rail.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-28


Kemacetan lalu lintas adalah permasalahan transportasi yang tidak akan pernah lepas
dari setiap daerah perkotaan seperti dikota medan. Solusi yang sangat tepat untuk
mengurangi kemacetan yang semakin rumit maka diperlukan Rencana pengembangan
Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM). Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal
(SAUM) yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar, yang beroperasi
secara cepat, nyaman, aman, terjadwal dan berfrekuensi tinggi pada koridor-koridor
utama (jalur primer) berbasis rel atau jalan raya. Dalam hal ini angkot diarahkan sebagai
angkutan pengumpan (feeder) untuk moda angkutan dengan hirarki yang lebih tinggi
diteruskan kepada jalur primer (trunk route) yang dilayani oleh Kereta Api.

Sebagai sarana transportasi masa depan, SAUM haruslah memiliki keunggulan-


keunggulan antara lain :
1.Kemampuan daya angkut besar
2.Kecepatan yang tinggi
3.Keamanan terjamin
4.Kenyamanan yang memadai
5.Biaya perjalanan terjangkau
6.Aksesibilitas tinggi
7.Ramah lingkungan

Untuk memenuhi persyaratan itu, maka SAUM harus merupakan sistem transportasi baru
yang tidak terikat dengan jaringan jalan raya yang telah ada, dan alternatif terbaik
adalah sarana kereta api yang khusus melayani kebutuhan masyarakat di kawasan
perkotaan. Adapun penempatan jaringan rel dari kereta api ini dapat dipilih dari tiga
alternatif mulai dari yang termurah hingga termahal, yaitu di permukaan tanah (trem),
diatas tanah (kereta layang/sky train), maupun bawah tanah (kereta bawah
tanah/subway).

Pengembangan sistem angkutan umum massal direncanakan untuk menghubungkan


sistem pusat primer – Pusat primer, primer dan sekunder, serta sekunter antar
sekunder. Serta dikawasan CBD Polonia. Adapun pengembangan terminal angkutan
umum massal di Kota Medan meliputi:
a. Terminal Amplas, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan
Amplas;
b. Terminal Pinang Baris, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan
Sunggal;
c. Terminal Belawan, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan
Belawan;

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-29


d. Terminal Agribisnis, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan
Medan Tuntungan;
e. Teminal Terpadu, Tipe B, ditetapkan di CBD Polonia; dan
f. Terminal Sambu, Tipe C, ditetapkan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan
Timur.
Adapun jalur angkutan masal yang akan dikembangkan :
a. jalur Feeder (mini bus): Titi Kuning– Aksara – Brayan – Mabar – Titi Papan –
Labuhan – Belawan;
b. jalur Bus Rapid Transit : Pinang Baris – Guru Patimpus (koridor 1), Brigjend
Katamso – Kol. Yos Sudarso (koridor 2), Amplas – Titi Kuning – Gaperta – Brayan
– Titi Papan – Mandala (koridor 3);

6.3.4.2 Pengembangan Peran Moda Unggulan


Jaringan transportasi di Kota Medan saat ini masih terpaku pada dominasi satu moda
saja. Kebijakan transportasi yang dianut, dimana full motorization merupakan sistem
yang dianut negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, seperti industri
pendukung, yaitu industri otomotif dan pendukungnya yang kuat.

Syarat kondisi kebijakan full motorization adalah tercukupinya rasio antara kendaraan
bermotor dan sarana jalan. Di Kota Medan ternyata kondisi tersebut tidak dapat
diakomodasi, jumlah kendaraan bermotor meningkat terus sesuai dengan pertumbuhan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tetapi pertumbuhan prasarana
jalan cenderung lambat termasuk pertumbuhan prasarana infrastuktur lainnya. Kondisi
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan tidak diimbangi oleh peningkatan
prasarana jalan membuat kondisi lalu lintas di ruas-ruas jalan di Kota Medan sudah
jenuh. Penambahan sedikit saja jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan jumlah
antrian dan mengakibatkan peningkatan biaya transportasi lebih tinggi dari kondisi biasa.
Kondisi prasarana jalan yang buruk mengakibatkan meningkatnya biaya operasi
kendaraan dalam jumlah yang signifikan. Seluruh kondisi tersebut membuat adanya
inefisiensi transportasi.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-30


Gambar 6.8 Rencana Pengembangan Angkutan Massal

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-31


Inefisiensi transportasi tidak hanya membuat tingginya biaya transportasi tetapi
membuat tingginya biaya produksi barang. Transportasi adalah salah satu komponen
dari biaya produksi barang dimana item biaya transportasi termasuk dalam biaya
distribusi barang produksi. Kondisi ini mengakibatkan inefisiensi secara makro sehingga
menambah beban masyarakat Kota Medan dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam
beberapa tulisan ahli-ahli transportasi kemacetan dan antrian akan mengakibatkan
inefisiensi jaringan akibat bertambahnya waktu tempuh sistem jaringan yang
mengakibatkan semakin rendahnya nilai waktu dalam sistem, berkurangnya kecepatan
sistem yang mempengaruhi biaya operasi kendaraan sistem dan menambah polusi serta
pemborosan energi.

Kontribusi jalan sebagai backbone transportasi nasional harus segera dikurangi,


kontribusi angkutan massal harus sesegera mungkin diterapkan, untuk jarak jauh moda
KA merupakan alternatif dalam pengembangan jaringan transportasi. Inefisiensi
transportasi membuat share terhadap moda yang lain harus segera dilaksanakan dan
sistem multimoda dan intermoda transportasi merupakan salah satu solusi yang dapat
memecahkan permasalahan transportasi Kota Medan.

6.3.4.3 Rencana Pengembangan Transportasi Massal


Rencana pengembangan transportasi massal terdiri dari dua macam, yaitu transportasi
kereta api untuk menjalankan komuter dan yang melayani pergerakan sekitar pusat
kota. Adapun rencana pengembangan transportasi massal adalah sebagai berikut:

1. Pemantapan stasiun kereta api ke arah Binjai yang ada yang meliputi stasiun KA ke
arah Binjai seperti Stasiun Seikambing, Sunggal, Diski dan Binjai;
2. Pemantapan stasiun ke arah Belawan yang meliputi Stasiun Pulau Brayan, Mabar,
Titipapan, Kampungbesar, Labuhan, Belawan;
3. Pengembangan stasiun kereta api ke arah Bandara yang meliputi Stasiun Medan
Pasar, Kebunpisang, Bandarkalipah, Batangkuis, Serdang, Araskapu, dan
Lubukpakam;
4. Terkait dengan pengembangan CBD Polonia, maka perlu dikembangkan stasiun
terpadu dan pengembangan stasiun-stasiun ke arah selatan;
5. Meningkatkan keamanan perlintasan kereta api dengan lalu lintas moda lain melalui
perbaikan dan pemeliharaan pintu perlintasan atau mengupayakan pembangunan
perlintasan tidak sebidang. Pembangunan perlintasan tidak sebidang (fly over/under
pass) di beberapa perlintasan KA untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan
kecelakaan;
6. Untuk kawasan pusat kota dapat diusulkan jenis transportasi massal dapat
menggunakan monorail, busway atau trem dan perlu studi lanjut.
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-32
6.3.4.4 Rencana Pengembangan Transportasi Jalan
Pada dasarnya rencana pengembangan jalan meliputi 4 (empat) hal yang berkaitan
dengan fungsi dan hirarki jalan, kapasitas jalan, pengembangan jalan alternatif dan
ketersediaan fasilitas parkir. Berkaitan dengan 4 (empat) hal tersebut diatas, maka
rencana pengembangan transportasi jalan adalah sebagai berikut:

1. Penataan hirarki jalan seperti diuraikan sebagai berikut:


1. Penetapan jalan arteri primer sebagai poros utara selatan dan jalan lingkar luar,
yaitu Jl.Yos Sudarso, Jl.Asrama, Jl. Kapt.Sumarsono, Jl.Helvetia By Pas,
Jl.Pertahanan, Jl.Cemara, Jl.Ngumban Surbakti, dan Jl.A.H. Nasution;
2. Penetapan jalan arteri sekunder sebagai jalan lingkar dalam yaitu Jl.Amir
Hamzah, Jl.Kapt.Muslim, Jl.Sunggal, Jl.Setiabudi, Jl.Dr.Mansyur, tembus ke CBD
Polonia,menembus ke Jl.Brigjen Katamso dan Jl.Sisimanggaraja;
3. Penetapan jalan kolektor sekunder meliputi Jl.Jamin Ginting, Jl.S.Parman, dan
Jl.Sudirman;
2. Memelihara fungsi jaringan jalan primer dengan membatasi jalan akses lokal dan
pengendalian pemanfaatan ruang di sepanjang jaringan jalan;
3. Untuk mendukung hirarki jalan perlu pembangunan jaringan jalan baru untuk
meningkatkan kapasitas jaringan jalan;
4. Pembangunan simpang tidak sebidang pada titik-titik persimpangan yang
menghubungkan antar jalan arteri (primer dan sekunder) maupun jalan antara jalan
arteri (primer dan sekunder) dengan jalan kolektor (primer dan sekunder) seperti
Simpang Amplas, Jamin Ginting, Pondok Kelapa, Aksara, dan Pinang Baris;
5. Mengembangkan jalan-jalan penghubung yang diprioritaskan, yaitu jalan arteri
sekunder yang menembus Jl.Dr.Mansyur ke CBD Polonia;
6. Melengkapi rambu-rambu dan marka jalan pada ruas jalan kota dalam rangka
meningkatkan keamanan dan ketertiban lalu lintas;
7. Membangun jalan-jalan tembus sebagai alternatif untuk melengkapi hirarki jalan;
8. Membatasi lalu lintas angkutan barang yang masuk ke dalam kota;
9. Melarang lalu lintas angkutan berat masuk ke dalam kota;
10. Penetapan disinsentif berupa biaya dampak pembangunan bagi kegiatan-kegiatan
yang menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum, seperti kemacetan,
kebisingan, keselamatan, keindahan, bau, dan gangguan lain;
11. Penyediaan lahan dan atau gedung parkir di pusat-pusat kegiatan;
12. Menghilangkan secara bertahap kegiatan parkir di badan jalan khususnya kawasan-
kawasan yang rawan macet.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-33


6.3.4.5 Rencana Pengembangan Angkutan Umum
Pengembangan angkutan umum yang direncanakan untuk mendukung pengembangan
transportasi multimoda, sehingga angkutan umum berfungsi sebagai feeder terhadap
moda lainnya. Sistem angkutan umum yang dikembangkan sedapat mungkin memiliki
frekuensi pelayanan yang tinggi, sehingga yang dikembangkan adalah halte-halte.
Pengembangan sistem terminal terpadu di CBD Polonia yang terintegrasi dengan stasiun
kereta api dan terminal-terminal kelas A yang telah ada seperti Terminal Amplas,
Terminal Belawan, Terminal Pinang Baris dan Terminal W.Iskandar.

Penataan rute angkutan umum dalam rangka meningkatkan distribusi pelayanan serta
efisiensi penggunaan jalan adalah sebagai berikut:
1. Memisahkan antara moda angkutan dalam kota dan luar kota;
2. Pengembangan sistem angkutan umum massal (SAUM) yang dapat mengangkut
penumpang dalam jumlah besar, beroperasi secara cepat, nyaman, aman, terjadwal,
dan berfrekuensi tinggi pada koridor-koridor utama (jalur primer) berbasis rel atau
jalan raya. Dalam hal ini angkot diarahkan sebagai angkutan pengumpan (feeder)
untuk moda angkutan dengan hirarki yang lebih tinggi diteruskan kepada jalur-jalur
primer (trunk route) yang dilayani oleh kereta api;
3. Pengembangan terminal untuk melayani pergerakan regional dengan membangun
terminal terpadu di CBD Polonia;
4. Pengembangan terminal angkutan barang terpadu di Belawan yang dilengkapi
dengan pergudangan, perkantoran, pool kendaraan dan terpadu dengan angkutan
lanjutannya yaitu kereta api;
5. Penataan pelayanan angkutan paratransit yang berkualitas dan terpadu dengan
pelayanan angkutan umum lain. Angkutan paratransit ini merupakan angkutan umum
yang tidak mempunyai lintasan dan waktu pelayanan tetap. Termasuk dalam
angkutan paratransit adalah taksi, becak, ojek. Sebagai kota jasa, maka kriteria
minimum kelengkapan dan pelayanan minimum bagi seluruh angkutan umum kota
Medan harus mengikuti ketentuan yang berlaku.

6.4 RENCANA INDUK PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN

6.4.1 Arahan Pengembangan

Perencanaan arah pengembangan jaringan jalan nasional sebagai bagian dari sistem
transportasi harus dilakukan dengan baik dan komprehensif. Yang dimaksud dengan
pengembangan jaringan disini adalah pengembangan jaringan prasarana maupun
jaringan pelayanan. Untuk itu perencaaan arah pengembangan harus dilakukan dengan

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-34


sistematis. Untuk mencapai hal itu, beberapa hal yang harus menjadi acuan bagi
pengembangan jaringan jalan di Kota Metrpolitan Medan antara lain,
 Mendukung perkembangan dan pengembangan wilayah;
 Mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan industri;
 Menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah;
 Menstilumasi kawasan kurang berkembang;
 Integrasi antar sub wilayah dengan seluruh wilayah secara terpadu.

6.4.2 Tahapan Pengembangan

Pada umumnya, pengembangan sistem jaringan jalan di Indonesia, khususnya pada


wlayah yang sedang berkembang diarahkan kepada tiga tahapan pengembangan yang
dinantinya disesuaikan dengan jangka waktu pengembangan yaitu jangka pendek,
menengah dan panjang. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Jaringan Jalan
Nasional di Kota Metropolitan Medan in juga diarahkan untuk mengikuti pola
pengembangan tersebut dengan penyesuaian pada karakteristik wilayah Metropolitan
Medan yang spesifik.

Secara umum, tahapan pengembangan tersebut memiliki strategsi yang berbeda


sebagaimana dijabarkan sebagai berikut,

1. Tahap 1 : Tahap Pemulihan dan Pemantapan Kinerja Jaringan Jalan


a. Strategi disusun dalam rangka untuk menjaga kondisi jaringan prasarana dan jaringan
pelayanan jalan nasional transportasi di Kota Metropolitan Medan agar tidak turun
kualitas dan kuantitasnya, serta memulihkan kinerja pelayanan jaringan jalan sampai
dengan tingkat yang memadai;
b. Fokus kebijakan diarahkan untuk menjaga kondisi jaringan prasarana dan jaringan
pelayanan jaringan jalan yang ada saat ini dan sangat vital bagi pengembagan wilayah
dan pertumbuhan ekonomi perkotaan;
c. Kegiatan utama adalah untuk optimalisasi fungsi dari sistem jaringan jalan yang ada,
khususnya kegiatan pemeliharaan prasarana jalan (preservasi jalan) serta
pengembalian jalan agar berfungsi sesuai fungsinya;
d. Kegiatan pembangunan difokuskan pada peningkatan kapasitas jalan (pelebaran),
penanganan persimpangan (pembangunan FO/UP), dan pembangunan jalan baru
berupa jalan lingkar dan tol.
Program penanganan pada tahap 1 ini merupakan fokus pengembangan jaringan jalan
nasional pada jangka pendek (2016-2020).

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-35


2. Tahap 2 : Tahap Pengembangan Kinerja Jaringan Jalan
a. Strategi disusun dalam rangka untuk secara bertahap memantapkan kinerja
pelayanan prasarana dan pelayanan jaringan jalan di Kota Metropolitan Medan untuk
dapat mengimbangi perubahan pola dan besar permintaan perjalanan orang dan
barang sesuai dengan rencana pengembangan wilayah yang ada;
b. Fokus kebijakan diarahkan untuk menghasilkan struktur dasar dari jaringan
prasarana jalan sebagai pembentuk dan pengakomodasi tata ruang;
c. Kegiatan utama adalah melakukan pengembangan prasarana dan pelayanan
jaringan jalan yang diprioritaskan untuk mewujudkan dukungan terhadap rencana
tata ruang wilayah, terutama untuk:
- Mengakomodasi kebutuhan pergerakan (orang dan barang): menghubungkan
pusat-pusat pertumbuhan, pusat permukiman, dan kawasan industri;
- Menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
d. Kegiatan pembangunan difokuskan pada peningkatan kapasitas jalan (pelebaran),
penanganan persimpangan (pembangunan FO/UP), dan pembangunan jalan baru
(lingkar).
Program penanganan dan pengembangan jaringan pada tahap 2 ini merupakan fokus
pengembangan jaringan jalan nasional pada jangka menengah (2020-2025).

3. Tahap 3 : Tahap Optimalisasi Jaringan Jalan


a. Strategi disusun dalam rangka untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas
pelayanan jaringan jalan nasional di Kota Metropolitan Medan sebagai prasarana
utama untuk mendukung pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi
perkotaan dalam meningkatkan daya saing wilayah di masa datang dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan;
b. Fokus kebijakan diarahkan untuk melakukan pengembangan fungsi, ekspansi
kapasitas, dan peningkatan tingkat pelayanan pada prasarana dan pelayanan
jaringan jalan di Kota Metropolitan Medan sehingga tercipta sistem transportasi
multimoda untuk angkutan barang dan orang yang efisien dan berdaya saing, efektif
dan merata, serta ramah lingkungan;
c. Kegiatan utamanya adalah menjaga rencana pengembangan yang telah di bangun
tetap dalam kualitas baik dan berkapasitas tinggi untuk mendukung mobilitas orang
dan barang, terutama untuk menyempurnakan hubungan antar wilayah dalam Kota
Metropolitan Medan dan dengan wilayah eksternal dalam mendukung perkembangan
wilayah, perekonomian dan industri yang handal.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-36


Program pengembangan jaringan pada tahap 3 ini merupakan fokus pengembangan
jaringan jalan nasional pada jangka menengah dan panjang.

6.5 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN

6.5.1 Dasar Pengembangan Jaringan Jalan

Pada dasarnya rencana pengembangan transportasi jalan meliputi empat hal yaitu
berkaitan dengan:
1) fungsi dan hirarki jalan,
2) kapasitas jalan,
3) pengembangan jaringan jalan dan
4) tingkat pelayanan jalan.

Berkaitan dengan empat hal tersebut, maka rencana pengembangan jaringan jalan di
Kota Metropolitan Medan adalah sebagai berikut :
1. Penataan hirarki jalan yang sesuai dengan rencana pengembangan wilayah dan
tata ruang (tata guna lahan);
2. Memelihara fungsi jaringan jalan primer dengan membatasi jalan akses lokal dan
pengendalian pemanfaatan ruang di sepanjang jaringan jalan;
3. Meningkatkan fungsi jaringan jalan yang sudah ada dan pembangunan jaringan
jalan baru untuk peningkatan kapasitas jaringan jalan.
4. Mengembangkan jalan-jalan penghubung yang diprioritaskan, yaitu: dibukanya
lintas utara-selatan dan barat-timur.
5. Mengembangkan jalan bebas hambatan dalam kota yang layak ditinjau dari
pertimbangan teknis, pembiayaan, ekonomi kota dan pemerintah kota,
lingkungan, hukum, politik, dan sosial;
6. Mengembangkan jalan bebas hambatan dalam kota yang menguntungkan adalah
memberikan keuntungan bagi investor, pemerintah kota, masyarakat pemakai,
dan masyarakat yang terkena dampak pembangunan jalan tersebut;
7. Melengkapi rambu dan marka jalan pada seluruh ruas jalan kota dalam rangka
meningkatkan keamanan dan ketertiban lalu lintas;
8. Pelaksanaan rekayasa lalu lintas yang terintegrasi dengan sistem pelayanan
jaringan jalan dan mengoptimalkan seluruh kapasitas jaringan jalan yang ada.

6.5.2 Penanganan Jaringan Jalan

Program penanganan jaringan jalan yang dikaji dalam rencana induk ini merupakan
program pemeliharaan jaringan jalan (road network preservation program). Program
penanganan jaringan jalan yang difokuskan pada jaringan jalan nasional eksisting
termasuk juga jalan non status dan rencana jalan kota yang akan diusulkan untuk
Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-37
perubahan fungsi. Penanganan jaringan jalan eksisting dilakukan atas dasar kondisi jalan
eksisting serta prediksi kondisi jaringan jalan dimasa datang dengan beban lalu lintas
yang harus dilayani.

Penetapan penanganan jaringan jalan secara bertahap dalam jangka pendek dijabarkan
dalam program penanganan pertahun pada masing-masing ruas jalan. Program
penanganan ini dijabarkan pada Tabel 6.1.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-38


Tabel 6.1 Program Rencana Penanganan dan Pembangunan Jalan Tahun 2016-2035

Rekomendasi Penanganan
No NOMOR RUAS Nama Ruas
2016 2017 2018 2019 2020 2025 2035
JALAN EKSISTING
1 003 11 K JLN. ZAENAL ARIFIN (STABAT) preventive preventive preventive preventive preventive preventive Preventive
2 004 BTS. KOTA STABAT - BTS. KOTA BINJAI preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
3 004 11 K JLN. JENDERAL SUDIRMAN preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
4 004 12 K JLN. AMIR HAMZAH (BINJAI) preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
5 005 JLN. LINGKAR LUAR BINJAI rutin kondisi preventive rehabilitasi minor
minor minor minor minor
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
6 006 BTS. KOTA BINJAI - BTS. KOTA MEDAN preventive preventive preventive preventive
minor minor minor
7 006 11 K JLN. SOEKARNO-HATTA (BINJAI) preventive preventive rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi preventive rehabilitasi minor
8 006 12 K JLN. BINJAI RAYA (MEDAN) preventive preventive rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi preventive preventive
BTS. KOTA MEDAN - BTS. KOTA LUBUK
9 007 preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
PAKAM
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
10 007 11 K JLN. INDUSTRI (MEDAN) rutin kondisi preventive rehabilitasi minor
minor minor minor minor
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
11 007 12 K JLN. NGUMBAN SURBAKTI (MEDAN) rutin kondisi preventive rehabilitasi minor
minor minor minor minor
rehabilitasi rehabilitasi
12 007 13 K JLN. A.H. NASUTION (JLN. TRITURA/JLN. KA rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi preventive preventive
minor minor
13 007 14 K JLN. SISINGAMANGARAJA (MEDAN) preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
rehabilitasi rehabilitasi
14 007 15 K JLN. MEDAN (LUBUK PAKAM) rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rehabilitasi minor
minor minor
BTS. KOTA MEDAN - TEMBUNG - LUBUK
15 008 rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi
PAKAM
16 008 11 K JLN. PERTAHANAN/JLN. CEMARA (MEDAN) preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
17 008 12 K JLN. KOLONEL BEJO (MEDAN) rutin kondisi rutin kondisi preventive preventive preventive preventive preventive
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
18 008 13 K JLN. PANCING (MEDAN) rutin kondisi preventive
minor minor minor minor minor
rehabilitasi
19 008 14 K JLN. KRAKATAU preventive rutin kondisi preventive preventive preventive rehabilitasi minor
minor
20 008 15 K JLN. LETDA SUJONO (MEDAN) rutin rutin rutin rutin rutin rutin rutin
rehabilitasi
21 009 MEDAN - BELAWAN (MEDAN) preventive preventive preventive preventive preventive preventive
minor
rehabilitasi rehabilitasi
22 009 11 K JLN. ASRAMA (MEDAN) preventive preventive preventive preventive rehabilitasi minor
minor minor
23 009 12 K JLN. KAPTEN SUMARSONO (MEDAN) preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-39


Rekomendasi Penanganan
No NOMOR RUAS Nama Ruas
2016 2017 2018 2019 2020 2025 2035
JALAN EKSISTING
24 009 13 K JLN. HELVETIA (MEDAN) preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
25 009 14 K JLN. PERTEMPURAN (MEDAN) preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
26 009 15 K JLN. YOS SUDARSO (MEDAN) preventive preventive preventive preventive preventive preventive preventive
27 009 16 K JALAN AKSES TOLL MEDAN BELAWAN preventive preventive preventive preventive preventive preventive rehabilitasi minor
28 010 11 K JLN. SIANTAR (LUBUK PAKAM) preventive preventive preventive preventive preventive preventive rehabilitasi minor
29 052 BTS. KOTA MEDAN - BTS. KAB. TANAH KARO preventive preventive preventive preventive preventive preventive rehabilitasi minor
rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi rehabilitasi
30 052 11 K JLN. YAMIN GINTING (MEDAN) preventive rehabilitasi minor
minor minor minor minor minor
31 053 BTS. DELI SERDANG - SP.UJUNG rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi preventive rehabilitasi minor
rehabilitasi
32 087 SP. KAYU BESAR - KUALA NAMU preventive rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rutin kondisi rehabilitasi minor
minor
RENCANA
33 Lingkar Selatan pembangunan pembangunan
34 Lingkar Barat Selatan pembangunan
35 Lingkar Barat Utara pembangunan
36 Lingkar Luar Utara pembangunan pembangunan
37 Lingkar Pantai Utara pembangunan
38 Tol Medan - Binjai pembangunan pembangunan
39 Tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi pembangunan pembangunan
40 Underpass Katamso pembangunan
41 FO Gatsu pembangunan
42 FO Pinang Baris
43 FO Sentis pembangunan
44 FO Kayu Besar pembangunan
45 FP Batang Kuis (perlintasan KA) pembangunan
Tanjung Morawa - Brastagi
46 pembangunan
(alternatif Medan – Brastagi)
Analisis Konsultan, 2015

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-40


-Tahun Anggaran 2015-

6.5.3 Pemenuhan Persyaratan Teknis Jalan

Pemenuhan persyaratan teknis jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan


jalan arteri primer yang meliputi persyaratan mengenai lebar jalan, pemenuhan
kecepatan, pemenuhan pembatasan akses keluar masuk dan sebagainya. Pemenuhan
persyaratan teknis jalan ini dilakukan dalam jangka pendek yang dilakukan secara
bertahap.

Penjabaran program pemenuhan persyaratan teknis jalan yang meliputi idealisasi


hierarki fungsi jalan, penyesuaian tipe jalan, dan penanganan ganggunan samping
guna meningkatkan kecepatan pada masing-masing ruas jalan dijabarkan pada Tabel
6.2.

6.5.4 Pengembangan Jaringan Jaringan

Pengembangan jaringan jalan yang dikaji dalam rencana induk ini difokuskan pada
pengembangan jaringan jalan berupa program pengembangan jalan (road network
expansion program) yang meliputi pembangunan jaringan jalan baru sebagai jalan
nasional di wilayah Kota Metropolitan Medan. Pembangunan jalan baru yang dianalisis
juga meliputi peningkatan jalan eksisting yang akan dibangun menjadi jalan nasional.

Pengembangan jaringan jalan nasional di Kota Metropolitan Medan yang direncanakan


dalam rencana induk pengembangan jaringan jalan merupakan hasil kompilasi dari
berbagai rencana pengembangan jaringan jalan baik pada skala nasional/pusat
maupun pada skala lokal (provinsi dan kota/kabupaten). Analisis pada hasil kompilasi
rencana pengembangan jaringan jalan tersebut dilakukan atas dua parameter dasar
yaitu 1). Kesesuaian dengan rencana tata ruang (nasional, provinsi maupun
kota/kabupaten) dan 2). Optimasi kinerja jaringan jalan.

Setiap rencana pengembangan jaringan jalan dikaji dengan melihat kesesuaian


dengan rencana tata ruang dan dianalisis kesesuaian tahapan pembagunannya.
Dengan alat bantu pemodelan lalu lintas, setiap rencana dioptimalkan jangka waktu
implementasinya guna mendapatkan kinerja jaringan jalan yang optimal.

Hasil analisis rencana pengembangan jaringan jalan di Kota Metropolitan Medan yang
dimasukkan sebagai bagian dari Rencana Induk Pengembangan Jaringan Jalan
Nasional tersebut dijabarkan pada Tabel 6.4.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-41


-Tahun Anggaran 2015-

Tabel 6.2 Penanganan Jaringan Jalan Eksisting Berdasarkan Status dan Kelas Jalan
Tahun Kelas Jalan
No Kode Baru Nama Ruas Kapasitas
2016 2017 2018 2019 2020 2025 2035 Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

1 003 11 K JLN. ZAENAL ARIFIN (STABAT) 6.859 AP AP AP AP AP AP AP IIIA IIIA IIIA


2 004 BTS. KOTA STABAT - BTS. KOTA BINJAI 2.758 AP AP AP AP AP AP AP IIIA IIIA IIIA
3 004 11 K JLN. JENDERAL SUDIRMAN 6.860 AP AP AP AP AP AP AP IIIA IIIA IIIA
4 004 12 K JLN. AMIR HAMZAH (BINJAI) 6.840 AP AP AP AP AP AP AP IIIA IIIA IIIA
5 005 JLN. LINGKAR LUAR BINJAI 7.151 AP AP AP AP AP AP AP I I I
6 006 BTS. KOTA BINJAI - BTS. KOTA MEDAN 6.515 AP AP AP AP AP AP AP I I I
7 006 11 K JLN. SOEKARNO-HATTA (BINJAI) 7.013 AP AP AP AP AP AP AP IIIA IIIA IIIA
8 006 12 K JLN. BINJAI RAYA (MEDAN) 7.222 AP AP AP AP AP AP AP I I I
9 007 BTS. KOTA MEDAN - BTS. KOTA LUBUK PAKAM 6.901 AP AP AP AP AP AP AP I I I
10 007 11 K JLN. INDUSTRI (MEDAN) 7.536 AP AP AP AP AS AS AS I IIIA IIIA
11 007 12 K JLN. NGUMBAN SURBAKTI (MEDAN) 7.533 AP AP AP AP AS AS AS I IIIA IIIA
12 007 13 K JLN. A.H. NASUTION (JLN. TRITURA/JLN. KA 8.123 AP AP AP AP AS AS AS IIIA IIIA IIIA
13 007 14 K JLN. SISINGAMANGARAJA (MEDAN) 6.938 AP AP AP AP AS AS AS IIIA IIIA IIIA
14 007 15 K JLN. MEDAN (LUBUK PAKAM) 7.131 AP AP AP AP AS AS AS IIIA IIIA IIIA
15 008 BTS. KOTA MEDAN - TEMBUNG - LUBUK PAKAM 9.715 AP AP AP AP AS AS AS IIIA IIIA IIIA
16 008 11 K JLN. PERTAHANAN/JLN. CEMARA (MEDAN) 6.890 AP AP AP AP AP AP AP IIIA IIIA IIIA
17 008 12 K JLN. KOLONEL BEJO (MEDAN) 2.850 AP AP AP AP AP AP AP IIIA IIIA IIIA
18 008 13 K JLN. PANCING (MEDAN) 6.807 AP AP AP AP AP AP AP IIIA IIIA IIIA
19 008 14 K JLN. KRAKATAU 6.807 AP AP AP AP AP AP AP IIIA IIIA IIIA
20 008 15 K JLN. LETDA SUJONO (MEDAN) 9.715 AP AP AP AP AP AS AS IIIA IIIA IIIA
21 009 MEDAN - BELAWAN (MEDAN) 3.628 AP AP AP AP AP AP AP I I I
22 009 11 K JLN. ASRAMA (MEDAN) 7.308 AP AP AP AP AP AP AP I I I
23 009 12 K JLN. KAPTEN SUMARSONO (MEDAN) 3.442 AP AP AP AP AP AP AP I I I
24 009 13 K JLN. HELVETIA (MEDAN) 3.234 AP AP AP AP AP AP AP I I I
25 009 14 K JLN. PERTEMPURAN (MEDAN) 7.041 AP AP AP AP AP AP AP I I I
26 009 15 K JLN. YOS SUDARSO (MEDAN) 3.568 AP AP AP AP AP AP AP I I I
27 009 16 K JALAN AKSES TOLL MEDAN BELAWAN 7.308 AP AP AP AP AP AP AP I I I
28 010 11 K JLN. SIANTAR (LUBUK PAKAM) 3.536 AP AP AP AP AP AP AP I I I
29 052 BTS. KOTA MEDAN - BTS. KAB. TANAH KARO 2.907 KP KP KP KP KP KP KP IIIA IIIA IIIA
30 052 11 K JLN. YAMIN GINTING (MEDAN) 3.044 KP KP KP KP KP KP KP IIIA IIIA IIIA
31 053 BTS. DELI SERDANG - SP.UJUNG 3.741 KP KP KP KP KP KP KP IIIA IIIA IIIA
32 087 SP. KAYU BESAR - KUALA NAMU 7.308 AP AP AP AP AP AP AP IIIA IIIA IIIA
33 Lingkar Selatan 3.800 AP AP AP I I I
34 Lingkar Barat Selatan 3.800 AP AP - I I
35 Lingkar Barat Utara 3.800 AP - I I
36 Lingkar Luar Utara 3.800 AP AP AP I I I
37 LIngkar Pantai Utara 3.800 AP - I I
38 Tol Medan - Binjai 5.744 Tol Tol Tol Tol Tol Tol I I I
39 Tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi 5.744 Tol Tol Tol Tol Tol Tol Tol I I I
40 Tanjung Morawa - Brastagi 3.800 AP AP - - II
Analisis Konsultan, 2015

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-42


-Tahun Anggaran 2015-

Tabel 6.3 Penanganan Jaringan Jalan Eksisting Berdasarkan Peningkatan Kapasitas

Panjang VCR Peningkatan Kapasitas


No NOMOR RUAS Nama Ruas Keterangan
(Km) 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035
1 003 11 K JLN. ZAENAL ARIFIN (STABAT) 1,300 0,48 0,48 0,50 0,51 0,52 - - 0,26 ok ok ok ok ok ok ok ok
BTS. KOTA STABAT - BTS.
2 004 10,000 0,82 0,57 0,59 0,60 0,62 - - 0,31 pelebaran ok ok ok pelebaran ok ok ok
KOTA BINJAI
3 004 11 K JLN. JENDERAL SUDIRMAN 2,800 0,34 0,34 0,36 0,36 0,37 - - 0,19 ok ok ok ok ok ok ok ok
4 004 12 K JLN. AMIR HAMZAH (BINJAI) 7,500 0,49 0,36 0,45 0,44 0,45 0,32 0,65 0,79 ok ok ok ok ok ok pelebaran pelebaran
5 005 JLN. LINGKAR LUAR BINJAI 7,980 0,24 0,25 0,42 0,43 0,45 0,46 0,95 0,85 ok ok ok ok ok ok pelebaran pelebaran
BTS. KOTA BINJAI - BTS. KOTA
6 006 8,020 1,31 1,37 0,70 0,64 0,66 0,87 1,40 1,83 pelebaran ok ok ok pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran lahan sudah maksimal
MEDAN
JLN. SOEKARNO-HATTA
7 006 11 K 4,630 1,01 1,04 0,84 0,90 0,95 1,16 1,56 1,52 pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran lahan sudah maksimal
(BINJAI)
8 006 12 K JLN. BINJAI RAYA (MEDAN) 2,580 1,34 1,43 0,64 0,63 0,61 0,86 1,53 1,88 pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran lahan sudah maksimal
BTS. KOTA MEDAN - BTS. KOTA
9 007 14,030 0,96 1,01 0,33 0,43 0,46 0,76 0,90 1,26 pelebaran pelebaran ok ok ok pelebaran pelebaran pelebaran lahan sudah maksimal
LUBUK PAKAM
10 007 11 K JLN. INDUSTRI (MEDAN) 5,160 0,42 0,45 0,50 0,48 0,51 0,84 1,35 1,18 ok ok ok ok ok pelebaran pelebaran pelebaran
JLN. NGUMBAN SURBAKTI
11 007 12 K 3,444 0,26 0,27 0,27 0,28 0,30 0,48 0,79 0,90 ok ok ok ok ok ok pelebaran pelebaran
(MEDAN)
JLN. A.H. NASUTION (JLN.
12 007 13 K 5,370 0,83 0,82 0,71 0,67 0,71 1,15 1,68 1,76 pelebaran ok ok ok pelebaran ok ok ok
TRITURA/JLN. KA
JLN. SISINGAMANGARAJA
13 007 14 K 4,980 0,47 0,50 0,59 0,56 0,57 0,90 1,52 1,43 ok ok ok ok ok pelebaran ok pelebaran
(MEDAN)
14 007 15 K JLN. MEDAN (LUBUK PAKAM) 3,040 1,40 1,50 0,79 0,70 0,72 1,14 1,01 1,66 pelebaran pelebaran ok ok ok ok pelebaran ok
BTS. KOTA MEDAN - TEMBUNG
15 008 23,000 0,41 0,30 0,22 0,23 0,21 0,39 0,89 1,16 ok ok ok ok ok ok pelebaran pelebaran
- LUBUK PAKAM
JLN. PERTAHANAN/JLN.
16 008 11 K 1,320 0,58 0,63 0,64 0,69 0,81 1,32 1,62 1,58 ok pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran
CEMARA (MEDAN)
17 008 12 K JLN. KOLONEL BEJO (MEDAN) 3,000 0,41 0,31 0,38 0,40 0,80 1,24 1,99 1,70 ok ok ok ok pelebaran ok pelebaran pelebaran
18 008 13 K JLN. PANCING (MEDAN) 3,370 0,27 0,26 0,32 0,34 0,45 0,76 1,45 1,42 ok ok ok ok ok pelebaran pelebaran pelebaran
19 008 14 K JLN. KRAKATAU 1,500 0,65 0,69 0,64 0,66 0,62 0,66 0,88 1,11 pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran lahan sudah maksimal
20 008 15 K JLN. LETDA SUJONO (MEDAN) 3,300 0,72 0,62 0,58 0,62 0,54 0,87 1,67 1,67 pelebaran ok ok pelebaran ok pelebaran pelebaran pelebaran
21 009 MEDAN - BELAWAN (MEDAN) 8,001 0,24 0,25 0,16 0,18 0,20 0,46 1,23 1,37 ok ok ok ok ok ok pelebaran pelebaran
22 009 11 K JLN. ASRAMA (MEDAN) 1,511 0,04 0,04 0,22 0,21 0,24 0,50 0,92 0,73 ok ok ok ok ok ok pelebaran pelebaran
JLN. KAPTEN SUMARSONO
23 009 12 K 4,950 0,64 0,54 0,65 0,66 0,80 1,19 1,51 1,45 pelebaran ok ok ok pelebaran ok pelebaran pelebaran
(MEDAN)
24 009 13 K JLN. HELVETIA (MEDAN) 0,950 0,69 0,80 0,66 0,61 0,81 1,21 1,56 1,49 pelebaran pelebaran pelebaran ok pelebaran pelebaran pelebaran pelebaran
25 009 14 K JLN. PERTEMPURAN (MEDAN) 0,584 0,38 0,41 0,38 0,39 0,48 0,72 0,98 1,11 ok ok ok ok ok pelebaran pelebaran pelebaran
26 009 15 K JLN. YOS SUDARSO (MEDAN) 11,478 0,60 0,64 0,76 0,84 0,93 1,77 2,43 2,26 ok pelebaran ok ok ok pelebaran ok ok
JALAN AKSES TOLL MEDAN
27 009 16 K 0,400 0,14 0,14 0,07 0,08 0,09 0,38 0,86 0,65 ok ok ok ok ok ok pelebaran pelebaran
BELAWAN
28 010 11 K JLN. SIANTAR (LUBUK PAKAM) 6,160 0,56 0,58 0,09 0,10 0,12 0,19 0,34 0,80 ok ok ok ok ok ok ok pelebaran
BTS. KOTA MEDAN - BTS. KAB.
29 052 37,670 0,34 0,45 0,47 0,49 0,56 1,12 0,99 1,06 ok ok ok ok ok pelebaran pelebaran pelebaran
TANAH KARO
30 052 11 K JLN. YAMIN GINTING (MEDAN) 8,680 0,59 0,63 0,73 0,57 0,62 0,90 1,38 1,36 ok pelebaran pelebaran ok pelebaran ok pelebaran pelebaran
BTS. DELI SERDANG -
31 053 12,700 0,24 0,40 0,60 0,53 0,63 1,33 2,25 1,54 ok ok pelebaran ok pelebaran ok pelebaran pelebaran
SP.UJUNG
SP. KAYU BESAR - KUALA
32 087 14,500 0,10 0,12 0,07 0,10 0,16 0,31 0,50 0,76 ok ok ok ok ok ok ok pelebaran
NAMU
Analisis Konsultan, 2015

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-43


-Tahun Anggaran 2015-

Tabel 6.4 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Nasional Kota Metropolitan Medan

Rencana Tahun
NO. RENCANA PENGEMBANGAN ISU STRATEGIS
Implementasi
Jaringan Jalan
Besarnya arus lalu lintasi di Ruas Jln. Medan - Jl. Sisingamangaraja hingga Jl. Industri
sehingga menimbulkan kemacetan pada ruas-ruas tersebut.
1. Lingkar Luar Selatan 2018-2019
Terhambatnya arus periwisata dari Kualanamu/lubuk pakam menuju Danau Toba
dikarenakn kondisi di atas.
Menindaklanjuti Rencna Lingkar Luar Selatan, dengan menyambungkan trase tersebu
2. Lingkar Luar Barat Selatan hingga Kota Binjai guna mnegurangi atau mengurai kemacetan yang terjadi di ruas Jl. 2020
Sisingamangaraja/ Jln. AH. Nasution
Adanya isu pengembangan kawasan terpadu di belawan, ruas ini dapat membantu
3. Lingkar Luar Barat Utara 2025
menghunbungkan dari Kota Binjai menuju Belawan.
Jalan alternatif menuju batang kuis – Lubuk Pakam dari Kota Medan untuk
4. Lingkar Luar Utara 2018-2019
menghindarkan dari padatnya arus lalu lintas di jaln Williem Iskandar/ Jl. Pancing.
Adanya isu pengembangan kawasan terpadu di belawan, ruas ini dapat membantu
5. Lingkar Pantai Utara 2025
menghubungkan dari Kabupaten Lubuk Pakam menuju Belawan.
Meningkatkan sektor perekonomian dan perdagangan kota yang terlewati trase yaitu
6. Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi 2016-2017
Kota Medan, Lubuk Pakam dan Tebing Tinggi.
Kondisi lalu lintas yang tinggi di ruas 006 dan 00612k terutama di pinang baris shingga
7. Tol Medan-Binjai 2017-2018
membutuhkan allternatif jalan lain utk menuju medan (tol Balmera)
Terdapatnya titik kemacetan yang sering terjadi di ruas Jln. Yamin Ginting –
8. Tanjung Morawa- Brastagi Tuntungan, sehingga perlu ada alternatif jalan untuk melalui ruas tersebut untuk 2025
menuju Brastagi dari medan
Simpang Tidak Sebidang (FO)
1. Underpass Katamso Antisipasi kemacetan lalu lintas pada konflik persimpangan 2016
Besarnya volume lalu lintas pada simpang Gatot Subtoto  antrian kendaraan yang
2. FO. Gatot Subroto 2017
cukup panjang di Jl. Industri, Jl. Binjai Raya, dan Jl. Asrama
Besarnya volume lalu lintas pada simpang Pinang Baris yang merupakan pusat
3. FO. Pinang Baris
kegiatan perdagangan
4. FO. Sentis Antisipasi kemacetan lalu lintas pada konflik persimpangan 2019
5. FO. Batang Kuis (Perlintasan KA) Aspek keselamatan jalan & kelancaran akses Bandara Kuala Namu 2019
Antisipasi kemacetan lalu lintas pada konflik persimpangan & kelancaran akses
6. FO. Kayu Besar 2019
Bandara Kuala Namu
Analisis Konsultan, 2015

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-44


-Tahun Anggaran 2015-

6.5.5 Tahapan Pengembangan Jaringan Jalan

Berdasarkan pada penjabaran program penanganan dan pengembangan jaringan jalan


di Kota Metropolitan Medan yang dijabarkan diatas serta mempertimbangkan tahapan
pengembangan maka pentahapan program dalam rencana induk jaringan jalan
nasional di Kota Metropolitan Medan dijabarkan pada Tabel 6.5 dan Tabel 6.6.

Sejalan dengan program pengembangan yang dijabarkan pada Tabel 6.5 dan Tabel
6.6, maka mapping tahapan tahun rencana pengembangan jaringan jalan untuk
jaringan jalan nasional di Kota Metropolitan Medan digambarkan pada Gambar 6.9.

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-45


-Tahun Anggaran 2015-

Tabel 6.5 Detail Program Pembangunan Jalan Baru di Kota Metropolitan Medan

Perencanaan Wilayah Ruas Jalan Terlewati


No. Wilayah yang Terlewati Keterangan
Mebidangro Titik Awal Titik Akhir
Jaringan Jalan
Kec. Percut Sei Tua (Jln. Irian Sp. Jln. Pancing -
1 Lingkar Luar Utara Batang Kuis Pembangunan Jalan Baru
Barat ) - Kec. Batang Kuis Jln.Cemara
Kec. Tanjung Morawa - Kec. STM
Sp. Batang Kuis, Tanjung Desa Sugan, Kec.
2 Lingkar Luar Selatan Hilir - Kec. Patumbak - Kec. Pembangunan Jalan Baru
Morowa Namorambe
Namorambe
Kec. Namorambe - Kec. Kotalim Sp. Lingkar luar binjai
Desa Sugan, Kec.
3 Lingkar Luar Barat Baru - Kec. Pancur Batu - Kec. (Jln. Megawati/Jln. Pembangunan Jalan Baru
Namorambe
Binjai Selatan Jenderal Sudirman)
Kec. Hamparan Perak - Kec. Lingkar Luar Binjai (jl. Kec. Medan Marelan (Jln.
4 Lingkar Luar Barat-1 Pembangunan Jalan Baru
Hamparan Marelan Megawati) Yos Sudarso)
Kec. Medan Labuhan (Jln. Yos
Pembangunan Jalan Baru
Sudarso) - Kec. Pesuit Sei Tuan -
Kec. Medan Labuhan (Jln. Peningkatan Kapasitas :
5 Lingkar Pantai Utara Kec. Batang Kuis - Kec. Pantai Kec. Merbau (Jln. Siantar)
Yos Sudarso) - JLn. Pantai Labu
Labui - Kec. Beringin - Kec.
- Jln. Pantai Labu Kota
Merbau
Kec. Persuit Sei Tuan - Kecamatan
Tol Medan-Kualanamu-
6 Tanjung Morawa - Kec. Merbau - Sp. Susun Tol Balmera Tebing Tinggi Pembangunan Jalan Baru
Tebing Tinggi
Kec. Lubuk Pakam
Kec. Hamparan Perak -
Lingkar Luar Binjai (jl.
7 Tol Medan-Binjai Kec.Labuhan Deli - Kec. Medan Tol Balmera Pembangunan Jalan Baru
Megawati)
Timur
Tj. Morowa – Sp. Talun Kenas –
Peningkatan jalan dan sebagian
Bagerpang – Bangun Purba – SP. Tj. Morowa (Kayu
8 Tanjung Morowa - Brastagi Sip. Merek besar pembangunan jalan baru.
Saran Padang – Seribu Dolok – Besar)
Merek Tongging
Simpang Tidak Sebidang (FO)
1 Underpass Katamso Sp. Jln. AH. Nasution/Jln. Karya Jaya Medan
2 FO. Gatot Subroto Sp. Jln. Industri/Jln. Gatot Subroto Medan
3 FO. Pinang Baris Jln. Binjai Raya (Sp. Jln Binjai Raya/Jln. TB. Simatupang)

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-46


-Tahun Anggaran 2015-

Perencanaan Wilayah Ruas Jalan Terlewati


No. Wilayah yang Terlewati Keterangan
Mebidangro Titik Awal Titik Akhir
4 FO. Sentis Jl. Irian Barat
5 FO. Batang Kuis (kereta Api) Rel Kereta Api Stasiun Batang Kuis - Stasiun Lubuk Pakam
6 FO. Kayu Besar Sp. Tanjung Morawa
Analisis Konsultan, 2015

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-47


-Tahun Anggaran 2015-

Gambar 6.9 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Nasional di Kota Metropolitan Medan

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-48


-Tahun Anggaran 2015-

Contents
6 .................................................................................................................. 6-1
6.1 Konsepsi dasar Penyusunan Rencana Induk ........................................... 6-1
6.2 Kebijakan dan Rencana Strategis Pengembangan Wilayah ....................... 6-2
6.2.1 Kebijakan Pembangunan Nasional (RTRWN) .................................... 6-2
6.2.2 Kebijaksanaan Pembangunan Propinsi Sumatera Utara (RTRWP) ........ 6-4
6.2.3 Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan Mebidangro .................... 6-6
6.2.3.1 Visi dan Misi .......................................................................... 6-6
6.2.3.2 Kerangka Dasar Pembangunan dan Struktur Pemanfaatan Ruang 6-6
6.2.3.3 Pengembangan Kawasan....................................................... 6-10
6.2.3.4 Arahan Pusat Kegiatan Transit Oriented Development (TOD) ..... 6-12
6.2.3.5 Rencana Sistem Jaringan Transportasi .................................... 6-13
6.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan (RTRW Kota Medan 2011-2031) .. 6-
19
6.3.1 Strategi Pengembangan Kota ....................................................... 6-19
6.3.2 Rencana Struktur Tata Ruang Kota ............................................... 6-20
6.3.2.1 Pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK) .................................. 6-20
6.3.2.2 Sistem Pusat Pelayanan ........................................................ 6-20
6.3.2.3 Struktur Kegiatan Fungsional ................................................. 6-24
6.3.3 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang ................................................ 6-24
6.3.4 Rencana Sistem Transportasi ....................................................... 6-27
6.3.4.1 Konsep Pengembangan Transportasi Multimoda ....................... 6-27
6.3.4.2 Pengembangan Peran Moda Unggulan .................................... 6-30
6.3.4.3 Rencana Pengembangan Transportasi Massal .......................... 6-32
6.3.4.4 Rencana Pengembangan Transportasi Jalan ............................. 6-33
6.3.4.5 Rencana Pengembangan Angkutan Umum ............................... 6-34
6.4 Rencana Induk Pengembangan Jaringan jalan ...................................... 6-34
6.4.1 Arahan Pengembangan ............................................................... 6-34
6.4.2 Tahapan Pengembangan ............................................................. 6-35
6.5 Rencana Pengembangan Jaringan JAlan .............................................. 6-37
6.5.1 Dasar Pengembangan Jaringan Jalan ............................................ 6-37
6.5.2 Penanganan Jaringan Jalan .......................................................... 6-37
6.5.3 Pemenuhan Persyaratan Teknis Jalan............................................ 6-41
6.5.4 Pengembangan Jaringan Jaringan................................................. 6-41
6.5.5 Tahapan Pengembangan Jaringan Jalan ........................................ 6-45

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-49


-Tahun Anggaran 2015-

Tabel 6.1 Program Rencana Penanganan dan Pembangunan Jalan Tahun 2016-
2035 6-39
Tabel 6.2 Penanganan Jaringan Jalan Eksisting Berdasarkan Status dan Kelas Jalan
6-42
Tabel 6.3 Penanganan Jaringan Jalan Eksisting Berdasarkan Peningkatan Kapasitas
6-43
Tabel 6.4 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Nasional Kota Metropolitan
Medan 6-44
Tabel 6.5 Detail Program Pembangunan Jalan Baru di Kota Metropolitan Medan 6-46

Gambar 6.1 Konstelasi Indonesia – Malaysia – Thailand Growth Triangle (IMT-GT) 6-


5
Gambar 6.2 Rencana Arahan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Mebidangro......... 6-8
Gambar 6.3 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Mebidangro ............ 6-14
Gambar 6.4 Pembagian BWK (Bagian Wilayah Kota) ..................................... 6-22
Gambar 6.5 Rencna Struktur Pelayanan Kota ............................................... 6-23
Gambar 6.6 Rencana Pengembangan Wilayah Medan Utara ........................... 6-26
Gambar 6.7 Rencana Pengembangan Angkutan Multimoda ............................ 6-28
Gambar 6.8 Rencana Pengembangan Angkutan Massal .................................. 6-31
Gambar 6.9 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Nasional di Kota Metropolitan
Medan 6-48

Penyusunan Rencana Induk Jaringan Jalan Kota Metropolitan Medan 6-50

Anda mungkin juga menyukai