mempunyai kedudukan sebagai perantara antara produsen dan konsumen. Pemasaran merupakan
suatu urutan-urutan kegiatan yang saling berkaitan erat dan bertujuan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses pertukaran. Dengan demikian perusahaan
dalam menjalankan usahanya perlu memperhatikan dan mengembangkan sistem pemasarannya.
Masalah pemasaran merupakan salahsatu aspek yang sangat penting bagi perusahaan untuk
menjalankan roda perusahaannya, karena tidak jarang perusahaan gagal mencapai tujuannya
disebabkan sistem pemasaran yang kurang tepat. Untuk lebih jelasnya Philip Kotler (1997:8)
menyatakan : Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Sejak 1990-an, awal dari pasar terbuka di era globalisasi abad 21, berbagai kegiatan
bisnis khususnya bidang pemasaran sudah tidak lagi mengacu kepada konsep-konsep pemasaran
konvensional yang dipergunakan pada tahun 1960-an. Contohnya, formula 4-Ps (Product, Price,
Promotion, and Placement) dari E.Jerome McCarthy (1996), Basic Marketing Mix, Marketing
Segmentation, Marketing Concept, dan lain sebagainya. Selama kurun waktu 1970-an, munculah
konsep-konsep pengembangan bidang pemasaran yang baru dan dikenal dengan istilah
pemasaran strategi (strategy marketing), positioning, social marketing, macro marketing, global
marketing, dan mega marketing merupakan bentuk pengembangan dari formula 4-Ps diatas.
yang kemudian ditambah dengan unsur kiat Public Relation dan Power 2-Ps (Philip Kotler,
1993, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian).
Ditampilkan pula pola how to service of excellent marketing atau bagaimana untuk
menciptakan kualitas pemasaran dengan pelayanan prima, berkenaan dengan upaya untuk
mempertahankan (loyalitas) para pelanggan. Tahun 1980-an muncul lagi konsep pemasaran yang
lebih khusus dan lebih spesifik cakupannya. Konsep-konsep tersebut tidak hanya memfokuskan
orientasi penjualannya kepada segi what dari kuantitas penjualan produknya demi menjaga
kepentingan pihak produsen untuk memperoleh keuntungan ekonomi stinggi-tingginya. Tetapi
konsep-konsep tersebut mulai melihat segi how mengenai pemasaran yang berorientasi kepada
kepuasan pihak konsumen atau pelanggannya. Hal tersebut diwujudkan dengan upaya
memberikan kualitas pelayanan yang prima (sevices of excellence), mulai dari kiat dan teknik
promosi penjualan produk yang memadukan kekuatan publishing (suatu bentuk pengembangan
jual
(after
sales
services)
dan
lain
sebagainya.
jasanya.
Konsepsi
Marketing
Public
Relations
Adalah Philip Kotler yang pertama kali memunculkan konsep Mega Marketing yang
merupakan perpaduan antara kekuatan PR dan Marketing Mix. Kemudian muncul lagi istilah
Marketing Public Relations (MPR), sebagai pengembangan tahap berikutnya dari konsep
sebelumnya (mega marketing) yang dipopulerkan oleh Thomas L. Harris (1991), melalui
bukunya yang berjudul The Marketers Guide to Public Relations. Sebagai berikut:
Marketing Public Relations is the process of planning and evaluating programs, that encourage
purchase and customers trhough credible communication of information and impression that
identify
companies
and
their
products
with
the
needs,
concerns
of
customer.
(Marketing Public Relations adalah sebuah proses perencanaan dan pengevaluasian program
yang merangsang penjualan dan pelanggan. Hal tersebut dilakukan melalui pengkomunikasian
informasi yang kredibel dan kesan-kesan yang dapat menghubungkan perusahaan, produk
dengan
kebutuhan
serta
perhatian
pelanggan).
impresi yang kredibel. Seperti halnya iklan, hubungan masyarakat (public relations) juga
menjadi kiat pemasaran penting. Perusahaan tidak hanya harus berhubungan secara konstruktif
dengan pelanggan, pemasok dan penyalur, namun juga harus berhubungan dengan kumpulan
kepentingan masyarakat besar. Banyak perusahaan kini membentuk Divisi Marketing Public
Relations untuk mempromosikan dan menjaga citra perusahaan atau produknya. Dengan
mengikuti training ini, diharapkan para peserta dapat memahami strategi dan teknik-teknik
menjalankan Marketing Public Relations secara efektif dan terintegrasi guna memperoleh hasil
maksimal.
Konsep Marketing Public Relations (MPR) dari Thomas L Harris (1991) tersebut diatas tidak
jauh
berbeda
dari
pengertian
yang
didefinisikan
oleh
Philip
Kotler,
yaitu:
Marketing Public Relations woeks because it adds value to product though its unique to lend
credibility
to
product
message.
Pengertian konsep Marketing Public Relations tersebut secara garis besar terdapat tiga taktik
(Three Ways Strategy) untuk melaksanakan program dalam mencapai tujuan (goals), yaitu
pertama bahwa public relations merupakan potensi untuk menyandang suatu taktik pull strategy
(menarik), sedangkan kedua adalah power (kekuatan) sebagai penyandang, push strategy
(mendorong) dalam hal pemasaran. Dan yang ketiga pass strategy, yaitu sebagai upaya
mempengaruhi
atau
menciptakan
opini
publik
yang
menguntungkan.
Pengertian pemasaran (marketing) yang ada di sini tidak lagi dalam pengertian sempit, tetapi
berkaitan dengan aspek-aspek perluasan pengaruh, informatif, persuasif, dan edukatif baik dari
segi perluasan pemasaran (makes a marketing) atas suatu produk barang atau jasayang
diluncurkan, maupun yang berkaitan dengan perluasan suatu pengaruh tertentu (makes an
influence) dari suatu kekuatan (power) lembaga atau terkait dengan citra dan identitas suatu
perusahaan (corporate image and identity). Termasuk aspek lainnya, yaitu pass strategy sebagai
upaya untuk menciptakan citra publik yang ditimbulkan melalui berbagai kegiatan (breaktrhough
the gate keepers), dan partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan (community relations) ataupun
dalam tanggung jawab social (corporate social responsibility), serta kepedulian terhadap
masalah-masalah
yang
berkaitan
dengan
kondisi
sosial
dan
lingkungan
hidup.
Program marketing public relations tersebut disatu sisi, merupakan upaya untuk merangsang
(push) pembeli dan sekaligus dapat memberikan nilai-nilai (value added) atau kepuasan bagi
pelanggan (satisfied customer) yang telah menggunakan produknya. Disisi lain melalui kiat PR
dalam menyelenggarakan komunikasi timbal balik dua arah yang didasarkan oleh informasi dan
pesan-pesan yang dapat dipercaya, diharapkan dapat menciptakan kesan-kesan positif terhadap
lembaga yang diwakilinya. Hal ini merupakan sinergi peranan Corporate Public Relations
(CPR) dari taktik pull strategy (strategi untuk menarik) yang kemudian diikuti dengan taktik
yang selanjutnya, pass strategy (strategi untuk membujuk) untuk mendukung demi mencapai dari
tujuan Marketing Public Relations. Semua itu dilengkapi dengan upaya mendorong (push
strategy) baik segi perluasan pengaruh (improvement) maupun bidang pemasarannya (product
marketing
oriented).
Upaya meningkatkan mutu, kuantitas, dan kualitas produk dan jasa pelayanan bank. Seperti
meningkatkan jumlah para nasabah berpotensi melalui berbagai macam pelayanan menarik, dan
menguntungkan hadiah-hadiah dan lain sebagainya, sebagai perangsang (mendorong) melalui
taktik
push,
pull,
and
pass
strategy
of
marketing
public
relations.
Mengkomunikasikan manfaat dan daya guna jasa perbankan melalui kiat membujuk
(persuasive) dan slogan atau kata-kata yang menarik (magic word) seperti Bank kami tumbuh
bersama
usaha
Anda.
(customer
need
oriented).
Memperoleh publisitas tinggi melalui berbagai aktivitas dan program kerja CPR, yaitu melalui:
Memberikan berbagai macam hadiah menarik, souvenir, gift ways pada acara-acara tertentu
(special
events
and
PR
work
programme).
Mengadakan seminar, presentasi dan lokakarya dengan tema dan pembicara yang menarik
melalui acara sponsorship atau kerja sama dengan pihak pers dan lembaga lainnya.
Kepedulian terhadap lingkungan hidup, social and environment care, serta bidang
kesejahteraan
masyarakat
lainnya.
Membentuk membership yang keanggotaannya terdiri dari nasabah yang setia untuk
membentuk suatu kegiatan tertentu sebagai pengikat melalui fans club lain sebagainya.
Peran
Marketing
Public
Relations
yaitu product, price, placement, and promotion, yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan
pemasaran
(marketing
objectives),
yaitu:
Mengadakan riset pasar untuk mendapatkan informasi bisnis yang sesuai dengan kebutuhan
dan
keinginan
Menciptakan
Menentukan
Menentukan
produk
yang
harga
dan
konsumennya.
sesuai
produk
memilih
dari
yang
target
hasil
rasional
konsumen
riset
pasar
tersebut.
dan
kompetetif.
(target
audience).
diluncurkan, serta mampu bersaing di market plance dan cukup menarik (eyes catching) baik
segi
kemasan,
maupun
kualitas
Komitmen
produk
yang
terhadap
ditawarkan
pelayanan
terhadap
konsumennya.
purna
jual.
Jika semua itu dilaksanakan maka kepuasan pelanggan akan terpenuhi (Kotler, 1993).
Kesimpulan tersebut mengacu kepada Marketis is idea of satisfying the needs of customers by
means of the product and the whole cluster of things associated with creating, delivering, and
finally consuming it. (Marketing adalah sebuah ide untuk memuaskan keinginan pelanggan
dengan menampilkan produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, yang diasosiasikan
dengan pembuatan, pendistribusian, dan akhirnya pengkonsumsian produk tersebut).
Di lain pihak dalam peran sebagai communicator, back-up management, and makes an good
image,
public
relations
berfungsi
garis
besarnya
antara
lain
adalah:
atau masyarakat luas, demi tercapainya saling pengertian bagi kedua belah pihak.
Membina hubungan yang positif antar karyawan (employee relations), dan antara karyawan
dengan pimpinan atau sebaliknya, sehingga akan tumbuh corporate culture (budaya perusahaan)
yang mengacu pada disiplin dan motivasi kerja, profesionalisme yang tinggi serta memiliki sense
of
belongoing
terhadap
perusahaan
yang
baik.
Pengembangan sinergi dan fungsi pemasaran dan public relations yang kemudian mencapai
titik temu dan dikenal dengan istilah MPR tersebut cukup efektif dalam membangun brand
awareness (pengenalan merek) dan brand knowledge (pengetahuan merek). Pengembangan
tersebut juga berpotensi untuk memasuki, dan bahkan mendukung bauran pemasaran (marketing
mix), khususnya unsur promosi dalam bauran tersebut. Dalam beberapa hal, MPR dianggap
lebih hemat untuk mencapai publisitas tinggi dalam publikasi, jika dibandingkan dengan iklan
komersial yang selain biayanya cukup mahal, jangka waktunya pun relatif pendek (product
oriented).
Dalam aktivitas terakhir ini, MPR cukup efektif dan efisien dalam penyebaran pesan atau
informasi. Selain itu MPR mengandung kekuatan membujuk (persuasive approach) dan
sekaligus mendidik (educated) masyarakat atau publiknya. Ditambah dengan kecanggihan media
elektronik juga memberikan manfaat bagi marketing relations. Diantara manfaat tersebut adalah:
Dapat lebih efektif dan efisien dalam penggunaan pembiayaan publikasi mengingat semakin
tingginya
biaya
Saling
promosi
melengkapi
di
media
(komplementer)
massa
dengan
(komersial).
promosi
periklanan.
jalur public relations, sehingga dapat menembus situasi yang relatif sulit dijangkau oleh iklan
atau memiliki kemampuan menjembatani kesenjangan informasi jika disampaikan melalui teknik
periklanan
serba
terbatas.
Kampanye melalui klan memiliki keterbatasan pada ruang (space) dan waktu (timely) yang
tersedia di media elektronik dan media cetak, oleh karena itu penggunaan promosi iklan tersebut
membeli ruang dan waktu siarnya agar pesan/informasi dapat dimuat atau ditayangkan oleh
media yang bersangkutan. Sedangkan kampanye melalui Public Relations tidak membeli space
media agar dapat dimuat/ditayangkan. Pesan-pesan atau informasi PR tersebut diolah dan
dikemas sedemikian rupa ke dalam bentuk suatu berita (news) artikel sponsor (advertorial) atau
feature
sehingga
mampu
menarik
perhatian
bagi
para
pembaca
atau
pemirsanya.
Perbedaan-perbedaan antara pemasaran dan public relations tetap ada, tetapi perbedaan kedua
peranan tersebut bisa dipersempit atau diupayakan titik temu perannya (equal function) dalam
hal pencapaian tujuan utamanya (main objetive) dan khalayak sasaran (target audience).
Faktor
Dibutuhkannya
Strategi
MPR
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dibutuhkannya taktik dan strategi Marketing Public
Relations dalam tatanan baru organisasi atau perusahaan, khususnya dalam era kompetitif dan
krisis moneter sekarang ini. Kotler (1993) menyebutkan diantara faktor tersebut sebagai berikut:
a.
Meningkatnya biaya promosi periklanan yang tidak seimbang dengan hasil keuntungan yang
diperoleh
b.
dan
keterbatasan
tempat.
Persaingan yang ketat dalam promosi dan publikasi, baik melalui mediaelektronik maupun
media
c.
dan
sebagainya.
Selera konsumen yang cepat mengalami perubahan dalam waktu relative pendek (tidak
loyal)
d.
cetak
karena
banyaknya
pilihan
atau
produk
yang
ditawarkan
di
pasar.
Makin menurunnya perhatian atau minat konsumen terhadap tayangan iklan, karena pesan
dalam iklan yang kini cenderung berlebihan dan membosankan perhatian konsumennya.
Upaya menghilangkan faktor-faktor negatif dalam kampanye peluncuran produk (product
launching campaign) melalui periklanan melalui periklanan komersial tersebut, atau paling tidak
dengan menggunakan kekuatan sinergi Marketing MPR, diharapkan dapat menjembatani
kesenjangan-kesenjangan (hambatan) yang terjadi dalam penyamapaian pesan atau informasi
mengenai produk melalui teknik periklanan dan diselaraskan. Sehingga pesan-pesannya
(message)
dapat
mempengaruhi
opini
publik
atau
selera
pihak
konsumennya.
Jadi menurut Kotler (1993:268) peranan Marketing Public Relations dalam upaya mencapai
tujuan utama organisasi atau perusahaan dalam berkompetisi, secara garis besarnya yaitu sebagai
berikut:
1.
2.
Membangun kepercayaan konsumen terhadap citra perusahaan atau manfaat (benefit) atas
produk
3.
yang
Mendorong antusiasme (sales force) melalui suatu artikel sponsor (advertorial) tentang
kegunaan
4.
ditawarkan/digunakan.
dan
manfaat
suatu
produk.
Menekan biaya promosi iklan komersial, baik dimedia elektronik ataupun media cetak dan
sebagainya
5.
demi
tercapainya
efisiensi
biaya.
keluhan-keluhan (complaint handling) dan lain sebagainya demi tercapainya kepuasan pihak
pelanggan.
6.
perubahan
7.
posisi
produk
yang
lama.
dan program kerja yang berkaitan dengan sosial dan lingkungan hidup, agar tercapai publikasi
yang
8.
positif
dimata
masyarakat/publik.
Membina dan mempertahankan citra perusahaan atau produk barang dan jasa, baik segi
kuantitas
maupun
kualitas
pelayanan
yang
diberikan
kepada
konsumennya.
9.
Berupaya secara proaktif dalam menghadapi suatu kejadian negatif yang mungkin akan
muncul di masa mendatang. Misalnya terjadi krisis kepercayaan, menurunnya citra perusahaan
hingga resiko terjadinya krisis manajemen, krisis moneter, krisis multidimensional, dan lain
sebagainya.
MPRprogram today are targeted to well defined market segments and are strategically planned
to
reach
their
market.
(Kotler,
1993:268)
(Pada saat ini program MPR adalah mendefinisikan segmentasi pasar dan secara strategis
merencanakan
penguasaan
pasar).
Artinya dalam menghadapi era pasar bebas yang kompetitif dalam dunia bisnis tersebut, maka
target atau sasaran MPR harus lebih diarahkan kepada kepentingan konsumen. Dalam hal ini,
Robert Lauterborn berpendapat adanya indikasi pergeseran pilar dasar marketing PR, Kotler
(1993:83), yakni dari bauran pemasarannya (Marketing mix, Product, Price, Place, and
Promotion) 4-Ps kearah Customer Mix (bauran konsumen) 4-Cs sebagai upaya memberikan
pelayanannya
secara
Customers
prima
Value
(services
of
(Customers
excellent),
Needs
and
yaitu:
Wants)
nilai
Cost
atas
unsur
to
produknya.
Customer
Yakni biaya yang ditanggung oleh konsumen berupa harga dan waktu, serta tenaga yang
dibutuhkan untuk memperoleh produk tersebut. Maksudnya total biaya yang menggantikan unsur
pricenya.
Convenient
for
the
Customer
Yaitu kemudahan memperoleh produk bagi konsumennya sebagai pengganti uncur dari
placenya.
Communications
Komponen komunikasidua arah timbal balik yang merupakan suatu dialog dan akan
menggantikan
unsur
promosinya.
Jadi, perusahaan pemenang adalah yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan secara
ekonomis, dan dengan komunikasi yang efektif. Pada akhirnya pihak perusahaan yang akan
berorientasi kepada kepentingan konsumen (customer oriented) sebelumnya harus memperoleh
nilai kepercayaan pihak konsumennya (customer trust). Target ini dapat tercapai melalui kiat,
taktik,
dan
Melibatkan
strategi
konsumen
dalam
marketing
pelaksanaan
PR,
rancangan
program
yakni:
kerjanya.
Cepat tanggap terhadap informasi dan pelayanan yang memang dibutuhkan konsumennya.
pemerintahan,
dan
berkaitan
erat
dengan
kepentingan
masyarakat
luas.
Kesimpulannya bahwa target dan tujuan yang hendak dicapai dalam strategi MPR harus
sejalan dengan bagian pemasaran (marketing), dan tujuan pemasaran (marketing objective),
misalnya melalui upaya untuk memuaskan bagi pihak pelanggannya (customer satisfaction).
Untuk mendapatkan hal tersebut terlebih dahulu dibutuhkan suatu kepercayaan dari pelanggan
atau publik perusahaannya melalui pembinaan dan pemeliharaan agar konsumen tetap loyal dan
tidak
berpaling
pada
produk
pesaing.
Dalam praktiknya PRO (Public Relations Officer) atau praktisi humas berfungsi ganda yakni
disatu pihak sebagai MPR untuk mencapai tujuan pemasaran, sedangkan dipihak yang lain
sebagai CPR (Corporate Public Relations) untuk mencapai tujuan utama dari perusahaan dalam
menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif. Sedangkan tujuan program Stake Holder
berupaya membangun saling pengertian (mutual understanding), saling menghargai (mutual
appreciation), itikad baik (good will), dan toleransi, baik terhadap publik internal ataupun publik
eksternal.
B.
Pengertian
Sosial
Marketing
Istilah Social Marketing (pemasaran sosial) ditampilkan pertama kali pada tahun 1971, adalah
suatu konsep dan upaya strategi pihak Public Relations. Untuk publik, seperti dalam program
perbaikan gizi masyarakat maka seorang social marketer (praktisi PR) tidak hanya melakukan
kampanye Public Relations tentang pengertian masyarakat mengenai bergunanya suatu
pemahaman dan pengetahuan mengenai peningkatan gizi makanan yang baik dan sehat tapi juga
mengupayakan strategi untuk mengubah pola hidup dan kebiasaan dalam mengkonsumsi
makanan sehari-hari. Strategi Komunikasi penyampaian pesan atau informasi dalam social
marketing dapat dilakukan dengan mengadakan kombinasi pendekatan tradisional dalam suatu
kerangka strategi dari manajemen PR. Strategi tersebut dimulai dari perencanaan (planning),
pelaksanaan kegiatannya (action planing), serta komunikasi (communication) yang terintegrasi
dengan memanfaatkan teknologi komunikasi canggih seperti media elektronik dan dipadukan
dengan
keahlian
pemasaran
pemrograman
masyarakat
(social
market
expert).
Social marketing is strategy for changing behavior. It combines the best elements of the
tradisional approaches to social change in an integrated planning and action framework and
utilizes
advances
in
communication
technology
and
marketing
skills.
(Pemasaran sosial adalah strategi untuk mengubah perilaku yang mengkombinasikan elemenelemen terbaik pendekatan tradidional dan perubahan sosial dalam sebuah kerangka karya
perencanaan dan pelaksanaan terintegrasi serta memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi
dan
keterampilan
pemasaran.
(Roberto
(1989:
24).
Kasus-kasus dalam kampanye perubahan sosial di negara maju, seperti Inggris dan Amerika
telah dilaksanakan sejak tahun 1721, misalnya kampanye untuk menyadarkan masyarakat akan
perlunya mengikuti program penyuntikan secara masal untuk mencegah penyakit menular.
Secara efektif kampanye perubahan sosial tersebut dapat berhasil jika mendapat dukungan penuh
dari seluruh komponen pemerintahan, pelaku bisnis, organisasi/lembaga kemasyarakatan dan
masyarakat umum. Sebagai contoh adalah pemerintah Swedia telah berhasil membangun negara
dan masyarakatnya sebagai bangsa yang anti merokok. Program kampanye tersebut dilakukan
secara intensif melalui pendidikan sekolah, klinik keluarga, iklan dan promosi progress
pembatasan rokok, menaikan pajak rokok yang tinggi, dan pelarangan merokok di berbagai
tempat umum atau kendaraan umum secara menyeluruh sehingga membantu individual atau
masyarakat
untuk
menghentikan
kebiasaan
merokok.
Pada perkembangan berikutnya, pemasaran sosial (social marketing) kini menjadi manajemen
perubahan sosial yang terkait dengan desain (rancangan), pelaksanaan kegiatan dan kontrol serta
evaluasi dari program peningkatan penerimaan satu atau lebih praktik sosial dalam satu
kelompok atau lebih target adopter (khalayak penerima), yang terkait dengan produk-produk
sosial seperti gagasan sosial (social idea), bentuk kepercayaan (belief) yang dianut, sikap
(attitude)
dan
nilai-nilai
(value)
yang
berlaku
di
masyarakat.
Contoh ide atau gagasan dalam kampanye KB Nasional Dua anak cukup. Kelompokkelompok (adopter) yang dikutip dari Syuaib dan Rumondor (1997: 12), dan dapat
dikalsifikasikan
a.
sebagai
Kelompok
berikut:
Memberikan
Bantuan
Suatu lembaga/instansi pengaturan perizinan dan berwenang secara hukum yang diperlukan
untuk
mendistribusikan
program
pemasaran
sosial.
b.
Kelompok
Pendukung
Partisipasi tenaga medis (dokter dan perawat) yang mendukung pelayanan dan distribusi
program
KB
atau
c.
kesehatan
masyarakat
di
poliklinik.
Kelompok
Evaluasi
Komite legeslatif yang memberikan penilaian akhir, apakah program tersebut berpengaruh atau
tidak terhadap masyarakat. Program pemasaran sosial secara efektif memerlukan pengetahuan
karakteristik tiap kelompok yang berpengaruh dan dapat memenuhi keinginannya dengan tepat.
d.
Teknologi
Manajemen
Perubahan
Sosial
Teknologi manajemen perubahan sosial harus mampu menjawab perubahan secara efektif
melalui
empat
(4)
pertanyan:
Gagasan atau praktek sosial apa yang akan diubah, dan kelompok adopter mana yang akan
dituju?
(Tujuan
mendefinisikan
perubahan).
Hal apa yang akan membentuk suatu perubahan berkualitas? (Tujuan mendesain perubahan).
Bagaimana membawa perubahan tersebut untuk kelompok target adopter? (Tujuan mengirim
perubahan).
sesaat?
(Tujuan
mempertahankan
perubahan).
Pihak pemasaran sosial harus mampu melakukan penyesuaian ketika menghadapi hambatanhambatan aktual atau faktual dalam wilayah pasar sasaran yang berkaitan dengan tujuan,
pemanfaatan
situasi,
e.
anggaran,
waktu,
dana
Mendefinisikan
personel
secara
lebih
Pengiriman
optimal.
Produk
Kebutuhan pertama dalam keberhasilan pemasaran sosial adalah menciptakan suatu produk
sosial baru dengan mngantisipasi kebutuhan dan dapat memuaskan tagret adopter.
Mendefinisikan tujuan, sasaran, dan konsep pemasaran sosial secara tepat agar produk gagasan
atau praktik sosial lebih dapat diterima oleh masyarakat sebagai target
f.
Merancang
Pemasaran
Produk
adopter.
Sosial
Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan pihak pemasaran sosial sebagai berikut:
atau
praktik
Melengkapi
dan
menguatkan
sosial.
pertnyataan
penempatan.
Mengembangkan dan menciptakan citra secara konsisten dan memiliki pengaruh terhadap
perubahan
sosial
g.
Mengirim
kearah
kehidupan
yang
lebih
(memasarkan)
baik
ke
dan
bermanfaat.
Target
Adopter
Pemasaran sosial diharapkan lebih mampu untuk mempresentasikan suatu perubahan dan dapat
membangkitkan
minat
h.
target
adopternya.
Mempertahankan
Pasar
Upaya pemasaran sosial adalah untuk mempertahankan atau menjaga kelangsungan perubahan
sosial sesuai dengan perencanaan. Terdapat tiga tahapan perencanaan kampanye pemasaran
sosial,
sebagai
berikut:
Pertama, meneliti dan memonitor kondisi target adopter untuk lebih mengetahui alternatif
mana yang lebih tepat untuk pelaksanaan program, gagasan, dan praktik-praktik sosial.
Kedua, memprediksi secara tepat berbagai alternatif yang sesuai dengan keinginan atau
kebutuhan
target
adopter.
terjadinya
perubahan
atau
dinamika
dari
kehidupan
secara
tepat
dan
efektif.
Selain mengacu kepada formula 4-Ps (Product, Price, Promotion, and Place) maka dalam
hubungan dengan pengiriman dan pelayanan produk pemasaran sosial, pihak pemasaran sosial
(social
1.
marketing)
paling
tidak
harus
dilengkapi
dengan
3-P,
yaitu:
Personal, pihak-pihak yang terlibat penjualan atau pengiriman produk sosial kepada target
adopter tersebut memiliki keterampilan (skill) yang baik dalam berkomunikasi dan penguasaan
pengetahuan
2.
mengenai
produk
(product
knoeledge)
yang
akan
disampaikan.
aktraktif, dan kreatif dalam penyampaian produk sosial untuk membangkitkan minat dari pihak
target
3.
adopter.
memanfaatkan
produk
yang
ditawarkan
tersebut
dengan
cara
lebih
mudah.
Dengan demikian maka konsep dan strategi pemasaran sosial tersebut dapat diartikan sebagai
penggunaan prinsip-prinsip dan teknik pemasaran untuk penyampaian ide dan perilaku
masyarakat tertentu. Berikut ini beberapa elemen yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan pemasaran sosial dalam suatu kampanye Public Relations (Kotler &
Roberto,
1989:
17)
Cause, yaitu sasaran sosial yang dipercaya oleh agen perubahan (change agent) akan dapat
Change agent, yaitu individu atau kelompok yang mencoba mengadakan suatu perubahan
sosial
dengan
melancarkan
suatu
kampanye
perubahan
sosial.
Target adopter, yaitu suatu kelomopk masyarakat yang menjadi sasaran dari target sosial
marketing.
Channels, saluran komunikasi sebagai media atau saluran yang dipergunakan untuk
mempengaruhi opini, pandangan, dan nilai-nilai dari kelompok sasaran (target adopters).
Change strategy, yaitu strategi, petunjuk atau program yang digunakan pihak agen perubahan
sosial (social marketer) dalam menghasilkan suatu perubahan sikap dan tingkah laku dari target
sasaran
tersebut.
Produk
Sosial
Produk-produk yang dilaksanakan dalam program pemasaran sosial antara lain dengan:
Pertama, ide sosial (social idea) yang berhubungan dengan nilai-nilai (value), dan kepercayaan
(belief), serta sikap tindakan (attitude) atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat yang
merupakan atau mempengaruhi tingkah pola atau pandangan tertentu yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat. Kedua, adalah praktik sosial (social practice) yang berhubungan dengan
tindakan dan perilaku (act & behavior), seperti peran serta masyarakat dalam vaksinasi atau
kampanye Polio Nasional (PIN), kampanye Cinta Rupiah dan produk Indonesia, program KB
atau kampanye berhenti merokok. Ketiga, adalah suatu objek nyata yang merupakan produk fisik
dari
produk-produk
sosial.
Unsur-unsur utama yang harus diperhatikan dalam merancang strategi kampanye PR dalam
pemasaran yang berkaitan dengan ide sosial, dan produk-produk sosial lainnya dimana kelompok
masyarakat
yang
menjadi
target
sasaran
Karakter
adalah
sebagai
sosial
berikut:
demografis
Yakni terdiri dari atribut eksternal kelas sosial, tingkat pendapatan ekonomi, tingkat pendidikan,
usia,
dan
kemampuan
masing-masing
masyarakat
Profil
dan
sebagainya.
psikologis
Merupakan atribut internal seperti sikap, nilai-nilai individu, motivasi, trendi, kepribadian, dan
lain-lain.
Karakteristik
perilaku
masyarakat
Seperti pola perilaku, adat kebiasaan, karakteristik dalam mengambil keputusan, musyawarah
dan
mufakat,
kegotong
Konsep
royongan,
dan
Pemasaran
lain-lain.
Kemasyarakatan
Konsep mutakhir dalam Sosial Marketing PR, menyatakan tugas organisasi atau perusahaan
adalah memadukan konsep-konsep pemasaran murni kedalam bentuk falsafah atau budaya
perusahaan, serta kepeduliannya terhadap lingkungan hidup dan nilai-nilai kemasyarakatan.
Konsep-konsep sosial kemasyarakatan tersebut, disamping menghindari konflik-konflik yang
mungkin timbul dari pihak masyarakat sebagai konsumen, dipihak lain berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan serta memenuhi hak-hak masyarakat sebagai konsumen. Berkaitan
dengan banyaknya keluhan dari pihak masyarakat melalui konsep pemasaran masyarakat
tersebut maka perumusan cocial marketing oleh pihak lembaga atau perusahaan yang
bersangkutan menjadi sesuatu yang penting. Perumusan tersebut mengandung unsur-unsur:
Laba
perusahaan
Perumusan
yang
keinginan
diharapkan
dari
konsumen
bisnis
dalam
yang
dijalankan.
jangka
panjang.
perlindungan
hak-hak
konsumen.
lingkungan, yang disebut dengan eco-labelling dan sebagainya, baik berlaku nasional maupun
internasional.
Pada akhirnya pemasaran sosial yang diterapkan baik diperusahaan/lembaga non komersial,
maupun komersial bertujuan: Pertama, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum.
Kedua, untuk mengurangi dampak kerusakan kualitas lingkungan hidup. Ketiga, perlindungan
dan
keamanan
masyarakat
konsumen.
tersebut
antara
lain
Permission-granting
sebagai
berikut:
groups
Kelompok institusi yang berwenang dalam hal memberikan perizinan dan lain sebagainya.
Support
Kelompok
sebagai
groups
penunjang
atau
pendukung.
Opposition
Kelompok
sebagai
groups
penantang
atau
kurang
setuju.
Evaluating
Kelompok
sebagai
Manajemen
penilai,
Pemasaran
groups
pengamat
atau
Sosial
berpengaruh.
(social
marketing)
Secara garis besarnya, manajemen pemasaran sosial memiliki tiga tahapan, yaitu:
a.
Defining
the
product
&
marketing
Mencari kecocokan ide, teori dan praktis tentang produk, marketing hingga target adopters.
Disini dibutuhkan suatu konsep pemasaran suatu produk dan target adopter secra tepat dan jitu.
b.
Designing
the
product
&market
fit
Pada tahap ini yang dialkukan adalah mencari jawaban atas pertanyaan whats makes a good
fit? dengan efektif sebagai cara mencari solusi bagi kelompok target adopters. Hal tersebut
dialkukan
melalui
Kesesuaian
kebutuhan
target
adopter
dengan
langkah:
ide
dan
praktik
sosial.
Memperkuat posisi (positioning) yang dipilih dengan memberikan label merek tertentu
dengan
antara
tiga
pengemasan
yang
tepat
dan
menarik.
Membangun citra dan kepercayaan tentang produk sosial tersebut dalam upaya menarik
simpati
dan
c.
Delivering
the
empati.
product
&market
fit
Pada posisi ini, pihak social marketer siap untuk membawa produk sosial tersebut kepada target
adopternya dengan melakukan perencanaan awal kampanye. Aktivitas tersebut yang dilakukan
sebagai pemicu untuk memotivasi dan mengadopsikan kepada target adopternya dilaksanakan
melalui
beberapa
The
Defending
sebagai
berikut:
Personnal
Delivery
The
The
yaitu
Delivery
The
cara
Presentation
Delivery
of
Market
(konsisi
Process
dan
situasi)
Kemudian proses manajemen pemasaran sosial juga melalui beberapa tahapan diantaranya
sebagai
a.
berikut:
Menganalisis
b.
dan
Meneliti
dan
mengaudit
menganalisis
c.
Merancang
strategi
d.
Perencanaan
program
C.
Sembilan
lingkungan
pemasaran
populasi
target
pemasaran
social
Elemen
sosial.
adopter.
sosial.
marketing.
Marketing
Segmentasi
Kemampuan produk barang/ jasa secara kreatif dapat diterima pasar (calon konsumen/
pengguna barang/ jasa yang dihasilkan perusahaan/ individu) berdasarkan kondisi tertentu
misalkan : demografi (peta kependudukan) misal berdasarkan jenis pekerjaan nelayan, petani,
pedagang. daya beli dan perilaku konsumen.(Misal produk yang dihasilkan untuk pelajar, maka
produk tersebut harus mampu memenuhi trend yang sedang terjadi dikalangan pelajar dan
tentunya dengan harga yang terjangkau untuk konsumen pelajar. Segmentasi tentunya dengan
melihat/ disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan. ukuran pasar, pertumbuhan
serta
keunggulan
kompetitif
dan
situasi
kompetisi
Targeting
Kapasitas yang mampu dilayani oleh perusahaan dari seluruh permintaan pasar yang ada.
dengan mengukur kemampuan segala aspek yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan
produk/
jasa
yang
akan
dipasarkan.
Positioning
Janji yang diberikan produsen kepada konsumen tentang produk yang dihasilkan. bahwa
produk yang dihasilkan benar benar produk yang diharapkan oleh calon konsumen yang
mendambakan
produk
tersebut.
Diferensiasi
Produk kami berbeda dengan produk yang sejenis yang diproduksi oleh perusahaan lain.
ketika seorang konsumen membeli produk dapat mengerti bahwa produk yang telah di beli
adalah benar benar produk yang tepat sesuai dengan keinginannya. misal Apa yang ditawarkan
(Daftar produk yang ditawarkan " Daftar menu makanan"), Bagaimana cara kita menawarkan
(menyapa pelanggan " Selamat pagi bapak/ibu ada yang bisa kami bantu ? ).
Marketing
Mix
(Product,
Price,
Place,
Promotion)
Menyatukan tawaran perusahaan kepada calon konsumen tentang produk, harga, tempat
konsumen dapat dengan mudah mendapatkan produk tersebut, komunikasi perusahaan melalui
promosi perusahaan, yang isinya informasi tentang keunggulan produk yang dihasikan.
Selling/
menjual
produk
Menjual produk tidak sekedar menjual produk barang/ jasa tetapi bagaimana cara produsen
menciptakan
hubungan
timbal
balik/relationship
dalam
jangka
panjang.
Brand/
Merrk
1.
Kesadaran/ Awareness (Kekuatan merk di benak konsumen " HP => Nokia, Samsung").
2.
dapat
dipercaya,
3.
Association
4.
Loyalty
(Keterkaitan
(Kesetiaan
manfaat
misi
produk
pelanggan
"
Service/
"Informasi
Fanatisme/
dll").
mengenai
memilih
merk/
produk
produk").
tertentu"
Layanan
).
produk
Layanan pelanggaan yang meliputi layanan Pra jual/ sebelum konsumen membeli hingga
konsumen menentukan pilihan membeli dan layanan setelah konsumen membeli produk.
Layanan produk ini mampu menciptakan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan. sebagai
wujud kepedulian/ penghargaan produsen terhadap konsumen yang telah menggunakan
produknya.
Proses
Kemampuan perusahaan menciptakan Customer value, artinya proses bisnis didalam
organisasi dijalankan dengan komitmen kualitas tinggi dengan harga yang layak dan waktu
penyampaian kepada calon konsumen dalam waktu yang secepat mungkin dalam pengertian lain
kegiatan
proses
produksi
dlaksanakan
secara
efisien
dan
Strategi
efektif.
Pemasaran
Philip Kotler membahas lima isu strategi pemasaran dalam edisi 9 nya Manajemen Pemasaran
Membedakan
dan
Positioning
Mengembangkan
Penawaran
Produk
Mengelola
Strategi
Pasar
Baru
Siklus
hidup
Merancang Strategi pemasaran untuk Pemimpin Pasar, Penantang, Pengikut, dan niches
Merancang
dan
Mengelola
Strategi
Pemasaran
Global
Isu-isu
yang
tercakup
dalam
Knol
berbeda
dengan
saya.
(Catatan pribadi Penulis: Revisi Manajemen Teori , sebuah blog baru akan memiliki semua
artikel manajemen diterbitkan oleh saya pada Knol dan akan datang MBA Revisi Buku
Pedoman, proyek yang saya mulai pada Knol). Knol ini menjelaskan membedakan dan
positioning.
Membedakan
dan
Positioning
Penawaran
Pasar
Isu-isu yang dibahas dalam bidang membedakan dan Positioning yang menawarkan pasar
adalah:
Alat
untuk
Mengembangkan
Mengkomunikasikan
Alat
untuk
Diferensiasi
Kompetitif.
Strategi
Positioning.
Positioning
Perusahaan
Diferensiasi
Kompetitif
Diferensiasi - Definisi: adalah tindakan merancang satu set perbedaan yang berarti untuk
membedakan
penawaran
perusahaan
dari
penawaran
pesaing.
Boston Consulting Group diferensiasi peluang matriks: Sebenarnya itu adalah matriks
keunggulan
Empat
kompetitif
jenis-jenis
berlaku
industri
yang
untuk
diidentifikasi
peluang
oleh
BCG
diferensiasi.
matriks
adalah:
Volume industri: hanya beberapa keunggulan kompetitif namun sangat besar yang mungkin.
Manfaat dari keuntungan sebanding dengan ukuran perusahaan dan pangsa pasar. Contoh yang
diberikan
industri
konstruksi
Industri jalan buntu: dalam jenis ini hanya ada sedikit peluang dan manfaat dari masingmasing adalah kecil.Manfaatnya juga tidak sebanding dengan ukuran atau pangsa pasar. Contoh:
industri baja - Sulit untuk membedakan produk atau mengurangi biaya manufaktur. Industri
terfragmentasi: di jenis ini, ada banyak kesempatan, tetapi manfaat dari masing-masing dari
mereka adalah kecil. Manfaat tidak tergantung pada ukuran atau pangsa pasar. Industri khusus:
dalam jenis ini, peluang lebih dan manfaat dari setiap kesempatan yang tinggi. Manfaat tidak
berhubungan
dengan
ukuran
atau
pangsa
pasar.
Kotler menyebutkan, pengamatan Milind Lele bahwa perusahaan berbeda dalam manuver
potensi mereka bersama lima dimensi: target pasar mereka, produk, tempat (saluran), promosi,
dan harga. Kebebasan manuver dipengaruhi oleh struktur industri dan posisi perusahaan dalam
industri. Untuk setiap kesempatan kompetitif yang potensial atau opsi dibatasi oleh manuver
tersebut, perusahaan perlu untuk memperkirakan return. Mereka peluang yang menjanjikan
keuntungan tertinggi mendefinisikan memanfaatkan strategis perusahaan. Konsep manuver
memunculkan fakta bahwa pilihan strategis yang bekerja sangat baik dalam satu industri tidak
dapat bekerja sama dengan baik di industri lain karena manuver rendah bahwa pilihan dalam
industri
yang
berbeda
dan
Lima
oleh
perusahaan
dalam
Dimensi
pertimbangan.
Diferensiasi
Mengenai alat diferensiasi, lima dimensi dapat dimanfaatkan untuk memberikan diferensiasi.
Produk, Layanan yang menyertai pemasaran, penjualan dan layanan purna jual. Personil yang
berinteraksi
dengan
pelanggan.
Saluran.
Gambar.
Membedakan
sebuah
Produk.
Fitur.
Kualitas:
Kinerja
kinerja
kinerja
prototipe
dan
atau
kesesuaian
sampel
dipamerkan,
Kesesuaian - Kinerja dari setiap item yang dibuat oleh perusahaan di bawah spesifikasi yang
sama.
Daya
Keandalan
tahan.
dalam
perbaikan.
Gaya.
Desain.
Layanan
diferensiasi
Pengurutan
kemudahan.
Pengiriman.
Instalasi.
Pelatihan
pelanggan.
Pelanggan
konsultasi.
Layanan
Miscellaneous.
Personil
Diferensiasi
Kompetensi.
Kesopanan.
Kredibilitas.
Keandalan.
Responsif.
Komunikasi.
Saluran
diferensiasi
Liputan.
Keahlian
Kinerja
saluran
dari
dalam
para
kemudahan
manajer
pemesanan,
dan
saluran.
pelayanan,
dan
Diferensiasi
personil.
citra
Perbedaan pertama antara Identitas dan Gambar - Identitas dirancang oleh perusahaan dan
melalui berbagai tindakan perusahaan mencoba untuk membuatnya dikenal ke pasar. Gambar
adalah pemahaman dan pandangan pasar tentang perusahaan. Sebuah gambar yang efektif
melakukan
1.
Ini
2.
tiga
hal
menetapkan
Ini
untuk
karakter
membedakan
suatu
merencanakan
produk
dari
produk
atau
produk
dan
produk
perusahaan.
proposisi
yang
nilai.
bersaing.
3. Ini memberikan kekuatan emosional dan mengaduk hati serta pikiran pembeli.
Identitas perusahaan atau produk dikomunikasikan ke pasar dengan Simbol Tertulis dan
audiovisual media yang Suasana tempat fisik dengan mana pelanggan datang ke dalam kontak
Acara
yang
diselenggarakan
Mengembangkan
atau
disponsori
oleh
Strategi
perusahaan.
Positioning
Levitt dan lain-lain telah menunjukkan lusinan cara untuk membedakan penawaran (Theodore
Levitt: "Keberhasilan Pemasaran melalui diferensiasi-apa pun", Harvard Business Review, JanFeb, 1980). Sementara perusahaan dapat membuat banyak perbedaan, setiap perbedaan yang
diciptakan memiliki biaya serta menguntungkan konsumen. Sebuah perbedaan yang bernilai
mendirikan ketika manfaat melebihi biaya.Lebih umum, perbedaan bernilai mendirikan sejauh
yang
memenuhi
kriteria
berikut.
Penting: Perbedaan memberikan manfaat yang sangat berharga untuk jumlah yang cukup
pembeli. Distinctive: Perbedaan baik tidak ditawarkan oleh orang lain atau ditawarkan dalam
cara
yang
lebih
khas
oleh
perusahaan.
Superior: Perbedaannya adalah lebih unggul dari cara-cara memperoleh manfaat yang sama.
Menular:
Perbedaannya
Preemptive:
Perbedaan
Terjangkau:
adalah
tidak
Pembeli
menular
dapat
mampu
dan
dengan
membayar
terlihat
oleh
mudah
ditiru
oleh
harga
yang
lebih
pembeli.
pesaing.
tinggi.
Posisi
Positioning adalah hasil dari keputusan diferensiasi. Ini adalah tindakan merancang penawaran
perusahaan dan identitas (yang akan menciptakan gambar yang direncanakan) sehingga mereka
menempati posisi kompetitif yang berarti dan berbeda dalam benak pelanggan target. Hasil akhir
dari positioning adalah terciptanya proposisi nilai pasar-fokus, pernyataan yang jelas sederhana
mengapa
target
pasar
harus
membeli
produk.
Contoh:
Volvo (station wagon). Target pelanggan-Keselamatan kelas atas keluarga sadar. Manfaat Ketahanan dan Keamanan. Harga - premium 20%. Nilai proposisi - wagon paling aman, paling
tahan
lama
Berapa
di
mana
banyak
keluarga
perbedaan
Anda
bisa
untuk
naik.
mempromosikan?
Banyak pemasar mempromosikan advokat hanya satu manfaat di pasar (penawaran pasar
Anda mungkin memiliki banyak differentiators, sebenarnya harus memiliki differentiators
banyak produk, layanan, personil, saluran, dan gambar). Kotler menyebutkan bahwa promosi
manfaat ganda mungkin diperlukan, jika beberapa perusahaan lebih mengklaim untuk menjadi
yang terbaik pada atribut yang sama. Kotler memberikan contoh dari Volvo, yang mengatakan
"aman"
Empat
1.
dan
"tahan
kesalahan
Underpositioning:
Pasar
lama".
posisi
hanya
memiliki
utama,
gagasan
yang
yakni:
kabur
dari
produk.
2.
3.
Bingung posisi: Pembeli memiliki citra bingung produk karena klaim manfaat terlalu banyak
atau
4.
perubahan
terlalu
sering.
Diragukan posisi: Pembeli merasa sulit untuk percaya klaim merek dalam pandangan fitur
produk,
harga,
Berbagai
klaim
Atribut
posisi
posisi:
Pesan
atau
produsen.
strategi
menyoroti
satu
atau
atau
dua
dari
tema
atribut
produk.
Manfaat posisi:
Gunakan / posisi aplikasi: Klaim produk sebagai terbaik untuk beberapa aplikasi.
Pengguna posisi: Klaim produk sebagai terbaik bagi sekelompok pengguna. - Anak-anak,
perempuan,
Pesaing
perempuan
posisi:
Klaim
yang
bahwa
produk
bekerja
lebih
baik
dll.
dari
pesaing.
Kategori produk positioning: Klaim sebagai yang terbaik dalam kategori produk Ex:
peringkat
Kualitas
reksa
/
Harga
dana
posisi:
Klaim
Segmentasi
nilai
terbaik
Lipper.
untuk
harga
pasar
Segmentasi pasar adalah sebuah konsep dalam ekonomi dan pemasaran . Sebuah segmen pasar
adalah sub-set dari sebuah pasar yang terdiri dari orang atau organisasi dengan satu atau lebih
karakteristik yang menyebabkan mereka untuk permintaan produk yang sama dan / atau jasa
berdasarkan kualitas produk-produk seperti harga atau fungsi. Segmen pasar benar memenuhi
semua kriteria berikut: ini berbeda dari segmen lainnya (segmen yang berbeda memiliki
kebutuhan yang berbeda), adalah homogen dalam segmen (pameran kebutuhan umum);
menanggapi mirip dengan stimulus pasar, dan dapat dicapai dengan intervensi pasar. Istilah ini
juga digunakan ketika konsumen dengan produk yang identik dan / atau kebutuhan layanan
dibagi menjadi kelompok-kelompok sehingga mereka dapat diisi jumlah yang berbeda untuk
layanan. Orang-orang di segmen yang diberikan seharusnya serupa dalam hal kriteria yang
mereka tersegmentasi dan berbeda dari segmen lain dalam hal kriteria ini. Ini dapat secara luas
dipandang sebagai 'positif' dan 'negatif' aplikasi dari ide yang sama, membelah sampai pasar ke
dalam
kelompok-kelompok
Jenis
kecil.
kelamin
Harga
Minat
Lokasi
Agama
Penghasilan
Ukuran
Rumah
Tangga
Meskipun mungkin ada secara teoritis 'ideal' segmen pasar, dalam kenyataannya setiap
organisasi yang bergerak di pasar akan mengembangkan cara-cara yang berbeda membayangkan
segmen pasar, dan menciptakan diferensiasi produk strategi untuk mengeksploitasi segmen.
Segmentasi pasar dan strategi diferensiasi produk yang sesuai dapat memberikan perusahaan
keuntungan
komersial
sementara.
BAB
III
MARKETING
A.
PUBLIC
RELATIONS
DAN
PUBLIC
RELATIONS
(HUMAS)
Kaitan Antara Marketing Public Relations dengan Public Relations (Hubungan Masyarakat)
Pembahasan mengenai marketing PR telah mengungkapkan adanya suatu perkembangan
dalam kerangka public relations (Hubungan Masyarakat) pada tahun-tahun terakhir ini. Di dalam
kegiatannya sebagai suatu unit dalam perusahaan, terdapat beberapa persamaan antara MPR
dengan
unit
humas
dalam
suatu
lembaga
yang
disebut
dengan
CPR..
Pakar manajemen Philip Kotler mengemukakan perlunya unsur public relations dalam
kegiatan marketing. Gagasan marketing mix yang diperkenalkan Kotler sudah tidak asing lagi di
dunia marketing dan manajemen secara umum. Gagasan ini terdiri dari unsur 4-P, yang
kemudian setelah melihat perkembangan marketing dalam rangka gejolak persaingan di berbagai
negara di dunia, dia menambahkan gagasannya itu dengan dua unsur lagi, yaitu power dan PR
sehingga
menjadi
6-P,
dan
dikenal
dengan
Mega
marketing.
dalam
setiap
kegiatan
marketing.
Dalam gagasan MPR-nya itu, Harris telah membagi bidang-bidang kegiatan MPR, CPR, dan
juga kegiatan marketing sendiri, sekalipun nampaknya dalam kegiatan MPR dan CPR, ada
beberapa bidang yang tumpang tindih, misalnya dalam kegiatan hubungan media dan
publikasi. Tetapi hal ini memberikan petunjuk betapa diperlukannya keterampilan dalam bidang
media,
yang
dimiliki
oleh
mitra
kerja
Humas,
yaitu
wartawan.
Gagasan ini memberikan petunjuk agar praktisi MPR harus mahir dengan cara dan gaya
penulisan, yang sebelumnya sudah dimiliki dan merupakan keharusan bagi praktisi humas.
Pembahasan ini memberikan ungkapan bahwa dalam suatu perusahaan, di mana juga terdapat
MPR di samping CPR, diperlukan penelaahan dan pembagian tugas yang dapat dibahas bersama
dengan pimpinan perusahaan guna menghindarkan kesimpangsiuran dan pembagian tugas yang
positif
B.
yang
diperlukan
oleh
suatu
perusahaan.
Relations
(Hubungan
Masyarakat)
Budaya korporat berkaitan erat dengan perkembangan suatu perusahaan, dan sudah
merupakan sesuatu yang harus diwujudkan oleh para eksekutif atau CEO. Dalam kaitan ini
hubungan masyarakat berperan untuk membantu pimpinan perusahaan, bukan hanya untuk
merumuskannya tetapi juga untuk memasyarakatkannya, baik untuk publik internal maupun
publik
eksternal.
Sebagai contoh, uraian yang dipetik dari buku corporate culture menghadapkan kita pada
permasalahan budaya korporat, yang pernah suatu ketika dianggap tidak menunjang keberadaan
perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, jika dibandingkan dengan di Jepang. Keadaan di
Jepang dianggap mantap dan dipahami serta memperoleh dukungan dari masyarakatnya. Hal
inilah yang menjadikan perusahaan-perusahaan di negara Matahari Terbit itu dapat bertahan
kokoh
dalam
melaksanakan
kegiatannya.
Apa saja yang menjadi dasar dari budaya korporat? Upaya apa yang dapat dilakukan untuk
menyampaikannya pada khalayak, serta dalam hal ini apa peranan hubungan masyarakat sebagai
suatu unit yang memiliki berbagai cara dalam jalur komunikasi? Dalam modul ini dikutip
pendapat beberapa pakar yang pada pokoknya mengemukakan budaya korporat itu adalah
seperangkat nilai, norma serta kepercayaan yang disepakati dan diyakini segenap karyawan suatu
perusahaan, dan yang dapat direfleksikan di dalam perilaku serta kebijakan-kebijakan
perusahaan. Budaya korporat ini ditegaskan akan dapat membentuk karakter dan identitas
perusahaan,
serta
menjadi
sarana
untuk
membedakannya
dengan
perusahaan
lain.
Suatu contoh klasik adalah mengenai usaha untuk menggoyahkan kepercayaan masyarakat di
negara Paman Sam mengenai perusahaan Coca Cola, yang dipermasalahkan dan hal ini
diprakarsai oleh perusahaan saingannya, Pepsi Cola. Tetapi upaya ini tidak berhasil dan tetap
menempatkan kepercayaan masyarakat pada Coca Cola. Semuanya ini dikarenakan identitas
perusahaan yang dimiliki Cola Cola sudah terbina dengan kuat, berkat budaya korporat dari Coca
Cola
yang
tidak
dapat
lagi
digoyahkan.
Suatu gambaran lain dari perlunya diciptakan budaya korporat dari suatu perusahaan tidak lagi
hanya berpegang pada kendali keluarga semata-mata atau dengan istilah lain yang disebut
dengan run by the family, namun tiba saatnya diperlukan tenaga yang profesional untuk
mengendalikan roda perusahaan. Hal ini dikarenakan bisnis semakin besar, dan hal ini
memerlukan pemikiran lain demi kelanjutan perusahaan, dan disadari betapa perlunya
profesionalisme, misalnya dalam hal penempatan seseorang pada jabatan yang tepat, dan
sebagainya.
Dengan uraian ini jelas bagi Anda apa yang dimaksudkan dengan citra perusahaan
sebagaimana dikemukakan oleh pakar Frank Jefkins. Semua ini bersumber pada pengetahuan
dan pengalaman orang. Dalam hal inilah hubungan masyarakat berperan, dan praktisinya harus
dapat memahami corak bisnis yang diemban oleh perusahaannya. Dalam kaitan ini Jefkins
memberikan beberapa contoh mengenai mengapa budaya korporat diperlukan oleh sebuah
perusahaan.
Dalam hubungan ini, diambil dua kasus yang pernah terjadi di tanah air kita, yaitu mengenai
penggantian nama dan logo perusahaan penerbangan Garuda, dan Bank Negara Indonesia (BNI
46). Dari uraian ini dapatlah Anda pahami arti penting identitas dan citra perusahaan, yang
terkait
C.
di
Profesionalisme
dalam
Hubungan
Masyarakat,
budaya
Problematika
korporat.
dan
Masa
Depannya
dari dasar ilmu yang diembannya, juga berkembang dari semua upaya yang ada kaitannya
dengan
kegiatan
para
praktisinya
dalam
melakukan
tugasnya.
Profesionalisme Hubungan Masyarakat sudah tercermin ketika kita membahas kode etik
profesinya pada modul-modul pertama dari rangkaian buku materi pokok ini. Dalam hal ini, mari
kita merujuk kembali pada pendapat sarjana Talcott Parsons mengenai dasar suatu profesi yang
berisikan empat kriteria pokok guna menegaskan bahwa suatu bidang ilmu adalah sebuah
profesi.
Kita
dapat
mengambil
contoh
bidang
jurnalistik
atau
kedokteran.
Sama halnya dengan jurnalistik, hubungan masyarakat tidak didukung oleh semacam brevet,
sebagaimana halnya dengan profesi kedokteran, yang mengharuskan seorang dokter bersumpah
demi profesinya itu. Jadi tanggung jawab itu terletak di pundak para praktisinya guna
melaksanakan
tugasnya.
Kriteria yang dikemukan Talcott Parsons menyebutkan: pertama, harus ada latihan formal bagi
para anggotanya. Hal ini tidak perlu disangsikan dari pelajaran atau latihan yang diperoleh oleh
para mahasiswa (praktisi) ketika sedang mengikuti perkuliahan maupun pelatihan dalam mata
pelajaran hubungan masyarakat. Kedua, harus ada keterampilan khas bagi para praktisinya.
Dalam kriteria ini jelas adanya berbagai latihan yang dapat diserap atau dipahami oleh para
mahasiswa (praktisi), baik mengenai teori maupun praktek. Ketiga, harus ada lembaga praktek.
Hal ini pun jelas dapat dibuktikan karena praktek hubungan masyarakat pada prinsipnya harus
ada pelembagaan, jadi tidak ada bedanya dengan profesi-profesi lainnya. Profesi ini, baik sebagai
unit di dalam organisasi atau perusahaan, maupun sebagai perusahaan konsultan, harus
dilengkapi dengan sarana penunjangnya. Ini merupakan prasyarat agar praktek hubungan
masyarakat dapat bekerja dengan baik dan efisien. Keempat, harus ada kaidah-kaidah perilaku
atau kode etik yang akan mengikat para praktisi dengan berbagai ketentuan yang merupakan
disiplin, pedoman, yang juga disebut sebagai polisi hati nurani para praktisi dalam
menjalankan
tugasnya.
Keempat kriteria ini dapat memperjelas arti profesionalisme hubungan masyarakat sebagai
suatu disiplin ilmu. Tidak perlu lagi diragukan keabsahannya sebagai suatu cabang ilmu
pengetahuan, yang melaksanakan atau mengemban semua bentuk teori dan praktek yang
sebagian besar berasal dari jalur ilmu komunikasi, sebagai salah satu sumbernya, maupun dari
disiplin-disiplin ilmu sosial lainnya, misalnya sosiologi, administrasi, dan manajemen.
Keempat kriteria ini dapat lebih dipertegas dengan memberikan jawaban atas empat pertanyaan
mengenai
hubungan
masyarakat
sebagai
suatu
profesi.
Dari apa yang dikemukakan di atas, ada baiknya jika kita menggarisbawahi pendapat Dr. Jon
White dan Laura Mazur, agar para praktisi hubungan masyarakat mengembangkan kualifikasi
dan ilmu pengetahuan mereka agar peranan mereka nantinya (di masa depan) tidak diambil alih
atau digantikan oleh tenaga-tenaga lain, misalnya dari studi-studi manajemen, pemasaran, atau
hukum.
Semua ini dapat saja terjadi karena pola dasar pendidikan atau pelatihan ketiga studi ini dapat
dikatakan tumpang tindih dengan studi hubungan masyarakat. Maka hal ini merupakan suatu
warning atau peringatan bagi para praktisi hubungan masyarakat agar tidak berpuas diri dengan
apa yang mereka peroleh, tetapi harus giat dan menggali lebih dalam lagi di abad globalisasi ini.
Para praktisi harus dapat menimba dan menambah ilmu pengetahuan mereka dan
memperkayanya dengan bidang-bidang studi terkait yang semakin canggih dewasa ini, yang
menantang setiap insan ilmuwan, misalnya mengenai perkembangan komunikasi dengan
kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat antara lain di bidang komputer, internet, dan
lainnya. Semua ini tidak terlepas dari kegiatan hubungan masyarakat. Inilah antara lain tantangan
yang dihadapi oleh para praktisi hubungan masyarakat dalam upaya meningkatkan dan
memelihara profesionalisme hubungan masyarakat.