Kami ucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan tugas yang diberikan di
dalam mata kuliah Feature dengan tema Feature Human Interest yang berjudul “Jemariku
untuk Bersosialisasi”
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai pentingnya memahami Feature Human Interest. Kami juga
menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami mohon maaf dan berharap adanya kritik, saran atau
usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang.
Kelompok 7
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………3
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Di sinilah feature mengambil perannya dalam persaingan antar
jenis media ini. Feature sekarang ini merupakan sesuatu yang tidak bi sa
tidak untuk harus ada dalam surat kabar. Terutama juga saat ini media
massa elektronik ikut ambil peran dalam gaya penulisan feature.
1.3 TUJUAN
Dengan dibuatnya makalah ini kami berharap pembaca mengerti
dan memahami pembahasan kita yang mendalam tentang Feature Human
Interest pada Mata Kuliah Feature ini.
1.4 MANFAAT
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
ditemukan pada setiap Negara di dunia yang menganut paham
demokrasi, yakni Informasi (toinform), Edukasi (toeducate), Koreksi
(toinfluence), Rekreasi (toentertain), Mediasi (tomediate)”.
Yunus (2010, h. 27) menambahkan, media dikategorikan ke
dalam 3 jenis berikut :
1. Media cetak, yang terdiri atas surat kabar harian, surat
kabar mingguan, tabloid, majalah, buletin/jurnal, dan
sebagainya.
2. Media elektronik, yang terdiri atas radio dan televisi
3. Media online, yaitu media internet, seperti website, blog,
streaming dan lain sebagainya,
Jika dikaitkan dengan penelitian yang penulis lakukan, maka
penulis memilih media elektronik sebagai bahan penelitian.
B. MEDIA ELEKTRONIK
7
A. Televisi
B. Radio
1. Definisi Radio
A. DEFINISI FEATURE
8
penuturan atau laporan tentang fakta secara lurus atau lempang
sebagaimana dijumpai pada berita langsung (straight news).
Apa yang dijelaskan Rivers dalam The Mass Media: Reporting,
Writing, Editing (1967) mungkin bisa membantu kita untuk lebih
memahami apa itu feature. Rivers menunjukkan, kita mempunyai kisah
atas fakta-fakta yang telanjang, dan itu kita sebut sebagai berita. Di
samping berita kita jumpai lagi tajuk rencana, kolom, dan tinjauan yang
kita sebut artikel atau opinion pieces.
Sisanya yang terdapat dalam lembaran surat kabar, itulah yang
disebut sebagai karangan khas (feature). Menurut pakar yang lain,
Mc.Kinney, feature adalah suatu tulisan yang berada di luar tulisan
yang bersifat berita langsung. Dalam tulisan ini pegangan utama 5W1H
dapat diabaikan. Sedangkan Wolseley dan Campbell dalam Exploring
Journalism (1957) memasukkan feature pada surat kabar ke dalam segi
hiburan (entertainment).
Secara gamblang ia mengiaskan feature pada surat kabar sebagai
asinan dalam sajian makanan. Ia tidak memberikan kalori utama, tetapi
ia menimbulkan selera makan dan penyedap. Ia merupakan bagian
cukup penting, sehingga surat kabar memenuhi pula fungsi ketiga yang
tidak dapat diabaikan, yakni hiburan (entertainment) disamping fungsi
memberi mformasi dan pendidikan (Assegaff, 1983:55).
Jadi jelas, feature bukanlah menu utama surat kabar, tabloid,
majalah, atau media massa. Menu utama surat kabar tetap adalah berita.
Dalam teori jurnalistik ditegaskan, berita terutama berita langsung,
disajikan dengan menggunakan pola piramida terbalik dan rumus
5W1H. Artinya, pesan berita disusun secara deduktif.
Kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu, baru kemudian disusul
dengan penjelasan dan uraian rinci serta latar belakang peristiwa. Selain
itu, berita disajikan dalam bahan laporan yang sifatnya formal, apa
adanya, lugas, dan tembak langsung (to the paint) eksplanatif.
9
Feature adalah menu penunjang surat kabar atau media massa.
Sifatnya sebagai pelengkap, feature juga dapat diabaikan oleh khalayak
pembaca, pendengar, atau pemirsa media massa. Hanya, dengan
merujuk pada analogi sajian makanan pada sebuah pesta, siapa pun
pengunjung pesta tidak akan merasa afdal apabila sesudah makan berat,
ia tak mencicipi menu penunjang seperti puding, aneka buah-buahan,
atau ice cream. Begitu juga dengan pembaca surat kabar, ia tak akan
merasa afdal apabila setelah menyimak berita, tak sekaligus juga
menikmati hidangan feature.
Luwi Ishwara mengungkapkan bahwa, “Berita-berita rutin yang
bila dilihat sepintas tidak menarik ini terkadang ada yang penting, atau
setidaknya bisa dikembangkan menjadi cerita yang menarik.
Hal ini tergantung dari ketajaman penglihatan atau penciuman
berita seorang wartawan atau editor. Misalnya, penandatanganan
perjanjian perdagangan antara dua negara. Kejadian formal yang
berlangsung hanya beberapa menit ini mungkin tidak menarik.
Tetapi bagi wartawan yang kreatif dan skeptis, ia bisa melihat,
misalnya, bahwa di belakang upacara formal tersebut ada berbagai
permasalahan yang terkait dengan hubungan perdagangan antara kedua
negara tersebut. Dia akan menggali hal-hal menarik yang bisa disajikan
kepada pembacanya. (Jurnalisme Dasar.2011:83-84).
Lebih lengkapnya, Luwi (2005:60) menjelaskan bahwa feature
yang baik adalah karya seni yang kreatif, namun faktual. Feature bukan
fiksi. Ia menggali suatu peristiwa atau situasi dan menata informasi ke
dalam suatu cerita yang menarik dan logis.
Feature akan membuat pembacanya tertawa atau terharu, geram
atau menarik napas panjang. Berita seperti itulah yang kemudian
dinamakan feature. Sentuhannya halus dalam bentuk cerita bagaikan
cerpen namun dilandasi dengan fakta.
10
Dari asal-usul feature ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa
dasarnya, feature merupakan hasil subjektivisme wartawan atau editor
atau penulis akan sebuah fenomena yang terjadi, yang dirasakan,
dialami.
Feature ada peristiwa atau cerita yang memang tidak bisa atau sulit
disampaikan sebagai berita lugas selain sebagai berita halus, soft news,
misalnya cerita yang sarat berisi unsur kemanusiaan.
Seorang penulis profesional, Daniel R. Williamson, merumuskan
bahwa reportase dalam bentuk berita halus, seperti feature, sebagai
penulisan cerita yang kreatif, subyektif, yang dirancang untuk
menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca.
Penekanan pada kata-kata kreatif, subyektif, informasi, dan
hiburan, adalah untuk membedakan dengan berita yang disampaikan
secara langsung pada berita lugas.
Menulis berita halus atau feature menuntut kemampuan
memaparkan dari sekadar membicarakan tentang suatu kejadian.
Feature yang baik adalah karya seni yang kreatif, namun faktual.
Feature bukan fiksi. Ia menggali suatu peristiwa atau situasi dan menata
informasi kc dalam suatu cerita yang menarik dan logis. Feature akan
membuat pembacanya tertawa atau terharu, geram atau menarik napas
panjang.
Dalam cerita feature, penulis harus mengontrol fakta dengan cara
seleksi, struktur, dan interpretasi, daripada fakta yang mengontrol
penulis. Mengontrol fakta bukan berarti mengekspresikan opini. Dan
pasti bukan memfiksikannya. Bukan pula memanipulasi fakta demi
keuntungan suatu pandangan. Tetapi berusaha memberikan pandangan
yang lebih jelas mengenai realitas seperti dilihat seorang pengamat
yang tajam dan tidak memihak.
11
Tulisan kreatif nonfiksi sering disebut literatur yang berlandaskan
fakta. Pembaca menginginkan fakta, tetapi fakta itu harus disajikan
kreatif, menarik dan menghibur. Tulisan semacam ini mensyaratkan
seorang sebagai pencerita dan kemampuan riset seorang wartawan.
Dia tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi menggugah pembaca
pada pengertian yang lebih dalam mengenai topik yang ditulis. Karena
sebagai pencerita maka dia harus menguasai bahasa, pengetahuan
bercerita (narrative know-how), pengembangan karakter, dsb.
Penulis membuat pembaca merasa terlibat sehingga ingin tahu
lebih lanjut. Pembaca merasa didekatkan dengan peristiwa, tindakan
atau pribadi yang digambarkan penulis. Pembaca menikmati perasaan
sebagai saksi mata dari kejadian.
12
atau seseorang yang bekerja dengan anak-anak cacat. Profil lebih
panjang dari sketsa, lebih detail, dan secara psikologis lebih dalam.
Profil mencoba menggambarkan dasar yang dalam seperti apa
sebenamya individu itu.
4. Profil Organisasi atau Proyek. Sama dengan sketsa kepribadian
atau profil hanya artikel organisasi/proyek ini mengenai grup atau
perusahaan, bukan mengenai individu. Misalnya, cerita tentang
gerakan sekelompok wanita yang membentuk komite untuk
menjamin perlakuan yang baik terhadap para istri yang disiksa
dengan membawa kasus ini ke pengadiian, legislator, polisi, dan
sebagainya.
5. Berita Feature (News feature). Ini adalah sebuah berita yang
ditulis dcngan gaya feature. Daripada ditulis secara langsung dan
lugas, cerita ini disampaikan dengan menggunakan teknik feature,
seperti pembukaan cerita dengan suatu ilustrasi anekdot, walaupun
sebenamya tujuan utama dari cerita itu adalah menyampaikan
berita.
6. Berita Feature yang Komprehensif (Comprehensive
Newsfeature). Tulisan ini menggambarkan arah dan perkembangan
suatu isu berita. Jenis tulisan ini mendasarkan riset yang lebih baik
daripada berita-berita lainnya, sebab berasal dari berbagai sumber
yang luas. Berita ini pun biasanya lebih analitik dan interpretatif,
menggambarkan tidak hanya mengenai apa ben'ta itu tetapi apa arti
berita itu. Misalnya, berita pembangunan pembangkit tenaga nuklir
yang dilaporkan media dalam bentuk flagmen. Hari ini ada
beritanya, keesokan hari atau beberapa hari kemudian baru ada lagi,
dan begitu seterusnya, ada yang pro dan ada yang kontra, sehingga
sering membingungkan masyarakat. Salah satu cara mengatasi
masalah ini adalah dengan menyajikan suatu laporan yang
komprehensif.
13
7. Artikel Pengalaman Pribadi. Ditulis oleh seorang wartawan atau
wartawan yang menulis (ghost-write) untuk orang lain yang
mengalami peristiwa yang unik, seperti melintasi henua seorang diri
dengan balon udara. Kadang-kadang wartawan sendiri mengatur
suatu pengalaman unik untuk ditulis, seperti pengalaman wartawan
Washington Post, Ben H. Bagdikian, yang pada tahun 1971 tinggal
dalam penjara selama satu minggu. Ia menyamar sebagai Benyamin
Barsamian dan tidak seorang pun dalam penjara itu, termasuk
petugasnya, yang tahu bahwa ia sebenarnya seorang wartawan. Ada
pula wartawan yang tinggal bersama gelandangan di kolong
jembatan. Dengan demikian selain observasi, wartawan akan
mengalami sendiri hidup sebagai seorang narapidana atau
gelandangan-participant observation.
8. Feature Layanan (Service Feature). Ini adalah cerita
tentang ”bagaimana-caranya” (how-to). Tulisan ini menggambarkan
bagaimana caranya menjawab kebutuhan hidup sehari-hari, seperti
memelihara anak, bersantai, berkebun, menata ruang, menyiapkan
makanan, dan banyak lagi. Feature seperti ini makin populer sejak
surat kabar berusaha untuk lebih dekat dengan kebutuhan dan minat
pembaca. Laporan jurnalisme yang menggambarkan pelayanan ini
dikenal sebagai service journalism. Wartawan menyampaikan
informasi yang membantu masyarakat menanggulangi kebutuhan
sehari-hari mereka. Dalam jumalisme pelayanan ini terkandung
spirit pelayanan. Inti dari semangat ini adalah mengubah sikap
arogan dari wartawan (”Ini berita hari ini; mau baca baik, tidak ya
sudah!”) kepada pendekatan yang lebih rendah hati, berorientasi
pada pembaca (”Inilah berita yang kami kira menarik untuk Anda-
kami harap Anda suka”).
9. Wawancara. Walaupun kebanyakan feature didasarkan pada
wawancara, feature wawancara khusus melukiskan suatu dialog
antara seorang wartawan dengan orang lain, sering seorang tokoh
14
masyarakat atau selebriti. Terkadang ditulis dalam format tanya-
jawab.
10. Untaian Mutiara. Ini adalah suatu feature ”kolektif,” seperti pada
seri anekdot mengenai topik umum. Wawancara dengan orang-
orang di jalan (”person on the street” interview) termasuk dalam
kategori ini, seperti juga feature Hari Valentine yang
menggambarkan ”sepuluh surat cinta terkenal sepanjang masa.”
11. Narasi. Ada pengamat yang melihat cerita atau narasi ini sebagai
salah satu bentuk feature, dan dalam pengertian murni nya memang
demikian. Narasi ini bagaikan cerita pendek, namun narasi
berhubungan dengan materi yang faktual. Narasi memaparkan
adegan demi adegan dengan memanfaatkan deskripsi, karakterisasi,
dan plot. Dan sebagai teknik penulisan, narasi bisa diterapkan untuk
penulisan jenis feature lainnya.
Jenis - jenis Feature dalam buku Sumadiria, AS Haris, 2005
Menurut Wolseley dan Campbell dalam Exploring Journalism, paling
tidak terdapat enam jenis feature :
1. Feature Human Interest (Human Interest Feature) ialah Feature
yang langsung menyentuh keharuan, kegembiraan, kejengkelan
atau kebencian, simpati, dan sebagainya. Misalnya, cerita tentang
penjaga mayat di rumah sakit, kehidupan seorang petugas
kebersihan di jalanan, liku-liku kehidupan seorang guru di daerah
terpencil, suka-duka menjadi dai di wilayah pedalaman, atau kisah
seorang penjahat yang dapat menimbulkan kejengkelan.
2. Feature Sejarah (Hystorical feature) : berusaha untuk melakukan
rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi fakta benda-benda tapi
juga mencakup aspek manusiawinya yang selalu mengundang daya
simpati dan empati khalayak.
3. Feature Biografi (Biografical Feature). Misalnya, riwayat hidup
seorang tokoh yang meninggal, tentang seorang yang berprestasi,
atau seseorang yang memiliki keunikan sehingga bernilai berita
15
tinggi. Itu sebabnya, kamu bisa menuliskan tentang profil para
pemimpin Islam di masa lalu, misalnya. Atau kamu juga bisa cerita
tentang kisahnya al-Khawarizmi, ilmuwan muslim yang
menemukan angka nol.
4. Feature Perjalanan (Travelogue Feature). Misalnya
menceritakan pengalaman berkesan dari sebuah perjalanan.
Misalnya kunjungan ke tempat bersejarah di dalam ataupun di luar
negeri, atau ke tempat yang jarang dikunjungi orang. Dalam
Feature jenis ini, biasanya unsur subjektivitas menonjol, karena
biasanya penulisnya yang terlibat langsung dalam
peristiwa/perjalanan itu mempergunakan “aku”, “saya”, atau
“kami” (sudut pandang-point of view-orang pertama).
5. Feature Petunjuk Praktis (Tips), disebut juga how-to-do Feature,
ialah Feature yang menjelaskan tentang bagaimana suatu perbuatan
atau aktifitas dilakukan. Misalnya, tentang bagaimana caranya
merawat mobil agar irit bensin, memasak, merangkai bunga,
membangun rumah, seni mendidik anak, panduan memilih
perguruan tinggi, cara mengendarai bajaj, teknik beternak bebek
dan sebagainya.
6. Feature Ilmiah (Scientific Feature), ialah feature yang
mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu
pengetahuan, dan teknologi yang ditandai oleh kedalaman
pembahasan dan objektivitas pandangan yang dikemukakan,
menggunakan data dan informasi yang memadai. Feature ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat dimuat di majalah teknik,
komputer, pertanian, kesehatan, kedokteran, dll. Bahkan surat
kabar pun sekarang memberi rubrik Science Feature.
16
Feature human interest ini menginterpretasikan fakta-fakta yang
dapat menyentuh perasaan. Misalnya suatu peristiwa yang
menyedihkan seperti penderitaan, bencana, perjuangan hidup dan
lainnya. Jika sisi human interest bukan berdasarkan fakta,
melainkan dibuat-buat. Maka tulisan tersebut tidak termasuk
feature human interest.
17
D. HASIL LIPUTAN FEATURE HUMAN INTEREST
Sore datang diiringi dengan hujan yang menyerbu ku dan memaksa diriku
untuk berteduh di sebuah kedai kopi di kawasan duren tiga Jakarta Selatan, kedai
tersebut bernama kopi tuli, sebuah nama kedai yang unik, seakan akan
memanggil ku untuk mengunjunginya, dan akhirnya langkah kaki ku bergerak
menuju kedai kopi tersebut, tangan ku mendorong pintu kedai dan di depan sudah
ada seorang barista yang memberikan senyuman hangat kepada saya, akhirnya
saya berjalan menuju meja yang bertuliskan “Pesan Disini”, saya membaca menu
yang sudah di sediakan oleh pihak kedai tersebut dan memesan satu ice coffee dan
18
satu black coffee, dan diluar dugaan ku, ternyata barista yang bekerja disana tuli
semua atau tidak dapat mendengar, dan akhirnya saya hanya menunjuk menu
yang saya pilih disertakan gerakan tangan, lalu saya menunggu di meja yang telah
disediakan, ketika saya sedang berbincang bersama rekan saya tentang kedai kopi
ini, bagaimana cara berkomunikasi dengan pegawai disini yang hampir semua
tuli, tidak lama kemudian ada seseorang pria memakai kemeja biru, celana jeans
dan sepatu pantofel menghampiri saya di meja, ia langsung mengeluarkan
handphone dari sakunya, lalu mengetik sesuatu, lalu memperlihatkan kepada saya
dan teman saya, tulisan tersebut adalah “Maukah Kamu Belajar Bahasa Isyarat
Dengan Saya?” tanpa pikir panjang saya menganggukan kepala saya yang artinya
sama menerima tawaran dari beliau, dan saya mempersilahkan beliau untuk
duduk, lalu dia memperagakan gerakan tangan yang memperkenalkan huruf abjad
versi bahasa isyarat dan menyuruh saya dan teman saya untuk ikut memperagakan
gerakan tangan yang beliau contohkan, lalu setelah selesai saya disuruh
memperkenalkan diri menggunakan Bahasa isyarat, setelah saya selesai
memperkenalkan diri saya, lalu teman saya memperkenalkan diri menggunakan
Bahasa isyarat juga, setelah selesai saya menyuruh beliau untuk memperkenalkan
diri kepada saya, nama beliau yang menggunakan kemeja biru dipadukan celana
jeans tersebut bernama Haza. Haza bukan pegawai disini, melaikan sebagai
pengunjung biasa, namun disini haza sering mengajak pengunjung kopi tuli untuk
belajar Bahasa isyarat secara gratis, beliau ingin merubah stigma masyarakat yang
menganggap orang tuli tidak bisa berkomunikasi, sebenarnya orang tuli bisa
berkomunikasi menggunakan Bahasa isyarat, oral (membaca gerakan mulut), dan
menggunakan tulisan. Haza tidak bisa mendengar sejak kecil, ia sering di
diskriminasi oleh orang orang sekitar nya hanya tidak bisa mendengar dan
berbicara, haza pernah di perlakukan tidak baik oleh teman sekitarnya yang
membuat mental haza down dan tidak mau masuk sekolah selama 1 minggu dan
dia tidak diterima oleh teman teman sebaya nya karena mempunyai keterbatasan
fisik, anak pertama dari tiga orang bersaudara ini mendapatkan semangat dari
orang tuanya agar haza tetap bersemangat dalam menjalankan hidupnya yang
memiliki keterbatasan fisik, dan haza membuktikan dengan prestasi yang di
19
diraihnya, haza merupakan murid berprestasi, terbukti ia bisa menjadi juara kelas
di sekolah umum dan dapat bersaing dengan orang-orang normal lainnya, setelah
lulus sekolah akhirnya haza memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di
sebuah perusahaan swasta di Jakarta, namun haza ditolak karena mempnyai
keterbatasan fisik , haza terus berusaha melamar pekerjaan namun hasilnya sama,
keterbatasan fisik menjadi alasan utama, disini haza ingin mematahkan stigma
stigma yang tertanam di masyarakat tetang tuli yang tidak berbisa berkomunikasi,
sebenarnya orang tuli bisa berkomunikasi mengunakan 3 cara, yaitu menggunakan
Bahasa isyarat, oral dan tulisan. Pasrah sempat terlintas di otak Pria yang berumur
24 tahun ini. Tetapi, kata pasrah itu sontak hilang dengan bertekad ingin
memberangkatkan umroh kedua orang tuanya. “Sukses ku, kalau aku bisa
memberangkatkan kedua orangtuaku umroh” Sontak terlontar dari jari-jemari
yang ia gerakan untuk berkomunikasi.
20
Unsur penting yaitu 5W+1H yang terdapat dalam News feature yang kami buat
adalah sebagai berikut :
1. What : Jerih payah tukan pijat keliling untuk pergi haji dan menafkahi
anak-anaknya
2. When : Rabu, 8 Mei 2019
3. Where : Gunung Putri, Bogor
4. Who : Hj. Siti Halimah (Mak Nami)
5. Why : Agar masyarakat mengerti bahwa orang tuli memiliki semangat
Yang tinggig..
6. How : Dengan tersedianya kedai kopi tuli, berharap agar masyarakat
datang. Untuk mengenal dan belajar bahasa isyarat.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Feature dapat dikatakan juga sebagai artikel yang kreatif, terkadang
subyektif, yang dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi
informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek
kehidupan. Feature memungkinkan reporter ‘’menciptakan’’ sebuah cerita.
Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat karangan tidak
boleh fiktif dan bersifat khayalan, reporter bisa mencari feature dalam
pikirannya, setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu.
3.2 SARAN
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para
pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini
kedepannya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ishwara, Luwi. 2005. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta : Penerbit Buku
Kompas.
23