Anda di halaman 1dari 10

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN:

2548-1398
Vol. 6, No. 7, Juni 2023

PERBEDAAN DESAIN BIOFILIK PADA EKSTERIOR DAN INTERIOR BANGUNAN

Quisha Qubilah Asmoyo, Mutiara Aulia Alatas, Annida Nisrina Putri


Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Indonesia
Email: quishaqubilah@gmail.com, auliamutiara980@gmail.com dan annidanisrina6@gmail.com

Abstrak
Desain biofilik adalah pendekatan inovatif dalam arsitektur dan desain interior yang berupaya
menggabungkan alam dan elemen alami ke dalam lingkungan binaan. Di era urbanisasi dan
kemajuan teknologi, desain ini menawarkan cara untuk mengintegrasikan alam ke dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu juga manfaat yang diberikannya terhadap produktivitas dan
kualitas hidup secara keseluruhan. Elemen penting desain biophilic eksterior meliputi
penggunaan tanaman asli dan teknik tataan lanskap yang meniru ekosistem alami, integrasi
fitur air seperti kolam atau sungai, penggunaan bahan alami seperti kayu atau batu pada
eksterior bangunan, serta penciptaan ruang luar yang memfasilitasi interaksi sosial dan
relaksasi. Elemen penting desain biophilic interior meliputi penggunaan bahan alami seperti
kayu, batu, dan tekstil organik, integrasi cahaya alami melalui jendela besar atau atap kaca,
inklusi tanaman indoor dan dinding hidup, integrasi fitur air dan tekstur alami.

Kata kunci: desain biofilik, tata ruang luar, tata ruang dalam, arsitektur
Abstract

Biophilic design is an innovative approach to architecture and interior design that seeks to
incorporate nature and natural elements into the built environment.In an era of urbanization
and technological advancements, this design offers a way to integrate nature into our daily
lives. It provides benefits to our productivity and overall quality of life. Key elements of
exterior biophilic design include the use of native plants and landscaping techniques that
mimic natural ecosystems, the integration of water features such as ponds or streams, the
incorporation of natural materials like wood or stone in building exteriors, and the creation of
outdoor spaces that facilitate social interaction and relaxation. Key elements of interior
biophilic design include the use of natural materials such as wood, stone, and organic textiles,
the incorporation of natural light through large windows or skylights, the inclusion of indoor
plants and living walls, and the integration of water features and natural textures

Keywords: biophilic design, exterior, interior, architecture

Syntax Literate | 1
Quisha Qubilah Asmoyo, Mutiara Aulia Alatas, Annida Nisrina Putri

Pendahuluan

Perubahan gaya hidup modern pada saat ini sangat berperan dalam memisahkan manusia
dari lingkungan alam. Manusia sebagian besar menghabiskan waktunya di dalam ruangan dan
lingkungan binaan, sehingga kontak manusia dengan alam seiring waktu semakin berkurang.
Padahal kesejahteraan fisik dan mental manusia bergantung pada lingkungan sekitar. Arsitek dan
desain interior memegang peran dalam menciptakan lingkungan binaan yang berkualitas untuk
kebutuhan kesejahteraan manusia. Lingkungan luar maupun dalam ruangan tempat manusia
beraktivitas harus meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia.

Salah satu pendekatan desain yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut adalah
biophilic design. Biophilic design dapat meningkatkan produktivitas dan kreativitas serta
menurunkan tingkat stres. Oleh karena itu, Perlu di pahami lebih dalam konsep biophilic design
pada sebuah desain bangunan baik eksterior maupun interior. Biophilic design memiliki 6 prinsip
yaitu, Fitur lingkungan, Bentuk-bentuk alami, Pola -pola dan proses alami, Cahaya dan ruang,
Hubungan yang didasarkan pada ruang, dan Hubungan evolusi manusia dan alam. Pada penelitian
ini akan dilakukan pengkajian terhadap beberapa contoh objek yang sesuai dengan prinsip biophilic
design.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada kritik ini adalah metode deskriptif kontekstual secara objektif
dan rinci. Metode kontekstual dilakukan secara dinamis yaitu menganalisis beberapa bangunan
dengan aspek elemen, fungsi, pergerakan, dan aktivitas. Metode kontekstual pada kritik ini
membahas perbedaan biophilic design pada interior dan eksterior beberapa objek yang diambil.
Pada tahap pengumpulan data menggunakan metode arsip atau studi literatur. Metode studi literatur
dilakukan dengan mengumpulkan literatur mengenai tiga objek biophilic design mengenai
perbandingan interior dan eksterior setiap objek. Data tersebut berbentuk foto, buku dan jurnal.

Literatur yang terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif kontekstual dinamis dengan
menjabarkan informasi interior dan eksterior pada tiga objek arsitektur yang diambil, kemudian
dilakukan perbandingan dengan menyesuaikan prinsip biophilic design. Tolak ukur yang digunakan
pada kritik ini adalah enam prinsip biophilic design. Kemudian, proses analisis tersebut
menghasilkan kajian objek arsitektur mengenai interior dan eksterior berdasarkan prinsip biophilic
design. Hasil teori tersebut akan digunakan sebagai referensi desain objek bertajuk konsep biophilic
design sesuai prinsip yang dijabarkan.

Hasil dan Pembahasan

A. Desain Biofilik Eksterior

Desain ini menekankan integrasi elemen alami, pola, dan sistem ke dalam ruang eksterior
yang mengelilingi sebuah bangunan. Dengan menggabungkan elemen seperti vegetasi, fitur air,
bahan alami, dan pemandangan alam, desain biofilik eksterior bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan penghuni dan menciptakan rasa keterhubungan dengan lingkungan sekitar. Desain
eksterior mempertimbangkan tampilan alami yang dapat dilihat dari luar seperti jendela, teras dan

Syntax Literate | 2
Quisha Qubilah Asmoyo, Mutiara Aulia Alatas, Annida Nisrina Putri

area terbuka lainnya. Selain itu biofilik eksterior juga mengutamakan akses ke ruang terbuka seperti
taman dan halaman.

Konsep desain biofilik eksterior memanfaatkan hasil paparan alam terhadap manusia,
berupa pengurangan stres, peningkatan fungsi kognitif, peningkatan kreativitas, dan kepuasan
secara keseluruhan. Dengan menciptakan ruang luar yang melibatkan indra dan memberikan
kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan alami, desain biofilik eksterior mendorong gaya
hidup yang berkelanjutan dan sehat.
Penerapan prinsip desain biofilik eksterior membutuhkan pertimbangan yang cermat
terhadap kondisi lokasi, iklim, dan kebutuhan serta keinginan pengguna. Sehingga dalam
pelaksanaannya pun sering melibatkan kolaborasi antara arsitek, desainer landskap, dan pemangku
kepentingan lainnya untuk memastikan integrasi alam dan penciptaan ruang luar yang fungsional
dan berkelanjutan.

B. Desain Biofilik Interior

Dengan mengadopsi desain biofilik interior, ruang dalam menjadi lebih dari sekadar area
fungsional. Desain biofilik interior memberikan kesempatan untuk terhubung kembali dengan alam,
bahkan dalam lingkungan perkotaan, dan meningkatkan kualitas keseluruhan ruang dalam.
Pemilihan material menggunakan material alami seperti kayu, batu, tanah liat dan serat alami
lainnya. Selain itu fokus penting biofilik interior adalah pencahayaan alami, seperti penggunaan
jendela besar, skylight, dan atap kaca.
Implementasi desain biofilik interior membutuhkan pendekatan yang berpikir matang dan
holistik, dengan mempertimbangkan faktor seperti konteks lokasi, preferensi pengguna, dan
keberlanjutan. Prinsip desain biofilik interior mempertimbangkan indra dan respons emosional
terhadap rangsangan alam. Desain bertujuan menciptakan ruang yang membangkitkan rasa
keterhubungan dengan dunia alami, melalui petunjuk visual seperti pemandangan alam, keberadaan
elemen air, dan penggunaan bentuk dan pola organik. Desain ini juga memperhatikan pengalaman
auditori dengan mengintegrasikan suara alam, seperti aliran air atau nyanyian burung, serta
pengalaman taktil melalui penggunaan tekstur dan material alami.

C. Prinsip Desain Biofilik

1. Fitur Lingkungan
Mengintegrasikan elemen-elemen alami seperti air, tamanan batu ke dalam
desain bangunan atau sekitarnya. Atribut dalam prinsip ini berupa: Warna, air, udara
cahaya matahari, tanaman, binatang, bahan-bahan alam, pandangan jauh dekat, dan
penghijauan wajah depan.

2. Bentuk-Bentuk Alami
Menggunakan bentuk dan bentuk yang secara alami ditemukan di alam
merupakan elemen penting lain yang digunakan dalam desain biofilik.. Atribut
dalam prinsip ini berupa: Motif motif botanis, penopang pohon dan kolom, motif
binatang, telur dan oval, kerang dan spiral, dan lengkung, vault, kubah.

3. Pola-Pola dan Proses Alami

Syntax Literate | 3
Quisha Qubilah Asmoyo, Mutiara Aulia Alatas, Annida Nisrina Putri

Menggunakan atribut berupa: pola ruang-ruang yang diikat, ruang-ruang transisi,


titik perhatian pusat.

4. Cahaya dan Ruang


Mengoptimalkan pemanfaatan cahaya alami sebagai pecahayaan pada ruangan
dan meminimalisir pengguanaan listrik. Atribut dalam prinsip ini berupa: penerapan
cahaya alami, cahaya yang disaring dan difusikan, cahaya dan bayangan, adanya
cahaya yang terpantul, keluasan ruang, keselarasan ruang, ruang bagian dalam-luar.

5. Hubungan yang Didasarkan Ruang


Mengaitkan hubungan pada peletakan ruang, bangunan ,dan tempat. Atribut
dalam prinsip ini berupa:hubungan geografis antara bangunan dan tempat, fitur
lansekap menentukan bangunan, hubungan ekologis terhadap tempat, hubungan
budaya antara bangunan dan tempat.

6. Hubungan Evolusi Manusia dan Alam


Prinsip ini menekankan hubungan yang melekat antara manusia dan alam.
Desain biofilik yang baik membahas afinitas terhadap alam. Atribut dalam prinsip
ini berupa:refuge, menciptakan rasa ingin tahu, penguasaan dan pengendalian,
atraksi dan keindahan, eksplorasi dan penemuan.

D. Penerapan Biophilic Design Exterior pada Objek

1. Hotel Raffles Jakarta

Merupakan bangunan perhotelan yang terletak di Jakarta, Indonesia. Menerapkan


biofilik desain pada bagian eksterior bangunan dengan membuat akses area hijau terbuka
yang dirancang secara lansekap alam dengan hadirnya taman. Selain itu juga
menggabungkan elemen vegetasi berupa pepohonan, semak, bunga dan fitur air berupa
kolam. Desain nya sangat menarik dari segi visual dengan proporsi yang cukup,
menciptakan ruang luar yang melibatkan indra dan memberikan kesempatan untuk
berinteraksi dengan lingkungan alami.

Gambar 1
Taman Hotel Raffles

Penggunaan material alami dan ruang terbuka memungkinkan sirkulasi udara alami
dan penetrasi cahaya matahari. Menghadirkan unsur alam asli melalui kontak secara
langsung maupun tidak langsung, rangsangan auditori melalui suara alam seperti kicauan

Syntax Literate | 4
Quisha Qubilah Asmoyo, Mutiara Aulia Alatas, Annida Nisrina Putri

burung dan pergerakan air kolam. Desainnya bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang
menenangkan dan menyegarkan bagi para tamu di tengah kesibukan kota.

2. Microlibrary Warak Kayu

Merupakan bangunan perpustakaan yang terletak di tepi Jalan Dr Sutomo, kota


Semarang. Bangunan ini adalah bentuk inisiatif peningkatan minat baca pada kalangan
menengah. Ruang komunitas multifungsi yang performatif secara sosial dengan desain dan
bahan yang sadar lingkungan.

Gambar 2
Microlibrary Warak Kayu

Menggunakan prinsip biophilic desain yaitu terbuat dari bahan dasar alami yaitu
kayu . Bangunan ini juga memiliki motif yang mengangkat budaya semarang yaitu motif
Warak Ngendog pada sisi bangunanya. Celah pada motif tersebut berfungsi untuk
meneruskan cahaya matahari pagi dan sore ke dalam ruangan sebagai pencahayaan alami.

3. Naman Pure Spa

Bangunan retreat dengan fasilitas spa dan kesehatan klub kesehatan yang terletak di
Vietnam. Konsep eksterior biofilik bangunan dapat terlihat dari desain fasad. Fasad disusun
oleh pola kisi yang diselingi dengan lanskap vertikal yang menyaring sinar matahari tropis
yang kuat menjadi permainan cahaya dan bayangan yang menyenangkan di dinding
bertekstur. Fasad berperan penting untuk manusia beradaptasi langsung dengan alam dan
berdampak pada mental dan kesehatan. Hal ini dapat menjadikan suasana yang sejuk dan
menyegarkan.

Gambar 3
Naman Pure Spa Vietnam

Syntax Literate | 5
Quisha Qubilah Asmoyo, Mutiara Aulia Alatas, Annida Nisrina Putri

Konsep semakin menyatu dengan alam dengan hadirnya kolam teratai dan taman
gantung di sekitarnya.Taman terbuka yang rimbun menghubungkan ruang interior dan
eksterior sehingga suasana sejuk dan tenang. Objek menerapkan prinsip biolophic design
namun tidak seluruhnya. Apabila mengacu pada prinsip biophilic design, objek tampak lebih
baik apabila menggunakan material fasad yang alami.

E. Penerapan Biophilic Design Interior pada Objek

1. Wyndham Clubhouse

Merupakan bangunan perhotelan yang terletak di resor pantai Phu Quoc, Vietnam.
Menerapkan biofilik desain pada bagian interior sekaligus eksterior bangunannya dengan
memanfaatkan lokasi hotel yang terbangun di tepi pantai. Menggunakan material utama
yaitu bata terbuka memaksimalkan penghawaan dan pencahayaan alami. Pada bagian dalam
bangunan terdapat atrium yang bagian dasarnya adalah kolam air. Disekeliling koridor
atrium terdapat tanaman rambat hijau yang menggantung hingga lantai dasar. Banyaknya
bukaan pada bangunan ini menjadi akses bagi masuknya udara, aroma, cahaya serta suara
dari luar ke dalam bangunan. Terlebih lagi lokasi site bangunan yang berada di sekitar tepi
pantai.

Gambar 4
Wyndham Clubhouse

Bangunan ini memenuhi hampir seluruh prinsip desain biofilik. Mulai dari fitur
lingkungan, sampai cahaya dan ruang. Kolam di tengah atrium memberikan rangsangan
auditori dan visual yang langsung menstimulasikan pikiran akan alam yang terletak di dalam
ruang. Selain itu penggunaan material alami seperti bata terbuka dan kayu digunakan secara
luas pada desain bangunan ini. Desainnya bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang
menyatu dengan alam dan memberikan kualitas hidup yang sehat bagi penghuninya.

2. Bioclimatic and Biophilic Boarding House

Boarding house yang dirancang oleh Arsitek Andy Rahman ini terletak di kota
surabaya. Sesuai dengan namanya, bangunan ini dirancang menanggapi isu bioclimatic dan
menggunakan prinsip biophilic. Terlihat pada penggunaan material pada dinding bangunan
ini menggunakan panel panel berlubang membuat kesan bernafas dimana udara dan cahaya
bebas masuk dan keluar bangunan.

Syntax Literate | 6
Quisha Qubilah Asmoyo, Mutiara Aulia Alatas, Annida Nisrina Putri

Gambar 5
Bioclimatic and Biophilic Boarding House

Penerapan unsur biophilic lainnya ada pada komunal space dimana ini merupakan
ruang untuk penghuni kost melakukan interaksi, komunikasi, dan bersosialisasi antar
penghuni. Ruang ini merupakan ruang terbuka yang terletak pada tengah bangunan yang
menggunakan furniture berbahan kayu dan lantai yang menggunakan batu kerikil untuk
menciptakan suasana alam.

3. TECLA House

TECLA (Technology and Clay) House merupakan model perumahan ramah


lingkungan yang dicetak 3D seluruhnya dari tanah mentah lokal. Sebagaimana prinsip
lingkungan, arsitek Mario Cucinella mempertimbangkan bentuk bangunan dan komposisi
campuran tanah material bangunan sesuai iklim dan garis lintang, dimana lokasi objek yang
terletak di Italia. Pada prinsip cahaya dan ruang, objek memaksimalkan pencahayaan dan
alami melalui bukaan, yaitu ventilasi yang melekat pada lapisan luar. Selain itu, insulasi
termal dibuat dengan mengisi rongga dalam dengan sekam padi, dan massa termal
ditingkatkan dengan menambah ketebalan "ribbing" pada material tanah liat pengisi.

Gambar 6
TECLA House

Bentuk atipikal, dari geometri hingga bubungan eksternal, yang memberikan


keseimbangan struktural konstruksi, baik selama fase pencetakan 3D amplop dan setelah
penutup objek selesai. Hal ini menghidupkan desain yang organik dan koheren secara visual.
Secara umum, interior objek sudah memenuhi prinsip biophilic design, termasuk hubungan
setempat dan alam yang berfokus pada penyelesaian masalah lingkungan.

Syntax Literate | 7
Quisha Qubilah Asmoyo, Mutiara Aulia Alatas, Annida Nisrina Putri

F. Kelebihan Biophilic Design Eksterior


1. Menciptakan koneksi dengan alam yang dapat meningkatkan kesehatan mental,
kesejahteraan dan mengurangi stres. Ruang terbuka memberi dampak positif pada
suasana hati, produktivitas, kreativitas individu, dan kesehatan.
2. Melibatkan penggunaan tanaman asli, bahan-bahan yang berkelanjutan, dan strategi
energi yang efisien. Dengan praktik berkelanjutan, desain eksterior biophilic
membantu mengurangi dampak lingkungan bangunan dan keseimbangan ekologi.
3. Mendorong interaksi sosial, keterlibatan komunitas, dan rasa memiliki. Desain ini
juga menciptakan kesempatan bagi orang-orang untuk bersatu, saling terhubung, dan
memupuk rasa kebersamaan.
4. Meningkatkan kualitas ruang luar.

G. Kelebihan Biophilic Design Interior


1. Menjaga koneksi dengan alam ketika berada di dalam ruangan. Dengan
menggabungkan material alami, tekstur, warna, dan pola, serta elemen seperti
tanaman dalam ruangan dan fitur air, menciptakan rasa berada dalam lingkungan
alami.
2. Menciptakan ruang yang estetis dan menarik yang merangsang secara visual dan
menarik minat. Penggunaan elemen dan pola alami serta menambah kedalaman dan
tekstur pada interior membuat tampak lebih menarik secara visual.
3. Menekankan penggunaan material yang berkelanjutan, sistem yang efisien secara
energi, dan praktik ramah lingkungan.
4. Menciptakan suasana dan rasa tenang dan relaksasi yang membantu mengurangi
stres dan berdapampak positif pada kesehatan.

H. Kekurangan Biophilic Design Eksterior


1. Maintenance dan perawatan. Penggunaan bahan alami mungkin memerlukan
perbaikan atau penggantian secara berkala, contohnya tanaman perlu disiram dan
dipangkas, fitur air memerlukan pembersihan dan pemeliharaan secara rutin, dan
elemen alami lainnya.
2. Implikasi biaya. Material yang digunakan merupakan bahan berkualitas tinggi dan
fitur khusus memilki harga yang lebih mahal daripada desain konvensional.
3. Keterbatasan iklim. Elemen harus dipilih dengan hati-hati berdasarkan iklim lokal
dan kondisi lingkungan. Tidak semua elemen alami dapat tumbuh subur di iklim
tertentu atau tahan terhadap kondisi cuaca ekstrem. Penting untuk memilih tanaman
dan bahan yang cocok untuk iklim spesifik lokasi guna memastikan kelangsungan
hidup dan keberlanjutan jangka panjang.

I. Kekurangan Biophilic Design Interior


1. Maintenance dan perawatan. Memerlukan prosedur perawatan dan pembersihan
khusus untuk mempertahankan kondisi dalam ruang.
2. Kendala ruang dan tata letak. Tidak semua lingkungan interior memiliki ruang yang
cukup untuk menampung elemen-elemen alami, terutama di area yang lebih kecil
atau padat.

Syntax Literate | 8
Quisha Qubilah Asmoyo, Mutiara Aulia Alatas, Annida Nisrina Putri

3. Pencahayaan dan suhu. Dalam menjaga cahaya, suhu dan tingkat kelembaban supaya
tepat untuk kelangsungan tanaman indoor atau elemen alami lainnya, perlu diberikan
sistem tambahan atau penyesuaian.
4. Alergi dan sensitivitas. Beberapa individu mungkin memiliki alergi atau sensitivitas
terhadap beberapa tanaman, serbuk sari, atau bahan alami yang digunakan dalam
desain biophilic, sehingga perlu memilih bahan yang hipoalergenik atau non-toksik.

Kesimpulan

Biofilik desain adalah pendekatan dalam desain arsitektur dan interior yang bertujuan untuk
menciptakan koneksi yang kuat antara manusia dengan alam. Meskipun ada beberapa kesamaan
antara biofilik desain eksterior dan interior, terdapat juga perbedaan dalam cara penerapannya dan
elemen yang diutamakan. Secara keseluruhan, biofilik desain eksterior dan interior memiliki tujuan
yang sama yaitu menciptakan lingkungan yang terkoneksi dengan alam dan meningkatkan
kesejahteraan penghuninya. Namun, penekanan pada elemen dan implementasi desain dapat
bervariasi tergantung pada konteks ruang dan lingkungan. Keduanya baik biofilik desain eksterior
dan interior memiliki banyak sekali pertimbangan untuk bisa diaplikasikan, mulai dari segi biaya
hingga perawatan rutin. Agar desain ini dapat di aplikasikan diperlukan penengah dari berbagai
pertimbangan - pertimbangan tersebut.

BIBLIOGRAFI

Febriana, M. (2016). Identifikasi Pemahaman Biophilic Design dalam Konteks Desain Interior.
Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Justice, R. (2021). Konsep Biophilic dalam Perancangan Arsitektur. Semarang: Universitas


Diponegoro.

Kellert, S.R., Heerwagen, J.H. & Mador, M.L. (Eds.) (2009). Biophilic Design: The Theory,
science, and practice of bringing building to life. Hoboken, NJ: John Wiley&Sons,Inc.

Kellert, S., Callabrese, E.F., (2015). The Practice of Biophilic Design. London: Terrapin Bright
LLC.

Parkes, James. (2021). Tecla House 3D House Printed from Locally Sourced Clay.

Sumartono. (2015). Prinsip - Prinsip Desain Biofilik. Productum, 1(1), 15-21.

Copyright holder:
Nama Author (Tahun Terbit)

First publication right:


Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

This article is licensed under:

Syntax Literate | 9
Quisha Qubilah Asmoyo, Mutiara Aulia Alatas, Annida Nisrina Putri

Bukti Submit Jurnal

Syntax Literate | 10

Anda mungkin juga menyukai