Anda di halaman 1dari 5

RESUME JURNAL

TEKNOLOGI DAN MATERIAL ARSITEKTUR

Disusun Oleh :
Izza Sabrina Fathoni
D300230061 / A

Dosen Pembimbing :
Ir. Samsudin Raidi, M.Sc.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


FAKULTAS TEKNIK
ARSITEKTUR

SEMESTER GENAP TAHUN 2023/2034


JURNAL 1

1. Judul Jurnal Arsitektur, Material Bangunan dan Keharmonisan Kehidupan


Andi Prasetiyo Wibowo (Fakultas Teknik, Arsitektur,
2. Peneliti
Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
3. Tahun Penelitian 2018
4. Permasalahan Pada tanggal 27 Mei 2006, gempa bumi melanda Indonesia di
wilayah Yogyakarta. Salah satu daerah yang terkena dampak
cukup parah adalah desa Ngibikan yang terletak di
Kecamatan Jetis, kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Arsitektur yang baik tidak harus arsitektur yang besifat


monumental dan memiliki nilai-nilai keindahan dalam wujud
kemewahan. Sadar atau tidak, para arsitek seringkali
menciptakan karya arsitekturalnya untuk menunjukkan
ke’aku’annya. Egois, tidak mau kalah, harus menonjol,
menjadi hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam
menciptakan suatu karya arsitektural. Kekhasan suatu bentuk
bukan merupakan hal yang haram dalam dunia arsitektur,
namun bagaimana mengolah kekhasan tersebut menjadi hal
yang tetap menselaraskan alam dan budaya sekitar. Alam dan
budaya sudah ada terlebih dahulu dibandingkan lahirnya
5. Metode Penelitian arsitektur, sebagai pendatang sudah sepantasnya arsitekturlah
yang mengkuti apa yang sudah ada sebelumnya.
Beradaptasilah dengan lingkungan sekitar, maka kita akan
menciptakan kenyamanan bagi diri kita sendiri. Dengan
demikian terciptalah keharmonisan kehidupan, karena adanya
rasa saling hormat antar elemen kehidupan tersebut. Jurnal ini
membahas tiga hal di atas sebagai satu kesatuan yang dapat
saling mendukung dan melengkapi, sehingga nantinya akan
dapat menambah wawasan dan kesadaran kita akan
pentingnya arsitektur yang mempertimbangkan kelestarian
alam dan tetap memperhatikan budaya lokal.

6. Hasil Penelitian Kita boleh saja hidup di dunia modern, namun bukan berarti
hal-hal yang bersifat tradisional lantas ditinggalkan begitu
saja. Eko Agus Prawoto atau yang lebih sering disebut Eko
Prawoto –arsitek peraih IAI Award 2002 untuk Rumah
Cemeti Yogyakarta- dalam sebuah wawancara yang
dilakukan oleh Halimatussadiyah dan Yoenazh K. Azhar
(wartawan Housing Estate) di sela-sela Jakarta Architecture
Triennale 2009 di Jakarta, mengatakan bahwa “masyarakat
tradisional menganggap alam sebagai ibu. Mana ada orang
yang menyengsarakan ibunya? Berkebalikan dengan manusia
modern yang memandang alam sebagai sumber daya
(eksploitatif)”. Dari pernyataan tersebut, kita melihat sebuah
pemikiran yang masih dipegang oleh masyarakat tradisional
dalam menyikapi hal-hal di dalam kehidupannya, termasuk
dalam menciptakan hunian dan lingkungan tempat tinggal
mereka. Bahan tradisional dari alam; tanah liat, bambu, kayu,
ranting bisa tahan lama dan dapat dipakai dengan gampang
dan murah. Proses rekonstruksi desa Ngibikan memanfaatkan
material-material setempat, dan juga menggunakan sisa/bekas
dari bangunan. yang lama. Selain memanfaatkan material
yang ada, hal ini diharapkan dapat meminimalisir biaya untuk
rekonstruksi. Material-material yang digunakan antara lain:
kayu dari pohon kelapa yang banyak terdapat di sekitar
lokasi, sisa-sisa batu bata dari reruntuhan bangunan lama,
jendela dan pintu juga memanfaatkan bekas bangunan yang
lama. Penggunaan material baru hanya pada penutup atap dan
dinding atas, yaitu menggunakan bahan fibercement.
Pertimbangan pengunaan bahan fibercement ini adalah untuk
mendapat struktur bangunan yang ringan dan tingkat
kemudahan serta kecepatan dalam proses rekonstruksi.

(Dinding bata yang dikombinasikan dengan panel dinding fibercement di desa Ngibikan)
JURNAL 2

Struktur Cangkang Bentukan Bebas dengan Material Non-


1. Judul Jurnal
Beton Bertulang : Penunjang Arsitektur Organik
Fibria Conytin Nugrahini (Arsitektur, Fakultas Teknik,
2. Peneliti
Universitas Muhammadiyah Surabaya)
3. Tahun Penelitian 2020
4. Cangkang adalah bentukan yang diinspirasi dari bentukan
alam, yaitu rumah keong, kulit telur, rumah siput dan lainnya.
Dibandingkan dengan bentangannya, cangkang merupakan
struktur yang sangat tipis dan mempunyai lengkungan.
Cangkang sistem dua arah mempunyai penyaluran gaya yang
menyebar ke permukaannya pada garis kurva yang membujur
dan melintang. Perpaduan gaya tarik dan tekan pada
permukaan strukturnya menyebabkan cangkang menjadi
dinamis dan secara efisiensi strukturalnya kuat. Bentang
cangkang bisa mencapai 500 sampai dengan 1500 kali dari
ketebalannya. Karena berat dari cangkang sendiri akan dapat
memungkinkan untuk bentang yang sangat lebar. Kekakuan
cangkang tergantung dari bentuknya dan kondisi pendukung
strukturnya. Cangkang bentukan bebas merupakan cangkang
Permasalahan yang mempunyai bentukan yang tidak teratur sehingga lebih
rumit baik dalam penyebaran gayanya maupun pencarian
bentuknya.Bentuk dan kekuatan yang terbentuk dari
cangkang bentukan bebas yang secara geometris tidak teratur
sehingga bentuk dan kekuatan lebih rumit dan kompleks (Li,
Qingpheng, 2018). Cangkang dengan material non-beton
menjadi alternatif untuk membuat cangkang bentukan bebas.
Cangkang bentukan bebas dengan material non beton di masa
sekarang ini dibuat dengan teknologi yang tinggi. Beberapa
material non-beton bernilai arsitektur yang tinggi juga baik
untuk penggunaan arsitektur organik dimana membutuhkan
tampilan yang natural. Material non- beton juga mudah
diaplikasikan untuk bentuk-bentuk alam serta bangunan yang
harus menyatu dengan alam, serta membutuhkan bentuknya
akan menjadi identitas lingkungannya.
Penelitian dilakukan dengan studi literaturdan studi preseden
dari data sekunder untuk mendapatkan gambaran dan
5. Metode Penelitian perbandingan bangunan dengan arsitektur organik baik dari
desain dan konstruksi masing masing preseden.
6. Hasil Penelitian Dari segi material yang digunakan, beton bertulang
merupakan bahan bangunan yang sangat cocok untuk
menghasilkan permukaan kulit yang halus. Langsung dicetak
dan dituangkan di tempat, menciptakan permukaan yang
menerus dari penuangannya. Namun tantangan utama terletak
pada perancah dan bekisting selama konstruksi (Chilton,
2000). Hal ini menyebabkan memakan waktu, biaya sumber
daya yang tinggi sehingga penggunaan cangkang beton
mengalami penurunan. Meskipun pada dekade terakhir,
teknologi digital(CAD) untuk permodelan dan perhitungan
dengan Finite Element Modelling(FEM) memudahkan,
namun perkembangannya tidak sejalan dengan proses desain
dan rekayasa (Huijben, dkk, 2011).Dari segi ekonomis,
penggunaan cangkang bentukan bebas seringkali terbentur
pada permasalahan bekisting yang kompleks dan memakan
biaya tinggi pada penggunaan beton bertulang. Material non
beton untuk cangkang bentukan bebas dengan menggunakan
grid sebagai pengganti beton bertulang berkembang dewasa
ini. Material grid yang digunakan bisa berupa kayu, baja
hollow, serta penutup berupa panel kaca maupun penutup
membran. Material ini menjadi pengganti yang sangat
menunjang arsitektur kontemporer khususnya arsitektur
organik, terutama dari segi keterpaduan antara interior dan
eksterior yang dituntut adalah penyatuan.

(Contoh Cangkak Non-Beton dan Cangkang


Beton)

Anda mungkin juga menyukai