Anda di halaman 1dari 9

TEORI ARSITEKTUR

ANALISA BERDASARKAN TEORI ARSITEKTUR

GREEN SCHOOL BALI

OLEH:
NI LUH PUTU INDAH PERMATA SWARI
(I0212057)

PRODI ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

GREEN SCHOOL BALI

Green School Bali merupakan sebuah kawasan sekolah yang


memiliki konsep kembali ke alam. Sekolah ini berlokasi di Banjar Saren,
Desa Sibang Kaja, Abiansemal, Badung. Dibuka pada 1 September
2008 dan diresmikan pada Mei 2009. Penggagas bangunan sekolah ini
adalah John Hardy, seorang pengusaha perak yang berasal dari Kanada
dan telah menetap di Bali selama lebih dari 30 tahun. Menurutnya, ide
pembagunan sekolah ini adalah untuk menerapkan ajaran Tri Hita
Karana yang pada dasarnya hakikat ajaran ini adalah penekanan tiga
hubungan manusia dalam kehidupan di dunia, yang meliputi hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia
dan

hubungan

manusia

dengan

alam

sekitar.

Sehingga

dalam

pembangunannya bangunan ini tidak menggunakan bahan buatan


pabrik atau zat kimia.
Green School merupakan penggabungan konsep pendidikan dan
konsep lingkungan sehingga tercipta konsep lingkungan yang sehat.
Konsep hijau (green) pada sekolah merupakan sebuah metode yang
menyediakan gaya hidup yang sehat, suasana yang nyaman dan
produktif.

Bangunan

sekolah

ini

merupakan

salah

satu

contoh

bangunan yang menerapkan arsitektur organik.


Arsitektur

organik

merupakan

sebuah

teori/ilmu

yang

mempelajari perencanaan dan perancangan dalam mendesain yang


mengambil sumber dari alam sebagai poko dari bentuk dan fungsi
bangunan.
Menurut Fleming, Honour & Pevsner (1999) dalam Penguin
Dictionary of Architecture, arsitektur organik memiliki dua pengertian.
Yang pertama, arsitektur organik merupakan sebuah istilah yang
diaplikasikan pada bangunan atau bagian bangunan yang terorganisir
berdasarkan analogi biologi atau sesuatu yang mengingatkan pada
bentuk bentuk natural. Sedangkan pengertian yang kedua, arsitektur

organik merupakan sebuah istilah yang digunakan oleh Frank Llyod


Wright dan arsitek lainnya untuk menggambarkan arsitektur yang
secara visual, lingkungannya saling harmonis, sesuai dengan tapak,
dan mereflesikan kepedulian arsitek terhadap proses dan bentuk alam
yang dibuat.
Menurut Ganguly (2008) pada artikelnya yang berjudul What is
Organic in Architecture, mendefinisikan arsitektur organik merupakan
hasil dari perasaan akan kehidupan, seperti integritas, kebebasan,
harmoni, persaudaraan, keindahan, kegembiraan, dan cinta. Arsitektur
organik merupakan sebuah filosofi arsitektur yang menjunjung harmoni
antara lingkungan hidup manusia dan dunia alam melalui pendekatan
desain. Arsitektur organik terintegrasi dengan tapak dan memiliki
sebuah kesatuan, komposisi yang saling berkaitan, berisi bangunan
bangunan dan lingkungan sekitarnya. Arsitektur organik merupakan
sebuah interpretasi prinsip prinsip yang ada di alam untuk dijadikan
bentuk.
Beberapa konsep dasar arsitektur organik adalah.
a. Building as nature, bangunan memiliki sifat alami. Alam menjadi
pokok dan inspirasi dari arsitektur organik. Pada umumnya yang
menjadi dasar konsep dan gagasan dalam desain arsitektur organik
adalah bentuk bentuk dan struktur suatu organisme.
b. Continous present, salah satu karakteristik khusus dari desain
arsitek organik adalah sebuah desain arsitektur yang terus berlanjut,
dimana tidak pernah berhenti dan selalu dalam keadaan yang selalu
berkembang

mengikuti zaman

namun tetap membawa

unsur

keaslian dan kesegaran dalam arsitektur.


c. Form Follow Flow, bentuk bangunan didesain mengikuti aliran energi
alam. Arsitektur organik menyesuaikan dengan alam sekitarnya dan
bukan melawan alam.

d. Of the People, perancangan bentuk dan struktur bangunan organik,


didesain sesuai dengan kebutuhan pemakai bangunan. Perancangan
untuk kenyamanan pemakai bangunan juga sangat penting.
e. Of the Hill, Lokasi bangunan yang buruk dan tidak biasa akan
menjadi tantangan bagi arsitektur organik untuk memberikan solusi
tak terduga dan imajinatif. Untuk desain arsitektur organik, dalam
kondisi apapun arsitektur organik mengurangi dampak manusia
pada lingkungan alam sekitar.
f. Of the Materials, material tradisional dari alam seperti jerami, kayu,
dan bambu digunakan dalam bangunan organik. Kebutuhan akan
material digunakan dengan baik dimana tidak merusak alam dan
pemanfaatan sumber daya alam dengan efisien.
g. Youthful and Unexpected, arsitektur organik pada umumnya memiliki
karakter yang sangat individu. Desain bangunan terkadang dibuat
dengan aksen dan memberi kejutan yang tidak terduga.
h. Living Music, arsitektur organik mengandung unsur musik modern,
dimana mengandung keselarasan irama, dari segi struktur dan
proporsi bangunan yang tidak simetris. Arsitektur organik selalu
futuristic dan modern.
i. Integral, elemen-elemen bangunannya bersifat terpusat.
Berdasarkan

karakteristik

arsitektur

organik

yang

sudah

dijelaskan, Green School yang berada di Bali memiliki konsep yang


sesuai dengan arsitektur organik. Green School menyediakan berbagai
fasilitas yang ramah lingkungan dengan berbagai keuntungan, yaitu
mengurangi gas gas berbahaya bagi atmosfer, menjaga kesehatan
para siswa dari berbagai penyakit gangguan pernapasan seperti asma,
meningkatkan kepekaan sosial, dan lain lain.

Gambar 01. Green school Bali


Sumber : http://889yoga.com/blog/community-889/green-school-bali/

Sekolah ini mendidik siswanya dengan pendidikan tentang


lingkungan. Bangunan ini hanya mengguanakan material bambu,
rumput gajah dan tanah liat. Semen yang digunakan hanya di
beberapa bagian bangunan. Dimensi bangunan ini adalah 18 meter
dengan tinggi 64 meter. Green School mendapat listrik dari sumber
energi yang ramah lingkungan yaitu generator turbin hidrolik dan
panel surya.
Bahan bangunan Green School Bali hampir seluruhnya berasal
dari bambu lokal, di antaranya pada tiang, rangka atap, tangga, lantai
atas dan lainnya. Bambu-bambu itu disambung dengan sistem pin dan
baut.

Interior

bangunan

seperti

meja,

kursi,

rak,

dan

lemari

menggunakan bambu. Bambu, merupakan tanaman yang mudah


tumbuh. Hanya dalam jangka 4-5 tahun ketinggian bambu bisa
mencapai 18 meter, sementara pohon lain membutuhkan waktu 25
tahun. Dengan demikian, bambu termasuk material yang ramah
lingkungan karena mudah dan cepat diperbaharui. Sedangkan atap
bangunan menggunakan alang alang.
Material yang digunakan sedapat mungkin berasal dari lokal
(lingkungan sekitar). Dengan memakai bahan-bahan lokal maka

distribusi bahan untuk sampai ke tempat tujuan akan jauh lebih mudah
dan cepat. Dimana hal ini akan berdampak pada pemakaian bahan
bakar untuk alat transportasi tersebut. Semakin dekat lokasi bangunan
dengan sumber material, maka bahan bakar yang diperlukan juga akan
semakin

sedikit.

Inilah

pentingnya

memanfaatkan

potensi

lokal

semaksimal mungkin dalam bidang arsitektur.


Semua ruangan menciptakan keharmonisan antara bangunan
dengan alam sekitarnya. Jalan setapak yang menghubungkan antar
bangunan hanya menggunakan material batu kali dan cadas yang
tidak diaspal. Ruang kelas didesain tanpa sekat atau dinding beton
menghasilkan angin dan cahaya matahari dapat masuk dengan
maksimal ke dalam bangunan. Ditambah dengan sebuah skylight yang
melingkar di puncak atap, sebagai sumber pencahayaan alami bagi
ruang-ruang di bawahnya., sehingga para siswa menikmati pelajaran
seperti belajar di alam terbuka. Pembentukan ruang kelas tanpa sekat
juga bermanfaat agar para guru dan siswa dapat lebih peka dan dekat
dalam menjalin hubungan edukasi dan sosial.
Karena halaman sekolah yang sangat luas, dimanfaatkan sebagai
tempat

untuk

menggunakan

bercocok
pupuk

tanam
dan

secara

pestisida

organik.
kimia.

Mereka

Tanaman

tidak
yang

dibudidayakan adalah asli tanaman lokal seperti ketela rambat, talas,


pisang, kelapa, padi, singkong, dan lain lain. Hasil panen dinikmati
oleh siswa, guru, dan pengelola sekolah. Sisanya dijual di kantin
sebagai makanan ringan organik.
Sebagai penghawaan, bangunan ini tidak menggunakan AC,
melainkan menggunakan kincir angin melalui terowongan bawah
tanah. Hal ini dapat terjadi karena kondisi fisik lahan yang berkontur
dan dekat dengan sungai dan hutan. Tenaga listriknya menggunakan
bio-gas yang berasal dari kotoran hewan, generator turbin air, serta
panel surya. Di dalam area sekolah ini terdapat sungai Ayung yang
mengalir mejadikan gemericiknya sebagai musik alami.

Bangunan Green School juga mengurangi sampah atau limbah


yang ditimbulkan oleh manusia, karena hampir keseluruhan material
bangunan menggunakan material yang berasal dari alam. Bangunan
ini juga berperan mengurangi emisi karbon, karena penggunaan panel
surya sebagai sumber tenaga listrik secara otomatis mengurangi
tingkat penggunan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga
listrik. Sehingga tidak perlu lagi menggunakan bahan bakar yang
bayak menghasilkan polusi udara. Sedangkan penyediaan air bersih
berasal dari sungai Ayung yang berada sekitar 40 m di bawah tanah.
Bentuk elemen bangunan melingkar dan berpusat pada skylight
yang ada pada bagian tengah bangunan utama. Peletakan ruang
ruang dan bentuk bangunan menerapkan pola dan struktur biomorfik,
mengikuti kontur lahan, dan memanfaatkan

lingkungan dengan

maksimal tanpa merusak keaslian yang telah ada membuat bangunan


Green School Bali ini sebagai bangunan arsitektur organik.
Selain memiliki konsep arsitektur organik, bentuk bangunan
Green

School

Bali

juga

memiliki

bentuk

geometri.

Geometri

menghasilkan bentuk arsitektur yang bebas. Walaupun cara pemikiran,


aturan atau kaidah dari geometri bersifat mengikat namun pada
akhirnya akan menghasilkan suatu kebebasan bentuk dan ekspresi.
Geometri juga dapat berarti ilmu ukur suatu ruang. Dan ruang
yang dimaksud adalah bumi. Dari pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa geometri adalah sesuatu yang pada dasarnya bebas, penuh
dengan kedinamisan. Ilmu biologi dapat diterapkan dalam bentuk
geometri. Sudah banyak karya karya arsitektur yang mengadopsi
bentuk alam (natural form). Sehingga bermunculan bentuk bentuk
yang baru, aneh, dan unik tetapi merupakan ruang tempat hidup
manusia.
Geometri dalam arsitektur juga berupa penghadiran bentuk
bentuk dasar yang memiliki dan mengandung unsur unsur geometris.
Garis, bidang, solid yang dapat memberikan kemampuan untuk

mengenali bentuk bentuk yang tercermin dalam tampilan bangunan.


Bangunan utama pada Green School Bali memiliki bentuk melingkar
yang berpusat pada bagian tengah bangunan.
Bentuk geometri seperti bentuk bentuk alam sesuai dengan
teori Ruskin. Menurut Ruskin, Bentuk terwujud karena mengadopsi
bentuk bentuk yang ada di alam. Bangunan utama Green School
Bali berbentuk tiga lantai yang dinaungi oleh tiga buah atap besar
dengan skylight berbentuk keong.

Gambar 02. Skylight pada Green School Bali


Sumber: http://tedconfblog.files.wordpress.com/2011/05/201105_green_school-17-label.jpg

Keong merupakan hewan yang berasal dari alam. Sehingga


bentuk bangunan ini sesuai dengan teori Ruskin yang mengadopsi
bentuk bentuk yang berasal dari alam.
Analogi biologis dapat menjelaskan mengenai konsep teori
Ruskin. Analogi biologis terdiri dari dua bentuk yaitu organic yang
bersifat terpusat pada hubungan antara bagian bagian bangunan
atau antara bangunan dengan penempatannya, dan biomorfik yang
bersifat terpusat pada pertumbuhan proses proses dan kemampuan
gerakan yang berhubungan dengan organisme.
Analogi biologis berhubungan dengan arsitektur organik, karena
sama sama berhubungan dengan bentuk bentuk yang berasal dari

alam, serta mengikuti keadaan alam. Bangunan Green School Bali


menerapkan bangunan yang mengikuti keadaan alam, sehingga
bangunan ini memiliki konsep arsitektur organik, memiliki bentuk
geometri yang menerapkan bentuk alam, dan sesuai teori Ruskin.
Secara tipologi, sekolah ini memiliki bentuk bangunan yang
berbeda dari bentuk sekolah pada umumnya. Sehingga ciri ciri yang
ada pada bangunan sekolah ini tidak aka nada pada bangunan sekolah
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai