Anda di halaman 1dari 20

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Kuliah Lapangan (PKL)

Identitas Kelompok (Nama/Nim) : Kelompok 1

1. Sinta Sepvia (06151281520036)


2. Jumiati (06151181520013)
3. Yayang Zulaidah (06151181520014
4. Nir Azzahra Ummi (06151181520009)
5. Danang Tri Nugroho (06151181520002)

Tempat Pelaksanaan PKL : Green School Bali

Hari/Tanggal : Senin, 18 September 2017

Pukul : 14.30- 16.30 WITA

Indralaya,

Menyetujui, 1 November 2017

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Azizah Husin, M.Pd Dra. Evy R K Waty, Ph.D

NIP : NIP :

1
Daftar Isi

Lembar Pengesahan .......................................................................................................... 1

Daftar Isi ........................................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................ 6

Bab II

2.1 Latar Belakang Pendirian Green School Bali ....................................................... 7


2.2 Rancangan Desain Infrastruktur di Green School Bali ......................................... 8
2.3 Program-program Pendidikan di Green School Bali ............................................ 9
2.4 Konsep sekolah alam di Green School Bali ......................................................... 11
2.5 Kelebihan dan kekurangan Green School Bali ..................................................... 18

BAB III

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 19


3.2 Rekomendasi......................................................................................................... 19

Sumber Referensi ............................................................................................................. 20

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk semakin pesat, memerlukan sandang, pangan dan papan.
Dengan demikian maka, membutuhkan penggunaan sumber daya alam (SDA) yang lebih
besar. Permasalahannya, pertumbuhan populasi ini tidak didukung dengan SDA, maka
untuk memenuhi kebutuhannya manusia menggunakan teknologi (Soemarwoto,1994).
Dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang pesat, membantu manusia untuk
mensejahterakan hidupnya.
Kemajuan ilmu dan teknologi yang pesat menyebabkan kemajuan di segala bidang,
tetapi juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Al Gore dengan buku, ceramah, dan
terutama tayangan film dokumenternya berjudul An Inconvenient Truth membentangkan
secara dramatis dampak ulah perbuatan manusia pada perubahan iklim sejagat. Kurangnya
kesadaran lingkungan menyebabkan pencemaran (air, udara dan daratan), penurunan
keanekaragaman hayati dan ketersediaan pangan, dan penurunan ketersediaan SDA.
Pencemaran udara menyebabkan perubahan cuaca global, perusakan lapisan ozon, hujan
asam, dan udara menjadi tercemar.
Pencemaran air menyebabkan pengendapan dan mencemari sumber-sumber air
sehingga membahayakan kehidupan. Produksi limbah padat, limbah cair, limbah beracun
dan berbahaya menyebabkan lingkungan hidup menjadi terancam. Oleh karena itu, semua
usaha pembangunan yang dilakukan manusia hendaknya memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup. Menurut Neoloka (2008) masalah lingkungan hidup pada hakikatnya
adalah masalah kemanusiaan yang erat hubungannya dengan sistem nilai, sistem sosial,
dan agama dalam pengendalian pertumbuhan penduduk dan pengelolaan lingkunganhidup.
Karena itu, cara mengatasi masalah kependuduan dan lingkungan hidup tidak dapat hanya
dengan melakukan usaha yang bersifat teknis, tetapi perlu didukung dengan upaya yang
bersifat edukatif dan persuasif. Upaya tersebut dengan melaksanakan pendidikan
lingkungan hidup yang berupa sekolah alam .
Menurut Efriyani Djuwita,M.Si seorang psikolog Perkembangan Anak dan staf
pengajar Fakultas Psikologi UI, Sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan
alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa
didiknya. Tidak seperti sekolah biasa yang lebih banyak menggunakan metode belajar
mengajar di dalam kelas, para siswa belajar lebih banyak di alam terbuka. Di sekolah alam
3
metode belajar mengajar lebih banyak menggunakan aktif atau action learning dimana
anak belajar melalui pengalaman. Dengan mengalami langsung anak atau siswa
diharapkan belajar dengan lebih bersemangat, tidak bosan, dan lebih aktif. Penggunaan
alam sebagai media belajar menurut psikolog yang akrab disapa Ita ini diharapkan agar
kelak anak atau siswa jadi lebih aware dengan lingkungannya dan tahu aplikasi dari
pengetahuan yang dipelajari. Tidak hanya sebatas teori saja.
Efriyani Djuwita,M.Si juga mengatakan bahwa bisa dibilang konsep sekolah alam
adalah konsep belajar aktif, menyenangkan dengan menggunakan alam sebagai media
langsung untuk belajar. Sekolah Alam berusaha menciptakan suasana belajar mengajar
yang menyenangkan, dimana atmosfer belajar tidak menegangkan, komunikasi antara guru
dan siswa juga hangat dan juga mementingkan pada active learning dimana siswa tidak
berfokus pada buku-buku pelajaran saja tapi mengalami langsung apa yang mereka
pelajari, bisa lewat percobaan, observasi dan lain sebagainya.
Kelebihan sekolah alam dibandingkan sekolah biasa, menurut psikolog yang
mengambil S2 nya di UI ini, sekolah alam membuat anak tidak terpaku hanya pada teori
saja. Namun mereka dapat mengalami langsung pengetahuan yang mereka pelajari di
alam. Karena diakui saat ini sekolah-sekolah biasa lebih banyak menggunakan sistem
belajar mengajar konvensional dimana guru menerangkan, siswa hanya mendapat
pengetahuan dengan mengandalkan buku panduan saja, dan siswa jarang diberikan
kesempatan untuk mengalami langsung atau melihat langsung bentuk pengetahuan yang
mereka pelajari. Di sekolah alam, biasanya aturan yang diberlakukan tidak seketat sekolah
biasa dimana siswa harus duduk mendengarkan gurunya atau mendapatkan hukuman jika
tidak mengerjakan tugas.
Green School, Bali, merupakan sekolah alam yang meyatukan pendidikan dengan
lingkungan secara serasi dan terintegrasi. Secara harfiah Green school berarti sekolah
hijau, namun sebenarnya memiliki makna yang lebih luas dari arti harfiahnya. Green
school bukan hanya tampilan fisik sekolah yang hijau/rindang, tetapi ujud sekolah yang
memiliki program dan aktivitas pendidikan mengarah kepada kesadaran dan kearifan
terhadap lingkungan hidup. Sekolah hijau yaitu sekolah yang memiliki komitmen dan
secara sistematis mengembangkan program-program untuk menginternalisasikan nilai-
nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas sekolah.
Tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis sehingga menjadi wahana pembelajaran
bagi seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan berprilaku ramah lingkungan. Program
pendidikan dikemas secara partisipatif penuh, percaya pada kekuatan kelompok,
4
mengaktifkan dan menyeimbangkan Feeling, Acting, dan Thinking, sehingga tiap individu
bisa merasakan nilai keagungan inisiasinya. Secara konsep kelompok didorong untuk
mampu melahirkan visi bersama dengan memahami apa yang menjadi penting (Definisi),
menemukan dan mengapresiasi apa yang telah ada dan tentunya itu terbaik (Discovery),
menemukan apa yang semestinya ada (Dream), menstrukturkan apa yang ada (Design) dan
merawatnya hingga menjadi ada (Destiny), sehingga hasilnya akan melampaui dari apa
yang dinginkan dan sangat sinergi dengan konteks realitas yang ada dalam kehidupan
sekolah. Bahwa sebenarnya memahami makna Green School yang seharusnya adalah
berbuat untuk menciptakan kualitas lingkungan sekolah yang kondusif,ekologis, lestari
secara nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif
dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal.
Program Green School merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan program
pengembangan sekolah, oleh sebab itu program Green School akan terintegrasi ke dalam
program pengembangan sekolah. Pengembangan kurikulum berwawasan lingkungan dan
pendidikan berbasis komunitas terwadahi dalam program kurikuler dan ektra kurikuler
Sedangkan pengembangan kawasan sekolah dan pengembangan sistem pendukung yang
ramah lingkungan termasuk dalam program pengelolaan lingkungan fisik/ fasilitas.
Selanjutnya pengembangan lingkungan sosial/lingkungan kerja merupakan bagian dari
pengembangan manajemen sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


Mahasiswa PLS adalah mahasiswa yang dipersiapkan untuk mengetahui dan
konsep sekolah alam yang berbasis pendidikan non-formal. Oleh karena itu adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana gambaran umum dan konsep
sekolah alam yang diimplementasikan di Green School Bali?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana
gambaran umum dan konsep sekolah alam yang diimplementasikan di Green School
Bali.

5
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan penulisan dan penjabaran tentang gambaran umum dan konsep sekolah
alam di Green School Bali yang tersaji dalam makalah ini maka diharapkan makalah
ini dapat membantu seluruh pembaca pada umumnya dan mahasiswa PLS pada
khususnya dalam memahami bagaimana konsep sekolah alam yang ada di Green
School Bali. Dengan mengetahui gambaran umum dan konsep sekolah alam yang
dilaksanaakan di Green School Bali, maka makalah ini bermanfaat sebagai referensi
bagi mahasiswa PLS dalam mengimplementasikan program non-formal berbasis
pendidikan alam yang mengacu pada konsep sekolah alam yang dilaksanakan di
Green School Bali.

6
BAB II
Pembahasan

2.1 Latar belakang pendirian Green School Bali


Green School direncanakan oleh John dan Cynthia Hardy pada tahun 2006 dan
dibangun oleh PT. Bambu. Sekolah ini dibuka pada bulan September 2008 dengan
sekitar 100. Pendirinya yaitu pemerhati lingkungan serta desainer John Hardy dan
Cynthia, telah menetap di Bali selama lebih dari 30 tahun dan mendapatkan konsep
yang unik untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar inspiratif dan diluar
keterbatasan struktural, konseptual, dan fisik sekolah yang tradisional.
Green School terletak di Sibang Kaja, Badung Bali dengan luas bangunan 4500
m2 serta luas site 4.55 HA. Green School di desain sejak bulan Juni tahun 2007
silam hingga Mei 2008, Kemudian mengalami masa pembangunan sejak bulan Juli
tahun 2007 hingga agustus 2008 yang lalu dan kemudian lounching pada 1 september
2008. Bangunan Green School dibantu oleh para ahli konstruksi bambu dari pihak
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Green School sendiri menyerap konsep budaya masyarakat Bali dengan
mengutamakan bahan bambu sebagai fasad bangunannya. John dan Cynthia Hardy
ingin memotivasi masyarakat untuk hidup sehat Green Peace. Bagian dari upaya
untuk menunjukkan kepada orang, bagaimana membangun sebuah gedung dengan
bahan yang sangat tradisional, yaitu bambu.

Dahulu John Hardy adalah seorang mahasiswa seni dari Kanada yang kreatif, dan
memulai perjalannya ke Bali pada tahun 1975. Penasaran dengan tradisi kerajinan
Bali, ia menetap di Bali dan mulai memproduksi perhiasan dengan seniman local Bali.
Cynthia adalah orang Amerika yang sudah berkeliling dunia saat sedang
mempertimbangkan kuliah hukumnya di Berkeley. Pada tahun 1982 Cynthia tiba di
Bali sebagai tujuan akhir liburannya. Namun, seiring berjalannya waktu, dia memulai
bisnis perhiasan kecil-kecilan di Bali. Saat John Hardy dan Cynthia ditakdirkan untuk
bertemu dan kemudian jadilah pasangan suami istri yang dapat dikatakan sebagai
kolaborasi yang professional dan memiliki pemikiran yang logis mengenai analisa
budaya masyarakat Bali yang menggunakan Bambu.
Salah satu kunci keberhasilan mereka adalah menciptakan Green School itu
sendiri dengan menggunakan konsep bahan utama yaitu Bambu. Penggunaan Bambu
7
ini juga merupakan cerminan sikap mereka yang menghormati budaya masyarakat
Bali.Visi hidup John dan Cynthia sendiri adalah berusaha untuk berbagi dengan orang
lain dan memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anak mereka, dan Green
School merupakan realisasi dari visi tersebut.
"Kami sedang membangun Sekolah Hijau untuk menciptakan sebuah
paradigma baru untuk belajar. Kami ingin anak-anak untuk menumbuhkan
kepekaan fisik yang akan memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Kami ingin anak-anak untuk mengembangkan kesadaran
spiritual dan intuisi emosional mereka.

Kalimat tersebut merupakan kutipan dari keinginan mereka untuk menciptakan


suatu karya dalam hal pendidikan, akhirnya terciptalah Green School sebagai wujud
dari visi mereka.

2.2 Rancangan Desain Infrastruktur di Green School Bali


a. Active Landscape
Active Landscape dapat dikatakan sebagai cara memberlalukan lahan agar
memberikan dukungan untuk keberlangsungan bangunan dan penghuni di
dalamnya.
b. Self Design
Self Design suatu tindakan atau perilaku manusia yang sadar/perduli terhadap
lingkungan sekitar. Dalam merancang sebuah desain tidak hanya memperhatikan
estetika desain itu, akan tetapi juga memperhatikan dampak-dampak yang
ditimbulkan oleh rancangan desain tersebut.
c. Eco Tone
Eco Tone merupakan pertemuan yang baik antara dua atau lebih karakter yang
berbeda. Karakter yang dimaksudkan adalah lingkungan itu sendiri yang dapat
berarti hutan, kebun, sawah, sungai, sungai, danau dan sebagainya. Penerapan
prinsip eco tone pada bangunan dapat dilakukan dengan upaya menggunakan
karakter-karakter tersebut sebagai penunjang dalam kebutuhan hidup.
d. Biodiversity
Biodiversity adalah prinsip bagaimana manusia menjaga keragaman alam. Alam
menyediakan sumber daya yang dapat digunakan untuk keberlangsungan hidup
manusia. Untuk itu menjaga dan melestarikan alam sangat penting karena alam
akan memberikan timbal-baliknya terhadap manusia itu sendiri. Keragaman
tersebut meliputi tumbuhan, pepohonan, hewan dan lain-lain.
8
2.3 Program-program Pendidikan di Green School Bali
Green school memiliki beberapa program sekolah untuk anak-anak yang bersekolah
disana, diantaranya :
a. Program untuk Sekolah Dasar : Kelas 1-5
Kursus sekolah dasar berfokus pada pengembangan anak secara
keseluruhan.Pendidikan di Green School bertujuan untuk mengembangkan IQ
masing-masing anak , EQ dan SQ melalui berbagai kegiatan multi- indera setiap
hari. Anak-anak didorong untuk menjadi ekspresif dan kreatif melalui pelajaran
pengalaman didalam maupun diluar kelas. Standar akademik Green School berasal
dari berbagai sumber internasional yang ketat ,mata pelajaran dasar seperti : Sains,
matematika , dan bahasa Inggris diajarkan setiap hari . Selain hal tersebut Green
School menawarkan sendiri subyek Green School seperti Kesadaran Global, Studi
Hijau , pertunjukan dan seni visual , Studi Bahasa Indonesia dan Bahasa Indonesia.
Semua mata pelajaran inti diperkenalkan dalam pendekatan tematik. Keterampilan
penting dari pelajaran ini kemudian secara eksplisit diajarkan selama pelajaran
kemahiran harian dalam matematika dan bahasa Inggris .
Siswa akan bekerja pada program pembelajaran individual dalam matematika
dan bahasa Inggris di semua kelas. Pendekatan ini memungkinkan semua siswa
untuk tumbuh dan berkembang dengan penuh percaya diri dan lingkungan yang
aman dan mendukung. Siswa yang bersekolah di Green School juga terlibat dalam
kegiatan berbasis masyarakat untuk setiap kelas. Aspek lain dari program utama
adalah untuk mengembangkan keterampilan kewirausahaan dan kepemimpinan.Hal
ini dicapai melalui berbagai program dan proyek yang dibangun ke dalam program
tahunan.Siswa bekerja pada proyek-proyek berbasis masyarakat untuk memperkuat
pemahaman membantu orang lain dan mengundang orang-orang dari semua lapisan
masyarakat ke sekolah untuk bekerja dengan keras pada proyek-proyek kehidupan
nyata yang berhubungan dengan karir dan bisnis di masyarakat.

b. Program untuk sekolah Menengah : Kelas 6-8


Program Sekolah Menengah disekolah ini berfokus pada pendekatan seluruh
anak yang mendukung kebutuhan khusus dari tahun tengah siswa , siswa terlibat
dalam pembelajaran dan kehidupan masyarakat , menantang secara intelektual dan
akademis , dan didukung oleh gairah , memelihara , dan terinspirasi untuk menjadi

9
lebih dewasa Selain program akademik yang kuat ada beberapa aspek yang unik
program Middle School di green school yakni :
1. Waktu Komunitas
Siswa memiliki waktu untuk bekerja pada usaha yang berorientasi pada
masyarakat . Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi pertemuan kelas , proyek
relawan / jasa , keterampilan hidup , organisasi dan manajemen diri , pelatihan
resolusi konflik , usaha kewirausahaan , dan semua majelis, Middle School dan
presentasi .
2. Pemeliharaan
Satu periode pada hari rabu sore setiap minggu, siswa memiliki waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah. Mereka membutuhkan dukungan ekstra dalam
matematika , membaca dan menulis, siswa dapat menggunakan ruang-ruang
yang lengang untuk dipergunakan untuk berdiskusi atau bekerja bersama dengan
temannya yang lain.
3. Pilihan
Setiap siswa akan memiliki waktu pilihan dalam satu minggu untuk eksplorasi
pengalaman yang mendalam di kelas pendidikan kreatif. Tujuannya adalah
untuk memungkinkan siswa mengeksplorasi mata pelajaran yang telah
dipelajari.
4. Seni Rotasi
Dua kali seminggu siswa Sekolah Menengah bekerja sama dengan spesialis seni
visual dan membuat pertunjukan di bidang musik , drum , marimba , seni visual
dan, drama.
5. Experiential Learning Trips
Pihak green school telah bekerjasama dengan pihak Odyssey Institute , penyedia
lokal petualangan outdoor pendidikan dan pembelajaran layanan , untuk
menciptakan pengalaman luar yang dirancang untuk mendukung tema studi
hijau untuk setiap kelas, kelas 6 adalah Air , Kelas 7 adalah Kesehatan dan
penyembuhan , dan Kelas 8 adalah Konservasi dan Aksi Sosial. Setiap kelas
akan melakukan perjalanan ke berbagai lokasi di seluruh Bali , satu perjalanan
akan berlangsung pada awal tahun ajaran ( September / Oktober ) dan satu
menjelang akhir tahun ajaran (April / Mei ) . Perjalanan ini merupakan
komponen yang tak ternilai dari program Sekolah Menengah yang dimiliki pada
Green School.
10
6. Kelas 8 Quest Project
Sebagai puncak ke Sekolah Tengah , dan sebagai bagian dari ritus yang lebih
besar dari bagian , siswa kelas 8 memulai Quest Project pribadi. The Quest
adalah kesempatan bagi siswa untuk mengejar area kepentingan pribadi dan
untuk memusatkan perhatian mereka sepanjang perjalanan kelas 8 tahun mereka
Proyek ini akan mengadakan tempat khusus penting dalam Program Sekolah
Tengah dan saat selesai akan menjadi catatan perjalanan pribadi yang setiap
siswa dapat hadir untuk komunitas sekolah .
7. Layanan Pembelajaran
Siswa sekolah menengah secara aktif terlibat dalam komunitas melalui unit
tematik dan kemitraan dengan sekolah-sekolah lokal dan LSM .
8. Global Connections
Siswa berada dalam kontak dengan siswa di seluruh dunia untuk berbagi
pengalaman mengenai proyek pembelajaran dan pertukaran lintas budaya. Hasil
wawancara radio langsung dengan siswa di Melbourne, Australia untuk berbagi
proyek-proyek konservasi , konferensi panggilan Skype dengan siswa di Hawaii
untuk membandingkan dan kontras ekosistem hutan,untuk blogging dengan
siswa di Australia,Kanada,dan Brasil untuk membahas isu-isu global dan solusi
mereka, praktisnya, anak pada tingkat 8 di green school diajarkan untuk
membuat koneksi.

2.4 Konsep sekolah alam di Green School Bali


Green School Bali merupakan salah satu sekolah berbasiskan alam yang didirikan
oleh John Hardy, tertarik akan sekolah alam dan ingin mendirikan di Indonesia
karena melihat potensi indonesia yang kaya akan alam dan memiliki daya dukung
yang baik untuk pembangunan proyek Green School. Memasuki kompleks sekolah
yang asri tersebut kita disambut dengan hutan desa yang rimbun dan sejuk , untuk
sampai di bangunan sekolah seluruh murid harus melalui Jembatan minang yang
melintasi sungai Ayung. Konstruksi jembatan ini seluruhnya terbuat dari bambu.
Penggunaan bambu untuk proyek Green School membutuhkan banyak bambu berjenis
bambu Petung yang memiliki kekuatan yang baik untuk dipergunakan sebagai
bangunan. Bambu-bambu yang dipergunakan didatangkan dari berbagai daerah
diindonesia.

11
Gb. 01 Denah wilayah Green School Bali

Gb. 02 Penampakan dari atas Green School Bali

Daerah di sisi seberang Jembatan Minang, merupakan kawasan utama sekolah. Disitu
terdapat sawah milik sekolah dimana siswa dan guru sering menanam padi bersama.
Namun area belajar yang sesungguhnya baru ditemui setelah perjalanan melewati jalan
setapak yang menanjak yaitu kelas-kelas tanpa dinding atau pun kaca. Desain yang terbuka
tersebut membuat para siswa yang sedang belajar merasakan desiran angin, merasakan
hangatnya cahaya matahari, serta mendengar suara-suara alam seperti kicauan
burung,suara pepohonan yang bergesek, dan aliran air di sungai serta suara alam lainnya

12
yang mengiringi proses belajar siswa dikelas. Cuaca disekitar sekolah sangat mendukung
keberlangsungan belajar para siswa, karena suasana di sekitar Green School jauh dari
kebisingan dan hiruk pikuk manusia dengan kesibukannya seperti yang biasa ditemui
disekolah-sekolah biasa lainnya. Hal ini didukung dengan mencegahan kendaraan umum
memasuki wilayah Green School. Peserta didik yan diantarkan orang tua menuju sekolah
hanya akan diantar sampai jembatan minang, karena disana batas kendaraan boleh diakses.
Kendaraan dilarang memauki wilayah sekolah sebagai pengurangan kebisingan dan polusi.

Gb. 03 Heart of School berfungsi sebagai zona perkantoran

Sementara itu di level tertinggi dari kawasan, terdapat sebuah lapangan besar, sarana
olahraga out door sekolah dan sebuah gymnasium. Terdapat pula sebuah bangunan dengan
tiga level yakni : Heart of School (HOS),ini adalah bangunan utama sekolah yang
berfungsi sebagai tempat administrasi, ruang guru, ruang kepala sekolah, serta ruang-ruang
penunjang lain seperti galeri seni kriya anak, ataupun ruang komputer dan lainnya. Pada
bangunan Heart of School.

13
Gb. 04 Ruang kelas yang didesain melengkung

Sementara itu bentuk kotak dan garis yang terlalu tegas akan mengurangi kreativitas
yang dibutuhkan anak-anak selama belajar. Bangunan ini sangat mengedepankan
kreatifitas anak sebagai tumbuh kembang anak yang baik, dengan kreatifitas anak akan
mendapatkan pengalaman hidup yang baik.
Dengan memegang prinsip kreatifitas anak adalah yang nomor satu, maka hasilnya
adalah kelas-kelas berbentuk busur dengan bambu-bambu yang diikat secara melengkung
sebagai penopang utama bangunan. Batang-batang bambu itu kemudian disambung
dengan rangkaian bambu lainnya membentuk atap dengan ilalang di atasnya. Bentuk yang
sedemikian rupa membentuk ruangruang kelas yang fleksibel dan indah. Keadaan ruang
kelas yang non formal, dan tidak seperti kebanyakn sekolah lain membuat anak semakin
antusias mengikuti pelajaran karena posisi duduk bisa beruah seperti yang mereka mau.
Kondisi yang demikian sangatlah fleksibel sehingga selama belajar disekolah kondisi
mental anak tidak tertekan melainkan anak dapat merasakan rasa nyaman selama belajar
disekolah karena disekolah ditanamkan kebebasan yang secara visual terungkap melalui
bentuk bangunan, bentuk furniture dan juga perilaku yang bebas bertanggungjawab yang
sekolah ajarkan kepada anak.

14
Gb.05 Rak tas

Hampir semua elemen bangunan Green School menggunakan material bambu, di


antaranya pada: tiang, rangka atap, tangga, lantai atas dan lainnya. Bambu-bambu itu
disambung dengan sistem pin dan baut. Namun tidak hanya konstruksi bangunan saja yang
menggunakan bambu. Railing atau pagar pembatas, hingga furniture seperti kursi dan meja
belajar pun dibuat dari bambu. Awal mulanya penggunakan bambu untuk furniture
dikarenakan banyaknya bahan bambu yang tersisa dari selesainya penggarapan konstruksi
bambu yang menjadi material inti dalam bangunan. Jumlah sisa atau limbah bambu yang
banyak membuat John Hardi menginginkan untuk memanfaatkan bambu tersebut.
Hasilnya selain untuk kotak sampah juga bambu bisa dibuat sebagai rak tas, seperti
gambar diatas. Bambu, merupakan tanaman yang mudah tumbuh. Hanya dalam jangka 4-5
tahun ketinggian bambu bisa mencapai 18 meter, sementara pohon lain membutuhkan
waktu 25 tahun. Dengan demikian, termasuk material yang ramah lingkungan karena
mudah dan cepat diperbaharui.

Gb.06 Bentuk Bangunan dan Ruang kelas di GreenSchool

15
Kelas-kelas di Green School didesain sebagai bangunan dengan sistem yang terbuka.
Artinya, angin dan cahaya matahari dapat masuk dengan maksimal ke dalam bangunan.
Ditambah dengan sebuah skylight yang melingkar di puncak atap, sebagai sumber
pencahayaan alami bagi ruang-ruang di bawahnya,sehingga pencahayaan bangunan ini
sangat baik. Fasilitas lain di sekolah ini adalah Green Waroeng, yaitu kantin yang menjual
makanan hasil olahan kebun di sekitar Green School. Green School memang sebuah
sekolah dengan konsep kembali ke alam,namun upaya untuk bersahabat dengan
lingkungan tak hanya diterapkan pada konteks fisika bangunan, pilihan material atau
membiarkan pepohonan di sekitarnya tumbuh. Utilitas bangunan seperti listrik pun,
direncanakan dengan sistem tersendiri, yaitu turbin yang digerakkan oleh air, yang
dinamakan Vortex.
Sedangkan penyediaan air bersih berasal dari sungai yang berada sekitar 40 m di
bawah tanah yang masih di dalam kawasan Green School. Kawasan yang didesain tidak
mencemari lingkungan ini diharapkan akan menghasilkan anakanak yang selalu berfikir
green karena terbiasa dengan lingkungan yang asri.

Berikut konsep sekolah alam yang diterapkan di Green School Bali :

Pemanfaatan limbah bambu


menjadi barang yang bermanfaat
seperti kursi,meja, dinding sekat,
anak tangga

Tempat sampah yang didesain 3R


(Reuse, Reduce, Recycle) , terbuat
dari bambu.

16
Pemanfaatan limbah bambu
menjadi barang yang bermanfaat,
berupa rak tas.

Pemanfaatan panel-panel surya


sebagai sumber energi listrik yang
ramah lingkungan di Green
School, Bali.

Jembatan bambu di Green School,


yang mengadopsi arsitektur atap
rumah minang.

Perkebunan Hidroponik yang


menggunakan teknologi sederhana.
Dengan media air dan kerikil. Sangat
ramah lingkungan.

17
2.5 Kekurangan dan Kelebihan Sekolah Alam
Berdasarkan hasil pengamatan, ada beberapa kelebihan konsep sekolah alam yang
diterapkan di Green School bali diantaranya :
a. Peserta didik bisa mengeksplorasi alam dan lebih menghargai alam
b. Peserta didik bisa langsung mempraktikkan pengetahuan yang didapatkan di
lapangan, tidak hanya teori.
c. Peserta didik menjadi lebih terbuka, kritis, dan percaya diri karena lebih banyak
mendapat kesempatan untuk terlibat aktif.
d. Memungkinkan peserta didik dapat belajar sambil bermain, sehingga kegitan
pembelajaran tidak berjalan membosankan.
e. Memungkinkan peserta didik untuk menjaga kearifan budaya lokal, yang serasi dan
menyatu dengan alam.

Meskipun, konsep sekolah alam memilki banyak manfaat untuk proses pembelajran
peserta didik, berikut adalah hambatan yang sekaligus menjadi kekurangan sekolah alam
yaitu :
a. Tidak mendapat kurikulum ajaran yang umum. Kurikulum yang digunakan di
Green School Bali menggunakan kurikulum internasional, sehingga ini
menyulitkan peserta didik yang berasal dari dalam negeri melanjutkan
pendidikannya ke jenjang pendidikan tinggi. Namun, pihak Green School telah
menyiapkan solusi atas kekurangan tersebut, dengan menyediakan program khusus
untuk peserta didik domestik yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang
perguruan tinggi.
b. Biaya sekolah green school masih relatif mahal. Berikut merupakan biaya
pendidikan di Green School Bali
Grade Full Year Payment (1X) Semester Payment (2x)
Pre-K Prep/Pre-K (half Rp 96.215.000 Rp 50.512.875
day or 3 full days
Pre-K Prep/Pre-K (full Rp 133.050.000 Rp 69.851.250
day)
Kindergarten Rp 157.250.000 Rp 82.556.250
G01-G05 (Kelas 1-5) Rp 183.100.000 Rp 96.127.500
G06-G08 (Kelas 6-8) Rp 205.450.000 Rp 107.861.250
G09-G12 (Kelas 9-12) Rp 214.850.000 Rp 112.796.250
Sumber : https://www.greenschool.org

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya. maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Green School Bali yang didirikan oleh pasagan John dan Cynthia
Hardy pada tahun 2006 dapat dikatakan bagian dari pendidikan non-formal yang
menggunakan konsep sekolah alam. Konsep Sekolah Alam mengintegrasikan tiga
pilar pendidikan yang diyakini menjadi faktor kunci keunggulan umat manusia. yaitu
pilar iman. ilmu dan kepemimpinan. Karena itu kurikulum Sekolah Alam bukan hanya
menekankan pada tercapainya tujuan akademik (kurikulum Diknas). melainkan juga
mengembangkan kurikulum non akademik.
Green School. Bali. merupakan sekolah alam yang meyatukan pendidikan dengan
lingkungan secara serasi dan terintegrasi. Secara harfiah Green school berarti sekolah
hijau. namun sebenarnya memiliki makna yang lebih luas dari arti harfiahnya. Green
school bukan hanya tampilan fisik sekolah yang hijau/rindang. tetapi ujud sekolah
yang memiliki program dan aktivitas pendidikan mengarah kepada kesadaran dan
kearifan terhadap lingkungan hidup. Sekolah hijau yaitu sekolah yang memiliki
komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk
menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas sekolah.
Konsep sekolah alam yang diterapkan di Green School Bali berusaha
menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan. dimana atmosfer belajar-
mengajar berlangsung tidak menegangkan. komunikasi antara guru dan siswa juga
hangat dan juga mementingkan pada active learning dimana siswa tidak berfokus pada
buku-buku pelajaran saja tapi mengalami langsung apa yang mereka pelajari. bisa
lewat percobaan. observasi. dan penelitian.

3.2 Rekomendasi
Konsep sekolah alam baiknya diterapkan pada program pendidikan non-
formal yang berlokasi di pedesaan yang mana lokasi pedesaan memiliki potensi alam
yang banyak untuk dijadikan sebagai media pembelajaran bagi peserta didik.
Namun. tidak menutup kemungkinan konsep sekolah alam diterapkan pada
Program pendidikan Non-formal yang berada diperkotaan. dengan cara memberikan
wawasan lingkungan alam kepada peserta didik. melalui aktivitas-aktivitas yang
bertema alam dan lingkungan.
19
Sumber Referensi

Norviana. Syahida. 2015. Sejarah dan Pendiri Green School : Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Diakses melalui www.academia.edu

Website Green School Bali. https://www.greenschool.org. Diakses Pada 23 Oktober 2017

20

Anda mungkin juga menyukai