Anda di halaman 1dari 22

Gerakan Koperasi di Luar Negeri

dan di Indonesia, Serta Peluang dan


Tantangan Koperasi dalam
Menghadapi MEA
PENELITIAN
TERDAHULU
Penelitian tahun 2008 oleh Tulus Tambunan yang berjudul
Prospek Perkembangan Koperasi di Indoonesia Kedepan :
Masih relevankah Koperasi di Dalam Era Moderenisasi
Ekonomi ?. Didalam penelitian ini Tulus Tambunan
menuturkan bahwa ada dua hal yang sangat mempengaruhi
kemampuan sebuah koperasi untuk bisa bertahan atau
unggul dalam persaingan (terutama jangka panjang) di pasar,
yakni kemampuan menetapkan harga dan struktur pasar. Dua
koperasi (atau perusahaan) akan mendapatkan kesempatan
yang berbeda untuk survive karena masing-masing berbeda
dalam kemampuan menetapkan harga dan struktur pasar
yang dihadapi
Namun demikian, ada satu hal yang jelas yakni bahwa dalam
bentuk pasar apapun juga, terkecuali monopoli (misalnya
persaingan sempurna atau persaingan monopolistik),
kemampuan koperasi maupun perusahaan non-koperasi
untuk bisa unggul dalam persaingan dalam periode jangka
panjang ditentukan oleh kualitas dan efisiensi. Koperasi di
Indonesia akan menghadapi tantangan bahkan ancaman
serius dari globalisasi. Terutama mengingat bahwa
kemampuan koperasi menghadapi ancaman dan juga
kesempatan yang muncul dari globalisasi sangat dipengaruhi
oleh kemampuan akan dua hal tersebut dari sektor
bersangkutan. Artinya, jika sektor pertanian Indonesia
belakangan ini semakin terkalahkan oleh komoditas-
komoditas pertanian impor, sulit mengharapkan koperasi
pertanian Indonesia akan survive.
2. Jurnal yang ditulis oleh Bambang Suprayitno berjudul Kritik
Terhadap Koperasi (Serta Solusinya) Sebagai Media
Pendorong Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, Dan
Menengah diterbitkan pada Jurnal Ekonomi & Pendidikan,
volume 4 nomor 2, November 2007. Secara garis besar
berisi tentang kritikan-kritikan terhadap koperasi-koperasi
yang ada di Indonesia beserta dengan solusi dari
permasalahan yang terjadi. Ada lima kritikan terhadap
permasalahan koperasi di Indonesia beserta solusinya yaitu
sebagai berikut :
Ada 5 kritikan dan solusi terhadap permasalah koperasi di
Indonesia

1. Sumber daya manusia (SDM) kurang berkompeten


Solusinya adalah : memilih pengurus, pengawas, dan
pengelola koperasi secara selektif, yakni melalui
serangkaian tes kemampuan yang berkaitan dengan
pengelolaan koperasi, dan tes kepribadian. Selain itu,
Alternatif untuk penyediaan dan peningkatan SDM dalam
koperasi adalah dilakukannya magang bagi mahasiswa
tingkat akhir atau yang telah lulus (khususnya dengan
displin ilmu yang berkaitan dengan koperasi yang
bersangkutan) untuk mengikuti kegiatan koperasi.
2. Konflik kepentingan dari sisi konsep koperasi

Solusinya adalah : dengan cara membangun finansial


koperasi yang sehat dan bersih dari praktek riba dan
korupsi. Hal ini dilakukan dengan cara diadakannya
pembinaan dalam penyusunan tata buku administrasi yang
lebih baik, dan diterapkannya sistem syariah (bagi hasil)
dalam operasional koperasi.
3. Masalah Finansial (keuangan)

Solusinya adalah membentuk konsep administrasi yang


baik dan menguntungkan. Walaupun organisasi koperasi
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya
namun operasional dari koperasi bukannya berasaskan
sebagaimana organisasi sosial melainkan harus tetap
dijalankan secara professional. Sehingga perlu ditanamkan
kepada personel yang terlibat langsung dalam koperasi
bahwa koperasi harus dijalankan secara professional
dengan menjalakan kedisplinan dan menerapkan sikap
kehati-hatian sebagaimana badan usaha lainnya. Dengan
demikian maka tidak ada keteledoran trelebih
penyelewengan yang nantinya berakibat meruntuhkan
koperasi itu sendiri.
4. Rendahnya etos kerja personil dalam koperasi

Solusinya adalah melakukan perombakan sistem


pembagian SHU. Sebagaimana badan usaha lainnya dimana
para direksi mempunyai reward yang tinggi maka di
koperasi pun perlu diterapkan pembagian reward yang
seadiladilnya. Sebagaimana pola pendelegasian dalam
dunia usaha UMKM biasanyapengelola versus pemilik
modal mendapatkan reward sebe sar 60%: 40% atau
50%:50%. Dengan porsi ini maka perlu dilakukan revisi
terhadap pembagian SHU yang sudah mentradisi. Pola alur
pemerolehan SHU yang dibagikan kepada anggota merujuk
pada UU Koperasi dimana SHU diperoleh dari laba bersih
yang dikurangi dengan dana cadangan
5. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) kurang optimal

Pengurus dan pengelola koperasi kurang bisa


mengoptimalkan penggunaan Teknologi Informasi (TI) baik.
Solusinya adalah meingkatkan pemanfaatan TI, yaitu
dengan cara membina SDM dalam penggunaan sistem
komputer dan internet. Pembinaan dilakukan dengan cara
bekerjasama dengan LSM yan berkepentingan dan
didukung oleh pihak BUMN seperti Telkom untuk
membantu penyediaan sarana internet serta
perlengkapannya.
No Indikator Satuan 2013-2014 2014-2015 2015-2016

1 Jumlah Koperasi Unit 203 701 209 488 212 135

2 Pertumbuhan Koperasi Persen 4.84 2.84 1.26

3 Jumlah Koperasi Aktif Unit 143 007 147 249 150 223

Persentase Koperasi Aktif dari Total Jumlah


4 Persen 70.20 70.29 70.81
Koperasi

5 Pertumbuhan Jumlah Koperasi Aktif Persen 2.65 2.97 2.02

6 Jumlah Anggota Koperasi Aktif Orang 35 258 176 36 443 953 37 783 160

7 Pertumbuhan Jumlah Anggota Koperasi Aktif Persen 4.10 3.36 3.67

8 Permodalan Rp. Juta 170 376 863 200 662 817 242 445 396

9 Pertumbuhan Permodalan Persen 65.69 17.78 20.82

10 Volume Usaha Rp. Juta 125 584 976 189 858 672 266 134 619

11 Pertumbuhan Volume Usaha Persen 5.37 51.18 40.18

12 Selisih Hasil Usaha (SHU) Rp. Juta 8 110 180 14 898 647 17 320 664

13 Pertumbuhan SHU Persen 21.74 83.70 16.26


GERAKAN
KOPERASI
INTERNASIONAL

ACO
ICA
1977 (5-7 Des)
1895
Prakarsa DEKOPIN
Bersifat Internasional
Konferensi pertama di Jakarta
Inggris, Australia, Belgia,
Mengembangkan dan
Perancis, Jerman,
menguatkan koperasi-koperasi di
Belanda, Italia, Swiss dan
negara ASEAN
Rumania
Membentuk ACO
1947 SOKRI

Di Tasikmalaya, di gedung pabrik tenun Perintis milik Pusat


Koperasi Tasikmalaya, diselenggarakan Kongres Gerakan
Koperasi Pertama yang keputusannya adalah :
Dibentuknya SOKRI (Sentral Organisasi Koperasi Rakyat
Indonesia) berkedudukan di Tasikmalaya.
Menetapkan Peraturan Dasar SOKRI
Menetapkan Pengurus serta Presidium yang diketuai oleh
Niti Sumantri.
Kemakmuran rakyat harus dilaksanakan berdasarkan pasal
33, dengan Memutuskan tanggal 12 Juli sebagai hari
koperasi Indonesia yang tiap tiap tahun diperingati.
Kegiatan koperasi ini terhenti karena Agresi Militer Belanda
ke II, menyusul Peristiwa Madiun 1948.
1953 DKI

Sebagai tindak lanjut dari kegagalan SOKRI dalam upaya


mempersatukan gerakan koperasi Indonesia, maka
dibentuklah Dewan Koperasi Indonesia (DKI) melalui hasil
kongres koperasi yang kedua pada 1953 di Bandung. Pada
kongres itu juga disepakati untuk mengangakat Bung Hatta
sebagai bapak koperasi Indonesia. Maksud dan tujuan DKI
didirikan adalah untuk melaksanakan cita-cita nasional
yaitu untuk menyusun perekonomian bangsa atas dasar
asas kekeluargaan sebagaimana yang tertuang dalam pasal
33 ayat (1) UUD 1945.
1961 KOKSI

Pada bulan April 1961 (Kepemimpinan presidensial) ,


diselenggarakan Munaskop pertama di Surabaya.
Sedangkan keputusannya:

1. Membentuk KOKSI (Kesatuan Koperasi Seluruh


Indonesia)
2. Pembubaran organisasi yang serupa dengan KOKSI
3. Maka DKI tak berlaku lagi sebagai gantinya.
4. KOKSI dipimpin oleh Presiden.
1966 GERKOPIN
Thun 1966, Bidang Perkoperasian dipindah ke kementerian
dalam Negeri dengan Struktur disebut Dirjenkop oleh Ibnoe
Soejono. Tugasnya utamanya ialah :

Merubah UU No. 14/1965


Mengganti sistem pemerintahan yang ada di koperasi
Bulan Juli 1966 berlangsung Musyawarah Nasional I
Gerkopin. Hasilnya :
Mendesak pemerintah mengganti Undang-Undang No. 14
tahun 1965. UU yang sejiwa dengan prinsip-prinsip koperasi.
Resolusi yang lain :
Gerkopin aktif kembali di ICA
1968 DEKOPIN

Dengan berlakunya UU No. 12/1967, maka pada tahun 1968


berdirilah DEKOPIN dinyatakan sebagai satu-satunya wadah
tunggal gerakan koperasi Indonesia. DEKOPIN mempunyai
kedudukan sebagai organisasi gerakan koperasi yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi koperasi


2. Meningkatkan kesadaran berkoperasi dikalangan masyarakat
3. Melakukan pendidikan perkoperasian bagi anggota dan
masyarakat
4. Mengembangkan kerja sama antar koperasi dan antara
koperasi dengan badan usaha lain. Baik pada tingkat nasional
maupun internasional.
Hubungan DEKOPIN dengan Koperasi-
Koperasi Luar Negeri
Dewan Koperasi India (National Cooperative Union of
India) yang menawarkan kesempatan mengikuti Latihan
(training perkoperasian).
Dewan Koperasi Amerika Serikat (Cooperative League of
USA), menawarkan tenaga ahli, bantuan penyusunan
project design; bantuan pengembangan beberapa jenis
Koperasi, Untuk maksud ini dibuka Kantor Cabang Dewan
Koperasi USA di Jakarta
Pusat Koperasi Swedia (Swedish Cooperative Center) yang
bersedia mendidik tenaga-tenaga Indonesia terutama
dibidang Koperasi
Koperasi Asuransi Malaysia, yang telah menyanggupi
bantuan latihan dibidang Koperasi perasuransian di Kuala
Koperasi Asuransi Jepang, yang bersedia membantu
tenaga Indonesia dalam pendidikan peransuransian.
Peluang Koperasi dalam menghadapi
MEA
1. Globalisasi ekonomi teutama implementasi MEA
dapat menciptakan peluang pasar bagi produk UKM.
Pasar ASEAN sebesar 600 juta, dengan jumlah kelas
menengah ASEAN berjumlah 24% pada 2010 akan
meningkat menjadi 65% pada 2030 (menurut ADB).
2. Potensi pengembangan industri nasional dan
mendorong Indonesia sebagai production base di
kawasan dengan ditopang pasar domestik yang besar,
penduduk usia muda atau produktif investasi yang
meningkat dan sumber daya alam yang besar.
3. Perdagangan intra-ASEAN cenderung meningkat,
tetapi porsinya masih relatif kecil (25%).
Tantangan Koperasi dalam
menghadapi MEA
1. Dari segi produk yang dihasilkan
Standar produk yang sesuai dengan ketentuan ASEAN atau
internasional, desain & kualitas produk yang sesuai dengan
selera pasar, serta kesinambungan kegiatan produksi.

2. Dari segi Pelaku/UKM


Belum semua UKM melihat MEA sebagai peluang, kurang
memahami fasilitas perdagangan dan prosedur kepabeanan,
fasilitas pembiayaan yang belum dimanfaatkan, kreatifitas
dan inovasi guna meningkatkan daya saing, dan sebagai UKM
masih bergantung pada lembaga keuangan informal.
Tantangan Koperasi dalam
menghadapi MEA
Infrastruktur/Sarana
Prasarana Penggunaan e-channel dan e-commerce yang
belum maksimal, informasi yang belum terpusat, dan
aktivitas promosi ekspor terbatas.

Kebijakan/Regulasi
Keraguan Bank untuk meminjamkan dana kepada UKM,
market intelligence mengenai ASEAN belum optimal,
mahalnya biaya penyesuaian standar dan sertifkasi
internasional, mahalnya biaya pembuatan sistem iformasi
virtual yang komperhensif dan terpadu, dan perlu
perencanaan bisnis dan pemasaran bagi UKM
.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai