Anda di halaman 1dari 16

RINGKASAN MATERI KULIAH

KOPERASI

MATA KULIAH : KOPERASI DAN UMKM


DOSEN : I KETUT SUNARWIJAYA, SE, M.Si

OLEH
KELOMPOK 1
REGULER MALAM AKUNTANSI A

NI KOMANG YUNI TRISNA DEWI (1902622010172)


NI MADE ERIKA SUKMA WATI (1902622010174)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI AKUNTANSI UNIVERSITAS


MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2020/2021

A. Menaati Sendi-sendi Terhadap Koperasi


Sendi dasar atau prinsip-prinsip koperasi ialah : Pedoman-pedoman utama

yang menjiwai dan mendasari setiap gerak langkah usaha dan bekerjanya Koperasi

sebagai Organisasi Ekonomi dari orang-orang yang terbatas kemampuan ekonominya.

 Sendi-sendi dasar Koperasi mempunyai makna dan peranan sebagai berikut :

 Sebagai pedoman dalam rangka usaha Koperasi mencapai tujuannya. Tujuan

Koperasi ialah menyelenggarakan kebutuhan bersama dan usaha bersama,

sehingga tercapai kesejahteraan.

 Merupakan ciri-ciri khas Koperasi yang membedakan dengan organisasi

ekonomi lainnya dan membedakan watak koperasi dari pada badan-badan

lainnya yang bergerak di lapangan ekonomi.

Prinsip-prinsip atau sendi-sendi dasar Koperasi ini bukan saja mengatur

Koperasi kedalam, terutama dalam hubungan-hubungan individual antara anggota

seorang dengan yang lain, melainkan juga mengatur hubungan Koperasi dengan

anggotanya dan Koperasi dengan Organisasi-organisasi lain yang bukan koperasi.

 Sejarah Singkat Pertumbuhan dan Perkembangan Sendi-sendi Dasar Koperasi

Sendi-sendi Dasar Koperasi yang pertama bersumber pada apa yang ditemukan

oleh pelopor-pelopor Rochdale dan dikenal sebagai “Prinsip-prinsip Rochdale” pada

waktu berdirinya Koperasi di Rochdale pada tahun 1844. Prinsip-prinsip Rochdale itu

ternyata telah dijadikan contoh dan pedoman bagi berbagai Koperasi diseluruh dunia.

Walaupun seringkali tidak sepenuhnya pengambilan alih prinsip-prinsip ini kedalam

koperasi, melainkan disesuaikan dulu dengan keadaan maupun budaya Koperasi

setempat. Namun dari masa kemasa sejak disusunnya prinsip-prinsip Rochdale setiap

organisasi Koperasi tetap menggunakan beberapa prinsip tertentu yang sercara mutlak

memberikan ciri-ciri utama kepada Koperasi. Prinsip ini menentukan cara bekerja
Koperasi yang berbeda dengan badan-badan usaha dagang umumnya yang bukan

Koperasi.

Dr. Fauguet dalam bukunya “The Cooperative sector 1951” menegaskan

adanya 4 prinsip yang setidaknya harus dipenuhi oleh setiap Koperasi.

Prinsip-prinsip itu ialah :

1. Adanya ketentuan tentang perbandingan yang berimbang dalam hasil yang

diperoleh atas pemanfaatan jasa-jasa oleh setiap pemakai dalam Koperasi.

2. Adanya ketentuan atau peraturan tentang persamaan hak antara para anggota.

3. Adanya pengaturan tentang keanggotaan organisasi yang berdasarkan

kesukarelaan.

4. Adanya ketentuan atau peraturan tentang partisipasi dari pihak anggota dalam

ketalaksanaan dan usaha Koperasi.

Menurut Dr. Fauguet prinsip pertama dan kedua mutlak belakunya dalam

Koperasi. Ini berarti bahwa dalam setiap organisasi atau perkumpulan yang mengaku

dirinya sebagai koperasi kedua prinsip itu harus ada.

Berikut ini disampaikan secara singkat perkembangan prinsip-prinsip Koperasi dari

masa ke masa sebagai berikut :

1. Prinsip Koperasi menurut ketentuan-ketentuan yang ditemukan oleh pelopor-

pelopor Rochdale yang dikenal sebagai “Prinsip-prinsip Rochdale”.

a. Pengawasan oleh anggota secara demokratis.

b. Keanggotaan yang terbuka dan sukarela.

c. Pembatasan atas bunga.

d. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota sebanding dengan pembelian yang

dilakukan pada koperasi.

e. Penjualan dilakukan sepenuhnya atas dasar tunai.


f. Penjualan hanya atas barang-barang yang sungguh-sungguh bermutu dan tak

dipalsukan.

g. Menyelenggarakan usaha pendidikan bagi anggota sesuai dengan prinsip-prinsip

Koperasi.

h. Netral terhadap politik dan agaman.

2. Mengingat bahwa terdapat perbedaan pendapat tentang prinsip-prinsip Koperasi itu

untuk penerapannya diberbagai negara, maka prinsip-prinsip Rochdale itu disana-sini

mengalami perubahan dan disesuaikan dengan kebutuhan koperasi dimasing-masing

negara. Mengingat keadaan ini maka Perserikatan Koperasi Bangsa-Bangsa (ICA)

telah menyelengarakan sesuatu usaha untuk merumuskan sendi-sendi dasar koperasi

yang berlaku untuk berbagai negara. Usaha ini dilakukan pada tahun 1930-1934

dengan hasilnya adalah Rumusan Prinsip-prinsip Koperasi.

Kesimpulan Kongres ICA di London tahun 1934 sebagai berikut :

a. Keanggotaan yang tebuka

b. Pengawasaan secara demokratis

c. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota menurut perbandingan usahanya

masing-masing dalam partisipasinya dengan koperasi.

d. Bunga uang yang terbatas atas modal.

e. Netral dalam lapangan politik dan agama.

f. Tataniaga yang dijalankan secara tunai.

g. Menyelenggarakan pendidikan.

Dalam kongres ini beberapa negara menyatakan keberatan atas pencatuman 3

dasar terakhir sebagai prinsip-prinsip Koperasi, Namun 4 sendi darsa pertama pada

waktu itu diakui sebagai sendi dasar yang diterima penuh sebagai sendi dasar

Koperasi dan 3 sendi dasar lainnya adalah Fakultatip. Sehingga siding ICA di Paris
tahun 1937 memutuskan mencantumkan keempat sendi dasar pertama sebagai sendi

dasar ICA sendiri.

3. Dalam kongresnya pada tahun 1948 bertempatan di Praha, ICA menetapkan dalam

anggaran dasarnya bahwa sesuatu Koperasi dapat menjadi anggota lembaga tersebut

bila Koperasi di negara itu mempunyai sendi-sendi dasar sebagai berikut :

- Keanggotaan sukarela

- Pengawasan secara demokratis

- Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota menurut perbandingan partisipasi

anggota masing-masing dalam transaksi social atau jasa social dari perkumpulan

maupun dari koperasi itu sendiri.

- Pembatasan bunga atas modal.

4. Pada tahun 1963 dalam Kongres ICA di Bournemounth disususn lagi sebuah

komisi yang bertugas untuk meninjau dan mempelajari sendi-sendi dasar yang belaku

pada berbagai anggota ICA diberbagai negara. Hasil kerja komisi ini dibawa dalam

kongres ICA berikutnya yang berlangsung di Wiena pada tahun 1966 (yakni kongres

ICA ke-23). Perumusan baru tentang sendi-sendi dasar Koperasi hasil Kongres Wiena

itu adalah sebagai berikut :

- Keanggotaan Koperasi harus sukarela dan terbuka

- Koperasi diselenggarakan dengan cara-cara demokratis

- Modal yang berasal dari simpanan uang diberikan pembatasan tingkat bunga

- Sisa hasil usaha, jika ada yang berasal dari usaha Koperasi harus menjadi milik

anggota.

5. Koperasi harus menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan dikalangan anggota-

anggotanya, pengurus dan pegawai Koperasi serta masyarakat umum.


6. Seluruh organisasi Koperasi baik Koperasi setempat, koperasi sedaerah propinsi

atau koperasi pada suatu negara pada tingkat nasional bahkan Koperasi diseluruh

dunia hendaknya lebih baik menyelenggarakan kepentingan anggotannya.

Yang esensil dalam prinsip-prinsip Koperasi menurut Kongres ICA 1966 (terakhir) ini

ialah bahwa prinsip-prinsip tersebut tidak bersifat mutlak tetapi penetrapannya

disesuaikan dengan kondisi di masing-masing negara.

Dari perkembangan sejarah sendi-sendi dasar Koperasi yang dimulai sejak

Rochdale sampai Wiena yang terakhir pertumbuhan dan perkembangan sendi-sendi

Dasar itu untuk diterapkan sesuai keadaan perkembangan Koperasi di negara kita.

Sendi-sendi dasar Koperasi di Indonesia menurut Undang – Undang No. 12

tahun 1967 seperti tertera dalam Pasal 6 dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia

Sifat sukarela pada keanggotaan Koperasi mengandung perngrtian bahwa setiap orang

yang masuk menjadi anggota Koperasi haruslah berdasarkan atas kesadarannya

sendiri dan kebutuhan yang dirasakan untuk disatukan dalam usaha bersama dibawah

Koperasi. Sifat terbuka berarti bahwa Koperasi tidak boleh mengadakan pembatasan-

pembatasan yang dibuat-buat yakni pembatasan yang timbul karena pertimbangan-

pertimbangan diskriminasi social, politik, ekonomi, rasial atau keagaaman. Terbuka

juga mempunyai makna bahwa Koperasi terbuka untuk semua orang (warga negara

Indonesia) yang ingin dan bersedia menggunakan jasa-jasa kopersai atau dasar

kesadaran dan kesediaannya untuk mengakui dan menerima hak-hak, tugas dan

tanggung jawabnya sebagai anggta Koperasi tersebut.

2. Rapat anggota merupaan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan demokrasi

dalam koperasi
Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam perkumpulan Koperasi yang

beranggotakan orang-orang tanpa mewakili aliran, golongan atau paham polotik dan

keyakinan perorangan. Ini berarti rapat anggota itu harus benar-benar mewakili

kehendak dan keinginan anggota secara perorangan. Disini juga berlaku ketentuan

bahwa diberikan hak suara yang sama (satu suara untuk satu orang anggota tanpa hak

diwakilkan) pada Koperasi primer sebagai azas pokok dari penghidupan berkoperasi.

Dalam koperasi masing-masing anggota memiliki satu suara berdasarkan prinsip “satu

orang satu suara”.

3. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota

Sendi dasar ini menunjukan ciri koperasi yang non kapitalis, yakni suatu ciri

bahwa Koperasi itu bukan merupakan perkumpulan modal dimana kepentingan utama

para anggota bukan berdasarkan kemampuan atau pemilikan modalnya yang diikut

sertakan dalam koperasi itu. Pengertian Jasa dalam Koperasi dapat dibentuk jasa yang

dinikmati secara bersama-sama oleh perkumpulan Koperasi, misalnya dalam

kemampuan Koperasi untuk menstabilkan harga sayur yang dihasilkan anggota-

anggota petani sayur. Atau jasa yang dinikmati oleh perorangan diantara para

anggotanya. Misalnya dalam koperasi konsumsi siapa yang banyak membeli akan

mendapatkan jasa yang lebih banyak dari koperasi.

Pembagian sisa hasil usaha menurut perimbangan jasa yang diberikan itu diatur dalam

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi yang bersangkutan.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan

- Menentukan keseimbangan yang sebaik-baiknya antara kepentingan para anggota

dan kepentingan Koperasi.

- Berlaku adil terhadap semua anggota berdasarkan pertimbangan hubungan

(patronage) antara anggota dengan Koperasinya.


4. Adanya pembatasan bunga atas modal

Dalam koperasi Indonesia diakui bahwa modal memang merupakan unsur

penting untuk melaksanakan kegiatan usaha Koperasi.Modal ini antara lain dibentuk

melalui simpanan anggota dalam penggunaanya, modal ini digunakan untuk sebesar-

sebesarnya kesajahteraan anggota.

Selain dari simpanan-simpanan (pokok, wajib, dan sukarela), maka terutama

pada Koperasi-koperasi yang sudah berjalan baik, modalnya diperoleh dari sumber-

sumber sebagai berikut :

Candangan : yakni sisa hasil usaha yang tak dibagikan tetapi disimpan atau digunakan

sebagai cadangan.

Hasil-hasil penyusutan : yakni seagian sisa hasil usaha yang digunakan untuk

menutup susutnya nilai-nilai dari harta benda milik Koperasi yang sudah digunakan.

Pinjaman : yang meliputi semua pinjaman modal yang diperoleh dari pihak ketiga

yang dipinjam oleh Koperasi yang sudah digunakan.

Dalam ketiga hal sumber modal itu maka terhadap cadanga dan penyusutan

sama sekali tidak diperhitungkan bunga, walaupun dalam teknis pembukaan sekedar

untuk keberan dalam system pembukaan Koperasi bunga itu diperhitungkan secara

administrative.

Ada simpan anggota (simpanan pokok, wajib dan sukarela) Koperasi memberi bunga

secara terbatas.

Dikalangan koperasi terdapat 4 situasi yang berbeda dalam sikap terhadap

pemberian bunga untuk simpanan ini terutama terhadap simpanan pokok. Keadaan

yang berbeda itu adalah sebagai berikut :

 Tidak memberikan bunga sama sekali untuk simpanan pokok.


 Dibayarkan bunga atas simpanan pokok tetapi dibatasi pada tingkat tertentu dibawah

tingkat suku bunga yang lazim ditemukan dalam pasar modal.

 Tingkat bunga dibatasi dalam jangka waktu tetentu sesuai dengan kenaikkan dan

penurunan suku bunga yang berlaku dipasaran.

 Pembayaran bunga untuk simpanan pokok diperlakukan sebagai pembayaran premi

kepada pemeberi kredit.

Keadaan ini lazimnya ditempuh oleh Koperasi untuk menghadapi masalah praktis

yang dihadapi dalam tataniaga dimana Koperasi masih banyak menghadapi saingan-

saingan berat dari badan-badan penanaman modal lainnya.

5. Mengembangkan kesajahteraan anggota khususnya dan masyarakat umumnya

Dasar ini memberikan landasan bagi sifat Koperasi dan berwatak social.

Watak social dari koperasi Indonesia memang sangat penting artinya bagi koperasi

sendiri maupun bagi masyarakat dimana koperasi itu bekerja. Dasar ini memberikan

petunjuk bahwa walaupun pokok usaha Koperasi adalah bidang ekonomi,

menggunakan prinsip-prinsip ekonomi dan mengutamakan effesiensi serta dibina oleh

para anggotanya, koperasi harus pula bermanfaat bagi masyarkat sekitarnya. Dasar ini

juga menunjukan unsur pengabdian Koperasi kepada masyarakat, sekaligus

memberikan ciri yang membedakan Koperasi dengan perkumpulan-perkumpulan

usaha perseroan.

6. Usaha dan ketatalaksanaannya Bersifat Terbuka

Untuk meningkatkan pengetahuan dan partisipasi angggota, maka Koperasi

harus terbuka dalam ketatalaksanaanya bagi semua anggota. Selain itu juga para

pengurus bersedia selalu secara terbuka menyampaikan hasil-hasil yang dicapai dalam

usaha koperasi untuk dinilai oleh para anggota. Karena untuk memungkinkan

penilaian yang baik dan wajar inilah maka ketatalaksanaan Koperasi harus terbuka
dalam ketatalaksanaanya bagi para anggotanya walaupun anggota mempunyai

peranan dalam menentukan jalannya Koperasi. Sifat terbuka ini juga memungkinkan

masyarakat dapat mengetahui keadaan-keadaan sebenernya yang terjadi dalam

ketatalaksanaan maupun gerak jalannya usaha Koperasi itu kepentingan masyarakat

juga tersangkut didalamnya.

7. Swadaya, Swakerta dan Swasembada sebagai perceminan dari pada prinsip dasar

percaya pada diri sendiri

Swadaya berasal dari kata Swa = milik sendiri, Daya = sesuatu yang harus

dikerjakan. Jadi, Swadaya berarti kekuatan atau usaha sendiri.

Swakerta berasal dari kata Swa = sendiri, Kerta = sesuatu yang telah dikerjakan. Jadi,

Swakerta artinya mengerjakan atau membuat sendiri.

Swasembada berarti mencukupi dengan kemampuan sendiri.

Sendi dasar ini merupakan factor pendorong bagi setiap kemampuan daya

cipta, usaha atau karya serta karsa atau cita-cita dari Koperasi. Tanpa modal atau

unsur kepercayaan dan keyakinan atas kemampuan sendiri maka tak akan mungkin

timbul kegiatan dalam suatu Koperasi. Sementara itu Koperasi dalam setiap

kegiatannya selalu berpegang teguh kepada prinsip swadaya, swakerta dan

swasembada.

B. Tipe-tipe Pengawasan dan Metode Penelitian

Dalam pengawasan terdapat beberapa tipe pengawasan. Fungsi pengawasan dapat

dibagi dalam tiga macam tipe, atas dasar fokus aktivitas pengawasan, antara lain:

a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary control).

b. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)

c. Pengawasan Feed Back (feed back control)

a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary contro)


Prosedur-prosedur pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna

memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya dibandingkan

dengan hasil-hasil yang direncanakan.

Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka kebijaksanaankebijaksanaan

merupakan pedoman-pedoman untuk tindakan masa mendatang. Tetapi, walaupun demikian

penting untuk membedakan tindakan menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan

mengimplementasikannya.

Merumuskan kebijakan-kebijakan termasuk dalam fungsi perencanaan sedangkan

tndakan mengimplementasi kebijaksanaan merupakan bagian dari fungsi pengawasan.

Pengawasan pendahuluan meliputi:

1. Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia.

2. Pengawasan pendahuluan bahan-bahan.

3. Pengawasan pendahuluan modal

4. Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya finansial

b. Pengawasan Pada Waktu Kerja Berlangsung (concurrent control)

Concurrent control terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang

mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka.

Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka

berupaya untuk:

1. Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode-metode serta

prosedur-prsedur yang tepat.

2. Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Proses memberikan pengarahan bukan saja meliputi cara dengan apa petunjuk-

petunjuk dikomunikasikan tetapi ia meliputi juga sikap orang-orang yang memberikan

penyerahan.
c. Pengawasan Feed Back (feed back control)

Sifat khas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah bahwa

dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-

tindakan masa mendatang.

Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan yaitu:

1. Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)

2. Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis).

3. Pengawasan Kualitas (Quality Control)

4. Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation)

C. Metode Pengawasan

Secara garis besar pengawasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode

pengawasan kualitatif dan metode pengawasan kuantitatif. Pengawasan kualitatif

dilakukan oleh manajer untuk menjaga performance organisasi secara keseluruhan,

sikap serta performance karyawan. Metode pengawasan kuantitatif dilakukan dengan

menggunakan data, biasanya digunakan untuk mengawasi kuantitas maupun kualitas

produk. Ada beberapa cara yang biasa digunakan untuk mengadakan pengawasan

kuantitatif, antara lain: dengan menggunakan anggaran, mengadakan auditing, analisis

break even, analisis rasio dan sebagainya.

Pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk membuat semua kegiatan

perusahaan sesuai dengan rencana. Proses pengawasan dapat dilakukan dengan

melalui beberapa tahap, yaitu menetapkan standar, membandingkan kegiatan yang

dilaksanakan dengan standar yang sudah ditetapkan, mengukur penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi, kemudian mengambil tindakan koreksi apabila

diperlukan.
Setiap perusahaan mengadakan pengawasan dengan tujuan agar pelaksanaan

kegiatan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.

Hubungan Kerja antara Manajer dengan Pengurus dan Pihak Lain. Dewasa ini

semakin banyak koperasi yang mengangkat manajer untuk menangani usaha koperasi

dengan berbagai macam alasan. Alasan yang biasa dikemukakan adalah yang

menyangkut kemampuan pengurus. Pengurus diangkat dari anggota koperasi yang

mempunyai kemampuan terbatas di bidang manajemen perusahaan. Selain itu

pengurus mempunyai tugas yang lebih luas, yaitu memimpin koperasi secara

keseluruhan, sehingga hal-hal yang bersifat operasional dapat diserahkan kepada

manajer. Dari segi waktu, pengurus dipilih hanya untuk jangka waktu tertentu untuk

mengurus usaha koperasi, sebab biasanya pengurus mempunyai pekerjaan sendiri

selain menjadi pengurus koperasi. Sedangkan menjalankan usaha koperasi tidak dapat

dilakukan sambil lalu, tetapi harus dikerjakan penuh ketekunan.

Seorang manajer koperasi diangkat pengurus untuk membantu menjalankan

usaha koperasi, oleh karena itu manajer harus mempertanggungjawabkan

pekerjaannya kepada pengurus, bukan kepada orang lain. Manajer hanya boleh

mengerjakan sesuatu kalau diberi kewenangan atau kekuasaan oleh pengurus,

misalnya dalam berhubungan dengan bank, manajer hanya boleh mengadakan kontak

dengan bank untuk hal-hal yang diizinkan oleh pengurus. Di luar hal-hal yang

diizinkan tersebut, manajer tidak boleh mengadakan hubungan dengan bank,

melainkan pengurus sendiri yang akan melakukannya.

 Administrasi Koperasi

Penyelenggaraan administrasi yang baik mempunyai suatu tujuan yaitu efisiensi.

Efisiensi di sini menggambarkan adanya perbandingan yang paling baik antara suatu usaha

dengan hasil yang dicapai dari usaha tersebut. Dilihat dari hasilnya, suatu usaha dikatakan
efisien bila usaha tersebut memberikan hasil yang terbaik. Sebaliknya dilihat dari segi usaha,

suatu usaha dapat dikatakan efisien apabila hasil yang ditentukan dapat dicapai dengan usaha

yang paling ringan.

 Sumber Keuangan dan Penggunaan Dana Koperasi

Sebagai suatu perusahaan yang bergerak di bidang ekonomi, koperasi membutuhkan

modal untuk menjalankan usahanya. Ada empat macam modal koperasi menurut

penggunaannya, yaitu

(1) modal untuk organisasi

(2) modal untuk alat perlengkapan

(3) modal kerja atau modal lancar

(4) modal untuk uang muka.

Untuk memenuhi kebutuhannya akan modal, koperasi memiliki beberapa sumber modal,

antara lain: dari anggota, berupa simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela;

dari Sisa Hasil Usaha dan dari luar koperasi, yang dapat berupa pinjaman dari bank maupun

dari penanam modal.

 Auditing Koperasi

Koperasi supaya dapat bersaing dengan perusahaan lain harus dalam kondisi sehat,

baik dari sudut organisasi maupun keuangannya. Untuk keperluan tersebut, koperasi harus

menjalani pemeriksaan secara periodik. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh pihak intern

koperasi, yaitu oleh pengawas.

Salah satu tugas pengawas adalah memeriksa jalannya koperasi, baik dari aspek

organisasi, manajemen maupun keuangan. Pemeriksaan oleh pihak intern sering kurang

objektif, karena dalam kenyataan memang sulit memeriksa diri sendiri dan mencari kesalahan
sendiri. Selain itu ada kemungkinan anggota pengawas tidak mempunyai bekal pengetahuan

tentang akuntansi.

D. Manajemen Koperasi

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-

sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.

Koperasi seperti halnya organisasi yang lain membutuhkan manajemen yang baik

agar tujuan koperasi tercapai dengan efisien.

Hal yang membedakan manajemen koperasi dengan manajemen umum adalah

terletak pada unsur-unsur manajemen koperasi yaitu rapat anggota, pengurus, dan

pengawas. Adapun tugas masing-masing dapat diperinci sebagai berikut : Rapat

anggota bertugas untuk menetapkan anggaran dasar, membuat kebijaksanaan umum,

mengangkat/memberhentikan pengurus dan pengawas. Pengurus koperasi bertugas

memimpin koperasi dan usaha koperasi sedangkan Pengawas tugasnya mengawasi

jalannya koperasi.

Untuk koperasi yang unit usahanya banyak dan luas, pengurus dimungkinkan

mengangkat manajer dan karyawan. Manajer atau karyawan tidak harus anggota

koperasi dan seyogyanya memang diambil dari luar koperasi supaya pengawasannya

lebih mudah. Mereka bekerja karena ditugasi oleh pengurus, maka mereka juga

bertanggung jawab kepada pengurus.


DAFTAR PUSTAKA

http://fekool.blogspot.com/2014/04/pengawasan-koperasi.html

http://peachwindy.blogspot.com/2016/10/sendi-sendi-dasar-koperasi.html

http://blogranda.blogspot.com/2012/11/sendi-sendi-dasar-koperasi.html

http://digilib.uin-suka.ac.id/33541/2/14490059%20-%20BAB%20II%2C%20BAB%20III

%2C%20BAB%20IV.pdf

https://www.google.com/search?

q=Metode+Penelitian+koperasi&safe=strict&rlz=1C1CHBF_enID914ID914&sxsrf=ALeKk0

1GiQ6buW6M-

KY4gA8BdN4Qj9iABQ:1617691177436&ei=KQJsYLmNGtmR9QOmmoroCw&start=10&

sa=N&ved=2ahUKEwj5xfKfgenvAhXZSH0KHSaNAr0Q8tMDegQIARA7&biw=1366&bih

=657

Anda mungkin juga menyukai