2.1.1 koperasi 1. pengertian koperasi koperasi berasal dari bahasa latin “coopere” dan diserap dalam bahasa inggris menjadi cooperation. Co berarti bersama dan operation berarti bekerja, sehingga cooperation berarti bekerja sama atau berusaha bersama dala hal ini kerja sama tersebut dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama dan tujuan yang sama. Koperasi adalah suatu organisasi bisnis yang para pemilik/anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut. (Lumbang , 2002) Koperasi dari dari segi bidang usahanya ada yang hanya menjalankan satu bidang usaha saja, misalnya bidang konsumsi, bidang kredit, tempat pembayaran tagihan, bidang simpan pinjam atau bidang produksi. Sebagaian ulama menyebutkan koperasi dengan Syarikah ta’awuniah (persetuan tolong menolong) yaitu suatu perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih, yang satu pihak menyediakan modal usaha sedangkan pihak lainnya menjalankan usaha atas dasar membagi untung menurut perjanjian. Definisi ILO lebih detail dan berdampak internasional karena organisasi ini merupakan salah satu organisasi yang memberikan perhatian terhadap masyarakat golongan bawah. Dalam definisi ini terdapat 6 elemen, yaiu: 1) koperasi adalah perkumpulan orang-orang. 2) penggabungan orang-orang tersebut berdasarkan sukarelaan. 3) terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai. 4) Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisasi bisnis (badan usaha) yang diawasi dan dikendalikan secara demokratis. 5) Terdapat kontibudi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan. 6) Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang. Moh Hatta yang diberi gelar sebagai “Bapak Koperasi Indonesia” memberikan definisi koperasi lebih sederhana namun jelas, padat dan didalamnya terkandung visi dan misi beliau mengatakan “ koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua dan semua buat seorang”. UU No.12 Tahun 1967 tentang pokok-pokok Perkoperasian mendifinisan sebagai berikut “koperasi indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susuan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan” UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian memberikan definisi sebagai berikut “koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum kopersi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip kopersi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasarkan atas azas kekeluargaan”. Berdasarkan pengertian diatas Koperasi Indonesia mengandung 4 elemen sebagai berikut: 1) Koperasi adalah badan usaha Sebagai badab usaha, maka koperasi harus memperoleh laba. Laba merupakan elemen kunci dalam suatu sistem usaha bisnis, dimana sistem itu akan gagal bekerja tanpa memproleh laba. 2) Koperasi adalah kumpulan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi Ini berarti bahwa, koperasi indonesia bukan perkumpulan modal. Dalam hal ini, UUNo. 35 Tahun 1992 memberikan jumlah minimal orang-orang (anggota) yang ingin membentuk organisasi koperasi (minimal 20 orang), syarat lain yang harus dipenuhi ialah bahwa anggota-anggota tersebut mempunyai kepentingan ekonomi yang sama. 3) Koperasi indonesia adalah “Gerakan Ekonomi Rakyat” ini berarti bahwa, Koperasi Indonesia merupakan bagian dari sistem perekonomian nasional. Dengan demikian, kegiatan usaha koperasi tidak semata-mata hanya ditunjukkan kepada anggota, tetapi juga kepada masyarakat umum. 4) Koperasi Indonesia (berazaskan kekeluargaan) Dengan azas ini, keputusan yang berkaitan dengan usaha dan organisasi dilandasi dengan jiwa kekeluargaan yang dimaksud adalah adanya rasa keadilan dan cinta kasih dalam setiap aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan berkoperasi. (Lumbang , 2002) 2. Tujuan Dan Fungsi Koperasi Pada dasarnya tujuan koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota-anggotanya pada khususnya dan masyarakat daerah kerja koperasi bersangkutan,. Ini bukan hanya berlaku diindonesia tetapi juga dinegara-negara lain yang memperkenankan koperasi tumbuh dinegaranya. Lebih jauh, dalam pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut mengembangkan tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan sementara koperasi produksi adalah untuk memberikan jasa pada anggota-anggotanya dengan cara dibeli komoditi yang dihasilkan oleh anggota dengan harga yang sama atau bahkan, juga mungkin lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasar. Berbeda dengan koperasi produksi, tujuan koperasi konsumsi adalah berusaha memberi jasa kepada anggota-anggotanya dengan menjual barang-barang kebutuhan dengan harga yang lebih rendah, sedangkan koperasi kredit mempunyai tujuan memberikan kredit bagi anggota- anggota koperasi bersangkutan dengan persyaratan yang relatif mudah. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992 yaitu, koperasi memajukan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, berarti program utama koperasi ialah meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat melalui pelayanan usaha. Koperasi harus memberikan pelayanan yang terbaik tetapi tidak menambah biaya operasional. Dengan kata lain koperasi harus memberikan pelayanan yang terbaik dengan biaya yang paling efisien. Apabila tujuan koperasi adalah, untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya berarti peningkatan pendapatan riel anggota menggambarkan keberhasilan mencapai tujuannya. Dengan kata lain berhasil tidaknya koperasi mencapai tujuannya dapat diukur dari pendapatan riel anggotanya. Pendapatan riel adalah pendapatan seseorang yang diukur dalam jumlah barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan yang dapat dibeli dari pendapatan nominalnya. Selain itu koperasi, UU No. 25 Tahun 1992 menyatakan juga fungsi koperasi untuk Indonesia. Sebagaimana dituangkan dalam pasal 4, fungsi koperasi adalah sebagai berikut: 1) Mebangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai kuku gurunya. 4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasioan yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. (Juliana, 2002) 3. Jenis-jenis Koperasi Secara umum jenis-jenis koperasi diIndonesia ada 4 yaitu: berdasarkan jenis usaha, koperasi atas Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi Konsumsi, dan Koperasi Produksi. 1) Koperasi Produksi ialah Koperasi Produksi melakukan usaha produksi atau menghasilkan barang. 2) Koperasi Konsumsi ialah Koperasi Konsumsi menyediakan semua kebutuhan para anggota dalam bentuk barang. 3) Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi Simpan Pinjam melayani para anggotanya untuk menabung dengan mendapatkan imbalan. 4) Koperasi Serba Usaha ialah Koperasi Serba Usaha (KSU) terdiri atas berbagai jenis usaha. 5) Koperasi Jasa ialah dibentukkan oleh para pemakai dan pemberi jasa guna memanfaatkan jasa koperasi. Misalnya koperasi listrik, koperasi pengangkutan, koperasi perumahan, koperasi asuransi. 4. Prinsip-prinsip Koperasi Prinsip-prinsip koperasi adalah ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi. Lebih jauh, prinsip-prinsip tersebut merupakan pedoman utama yang menjiwai dan mendasari setiap gerak langkah koperasi sebagai organisasi ekonomi, prinsip-prinsip hanya akan merupakan angan-angan bila tidak diikuti dengan tindakan-tindakan untuk melaksanakannya. Akan diuraikan prinsip-prinsip koperasi: 1) Prinsip Rochdale, tidak lahir secara spontan tetapi melalui proses yang cukup panjang 2) Prinsip Raiffeisen, mengembangkan koperasi kredit dan bank rakyat. Dimana koperasi hanya melayani anggotanya, sebab tanggung jawab anggota tidak terbatas. 3) Prinsip Schulze, tidak hanya melayani anggota tetapi juga yang bukan anggota tetapi memberikan perhatian untuk memperbaiki kehidupan para anggota kecil seperti pengrajin, pedagang enceran, wirausahawan industri kecil, dan jenis usaha lainnya. 4) Prinsip ICA (Internasiona Cooperative Alliance), adalah untuk mengembangkan dan mempertahankan ide-ide koperasi diantara negara-negara anggotanya. 5) Prinsip-prinsip Koperasi Indonesia adalah keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, pemberian balas jasa yabg terbatas terhadap modal, kemandirian. (Lumbang , 2002) 2.1.2 Pinjaman 1. Pengertian Pinjaman Pinjaman (ariyah) berasal dari kata at-ta’wur yaitu ganti mengganti pemanfaatan sesuatu kepada orang lain. Adapun pinjaman secara terminologis berarti pembolehan pemanfaatan suatu barang (oleh pemilik kepada orang lain) dengan tetap menjaga keutuhan barang itu. Pinjaman (ariyah) atau dalam istilah Wahbah Zuhaili, yang berasal dari kata a’ara artinya, ia memberinya pinjaman. Wahbah Zuhaili mengemukakan bahwa lafal ariyah adalah nama bagi sesuatu yang dipinajm, diambil dari kata ara (malu), karena sesungguhnya dalam mencari pinjaman tersebut ada rasa malu dan aib. Tetapi terdapat tersebut disanggah, karena dalam kenyataan Rasulullah SAW pernah melakukannya. Para ulama berpendapat bahwa ariyah adalah suatu hak untuk memanfaatkan sesuatu barang yang diterimanya dari orang lain tanpa imbalan dengan ketentuan barang tersebut tetap utuh dan pada suatu saat harus dikembalikan kepada pemilinya. Dalam definisis tersebut terdapat dua versi, versi pertama Hanafiah dan Malikiyah mendifinisikan ariyah dengan “tamlik al-manfaat” (kepemilikan atas pemilik). Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa manfaat dari benda yang dipinjam dimiliki oleh si peminjam sehingga ia boleh meminjamkannya kepada orang lain. Sedangkan versi kedua, Syafi’yiah dan Hanabilah mendifinisikan ariyah dengan “ibahah al intifa” (kebolehan mengambil manfaat). Dari definisi yang kedua dapat dipahami bahwa barang yang dipinjam hanya boleh dimanfaatkan oelh peminjam, tetapi tidak boleh dipinjamkan kepada orang lain. Bagi kaum kecil, pinjaman juga merupakan sumber modal atau kebutuhan mendesak saat diperlukan. Meski dalam jumlah yang tidak banyak, namun kegiatan pinjaman ini merupakan suatu pendidikan yang dapat digolongkan pada pendidikan pribadi melalui kegiatan sosial (kerja sama antar manusia), bagaimana manusia itu dapat bekerja sama dengan baik dan suatau jalan bagaimana seseorang dapat mengatasi masalah sosial ekonomi secara bersama. (Darwin , 2016) 2. Dasar Hukum Pinjaman Pinjaman (ariyah) merupakan perbuatan qurbah (pendekatan diri kepada Allah) dan dianjurkan berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Hukum memberi pinjaman bersifat Fleksibel tergantung situasi dan toleransi, namun pada umumnya memberi pinjaman hukumnya Sunnah. Akan tetapi memberi pinjaman hukumnya bisa menjadi wajib ketika diberikan kepada orang yang membutuhkan untuk keperluan mendadak, seperti berobat. Seseorang meminjamkan sesuatu, maka ia telah menghilangkan penggunaan terhadap manfaat yang dihasilkan dan menjaganya dari kerusakan. Pada dasarnya, ia menghilangkan pemilikan terhadap hasilnya yang negatif maupun yang positif. Tidak ada orang yang meminjamkan sesuatu ke orang lain, tetapi ia tetap mengambil manfaat yang ada pada barang tersebut adalah milik peminjam. (Darwin , 2016) 3. Jenis-jenis Pinjaman Para ulama mengatakan bahwa pinjaman itu ada dua macam, pinjaman konsumtif dan pinjaman produktif. Pinjaman konsumtif adalah peminjam mengambilnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan pinjaman produktif adalah pinjaman yang diambil seseorang tidak untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melainkan untuk modal usaha, ia menanamkan dan mengembangkannya. a) Pinjaman menurut tujuan pemakaian 1) Pinjaman konsumtif Pinjaman konsumtif adalah pinjaman yang digunakan konsumen untuk tujuan konsumtif, misalnya pinjaman pembelian kendaraan, rumah dan lain-lainnya. 2) Pinjaman Produktif Pinjaman yang digunakan oleh konsumen untuk membangun usaha atau meningkatkan usaha, misalnya pembelian perlengkapan mesin, atau mebuka bisnis. b) Pinjaman Menurut Jaminan 1) Pinjaman Tanpa Jaminan Jaminan yang didasarkan pada kepercayaan, (kredit ini dilarang di Indonesia berdasarkan Undang-undang bank No.7 Tahun 1992). 2) Pinjaman dengan Jaminan Pinjaman ini diberikan dengan jaminan barang tatap atau tidak tetap, misalnya surat-surat berharga atau rumah. (Darwin , 2016) 4. Akad Pinjaman Pada dasarnya dalam akad tabarru’ ada dua hal yaitu memberikan sesuatu atau meminjamkan sesuatu baik objek pinjamanya berupa uang atau jasa. Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimannya. Barang tersebut memiliki nilai ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dalam Islam akad atau perjanjian sangatlah diperhatikan , akad adalah alat transaksi yang digunakan sebagai pertemuan ijab dan qabul dalam proses pinjaman atau gadai. (Darwin , 2016) 5. Mekanisme Pinjaman Secara garis besar, tahapan dalam proses peminjaman dana dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Calon debitur mengajukan proposal untuk memperoleh fasilitas pinjaman. 2) Kreditur akan melakukan penelahan terhadap persyaratan dan kondisi fasilitas pinjaman. 3) Penyelesaian masalah yang berhubungan dengan legal. 4) Penandatanganan perjanjian pinjaman. 5) Penarikan dana. Kemudian debitur membayar kembali pokok pinjaman yang diterima dilakukan secara berkala dalam jangka waktu yang telah disepakati sebelumnya. (Darwin , 2016) 2.1.3 Jaminan 1. Pengertian Jaminan Jaminan dalam bahasa arab adalah ar-Rahn. Secara epistemologis, kata ar-Rahn mempunyai pengertian tetap atau kekal atau jaminan. Para ilmuan yang menganut aliran Maliki mendefinisikan ar-Rahn sebagai Harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan hutang yang bersifat mengikat. Menurut para ilmuan hukum Islam aliran Hanafi, ar-Rahn adalah menjadikan sesuatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak (pitang) yang mungkin dijadikan pembayar hak (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagiannya. Sedangkan ilmuan hukum Islam aliran Syafii mengertikan ar-Rahn sebagai menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang, apabila orang yang berutang tidak dapat membayar utangnya itu. (Darwin , 2016) 2. Kedudukan Benda Jaminan Benda jaminan secara fisik berada dibawah penguasaan kreditur/penerima Gadai atau pihak ketiga yang telah disetujui kedua belah pihak. 3. Pemanfaatan Barang Jaminan Pada dasarnya barang jaminan tidak boleh diambil manfaatnya, baik oleh pemiliknya maupun oleh penerimanya jaminan. Namun para pengusaha kecil mendapat pengecualian menggunakan barang gadai dalam melakukan kegiatan operasional perusahaannya, apabila mendapat izin dari masing-masing pihak yang bersangkutan, maka barang tersebut boleh dimanfaatkan. Hal ini bertujuan membantu meringankan beban pengusaha kecil dalam mencari penghasilan untuk menjalankan roda perekonomiannya. Oleh karena itu, diusahakan agar didalam perjanjian pinjaman itu tercantum ketentuan jiak peminjam meminta izin untuk memanfaatkan barang jaminan selama akad berlangsung, maka manfaatnya menjadi milik bersama. 4. Risiko Atas Kerusakan Barang Jaminan Menurut Ahmad Azhar Basyir bila barang gadai atau al-marhun hilang dibawah penguasaan al-murtahin, maka al-murtahin tidak wajib menggantinya, kecuali jika rusak atau hilangnya itu karena kelalaian al- murtahin atau karena disia-siakan. Konkretnya al-murtahin diwajibkan memelihara al-marhun secara layak dan wajar, sebab bila tidak demikian, ketika ada cacat atau kerusakan apalagi hilang menjadi tanggung jawab al-murtahin. (Darwin , 2016) 2.2 Penelitian Relevan Ada beberapa tulisan hasil penelitian rekan-rekan senior dalam studi muammalah dalam islam, fakultas Ekonomi Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Fatah mengenai tentang koperasi yang dibuat dalam bentuk skripsi dan penelitian-penelitian terdahulu yang terkait pada sistem pinjaman koperasi adapun hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut: (Darwin , 2016)
Penelitian Terdahulu
NO NAMA JUDUL ANALISIS HASIL PENELITIAN
(TAHUN) DATA 1 Linda wati Tinjauan Kualitatif Bahwasanya sistem (2005) hukum islam peminjaman uang pada terhadap Koperasi Dwi Panca peminjaman Karya yaitunasabah uang pada yang mau meminjam Koperasi Dwi uang datang sendiri ke Panca Karya kantor koperasi dan Desa Srimulyo memenuhi persyaratan Kec. Belitang berupa fotocopy KTP OKU Timur. yang telah disetujui oleh ketua koperasi, lalu uang peminjaman tersebut langsung diserahkan pada nasabah. 2 Novizah Tinjauan Deskriptif Pelaksanaan utang Dartiwi hukum islam dan piutang sesuai dengan (2010) terhadap Kualitatif perjanjian awal, dan pelaksanaan adanya tambahan saat utang piutang pembayaran utang uang di yang dilakukan perumahan prumahan tanah mas Tanah Mas azhar mengatakan Azhar Kec. bahwa meminjam uang Talang Kelapa dengan perjanjian Kabupaten dibayar dengan Banyuasin tambahannya sebesar 20%-25% dalam jangka waktu yang telah disepakati. 3 Saifullah Tinjauan hukun kualitatif Model prosedur (2009) islam terhadap transaksi simpan sistem simpan pinjam sudah mengacu pinjam di pada hukum islam dan Koperasi Jasa sesuai dengan Keuangan ketentuan-ketentuan Syariah BMT akad dalam setiap Nuansa Gapura transaksinya. Yaitu Kabupaten tidak mengandung Sumenep unsur paksaan, Provinsi Jawa spekulasi, penipuan Timur serta kedua belah pihak hadir dalam satu majelis dalam melakukan transaksi dan dilakukan oleh orang yang sudah bias melakukan tindakan hukum. 5 Titk Strategi Deskriptif Program penyehatan Ekawati pengembangan dsn industri unit usaha (2010) usaha simpan Kualitatif koperasi, bahwa pinjam pada program penyehatan KUD usaha simpan pinjam Mojosongo dilakuakn dengan Kabupaten memperkuat aspek Boyolali permodalan seperti mencari bantuan kredit lunak dari lembaga luar koperasi, serta pengenaan bunga tetap yang ditarik pada awal transaksi kredit mingguan. Sumber: Data diperoleh dari berbagai jurnal 2.3 Kerangka Konseptual Agar penelitian ini memperoleh titik temu dan tidak menimbulkan tafsiran yang salah dan mengkaji Analisi Sistem Pinjaman dan Jaminan Pada Koperasi Mitra Sejati Sahabat Cabang Sungai Penuh, maka perlu dijelaskan sebagai berikut: 2.3.1 Sistem Menurut Mulyadi, Sistem adalah kumpulan unsur-unsur yang merupakan bagian kepada sistem yang bersangkutan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan sistem dimana suatu sistem tersebut merupakan bagian dari sitem lain yang lebih besar. (Rahmadani, 2020) 2.3.2 pinjaman Menurut Suhrawadi, pinjam-meminjam adalah memberikan sesuatu yang halal kepada orang lain untuk diambil manfaatnya dengan tidak merusak zatnya, agar dapat dikembalikan zat barang itu. 2.3.3 Jaminan Jaminan adalah pemenuhan kewajiban yang dapat dinilain dengan uang realisasinya semua jamina selalu dikonversi dalam bentuk uang pada saat pelanggan-dan benda jaminan tersebut bisa dialihkan ke pihak lain.
MATERI 1, Pengertian Umum Koperasi, Landasan Koperasi, Fungsi Koperasi, Azas Dan Sendi Dasar Koperasi, Arti Penting Ekonomi Koperasi Dan Ruang Lingkup Ekonomi Ekoperasi
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya