Anda di halaman 1dari 18

RINGKASAN MATA KULIAH

PERANGKAT ORGANISASI KOPERASI DAN UMKM

MANAJEMEN KOPERASI DAN UMKM


EMA 203A

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. I Wayan Gede Supartha, S.E, S.U.

Disusun oleh:

Kelompok 4

Putu Risa Intan Purnama Padma Yoni (2107531076/10)

Vanessa Irene Wisesa (2107531078/11)

Ni Kadek Ayu Purnanti (2107531103/12)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2024
PEMBAHASAN

1. Asas, Prinsip dan Tujuan Koperasi

Asas Koperasi

Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat


yang berdasarkan asas kekeluargaan. Asas kekeluargaan ini dimana kegiatan koperasi
harus selalu bertumpu pada pendekatan kekeluargaan sebagai falsafah hidup bangsa
Indonesia yang semata-mata tidak hanya memandang kebutuhan materi sebagai
tujuan aktivitas ekonominya.

Prinsip-Prinsip Koperasi

1) Keanggotaan bersifat Sukarela, artinya seorang anggota dapat


mendaftarkan/mengundurkan diri dari koperasinya.
2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis, artinya melalui rapat-rapat anggota
untuk menetapkan dan melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi,
kekuasaan ditentukan dari hasil keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah
mufakat diantara para anggota.
3) Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil, artinya sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota. Pembagian Sisa Hasil Usaha tidak
semata-mata berdasar pada modal yang disertakan, tetapi juga berdasar
perimbangan jasa usaha (transaksi) yang telah diberikan anggota terhadap
koperasi.
4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, artinya pemberian imbalan
jasa melalui wadah koperasi tidak semata-mata ditentukan oleh besarnya modal,
tetapi yang lebih diutamakan dale sejauh mana partisipasi anggota dalam
mengembangkan usaha tersebut.
5) Kemandirian, artinya bahwa koperasi harus mampu berdiri sendiri tanpa selalu
bergantung pada pihak lain, sehingga pada hakikatnya merupakan faktor
pendorong (motivator) bagi anggota koperasi untuk meningkatkan keyakinan
akan kekuatan sendiri dalam mencapai tujuan, oleh karena itu agar koperasi
mampu mencapai kemandiriannya, peran serta anggota sebagai pemilik sekaligus
pengguna jasa.
Tujuan Koperasi

Tujuan Utama Koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggota pada


khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Keanggotaan koperasi adalah bersifat
sukarela dan didasarkan atas kepentingan bersama sebagai pelaku ekonomi.

2. Kriteria-Kriteria Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang
seorang. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
badan-badan hukum koperasi.

3. Aspek-Aspek dalam Koperasi

Koperasi memiliki empat macam aspek, yaitu: aspek fungsi perencanaannya.


aspek fungsi organisasi, aspek pelaksanaannya, aspek pengawasan.

1) Aspek fungsi perencanaannya. Contoh aspek fungsi perencanaan bisa dilihat dari
Koperasi Setia Budi Wanita Malang yang mempunyai rancangan atau program
usaha lain yang dilakukannya selain usaha utama (Waserda dan Simpan Pinjam)
dalam koperasi tersebut diantaranya rental mobil, dan koperasi ini pun juga
terdapat program atau pelatihan oleh anggota, pengurus dan pengawas diantaranya
untuk anggota yaitu SHU dan fasilitas kredit (Pinjaman berupa uang dan belanja
kredit), keterampilan (Tata Boga, Tata Rias Wajah–Manten, Menjahit, Daur
Ulang, Membatik, dan lain-lain) sesuai kebutuhan untuk pengembangan usaha
anggota, sedangkan untuk pengurus dan pengawas juga terdapat pelatihan
manajemen, kewirausahaan, leadership, dan lain-lain.
2) Aspek fungsi organisasi. Di koperasi ini yang mana dalam organisasi tersebut
tentunya terdapat peraturan di dalam pembagian tugas serta kewenangannya dan
di koperasi ini terdapat unsur kebersamaan, karena keputusan tidak hanya di ambil
di satu orang tetapi bersama.
3) Aspek pelaksanaannya. Di dalam setiap manajemen di koperasi ini sudah
mempunyai tugas-tugasnya, yaitu berdasarkan pengurus yang menentukan job
description dan juga AD ART nya, dalam aspek pelaksanaan ini tentunya yang
terpenting dalam pelaksanaan rencana-rencana koperasi ini tidak hanya pengurus
saja, tetapi setiap anggota juga memiliki peranan penting dalam proses penerapan
rencana-rencana koperasi tersebut.
4) Aspek pengawasan. Di dalam koperasi ini pengurus melakukan pengawasan
terhadap anggotanya melalui PPL. Dan dalam pengembangan usaha apa saja yang
dilakukan oleh koperasi wanita SU “Setia Budi Wanita” Jawa Timur. Koperasi ini
dalam pengembangan usahanya menjalankan usaha Simpan pinjam dan Waserda
yang mana kedua usaha tersebut yakni waserda dan simpan pinjam telah menjadi
usaha utama, selain usaha sampingannya yaitu rental mobil. Di samping itu
seorang anggota juga dapat berperan langsung dalam dalam mengembangkan
usahanya.
4. Asas, Prinsip, dan Tujuan Pemberdayaan UMKM

Asas UMKM

BAB II, pasal 2 beserta penjelasannya UU Nomor 20 tahun 2008:

1) Asas kekeluargaan.
2) Asas demokrasi ekonomi.
3) Asas kebersamaan.
4) Asas efisiensi berkeadilan.
5) Asas keberlanjutan.
6) Asas berwawasan lingkungan.
7) Asas kemandirian.
8) Asas keseimbangan kemajuan.
9) Asas kesatuan ekonomi nasional.

Prinsip UMKM

1) Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan UMKM untuk


berkarya dengan prakarsa sendiri;
2) Mewujudkan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan.
3) Usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan
kompetensi UMKM.
4) Peningkatan daya saing UMKM.
5) Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.
Tujuan Pemberdayaan UMKM

1) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang,


dan berkeadilan.
2) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri,
3) Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan
lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
pengentasan rakyat dan kemiskinan.

5. Kriteria-Kriteria UMKM
- Pasal 6 UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM
1) Kriteria Usaha Mikro
2) Kriteria Usaha Kecil
3) Kriteria Usaha Menengah

Kriteria Kekayaan Bersih Hasil

Usaha Mikro Maks. Rp 50.000.000,- Maks. Rp 300.000.000,-

Usaha Kecil Rp 50.000.000 s/d Rp Rp 300.000.000 s/d Rp


500.000.000 2.500.000.000

Usaha Menengah Rp 500.000.000 s/d Rp Rp 2.500.000.000 s/d Rp


10.000.000.000 (10 M) 50.000.000.000 (50 M)
- Kekayaan Bersih: hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (aset) dengan
total nilai kewajiban tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
- Hasil penjualan tahunan: hasil penjualan bersih (netto) yang berasal dari
penjualan barang dan jasa usahanya dalam 1 tahun buku.
6. Aspek-Aspek UMKM
1) Aspek Pendanaan dan Pembiayaan UMKM
2) Aspek Sarana dan Prasarana UMKM
3) Aspek Perizinan UMKM
4) Aspek Kesempatan Berusaha UMKM
5) Aspek Promosi Dagang dan Pemasaran UMKM
6) Aspek Dukungan dan Kelembagaan UMKM.
7) Aspek Pengembangan SDM UMKM
8) Aspek Pengembangan SDM UMKM
9) Aspek Perjanjian, Kemitraan, dan Pola Kemitraan.
7. Aspek-Aspek Pengaruh pada UMKM
1) Kepribadian, dipengaruhi oleh sikap dan tingkah laku, latar belakang
pendidikan, kondisi lingkungan, bakat dan bawaan, imang seseorang, dll.
2) Motivasi, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat kemampuan ekonomi,
gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut, tekanan dari pihak-pihak eksternal,
persepsi individu, dll.
3) Fasilitas dan Pertumbuhan ditunjang oleh tingkat kemajuan kehidupan, trend
kebutuhan yang ada, peluang dan keterbatasan sumber, kepercayaan pihak
eksternal, subsidi pemerintah, faktor lain.
8. Beberapa Pokok Pikiran Mengenai Koperasi
a. Karakteristik Unsur Pokok dan Tatanan Manajemen Koperasi
1) Anggota-anggota perseorangan
2) Kegiatan-kegiatan ekonomi para anggota
3) Kelompok koperasi
4) Perusahaan koperasi
5) Hubungan-hubungan usaha yang tercermin oleh keterkaitan antara kegiatan-
kegiatan ekonomi para anggota dan kegiatan perusahaan koperasi, ataukah.
6) Organisasi koperasi, sebagai suatu sistem sosial-ekonomi secara keseluruhan.

Dalam keanggotaan koperasi bersifat terbuka untuk semua pemakai.


Modal awal yang dimasukkan minimal, karenanya tidak merupakan rintangan
bagi keanggotaan.para anggota dapat memasukkan dana tambahan sesuai dengan
pemanfaatannya terhadap pelayanan koperasi.

Jenis Koperasi Produksi dan Koperasi Pemberi peningkatan Pelayanan, yaitu:

- Koperasi Produksi: para anggotanya memperoleh lapangan kerja padanya.


- Koperasi Pengadaan (koperasi pembelian): yang menyediakan barang dan
jasa bagi para anggotanya.
- Koperasi Penjualan (koperasi pemasaran): menjual/memasarkan barang dan
jasa para anggotanya.

Tipe-tipe Koperasi berdasarkan Struktur Kombinasi Bisnis pada Koperasi Primer

- Koperasi yang beroperasi secara eksekutif/koperasi tradisional (tradisional


coperative).
- Koperasi mata rantai tata niaga (market-linkage cooperative).
- Koperasi yang terpadu (intergrated cooperative).

Kriteria lain yang diterapkan dalam membedakan Organisasi-organisasi Koperasi

- Menurut sektor ekonomi atau bidang usaha ekonomi para anggotanya


(misal: koperasi pertanian, koperasi industri, koperasi kerajinan).
- Menurut profesi para anggotanya (misal: koperasi petani, koperasi nelayan,
koperasi penjahit, koperasi pandai besi, koperasi tukang daging).
- Menurut pusat geografis dari kegiatan para anggotanya (misal: koperasi
perkotaan, koperasi pedesaan).
- Menurut daerah kerja perusahaan-perusahaan koperasi (koperasi lokal,
regional, nasional, dan internasional).
- Koperasi Tunggal-Usaha (Single Purpose Cooperative).
- Koperasi Serba Usaha (Multipurpose Cooperative).
- Koperasi Aneka Jasa (Full Service Cooperative) organisasi koperasi primer,
sekunder dan tersier.

Adapun Nilai-nilai Dasar Gerakan Koperasi

a. Nilai Fundamental
1) Menolong diri sendiri (self-help)
2) Tanggung jawab sendiri (self-responsibility)
3) Demokrasi (democracy)
4) Persamaan (equality)
5) Keadilan (equity)
6) Kesetiakawanan (solidarity)
b. Nilai Etis
1) Kejujuran (honesty)
2) Keterbukaan (openness)
3) Tanggung jawab sosial (social resposibility)
4) Kepedulian terhadap orang lain (care for others)

Koperasi sebagai organisasi berbasis orang dan keanggotaan


(membership based association) menjadi kekuatan substantif perekonomian
negara maju (Denmark, AS, Singapura, Korea, Jepang, Taiwan, Swedia).
Bentuk Koperasi (Pp No. 60 Tahun 1959)

a. Koperasi Primer
b. Koperasi Pusat
c. Koperasi Gabungan
d. Koperasi Induk

Bentuk Koperasi yang Disesuaikan dengan Wilayah Administrasi


Pemerintahan (sesuai PP 60 tahun 1959)

- Di tiap desa ditumbuhkan koperasi desa


- Di tiap Daerah Tingkat II ditumbuhkan Pusat Koperasi
- Di tiap Daerah Tingkat I ditumbuhkan Gabungan Koperasi
- Di Ibu Kota ditumbuhkan Induk Koperasi.

Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder

- Koperasi Primer merupakan koperasi yang anggota-anggotanya terdiri


dari orang-orang.
- Koperasi Sekunder merupakan koperasi yang anggota-anggotanya adalah
organisasi koperasi.
b. Permodalan Koperasi

Koperasi harus mempunyai rencana pembelanjaan yang konsisten dengan


azas-azas koperasi dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku dan
ketentuan administrasi .

Sumber-sumber modal koperasi (UU No.12 Tahun 1967):

- Simpanan Pokok merupakan sejumlah uang yang diwajibkan kepada


anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada waktu seseorang masuk
menjadi anggota koperasi tersebut dan jumlahnya sama untuk semua
anggota.
- Simpanan Wajib merupakan simpanan tertentu yang diwajibkan kepada
anggota yang membayarnya kepada koperasi pada waktu-waktu tertentu.
- Simpanan Sukarela merupakan simpanan anggota atas dasar sukarela atau
berdasarkan perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan khusus.

Sumber-Sumber Modal Koperasi (UU No.25/1992)


- Modal sendiri (equity capital), bersumber dari simpanan pokok
anggota, simpanan wajib, dana cadangan, dan donasi hibah.
- Modal Pinjaman (debt capital), bersumber dari anggota, koperasi
lainnya, bank atau lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan
surat hutang lainnya, serta sumber lain yang sah.
c. Distribusi Cadangan Koperasi

Pengertian dana cadangan menurut UU No. 25/1992 adalah sejumlah uang


yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha yang dimasukkan untuk memupuk
modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan. Sesuai
Anggaran Dasar yang menunjuk pada UU No. 12/1967 menentukan bahwa 25%
dari SHU yang diperoleh dari usaha anggota disisihkan untuk Cadangan,
sedangkan SHU yang berasal bukan dari usaha anggota sebesar 60% disisihkan
cadangan. Menurut UU No.25/1992, SHU yang diusahakan oleh anggota dan
yang diusahakan oleh bukan anggota, ditentukan 30% dari SHU tersebut
dsisihkan untuk Cadangan. Distribusi cadangan koperasi antara lain dipergunakan
untuk:

- Memenuhi kewajiban tertentu


- Meningkatkan jumlah operating capital koperasi
- Sebagai jaminan untuk kemungkinan-kemungkinan rugi di kemudian hari
- Perluasan usaha.
9. Peran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Usaha mikro merupakan usaha yang memiliki intensitas tenaga kerja relatif
tinggi dengan investasi yang lebih rendah. Usaha mikro cenderung lebih fleksibel
dalam menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan pasar. Hal ini menyebabkan
usaha mikro dikatakan memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi.
Pengembangan usaha mikro dapat memberi kontribusi dalam diversifikasi ekonomi
serta perubahan struktur sebagai prakondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang
yang berkesinambungan. Pengembangan usaha mikro turut membantu mengurangi
impor dan meningkatkan produk lokal serta membantu dalam penciptaan lapangan
kerja. Pada UU No. 20/2008 tentang UMKM, juga dijelaskan pemberdayaan UMKM
adalah upaya pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara
sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap UMKM
sehingga mampu bertumbuh kembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
Iklim usaha diupayakan oleh pemerintah melalui penetapan berbagai aspek
perundang-undangan dan kebijakan ekonomi agar UMKM memperoleh kesempatan,
perlindungan, dan dukungan dalam tumbuh kembangnya.

Berdasarkan informasi dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,


UMKM berkontribusi sebesar 61% dari total PDB per 24 Agustus 2023. Kontribusi
UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai sebesar 97% dari total tenaga
kerja. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, Indonesia memiliki 65,5
juta UMKM yang jumlahnya mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha. UMKM
memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga
pemerintah semakin gencar untuk mengembangkan UMKM. Sebagai contoh di masa
pandemi, UMKM dapat survive dalam situasi tersebut. Peranan UMKM sangat
penting terutama di negara-negara berkembang dengan tingkat pendapatan menengah
dan rendah. UMKM dapat menjadi sarana dalam pengentasan kemiskinan sampai
peningkatan pendapatan nasional.

Permasalahan yang sering timbul dalam upaya pengembangan UMKM adalah


sehubungan dengan karakteristik dari UMKM itu sendiri, seperti:

a. Rendahnya produktivitas pekerja yang menyebabkan pengusaha mikro kecil


kesulitan memenuhi kuota UMR (Upah Kerja Regional),
b. Rendahnya produktivitas antara lain karena pendidikan, etos kerja, disiplin,
tanggung jawab dan loyalitas karyawan.
c. Keterbatasan akses pengusaha mikro kecil terhadap modal.
d. Kemampuan manajerial dan pemasaran yang masih rendah.
e. Kurangnya infrastruktur di Indonesia.
f. Tingginya biaya impor bahan baku dan suku cadang yang mengakibatkan
melonjaknya biaya produksi.
g. Turunnya daya beli masyarakat.

Pembinaan UMKM sangat dibutuhkan, untuk itu lembaga atau institusi yang
memiliki peran antara lain:

a. Lembaga teknis yang bertugas mengembangkan produk, utilitas, kualitas SDM


dan optimalisasi (lebih pada business side).
b. Lembaga keuangan yang bertugas menyediakan dana secara profesional
(microfinance), berkaitan dengan pemberian dana kepada UMKM yang
memenuhi kriteria bank, namun kenyataannya masih banyak UMKM tidak
dapat memenuhi syarat tersebut.
c. Lembaga pemasaran yang bertugas membantu memberi asistensi kepada
UMKM dalam akses pasar dan pemasaran (market and marketing).

Berbagai strategi telah dilakukan sebagai upaya mengembangkan UMKM


yang berfokus pada pemberdayaan tenaga kerja seperti output expansion dan
innovation adoption, dan intervensi pun sudah pernah diterapkan seperti -program
pelatihan skill teknik dan kewirausahaan, konsultasi pemberdayaan karyawan, subsidi
input, peningkatan infrastruktur, pembangunan fasilitas public, pembangunan sentra-
sentra industri, kredit subsidi dan lainnya.

10. Prospek Kekuatan dan Kelemahan UMKM

Hoselitz (1959) berpendapat bahwa dalam proses pembangunan suatu wilayah


pertumbuhan akan tercermin dari laju pertumbuhan PDB atau peningkatan
pendapatan per kapita yang merupakan kontribusi dari UKM yang mengalami
perubahan. Hal ini didasarkan atas studi yang dilakukan dengan data dari sejumlah
negara di Eropa. Kemampuan UMKM untuk menganalisa kekuatan yang dapat
dioptimalkan dan kelemahan yang dapat diminimalisir akan menentukan prospek
perkembangan UMKM itu sendiri. Terdapat dua aspek yang dapat menjadi kekuatan
sekaligus kelemahan dari UMKM, yakni:

1. Faktor Manusia
a. Kekuatan:
- Adanya motivasi yang kuat untuk mempertahankan usahanya.
- Supply tenaga kerja yang relatif tinggi dengan upah yang
cenderung rendah.
b. Kelemahan:
- Masih rendahnya kualitas SDM dari tingkat pendidikan dan
kemampuan melihat peluang bisnis.
- Tingkat produktivitas yang rendah.
- Penggunaan tenaga kerja yang cenderung mengarah ke eksploitasi
untuk tujuan target penjualan.
- Adanya kecenderungan pemanfaatan anggota keluarga sebagai
pekerja tak dibayar.
2. Faktor Ekonomi (Bisnis)
a. Kekuatan
- Lebih mengandalkan sumber keuangan informal yang mudah
diperoleh
- Mengutamakan penggunaan bahan baku lokal
- Menjadikan segmen pasar bawah yang tinggi permintaan sebagai
pangsa pasar.
b. Kelemahan
- Manajemen keuangan yang kurang baik
- Nilai tambah yang diperoleh cenderung ceroboh dan sulit untuk
diakumulasikan.

Anoraga dan Sudantoko (2002:225-6) menerangkan kelemahan dan kekuatan dari


UMKM secara umum, yaitu:

1. Kelemahan
a. Sistem pembukuan yang sederhana dan cenderung tidak mengikuti
kaidah pembukuan dan tidak bersifat terkini, sehingga kinerja sulit untuk
dinilai.
b. Margin usaha cenderung tipis karena persaingan yang tinggi.
c. Keterbatasan modal.
d. Sistem manajerial dan pengelolaan usaha masih terbatas.
e. Skala ekonomi yang kecil sehingga biaya sulit ditekan untuk mencapai
efisiensi untuk jangka panjang.
f. Sistem pemasaran dan negosiasi terbatas.
g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,
mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk
mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti
sistem administrasi standar dan harus transparan.
2. Kekuatan
a. Mampu memenuhi permintaan di wilayah regional sehingga UMKM
dapat terdistribusi hingga ke pelosok wilayah.
b. Dapat dengan leluasa untuk keluar masuk pasar karena modal tidak
terlalu tinggi dimasukkan ke aktiva tetap. Dampaknya yaitu kemudahan
untuk memperbaharui produknya.
c. UMKM didominasi oleh padat karya karena penggunaan teknologi yang
sederhana, persentase distribusi nilai tambah yang besar sehingga
distribusi pendapatan kemungkinan besar tercapai. Hubungan erat antara
pemilik dengan karyawan menyebabkan sulitnya terjadi PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja). Keadaaan ini menunjukan betapa usaha
kecil memiliki fungsi sosial ekonomi.

11. Pemberdayaan UMKM

Keberhasilan dari pemberdayaan UMKM akan tercapai dengan bantuan


seluruh pihak berkepentingan yang mampu berkomitmen atas profesionalisme,
keterbukaan, kejujuran, kebersamaan dan kerjasama, kemitraan, dan kepentingan
mencari keuntungan bersama. Pihak pemberdaya harus mampu menyesuaikan dan
bermitra dengan masyarakat. Karena beberapa kegagalan yang terjadi diakibatkan
oleh pelanggaran prinsip atau kode etik pemberdayaan yang dilanggar karena
kepentingan beberapa pihak.Tantangan dari pemberdayaan yaitu harus teguh atas
komitmen bersama bukan hanya mempertahankan profesionalitas semata. Menurut
Prof. Bob Tilden menjelaskan keterampilan yang harus dimiliki pelaku pemberdaya
yaitu:

1. Kemampuan pemecahan masalah


2. Kepedulian terhadap masyarakat
3. Komitmen atas misi dari proyek
4. Kejujuran pada diri sendiri dan orang lain

Owin Jamasy dalam bukunya yang berjudul “Keadilan, Pemberdayaan dan


Penanggulangan Kemiskinan”, menyatakan terdapat dua belas prinsip yang patut
menjadi kekuatan internal pelaku pemberdaya, antara lain:

1. Seluruh pemangku kepentingan harus bersikap adil. Contohnya pada keadilan


distribusi, dengan tidak membedakan status sosial. Orang yang kurang mampu
baik dari segi ekonomi, pendidikan dan intelektual harus memperoleh
perhatian dan intervensi agar tercipta keseimbangan. Begitu pula pada keadilan
prosedural, dengan memberikan pelayanan tidak ada yang diutamakan, semua
memiliki kepentingan yang sama.
2. Seluruh stakeholders harus jujur, karena seringkali kepentingan pribadi
mengalahkan kepentingan bersama.
3. Kemampuan pemecahan masalah, menumbuhkan dan memasarkan inovasi,
promosi dan marketing sosial. Tenaga pemberdaya harus terampil dan mampu
menciptakan inovasi dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
4. Kerjasama dan koordinasi antar pemangku kepentingan berdasarkan
kemitraan, karena pencapaian misi dan tujuan adalah tanggung jawab bersama.
5. Partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan, yang tidak diukur dari jumlah
melainkan dari banyaknya elemen masyarakat yang terlibat.
6. Keterpaduan lingkup program yang dapat diawali dengan ketajaman analisis
dalam melihat suatu permasalahan dan tujuan.
7. Mengutamakan pengembangan potensi lokal untuk merintis kemandirian dan
meminimalisir ketergantungan pada pihak luar.
8. Aktif dalam mobilisasi dan peningkatan swadaya yang bertumpu pada
kekuatan masyarakat atau kelompok sasaran seperti ide, uang, dan
kepemilikan harta.
9. Mengembangkan metode pembinaan yang konstruktif dan berkesinambungan.
10. Pelaksanaan kegiatan bertahap yang dapat disusun bersama masyarakat
setempat.
11. Konsistensi seluruh pemangku kepentingan pada pola kerja pemberdayaan.
12. Komitmen serta peduli kepada misi pemberdayaan dan kepada masyarakat
miskin yang kurang mampu

Dalam proses pemberdayaan ini harus terjadi dengan berkesinambungan atau


berkelanjutan dari aspek kepentingan manusia maupun kepentingan bisnis itu sendiri.
Dengan adanya kesinambungan, maka pemberdayaan UMKM dapat dikatakan
berhasil atau mencapai tujuan dari pemberdayaan itu sendiri.

12. Pola Pemberdayaan UMKM

12.1 Pola Kemitraan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997, kemitraan merupakan


kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha
besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan atau usaha
besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan
saling menguntungkan. Terkait dengan usaha, kemitraan diselenggarakan melalui pola
sesuai sifat dan tujuan usaha yang dimitrakan. Pola kemitraan yang umum ditemukan
adalah kemitraan inti plasma dan pola bapak angkat.

1) Kemitraan Inti Plasma

Pola ini merupakan pola yang menempatkan usaha besar dan usaha menengah
sebagai inti pembina dan mengembangkan usaha kecil. Adapun yang
dipandang sebagai plasmanya yaitu, penyediaan dan penyiapan lahan,
penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi,
perolehan, penugasan dan peningkatan teknologi yang diperlukan dan
biayanya, dan pemberian bantuan untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas usaha. Dalam kemitraan usaha besar atau menengah dengan
usaha kecil berlangsung dalam rangka subkontrak produksi. Bantuan yang
dapat diberikan, yaitu:

a. Kesempatan mengerjakan sebagian produksi


b. Kesempatan memperoleh bahan baku
c. Bimbingan teknis produksi dan manajemen
d. Perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan
e. Bantuan pembiayaan.

Dalam perdagangan kemitraan berlangsung dalam pemasaran,


penyediaan lokasi usaha, dan penerimaan pasokan usaha kecil mitra usahanya
untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan usaha besar atau menengah.
Usaha besar atau menengah berhak mengetahui kinerja mitra binaannya.
Usaha kecil memiliki hak memperoleh binaan dan pengembangan dari mitra
mengenai pemasaran, SDM, permodalan, manajemen dan teknologi.

a. Pemasaran, pembinaan dan pengembangan dalam hal ini dapat berupa


perbantuan akses pasar, memberikan informasi pasar terkini, membantu
dalam promosi, mengembangkan jaringan usaha, membantu
mengidentifikasi pasar dan perilaku konsumen, dan membantu
meningkatkan mutu dan nilai produk.
b. Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, kegiatan ini
dapat dilakukan melalui program pendidikan, pelatihan, magang,
maupun studi banding.
c. Bantuan Permodalan, pelaku pemberdaya dapat membantu dalam
pemberian informasi terkait sumber-sumber kredit, menginformasikan
terkait cara pengajuan penjaminan dan sumber lembaga penjaminan,
sebagai mediator sumber-sumber pembiayaan, memberi informasi
mengenai tata cara penyertaan modal, dan membantu akses permodalan.
d. Manajemen, pemberdayaan dapat dilakukan dengan perbantuan
penyusunan studi kelayakan, pembinaan tentang sistem dan prosedur
organisasi dan manajemen, serta membantu menyediakan tenaga
konsultan.
e. Teknologi, pemberdaya dapat membantu dalam, membantu perbaikan,
inovasi, dan alih teknologi, membantu dalam pengadaan sarana dan
prasarana produksi, membantu perbaikan sistem produksi dan kontrol
kualitas, membantu pengembangan desain dan rekayasa produk serta
membantu meningkatkan efisiensi pengadaan bahan baku.

Sementara itu, usaha kecil juga berkewajiban dalam:

a. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kinerja usaha secara


berkelanjutan.
b. Memanfaatkan pembinaan, dan bantuan yang diterima dari usaha besar
atau menengah.
2) Pola Bapak Angkat

Pola ini merupakan refleksi dari kesediaan pihak yang mampu dalam
membantu pihak usaha kecil yang memerlukan pembinaan atau sebagai
bentuk kepedulian usaha besar terhadap eksistensi usaha kecil. Pola ini banyak
diterapkan oleh BUMN terhadap UMK.

12.2 Pola Business Development Services Provider (BDSP)

Hingga kini pengertian dari BDSP ini masih beragam, jika diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia maka BDSP merupakan Jasa Pengembangan Usaha. Business
Development Services adalah kegiatan jasa dalam bidang yang bervariasi yang
dilakukan oleh individu maupun suatu lembaga guna mengembangkan usaha seperti
UMKM. Sedangkan, Business Development Services Provider adalah lembaga
penyedia layanan jasa untuk pengembangan usaha seperti UMKM di bidang teknis,
sosial-ekonomi, keuangan, dan sebagainya. Kementerian Koperasi dan UMKM
mengartikan BDSP sebagai lembaga yang memberikan layanan pengembangan bisnis
untuk meningkatkan kinerja UMKM. Lembaga ini berbadan hukum dan
diperkenankan menerima bayaran dari layanan jasanya. Swisscontact yang merupakan
salah satu lembaga pengembangan BDS di Indonesia menyatakan bahwa BDS adalah
bentuk jasa non keuangan yang disediakan lembaga eksternal dengan tugas membantu
pemecahan masalah yang dihadapi UMKM dan memberi jasa pengembangan bisnis
yang diperlukan. Jasa yang diberikan oleh BDSP berupa konsultasi atau
pendampingan manajemen dan analisis keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Perekonomian, K. K. (2023, Agustus 24). ekon.go.id. Retrieved from Dorong UMKM Naik
Kelas dan Go Export, Pemerintah Siapkan Ekosistem Pembiayaan yang Terintegrasi:
https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/5318/dorong-umkm-naik-kelas-dan-go-
export-pemerintah-siapkan-ekosistem-pembiayaan-yang-
terintegrasi#:~:text=Jakarta%2C%2024%20Agustus%202023&text=Sektor%20UMK
M%20memberikan%20kontribusi%20terhadap,97%25%20dari%20tot

Sumantri, Bambang Agus dan Erwin Putera Permana. 2017. Manajemen Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kediri: Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara
PGRI Kediri.

Anda mungkin juga menyukai